Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN BENCHMARKING

KE BEST PRACTICE KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN


SLEMAN DAN KABUPATEN BANTUL
DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN XXXI

ANALISIS BEST PRACTICES HASIL BENCHMARKING DAN


ADOPSINYA UNTUK PROYEK PERUBAHAN

Oleh:

ERVA KURNIAWAN
NIP. 19781028 200502 1 001
(Kelompok I)

COACH :
DEDE S SOELAEMAN, A.Pi, M.Si

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR SUKAMANDI
TAHUN 2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................1

B. Maksud dan Tujuan ......................................................................2

C. Metode .........................................................................................3

BAB II LOKUS KUNJUNGAN ...................................................................4

A. Pemerintah Kabupaten Sleman ....................................................4

B. Pemerintah Kabupaten Bantul ......................................................9

BAB III ANALISIS BEST PRACTICES SECARA UMUM .......................14

A. Identifikasi Best Practices ...........................................................14

B. Analisis Pada Bappeda Kab. Sleman..........................................15

C. Analisis Pada Puskesmas Gamping I .........................................16

D. Analisis Pada Inspektorat Kab. Bantul ........................................17

E. Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bantul .........19

BAB IV ANALISIS BEST PRACTICE BAGI PROYEK PERUBAHAN ....21

BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN ..................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tahapan dalam kurikulum kediklatan kepemimpinan pola


baru sesuai dengan ditetapkannya Peraturan Kepala Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat IV yang
diberlakukan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) adalah kegiatan
Benchmarking ke Best Practice yang wajib dilaksanakan oleh peserta
Diklat Kepemimpinan Tingkat IV (Diklatpim Tk. IV). Kegiatan ini
dilaksanakan sebagai bentuk metode pembelajaran dalam rangka
memperoleh pengalaman yang baik dari suatu organisasi untuk dapat
diadopsi dan diadaptasikan pada organisasi lain dalam rangka
meningkatkan kinerja organisasi menjadi lebih baik. Selain itu, kegiatan ini
juga dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi para pejabat struktural
Eselon IV di Bidang Kepemimpinan dan Manajerial. Karena pejabat
struktural eselon IV mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
mendukung program pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing.

Rangkaian tahapan dalam kegiatan Diklatpim IV akan bermuara


pada penyusunan proyek perubahan sebagai bentuk laboratorium
percobaan bagi seorang pemimpin. Dalam kerangka hal tersebut, salah
satu upaya untuk memperkuat pelaksanaan kegiatan proyek perubahan
pada Diklat Kepemimpinan Tingkat IV adalah dengan dilaksanakannya
kegiatan Benchmarking ke Best Practice. Kegiatan ini merupakan suatu
proses mengidentifikasi, mengamati, mengukur, mengadopsi, dan
mengadaptasikan praktek-praktek terbaik yang telah dilakukan oleh suatu
pemerintah atau badan swasta dalam mengelola organisasinya, sehingga
dapat menjadi inspirasi bagi peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat IV

1
untuk mengadapatasikannya ke dalam organisasi melalui penyusunan
proyek perubahan yang akan diterapkan dalam lingkup kerja.

Dalam rangka menindaklanjuti hal tersebut serta untuk


meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi, menganalisis
permasalahan dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi sesuai dengan isu-isu strategis yang berkembang dalam
menjalankan tugas dan fungsinya, maka peserta Diklat Kepemimpinan
Tingkat IV angkatan 31 melaksanakan Benchmarking ke Best Practice ke
Kabupeten Sleman dan Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan lokus yang meliputi:

1. Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Sleman untuk overview


inovasi tata kelola pemerintahan

2. Puskesmas Gamping I untuk everview pelayanan publik kesehatan


lansia

3. Inspektorat Kabupaten Bantul, untuk overview inovasi tata kelola


pemerintahan

4. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul, untuk


everview pelayanan publik

B. Maksud dan Tujuan


a. Untuk mengetahui praktek-praktek terbaik (best practices) unit kerja
yang menjadi lokasi benchmarking dan melakukan
perubahan/terobosan ke arah lebih baik di kelasnya, langkah-
langkah apa yang dilakukan, kendala yang dihadapi dan solusinya
b. Untuk mengambil hal-hal apa saja yang dapat dijadikan
pembelajaran (lesson learned) untuk diadopsi dan diadaptasi bagi
proyek perubahan peserta Diklatpim Tingkat IV sesuai tema proyek
perubahan yang dilakukan.
c. Mengetahui faktor-faktor pendorong keberhasilan kegiatan.
d. Mengetahui dampak yang diperoleh setelah diadakannya
perubahan

2
C. Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan pada kegiatan
benchmarking ke best practice ini adalah :
a. Mengikuti kegiatan presentasi oleh narasumber dari lokus
kunjungan.
b. Melakukan tanya jawab dan diskusi.
c. Observasi langsung.
d. Wawancara.

3
BAB II
LOKUS KUNJUNGAN

Benchmarking ke best practice dilaksanakan selama 4 (empat) hari,


sejak tanggal 17 - 20 September 2018. Kunjungan dilakukan pada 2 (dua)
organisasi pemerintahan yang memiliki best practice dalam pengelolaan
kegiatan.

A. Pemerintah Kabupaten Sleman

Kabupaten Sleman merupakan salah satu dari 4 kabupaten di DI.


Yogyakarta. Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110°
33′ 00″ dan 110° 13′ 00″ Bujur Timur, 7° 34′ 51″ dan 7° 47′ 30″ Lintang
Selatan. Wilayah Kabupaten Sleman sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo, Propinsi DIY dan Kabupaten
Magelang, Propinsi Jawa Tengah dan sebelah selatan berbatasan dengan
Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul,
Propinsi D.I.Yogyakarta.

Pemerintah Kabupaten Sleman meraih penghargaan Innovative


Government Award (IGA) 2017. Penghargaan ini didapat oleh pemeritah
Kabupaten Sleman yang mengunggulkan 5 (lima) program, yakni Sistem
Terintegrasi, Pelayanan Kesehatan Lansia (Tua Keladi), Pengelolaan
Sampah Mandiri, TRC Penanggulangan Bencana, dan Tim
Penanggulangan Kemiskinan. Kelima inovasi ini selain bisa ditinjau
langsung di lokus kegiatan juga bisa dilihat melalui Sleman Smart Room.

Selain itu 2 (dua) inovasi yang dikembangkan oleh Pemerintah


Kabupaten Sleman masuk dalam Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2017
yang diselenggarakan oleh KemenPAN-RB. Kedua Inovasi tersebut yaitu
‘Sunmor Sembada Minggu Pahingan’ yang diinisiasi oleh Kecamatan
Sleman bersama KIM-UMKM dan ‘Tua Keladi’ (Santun Lansia, Kesehatan
Layak Diperhatikan)’ oleh UPT Puskesmas Gamping I.

4
Pemerintah Kabupaten Sleman menyatakan bahwa semua sektor
pelayanan di wilayahnya telah menggunakan teknologi digital. Sebagai
dampaknya, transparansi, kecepatan pelayanan, serta efisiensi pelayanan
kepada publik telah dapat diwujudkan di kabupaten tersebut.
Pertumbuhan ekonomi Sleman cukup tinggi, bahkan lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2015,
perekonomian wilayah Sleman tumbuh sebesar 5,28% di saat pada
tingkat nasional perekonomian tumbuh sekitar 5,04%. Selain untuk
melaksanakan pelayanan publik, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi di kabupaten Sleman juga dilakukan untuk mengembangkan
Usaha Keci, Mikro dan Menengah serta menunjang sektor pariwisata.

1. Bappeda Kabupaten Sleman

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) dalam


melakukan inovasi dalam perencanaan. Berangkat dari permasalahan
organisasi pada saat perencanaan pembangunan Bappeda Kabupaten
Sleman menerapkan inovasi untuk mengatasinya. Permasalah tersebut
antara lain: (1) belum optimalnya partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan; (2) proses perencanaan yang memerlukan waktu lama dan
rumit serta konsisten dalam setiap tahapan perencanaan; (3) kepentingan
politik DPRD dalam proses perencanaan; dan (4) kewenangan
pelaksanaan pembangunan pada desa dan kabupaten.

Untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam proses


perencanaan, Bappeda melakukan inovasi dalam hal intervensi fiskal
pada pembangunan wilayah, yang berupa kebijakan desentralisasi fiskal
secara spasial. Kebijakan tersebut diimplemantasikan dalam Pagu Usulan
Partisipatif Masyarakat (PUPM) sebagai intervensi pemerintah untuk
menjembatani proses perencanaan bottom up dan top down sehingga
masyarakat termotivasi untuk lebih berperan aktif dalam perencanaan.

Pagu Usulan Partisipatif Masyarakat (PUPM) ini merupakan inovasi


desentralisasi fiskal yang disusun berdasarkan kondisi wilayah di masing-
masing kecamatan sehingga akan mewujudkan pemerataan

5
pembangunan. Kebijakan desentralisasi akan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dan mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah.
Dalam menentukan besaran PUPM ini, digunakan variabel yang mewakili
kondisi sosial penduduk, kondisi infrastruktur serta fisik geografis. Hal ini
dimaksudkan untuk mengukur secara kuantitatif kebutuhan masing-
masing wilayah secara proporsional.

Pada proses perencanaan, Bappeda melakukan inovasi dengan


menerapkan Sistem Informasi Perencanaan dan Penganggaran Daerah
untuk mengatasi permasalahan kebutuhan waktu serta konsistensi dalam
setiap tahapan perencanaan. Sistem informasi ini mengimplementasikan
proses perencanaan sehingga mampu mendorong peningkatan kinerja,
memberikan kemudahan pada perencanaan dan konsolidasi data serta
memudahkan konsistensi pengelolaan data perencanaan dan anggaran.
Hal ini merupakan kaitan antara penggunaan sistem informasi dengan
proses manajemen perencanaan daerah.

Dengan penerapan Sistem Informasi Perencanaan dan


Penganggaran Daerah pada saat perencanaan diharapkan memperoleh
kemudahan proses kendali dan manajemen pada saat pemasukan data-
data perencanaan pembangunan. Aplikasi yang reusable memudahkan
banyak sumberdaya manusia untuk lebih menggunakan, dan data beserta
rekapituasi yang dihasilkan cepat, tepat dan akurat.

Dalam rangka mengakomodir kepentingan politik anggota DPRD


dalam proses perencanaan, Bappeda menerapkan inovasi membuat
kesepakatan pokok pokok pikiran DPRD selaku lembaga legislatif dengan
pemerintah daerah selaku lembaga eksekutif dalam Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD merupakan rencana tahunan bersifat
rinci dan operasional yang disusun sebagai jabaran dari rencana
pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD). RKPD ini selanjutnya
dijadikan sebagai dasar utama dalam penyusunan rencana anggaran
pendapatan dan belanja daerah (RAPBD).

6
Inovasi yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Sleman untuk
mengatasi permasalahan perencanaan pembangunan untuk kewenangan
pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah desa atau pemerintah
kabupaten yaitu dengan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) kabupaten
kepada desa. Bantuan Keuangan Khusus (BKK) merupakan Bantuan
Keuangan yang bersifat khusus kepada Pemerintah Desa yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah bantuan
dana dari Pemerintah Daerah yang peruntukan dan penggunaannya
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah pemberi bantuan dalam rangka
percepatan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat

2. Puskesmas Gamping I

Usia Harapan Hidup di Kabupaten Sleman merupakan tertinggi di


Provinsi DI Yogyakarta yaitu 75,6 Tahun sehingga pada layanan
kesehatan bagi pasien dengan usia lanjut meningkat. Program Tua Keladi
ini hadir dengan latar belakang adalah banyaknya keluhan terhadap
pelayanan khususnya untuk pasien lanjut usia. Hampir semua pelayanan
kesehatan bagi kelompok rentan, khususnya lansia dikeluhkan. Keluhan
yang muncul antara lain lamanya waktu tunggu pelayanan, tidak ada
perlakuan khusus, dan tidak tersedia sarana prasarana khusus bagi
lansia.

Puskesmas Gamping I memberikan pelayanan berbeda dengan 24


Puskesmas lainnya di Kabupaten Sleman. Lansia di Puskemas ini diberi
layanan dan akses spesial yang berbeda dengan pasien lainnya melalui
inovasi Tua Keladi (SanTUn LansiA KEsehatannya LAyak Diperhatikan).
Inovasi ‘Tua Keladi’ sejak tahun 2012 memiliki beberapa keunikan.

1. Inovasi tersebut dalam pelayanannya dilakukan secara terpadu one


stop service dimana sejak pemeriksaan kesehatan lansia dilakukan di
poli khusus lansia, penyediaan ruang tunggu khusus yang terpisah,
toilet khusus, penyedia alat bantu lansia, dan semua kebutuhan pasien
lansia lainnya yang dilayani di poli lansia.

7
2. Pelayanan konseling yang dapat diakses 24 jam melalui SMS Gateway
dan juga e-gateway.

3. Pelaksanaan tes intelegensia dan pelayanan terapi untuk mencegah


kepikunan. Terapi ini dilaksanakan oleh tenaga medis puskesmas
dengan permainan tradisional antara lain congklak, dan juga
melakukan senam vitalisasi otak.

4. Kunjungan langsung ke rumah pasien yang dilakukan kepada pasien


lanjut usia yang tidak dapat berobat ke puskesmas. Kunjungan ini rutin
dilakukan oleh tim medis puskesmas baik untuk pemeriksaaan maupun
pengobatan. Hal lain yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan,
pembinaan dan kegiatan pemeriksaan di Posyandu yang didirikan
pada tiap RW.

5. Adanya dukungan dan partisipasi dari pemangku kepentingan antara


lain diadakan acara gebyar lansia di tiap kecamatan secara rutin dan
dibentuk Forum Kecamatan Sehat.

Inovasi lain dibidang pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh


Puskesman Gamping 1 di Kabupaten Sleman adalah Mama Minta Info
yaitu informasi mengenai kehamilan lewat SMS dengan SMS Bunda dan
e-counselling 24 jam. Inovasi ini memudahkan akses bagi ibu hamil untuk
membangun sistem kesiagaan masyarakat, mencegah terjadinya kejadian
kematian pada ibu dan kematian pada bayi dan balita dengan cara
memberikan informasi-informasi terkait dengan perawatan kehamilan,
bersalin, nifas, bayi dan balita, pengenalan tanda-tanda bahaya sehingga
tidak terjadi keterlambatan penanganan, serta diharapkan setiap ibu hamil
tahu akan hak-hak mereka dalam mendapatkan pelayanan terkait
kesehatan ibu dan anak yang sudah distandarkan oleh pemerintah.

Inovasi yang dilaksanakan oleh Puskesmas Gamping I dengan


sasaran remaja putri, calon pengantin, ibu hamil dan balita adalah
program GEMILANG (Gizi Sehat Mengatasi Balita Gizi Kurang dan
Stunting). Program ini adalah untuk mengatasi masalah gizi kurang dan
stunting di Puskesmas Gamping I. Pelayanan di dalam gedung berupa

8
konsultasi kepada calon pengantin dan ibu hamil mengenai 1000 hari
pertama kehidupan, dengan harapan kelak bayi yang dilahirkan bisa
mendapatkan ASI eksklusif dan dilanjutkan dengan MPASI dari usia 6
bulan. Selain itu juga memberikan konseling dan pertemuan bagi orangtua
balita dengan status gizi buruk dan kurang. Sedangkan pelayanan luar
gedung, meliputi kegiatan pemantauan status gizi balita, kunjungan dan
pendampingan bagi balita dengan status gizi kurang dan pemberian tablet
tambah darah bagi remaja putri. Inovasi ini sudah mulai diterapkan sejak
tahun 2016 berupa kegiatan yang melibatkan lintas program dan lintas
sektor di wilayah kerja Puskesmas Gamping I.

Inovasi sebagai pelayanan yang diperuntukkan untuk bayi di


Puskesmas Gamping I yaitu adanya pelayanan massage bagi bayi,
khususnya bayi yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang, serta
bayi sehat pada umumnya yang diharapkan dapat memaksimalkan proses
perkembangan anak sejak usia dini. Program ini bernama Marai Penak
(Massage Bayi berperan Tingkatkan Perkembangan Anak). Selama ini
karena kurangnya pemahaman tentang konsep tumbuh kembang pada
masyarakat awam, sering dijumpai perkembangan bayi dibawah 5 tahun
yang mengalamai masalah tumbuh kembangnya. Adanya pertanyaan dari
keluarga pasien khususnya yang memiliki anak bayi dibawah 5 tahun
tentang cara mengatasi masalah perkembangan anak mereka, serta
belum adanya penanganan untuk perkembangan bayi di wilayah
Puskemas Gamping I.

B. Pemerintah Kabupaten Bantul

Kabupaten Bantul adalah kabupaten di Daerah Istimewa


Yogyakarta, Indonesia. Kabupaten Bantul merupakan salah satu
Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di rovinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Ibukotanya adalah Bantul. Wilayah
Kabupaten Bantul terletak antara 1100 12’34” sampai 1100 31’ 08’’ Bujur
Timur dan antara 70 44’ 04’’ sampai 80 00’27’’ Lintang Selatan.

9
Pemkab Bantul sedang uji coba melakukan inovasi program untuk
mempermudah pelayanan sebanyak 276 program. Sementara itu,
program yang saat ini sudah berjalan di Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) diantaranya Disdukcapil dengan program SITUPAT (Siji Untuk
Papat). Program tersebut untuk mempermudah pelayanan di bidang
kependudukan dengan hanya memakan waktu sekitar 30 menit warga
bisa mendapatkan pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
Keluarga (KK), Akta Kelahiran dan Perkawinan serta Kartu Identitas Anak
(KIA).

Pada pelaksanaan benchmarking ini pada tanggal 19 September


2019 peserta Diklat PIM IV angkatan XXXI melaksanakan benchmarking
ke best practice di Inspektorat dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bantul.

1. Inspektorat Kabupaten Bantul

a. SIPOKER SANTA BARIS (Sistem Program Kerja Pengawsan


Tahunan Berbasis Risiko)

b. SIMPEL HAWAS (Sistem Pelaporan Hasil Pengawasan)

c. SIDUMAS (Sistem Pengaduan Masyarakat)

d. LAKON QUIN (Layanan Konsultasi Quality Assurance)

2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul

a. KAPERU (KTP dan KK baru untuk pengantin baru)

KAPERU merupakan program inovasi untuk perubahan identitas


bagi pengantin baru khususnya status perkawinan, dari belum
kawin menjadi kawin. Pada tingkat desa, data calon pengantin
harus benar-benar valid, sehingga petugas yang ada di KUA dapat
langsung melakukan input data perkawinan melakukan perubahan
data pada KK lama dan KTP lama, menyerahkan buku nikah, dan
menyerahkan KK dan KTP baru.

10
b. SITUPAT (Siji Entuk Papat)

Situpat adalah program dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Kabupaten Bantul dalam melayani Akta Kelahiran. Disebut Siji
Entuk Papat karena hanya dengan sekali permohonan bisa
mendapatkan 4 dokumen sekaligus, yaitu Nomor Induk
Kependudukan, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, dan Kartu Identitas
Anak. Masyarakat membawa semua persyaratan lengkap menuju
ke Dinas Dukcapil, dan akan dilayani oleh petugas, dan diharapkan
dalam waktu sekitar 30 menit, 4 dokumen kependudukan sekaligus
akan didapatkan.

c. AKSI SIMPATI (Pelayanan Cepat Akta Kematian)

Kepedulian Pemerintah Daerah Bantul dalam menindaklanjuti,


mendukung dan mendorong program tentang 'GISA' Gerakan
Indonesia Sadar Adminduk, Dinas Kependudukan Catatan Sipil
Kabupaten Bantul melaksanakan Program “Aksi Simpati” (Akte
Kematian Sehari Jadi) membantu warga menguruskan pembuatan
atau penerbitan Akta Kematian. Program ini adalah pelayanan
penerbitan akta kematian atas laporan dari warga masyarakat baik
langsung maupun melalui desa. Hal tersebut sebagai wujud simpati
dan kepedulian pemerintah terhadap warganya yang meninggal
tanpa harus ahli waris mengurus ke Dukcapil. Program ini
diharapkan dapat lebih mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat dan dapat membantu meringankan duka warga dalam
hal pengurusan administrasi kependudukan.

d. MORO LEGO (Pelayanan Jemput Bola)

Moro Lego (mobil Operasional Layanan Administrasi


Kependudukan Efektif Sekaligus Akurat) adalah pelayanan
administrasi kependudukan dengan jemput bola terhadap warga
masyarakat dengan sarana mobil khusus yang dilengkapi peralatan

11
perekaman KTP elektronik beserta pencetakan dokumen
kependudukan.

e. PAGODA (Perekaman KTP Elektronik Plus Tes Golongan Darah)

Sesuai dengan ketentuan Permendagri Nomor 74 Tahun 2015


tentang Tata Cara Perubahan Elemen Data Penduduk Dalam KTP
Elektronik maka untuk melengkapi database penduduk
ditambahkan pada elemen “golongan darah” dengan melampirkan
surat keterangan medis. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Bantul bekerja sama dengan PMI Kabupaten Bantul selaku instansi
yang berkompeten mengeluarkan keterangan medis yang
menerangkan golongan darah seseorang. Kedua belah pihak
mengadakan perjanjian kerja sama yang diberi nama Pemutakhiran
Data Golongan Darah Penduduk Dalam Database Kependudukan,
dengan Nomor : 28/PK/Bt/2018 dan 32/02.05.02/KEP/PK-
PMI/VII/2018 yang ditandatangani Kepala Dinas Dukcapil Kab.
Bantul sebagai Pihak Kesatu dan Ketua PMI Kab. Bantul sebagai
Pihak Kedua. Implementasi dari Perjanjian Kerja Sama tersebut
mendasari munculnya ide inovasi yang selanjutnya dinamai
PAGODA (Perekaman KTP El Plus Tes Golongan Darah).

f. SMART ON (Sistem Pemutakhiran Data Kependudukan Online)

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bantul


melakukan inovasi untuk mempermudah masyarakat mendapatkan
pelayanan Administrasi kependudukan (Adminduk) sehingga
masyarakat Bantul tidak harus ke kantor Disdukcapil Bantul ketika
akan mengubah data kependudukan. Mulai dari perubahan nama,
tempat tanggal lahir, jenis pekerjaan, golongan darah, status
perkawinan hingga status pendidikan. Program inovasi yang
dilakukan oleh Disdukcapil Bantul bernama Sistem pemutakhiran
data kependudukan secara online (Smart On).

12
g. CEKATAN (Cetak KTP Tanpa Mengantri)

Layanan Cekatan merupakan inovasi yang dilakukan oleh Dinas


Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul dalam
merespon banyaknya masyarakat yang belum mencetak KTP
elektronik mereka meskipun sudah melakukan perekaman. Untuk
mendapatkan aplikasi tersebut, masyarakat cukup mengunduhnya
dengan membuka google play store di handphone android mereka.
Cekatan dalam hal ini berarti Cetak KTP Elektronik Tanpa Antrian,
sehingga harapannya masyarakat tidak perlu lagi antri di kantor
Dinas Kependudukan dan catatan Sipil setempat.

13
BAB III
ANALISIS BEST PRACTICES SECARA UMUM

A. Identifikasi Best Practices


Benchmarking merupakan metode mencari patron dari Best Practice
yang ada dan bertujuan untuk mengadopsi dan mengadaptasi best
practices dari instansi yang dikunjungi. Adopsi dan adaptasi best
practice ini kemudian secara fungsional dipergunakan untuk
menginovasi pelaksanaan proyek perubahan, termasuk dalam
melakukan penyempurnaan maupun untuk peningkatan kinerja
berbagai macam proyek perubahan
Untuk dapat menganalisis best practices yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, maka di
lakukan tahapan identifikasi dengan metode brainstroming. Hasil dari
pembahasan adalah sebagai berikut:

Dari hasil brainstroming kelompok I, maka didapatkan 4 Best Practices


sebagai berikut:
1. Pada Bappeda Kab. Sleman
2. Pada Puskesmas Gamping I
3. Pada Inspektorat Kab. Bantul
4. Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bantul

Masing-masing best practices ini kemudian dianalisis dengan


menggunakan 5 pisau analisis sebagai berikut:
1. Rekruitmen tenaga profesional
2. Jenis inovasi yang di kembangkan
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang dikembangkan
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
5. Penghargaan terhadap inovator

14
B. Analisis Pada Bappeda Kab. Sleman
Di bawah ini akan coba dilakukan analisis berdasarkan 5 pisau
analisis yang sudah di tentukan.
1. Rekruitmen tenaga profesional
Pemanfaatan teknologi yang dikembangkan di Bappeda Kab.
Sleman menggunakan tenaga professional teknologi informasi
untuk membangun system. Selain itu penempatan SDM
disesuikan dengan kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan.
2. Jenis inovasi yang di kembangkan
 Aspirasi Warga Online
 Pagu Usulan Partisipatif Masyarakat (PUPM)
 Sistem Informasi Perencanaan Dan Penganggaran Daerah
 Single Sign On
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang dikembangkan
Resistensi terhadap program perubahan diperoleh dari
internal dan eksternal Bappeda. Untuk menghadapi resistensi
internal dilaksanakan melalui pemilihan pegawai yang memiliki
kompetensi sebagai pionir untuk melaksanakan perubahan sesuai
yang direncanakan. Pionir ini diharapkan dapat memotivasi dan
menularkan kepada seluruh pegawai untuk menerapkan
perubahan.
Resistensi eksternal didapatkan dari DPRD dan masyarakat.
Untuk menghadapi resistensi dari DPRD dilaksanakan melalui
pemahaman dan edukasi untuk menjelaskan secara berkala dan
konsisten dengan prosesnya. Untuk menghadapi resistensi
masyarakat dilakukan melalui pemberian alokasi angggaran yang
transparan melalui proses penyusunan skala prioritas yang
disuaikan dengan arah kebijakan Kab. Sleman. Selanjutnya
usulan secara berjenjang mulai dari level Desa, Kecamatan
hingga Kabupaten selalu dilaksanakan secara terbuka dan
transparan.

15
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Budaya organisasi yang mendukung inovasi antara lain :
 Proses perencanaan melalui 5 tahapan yaitu : bottom up, top
down, politik, teknokratik dan partisipatif
 Penyusunan Manajemen Resiko untuk menyiapkan solusi
terhadap kendala yang kemungkinan muncul
 Komitmen Kepala Daerah dalam mendukung program
Rencana Kinerja Pemerintah Daerah (RKPD)
5. Penghargaan terhadap inovator
Penghargaan terhadap Pemerintah Kabupaten Sleman dengan
adanya perubahan sistem informasi terintegrasi meliputi:
a. Kabupaten Sleman meraih penghargaan dari KemenPAN-
RB atas prestasinya dalam akuntabilitas kinerja tahun 2016
dengan predikat ‘BB” (sangat baik).
b. Pemkab Sleman mendapatkan penghargaan bergengsi
skala nasional yakni ‘Inovasi Administrasi Negara’ (Inagara)
2017.

C. Analisis Pada Puskesmas Gamping I


Analisis terhadap Puskesmas Gamping I berdasarkan 5 pisau
analisis yang sudah di tentukan.
1. Rekruitmen tenaga profesional
Pemanfaatan teknologi yang dikembangkan di Puskesmas
Gamping I menggunakan tenaga professional teknologi informasi
untuk membangun system. Selain itu penempatan SDM
disesuikan dengan kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan.
SDM terpilih harus memiliki komitmen tinggi karena berhadapan
dengan kelompok rentan yaitu: lansia, balita, ibu hamil dan yang
berkebutuhan khusus,
2. Jenis inovasi yang di kembangkan
 Tua Keladi
 Mama Minta Info

16
 Gemilang
 Marai Penak
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang dikembangkan
Untuk menghadapi resistensi dilaksanakan melalui pemilihan
pegawai yang memiliki kompetensi sebagai pionir untuk
melaksanakan perubahan sesuai yang direncanakan. Pionir ini
diharapkan dapat memotivasi dan menularkan kepada seluruh
pegawai untuk menerapkan program di Puskesmas Gamping I.
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Budaya organisasi yang mendukung inovasi antara lain:
 Peran serta aktif kader kesehatan lansia di dusun
(lingkungan permukiman), apparat desa dan dusun, PKK
Desa dan Dusun serta pemangku kepentingan lainnya
 Komitmen Kepala Daerah dalam mendukung program
melalui pengalokasi anggaran dari Pemerintah Kabupaten
untuk mendukung program peningkatan pelayanan
kesehatan lansia
 Munculnya komitmen dari Pemerintah Desa untuk
mengalokasikan anggaran khusus lansia
5. Penghargaan terhadap inovator
Inovator terhadap program Tua Keladi adalah Kepala Puskesmas
Gamping I, Drg. Ratih Susila. Penghargaan yang telah diperoleh
antara lain:
a. Menerima predikat zona integritas Wilayah Bebas Korupsi
(WBK) dari KPK dan Kemenpan RB Tahun 2017
b. Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kemenpan RB Tahun
2017
c. Juara 1 Penyelenggaraan Pelayanan Publik Tingkat DIY
Tahun 2014

D. Analisis Pada Inspektorat Kab. Bantul


1. Rekruitmen tenaga profesional

17
Penempatan SDM disesuaikan dengan kebutuhan dan
kompetensi yaitu pejabat fungsional Pejabat Fungsional
Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah
(P2OPD). Selain itu, program inovasi mendapatkan
pendampingan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN).
2. Jenis inovasi yang di kembangkan
 SIPOKER SANTABARIS (Sistem Proker Pengawasan
Tahunan Berbasis Resiko)
 SIMPEL HAWAS (Sistem Pelaporan Hasil Pengawasan)
 SIDUMAS (Sistem Pengaduan Masyarakat)
 LAKON QUINN (Layanan Konsultasi Quality Assurance)
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang
dikembangkan
Resistensi terhadap inovasi diperoleh dari eksternal berupa
auditi yang segan untuk berkomunikasi dan dilakukan
pendampingan sehingga kesulitan dalam melakukan
pembinaan early warning system. Untuk mengatasi hal
tersebut dilaksanakan melalui pelayanan konsultasi untuk
OPD serta meningkatkan sosialisasi dan pemahaman
tentang mekanisme pendampingan.
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Maturitas organisasi SPIP saat ini masih pada level 2
dimana ada praktik pengendalian intern tapi tidak
terdokumentasi dengan baik. Pelaksanaan tergantung pada
individu dan belum melibatkan semua unit organisasi.
Efektivitas pengendalian belum dievaluasi. Sehingga perlu
ditingkatkan melalui perbaikan dan penyempurnaan tata
kelola layanan.
5. Penghargaan terhadap inovator
Untuk saat ini belum ada penghargaan terhadap inovasi
yang dikembangkan. Pemerintah Kabupaten Bantun
mensyaratkan masing masing Organisasi Perangkat Daerah

18
(OPD) harus memiliki 2 inovasi. Inovasi terbaik dari
perorangan akan mendapatkan reward berupa kebijakan
mutasi dan promosi.

E. Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bantul


1. Rekruitmen tenaga profesional
Penempatan SDM disesuaikan dengan kebutuhan dan
kompetensi. Peningkatan kualitas SDM dilaksanakan
melalui pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), Standar
Management Mutu serta pemberian reward bagi karyawan
terbaik.
2. Jenis inovasi yang di kembangkan
 KAPERU (KTP dan KK baru untuk pengantin baru)
 SITUPAT (Siji Entuk Papat)
 SAPA 30 (Semua Layanan Kurang Dari 30 Menit)
 AKSI SIMPATI (Pelayanan Cepat Akta Kematian)
 MORO LEGO (Pelayanan Jemput Bola)
 PAGODA (Perekaman KTP-El Plus Tes Golongan
Darah)
 Smart ON (Sistem Pemutakhiran Data Kependudukan
On Line)
 CEKATAN (Cetak KTP Tanpa Mengantri)
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang
dikembangkan
Resistensi terhadap inovasi diperoleh dari internal dan
eksternal. Resistensi internal diperoleh karena adanya
anggapan kekerangan SDM untuk menjadi admin. Hal ini
diatasi dengan dialkukannya sosialisasi dan penjelasan
kepada pegawai terkait.
Resistensi eksternal diperoleh dari masyarakat yang menjadi
calo. Selain itu di tahap awal inovasi diluncurkan,
masyarakat masih minim memanfaatkannya. Terhadap

19
resistensi eksternal ini dilakukan sosialisasi dan
penyadartahuan masyarakat melalui media cetak berupa
baliho, spanduk, banner, leaflet dan bagan alur pelayanan.
Selain itu juga dilaksanakan sosialisasi melalui media
elektronik di TVRI Jogja dan Bantul Radio. Untuk sekolah
dan desa dilaksankan sosialisasi Adminduk.
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Budaya organisasi yang dikembangkan di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul adalah
disiplin, ramah, mudah, adil, jujur dan jelas. Selain itu atribut
“Semangat Melayani Sepenuh Hati” melekat pada masing-
masing pegawai.
5. Penghargaan terhadap inovator
Penghargaan terhadap Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bantul dengan adanya perubahan sistem
pelayanan publik meliputi:
a. Wilayah Bebas dari Korupsi dari KPK dan Kemenpan
RB tahun 2017
b. Role Model Penyenggaraan Pelayanan Publik
Kategori A dari kemenpan RB
Inovasi terbaik dari perorangan akan mendapatkan reward
berupa kebijakan mutasi dan promosi.

20
BAB IV
ANALISIS BEST PRACTICE BAGI PROYEK PERUBAHAN

A. Erva Kurniawan

Judul proyek :

Pengendalian Pemanfaatan Perairan Pesisir melalui Pedoman


Penyusunan Peraturan Gubernur tentang Perizinan Reklamasi
1. Adopsi Best Practices

Analisis best practices dari benchmarking di Bappeda Kabupaten


Sleman dan Puskesmas Gamping I terhadap proyek perubahan yang
disusun antara lain:

a. Komitmen Bupati Sleman selaku pimpinan daerah dalam menyusun


roadmap pengembangan teknologi informasi dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik dan membangun kepercayaan
masyarakat.
b. Pelibatan unsur masyarakat pada masing-masing kecamatan di
Kabupaten Sleman dalam proses perencanaan dan penyusunan
anggaran.
c. Adanya inisiatif dari Bappeda untuk membuat kesepakatan pada
Lembaga Legislatif dan Lembaga Eksekutif daerah dalam
perencanaan anggaran untuk mengakomodir kepentingan salah
satu pihak.
d. Penggunaan aplikasi dengan platform SMS-Gateway untuk
menjembatani broadcast informasi kepada seluruh kalangan
masyarakat sebagai bentuk komitmen pelayanan publik.
e. Membangun kebiasaan dalam melayani masyarakat dengan segala
keluhan stakeholder guna penyelesaian permasalahan
menggunakan fasilitas yang terencana
f. Merubah budaya organisasi lebih bersifat melayani serta
menetapkan NSPK berupa standar operasional prosedur yang
bersifat rutin

21
g. Pemanfaatan teknologi informasi yang berfungsi sebagai
pengawasan dan pemantauan akuntabilitas suatu kebijakan

2. Adaptasi

Adaptasi dari analisis best practices di atas terhadap proyek


perubahan adalah:

a. Implementasi suatu program inovasi perlu diiringi dengan


penyusunan NSPK untuk mendukung tata cara dan kinerja program
serta penyusunan regulasi sebagai payung hukum.
b. Diperlukan peran serta stakeholder yang memiliki kepentingan
untuk keberhasilan program serta dapat dilibatkan dalam
pelaksanaan program pelayanan publik.
c. Perlu penguatan SDM sesuai dengan kualifikasinya agar dapat
melaksanakan tanggung jawab organisasi sesuai dengan tugas dan
fungsi
d. Perlu dilakukan perbaikan budaya kerja dan etos kerja dengan
melakukan pembenahan yang dimulai dari sikap dan tingkah

3. Cara menghadapi resistensi inovasi


Dalam rangka menyampaikan gagasan proyek perubahan terdapat
resistensi dari stakeholder yang dihadapi. Metode yang digunakan
untuk menghadapi hal ini dilakukan pendekatan dengan cara persuasif
demi terlaksananya proyek perubahan. Koordinasi yang lebih inten
dilakukan dengan stakeholder serta memberikan informasi dan
pelayanan yang lebih baik.

22
BAB V
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil melalui pelaksanaan bench


marking ke Best Practice di Pemerintah Kabupaten Sleman (Bappeda dan
Puskesmas Gamping I) dan Pemerintah Kabupaten Bantul (Inspektorat
dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil) adalah sebagai berikut:
a. Best practice yang dapat diadopsi dan diadaptasikan adalah berkaitan
dengan peran NSPK dan dukungan regulasi dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan publik
b. Penetapan NSPK berupa regulasi terkait pelayanan publik akan
memberikan kepastian hukum dan kepastian berusaha
c. Penyediaan ruang bagi inovasi pelayanan ke dalam regulasi akan
memberikan kemudahan dan kepastian bagi pelaku usaha untuk
mendapatkan haknya berupa penerbitan Izin Reklamasi pada
kewenangan gubernur.

23

Anda mungkin juga menyukai