Oleh:
ERVA KURNIAWAN
NIP. 19781028 200502 1 001
(Kelompok I)
COACH :
DEDE S SOELAEMAN, A.Pi, M.Si
i
DAFTAR ISI
C. Metode .........................................................................................3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
untuk mengadapatasikannya ke dalam organisasi melalui penyusunan
proyek perubahan yang akan diterapkan dalam lingkup kerja.
2
C. Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan pada kegiatan
benchmarking ke best practice ini adalah :
a. Mengikuti kegiatan presentasi oleh narasumber dari lokus
kunjungan.
b. Melakukan tanya jawab dan diskusi.
c. Observasi langsung.
d. Wawancara.
3
BAB II
LOKUS KUNJUNGAN
4
Pemerintah Kabupaten Sleman menyatakan bahwa semua sektor
pelayanan di wilayahnya telah menggunakan teknologi digital. Sebagai
dampaknya, transparansi, kecepatan pelayanan, serta efisiensi pelayanan
kepada publik telah dapat diwujudkan di kabupaten tersebut.
Pertumbuhan ekonomi Sleman cukup tinggi, bahkan lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2015,
perekonomian wilayah Sleman tumbuh sebesar 5,28% di saat pada
tingkat nasional perekonomian tumbuh sekitar 5,04%. Selain untuk
melaksanakan pelayanan publik, pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi di kabupaten Sleman juga dilakukan untuk mengembangkan
Usaha Keci, Mikro dan Menengah serta menunjang sektor pariwisata.
5
pembangunan. Kebijakan desentralisasi akan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dan mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah.
Dalam menentukan besaran PUPM ini, digunakan variabel yang mewakili
kondisi sosial penduduk, kondisi infrastruktur serta fisik geografis. Hal ini
dimaksudkan untuk mengukur secara kuantitatif kebutuhan masing-
masing wilayah secara proporsional.
6
Inovasi yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten Sleman untuk
mengatasi permasalahan perencanaan pembangunan untuk kewenangan
pelaksanaan pembangunan oleh pemerintah desa atau pemerintah
kabupaten yaitu dengan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) kabupaten
kepada desa. Bantuan Keuangan Khusus (BKK) merupakan Bantuan
Keuangan yang bersifat khusus kepada Pemerintah Desa yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah bantuan
dana dari Pemerintah Daerah yang peruntukan dan penggunaannya
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah pemberi bantuan dalam rangka
percepatan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat
2. Puskesmas Gamping I
7
2. Pelayanan konseling yang dapat diakses 24 jam melalui SMS Gateway
dan juga e-gateway.
8
konsultasi kepada calon pengantin dan ibu hamil mengenai 1000 hari
pertama kehidupan, dengan harapan kelak bayi yang dilahirkan bisa
mendapatkan ASI eksklusif dan dilanjutkan dengan MPASI dari usia 6
bulan. Selain itu juga memberikan konseling dan pertemuan bagi orangtua
balita dengan status gizi buruk dan kurang. Sedangkan pelayanan luar
gedung, meliputi kegiatan pemantauan status gizi balita, kunjungan dan
pendampingan bagi balita dengan status gizi kurang dan pemberian tablet
tambah darah bagi remaja putri. Inovasi ini sudah mulai diterapkan sejak
tahun 2016 berupa kegiatan yang melibatkan lintas program dan lintas
sektor di wilayah kerja Puskesmas Gamping I.
9
Pemkab Bantul sedang uji coba melakukan inovasi program untuk
mempermudah pelayanan sebanyak 276 program. Sementara itu,
program yang saat ini sudah berjalan di Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) diantaranya Disdukcapil dengan program SITUPAT (Siji Untuk
Papat). Program tersebut untuk mempermudah pelayanan di bidang
kependudukan dengan hanya memakan waktu sekitar 30 menit warga
bisa mendapatkan pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
Keluarga (KK), Akta Kelahiran dan Perkawinan serta Kartu Identitas Anak
(KIA).
10
b. SITUPAT (Siji Entuk Papat)
11
perekaman KTP elektronik beserta pencetakan dokumen
kependudukan.
12
g. CEKATAN (Cetak KTP Tanpa Mengantri)
13
BAB III
ANALISIS BEST PRACTICES SECARA UMUM
14
B. Analisis Pada Bappeda Kab. Sleman
Di bawah ini akan coba dilakukan analisis berdasarkan 5 pisau
analisis yang sudah di tentukan.
1. Rekruitmen tenaga profesional
Pemanfaatan teknologi yang dikembangkan di Bappeda Kab.
Sleman menggunakan tenaga professional teknologi informasi
untuk membangun system. Selain itu penempatan SDM
disesuikan dengan kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan.
2. Jenis inovasi yang di kembangkan
Aspirasi Warga Online
Pagu Usulan Partisipatif Masyarakat (PUPM)
Sistem Informasi Perencanaan Dan Penganggaran Daerah
Single Sign On
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang dikembangkan
Resistensi terhadap program perubahan diperoleh dari
internal dan eksternal Bappeda. Untuk menghadapi resistensi
internal dilaksanakan melalui pemilihan pegawai yang memiliki
kompetensi sebagai pionir untuk melaksanakan perubahan sesuai
yang direncanakan. Pionir ini diharapkan dapat memotivasi dan
menularkan kepada seluruh pegawai untuk menerapkan
perubahan.
Resistensi eksternal didapatkan dari DPRD dan masyarakat.
Untuk menghadapi resistensi dari DPRD dilaksanakan melalui
pemahaman dan edukasi untuk menjelaskan secara berkala dan
konsisten dengan prosesnya. Untuk menghadapi resistensi
masyarakat dilakukan melalui pemberian alokasi angggaran yang
transparan melalui proses penyusunan skala prioritas yang
disuaikan dengan arah kebijakan Kab. Sleman. Selanjutnya
usulan secara berjenjang mulai dari level Desa, Kecamatan
hingga Kabupaten selalu dilaksanakan secara terbuka dan
transparan.
15
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Budaya organisasi yang mendukung inovasi antara lain :
Proses perencanaan melalui 5 tahapan yaitu : bottom up, top
down, politik, teknokratik dan partisipatif
Penyusunan Manajemen Resiko untuk menyiapkan solusi
terhadap kendala yang kemungkinan muncul
Komitmen Kepala Daerah dalam mendukung program
Rencana Kinerja Pemerintah Daerah (RKPD)
5. Penghargaan terhadap inovator
Penghargaan terhadap Pemerintah Kabupaten Sleman dengan
adanya perubahan sistem informasi terintegrasi meliputi:
a. Kabupaten Sleman meraih penghargaan dari KemenPAN-
RB atas prestasinya dalam akuntabilitas kinerja tahun 2016
dengan predikat ‘BB” (sangat baik).
b. Pemkab Sleman mendapatkan penghargaan bergengsi
skala nasional yakni ‘Inovasi Administrasi Negara’ (Inagara)
2017.
16
Gemilang
Marai Penak
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang dikembangkan
Untuk menghadapi resistensi dilaksanakan melalui pemilihan
pegawai yang memiliki kompetensi sebagai pionir untuk
melaksanakan perubahan sesuai yang direncanakan. Pionir ini
diharapkan dapat memotivasi dan menularkan kepada seluruh
pegawai untuk menerapkan program di Puskesmas Gamping I.
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Budaya organisasi yang mendukung inovasi antara lain:
Peran serta aktif kader kesehatan lansia di dusun
(lingkungan permukiman), apparat desa dan dusun, PKK
Desa dan Dusun serta pemangku kepentingan lainnya
Komitmen Kepala Daerah dalam mendukung program
melalui pengalokasi anggaran dari Pemerintah Kabupaten
untuk mendukung program peningkatan pelayanan
kesehatan lansia
Munculnya komitmen dari Pemerintah Desa untuk
mengalokasikan anggaran khusus lansia
5. Penghargaan terhadap inovator
Inovator terhadap program Tua Keladi adalah Kepala Puskesmas
Gamping I, Drg. Ratih Susila. Penghargaan yang telah diperoleh
antara lain:
a. Menerima predikat zona integritas Wilayah Bebas Korupsi
(WBK) dari KPK dan Kemenpan RB Tahun 2017
b. Top 99 Inovasi Pelayanan Publik dari Kemenpan RB Tahun
2017
c. Juara 1 Penyelenggaraan Pelayanan Publik Tingkat DIY
Tahun 2014
17
Penempatan SDM disesuaikan dengan kebutuhan dan
kompetensi yaitu pejabat fungsional Pejabat Fungsional
Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah
(P2OPD). Selain itu, program inovasi mendapatkan
pendampingan dari Lembaga Administrasi Negara (LAN).
2. Jenis inovasi yang di kembangkan
SIPOKER SANTABARIS (Sistem Proker Pengawasan
Tahunan Berbasis Resiko)
SIMPEL HAWAS (Sistem Pelaporan Hasil Pengawasan)
SIDUMAS (Sistem Pengaduan Masyarakat)
LAKON QUINN (Layanan Konsultasi Quality Assurance)
3. Cara menghadapi resistensi terhadap inovasi yang
dikembangkan
Resistensi terhadap inovasi diperoleh dari eksternal berupa
auditi yang segan untuk berkomunikasi dan dilakukan
pendampingan sehingga kesulitan dalam melakukan
pembinaan early warning system. Untuk mengatasi hal
tersebut dilaksanakan melalui pelayanan konsultasi untuk
OPD serta meningkatkan sosialisasi dan pemahaman
tentang mekanisme pendampingan.
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Maturitas organisasi SPIP saat ini masih pada level 2
dimana ada praktik pengendalian intern tapi tidak
terdokumentasi dengan baik. Pelaksanaan tergantung pada
individu dan belum melibatkan semua unit organisasi.
Efektivitas pengendalian belum dievaluasi. Sehingga perlu
ditingkatkan melalui perbaikan dan penyempurnaan tata
kelola layanan.
5. Penghargaan terhadap inovator
Untuk saat ini belum ada penghargaan terhadap inovasi
yang dikembangkan. Pemerintah Kabupaten Bantun
mensyaratkan masing masing Organisasi Perangkat Daerah
18
(OPD) harus memiliki 2 inovasi. Inovasi terbaik dari
perorangan akan mendapatkan reward berupa kebijakan
mutasi dan promosi.
19
resistensi eksternal ini dilakukan sosialisasi dan
penyadartahuan masyarakat melalui media cetak berupa
baliho, spanduk, banner, leaflet dan bagan alur pelayanan.
Selain itu juga dilaksanakan sosialisasi melalui media
elektronik di TVRI Jogja dan Bantul Radio. Untuk sekolah
dan desa dilaksankan sosialisasi Adminduk.
4. Budaya organisasi dalam mendukung inovasi
Budaya organisasi yang dikembangkan di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bantul adalah
disiplin, ramah, mudah, adil, jujur dan jelas. Selain itu atribut
“Semangat Melayani Sepenuh Hati” melekat pada masing-
masing pegawai.
5. Penghargaan terhadap inovator
Penghargaan terhadap Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bantul dengan adanya perubahan sistem
pelayanan publik meliputi:
a. Wilayah Bebas dari Korupsi dari KPK dan Kemenpan
RB tahun 2017
b. Role Model Penyenggaraan Pelayanan Publik
Kategori A dari kemenpan RB
Inovasi terbaik dari perorangan akan mendapatkan reward
berupa kebijakan mutasi dan promosi.
20
BAB IV
ANALISIS BEST PRACTICE BAGI PROYEK PERUBAHAN
A. Erva Kurniawan
Judul proyek :
21
g. Pemanfaatan teknologi informasi yang berfungsi sebagai
pengawasan dan pemantauan akuntabilitas suatu kebijakan
2. Adaptasi
22
BAB V
PENUTUP DAN KESIMPULAN
23