Anda di halaman 1dari 19

Analisis Kasus

Manajemen Pemasaran Internsional

“Nestlé In 2008.”

Disusun oleh Kelompok 5:

1. Gita Setya Fajar 5150211090


2. Aureliana Putri Nurmansyah 5150211127

UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
S1 MANAJEMEN B
2018
A. Ringkasan Kasus
Nestlé adalah sebuah perusahaan multinasional di Vevey, Swiss yang bergerak dalam
bidang makanan. Awalnya core bisnis Nestlé bergerak dibidang agribisnis. Namun saat ini
Nestlé telah berkembang menjadi perusahaan makan dan minuman terbesar didunia dengan
kekuatan lini produk serta portopolio merek. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1867 oleh
Henri Nestlé. Nestlé dikenal sebagai perusahaan memproduksi berbagai jenis makan dan
minuman dengan berbagai macam merek seperti bubur bayi, susu, kopi, cokelat, minuman
keras, rum, dan cuka, minuman soda dan lemonand. Perusahaan ini juga masuk dalam bursa
saham SWX Swiss Exchange. Pada tahun 1845 dan 1847 terjadi krisis ekonomi sehingga
Nestlé memutuskan untuk menghentikan produksi air mineralnya.
Meskipun sempat mengalami masa krisis, namun saat ini Nestlé sudah menjadi
perusahaan makanan dan minuman yang terpercaya diseluruh dunia secara turun temurun.
Sebagai salah satu prusahaan terbesar di mancanegara Nestlé berkomitmen untuk tetap
mengembangkan produk-produk melalui inovasi dan renovasi demi memuaskan kebutuhan
konsumennya. Selain itu Nestlé juga berkontribusi pada kuliatas kehipan yang lebih baik
dengan memproduksi produk healthy dan memperhatikan lingkungan sekitar demi
menciptakan lingkungan yang sehat bagi seluruh masyarakat di dunia dengan cara
bekerjasama dengan para ahli untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang mungkin
terjadi.
Sebagai perusahaan terprcaya Nestlé memiliki keinginan yang kuat untuk selalu
memproduksi produk-produk healthy agar kesehatan masyarakat di dunia terjamin dengan
hadirnya produk-produk Nesltle yang berkualitas tinggi bagi kesehatan. Pesatnya
pertumbuhan industri makanan dan minuman membuat Nestlé untuk dapat bersaing secara
sehat dan dapat menguasai pasar dunia. Saat ini tujuan Nestlé untuk dapat menguasai pasar
dunia sudah hampir terwujud karena Nestlé mengunakan strategi pasar yang baik, sehingga
dalam pasar dunia Nestlé mampu menunjukkan grafik pertumbuhan yang terus menanjak dari
tahun-ketahun. Hal itu dibuktikan dengan berdirinya beberapa pabrik Nestlé di seluruh dunia.
Hingga saat ini Nestlé selalu melakukan berbagai inovasi secara terus menerus
dengan menghadirkan produk-produk baru dengan kemasan baru yang baru, sehingga
menumbuhkan daya tarik tersendiri bagi konsumen dan harga dari produk Nestlé juga dapat
dijangkau oleh seluruh kalangan masyarakat di dunia. Selain melakukan kegiatan-kegiatan
yang bersifat komersial, Nestlé juga memiliki program CSR (coreporete social responsibility)
dengan memberikan santunan kepada yayasan-yaysan sosial di seluruh dunia.

1
Nestle juga merupakan perusahaan consumer goods terkemuka di dunia, yang
berusaha keras dalam melakukan inisiatif optimisasi biaya terutama dalam hal manufaktur,
dan berhasil melakukan penghematan sekitar CHF 10 miliar. Program efisiensi operasional
yang dicanangkan oleh Nestle berhasil mencatatkan sukses, dimana penghematan yang
dilakukan melampaui target sebesar CHF 1 miliar pada 2007. Jika dihitung dari tahun 1996,
maka Cost of Goods Sold (COGS)/Harga Pokok Penjualan (HPP) sudah menurun dari 52.1%
pada 1996 menjadi kurang dari 42% di tahun 2007. Kunci pencapaian ini adalah dari
penghematan. Kemudian strategi Nestle dalam membidik produk yang punya value-added
lebih tinggi, dimana porsi COGS lebih kecil dibandingkan dengan harga jual juga mengambil
peran penting. Peningkatan dalam COGS pada 2007, terutama berasal dari inflasi akibat
membumbungnya harga komoditas, terutama pertanian. Nestle melakukan berbagai macam
bentuk strategi yaitu dengan memberikan Inovasi dan renovasi, menjalin komunikasi dengan
baik kepada konsumen.
Sejak 1994 Nestle secara terus menerus membina petani kopi di hampir seluruh dunia.
Hasil pembinaan membuat petani terampil menghasilkan standar kopi dunia sehingga Nestle
menyerap lebih dari 20.000 ton biji kopi untuk pasar lokal dan internasional. Kemudian
bermitra dengan 300 ribu peternak dan menyerap 5500 ribu liter susu. Perangkat utama
Nestle dalam mencapai efisiensi operasional antara lain adalah GLOBE yang memungkinkan
berbagai cabang Nestle di seluruh dunia ‘berbicara’ dalam satu bahasa sama, definisi sama,
perangkat sama dan ukuran sama pula. Program GLOBE menghilangkan kompleksitas yang
tidak perlu dalam sebuah proses dan menjadikan Nestle sebagai perusahaan yang saling
berketerkaitan.
Proyek GLOBE (Global Business Excellence) yang merupakan proyek terbesar
Nestle selama 135 tahun berdirinya perusahaan ini. Tujuan dari proyek GLOBE adalah
meningkatkan kinerja dan efisiensi bisnis Nestle di seluruh dunia. Proyek GLOBE ini
merupakan sistem ERP (enterprise resource planning) yang menggunakan software SAP.
Implementasi mySAP.com termasuk Workplace, SAP R/3, BW, APO, CRM, EBP dan
Knowledge Warehouse. Proyek ini terbagi menjadi empat kegiatan pokok, yaitu Business
Excellence, Data Standard dan Data Management, Information Technology dan Global
Template

2
B. Permasalahan
Berdasarkan ringkasan kasus yang sudah dibahas sebelumnya maka terdapat beberapa
rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar untuk melakukan analisis kasus, yaitu:
1. Bagaimana perusahaan seperti Nestlé bisa tetap relavan dalam keadaan lingkungan
yang dinamis dan pada saat yang sama mampu menjadi pemimpin dalam berbagai
bidang industri ?
2. Bagaimana cara Nestlé untuk tetap mempertahakan keberlangsungan hidup produk?
3. Bagaimana cara yang harus dilakukan Bulcke untuk menyeimbangkan otonomi
daerah melalui koordinasi global sebagai sebuah produk yang berbasis pada ilmu
pengetahuan yang memiliki potensi di pasar berkembang?

C. Landasan Teori
1. Inovasi
Inovasi merupakan salah satu cara yang dilakukan oranisasi untuk terus beratahan
di era globalisasi seperti saat ini. Menurut Schumpeter (dalam Nicholas, 2003) inovasi
merupakan sebuah usaha untuk mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu
menjadi satu kombinasi sehingga, dengan inovasi seseorang dapat menambahkan nilai
dari produk, pelayanan, proses kerja bagi stakeholder. Inovasi dalam konsep yang luas
sebenarnya tidak hanya terbatas pada produk. Inovasi dapat berupa ide, cara-cara
ataupun obyek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Jika dilihat
dari sisi kebutuhan organisasi inovasi merupakan salah satu cara yang sengaja diciptakan
(voluntary) atau memang datang dengan sendrinya (involuntary) sebagai salah satu
dilakukan oranisasi untuk terus beratahan di era globalisasi seperti saat ini.
Menurut Schumpeter (dalam Nicholas, 2003) inovasi merupakan sebuah usaha
untuk mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi
sehingga, dengan inovasi seseorang dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan,
proses kerja bagi stakeholder. Freeman (2004) menganggap inovasi sebagai suatu upaya
yang dilakukan organisasi melalui penggunaan teknologi dan informasi untuk
mengembangkan, memproduksi dan memasarkan produk baru. Dengan kata lain inovasi
adalah modifikasi atau penemuan ide untuk perbaikan secara terus-menerus serta
pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Inovasi dalam konsep yang luas
sebenarnya tidak hanya terbatas pada produk. Inovasi dapat berupa ide, cara-cara
ataupun obyek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Inovasi

3
juga sering dugunakan untuk merujuk pada perubahan yang dirasakan sebagai hal yang
baru oleh masyarakat. (Suryani, 2008)
Rogers (dalam Sugandini, 2007) menyatakan bahwa inovasi memiliki beberapa
atribut yaitu:
a. Keuntungan relatif
Inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan
inovasi sebelumnya. Nilai tersebut melekat dalam inovasi yang dilakukan
sehingga menjadi ciri khas tersendiri yang membedakannya dengan yang lain,
sehingga dapat diketahui sejauh mana inovasi tersebut dianggap menguntungkan
bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat
diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial
(gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat
penting. Jika inovasi yang lalukan menguntungkan maka inovasi yang dilakukan
akan lebih cepat terealisasi.

b. Kompatibel (compatibility)
Tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan
dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini
oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma
yang ada. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang
begitu saja, selain karena alasan faktor biaya yang sedikit, namun juga inovasi
yang lama menjadi bagian dari proses transisi ke inovasi terbaru. Selain itu juga
dapat memudahkan proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu
secara lebih cepat.

c. Kompleksitas (complexity)
Inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang boleh jadi lebih tinggi dibandingkan
dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi
menawarkan cara yang lebih baru dan lebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada
umumnya tidak menjadi masalah penting. Suatu inovasi yang mudah dimengerti
dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat terealisasi, sedangkan inovasi
yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat
terealisasi.

4
d. Trialabilitas (trialability)
Inovasi hanya bisa diterima apabila telah teruji dan terbukti mempunyai
keuntungan atau nilai dibandingkan dengan inovasi yang lama. Sehingga sebuah
produk inovasi harus melewati fase “uji publik”, dimana setiap orang atau pihak
mempunyai kesempatan untuk menguji kualitas dari sebuah inovasi. Suatu
inovasi yang telah teruji akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi
yang tidak dapat dicoba terlebih dahulu

e. Dapat diamati (observability)


Inovasi harus dapat diamati, dari segi bagaimana sebuah inovasi bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Suatu inovasi yang hasilnya mudah
diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang
sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.

2. Knowledge Management
Knowlegge management merupakan suatu disiplin yang digunakan organisasi
untuk mengelola aset intelektual karena pada dasarnya aset utama yang dibutuhkan
organisasi dalam mengahadapi persaingan dimasa sekarang maupun masa depan adalah
aset intelektual bukan aset kapital (Honeycutt, 2000). Knowledge management pada
ummnya digunakan untuk menemukan, memilah, mengorganisasikan dan menyajikan
informasi dengan cara tertentu sehingga dapat meningkatkan penguasaan pengetahuan
dalam suatu bidang kajian yang spesifik yang dapat digunakan untuk mengelola
pengetahuan dalam organisasi demi menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan
kompetitif (Laudon and Laudon, 2002:372).
Dalam prakteknya knowledge management melibatkan proses akuisisi
pengetahuan yang bertujuan untuk meningkatkan praktik pengetahuan yang lebih baik,
peningkatan perilaku organisasi, pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan
kinerja organisasi, sehingga setiap individu di dalam organisasi dapat berpatisipasi dalam
pencapain tujuan organisasi (King, 2009). Hal itu juga diperkuat dengan pernyataan
(Wulantika, 2009) yang menyatakan bahwa knowledge management merupakan kegiatan
orgaisasi yang mengelola pengetahuan sebagai aset organisasi, dimana dalam praktiknya
terdapat penyaluran pengetahuan kepada setaia individu dalam waktu yang cepat
sehingga setiap individu di dalam organisasi dapat berinteraksi dan berbagi pengetahuan

5
antara satu sama lain dan kemudian mengaplikasikannya dalam aktivitas rutin demi
meningkatkan kinerja organisasi.

3. Forecasting
Forecasting merupakan suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa
yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu dan
sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Peramalan tidak memberikan
jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan berusaha mencari pendekatan
tentang apa yang akan terjadi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam menentukan
keputusan yang terbaik (Riduwan, 2010)
Forecasting yang dilakukan harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan.
Menurut Riduwan (2010) forecasting tersebut meliputi:
a. Peramalan ekonomi (economic forecast)
Merupakan peramalan yang digunakan untuk memprediksi tingkat inflasi,
ketersediaa dana yang dibutuhkan untuk membangun perubahan dan indikator
perencanaan lainnya untuk menjelaskan gambaran tentang siklus bisnis atau
yang lebih dikenal dengan organization life cycle (OLC). OLC kurva yang
menunnjukan siklus hidup organisasi mulai dari fase perkenalan,
pertumbuhan, fase dewasa dan decline.

b. Peramalan terknologi (technological forecast)


Merupakan peramalan digunakan untuk memperhatikan tingkat kemajuan
teknologi agar dapat menciptakan atau meluncurkan produk baru yang
menarik, yang didukung dengan peralatan teknologi yang mutakhir, krena
sebaik-baikny lingkungan tetap akan memiliki pengaruh yang besar terhadap
pencapaian organisasi

D. Analisis Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi pokok bahsan dalam kasus di atas maka
pemecahan masalah yang dapat dibahas dalam paper ini adalah sebagai berikut:
1. Nestlé bisa tetap relavan dalam keadaan lingkungan yang dinamis dan pada saat
yang sama mampu menjadi pemimpin dalam berbagai bidang industri
Di era globalisasi saat ini terjadi perubahan yang sangat cepat denga tingkat ketik
pastian yang sangat tinggi, sehingga perusahaan harus bisa bersaing secara kompetitif untuk

6
memenangkan persainga pasar. Perubahan merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat
dihindari, karena semua yang ada di muka bumi pasti akan mengalami perubahan kecuali
perubahan itu sendiri. Pesatnya pertumbuhan industri makanan dan minuman membuat
Nestlé harus dapat bersaing secara sehat ditengah kondisi lingkungan yang semakin dinamis.
Menjadi perusahaan yang tetap relevan dala lingkungan bisnis yang dinamis bukanlah
hal yang mudah, sehingga perusahaan harus bisa melakukan forecasting terhadap keadaan
yang akan datang. Forecasting merupakan suatu proses memperkirakan secara sistematis
tentang apa yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan informasi masa lalu
dan sekarang yang dimiliki agar kesalahannya dapat diperkecil. Peramalan tidak memberikan
jawaban pasti tentang apa yang akan terjadi, melainkan berusaha mencari pendekatan tentang
apa yang akan terjadi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam menentukan keputusan
yang terbaik (Riduwan, 2010).
Melalui forecasting, Nestlé dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan yang ada di
dalam perusahaan, sehingga mampu melihat peluang dan ancaman yang datang dari luar atau
yang lebih dikenal dengan SWOT. Dengan menggunakan analisis SWOT yang sederhana
ternyata mampu meningkatkan produktifitas. Selain itu perusahaan juga dapat melihat
peluang untuk memposisikan produk tergantung pada kemampuan dan kebutuhan konsumen
sehingga menciptakan sebuah kepuasan. Ini adalah nilai yang terkandung dalam pemasaran,
termasuk penjualan dan pembagian pasar, analisis dari kompetisi, penjualan dan keuntungan
untuk masa depan dan analisis perubahan perilaku konsumen. Berdasarkan hasil analisis yang
kami lakukan analisis SWOT terhadap Nestlé adalah sebagai berikut:

a. Strenght
Nestlé secara kooperatif adalah produsen brand makanan terbesar dan terbaik di
dunia. Dengan kualitas tinggi selama bertahun-tahun Nestlé tetap mempertahankan
kualitas produknya mengahdapi kompetitor lain tapi tetap menjaga keseimbangan
dalam berbisnis. Nama yang global bisa menjadi penghargaan produksi dan
pembelian skala ekonomi serta meningkatnya dunia travel, secara instan dapat
disadari pentingnya produk. Dengan portofolio produk termasuk didalamnya 8 dari 30
penjualan brand konvektori, seperti Quality Street, Aero, Smarties, Polo, dan
Rowntree’s fruit Pastilles, Milky Bar dan After Eight, dan sangatlah penting bahwa
objek pemasaran pada setiap produk harus kompatibel pada seluruh objek perusahaan.
Seperti kelompok atau individual, setiap produk punya karakter, kekuatan, kelemahan
7
dan konsekuensi, objek pemasaran dari setiap produk harus dispesialisasikan.
Keunggulan dari Nestlé selama 50 tahun menjadi brand makanan terbaik dan menjadi
brand minded bagi konsumen.Ketika konsumen menikamati produk Nestlé maka
strapline ‘Have a break have Nestlé t’ akan menjadi jaringan semantiknya. Bentuk dan
rasanya juga mengikuti di daerah mana dia diproduksi, kemudian telah berhasil
selama 50 tahun masuk dalam jajaran makanan kecil favorit di dunia. Bermacam-
macam variasi diluncurkan yang membuat Nestlé mencapai sukses.

b. Weakness
Produk Nestlé hampir tidak ditemui kekurangannya karena selalu memeprhatikan
perubahan permintaan pasar dan selera konsumen. Mengikuti kebutuhan konsumen
merupakan hal terpenting untuk kesuksesan perusahaan. Namun jika dikaji lebih
dalam kagi kekurangan Nestlé dalam segi promosi yang pada tahun 1999 yang
membuat penjualan anjlok. Dari data yang didapat dari lapangan diketahui bahwa
pada masa itu remaja kurang menyukai Nestlé dan lebih menyukai brand lain yang
menurut mereka lebih cocok akan jiwa mereka. Untuk mengatasi hal ini Nestlé
membuat keputusan memluncurkan produk baru yang lebih berjiwa muda. Dan
setelah tahun 1999 produk ini dilucurkan perubahan penjualan mengalami
peningkatanan yang sangat signifikan membuatnya kembali masuk dalam jajaran
produk chocolate crispy terbaik. Berdasarkan pengalaman itu Nestlé mempromosikan
produknya melaui dua media seperti yang sudah dibahas diatas. Bagaimanapun Nestlé
menjadi dibawah peningkatan tekanan dengan munculnya produk baru pesaing yang
akan bertarung dalam pembagian pasar.

c. Opportunities
Perubahan pada selera konsumen memberikan peluang yang baik bagi Nestlé untuk
membuat varian baru bagi konsumennya, untuk melihat peluang bisnis yang ada
dibutuhkan kepekaan membaca perubahan lingkungan eksternal. Survey lapangan
menjadi cara yang paling baik untuk mengetahui perubahan yang terjadi, konsumen
selalu ingin diperhatikan dan sifatnya variabel atau tidak tetap. Peluang ada sekarang
ini menuntut Nestlé untuk terus memperbaharui produknya tapi tetap berpegangan
pada prinsipnya dengan mempertahankan keadaan atau karakter produk asli yang
selalu menjadi cirio khas dari produk Nestlé dengan produk lain nya. Selain itu nama
besar Nestlé juga sudah menjadi salah satu peluang yang baik untuk produk Nestlé
8
karena faktor brand minded konsumen itu tadi yang menyebabkan konsumen akan
tetap membeli Nestlé dimana dan kapan pun juga. Selalu memperhatikan objek pasar
dimana bisanya produk ini dipasarkan karena mengharapkan keuntungan jangka
panjang otomatis objek pasar tetap ada dan harus berkembang. Dengan brand yang
paten dengan strapline ‘Have a break have a Nestlé ’ mencoba menjangkau semua
kalangan menutup segala kemungkinan pesaing untuk kelengahan dari segala aspek.

d. Threats
Pada kasus Nestlé mengalami pendomplengan nama oleh Danone menyamai brand
ini dengan nama Cit Cat, ini menjadi kelengahan Nestlé dan ancaman reputasi
Nestlé . Kondisi ini jelas sangat mengganggu karena brand ini yang memakai duluan
adalah Nestlé ini tantangan yang cukup berat sehingga dilakukan usaha pengajuan
banding ke Dirjen HAKI khususnya ke direktorat mereknya. Dalam pengajuan
gugatan Cit Cat dikenai gugatan itikad buruk memakai brand yang sama dengan milik
Nestlé . Ancaman-ancaman seperti ini yang bisa mempengaruhi usaha berusaha
menyamakan brand membuat konsumen terpengaruhi dan menjadikan kompetitor
yang tidak sehat. Oleh sebab itu dalam menghadapi tantangan tersebut perlu dilakukan
orientasi ulang kenapa produk Nestlé bisa mempunyai kompetitor yang namanya
hampir sama. Dari tinjauan tesebut dapat diketahui bahwa begitu suksesnya Nestlé
sehingga kompetitor berusaha menyamainya. Manajemen yang baik juga mendukung
kekuatan dari brand itu, perencanaan usaha yang baik akan membuat Nestlé
mencapai sukses dan keuntungan maksimum. Penemuan baru akan mengembangkan
suatu produk jadikan kompetitor sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas
suatu produk. Agar produk lain jauh tertinggal digunakanlah Marketing Plan yang
terarah dan terfokus sehingga jatuhnya produk itu tepat, intinya kondisi yang ada
disekitar usaha menjadi bahan cermatan dan dipahami mencoba mengatasi tantangan
itu juga bisa dihindari.

2. Cara Nestlé untuk tetap mempertahakan keberlangsungan hidup produk


Keberlangsungan hidup produk merupakan salah satu kunci kesuksesan untuk dapat
bersaing dalam industri bisnis yang hypercompetition. Salah satu cara yang harus dilakukan
perusahaan untuk dapat mempertahan keberlangsungan hidup produk adalah dengan
melakukan inovasi. inovasi merupakan sebuah usaha untuk mengkreasikan dan
mengimplementasikan sesuatu menjadi satu kombinasi sehingga, dengan inovasi seseorang
9
dapat menambahkan nilai dari produk, pelayanan, proses kerja bagi stakeholder (Schumpeter
dalam Nicholas, 2003).
Berdasarkan hasil ringkasan kasus yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat dilihat
bahwa Nestle merupakan salah satu perusahaan yang aware terhadap perubahan sehingga
Nestle selalu melakukan berbagi inovasi dan reinovasi dari setiap produk yang diproduksi
yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan juga selera konsumen. Selain itu Nestle
juga selalu melakukan R&D untuk dapat terus menghasilkan produk healthy. Berdasarkan
hasil analisis yang kami lakukan cara yang dilakukan Nestle untuk dapat mempertahankan
keberlangsungan hidup produk adalah:
a. Menambah Lini Produk
Nestle meluncurkan produk andalannya berupa sereal sarapan untuk anak.
Keunikan produk tersebut didasari pada temuan pusat riset dan Pengembangan
Nestle di Swiss yang baru-baru ini berhasil menerapkan teknologi untuk
memproses gandum. Hasilnya lebih kaya nutrisi tanpa mengurangi kelezatan dan
teksturnya. Kemudian Nestle juga meluncurkan makanan bayi yaitu nasi beras
merah dan susu nestle beras merah, serta makanan bayi dengan banyak pilihan
rasa. Lalu memproduksi Susu Bear Brand terbuat dari susu sapi segar yang
disterilkan dan dikemas dalam bentuk kaleng dengan berta bersih 195 gr. Nestle
juga memproduksi susu untuk anak-anak yang beraneka rasa. yang membuat anak-
anak suka untuk minum susu.karena didalamnya tedapat beberbagi macam vitamin.
dan selanjutnya Nestle juga memproduksi coklat yang enak-enak, dan tanpa bahan
pengawet serta tanpa pemanis buatan dan tidak ada campuran bahan-bahan kimia.
Beberapa merek produk Nestlé yang dipasarkan di Indonesia antara lain : susu
bubuk Nestlé Dancow, kopi instant Nescafé, Nestlé Milo, Nestlé Bubur Bayi, Kit
Kat, Polo, dan lain-lain.

b. Melakukan Reseach and Development (R&D)


Melakukan R&D secara berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk dapat
mempertahankan keberlangsungan hidup produ. Dengan melakukan R&D maka
perusahaan akan mengetahui kekurangan dan kelebihan produk. Selain itu R&D
akan membuat produk yang dihasilkan dapat diterima dengan baik oleh konsumen
karena data yang diperoleh mengenai kebutuhan, keinginan dan selera konsumen
lebih valid. R&D merupakan salah satu bentuk dari knowledge managemen,

10
dimana perusahaan akan menggunakan aspek-aspek pengetahuan untuk
memproduksi suatu produk.
Knowledge management pada ummnya digunakan untuk menemukan, memilah,
mengorganisasikan dan menyajikan informasi dengan cara tertentu sehingga dapat
meningkatkan penguasaan pengetahuan dalam suatu bidang kajian yang spesifik
yang dapat digunakan untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi demi
menciptakan nilai dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Laudon and Laudon,
2002:372). Dengan adanya knowledge management maka Nestle dapat melakukan
R&D dibidang gizi, nutrsi dan kesehatan sehingga produk yang dihasilkan adalah
produk-produk healthy yang aman dikonsumsi oleh konsumen.

c. Menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR)


Selain menciptakan produk yang aman bagi konsumen strategi lain yang harus
dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan hidup produk
adalah dengan menjalankan program CSR. CSR merupakan program untuk
memperhatikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan para stakeholder.
Dengan menerapkan CSR maka akan meningkatkan nilai citra perusahaan dan citra
produk di masyarakat. Berdasarkan kasus yang sudah dijabarkan Nestle juga
memiliki program CSR yaitu:
 memperhatikan lingkungan sekitar demi menciptakan lingkungan yang
sehat bagi seluruh masyarakat di dunia dengan cara bekerjasama dengan
para ahli untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang mungkin
terjadi.
 memberikan santunan kepada yayasan-yaysan sosial di seluruh dunia

3. Cara yang harus dilakukan Bulcke untuk menyeimbangkan otonomi daerah


melalui koordinasi global sebagai sebuah produk yang berbasis pada ilmu
pengetahuan yang memiliki potensi di pasar berkembang
Seperti yang di ketahui Nestle merupakan perusahaan mutinasional dengan beberapa
anak perusahaan di seluruh dia namun alur birokrasinya masih terpusat sehingga Nestle harus
menyesuaikan diri dengan peraturan-peraturan yang berlaku di setiap lokasi subsidiaries,
karena kondisi lingkungan dan peraturan yang berlaku di setiap subsidiaries tidak akan
pernah sama. Berdasarkan ringkasan kasus dapat dilihat bahwa Nestle harus bisa
menyeimbangkan otonomi daerah dari setiap subsidiaries dengan melakukan koordinasi
11
secara global karena produk Nestle merupakan produk berbasis ilmu pengetahuan dengan
memperhatikan gizi, nutrisi dan healthy yang memiliki potensi besar dalam pasar
berkembang.
Berdasarkan hasil analisis yang kami lakukan maka strategi atau cara yang harus
dilakukan Bulkce untuk menyeimbangkan otonomi daerah melalui koordinasi global adalah:
a. Nestle harus menerapkan strategi manajemen kontrol sistem yang terdesentralisasi,
dengan mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan di masing-masing unit bisnis
sehingga keputusan-keputusan yang diambil sesuai dengan kondisi di masing-masing
negara. Untuk mengkoordinasikan seluruh unit bisnisnya di seluruh dunia maka
dibutuhkan peranan sistem teknologi informasi yang bisa mengkoordinasikan seluruh
aktivitas bisnis agar diperoleh competitive advantage.

b. Memilih atau membangun strategi yang tepat bagi perusahaan pada suatu periode
waktu menjadi kata kunci yang harus dilakukan oleh manajer Nestle. Strategi
perusahaan disesuaikan dengan ukuran dan karakter perusahaan. Perusahaan seperti
Nestle yang telah melakukan diversifikasi bisnis, pada umumnya memiliki dua
tingkatan strategi: strategi unit bisnis (competitive strategy) yang menitik-beratkan
pada upaya membangun keunggulan di setiap bidang usaha yang digeluti, dan strategi
korporasi yang menentukan berbagai bisnis yang akan diusahakan termasuk
pengelolaan keseluruhan portofolio bisnis perusahaan tersebut. Satu hal yang perlu
dicermati, kompetisi terjadi pada level unit bisnis, perusahaan induk tidak terlibat
langsung dalam persaingan. Strategi korporasi berpeluang sukses jika memberi
perhatian utama pada pemeliharaan keunggulan tiap – tiap unit bisnis. Diversifikasi
akan menambah biaya dan hambatan bagi unit bisnis yang sudah ada. Hambatan dan
biaya tersembunyi (hidden costs) yang dibebankan kepada unit bisnis, secara
terencana harus dapat dikurangi. Pemegang saham memiliki kesiapan untuk
melakukan diversifikasi sendiri dengan memilih portofolio bisnis yang resiko dan
return-nya sesuai dengan preferensi mereka. Hal ini menandakan strategi korporasi
tidak dapat sukses kecuali ia dapat memberikan tambahan nilai bagi shareholders, dan
industri di mana unit bisnis baru yang dibentuk memiliki struktur yang mendukung
dihasilkannya return yang lebih tinggi dari biaya modal. Pertimbangan lain dalam
membangun strategi korporasi adalah apakah unit bisnis baru dapat menghasilkan
keunggulan bersaing dari hubungannya dengan unit-unit bisnis lain atau dengan induk
perusahaan. Ada empat konsep strategi korporasi yang telah banyak diaplikasikan:
12
portfolio management, restructuring, transferring skills, dan sharing activities.
Portfolio management mendasarkan pada sejumlah asumsi vital. Diversifikasi dapat
dilakukan melalui beberapa cara seperti akuisisi, merger, atau membangun unit bisnis
baru (greenfield company). Melalui strategi restructuring, perusahaan Nestle mencari
perusahaan yang tidak terlalu maju (undeveloped), sedang sakit, atau yang sedang
menghadapi kesulitan akibat perubahan lingkungan bisnis yang tidak dapat diatasi.

c. Perusahaan induk Nestle melakukan intervensi dengan mengubah tim manajemen,


mengubah strategi bisnis, memasukkan (infused) teknologi baru, atau
menjual/menutup unit-unit yang tidak efisien atau yang tidak terkait langsung dengan
kompetensi inti unit bisnis terkait. Dalam transferring skills, terjadi sinergi dan proses
aktif untuk mengubah strategi atau operasional unit bisnis. Proses perubahan dalam
suatu unit bisnis sebagai sasaran transfer ketrampilan harus spesifik dan dapat
dikenali. Hampir mirip dengan transferring skills, dalam sharing activities antar unit
bisnis menggunakan beberapa sumber daya dalam value chain secara bersama. Pada
tataran global, variabel penentu keunggulan bersaing sangat berbeda dari persaingan
domestik. Untuk dapat sukses di arena bisnis global, pertama perusahaan Nestle perlu
mengubah diri menjadi pelaku usaha internasional (multidomestic competitor),Yang
memungkinkan anak-anak perusahaan Nestle (subsidiaries) dapat bersaing secara
independen di berbagai pasar domestik.

d. Selanjutnya, perusahaan induk berevolusi menjadi organisasi global (global


competitor) yang mampu mengadu seluruh system produk dan posisi pasarnya
melawan berbagai pemain global lainnya. Tantangan bagi global competitor adalah
membangun dan sekaligus menerapkan strategi korporasi yang dilandasi oleh
pemikiran: inovasi stratejik apa yang perlu terus diupayakan sehingga perusahaan
memiliki keungulan global. Selain konsep strategi-strategi di atas Nestle
menggunakan strategi merek monolitik, dualitik atau multilitik yang bergantung pada
keseimbangan antara investasi finansial yang ditanamkan dengan manfaat strategis
dan finansial yang hendak dicapai dari investasi ini. Lantaran strategi merek monolitik
dan dualitik memakai satu nama merek yang sama untuk berbagai produk, nilai merek
(brand value) dari merek yang sukses diharapkan bisa dieksploitasi. Kapitalisasi pada

13
nama merek bisa menghasilkan keuntungan finansial yang signifikan terhadap
pengembangan merek yang sifatnya berkelanjutan

E. Keputusan Tindakan yang akan Dilakukan


Berdasarkan hasil analisis yang telah kami lakukan terkait permasalahan yang dalam
kasus Nestlé maka keputusan yang kelompok kami ambil untuk mengatasi permasalah
tersebut adalah:
1. Menerapkan Konsep Pemasaran Internasional
Masuk ke pasar global dan berekspansi Nestle memulai dengan pemasaran dan
menyusun konsepi pemasaran internasional sebagai berikut : pasar mana saja yang
harus dijadikan target dan bagaimana urutan-urutannya, negara mana, dan segmen
mana dalam negara yang menjadi sasaran. Langkah berikutnya bagi petugas
pemasaran Nestle adalah menetapkan objektif untuk volume, pangsa pasar,
penjualan, dan pendapatan, mereka harus memutuskan bagaimana
mengimplementasikan usaha pemasaran. Bagaimana seharusnya Nestle mengelola
dan mengimplementasikan usaha pemasaran nya. Apakah Nestle harus melancarkan
operasi pemasaran langsung di pasar sasaran atau menggunakan agen atau
perwakilan. Bila Nestle menggunakan agen atau perwakilan, berapa banyak
dukungan yang sebaiknya Nestle berikan, dan bagaimana sebaiknya Nestle
berkomunikasi dengan konsumen. Terutama, bagaimana memastikan bahwa Nestle
akan mendapatkan umpan balik pasar yang akurat dan tepat waktu dari agen-agen
Nestle, dan bagaimana.
Melalui konsep pemasaran internasional Nestle dapat memastikan bahwa
Perusahaan menyampaikan kepada semua agen dan perwakilan informasi yang
perusahaan perlukan agar dapat mewakili PT.Nestle di pasar. Rantai nilai memberi
kerangka kerja untuk memfokuskan pada tugas pemasaran. Alternatif strategi untuk
memasuki dan perluasan pasar harus memastikan bahwa kegiatan rantai nilai yang
diperlukan, dilaksanakan dan dipadukan. Penyelesaian yang paling sederhana adalah
melakukan konfigurasi rantai nilai di luar negeri yang sama seperti di negara sendiri,
hal ini mungkin penyelesaian yang paling efektif, karena organisasi mungkin
memiliki ketrampilan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan rantai nilai di pasar sasaran. Perusahaan Nestle mempunyai keunggulan
bersaing di pasar dunia dalam kegiatan hulu maupun hilir, proses manufaktur dan
distribusi.
14
1. Menjadi Perusahaan Multinasional
Nestle terap menjadi perusahaan multinasional dengan mengadakan program
creating shared value (CSV). CSV merupakan kegiatan bisnis yang menciptakan
keuntungan atau manfaat bagi perusaahn dan masyarakat dalam jangka panjang.
Konsep CSV yang di adopsi dari Chairman Nestle S.A., Peter Brabeck-Letmathe
menyatakan bahwa “tantangan sesungguhnya bagi sebuah perusahaan adalah
bagaimana mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dalam jangka panjang,"
kutipan Peter Brabeck.CSV Nestle ini fokus pada tiga bidang, yakni nutrisi, air, dan
pembangunan masyarakat perdesaan. Alasannya, sebagai perusahaan makanan dan
minuman, basis Nestle berada pada bisnis ini.
Di bidang nutrisi dan kesehatan dikembangkan program Nestle Health Zone,
Dancom Parenting Center, penyuluhan nutrisi seimbang menuju sehat, dan informasi
tentang sepuluh tanda umum anak bergisi baik. Program ini membidik siswa sekolah
dasar, anak jalanan, panti asuhan, yayasan, kader posyandu, dan aktivis lingkungan
dalam pencegahan AIDS.

2. Mempertahankan program GLOBE dan merapkan ERP


Program Globe memfasilitasi adanya fleksibilitas, sehingga Nestle bisa
menggunakan berbagai model bisnis yang berbeda, baik itu produk premium global-
driven seperti Nespresso, bisnis yang dikelola secara regional seperti PetCare dan
bisnis sangat lokal seperti Culinary, bisnis yang berdiri terpisah seperti Jenny Craig
atau bisnis yang service-driven (Gerber Life). GLOBE memungkinkan tiap bisnis
untuk beroperasi dengan strukturnya yang paling optimal dan untuk mendorong
timbulnya permintaan. GLOBE terdiri dari praktik-praktik terbaik dari internal
maupun eksternal, yang kemudian diadopsi oleh seluruh penjuru organisasi dengan
cepat. Praktik ini etrdiri dari berbagai aspek organisasi, mulai dari Food Quality.
Health & Safety, Pricing- The Nestle Way, Supply Chain Management dan
Marketing. Manfaat besar yang diperoleh melalui GLOBE antara lain adalah:
manajemen supply chain lebih baik dengan cara mengurangi modal kerja dan
penghematan, juga mempercepat proses peluncuran produk ke pasar, sehingga
menyediakan produk yang baru demi mendorong pertumbuhan
Selain itu Nestle juga harus menerapkan ERP sistem sekarang sudah menjadi
kebutuhan perusahaan-perusahaan global yang ingin tetap kompetitif di persaingan
15
bisnis global. Dengan ERP sistem ini maka perusahaan bisa mensinergikan
keseluruhan proses bisnis yang ada di perusahaan sehingga dicapai proses bisnis
yang efisien dan efektif, serta memberikan kemudahan terjadinya “sharing
knowledge” antar masing-masing bagian. Praktik ini yang umumnya memang
saving-driven, namun juga berfokus pada bagaimana melayani pelanggan dengan
lebih baik, dan memberikan produk yang lebih segar dan berkualitas tinggi, yang
merupakan driver utama dari permintaan. Keunggulan operasional ini merupakan
keunggulan kompetitif Nestle dibandingkan dengan lawan-lawannya. Jika pada
umumnya sulit untuk menekan biaya selagi mempertahankan value yang ada, maka
Nestle mampu melakukannya dengan sangat baik. Proyek GLOBE memang sudah
tepat dicanangkan Nestle karena ERP sistem sekarang sudah menjadi kebutuhan
perusahaan-perusahaan global yang ingin tetap kompetitif di persaingan bisnis
global. Dengan ERP sistem ini maka perusahaan bisa mensinergikan keseluruhan
proses bisnis yang ada di perusahaan tersebut sehingga dicapai proses bisnis yang
efisien dan efektif, serta memberikan kemudahan terjadinya “sharing knowledge”
antar masing-masing bagian.

F. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa.
1. Melalui forecaseting Nesle dapat melakukan analisis SWOT agar dapat melihat
potensi internal dan peluang eksternal agar produk yang di hasilkan tetap relevan.
2. Nestle melakukan berbagai inovasi melalui program R&D untuk mempertahankan
keberlangsungan hidup produk sehingga produk yang dihasilkan seseuai dengan
kebutuhan, keinginan, kamampuan dan selra konsumen.
3. Nestle melakukan melakukan koordinasi global dengan cara mempertimbangkankan
otonomi daerah dari masing-masing subsidiaries mengguakan sisitem desentralisasi.

G. Pembelajaran Kasus
Berdasarkan kasus yang sudah di bahas di atas maka terdapat pembelajaran yang
dapat kami ambil terkait dengan manajemen strategik, yaitu:
1. Agar tetap menjadi perusahaan yang relevan dalam lingkungan bisnis yang semakin
dinamis perusahaan harus melakukan forecasting dengan sebaik mungkin seperti yang
dilakukan Nestle
16
2. Perusahaan harus aware terhadap peruahan sehingga dapat melakukan invasi-inovasi
yang up to date seperti yang telah dilakukan Nestle
3. Perusahaan multinasional harus memahami kondisi dan peraturan yang ada di setiap
lokasi subsidiaries agar setiap keputusan yang diambil dapat terkoordinasi dengan
baik

17
Daftar Pustaka
Freeman, Chris. 2004. The Economics of Industrial Innovation, 3rd Ed. Taylor and Franch
Group: London

Honeycutt, Jerry. 2000. Knowledge Management Strategies. Elex Media Komputindo. Jakarta

King, William R. 2009. Knowledge Management and Organizational Learning. Annals of


Information Systems 4, LLC 2009, DOI 10.1007/978-1-4419-0011-1.
http://www.uky.edu/
Laudon, K.C & Laudon J.P. 2002. Management Information System 7th ed. Prentice-Hall.
New Jersey.

Nicholas, T. 2003. Innovation, Market Power, and Creative Destruction in 1920s America.
The Journal of Economic History, Vol. 63, No. 4.

Riduwan. 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung

Sugandini, Dyah. 2007. Karakteristik Inovasi, Pengetahuan, Komunikasi Pemasaran, Persepsi


Risiko dan Stockout dalam Keputusan Penundaan Adopsi Inovasi. Prosiding Kolokium
Nasional. Diunduh dari www.respository.upn.yk.ac.id. Pada 16 Septermber 2016.

Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen: Implikasi Pada Strategi Pemasaran. Graha Ilmu:
Yogyakarta
Wulantika, Lita. 2009. Knowledge Management dalam Meningkatkan Kreasi dan Inovasi
Perusahaan. Majalah Ilmiah UNIKOM, Vol 10, No.2. http://www. jurnal.unikom.ac.id

18

Anda mungkin juga menyukai