Sistem Respirasi Ikan
Sistem Respirasi Ikan
Patologi Lanjut
Sistem Respirasi Ikan
TANJUNG PENATASEPUTRO
IBH – B351180071
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Patologi Lanjut Sistem Respirasi Ikan
Pendahuluan
Organ respirasi utama pada ikan adalah insang. Insang memiliki fungsi utama untuk mengambil
oksigen yang ada di air. Air kaya oksigen masuk melalui mulut ikan dan keluar melalui operkulum.
Air yang masuk melalui mulut kemudian menuju faring. Di faring air dipompa melewati ventilasi
ke ruang operkulum pada saat mulut terbuka. Pada ruang operkulum inilah air bersentuhan dengan
insang dimana terjadi pertukaran oksigen dengan mekanisme difusi. Mekanisme pemompaan
merupakan gerakan mekanik yang melibatkan ekstensi dan kontraksi otot bucalis dan opercular.
Pompa respirasi pada setiap ikan berbeda-beda tergantung aktivitas ikan tersebut. Selain
pertukaran gas oksigen, insang juga berperan sebagai organ ekskresi nitrogen pada sel epitelnya,
dan ion-ion seperti sodium, chloride, carbonate, hydrogen dan calcium.
Insang terletak tepat di belakang rongga mulut, di dalam faring. Umumnya terdapat empat
pasang insang pada ikan bertulang sejati, sedangkan pada ikan Chodrichthyes mempunyai 5-7
pasang insang. Ikan-ikan yang memakan mangsa besar, mempunyai tapis insang yang berukuran
besar dan jumlahnya sedikit. Pada ikan-ikan pemakan plankton, tapis insangnya ramping,
memanjang dan jumlahnya banyak. Jari-jari tapis insang yang pendek dan besar didapatkan pada
ikan omnivora.
Insang memanjang dari dinding dorsal hingga ke dinding ventral dari roangga bucalis
(pipi/operculum). Setiap pasang insang memiliki arkus / lengkung insang yang didukung jaringan
kartilago yang berhubungan dengan otot abduk tor dan adductor yang berperan dalam bergeraknya
insang saat penyesuaian posisi bernapas. Insang ditutupi dan dilindungi oleh operculum. Setiap
arkus insang memiliki banyak filament insang atau disebut juga dengan lamella primer, dimana
setiap filament terdiri daro banyak lamella sekunnder. Tujuan stuktur ini ialah untuk memperluas
permukaan insang sehingga meningkatkan proses pertukaran oksigen dan eksresi yang terjadi di
insang. Pertukran yang efisien terjadi ketika 50-80% oksigen di air dapat ditangkap oleh darah
pada insang dan disalurkan ke seluruh tubuh.
Bagian dalam arkus insang terdapat gill raker yang berfungsi mensortir dan
menghancurkan partikel makanan dan mengumpulkannya hingga banyak senelum diteruskan ke
esophagus. Gill raker berbentuk panjang dan tipis pada ikan pemakan plankton dan pendek dan
tebal pada ikan pemakan omnivore
Beberapa jenis ikan mempunyai labirin yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan
membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-rongga tidak teratur. Labirin ini
berfungsimenyimpan cadangan O2 sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan O2. Contoh
ikan yang mempunyai labirin adalah ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan cadangan O2,
selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Histologi
Filamen insang atau lamella primer memiliki jaringan kartilago ditengah, pembuluh darah
aferen dan eferen dan sinusoid vena sentralis yang beranastomosis. Susunan ini tertutupi oleh
epitel tipis yang berdampingan dengan arkus insang dan mukosa mulut di rongga bucalis. Lamella
sekunder merupakan kumpulan lingkaran tipis dan sebuah sel di membrane basalis dan di kedua
sisinya terdapat sel pilar. Ruang diantara sel pilar disebut dengan lacuna yang menghubungkan
antara arteri afferent dan efferent. Kontraksi dari pilar sel mengontrol diameter lacuna yang akan
mempengaruhi regulasi pergerakan aliran darah. Sel chloride dikelilingi oleh sel epitel yang rata
dan dapat terlihat di dasar dari lamella sekunder yang berhubungan dengan lamella primer. Sel
mukus merupakan fitur yang jelas dari epitel insang yang berperan dalam regulasi ion, proteksi
mekanis dan imunologi. Gill raker tersusun dari kartilago, epitel dan jaringan ikat.
Gambar 3. Potongan sagittal insang. 1. Filament /lamella primer; 2. Lamella sekunder; 3. Eritosit
didalam lumen kapiler lamella sekunder; 4. Lacuna / lumen kapiler; 5. Sel pilar; 6. Sel epitel; 7.
Sel mukus; 8. Sel undiferensiasi; 9. Sel chloride.
Patologi
Infeksi Branchiomyces pada pembuluh darah dari insang menyebabkan terhentinya suplai darah,
pecahnya pembuluh darah dan penyumbatan yang jika berlanjut menyebabkan nekrosis ekstensif
pada filament insang. Insang akan terlihat “burik” karena hemoragi dan penyumbatan serta sedikit
keabuan karena terjadi iskemia. Saat hipa masuk kedalam pembuluh darah akar terjadi rekasi
granulomatosa. Proses ini sangat cepat dan disertai terjadinya proliferasi epitel insang dengan
adhesi lamella primer.
Gambar 13. Branchiomyces perwarnaan HE (kiri) dan silver-staining (kanan). Terlihat adanya
hipa (panah)
Infeksi Flavobacterium branchiophilum dikenal dengan bacterial gill disease dimana hanya
menyerang organ insang dengan gejala klinis ketidakseimbangan respirasi seperti terjadi lethargy,
dyspnea, batuk dan flared opercula. Adanya untaian mukus merupakan jejak dari insang. Pada
tahap awal insang terjadi hiperemi dengan pembengkakak lamella primer. Peningkatan mukus
akan menjebak debris dan menginduksi
adanya infeksi sekunder dan kerusakan
operkulum. Bakteri ini hidup terutama di
epitel dan akan menginisiasi
terbentuknya koloni di ujung lamella
sekunder dan menyebar masuk kedalam
kemudian menginduksi prolifersai
brankhitis yang menyebabkan
hyperplasia epitel. Fusi lamella terjadi di
bagian distal lamella sekunder,
membentuk ruang tertutup sebagian
dengan bakteri, mengelupas sel epitel, Gambar 14. Bacterial gill disease. Hiperplasia dan
dan mukus. Hiperplasia sel juga fusi lamella sekunder yang berdekatan. Lesi
menyebabkan hilangnya seluruh ruang hyperplasia mengelilingi bakteri dan sel debris
interlamellar dan pada kondisi parah (panah)
menyebabkan menyatunya lamella
primer yang berdekatan.
Epitheliocystis merupakan bakteri gram negative yang menginfeksi intraseluler. Pada kondisi
ringan, perubahan jaringan terbatas hanya pada bentukan struktur capsular yang tipis dikelilingi
oleh sel hipertropi. Kapiler-kapiler insang akan mengalami perluasan pada permukaan yang
terinfeksi dan kondisi proliferasi akan menyebabkan hiperplasia yang bercampur dengan sel
hipertropi baik pada lamella primer maupun sekunder. Infeksi yang meluas akan menyebabkan sel
mengalami erosi berat dan peradangan pada strukutur insang yang akan menggangu fungsi
respirasi
Gambar 15. Epitheliocystis pada wet mount (kiri) dan histopatologi (kanan)
Ikan yang terinfeksi Heneguya (Proliferatif Gill Disease) akan mengalami depresi akibat
ketidakseimbangan respirasi.Pada tahap awal lamella akan memucat dan membengkak, kemudian
akan menebal, menbuntatn dan mudah berdarah. Secara histopatologi terjadi hyperplasia epitel
yang parah dan brankhitis granulomatosa, terbentuk nodul mengelilingi sista parasite, fusi
lamellah biasa terjadi. Nekrosis kartilago terjadi di pangkal lamella sekunder dan nekrosis
liquefaktif pada sel nodul. Fase kesembuhan ditunjukan dengan adanya chondroplasia dan tidak
ditemukannya sista
Infeksi Iridovirus (Megalocytivirus) pada ikan tidaklah spesifik, terkadang timbul gejala saraf
seperti ataxia dan lethargy, anemia berat dengan insang mengalami petekiae dan pembengkakan
limpa. Secara histopatopologi akan terlihat adanya inclusion body-bearing cells
Kesimpulan
Gangguan respirasi pada ikan biasanya disebabkan karena faktor lingkungan, nutrisi, maupun
patogen seperti parasite, jamur, bakteri, virus dan organisme yang belum teridentifikasi
PUSTAKA
Genten F, Terwinghe E, Danguy A. 2009. Atlas of fish histology. Science Publishers, Enfi eld,
NH, USA. ISBN 978-1-57808-544-6
Mumford S, Heidel J, Smith c, Morrison J, MacConnell B, Blazer V. 2007. Fish Histology and
Histopathology. USFWS-NCTC. Chapter 1.
Noga, E J. 2010. Fish Disease: Diagnosis and Treatment / Second Edition Edward J. Noga.—2nd
ed. Iowa University. ISBN 978-0-8138-0697-6.
Paperna, l. 1996. Parasites, infections and diseases of fishes in Africa - An update CIFA Technical
Paper. No.31. Rome, FAO. 220p ISBN 92-5-103772-8.