Anda di halaman 1dari 89

1

BAHAN AJAR IKHTIOLOGI

HAFILUDIN

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2015
2

BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian Iktiologi
Iktiologi berasal dari gabungan dua kata Yunani, yaitu ichthyes yang artinya ikan dan
logos yang artinya ajaran atau ilmu. Dengan demikian iktiologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya.
Menurut Lagler et al. (1977), sejak abad XVIII iktiologi telah berkembang meliputi
beberapa cabang ilmu, antara lain :
a. Klasifikasi, yaitu melanjutkan upaya mencatat semua jenis ikan yang masih ada
maupun yang sudah berupa fosil, memasukkannya kedalam taksa dan menentukan
hubungan ilmiah mereka.
b. Anatomi, yaitu mempelajari struktur ikan secara makroskopik, embriologi, serta
perbandingan suatu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya, termasuk fosil yang masih
ada.
c. Evolusi dan genetik, yaitu mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan modern
dari ikan-ikan sebelumnya dan mekanisme perubahan ciri-ciri mereka.
d. Natural History dan ekologi, yaitu mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi
antara ikan yang satu dengan yang lain dan dengan lingkungannya.
e. Fisiologi dan biokimia, yaitu mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme,
integrasi sistem pada tubuhnya non bilateral simetris, misalnya ikan ilat-ilat
(Cynoglossus monopus).
Tempat hidup ikan berkisar dari iklim di bawah permukaan laut sampai ke 5 km di
atas permukaan laut. Pada kedalaman laut yang sangat dalam tersebut, dalam keadaan selalu
gelap gulita dengan tekanan hidrostatik yang sangat besar sekali, ikan masih bisa hidup dan
sementara itu vertebrata lainnya tidak bisa tinggal di situ. Dengan demikian tidaklah
mengherankan bila bentuk ikannya aneh-aneh, jumlah sepesies dan individunya pun sedikit,
tidak sebanyak ikan yang tinggal lebih dekat ke permukaan.
Semua fungsi penting ikan seperti misalnya pencernaan, pertumbuhan, reproduksi, dan
respon terhadap rangsangan luar tergantung kepada air. Bagi ikan, faktor yang penting dalam
air adalah oksigen terlarut, garam-garam terlarut, penetrasi cahaya, suhu, polutan, konsentrasi
organisme penyakit, pH, ruang gerak ikan dan lain-lain.
Ikan bergantung terutama kepada insang untuk mengambil oksigen terlarut dalam air.
Ikan tidak dapat bertahan lama pada keadaan dimana kurang oksigen. Kebutuhan minimal
akan oksigen sekitar 1 ppm, dan untuk hidup yang optimal lebih kurang 5 ppm oksigen
3

terlarut. Beberapa ikan masih mampu hidup pada kondisi yang miskin akan oksigen, karena
dirinya dilengkapi oleh alat pernafasan tambahan.
Bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti toksin yang dihasilkan alam dan
pencemaran sebagai akibat kegiatan manusia akan sangat mengancam kehidupan ikan.
Meskipun ikan bisa mengetahui adanya kontaminan di perairan, namun sering ia tidak bisa
menghindari.
4

BAB II
INTEGUMEN

1. Kulit
Integumen merupakan sistem pembalut tubuh yang terdiri dari kulit dan derivate-
derivatnya. Derivate sisik antara lain gigi ikan, jari-jari sirip, scute, keel dan beberapa keping
tulang tengkorak.
Kulit sebagai pembalut tubuh juga berfungsi sebagai :
(1) Alat pertahanan pertama terhadap penyakit.
(2) Perlindungan dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi
kehidupan ikan, oleh karena itu dalam kulit terdapat alat penerima rangsang (sensory
receptor).
(3) Alat ekresi dan osmoregulasi
(4) Alat pernafasan tambahan pada beberapa jenis ikan
Beberapa alat lain yang terdapat dalam kulit ialah kelenjar racun, sumber pewarnaan,
sumber cahaya dan kelenjar mucous (lendir) yang membuat tubuhnya licin dan berbau khas,
yang diduga sebagai alat komunikasi kimiawi diantara ikan. Organ-organ tersebut berfungsi
baik sebagai pertahanan diri maupun untuk menyerang.
Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan dalam yang
disebut dermis atau corium.

Gambar 1. Struktur kulit ikan


5

Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel berbentuk
piala yang terdapat diseluruh permukaan tubuh. Epidermis bagian dalam terdiri dari lapisan
sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk menggantikan sel-sel sebelah luar yang
lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh. Lapisan ini dinamakan stratum
germinativum (lapisan malpighi).
Dermis lebih tebal dari pada epidermis dan terdiri dari sel-sel yang susunannya lebih
kompak. Lapisan ini berperan dalam pembentukan sisik pada ikan-ikan yang bersisik.
Derivat-derivat kulit juga dibentuk di dalam lapisan ini. Pada dermis ini terkandung pembuluh
darah, saraf dan jaringan pengikat.

2. Lendir
Sel kelenjar yang berbentuk piala dan terletak di dalam epidermis, mengeluarkan suatu
zat (semacam glycoprotein) yang dinamakan mucin. Apabila mucin ini bersentuhan dengan
air akan berubah menjadi lendir.
Kegiatan sel kelenjar tersebut akan menentukan ketebalan lendir yang menutupi kulit.
Umumnya ikan yang tidak bersisik mempunyai lendir yang lebih tebal dari pada ikan yang
bersisik. Hal ini merupakan suatu keadaan pengganti ketiadaan sisiknya. Ketebalan lendir
yang menyelimuti tubuh ikan tidak selalu sama dari waktu ke waktu.
Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang
dengan lebih cepat, berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiabel yang
mencegah keluar masuknya air melalui kulit, mencegah infeksi dan menutup luka.
Pada beberapa ikan, lendir berguna untuk menghindarkan diri dari kekeringan,
misalnya ikan paru-paru (protopterus) di Afrika.
Beberapa ikan menggunakan lendir untuk membuat sarangnya dalam rangka
melindungi telur yang telah dibuahi dari gangguan luar, misalnya ikan sepat siam
(Trichogaster pectoralis).

3. Sisik
Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat di dalam lapisan
dermis.
Disamping ikan yang bersisik, juga banyak terdapat ikan yang sama sekali tidak
bersisk misalnya ikan-ikan yang masuk sub-ordo Siluroidea (Jambal, Pangasius pangasius).
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung di dalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi lima jenis, yaitu placoid, cosmoid, ganoid, cycloid dan ctenoid.
6

Sisik placoid hanya terdapat pada ikan-ikan bertulang rawan (Chondricthyes). Bentuk
sisik tersebut hampir seperti bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. bagian
yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis.
Keterangan: 1. dentine
2. enamel
3. canaliculi
4. pulp
5. epidermis
6. dermis

Gambar 2. Tipe sisik placoid dan pada ikan hiu


Sisik cosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitive. Sisik ikan ini terdiri
dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar ialah vitrodentine yang dilapisi semacam
enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang kuat dan noncellular, terakhir
isopedine yang materialnya terdiri dari subtansi tulang. Pada lapisan isopedine terdapat
pembuluh-pembuluh kecil. Ikan yang mempunyai tipe cosmoid misalnya Latimeria
chalumnae.
Seperti halnya dengan sisik cosmoid, sisik ganoid terdiri dari beberapa lapisan.
Lapisan yang terluar dinamakan ganoine yang materialnya terdiri dari garam-garam
anorganik. Dibawahnya terdapat lapisan seperti cosmine, dan lapisan yang paling dalam
adalah isopedine. Ikan-ikan yang bersisik tipe ganoid antara lain Polypterus, Lepisostidae,
Acipenceridae dan Polyodontidae.
Sisik cycloid dan ctenoid terdapat pada golongan ikan Telestoi, dimana masing-
masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacopterygii) dan golongan ikan
berjari-jari keras (Acanthopterygii). Dibandingkan dengan ketiga sisik yang tersebut
terdahulu, kedua sisik ini kepipihannya sudah tereduksi menjadi sangat tipis, fleksibel,
transparan dan tidak mengandung dentine ataupun enamel.
Bagian sisik yang menempel ke tubuh hanya sebagian, kira-kira separuhnya.
Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan
susunan seperti genting. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna
lebih gelap dari pada bagian depan (anterior)-nya karena bagian posteriornya mengandung
pigmen (Chromatophore). Bagian anterior (yang tertanam pada tubuh) transpran tidak
berwarna.
Susunan sisik yang seperti genting tersebut akan mengurangi gesekan dengan air
sehingga ikan dapat berenang dengan lebih cepat.
7

Keterangan: 1. Focus
2. circuli
3. annulus
4. radius
5. chromatophore
6. ctenii
7. lubang L.l
8. saluran L.l

Gambar 3. Tipe sisik (A) cycloid, (B) ctenoid, dan (C) sisik Linea lateralis (L.l)
Bagian-bagian sisik cycloid pada dasarnya sama dengan sisik ctenoid, kecuali bagian
posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (semacam gerigi kecil). Focus merupakan titik
awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengan-tengan sisik.
Di daerah yang bermusim empat, sisik yang dapat digunakan untuk menentukan umur
ikan. Circulus selalu bertambah selam ikan hidup. Pada musim dingin pertumbuhan ikan
sangat lambat, dan jarak antara sirkulus yang satu dengan yang lainnya menjadi sempit sekali,
bahkan kadang-kadang berhimpitan. Circuli yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang
terjadi setahun sekali. Annulus ini digunakan untuk menghitung umur ikan. Bagian yang jelas
menunjukkan umur ikan ialah bagian anteriornya.

4. Pewarnaan
Ikan yang hidup di perairan bebas seperti tengiri (Scomberomorus commersoni) dan
lain-lain, mempunyai warna tubuh yang sederhana, bertingkat dari keputih-putihan pada
bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah sampai warna kebiru-biruan atau
kehiajau-hijauan pada sisi atas dan kehitam-hitaman pada bagian punggungnya. Ikan yang
hidup di daerah dasar, bagian dasar perutnya berwarna pucat dan bagian punggungnya
berwarna gelap. Umumnya ikan laut yang hidup di lapisan atas berwarna keperak-perakan, di
bagian tengah kemerah-merahan dan bagian bawah (dasar) ungu atau hitam.
Warna ikan tersebut disebabkan oleh schemachome (karena konfigurasi fisik) dan
biochrome (pigmen pembawa warna).
8

Schemachome putih terdapat pada rangka, gelembung renang, sisik dan testes biru dan
ungu pada iris mata, warna pelangi pada sisik, mata dan membrane usus, warna-warna pelangi
pada sisik, mata dan membrane usus.
Yang termasuk biochrome ialah :
(1) Carotenoid, berwarna kuning, merah dan corak lainnya.
(2) Chromolipoid, berwarna kuning sampai coklat
(3) Indigoid, berwarna biru, merah dan hijau.
(4) Melanin, kebanyakan berwarna hitam atau coklat.
(5) Porphyrin atau pigmen empedu, berwarna merah, kuning, hijau, biru dan coklat.
(6) Flavin, berwarna kuning tetapi sering dengan flouresensi kehijau-hijauan.
(7) Purin berwarna putih atau keperak-perakan.
(8) Pterin, berwarna putih kuning, merah dan jingga.
Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu iridocyte
(leucopphore dan guanophore) dan chromatophore.
Iridocyte dinamakan juga sel cermin karena mengandung bahan yang dapat
memantulkan warnaa di luar tubuh ikan. Bahan yang terkandung di dalam sel cermin antara
lain guna guanine kristal (warna keputih-putihan) sebagai hasil buangan metabolisme.
Sel chromatophore terdapat dalam dermis. Sel ini mempunyai butir-butir pigmen yang
merupakan sumber warna sesungguhnya. Butir pigmen ini dapat menyebar ke seluruh sel atau
mengumpul pada suatu titik. Gerakan inilah yang menyebabkan perubahan warna pada ikan.
Chromatophore dasar ada empat jenis yaitu erythrophore (merah dan jingga), Xanthopore
(kuning), melanophore (hitam) dan leucophore (putih).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi. Cott (Lagrer et al; 1977)
mengelompokkan fungsi-fungsi tersebut dalam tiga hal yaitu untuk persembunyian,
penyamaran, dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian meliputi pemiripan warna
secara umum, pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna, pewarnaan terpecah dan
pewarnaan terpecah konsiden.
Pemiripan warna secara umum antara ikan dengan latar belakang merupakan
karakteristik dasar ikan untuk memiripi bayangan dan corak habitat dimana mereka tinggal.
Pemiripan warna secara berubah merupakan kemampuan ikan untuk mengubah warna
tubuhnya secara perlahan-lahan atau cepat seakan-akan untuk dapat menyamai latar
belakangnya dengan lebih sempurna. Beberapa variasi pemiripan warna terjadi bersamaan
dengan tahap-tahap kehidupannya.
9

Pemudaran warna pada ikan berfungsi untuk mengurangi kejelasan ikan tersebut dari
sekelilingnya sehingga kabur. Salah satu bentuk pemudaran warna ini adalah counter shading,
dimana ikan mempunyai bagian dorsal yang berwarna lebih gelap dari pada bagian
ventralnya. Keadaan demikian ini cenderung membuat mereka tampak seperti bidang datar
bagaikan bayangan (prinsip Thayer).
Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya untuk mengaburkan pandangan terhadap
tubuh ikan. Bila permukaan tubuh ikan mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang
tidak teratur, maka garis-garis tersebut akan cenderung mengaburkan pandangan hewan lain
yang meliputi ikan itu.
Pewarnaan terpecah konsiden merupakan satu kamuflase khusus, dengan cara
membentuk suatu corak yang menyerupai suatu organ tubuh. Sebagai contoh, pada ikan kupu-
kupu (Forcipiger longirostris).
Penyamaran merupakan suatu upaya untuk menyerupai suatu benda tertentu, bukan
saja terhadap warna tetapi juga bentuk dan tingkah laku. Ikan Monacanthus polycanthus dan
Oligoplites saurus tampak menyerupai daun. Bentuk lepu tembaga (Synanceja horrida) mirip
batu.
Kalau diatas sudah disebutkan kalau pewarnaan berfungsi untuk menyembunyikan
diri, maka pada beberapa ikan bentuk pewarnaan justru cenderung sebagai pemberitahuan.
Diantara sejumlah anggota famili Percidae terdapat ikan air tawar yang corak warnanya
sangat cemerlang. Pewarnaan yang demikian ini mungkin bermakna untuk pengenalan
seksual.

5. Organ Cahaya
Cahaya yang dikeluarkan oleh jasad hidup dinamakan bioluminescens, yang umumnya
berwarna biru tau biru kehijau-hijauan. Terdapat dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh
dan keduanya terdapat pada kulit, yaitu cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup
bersimbiosis dengan ikan dan cahaya yang dikeluarkan ikan itu sendiri. Ikan yang dapat
mengelurakan cahaya umumnya tinggal dibagian laut dalam dan hanya sedikit yang hidup
diperairan dangkal. Sebagian dari padanya bergerak kepermukaan untuk beruaya mencari
makanan. Habitat di laut yang didiami kelompok ini berkisar antara 300 – 1000 meter.
Sel pada kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya disebut sel cahaya atau
photophore (photocyte). Sel ini terdapat pada golongan ikan Elasmobranchii (Spinax,
Etmopterus, Benthobathis moresbyi) dan Telestori (Stomiatidae, Myctophiformes,
Batrachoididae).
10

Ikan-ikan famili Macroridae, Gadidae, Monocintridae, Anomalopidae, Leiognathidae,


Serranidae dan Saccopharyngidae mempunyai cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang
hidup bersimbiose dengan ikan. Di laut Banda ikan leweri batu (Photoblepharon palpebratus)
dan leweri air (Anomalopskatoptron), yang keduanya termasuk famili Anomalopidae,
mempunyai bakteri cahaya yang terletak di bawah matanya. Kedua ikan tersebut hidup
diperairan yang dangkal.
Jadi fungsi organ cahaya pada ikan ialah sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis,
untuk memikat mangsa, menerangi lingkungan sekitarnya, mengejutkan musuh dan melarikan
diri, sebagai penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut dan sebagai ciri ikan beracun.

6. Kelenjar Beracun
Kelenjar beracun merupakan modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar
beracun ini bukan saja dipergunakan untuk mempertahankan diri, tetapi juga untuk
menyerang dan mencari makanan.
Ikan-ikan yang system intergumennya mengandung kelenjar beracun antara lain ikan-
ikan yang hidup disekitar karang, ikan lele dan sebangsanya (Siluroidae) dan golongan
Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae,Myliobathidae). Beberapa jenis ikan buntal
(Tetraodontidae) juga terkenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari sistem
intergumennya melainkan dari kelenjar empedu (hepar) dan empedu.
Ikan lepu ayam (Pterois volitans dan Pterois ruselli) lepu angina (Scorpaena gutta)
dan lepu tembaga (Synanceja horrida) mempunyai racun pada jari-jari keras sirip punggung,
sirip anal dan sirip perut. Racun ikan lepu tembaga dapat mematikan manusia.
Dibandingkan dengan lepu ayam dan lepu angina, ikan lepu tembaga mempunyai jari-
jari keras yang lebih pendek dan lebih kokoh.
Kantung kelenjar pada Siluroidae umumnya terdapat pada dasar jari-jari keras sirip
punggung dan dada, yang dilengkapi gerigi yang membengkok ke dalam. Bila kantung
kelenjar tertekan oleh jari-jari siripnya, cairan yang beracun akan keluar melalui sebuah alur
yang terdapat pada jari-jari keras tersebut dan diteruskan ke dalam luka. Beberapa anggota
Silluroidae yang beracun tersebut misalnya: sembilang (Plotosus canius), lele (Clarias
batrachus), keting (Kejangus thypus), manung (Arius thalasinus).
Kelenjar beracun ikan pari (Dasyatis) terdapat pada duri di ekornya. Duri ini tersusun
dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri tersebut terdapat gerigi yang
bengkok ke dalam.
11

BAB III
RANGKA DAN BENTUK TUBUH

1. Fungsi dan Struktur Rangka


Rangka berfungsi untuk menegakkan tubuh. Menunjang atau menyokong organ-organ
tubuh, melindungi organ-organ tubuh dan berfungsi pula dalam pembentukan butir darah
merah. Pada beberapa ikan modifikasi tulang penyokong menjadi penyalur sperma ke dalam
saluran reproduksi ikan betina. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan
yang beraneka ragam. Bentuk tubuh ikan sebenarnya merupakan interaksi antara sistem
rangka dengan sistem otot serta evolusi dalam adaptasi kedua sistem tersebut terhadap
lingkungannya.
Rangka yang menjadi penegak tubuh ikan ada yang terdiri dari tulang sejati dan ada
yang terdiri dari tulang rawan saja. Seluruh rangka Elasmobranchii terdiri dari tulang rawan,
sedangkan Osteichthyes pada permulaannya dibentuk melalui tahap tulang rawan, kemudian
materialnya menjadi tulang sejati dalam bentuk-bentuk yang khusus melalui proses osifikasi.
Rangka ikan dapat dibedakan menjadi tiga bagian. Yang pertama, rangka Axial terdiri
dari tulang tengkorak. Tulang punggung dan tulang rusuk. Kedua, rangka Visceral meliputi
tulang lengkung insang dan derivatnya. Ketiga, rangka Appendicular yaitu sirip dengan
pelekat-pelekatnya.

Gambar 4. Struktur tulang pada ikan


12

2. Bentuk Tubuh Ikan


Secara sepintas telah disinggung pada bab pertama bahwa bentuk tubuh ikan
bervariasi, yang meskipun demikian mempunyai pola dasar yang sama, yaitu “kepala-badan-
ekor” dan umumnya bilateral simetris. Sebagai kecualian ordo Plauronectiformas yang
mempunyai bentuk “non bilateral simetris” misalnya ikan ilat-ilat (Synoglosus bilineatus).
Kalau diperhatikan dengan lebih seksama ternyata bentuk tubuh ikan bisa digunakan
untuk menduga cara hidup ikan tersebut. Suatu bentuk khas dimiliki ikan berenang cepat yang
hidup diperairan terbuka, misalnya ikan famili Scombridae (Tuna, Thunus alalunga). Bentuk
tubuhnya yang ramping dengan potongan lintang badannya berbentuk alip dan bentuk ekor,
dinamakan bentuk torpedo.
Banyak ikan yang berenang secara konstan kecepatannya, dalam keadaan biasa ia
berenang dengan lambat, tetapi kalau tiba-tiba ada bahaya atau hal-hal lain ia mampu
berenang dengan cepatnya. Ikan-ikan yang demikian itu sering kali ditandai dari bentuk
tubuhnya yang pipih, misalnya famili Cyprinidae (Ikan Mas, Cyrpinus carpio), Lutjanidae
(ikan gajah kuning, Lutjanus vaigiensis), Anabantidae (tambakan, Holistoma temmincki).
Disamping ikan yang mendatar secara lateral (pipih) terdapat juga ikan yang bentuk tubuhnya
secara dorsoventral yang diistilahkan dengan bentuk picak, misalnya famili Rajidae dan
Myliobathidae. Bentuk tubuh seperti ini jelas sangat cocok untuk ikan-ikan yang hidup
didasar perairan. Tetapi pari elang (Aetobatis narinari), mentas (Dicirobatis erogoodo) telah
menyesuaikan bentuk tubuhnya untuk berenang di atas dasar perairan.
Beberapa ikan mempunyai bentuk tubuh yang sangat panjang dengan penampang
lintang yang membundar, bentuk tersebut dinamakan bentuk seperti ular, misalnya pada belut
(Monopterus albus), sidat (Anguilla anguilla) dan ordo Apodes ataupun ordo Synbranchoidae
lainnya. Bentuk panah dimaksudkan untuk bentuk tubuh ikan yang memanjang dimana sirip-
sirip tunggalnya terletak jauh dibelakang dekat sirip ekor, misalnya famili Esocidae dan
Lepisostidae. Bentuk tubuh seperti benang misalnya terdapat pada famili Nemichthydae.
Bentuk bola adalah bentuk yang membulat, misalnya famili Tetraodontidae. Bentuk yang
bulat ini akan kentara sekali ketika ikan dalam bahaya, karena saat itu ikan akan
mengembangkan tubuhnya sebesar mungkin. Famili Trachypteridae (Trachypterus sp) dan
Trichiuridae (Trichiurus savala) mempunyai bentuk seperti pita.
Sudah barang tentu tidak semua bentuk ikan termasuk salah satu bentuk sebagaimana
yang telah diuraikan dimuka, terlebih lagi kalau diingat bahwa banyak ikan yang bentuk
tubuhnya menyerupai seperti benda atau tanaman tertentu. Juga sering didapatkan adanya
13

bentuk tubuh yang merupakan kombinasi bentuk-bentuk di muka, misalnya ikan lele (Clarias
batracus) dan ikan jambal (Pangasius pangasius).
Tabel 1. Bentuk-bentuk dari tubuh ikan
14

3. Rangka Axial
3.1 Tengkorak
Secara umum perkembangan embrionik tengkorak ikan berasal dari tiga sumber, yatu
chondrocranium (neurocranium), dermocranium dan splanchonocranium (neuracranium),.
Chondrocranium adalah pembungkus otak yang pada mulanya berasal dari tulang rawan
(elemen condaral). Chondrocranium pada ikan tolestoi kemudian akan diganti dengan tulang
sejati. Sebagai tulang tambahan kepada chondrocranium ialah tulang tengkorak yang asalnya
dibuat dari sisik yang berfungsi dalam dermis atau corium kulit (dermocranium), dan
kemudian bersatu dengan chondrocranium sebagai bagian dari tengkorak. Splanchnocranium
adalah tulang tengkorak yang berasal dari rangka visceral (tulang penyokong lengkung
insang), dan kebanyakan kelak akan menjadi tulang tipis pada tengkorak. Jadi tengkorak ikan,
walaupun permulaannya berasal dari tiga sumber yang pembentukannya terpisah, merupakan
satu kesatuan.

Gambar 5. Diagram tahap awal perkembangan chondrocranium


Pada waktu embrio, tengkorak dibentuk dari sepasang rawan parachoridral yang
sejajar dengan ujung depan notochorda dan sepasang rawan trabeculae yang terletak di bagian
anterior rawan parachordal. Setiap rawan parachordal mengadakan perkembangan dan meluas
pada tiap-tiap sisinya kebagian anterior sampai ke kapsul otic membentuk “basal plate”.
Rawan trabeculae berkembang dan meluas dari kapsul otic sampai ke kapsul nasal
membentuk “ethmoid plate” (Bond, 1979). Rawan-rawan tersebut kemudian bersatu
membentuk chondrocranium yang menjadi pembungkus otak. Kapsul optic tetap bebas dari
15

bagian tengkorak lainnya dan termasuk proses sendiri, yaitu proses pembentukan mata
(Adams & Eddy, 1951).
Chondrocranium Elasmobranchii seluruhnya terdiri dari massa tulang rawan. Pada
chondrocranium ini mulai terlihat adanya persatuan tulang lengkung insang yang pertama dan
yang kedua dengan tengkorak. Tulang lengkung insang pertama setengahnya menjadi rahang
atas (palatoouadrate atau pterygoquaadrato) dan setengah yang lain membentuk rahang bawah
(rawan meckel). Kedua tulang ini disatukan oleh jaringan ikat dengan chondrocranium, dan
tulang bawahnya bersendi pada palatoquadrate. Tulang lengkung insang yang kedua,
setengahnya membentuk rawan hyomandibular dan setengahnya lagi menjadi rentetan tulang-
tulang hyoid yang lemah (tidak berfungsi tulang lengkung insang) yang terletak dibelakang
rahang. Rawan hyomandibular terletak agak di depan hyoid dan berfungsi menunjang rahang.
Jadi di sini kedua lengkung insang tersebut merupakan tulang tambahan terhadap tengkorak
dan membentuk splanchnocranium.
Pada chondrocranium Elasmobranchii, seluruh bagian otaknya dibungkus oleh tulang
rawan yang massif tanpa batas yang nyata. Saraf dan pembuluh darah yang berhubungan
dengan otak melalui lubang-lubang yang terdapat pada dinding chondrocranium. Kapsul otic
dan nasal bersatu dengan chondrocranium, akan tetapi kapsul otic tetap bebas sehingga mata
dapat dengan bebas digerakkan.
Pada golongan ikan Teleostei yang rendah tingkatannya, misalnya trout dan salmon,
masih rawan pada neurocranium tetapi pada golongan ikan yang lebih tinggi tingkatannya
tulang tengkorak telah terosifikasi dengan baik. Keping-keping tulang yang mengelilingi
kapsul sensori berhubungan erat osifikasi neurocranium. Tiap-tiap organ sensori dikelilingi
oleh rangkaian tulang untuk perlindungan sehingga organ tadi tetap bebas untuk berkembang.
Juga foramen-foramen untuk keluar masuknya saraf ke otak dan tulang-tulang untuk lewat
pembuluh darah tetap terbuka, tidak tertutup dan kemudian terosifikasi.
Struktur insang ikan teleostei telah berubah menjadi tulang atau ada juga yang diganti
dengan elemen dermal. Batas keping tulang yang satu dengan yang lainnya sesudah terjadi
osifikasi biasanya jelas. Pada bagian tertentu walaupun jelas batasannya, jalinannya erat sekali
sehingga tidak mudah dipisahkan. Karena perkembangannya, mungkin saja pada seekor ikan
terdapat tulang tertentu, tetapi ada juga yang tidak terdapat atau telah berubah bentuknya.
Bagian ujung posterior atau dinding chondrocranium memberikan perkembangan
terhadap tulang-tulang sebagai berikut. Disekitar foramen magnum (lubang tempat saraf,
pembuluh darah berhubungan dengan kotak otak) terdapat tulang occipital, ialah basioccipital
(suatu buah) yang terletak di atas foramen magnum dan exooccipital (dua buah) yang terletak
16

di kanan kiri foramen magnum. Pada ikan bertulang sejati, keempat tulang tersebut ada
meskipun tidak terisosifikasi beberapa diantaranya.
Bagian dasar (lantai) chondrocranium memberikan perkembangan terhadap tulang-
tulang sebagai berikut. Basisphenoid berkembang tepat di depan basioocipital. Di depan
basisphenoid terdapat tulang presphenoid. Jika bagian dasar chondrocranium tidak tertutup
semua, seperti pada telestoi, maka di tempat basisphenoid dan prespenoid ditutup oleh tulang
dermal yang disebut parasphenoid.
Masethmoid merupakan tulang yang berkembang di ujung anterior chondrocranium.
Foramen saraf olfactory biasanya terdapat pada tulang ini. Pada banyak telesotei terdapat
tulang ectethmoid yang terletak disisi mesethmoid.
Kapsul optic tidak menjadi bagian dari tengkorak. Kapsul ini membentuk keeping
tulang kecil yang dinamakan sclerotic. Bagian dari mata pada sisi dinding chondrocranium
memberikan perkembangan terhadap beberapa pasang tulang, yaitu orbitosphenoid dan
pleurosphenoid (alisphenoid). Kedua tulang ini hanya terdapat pada golongan ikan bertulang
sejati.
Kapsul otic berkembang menjadi lima pasang tulang, yaitu prootic, epiotic, episthotic,
pterotic dan sphenotic.
Lengkung insang pertama dan kedua bersama-sama dengan elemen dermal menjadi
bagian dari tengkorak. Sepasang tulang articular merupakan osifikasi dari ujung rawan
Mackelsepasang tulang quadrate merupakan osifikasi dari ujung-ujung posterior rawan
palatoquadrate.
Sepasang tulang hyomandibular pada osteichthyes, berasal dari osifikasi rawan
hyomandibular, memanjang dari neurocranium sampai ke tulang quadrate, di ujung bawah
hyomandibular terdapat tulang kecil yang disebut tulang symplectic yang berjumlah sepasang.
Umumnya tulang-tulang dermal membentuk atap tengkorak. Sepasang tulang parietal
terletak di daerah atap tengkorak paling belakang, di depan supraoccipital. Sepasang tulang
frontal yang merupakan keeping dermal yang luas berkembang tepat di depan tulang parietal.
Di depannya terdapat sepasang tulang nasal yang bentuknya memanjang dan terletak diantara
dua lubang hidung. Beberapa tulang dermal kecil menyertai tulang-tulang yang tersebut
terdahulu yaitu postfrontal, prefrontal, postparietal dan masih banyak lagi.
Sepasang tulang lacrimal terdapat pada bagian anterior sisi tengkorak. Pada sisi
tengkorak di daerah telinga terdapat sepasang tulang squamosal, yang merupakan tulang
dermal.
17

Rahang atas terdiri dari tulang premayilla, maxilla, jugal dan quadratojugal.
Premayilla dan maxilla pada beberapa ikan terutama ikan buas, sering kali dilengkapi dengan
gigi-gigi.
Tulang dermal yang terdapat pada langit-langit mulut ialah prevomer, endopterygoid,
ectopterygoid, palatine (masing-masing terdiri dari satu pasang) dan parasphenoid (satu
buah). Sepasang prevomer yang bersatu disebut vomer.
Tulang dermal yang terdapat pada rahang bawah ialah dentary, splenial, angular dan
articular. Tulang dentary dilengkapi dengan gigi-gigi.
Pada golongan osteichthyes terdapat tulang dermal yang menjadi penutup insang,
yaitu operculum, suboperculum, preoperculum dan interoperculum. Di bawah tulang rahang
terdapat branchiostegal dan urohyal yang merupakan tulang penyokong keeping tutup insang.

Gambar 6. Tulang tengkorak ikan

3.2 Tulang Punggung dan Tulang Rusuk


Secara embriologik, tulang punggung berkembang dari sclerotome yang terdapat di
sekeliling notochorda dan batang saraf. Tiap-tiap pasang sclerotome berkembang menjadi
empat pasang rawan yang dinamakan arcualia. Masing-masing tulang itu dinamakan arcuale.
Dua pasang arcuale terletak di atas notochorda, yang di depan dinamakan basiodorsal dan
yang belakang dinamakan interdorsal. Dua pasang arcuale yang lain terletak di bawah
nothocorda, yang di depan dinamakan basiventral dan yang belakang dinamakan interventral.
Basidorsal kelak akan berkembang menjadi lengkung neural dan basiventral pada
condrichthyes berkembang menjadi keeping intercalary yang terdapat diantara ruas tulang
punggung. Sedangkan derivate interdorsal dan interventral pada ikan bertulang sejati belum
diketahui dengan jelas. Jadi ruas tulang punggung dibentuk oleh arcularia yang mengadakan
invasi mengelilingi notochorda.
18

Gambar 7. Tulang punggung dan rusuk ikan


Pada beberapa ikan pembentukan pusat tulang punggung (centrum) bukan semata-
mata arcualia, melainkan oleh sel mesenchyme yang merapat dan berkumpul di sekitar
notochorda, yang kemudian bersama-sama arcualia membentuk centrum. Sel-sel
mesenchyme dinamakan mesenchyme parachordal.
Berdasarkan pembentukannya, terdapat dua macam tulang punggung yaitu
monospondyly dan diplospondyly. Tulang (ruas) punggung yang monospondyly dibentuk dari
persatuan interdorsal dan interventral suatu ruas dengan basidorsal dan basiventral ruas
dibelakangnya. Jika berhasil, maka persatuan yang terjadi antara dua ruas akan membentuk
sentrum.
Tulang punggung di daerah badan berbeda dengan yang di daerah ekor. Tiap-tiap ruas
di daerah badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk kiri dan kanan untuk melindungi
organ-organ di dalam rongga badan. Pada batang ekor tiap-tiap ruasnya di bagian bawah
hanya terdapat satu cucuk haemal. Di bagian atas tulang punggung terdapat cucuk neural.
Pada famili Cyprinidae dan Siluridae tiga ruas pertama tulang punggung mengalami
perubahan bentuk dan fungsi. Kelompok ruas tulang punggung tersebut dinamakan tulang
Weber. Tulang Weber ini berfungsi di dalam pendengaran sebagai penyalur getaran suara
yang diresonansikan di dalam vesica natatoria ke telinga bagian dalam.
Adapun tulang weber adalah claustrum dan scaphium (berasal dari lengkung neural
vertebrata I), intercalarium (berasal dari lengkung neural vertebrata II) dan tripus berasal dari
rusuk vertebrata III). Ikan yang mempunyai tulang Weber lengkap ialah ikan mas (Cyrpinus
carpio) dan Electrophorus electricus. Pada Gymnotus claustrumnya tidak ada, sebagai
19

penggantinya yang berhubungan dengan sinus impar di daerah basioccipital ialah


scaphiiumnya.

4. Rangka Visceral
Rangka visceral terdiri dari struktur tulang yang menyokong insang dan melindungi
pharynx. Struktur ini terdiri dari tujuh tulang lengkung insang. Dua lengkung insang yang
pertama menjadi bagian dari tulang-tulang tengkorak. Sedangkan lima lainnya berfungsi
sebagai penyokong insang.

Gambar 8. Tulang rangka visceral (tulang lengkung insang)


Pada ikan hiu tiap lengkung insang terdiri dari beberapa potong rawan yang
digabungkan menjadi jeruji basal. Potongan dorsal (Pharyngobranchial) diikuti oleh
ephibranchial, ceratobrancial dan hypobrancial dengan basibranchial yang memanjang
sepanjang dasar ventral. Rawan labial jika ada merupakan rawan insang tambahan.
Pada ikan golongan Telestoi sebagian besar bagian lengkung insang terosifikasi dan
pada beberapa kelompok ikan bermodifikasi sehubungan dengan kebiasaan makanannya,
misalnya ikan mas mempunyai gigi pharynx. Bagian ujung rahang bawah meskipun
terbungkus oleh tulang dermal masih dinamakan rawan Meckel. Ujung proximal rawan
Meckel terosifikasi menjadi tulang articular, yang menyatu secara bebas pada tulang quadrate.
Hyiomadipular yang berasal dari lengkung insang ke dua mengubungkan tulang quadrate
dengan neurocranium. Bagian bawah lengkung insang kedua membentuk rentetan tulang-
tulang hyoid, yaitu basihyal menyatu dengan hyomandibular, dan epihyal menyatu dengan
operculum. Urohyal (entoglossal), yang merupakan modifikasi branchiostegal, bersatu dengan
basihyal. Masing-masing jeruji insang (branchial) terdiri dari beberapa tulang yaitu:
basibranchial, hypobranchyal, ceratobranchial, epibranchial dan pharyngobranchial,
20

ceratobranchial, epibranchial dan pharyngobranchial. Lengkung insang terakhir bermodifikasi


menjadi bagain dari pharynx.

5. Rangka Appendicular
Rangka appendicular adalah tulang-tulang penyokong sisirp dan pelekatnya. Pada ikan
terdapat lima macam sirip yaitu sirip tunggal (sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur) dan
sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada).

Gambar 9. Tulang rangka appendicular (tulang rangka pada sirip)


Sirip punggung yang terdapat pada ikan-ikan kelas chondrichthyes disokong oleh
keeping-keping tulang rawan yang dinamakan rawan basal yang terletak di bagian bawah
tertumpu pada cucuk neural, dan rawan radial yang terletak dirawan basal menunjang jari-jari
keras. Tulang-tulang yang menyokong sirip punggung dan sirip dubur osteichtyes terdiri dari
tiga potong. Tulang yang terdalam masuk kedalam bagian tubuh diantara tulang-tulang cucuk
haemalatau cuck neural dinamakan proximal pterygiophore (axionost). Diatasnya terdapat
intermediate pterygiophore dan yang terluar, distal pterygiophore (baseost) yang bersendi
dengan jari-jari sirip.
Sirip chondrichthyes disokong oleh tulang gelang bahu (pectoral girdle) yang kuat dan
dinamakan coracoscapula. Bentuk gelang bahu seperti huruf U dengan elemen-elemennya
terdiri dari sepasang tulang corocoid yang menjadi dasar huruf U, tempat jari-jari sirip
bersendi pada sudutnya tulang scapula dan suprascapula. Pada sirip dada ikan-ikan kelas
Ostichtyes, gelang bahunya terdiri dari tualng rawan ialah tulang coracid yang berpasangan,
scapula dan empat pasang tulang radial. Yang berasal dari tualng dermal ialah pusttemporal,
supracleithrum, cleithrum dan postcleithrum..
Sirip perut sub kelas Elasmobranchii disokong oleh tulang rawan pelvic yaitu tulang
raan tempat menempelnya tulang basipterygim. Sirip perutnya menempel pada tulang tulang
rawan yang merupakan perpanjangan basipterygium dinamakan rawan baal (axial). Pada ikan
21

jantan, di ujung rawan basal tadi terdapat organ clasper yang digunakan dalam pemijahan
untuk membantu menyalurkan sperma. Pada kelas Osteicthyes, gelang perut (polvic girdle)
dibentuk dari tulang rawan dan dinamakan basypterigium. Pada Holostei rawan radial yang
menyokong jari-jari sirip perut menempel pada ujung posterior basipterygium. Rawan ini
terdapat pada golongan ikan bertulang sejati tingkat tinggi (Teleostei) dan jari-jari sirip
langsung menyatu pada baspterygium.
Bentuk ekor ikan ditentukan oleh beberapa ruas vertebrae yang paling belakang, ada
ruas vertebrae yang tepat bentuknya dan ada pula yang berubah disertai beberapa potong
tulang tambahan. Pada garis besarnya bentuk ekor ikan ada tiga macam. Sedangkan bentuk
ekor lainnya merupakan variasi tiga macam bentuk tersebut:
(1) Proterocercal (Diphycercal)
Ruas-ruas vertebrae menyokong sirip ekor tanpa mengalami perubahan bentuk. Sirip
ekor simetri antara bagian atas dan bawah. Tipe ini dipunyai oleh ikan-ikan anggota
kelas Cephalaspidomorphi.
(2) Hiterocercal
Bentuk ekor tidak simetris. Bagian atas ujung ekor melengkung ke atas dan
disokong oleh ruas tulang punggung. Bagian bawah ujung ekor lebih pendek dari
pada bagian atas dan hanya disokong oleh beberapa jari-jari sirip ekor. Tipe ini
terdapat pada kelas Chondrichtyes dan golongan ikan bertulang sejati tingkat rendah
(Chondrostei dan Holostei). Protocercal dan hiterocercal merupakan bentuk
sementara pada tahap perkembangan embrionik dari banyak ikan yang mempunyai
tipe homocercal.
(3) Homocercal
Bentuk ekor simetris. Bagian atas sama dengan bagian bawah dan disokong oleh
jari-jari sirip ekor. Dua ruas terkahir tulang punggung mengalami perubahan bentuk
dan terdapat beberapa potong tulang tambahan. Bentuk cucuk neural dan cucuk
haemal kedua tadi menjadi pipih dan hampir menempel antara satu dengan lainnya.
Ruas tulang punggung terakhir berubah bentuknya menjadi urostyle sebagai ujung
chorda yang terosifikasi dan padanya tertempel tujuh keeping tulang yang
dinamakan hypural. Di atas hypural terdapat tiga tulang tambahan yang dinamakan
epural.
22

BAB IV
URAT DAGING DAN GERAKAN IKAN

Pada prinsipnya ikan mempunyai tiga macam urat daging yaitu urat daging bergaris.
Urat daging licin dan urat daging jantung. Secara fungsional urat daging dibedakan menjadi
dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak (voluntary) berupa urat daging bergaris dan
yang tidak dibawah ransangan otak (involuntary) berupa urat daging licin dan urat daging
jantung. Dari penempelannya juga bisa dibedakan menjadi dua yaitu urat daging yang
menempel pada rangka (urat daging bergaris) dan yang tidak menempel pada rangka urat
daging licin dan urat daging jantung).
Gerakan ikan, sebagai hasil kerja otot (urat daging) dapat disebut sebagai gerakan
aktif. Disamping itu gerak ikan yang disebabkan oleh faktor luar dirinya, misalnya oleh arus,
disebut gerak pasif.

1. Urat daging Bergaris


Bila dilihat secara keseluruhan, urat daging bergaris di seluruh tubuh terdiri dari
kumpulan blok urat daging. Tiap-tiap blok urat daging ini dinamakan myotome (pada waktu
masih embrio dinamakan myomore) yang dilapisi oleh myoseptum. Pada urat daging yang
menempel pada tubuh ikan sebelah kiri dan kanan, dari belakang kepala sampai batang ekor
myotome tersusun menurut pola tertentu yang bisa dibedakan menjadi dua tipe, yaitu
cyclostomine dan piscine.
Perlu dicatat di sini kumpulan urat daging, terutama urat daging bergaris, biasanya
diberi nama sesuai dengan pergerakan ataupun organ tempat urat daging itu melekat. Sebagai
missal urat daging penegak sirip punggung, urat daging penarik sirip dada.
Bagian-bagian besar urat daging bergaris pada tubuh ikan ada empat yaitu :
a. Urat daging oculomotor, yang terdapat pada mata dengan jumlah tiga pasang.
b. Urat daging hypobranchial, yang terdapat pada dasar pharynx, rahang, hypoid dan
lengkung insang (berfungsi sebagai pengembang).
c. Urat daging branchiomeric yang terdapat pada muka, rahang dan lengkung insang
(berfungsi sebagai pengerut)
d. Urat daging appendicular yang berfungsi untuk menggerakkan sirip.
Urat daging yang terdapat dikedua sisi tubuh ikan dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu bagian atas (epaxial) dan bagian bawah (hypaxial). Kedua bagian tersebut
dipisahkan oleh suatu selaput yang dinamakan horizontal skeletogenous septum. Dibagian
permukaan selaput ini terdapat urat daging yang menutupinya dinamakan musculus lateralis
23

superficialis yang banyak mengandung lemak. Karena warnanya yang merah kehitaman, urat
daging ini sering kali disebut pula sebagai daging hitam atau urat daging merah.

Gambar 10. Pola myotome ikan

Pada kepala ikan, urat daging berhubungan terutama dengan rahang dan tulang
lengkung insang. Urat daging ini mempunyai dua komponen, yaitu komponen urat daging
permukaan (superficialis) dan komponen di bagian dalam.
Urat daging siri-sirip tunggal berfungsi untuk menggerakkan sirip tersebut. Otot-otot
permukaan pada sirip punggung dan sirip dubur disusun sebagai pasangan urat daging
protaktor (penegak) dan retractor (pengendur), urat daging inclinator lateral dan urat daging
erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang. Sirip ekor mempunyai gumpalan
urat daging lateral yang dihubungkan oleh daging pada bagian dasarnya. Urat daging ekor
berfungsi menggerakkan (dorsal flexor dan ventral flexor) dan mengembang-ciutkan seperti
kipas (flexor, interfilamental diatara jari-jari siripnya).
Urat daging pada kedua sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada) pada garis
besarnya ada dua, yaitu abductor (untuk menegakkan) dan adductor (untuk mengendurkan),
dengan beberapa tambahan seperti lembaran otot yang tipis diantara jari-jari sirip (untuk
melipat) dan otot yang menegang dan menggerakkan girdle.
24

Dalam beberapa hal, sirip berpasangan selalu berfungsi untuk pergerakan, juga
sebagai alat untuk menyalurkan sperma dari ikan jantan kepada betina pada golongan ikan
Elasmobranchii. Sehingga urat daging disinipun berfungsi sebagai pendorong sperma keluar.

Gambar 11. Potongan lintang tubuh ikan (a) epaxial, (b) hypaxial, (c) supracarinalis, (e)
vertical septum, (f) vertebrae, (g) red lateral muscle, (h) horizontal
skeletogenous septum, (j) body cavity, (k) supracarinalis, (l) myotomes, (m)
body cavity, (n) notochorda, (o) spinal cord, (p) myosepta
2. Urat Daging Licin
Urat daging licin antar lain terdapat pada :
a. Urat daging usus, baik yang melingkar maupun yang memanjang. Kedua urat daging
ini digunakan untuk menggerakkan makanan (gerakan paristaltik). Gelembung
renang juga mempunyai kedua macam urat daging tersebut.
b. Urat daging yang terdapat pada arteri, yaitu urat daging melingkar yang beguna
untuk mengatur tekanan darah.
c. Urat daging pada mata yang mengatur akomodasi dengan menggerakkan lensa mata
dan mengatur intensitas cahaya.
d. Urat daging yang terdapat pada saluran ekresi dan reproduksi untuk menggerakkan
produk yang ada di dalamn ya.

3. Urat Daging Jantung


Urat daging jantung berwarna merah tua, berbeda dengan urat daging bergaris yang
berkisar antara warna putih sampai merah jambu bergantung kepada spesies ikannya.
Kontraksi otot ini bersifat involuntary. Urat daging jantung disebut pula sebagai myocardium.
Myocardium ini dilapisi oleh pericardium (selaput luar) dan endocardium (selaput dalam).
25

4. Organ Listrik
Organ listrik terdapat pada beberapa ikan yang pada vertebrata lainnya tidak terdapat.
Organ listrik ini merupakan modifikasi sel-sel urat daging.
Jumlah ikan yang diketahui mempunyai organ listrik kira-kira 250 species. Ikan laut
yang berorgan listrik kebanyakan termasuk Elasmobranchii, sedangkan yang termasuk
Teleostei hanya satu, Astroscopus. Ikan tawar yang berorgan listrik seluruhnya termasuk
Teleostei.
Ikan berorgan listrik dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu ikan yang bervoltase
tinggi dan yang bervoltase rendah. Pada ikan yang bervoltase tinggi, organ listriknya
berfungsi sebagai senjata untuk bertahan terhadap serangan predator dan alat untuk mencari
makanan. Sedangkan ikan yang bervoltase rendah, organ listriknya berfungsi sebagai bagian
dari sistem electrosensori dan dapat pula berfungsi sebagai alat komunikasi atar ikan. Ikan ini
medeteksi sasarannya dengan pertolongan distorsi yang ditimbulkannya pada medan listrik
yang dibentuk oleh organ listrik (Bennit, 1971).
Ikan-ikan yang hidup didaerah katulistiwa dan beriklim sedang mempunyai voltase
yang lebih tinggi dari pada ikan-ikan yang hidup di daerah dingin. Ikan yang hidup di laut
umumnya mempunyai voltase tinggi, sedangkan yang hidup di air tawar bervoltase rendah
kecuali “electric eel” (Electrophorus sp) dan “electric cat fish” (Melapterurus electricus).
Ikan-ikan yang bervoltase tinggi antara lain antara lain Electrophorus electricus,
Terpedo nobiliana dan Malapterururus electricus, dan ikan-ikan yang bervoltase rendah antar
lain Mormyrus rume, Gymnotus carapo, Gymnarchus niloticus dan Raja clavata.

5. Gerak Ikan
Berpindahnya ikan dari suatu tempat ke tempat lain dapat berlangsung secara pasif.
Telur ikan pelagic dan anak ikan terbawa oleh arus, suatu hal yang sering terjadi di laut,
danau ataupun sungai. Anak ikan dibawa dalam mulut, seperti pada ikan mujair (Oreochromis
mossambicus). Beberapa jenis ikan melakukan gerakan secara pasif dengan cara menumpang
(membonceng) kepada organisme atau benda lain. Salah satu ikan yang terkenal adalah ikan
remora (Echeneidae) yang menempel pada ikan hiu, penyu bahkan pada binatang paus dengan
alat penempel yang merupakan modifikasi sirip pinggung. Ikan Ceratias jantan menempel
pada betinanya dengan menggunakan mulutnya.
Berenang merupakan gerak aktif ikan, yang dengan cara ini bergerak untuk mencari
makan, memijah dan lain-lain. Organ yang penting dalam gerak ikan adalah sirip. Sirip
punggung, sirip anal dan sirip ekor digunakan untuk gerak maju dan keseimbangan,
sedangkan sirip perut dan sirip dada digunakan untuk gerak naik dan turun, berbelok dan
26

berhenti. Pada ikan yang tidak mempunyai sirip lengkap, peran sirip yang ada akan
mengalami perubahan.

Gambar 12. Diagram posisi organ listrik ikan (A) Electrophorus, (B) Torpedo, (C)
Malapterurus, (D) Raja
27

BAB V
PEREDARAN DARAH DAN PERNAFASAN

1. Darah
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan terlarut
dan tempat erythrocyte, leucoyte dan beberapa bahan lain tersuspensi. System peredaran
darah terdiri dari jantung (yang merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah
dari jantung), kapiler, (yang menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah
yang menuju ke jantung). Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah
tunggal.
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa
oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Membawa hormone dan enzyme ke organ yang
memerlukan. Pertukaran oksigen dari air dengan CO2 terjadi pada bagian semi permiabel
yaitu pembuluh yang terdapat di daerah insang. Selain itu di daerah insang terjadi pengeluaran
kotoran yang bernitrogen. Insang juga mengeliminir mineral yang difusi. Jantung
mengeluarkan darah yang relative kurang akan oksigen dan berkisar CO2 yang tinggi..
Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan Teleostei berkisar antara 1.5-3% dari
bobot tubuhnya. Pada Scualus acanthias volume darah bisa mencapai 5% dari bobot tubuhnya
(Legler et al, 1977). Jumlah organ yang membuat darah pada ikan lebih banyak dari jumlah
bila dibandingkan dengan mamalia.
Plasma darah merupakan cairan yang jernih berisikan mineral terlarut, hasil
pencernaan makanan yang diabsorbsi hasil buangan jaringan, enzyme, antibody dan gas
terlarut.
Erythrocyte (sel darah merah) ikan berinti, berwarna merah kekuningan. Erythrocyte
dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron (bergantung pada spesies
ikannya). Jumlah Erythrocyte tiap-tiap mm3 darah berkisar antara 20.000-3.000.000.
pengangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada jumlah hemoglobin (pigmen
pernafasan) yang terdapat di dalam Erythrocyte.
Leucocyte (sel darah putih) yang tidak berwarna berjumlah antara 20.000-150.000
dalam tiap-tiap mm3 darah. Leucocyte dapat dibedakan menjadi dua, yaitu granulocyte
(Leucocyte yang bergranula) dan agranulacyte (Leucocyte tidak bergranula). Berdasarkan
penyerapan warna, garanulocyte terdiri dari neutrophil, acidophil (eosinophil), dan basophil.
Agranulocyte yang merupakan komponen terbesar leucocyte terdiri dari lymphocyte,
monocyte dan thrombocyte.
28

2. Jantung
Jantung ikan terletak pada ruang pericardial di sebelah posterior insang. Jantung terdiri
dari dua ruang, yatu artrium (auricle) yang berdinding tipis dan ventricle yang berdinding
tebal. Pada jantung terdapat suatu ruang tambahan berdinding tipis yang disebut sinus
venosus, yang berfungsi sebagai penampung darah dari ductus cuvieri dan vena hepaticus
serta mengirimkan ke atrium. Antara sinus venosus dengan atrium terdapat katub sinuatrial.
Darah kemudian dikirim ke ventricle. Untuk mencegah darah tersebut kembali ke atrium
dilakukan oleh katub atrioventricular. Setelah ventricle terdapat conus arteriosus. Pada
elasmobranchii, conus arteriosus berkembang dengan baik, tetapi tidak mempunyai bulbus
ateriosus. Pada ikan bertulang sejati struktur jantung lebih bervariasi. Conus arterious masih
terdapat dan berkembang pada dipnoi, chondrostei dan holostei dengan dua deretan katub atau
lebih (Bond, 1979). Pada sebagian besar teleostei conus arteriuosus sudah tereduksi menjadi
suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus (perluasan sebagian dari aorta
ventralis dan berdinding tebal) berkembang dengan baik.

3. Organ Pembentuk Darah


Beberapa organ pada ikan dapat membentuk darah. Pembuluh darah pada ikan embrio
maupun dewasa berperan dalam pembentukan darah. Pada Cyclostomata, semua jenis sel
darah dibentuk dalam limpa yang tersebar pada submucosa usus alat pencernaan makanan.
Pada ikan berahang, limpa terdapat dengan jelas, yang terbagi atas cortex (bagian luar)
yang berwarna merah dan medulla (bagian dalam) yang berwarna putih. Cortex membentuk
erythrocyte dan thrombocyte, sedangkan medullanya membentuk lymphocyte dan
granulocyte. Pada actinopterygii, limpa juga berfungsi untuk melebur erythrocyte.
Thrombocyte dibentuk dalam ginjal mesenephoros dan granulocyte berasal dari submucosa
esophagus, hati, gonada dan ginjal mesonephros. Di bawah submucosa esophagus
chondrichthyes terdapat suatu struktur yang disebut organ leydig yang bisa membentuk
leucocyte, seandainya limpa dihilangkan maka organ ini pun membentuk erythrocyte. Pada
chondrichthyes dan dipnoi, katup spiral usus membentuk leucocyte. Suatu jaringan seperti
bunga karang berwarna coklat kemerah-merahan yang mengelilingi jangtung ikan Acipencer,
Polyodon dan Lepidosiren membentuk lymphocyte dan granulocyte. Rawan cranial pada
squaliformes, chimaeridae juga membentuk semua sel darah (Legler et al, 1977).
29

4. Suhu Tubuh
Ikan termasuk ke dalam golongan hewan berdarah dingin (Poikilotermal), artinya suhu
ikan menyesuaikan terhadap suhu air lingkungan. Perubahan suhu yang mendadak dan besar
sering menjadi penyebab kematian ikan. Perubahan yang kecil pada suhu lingkungan akan
menyebar dengan cepat ke seluruh tubuh ikan sebagai efek perpindahan panas melalui kapiler
kulit dan kapiler insang. Ikan muda, karena ratio antara insang dan permukaan tubuh lebih
besar dari pada ratio pada ikan dewasa, lebih cepat menyesuaikan suhu tubuhnya dari pada
ikan dewasa.

5. Insang
Ikan seperti pada hewan lainnya, membutuhkan oksigen yang merupakan salah satu
kebutuhan dasar. Oleh karena itu kelangsungan hidup ikan bergantung kepada kemampuan
untuk memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Banyaknya oksigen yang
digunakan oleh ikan tidaklah konsisten. Akan tetapi bervariasi dengan umur, dan
berhubungan dengan perubahan aktifitas ikan serta kondisi perairan.
Masuknya oksigen ke dalam tubuh ikan umumnya melalui jaringan dalam insang
dengan cara difusi, terbawa dalam aliran darah. Molekul oksigen ini ditangkap oleh
hemoglobin kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
Di samping itu, karbon dioksida sebagai hasil oksidasi harus diangkut darah dan
disingkirkan lewat insang atau struktur pernafasan lainnya.
Pada embrio ikan, insangnya belum berfungsi, sebagai penggantinya, kuning telurnya
yang berfungsi sebagai alat pernafasan sementara. Bila persediaan makanan yang terdapat
dalam kantung kuning telur habis, maka insang mulai bekerja sebagai alat pernafasan yang
tetap.
Pertukaran antara oksigen yang masuk kedalam darah dengan CO2 yang keluar dari
darah terjadi dengan cara difusi pada pembuluh darah dalam insang. Peredaran darah dalam
filament insang merupakan pertemuan antara pembuluh darah yang berasal dari jantung yang
masih banyak mengandung CO2 dengan pembuluh darah yang akan meninggalkan filament
insang yang kaya akan oksigen.
Tiap-tiap filament insang terdiri dari banyak bagian yang disebut lamella yang
merupakan tempat terjadinya pertukaran gas. Pinggiran lamella yang tidak menempel pada
lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epithelium dan mengandung jaringan pembuluh
darah kapiler. Jumlah dan ukuran lamella juga bervariasi sangat besar dengan tingkah laku
ikan.
30

Pengambilan oksigen dari air digiatkan baik dengan cara pembagian filament insang
menjadi lamella maupun dengan pengaturan arah aliran darah dan air. Yang disebut terakhir
merupakan sitem arus berlawanan, dimana air mengalir dalam mulut menuju ke sisi insang
dan darah di dalam lamella mengalir dengan arah sebaliknya. Arah yang demikian ini
memberikan kesempatan bagi oksigen masuk dan CO2 meninggalkan darah.

5.1 Insang dan Mekanisme Pernafasan Elasmobranchii


Sub kelas elasmobranchii mempunyai celah insang sebanyak lima pasang, kadang-
kadang enam atau tujuh pasang, yang terletak di bagian bawah kepala pada golongan ikan pari
dan bagian sisi kepala pada golongan ikan cucut. Tiap-tiap celah insang mempunyai penutup
insang sendiri. Sepasang spiracle terdapat di bagian depan celah insang bagian pertama, yang
merupakan celah insang yang rudimenter. Pada bagian dalam spiracle terdapat pseudobranch,
yang diduga berfungsi sebagai pembentuk sel darah.
Mekanisme pernafasan ikan golongan Elasmobranchii terbagi dalam tiga tahap yang
berurutan sebagai berikut. Tahap pertama otot coracoid dan coracobranchial berkontraksi
sehingga menyebabkan rongga oropharyngael bertambah besar dan air masuk melalui rongga
mulut oleh pengisapan. Pada saat yang sama cuping insang menutup karena tekanan air dari
luar, jadi celah insang luar tertutup, tahap kedua, otot abductor rahang bawah dan lengkung
insang melemas, tetapi otot adductor interarcual yang terdapat diatas tulang lengkung insang
atas dan bawah berkontraksi, dan rongga mulut memberikan tekanan kepada air. Sementara
itu katup mulut ditutup untuk mencegah air keluar melalui mulut, dan air didorong menuju
kedalam rongga insang. Tulang insang masih dalam keadaan tertutup. Tahap ketiga, otot
odductor interarcual melemas, beberapa otot yang lain berkontraksi untuk mempersempit
rongga insang. Air dipaksa melaui lamella insang. Bersama dengan itu cuping insang luar
terbuka secara pasif diikuti oleh mengalirnya keluar.

5.2 Insang dan Mekanisme Pernafasan Osteicthyes


Golongan ikan bertulang sejati mempunyai satu celah insang yang masing-masing
terletak pada tiap sisi kepala di bawah tulang tutup insang yang terdiri dari beberapa keeping
tulang. Jumlah lengkung insang yang terdapat pada ikan bertulang sejati ada lima pasang,
tetapi hanya empat yang berfilamen insang. Pada beberapa ikan, lengkung insang yang kelima
berubah menjadi gigi pharyngel yang digunakan untuk mengerus makanan. Lengkung insang
bagian atas menempel pada cranium dan bagian bawah menempel pada dasar lidah.
Pada golongan Actinopterygii di bagian dalam tutup insangnya terdapat pseudobranch
yang banyak mengandung pembuluh darah. Kadang-kadang pembuluh darah tersebut
tertutupi oleh selaput tipis. Pseudobranch ini mempunyai fungsi yang berhubungan dengan
31

pertukaran gas yang terdapat dalam darah. Diantara pembuluh darah Pseudobranch ini ada
yang berhubungan dengan retina mata dan ada pula yang berhubungan dengan gelembung
renang. Pseudobranch tidak dipunyai antara lain oleh ikan famili Anguillidae, Mormyridae,
Siluridae dan Notopteridae.
Secara umum mekanisme pernafasan osteichtyes tidak terlalu berbeda dengan
elasmobranchii. Pada awal inspirasi, tepat sesudah tutup insang menutup dengan rapat, mulut
dibuka sambil beberapa otot berkontraksi (ternasuk mulut dibuka sambil beberapa otot
sternohyoid dan otot penarik lengkung palatin). Pada saat yang sama jari-jari branchiostegal
mengembang ke bawah dan rongga mulut meluas menyebabkan tekanan air berkurang di
dalamnya. Air didorong masuk ke mulut dan selang sesaat ruang atara insang dan operculum
meluas ketika penutup insang tertarik ke depan sedangkan celah insang masih tertutup karena
tekanan air dari luar tubuh. Karena pada rongga insang juga terjadi kekurangan tekanan, maka
air mengalir melalui insang. Kemudian mulut mengatup untuk mencegah air keluar melaui
mulut dan mulailah rongga mulut berfungsi sebagai pompa penekan. Lubang insang masih
tetap tertutup, air berkumpul di depan insang. Akhirnya celah insang terbuka dan air ditekan
keluar.

6. Adaptasi Pernafasn Ikan


Selain insang yang dipergunakan sebagai alat pernafasan, ada pula ikan yang bernafas
secara langsung menggunakan udara sebagai sumber oksigen. Ikan-ikan yang demikian
dikenal sebagai ikan pengisap udara (air breating fish).
Pada ikan lele (Clarias batracus) dibagian atas lengkung insang kedua dan ketiga
terdapat kantung insang tambahan yang berbentuk seperti pohon, karenanya dinamakan
“arborescent organ” yang berasal dari insang kedua dan ke empat. Organ ini dipergunakan
untuk pernafasan udara, oleh karena itu ikan ini selalu mengambil udara di atas permukaan
air.
Pada ikan blodok (Periophthalmus & Boleophthalmus), di bagian dalam dinding
penutup insang yang berlipat-lipat banyak didapatkan pembuluh darah. Juga kulitnya dapat
dipergunakan sebagai alat pernafasan tambahan. Ikan ini sering terdapat di permukaan lumpur
pantai, kalau sedang keluar dari sarangnya.
Pada daerah pharynx ikan gabus (Ophiocephalus striatus) banyak terdapat diverticula
yang mempunyai epithel pernafasan. Selain dapat bertahan lama di luar air, ikan ini juga bisa
bertahan lama sewaktu menanamkan dirinya dalam lumpur.
Suatu alat pernafasan yang dinamakan labyrinth dimiliki oleh ikan ordo Labyrinthici,
misalnya ikan tambakan (Helostoma temmicki). Labyrinth merupakan rawan yang berlipat-
32

lipat seperti bunga mawar yang mengandung epithelium pernafasan. Labyrinth ini adalah
derivat lengkung insang pertama. Labyrinth terletak dalam suatu rongga kantung yang lembab
di daerah dorsoleteral preoperculum.
Ada juga alat pernafasan tambahan yang berupa saluran intestinal yang dimodifikasi
menjadi dinding tipis dan dilengkapi dengan pembuluh darah. Di daerah ini terjadi difusi
oksigen, sedangkan gas-gas yang lain dikeluarkan melalui anusnya. Alat pernafasan tambahan
ini terdapat pada famili Loricariidae dan cobitidae. Pada cobitidae bagian tengah dan belakang
usus berfungsi dalam pencernaan dan respirasi.

7. Gelembung Gas
Gelembung gas (vesica natatoris), yang hanya dipunyai osteichthyes, dan tidak
terdapat pada chondrichtyes dan cyclostomate, terletak di atas atau di samping saluran
pencernaan makanan. Pada beberapa ikan, gelembung gas ini ada yang memanjang dari
belakang kepala sampai ke batang ekor, atau ada juga yang ujung belakangnya berhubungan
dengan bagian luar tubuh di daerah anus.
Hubungan atara lingkungan ikan dan gelembung gas sangat erat. Sebagai contoh ikan
darter (Etheostometinas) yang hidup di perairan yang berarus deras, gelembung gasnya
hilang, sedangkan ikan dari sub famili yang sama yang hidup di perairan tenang (Percina
caprodes), gelembung gasnya tetap ada. Ikan-ikan famili cobitades yang tinggal di perairan di
pegunungan, gelembung gas bagian belakang hilang, sedangkan yang mendiami perairan
tenang gelembung gasnya tetap berjumlah tiga buah. Gelembung gas juga tereduksi pada
ikan-ikan yang hidup di dasar perairan.
Gelembung gas berfungsi sebagai alat hidrostatik, pernafasan tambahan dan pembuat
bunyi. Pada golongan ikan physostomy, gelembung gasnya dihubungkan dengan saluran
pencernaan makanan oleh suatu saluran yang disebut ductus pnematicus. Golongan
physostomi dapat mengganti gas dengan cepat dan tidak mengalami kesukaran dalam
mengatur pemasukan dan pengeluaran gas pengisi gelembung gas tersebut.
Pada golongan physoclisti, yang tidak mempunyai ductus pneumaticus, pemasukan
dan pengeluaran gas dilakukan oleh kelenjar dan rete Mirabel.
Banyak ikan physostomy yang menggunakan gelembung gas sebagai alat pernafasan
sementara ataupun tambahan. Arapaima gigas yang mendiami rawa-rawa di daerah amazon
(America selatan), sebagian gelembung gasnya berkembang dengan baik untuk mengambil
udara dari luar.
Dalam beberapa hal gelembung gas berfungsi sebagai resonator dan mengubah
kualitas bunyi yang dipancarkan ikan. Ikan Balistas membuat bunyi dengan cara memukul-
33

mukul sirip dadanya ke dinding tubuh yang menutup gelembung gas (Tavolga, 1971). Pada
famili Batrachoididae, otot bergaris gelembung gas dapat mengeluarkan bunyi sebagai suatu
isyarat. Umumnya bunyi yang dikeluarkan gelembung gas mempunyai frekwensi yang
rendah. Pada banyak spesies yang gelembung gasnya dapat memancarkan bunyi, bunyi
tersebut banyak maknanya pada saat pemijahan atau mempertahankan diri (Lagler et al,
1977).

8. Paru-paru
Paru-paru ikan merupakan derivate dari gelembung gas, pada “Autralian lungfhis”
(Neoceratodus), paru-parunya terletak di sebelah dorsal seluruh pencernaan makanan tetapi
ductus pneumaticusnya terbuka ke arah bagian ventral dinding lambung. Pada “African
lungfish” (Protopterus) dan “South American lungfish” (Lapidosiren), sepasang paru-parunya
terletak di sebelah ventral saluran pencernaan makanan.
34

BAB VI
MAKANAN, PENCERNAAN DAN PERTUMBUHAN

1. Makanan
Seperti halnya binatang lainnya membutuhkan nutrient untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhannya. Nutrient yang dibutuhkan dalam hal ini yaitu berupa protein, lemak,
karbohidrat, mineral dan vitamin. Sebagai organisme hiterotrof, nutrient yang dibutuhkan
tersebut umumnya berasal dari makanan.
Di perairan, makanan untuk kebutuhan ikan sebenarnya sudah tersedia yaitu berupa
makanan alami, yang banyak sekali ragamnya baik dari golongan hewan (zooplankton,
invertebrate dan vertebrat), tumbuhan (phytoplankton, tumbuhan air) dan organisme mati
(detritus). Organisme yang dapat menjadi makanan ikan tersebut sangat bervariasi tergantung
kepada “trophic level”. Untuk suatu jenis ikan tertentu makanan dapat bervariasi menurut
ukuran, tempat/habitat musim dan jenis kelamin.
Di alam suatu jenis ikan dapat menjadi makanan bagi jenis ikan lainnya. Sifat
makanan ini diekspresikan dalam rantai makanan. Pada kenyataannya rantai makanan tidaklah
tersekat-sekat, akan tetapi saling berkaitan dan bentuk keterikatan ini disebut “jala makanan”.
Makanan yang sebenarnya berupa bahan organik selalu mengalami siklus. Di perairan
siklus makanan ini dapat digambarkan sebagai berikut: nutrient yang tersedia di perairan
digunakan oleh tumbuhan hijau untuk membentuk bahan organic melalui proses fotosintesis.
Hasil sintesis (sel dan jaringan tanaman) dimakan oleh organisme herbivore, yang pada
gilirannya akan dinamakan oleh organisme karnivora dan seterusnya. Hasil ekresi organisme
serta organisme yang mati dari masing-masing tingkatan trofik tersebut diuraikan oleh bakteri
menjadi nutrient kembali. Nutrient tersebut selanjutnya akan digunakan kembali organisme
hijau (tumbuhan) dalam proses fotosintesis.
Untuk mendeteksi makanan, ikan dapat menggunakan penglihatan, linea literalis,
electro receptor, peraba, pendengaran, dan penghidu.

Rangsangan Untuk Makan


Dalam mencari makanan, aktivitas ikan tidak terlepas dari adanya ransangan untuk
makan. Faktor-faktor yang merangsang ikan untuk makan terdiri dari dua macam. Yang
pertama, faktor yang mempengaruhi motivasi internal atau dorongan untuk makan, meliputi
musim, waktu makan, intensitas cahaya, saat dan jenis makanan terakhir, dan suhu. Faktor
yang kedua ialah rangsangan makanan yang diterima oleh panca indera seperti rasa, bau,
35

penglihatan, sentuhan, dan sistem garis rusuk. Interaksi kedua macam faktor tersebut akan
menentukan bagaimana ikan makan dan apa yang ingin dia makan.
Waktu makan ikan berhubungan erat dengan kelengkapan organ pelacak makanan.
Beberapa ikan misalnya lele (Clarias batracus), yang mendapat makanan dengan perantaraan
rasa dan bau, lebih condong sebagai pemakan malam. Sedangkan ikan lain misalnya mujair
(Oreochromis musambicus) yang lebih banyak menggunakan mata dalam mencari makanan,
lebih aktif pada waktu siang hari.
Musim terutama mempengaruhi suhu air di daerah nontropik dan ketinggian air di
daerah tropic, yang pada gilirannya mempengaruhi cara makan. Beberapa jenis ikan
menghentikan kegiatan mencari makan selama musim pemijahan, misalnya sidat (Anguilla
bicolor). Belut tambak (Synbranchus) tidak makan dan hanya menggunakan timbunan lemak
dalam tubuhnya. Selama estivasi dalam lubang yang lembab. Sebagian besar ikan yang hidup
di daerah “temperate” sangat aktif mencari makan ketika kondisi lingkungan berubah pada
musim semi.
Dorongan untuk makan dipengaruhi pula oleh jenis tektur makan. Hal ini dapat
diperlihatkan pada keadaan berikut. Di akuarium yang ditempati ikan Lepomis macrochirus
dan Lepomis gibbosus diberikan siput kecil. Ternyata L. gibbosus yang menghancurkan
cangkang dan megeluarkannya melalui celah insang serta menelan bagian yang lunak. Tetapi
jika bagian yang lunak siput diberikan tanpa cangkang, maka baik L. gibbosus maupun L.
macrochirus mau memakannya.

Cara Makan
Secara garis besarnya ikan dapat dibedakan menjadi golongan predator, grazer,
penyaring makanan, pengisap makanan dan parasit berdasarkan cara makannya (Lagler et al,
1977).
Umumnya ikan-ikan yang memakan binatang makroskopik mempunyai adaptasi
tertentu. Mereka biasanya mempunyai gigi pencengkeram yang berkembang dengan baik.
Seperti yang banyak terlihat pada ikan cucut Elasmobranchii), sphyraena, Layaran
(Hystiophorus) dan kakap (Lates calcalifer). Pada ikan-ikan predator terdapat lambung yang
jelas dengan sekresi asam kuat dan ususnya relative sangat pendek dari pada herbivore, pada
ukuran panjang ikan yang sama. Banyak predator seperti seperti hampal (Hampala
macrolepidota) dan ikan laut dalam aktif memburu mangsanya. Sedangkan yang lain seperti
kerapu (Epinephelus) sering berdiam diri dan menunggu sampai seekor binatang lewat, yang
kemudian diserbu dan ditangkap. Lophiidae dan antennariidae mengembangkan jari-jari
pertama sirip punggungnya menjadi semacam umpan untuk memancing perhatian si mangsa.
36

Ikan sumpit (Toxotes jaculator) sering menyumpit jatuh serangga yang sedang hinggap di
tanaman air dengan “air liurnya”. Ketepatan menyumpit sasarannya ini merupakan hasil
perkembangan mata yang dapat digunakan untuk melihat di luar permukaan air. Beberapa
ikan predator melakukan perburuan dengan mengggunakan mata, sedangkan cucut
(Squaliformes), ikan-ikan noctural (misalnya baung, Macrones nemurus dan Muraenidae)
bertumpu kepada bau, rasa, sentuhan dan mungkin pula mengandalkan saraf garis rusuk untuk
menemukan tempat si mangsa.
Pada “grazing”, pengambilan makanan dilakukan dengan cara menggigit, sering kali
oleh individu yang lebih kecil. Pada suatu ketika organisme yang diambil bersifat tunggal dan
saat yang lain sekelompok organisme kecil secara kontiyu. Grazing mencirikan ikan-ikan
yang memakan plankton atau organisme dasar. Banyak anak-anak ikan yang kelak tumbuh
menjadi predator terhadap ikan lain, semula memakan plankton yang mereka buru satu
persatu.
Penyaringan organisme dari air merupakan cara makan yang paling umum dilakukan
karena makanan yang dipilih berdasarkan ukuran dan bukan berdasarkan jenisnya. Filtrasi
plankton dilakukan banyak ikan clupeoid, misalnya Dorosoma. Ikan menhaden (Brevootia
tyranus) yang tergabung dalam kelompok besar berenang dengan mulut menganga pada
sepanjang padang plankton di pantai lautan Atlantik (Amerika). Ikan yang dewasa mampu
menyaring satu sampai dua gallon air permenit dengan tapis insangnya, dan dalam waktu
yang sama beberapa cc sekumpulan plankton terutama diatom dan crustacean diperolehnya.
Juga Polyodon, Rhincodon, Cetorhinus mampu menyaring plankton dengan efisien. Prinsip
adaptasi ikan penyaring makanan terletak pada pengembangan tapis insang yang memanjang,
rapat dan dalam jumlah yang banyak.
Pengisapan makanan atau material yang mengandung makanan ke dalam mulut sering
kali dilakukan oleh ikan-ikan pemakan dasar seperti belanak (Liza subviridis). Nilem
(Osteochilus hasselti) yang mempunyai mulut subterminal dan bibir pengisap mempunyai
kebiasaan yang sama. Pada beberapa anggota famili Cyprinidae respon pengisapan sangat
tergantung kepada ransang sentuhan pada bibir. Banyak ikan-ikan yang mengisap lumpur
untuk mengektraksi jasad yang terdapat di dalamnya, terlepas dari apakah ia bisa
mendapatkan makanan yang baik untuk dicerna atau tidak. Pada beberapa ikan makanan yang
diinginkan dipisah-pisahkan sebelum ditelan, tetapi pada beberapa ikan yang lain seperti
Siluridae, endapan tanah atau lumpur sering diketemukan dalam konsentrasi tinggi bersama-
sama dengan jasad dasar di saluran pencernaannya.
37

Beberapa ikan yang termasuk parasit, misalnya Petromyzon marinus dan Lampreta
tridantata mengisap cairan tubuh ikan inang sesudah memarut suatu lubang pada sisi tubuh
ikan inang. Satu hal yang menarik perhatian pada hubungan parasitic ini ialah pada ikan
Ceratias. Ikan Ceratias jantan bertindak sebagai parasit terhadap betinanya. Sesaat setelah
menetas si jantan akan mencari ikan betina dan menempelkan dirinya dengan perantaraan
mulutnya pada si betina. Ikan betina justru membantunya dengan cara mengembangkan
semacam papilla dengan mana si jantan bisa mengisap nutrient, dan dengan demikian sejak
saat itu ikan jantan tidak lagi hidup dari makanan bebas. Ikan jantan menjadi relative kecil,
begitu kecilnya sehingga lebih kecil dari pada sebuah ginada yang matang.
Berdasarkan tempatnya, ikan dapat mencari makan di dasar perairan, pada kolom air,
dipermukaan, daerah karang, padang lamun dan sebagainya. Informasi tentang waktu dan
tempat mencari makan ini sangat penting dalam habitatnya dengan upaya penangkapan dan
perlindungan habitat.

2. Alat-alat Pencernaan Makanan


Alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk mulut dapat
dikemukakan sebagai berikut. Mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus,
usus dan anus. Dalam beberapa hal terdapat adaptasi alat tersebut terhadap makanan dan
kebiasaan makannya. Organ pencernaan ini dilengkapi dan dibantu oleh hati dan pangreas.
Pada umumnya mulut ikan terletak di ujung depan kepala. Yang dinamakan tipe
terminal. Pada ikan yang lain, mulut terletak di bagian atas (tipe superior), di bagian bawah
kepala (tipe inferior), dan ada juga yang terletak di dekat ujung depan kepala (tipe
subterminal). Selain letak mulut yang berbeda-beda, bentuk mulutpun bermacam-macam.
Bentuk dan letak mulut ini sangat erat kaitannya dengan macam makanan yang menjadi
kesukaan ikan. Mulut tipe superior mendapatkan makanan dari permukaan atau menunggu
pada dasar perairan untuk menangkap mangsa yang lewat diatasnya.
Ukuran mulut ikan dapat memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makan, terutama
bila dikaitkan dengan ukuran dan tempat gigi berada. Ikan cucut dilengkapi dengan mulut
yang lebar dan gigi tajam, yang menandakan ikan cucut termasuk golongan predator terhadap
mangsa yang berukuran agak besar yang mungkin bisa ditelan seutuhnya. Beberapa ikan
cucut mempunyai pengaturan geligi yang menjadikan mereka dapat menggigit gumpalan
besar untuk ditelan begitu saja. Demikian juga halnya dengan ikan barracuda (Sphyraena) dan
piranha (Serrasalmus).
Ikan yang menelan sepotong kecil makanan biasanya mempunyai bibir yang relative
kecil tanpa modifikasi. Pada ikan yang mendapatkan makanan dengan cara mengisap, mereka
38

mempunyai mulut tipe inferior dan bibir yang berdaging tebal. Bibir pengisap ikan perenang
bebas berfungsi sebagai organ pencengram batu atau benda-benda lain pada sungai yang
berarus deras, misalnya ikan sapu-sapu (Hypostomus plecostomus). Pada anggota family
lamprey (Petromyzontidae) yang parasetik dan Myxinidae, mulut pengisap tak berahangnya
bertindak sebagai alat pencengram agar menempel pada inangnya dan mengambil makanan
dari inang. Bibir pengisap ini pada Lamprey juga digunakan untuk menyingkirkan batu dari
celah sarangnya pada aliran sungai.
Mulut sering kali dilengkapi dengan sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat
bervariasi. Sungut ini berfungsi sebagai alat peraba ketika ikan tersebut mencari makanan.
Sungut dilengkapi dengan saraf, yang berubah untuk menemukan makanan diatara material
yang lunak.
Adaptasi terhadap macam makanan juga terjadi pada gigi. Gigi mungkin timbul dari
sisik yang menutupi bibir seperti pada Squaliformes, dimana sisik placoid menjadi gigi pada
rahang. Osteichtyes mempunyai tiga jenis gigi berdasarkan tempat tumbuhnya, rahang,
rongga, mulut, dan pharyng. Di daerah rahang gigi tumbuh pada premaxilla, maxilla dan
dentary. Pada langit-langit rongga mulut, gigi terdapat pada vomer, palatine, pterigoid dan
pareshpenoid. Gigi juga terdapat pada tulang glossohyal (tulang lidah) dan basibranchial di
antara insang. Gigi pharyng terdiri dari lemen lengkung insang pada banyak species ikan. Gigi
pharyng famili cyprinidae dan catostomidae merupakan modifikasi elemen bawah lengkung
insang yang terakhir.
Berdasarkan bentuknya, gigi rahang dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk yaitu :
Cardiform, villiform, canine, incior dan molariform. Gigi cardiform berbentuk pendek, tajam
dan runcing. Bentuk ini didapatkan misalnya pada famili Serranidae. Gigi villiform mirip
dengan gigi cardiform, hanya lebih panjang dan memberikan gambaran seperti rumbai-
rumbai, misalnya pada Belone dan Pterois. Gigi canine menyerupai gigi anjing, seringkali
seperti bentuk taring, bentuknya panjang dan mengerucut, lurus atau melengkung dan
disesuaikan untuk mencengkram. Gigi inchisor mempunyai pinggiran yang tajam yang
disesuaikan untuk memotong. Bentuk gigi yang mempunyai permukaan rata digunakan untuk
menumbuk dan menggerus, termasuk gigi molariform. Bentuk gigi ini misalnya dipunyai oleh
Raja, Holocephali dan Scianidae (Lagler, et al, 1977).
Insang terletak tepat di belakang rongga mulut, di dalam pharynx. Umumnya terdapat
empat pasang pada ikan bertulang sejati, sedangkan chondrichthyes mempunyai 5-7 pasang
lengkung insang. Di samping melindungi filament yang lembut dari kikisan material makanan
yang masuk, tapis insang juga menghalangi material yang dimakan keluar melaui insang.
39

Ikan-ikan yang memakan mangsa besar, mempunyai tapis insang yang berukuran besar dan
jumlahnya sedikit. Pada ikan-ikan pemakan plankton, tapis insangnya ramping, memanjang
dan jumlahnya banyak. Jari-jari tapis insang yang pendek dan besar didapatkan pada ikan
omnivore. Tampak adanya kaitan yang erat antara jenis makanan dengan bentuk dan jumlah
jari-jari tapis insang.
Esophagus ikan pendek dan mempunyai kemampuan untuk menggelembung. Hal ini
tampak jelas pada ikan predator yang mampu menelan makanan yang relative besar ukuranya.
Sedangkan ikan-ikan pemakan jasad renik mempunyai kemampuan untuk menggelembung
yang kurang dibandingkan dengan ikan predator. Pinggiran esophagus terdiri dari epithelium
yang berlapis lapis dan columner, dengan sejumlah sel atau kelenjar lendir. Dinding
esophageal dilengkapi secara khusus dengan lapisan otot bergaris yang circulair dan
longitudinal. Beberapa modifikasi esophagus telah diketahui. Stromateidae mempunyai
kantong otot (mucular sac) yang berhubungan dengan esophagus. Pada beberapa genera
(Pampus dan Nomeus) terdapat gigi di tepi kantung esophageal, yang menempel pada tulang
tipis pada dinding kantung. Kantung esophageal berfungsi sebagai penghasil lendir, gudang
makanan, dan penggilingan makanan. Pada ikan belut (Monopterus albus), esophagus
dimodifikasi menjadi alat pernafasan.
Lambung menunjukkan beberapa adaptasi, diantaranya adalah adaptasi dalam
bentuknya. Pada ikan pemakan ikan, lambung semata-mata berbentuk memanjang seperti
dipunyai oleh ikan gabus (Ophiocephalus striatus). Pada ikan belanak (Liza subviridis),
lambung bermodifikasi menjadi alat penggiling. Lambung tersebut berukuran kecil, tetapi
dindingnya sangat tebal dan berotot. Pada Saccopharyngidae dan Eupharyngidae, lambungnya
mempunyai kemampuan menggelembung yang besar sehingga memungkinkan ikan-ikan ini
memakan mangsa yang relative besar.
Sebagian besar ikan mempunyai lambung. Lambung tidak terdapat pada beberapa ikan
bertulang sejati (Cyprinidae). Pada ikan-ikan tersebut kelenjar lambung tidak ada, dan
makanan dari esophagus langsung ke usus. Adanya lambung dapat dicirikan oleh rendahnya
pH dan adanya pepsine diantara getah pencernaan. Pada beberapa ikan seringkali bagian
depan ususnya membesar menyerupai lambung sehingga bagian ini dinamakan lambung
palsu, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio).
Usus mempunyai banyak variasi pula. Pada ikan carnivore ususnya pendek, mungkin
karena makanan berdaging dapat dicerna dengan lebih mudah dari pada tanaman. Sebaliknya
usus ikan herbivore panjang dan teratur di dalam satu lipatan atau kumparan (misalnya ikan
nilem, Osteochilus hasselti).
40

Pada usus sebagain besar ikan bertulang sejati, di belakang pyloric lambung, mungkin
terdapat satu atau lebih kantung buntu yang dinamakan pyloric caeca. Polypterus hanya
mempunyai satu, gabus (Ophiocephalus striatus) mempunyai dua buah, sedangkan famili
Salmonidae bisa mencapai jumlah 200 atau lebih. Fungsi pyloric caeca mungkin berkaitan
dengan pencernaan dan penyerapan.
Hati termasuk kelenjar yang besar pada ikan, bahkan pada ikan cucut dan ikan pari
bisa mencapai 20% bobot tubuhnya. Hati biasanya terletak di muka lambung atau sebagian
mengelilingi lambung. Umumnya hati berjumlah dua buah, tetapi mungkin hanya satu seperti
pada ikan salmon, atau tiga seperti yang terdapat pada “mackerel”. Pada hati terdapat kantung
empedu yang mengeluarkan cairan empedu. Cairan empedu ini masuk ke dalam saluran
pencernaan makanan pada daerah pylorus melalui ductus choledochus. Disamping berperan
dalam pencernaan, hati juga berfungsi sebagai gudang penyimpanan lemak dan glikogen.
Fungsi selanjutnya ialah dalam pembentukan sel darah merah dan kimiawi darah seperti
pembentukan urea dan senyawa yang berhubungan dengan ekskresi nitrogen. Ikan-ikan
mempunyai variasi dalam jumlah lemak yang disimpan di dalam hati, sedangkan pada
scombridae dan clupeidae, lemak lebih banyak disimpan di dalam otot. Selain lemak, hati
ikan juga menyimpan vitamin A dan D.
Pankreas mensekresikan beberapa enzyme yang berfungsi dalam pencernaan
makanan. Pada ikan bertulang sejati biasanya menyebar di sekeliling hati, bahkan pada ikan
berjari-jari sirip keras pancreas dan hati menyatu menjadi hepatopankreas. Pada ikan cucut
dan ikan pari pancreas merupakan dua buah organ yang kompak.
41

3. Pertumbuhan
Pertumbuhan didefinisaikan sebagai perubahan ukuran baik panjang, berat atau
volume dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi sifat keturunan, umur, ketahanan terhadap
penyakit dan kemampuan pemanfaatan makanan. Faktor luar antara lain adalah suhu, kimia
perairan dan makanan yang tersedia.
Faktor lingkungan besar sekali pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Pada kondisi
lingkungan yang kurang tepat, suatu jenis ikan akan mencapai ukuran yang lebih kecil
dibandingkan dengan pada kondisi yang optimal. Demikian pula di daerah beriklim panas,
pertumbuhan ikan akan lebih cepat bila dibandingkan dengan di daerah dingin. Selama musim
dingin, ketika ruaya atau pemijahan, pertumbuhan ikan dapat terhenti bahkan negative bila
kebutuhan energi melebihi energi yang dikonsumsi.
Secara teoritis kurva pertumbuhan ikan berbentuk simoid. Hal ini berarti bahwa
pertumbuhan suatu jenis ikan pada stadia awal (prelarva) dan akhir dari stadia hidupnya (masa
tua) adalah lambat.
Pada hakekatnya pertumbuhan ini diatur oleh hormone pertumbuhan yang dibentuk
dibagian hipofisa. Hormone pertumbuhan ini dapat mempengaruhi proses fisiologis dan
akhirnya berpengaruh terhadap laju pertumbuhan, misalnya selama migrasi, memijah, musim
dingin dan saluran bagian dari siklus hidup ikan. Hormone berhubungan pula dengan respon
ikan terhadap keadaan stress, misalnya pada kepadatan tinggi.
Pertumbuhan ikan dapat dipelajari dengan beberapa metode. Salah satu pendekatan
yaitu menentukan umur. Umur pada ikan dapat diketahui dengan melihat annulus pada bagian
sisik, otolith dan jari-jari keras. Dengan mengukur specimen dari beberapa grup umur dapat
diduga laju pertumbuhannya dari tahun ketahun. Cara lain dalam mempelajari pertumbuhan
ialah dengan metode penandaan ikan secara individual ditangkap, diukur, diberi tanda dan
dilepaskan kembali ke perairan. Setelah periode waktu tertentu ikan tersebut ditangkap dan
diukur. Dengan demikian perubahan ukuran (pertumbuhan) dapat diketahui.
42

BAB VII
EKSKRESI DAN OSMOREGULASI

1. Ginjal
Ikan membuang beberapa sisi hasil metabolitnya melalui saluran pencernaan dan
kulitnya, tetapi sebagian besar dibuang lewat ginjal. Ginjal berbentuk ramping dan
memanjang dengan warna merah tua, terletak di bagian atas rongga perut di luar peritoneum
di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, berjumlah sepasang. Ginjal ikan mempunyai
dua tipe anatomik, yaitu pronephoros dan mesonephoros.
Struktur pronephoros sangat sederhana. Di bagian anterior terdapat beberapa corong
yang terbuka dengan dilengkapi cilia. Corong ini dinamakan neporostome, yang terbuka
kedalam rongga tubuh.
Pronephoros terletak di depan masonephoros. Pada sebagian besar ikan, ponephoros
hanya berfungsi pada awal kehidupan (embrio dan larva), yang kemudian fungsinya akan
digantikan oleh mesonephoros ketika ikan menjadi dewasa. Sebagai kecualian “hagfish”
(Myxine) masih mempertahankan pronephorosnya sebagai ginjal yang berfungsi. Sedangkan
pada ikan lamprey, ginjal terdiri pronephoros dan meshonephoros.
Mesonephoros mempunyai susunan yang lebih rumit bila dibandingkan dengan
pronephoros. Mesonephoros terdiri dari unit-unit yang disebut nephron. Nephron ini terdiri
dari badan Malpighi (renal corpuscle) dan tubuli ginjal (suatu saluran yang melingkar-
limgkar). Badan Malpighi terdiri dari glomerolus (kumparan kapiler-kapiler darah) dan
Kapsul Bowman (semacam mangkuk yang terdiri dari dua dinding, tempat glomerolus).
Jumlah glomerolus ikan air tawar lebih banyak dan diameternya besar dibandingkan dengan
ikan laut (Tabel 1). Menurut Lagler et al (1977), diameter glomerolus berkisar antar 48-104
mikron (dengan rata-rata 71 mikron) pada ikan laut tubuli ginjal dapat dibedakan menjadi
bagian leher, proximal, tengah dan distal, yang kemudian bermuara ke saluran pengumpul.

2. Proses Ekskresi
Glomerolus dan kapsul Bowman berfungsi untuk menyaring hasil buangan metabolik
yang terdapat dalam darah. Darah tidak ikut tersaring dan masuk ke vena renalis. Protein tetap
tertahan di dalam darah. Cairan ekskresi ini kemudian masuk ke tubuli ginjal. Glukose,
beberapa mineral dan cairan (solution) lainnya diserap kembali ke dalam darah. Beberapa
hormon ikut berperan dalam penyaringan dan penyerapan kembali. Hasil buangan metabolik
yang tidak tersaring dan terserap kembali akan masuk ke saluran pengumpul terus ke kantong
air seni dan kemudian dikeluarkan melalui lubang pelepasan.
43

Tabel 1. Jumlah dan ukuran glomerolus pada beberpa ikan (Bond, 1979).
Species Berat Jumlah Diameter rata- Volume relatip (mm3)
(g) glomerrulli rata glomeruli glomerulli per o3
dalam satu (mikron) permukaan tubuh.
ginjal
Teleostei air tawar :
Ictalurus nebululusus 89 18 160 100 126.5
Cyrpinus carpio 221 24 310 82 50.8
Perca flavescena 116 4 870 102 30.0
Teleostei air laut :
Gadus marhua 670 16 250 27 1.49
calcarias
Lutjanus gresius 544 31 860 55 10.99
Pseudopleurenectes 160 5 300 50 3.14
americanus
Elasmobranchii:
Mustalus canis 405 4 400 185 60.93
Raja erinacea 1060 1 200 190 10.38

3. Osmoregulasi
Satu hal yang menarik dalam hal penyesuaian ikan terhadap lingkungannya ialah
pengaturan keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya. Ikan-ikan mempunyai
tekanan osmotik yang berbeda dengan lingkungannya, ini mengakibatkan mereka harus
mencegah kelebihan air atau kekurangan air. Cairan tubuh ikan air tawar mempunyai tekanan
yang lebih besar dari pada lingkungannya, garam-garam tumbuh cenderung keluar.
Sebaliknya ikan yang hidup di laut mempunyai tekanan osmotik yang lebih kecil dari pada
lingkungannya sehingga terdapat kecendrungan garam-garam masuk ke dalam tubuh dan air
keluar. Agar proses fisiologik di dalam tubuh berjalan normal, maka diperlukan suatu tekanan
osmotik yang konstan. Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan
ikan sehingga proses-proses fisiologik tubuhnya berjalan normal dinamakan osmoregulasi.
Osmoregulasi dilakukan oleh ginjal, insang, kulit dan membran mulut dengan berbagai cara.

Ikan Air Tawar


Ikan yang hidup di perairan tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik
terhadap lingkungannya, sehingga air cenderung masuk ke tubuhnya secara difusi melalui
permukaan tubuh yang semi permiabel. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi maka
akan menyebabkan hilangnya garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga
cairan tubuh tidak dapat menyokong fungsi-fungsi fisiologik secara normal. Untuk mengatasi
kecendrungan tersebut suatu keseimbangan harus diatur dengan mengeluarkan air tersebut
melalui beberapa cara.
44

Ginjal akan memompa kelebihan air tersebut, sebagai air seni. Ginjal mempunyai
glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat
menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-
banyaknya. Ketika cairan dari badan Malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap
kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermeabel terhadap air. Air seni
yang dikeluarkan ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen seperti
asam urikat (uric acid), creatine, creatine dan anonia. Meskipun air seni mengandung sedikit
garam, keluarnya air yang berlimpah menyebabkan jumlah kehilangan garam cukup berarti.
Garam-garam juga hilang karena difusi dari tubuh. Kehilangan garam ini diimbangi oleh
garam-garam yang terdapat pada makanan dan penyerapan yang aktif melalui insang.
Pada golongan ikan Teleostei terdapat gelembung air seni (urinary bladder) untuk
menampung air seni. Disini dilakukan penyerapan kembali terhadap ion-ion. Dinding
gelembung air seni impermeabel terhadap air.

Ikan Laut
Berkebalikan dengan ikan air tawar, ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik
terhadap jaringan dan cairan tubuhnya, sehingga ikan laut cenderung kehilangan air melalui
kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam. Untuk mengatasi kehilangan air ikan
“minum” air laut. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat dalam
cairan tubuh. Padahal dehidrasi disegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus
dihilangkan.
Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume air
seni tereduksi sangat besar dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal tampaknya
mampu berfungsi sebagai penahan air. Seperti yang terlihat pada famili Cottidae, filtrat
glomerular mempunyai volume lima kali volume air seni yang akhirnya dikeluarkan dari
tubuh. Umumnya jumlah glomeruli ikan laut lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil dari pada
ikan air tawar (Tabel 2).
Kira-kira 90% hasil buangan nitrogen yang dapat disingkirkan melalui insang,
sebagian besar berupa amoniak dan sejumlah kecil urea. Meskipun demikian air seni masih
mengandung sedikit senyawa tersebut. Air seni Osteichtyes berisikan creatine, creatine,
beberapa senyawa nitrogen yang tidak terindentifikasi, dan termetilamin oksida (TMAO).

Elasmobranchii
Cairan tubuh golongan Elasmobranchii umumnya mempunyai tekanan osmotik yang
lebih besar yang lebih besar dari pada lingkungannya. Tekanan osmotik tubuhnya sebagian
besar tidak disebabkan oleh garam-garam melainkan oleh tingginya kadar urea dan TMAO
45

dalam tubuh. Karena cairan tubuhnya yang hiperosmotik terhadap lingkungannta, golongan
ikan ini cenderung menerima air lewat difusi, terutama lewat insang. Untuk mempertahankan
tekanan osmotiknya, kelebihan air untuk difusi ini dikeluarkan sebagai air seni.
Penyerapan kembali terhadap urea di dalam tubuli ginjal merupakan upaya pula dalam
mempertahankan tekanan osmotik tubuhnya, permukaan tubuhnya yang relatif bersifat
impermeable mencegah masuknya air seni dari lingkungan ke dalam tubuhnya.

Pengaruh Hormon Terhadap Ekresi dan Osmoregulasi


Volume air seni yang dikeluarkan dan keseimbangan garam pada ikan diatur olek
sekresi kelenjar endokrin (hormon). Hormon dapat mempengaruhi ginjal dengan penaikan
atau penurunan tekanan darah yang mengubah laju penyaringan ke dalam kapsul Bowman,
yang berfungsi pula mengubah jumlah cairan ekskresi. Hormon juga bisa mempengaruhi
ekskresi ginjal dengan cara tertentu pada sel tubuli ginjal untuk mengubah permeabilititas dan
laju penyerapan kembali terhadap substansi tertentu. Hormon juga mempengaruhi
penyaringan ataupun penyerapan pada insang.
46

BAB VIII
REPRODUKSI

Reproduksi pada mahluk hidup adalah suatu proses alam dalam usaha pengabadian
spesies dan proses permunculan spesies dengan ciri atau sifat yang merupakan kombinasi
perubahan genetik.
Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana
jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta butir setiap tahun.
Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia ini akan sangat padat sekali dengan ikan.
Kebutuhan minimal reproduksi, yakni apabila statu spesies tetap menjaga jumlah hasil
reproduksi yang mantap (stabil) dimana setiap pasangan induk digantikan oleh satu pasangan
yang berhasil meneruskan keturunan. Kemantapan populasi ini pada kenyataanya jarang dapat
dicapai, tergantung kepada tekanan faktor-faktor lingkungan. Tidak semua jenis ikan dalam
satu perairan akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan yang sama.
Untuk keberhasilan reproduksi maka ikan-ikan telah mengembangkan cara reproduksi
yang bermacam-macam dimana fungsi organ-organ yang bersangkutan sangat berperan. Hal
ini ada hubungannya dengan kondisi ekologis dan evolusi.

1. Ciri Seksual
Secara umum dilihat dalam fungsi reproduksi, ikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu
jantan dan betina (bisexual). Pembedaan ini dapat dilihat dari ciri-ciri kelamin.
Ciri seksual ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu ciri seksual primer dan ciri seksual
sekunder. Ciri seksual primer ádalah alat/organ yang berhubungan langsung dengan proses
reproduksi. Testes dan salurannya pada ikan jantan, serta ovarium dan salurannya pada ikan
betina merupakan ciri seksual primer. Untuk melihat perbedaan diperlukan pembedahan. Ciri
seksual sekunder berguna dalam membedakan ikan jantan dengan ikan betina dan dapat
dilihat dari luar, meskipun kadang kala tidak memberikan hasil yang positif (nyata).
Ciri sekual sekunder terdiri dari dua jenis, yaitu yang tidak mempunyai hubungan
dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, dan yang merupakan alat bantu pada
pemijahan.
Bentuk tubuh merupakan ciri seksual sekunder yang penting. Biasanya ikan betina
perutnya lebih bulat dari pada ikan jantan, terutama ketika mendekati saat pemijahan, karena
produk kelamin yang dikandungnya relatif besar. Yang ekstrim adalah pada sejenis ikan laut
dalam Ceratias sp. Dimana ikan jantan jauh lebih kecil dari pada ikan betinanya. Sebegitu
kecilnya sehingga masíh lebih kecil dari pada ovarium ikan betina yang matang.
47

Puncak pemijahan (nupcial tubercle) nampak pada banyak ikan jantan, yang
merupakan suatu benjolan yang nampak (timbul) tepat sebelum musim pemijahan dan
menghilang sesaat sesudah pemijahan, misalnya ikan minnow Osmerus.
Sirip ekor sering menunjukkan ciri seksual sekunder, misalnya sirip ekor bagian
bawah yang memanjang pada ikan jantan cinggir puteri (Xiphophorus helleri).
Warna pada ikan sering merupakan ciri pengenalan seksual. Secara umum dapat
dikatakan bahwa ikan jantan mempunyai warna yang lebih cemerlang dari pada ikan betina.
Pada ikan Lepomis humilis jantan terdapat bentik jingga yang lebih terang dan lebih banyak
dibandingkan dengan betinanya. Pinggiran sirip ekor ikan mujair jantan berwarna merah.
Beberapa organ tambahan pada pemijahan dapat digunakan sebagai ciri seksual.
Gonopodium terdapat pada seribu jantan Lebistes reticulatus. Pada ikan jantan Xenodexia,
modifikasi sirip dada heteorchir digunakan dalam perkawinan untuk memegang gonopodium
pada kedudukannya sehingga memudahkan untuk masuk ke dalam oviduct betina. Pada
beberapa anggota elasmobranchii, sirip perut bermodifikasi menjadi myxopterygium (clasper)
yang membantu menjamin fertilisasi internal.
Pada Chimaera yang jantan berkembang suatu organ clasper di bagian atas kepalanya
yang dinamakan tenaculum. Ovipositor berfungsi sebagai alat penyalur telur, didapatkan
misalnya pada ikan Rhodes amarus dan Careproctus betina.
Beberapa jenis ikan mempunyai sifat hermaprodit, yang dapat dibedakan menjadi
hermaprodit sinkroni, hermaprodit protandri dan hermaprodit protogini.
Hermaprodit sinkroni adalah golongan ikan yang pada gonadnya terdapat sel kelamin
betina dan sel kelamin jantan yang dapat matang pada saat bersamaan, misalnya ikan
Serranus cabrilla.
Hermaprodit protandri adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami
perubahan dari jenis jantan menjadi betina misalnya Sparatus auratus.
Hermaprodit protogini adalah golongan ikan yang dalam hidupnya mengalami
perubahan jenis kelamin dari betina menjadi jantan. Misalnya ikan belut sawah Fluta alba.

2. Gonad
2.1 Testes
Testes (gonad jantan) bersifat internal dan bentuknya memanjang (longitudinal), pada
umumnya berpasangan. Pada Chondrichthyes, seringkali gonad yang satu lebih besar dari
pada yang lainnya. Testes ini bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan
mesorchium, dibawah atau disamping gelembung gas (jika ada). Mereka tersusun dari folikel-
folikel tempat spermatozoa berkembang. Ukuran dan warna gonad bervariasi bergantung
48

kepada tingkat kematangannya. Beratnya bisa mencapai 12% atau lebih dari robot tubuhnya.
Kebanyakan testes berwarna putih kekuningan dan halus. Pada Siludoidea testesnya
berombak.
Sebelum sampai pada lubang pelepasan (urogenital pore), spermatozoa yang berasal
dari testes terlebih dahulu melalui vasaefferentia, epidermis, vasaefferentia, seminal visicle,
urogenitali papilla pada chondrichtyes. Pada sisi seminal visicle terdapat kantung sperma.
Struktur genital pada Osteichtyes pada dasarnya sama dengan Chondrichthyes, meskipun
seminal vesicle dan atau kantung sperma hanya terdapat pada beberapa ikan.
Pembentukan spermatozoa dari spermatogenesis. Proses ini meliputi penggandaan/
proliferasi spermatogenia melalui pembelahan mitosis yang berulang-ulang dan tumbuh
membentuk spermatocit primer, kemudian melalui pembelahan reduksi (Meiosis) membentuk
spermatocit sekunder. Spermatocit sekunder membelah menjadi gamet yang “motil” (dapat
bergerak) dengan bantuan ekornya yang dapat bergerak, dan punya potensi faali yang
dinamakan spermatozoa. Proses metamorfosa spermatid sering dinamakan “spermiogenesis”.
(Hoar, 1969).
Spermatozoa yang dihasilkan oleh jenis ikan berbeda, berbeda dalam hereditasnya,
dan dalam bentuknya. Spermatozoa ditambah sekresi dari saluran sperma, membentuk air
mani (milt) yang dikeluarkan pada waktu memijah. Selama dalam testes dan saluran sperma,
spermatozoa tidak aktif bergerak (immotil) sampai disekresikan keluar tubuh induk. Daya
gerak spermatozoa dalam air sangat terbatas sehingga dalam waktu yang relatif singkat ia
harus sudah dapat bertemu dengan sel telur yang dikeluarkan oleh induk betina.
Untuk menjamin terjadinya fertilisasi, setiap ikan jantan menghasilkan banyak sekali
spermatozoa yang ukurannya begitu kecil sehingga dalam satu testes air maninya bisa
ditemukan lebih kurang satu juta spermatozoa.
Jangka waktu hidup spermatozoa bergantung kepada spesies dan kepada substrat
tempat mereka diletakkan. Jika sperma diletakkan pada air, maka jangka waktunya lebih
pendek dari pada bila terletak dalam tubuh ikan betina. Kemudian hidup sel sperma juga
dipengaruhi oleh suhu, secara umum mereka hidup lebih lama pada suhu yang rendah dari
pada suhu yang tinggi.

2.2 Ovarium
Ovarium berbentuk longitudinal, letaknya internal dan biasanya berjumlah sepasang.
Mereka bergantung pada bagian atas rongga tubuh dengan perantaraan mesovaria, dibawah
atau di samping gelembung gas (jika ada). Ukuran dan perkembangannya dalam rongga tubuh
bervariasi dengan tingkat kematangannya. Jika dalam keadaan matang, ovarium bisa
49

mencapai 70% dari berat tubuhnya. Warnanyapun berbeda-beda, sebagian besar berwarna
keputih-putihan pada waktu masih muda, dan menjadi kekuning-kuningan pada waktu
matang.
Pada Chondricthyes, oviduct (Mullerian duct) dengan corong masuk (ostium tubac
abdomenale) di ujungnya terletak dibagian depan rongga tubuh. Telur melewati oviduct
menuju cloaca dan keluar melalui lubang genital. Kapsul ovarium tidak bersambung dengan
oviduct (kondisi gymnoarian). Pada Chondrichthyes yang ovipar, bagian depan jaringan
oviduct dimodifikasi menjadi kelenjar cangkang (shell – gland), sedangkan pada ovovipar dan
vivipar, bagian belakang oviduct membesar menjadi suatu uterus tempat penyimpanan anak
ikan selama perkembangan embrionya. Sebagian besar osteichthyes mempunyai kapsul
ovarian yang bersambung dengan oviduct (kondisi cystoarian). Telur keluar dari dalam
ovarium langsung ke saluran telur, tanpa melalui rongga tubuh, seperti yang terjadi pada
chondrichthyes.
Oogenesis adalah suatu proses perkembangan telur ovarium. Pada prinsipnya proses
tersebut tidak berbeda dengan spermatogenesis. Umumnya telur yang dihasilkan mempunyai
diameter 0.5-5.0 mm bergantung kepada spesiesnya. Selama oogenesis sel di sekelilingnya
menyediakan sejumlah makanan cadangan dalam bentuk kuning telur dan lemak yang
berbentuk tetes minyak.
Jumlah telur yang dihasilkan oleh induk betina (fekunditas) bervariasi (Tabel 2)
dengan banyak faktor antara lain spesies ikan, umur dan ukuran ikan serta kondisi lingkungan
(ketersediaan makanan, suhu dan lain-lain).
Tabel 2 : Fekunditas beberapa jenis ikan di Indonesia
Jenis ikan Fekunditas (butir) Habitat Daerah Sumber

1 Julung-julung 1530-3505 Laut Sulawesi Toloh


Hemiramphus marginatus (1979)

2 Mujair 814-2112 Tawar Waduk Lahor Lumbanbatu


Oreochormis musambicus (1979)

3 Hampal 5398-56109 Tawar Waduk Jati Luhur Rahardjo


H. macrolepidota (1977)

4 Kembung Lelaki 57490-342490 Laut Pantai Utara Jawa Komara


Rastrelligerkana (1977)

3. Kematangan Seksual
Saat pertama ikan mencapai kematangan seksual (mampu bereproduksi), dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain spesies, umur dan ukuran. Secara umum dapat dikatakan
50

bahwa ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka waktu hidup pendek,
akan mencapai kedewasaan pada umur yang lebih muda dari pada ikan yang mempunyai
ukuran maksimum lebih besar. Ikan seribu (Lebistes) mencapai kematangan seksual pada
umur kurang dari satu tahun, pada panjang kurang dari 3 cm. Banyak ikan-ikan yang
mencapai kedewasaan pada umur satu tahun. Tetapi banyak pula spesies ikan yang mencapai
kematangan seksual pertama kali pada umur dua sampai lima tahun, dengan panjang 8-30 cm
bahkan lebih. Diantara kelompok ikan ini misalnya tawes (Puntius javanicus), dan jambal
(Pangasius pangasius). Ikan sidat (Anguilla) mencapai kematangan seksual pada umur 15
tahun atau lebih dengan panjang lebih dari satu meter.
Ketika ikan dewasa secara seksual, produk seks akan matang dan kegiatan reproduksi
akan berlangsung. Banyak faktor mempengaruhi peristiwa ini, yang secara garis besarnya
dapat dibedakan menjadi dua group. Yaitu timbul dari dalam diri ikan (faktor ekternal) dan
berasal dari lingkungannya (faktor ekternal). Yang termasuk faktor ekternal antara lain jenis
ikan dan hereditasnya, makanan dan faktor fisiologik (yang pada hakekatnya sukar dipisahkan
dari hereditasnya), sedangkan yang termasuk faktor kedua antara lain lama penyinaran (photo
period), suhu dan naiknya permukaan air pada musim penghujan.

4. Siklus Reproduksi
Tingkah laku reproduksi pada banyak hewan, termasuk ikan, merupakan suatu siklus
yang dapat dikatakan berkala dan teratur. Kegiatan reproduksi beberapa jenis ikan terjadi
hanya satu kali dalam hidupnya (bigbang spawner), yang termasuk dalam golongan ini
misalnya ikan salmon (Onchorhynchus), lamprey laut (Petromyzon marinus) dan sidat
(Anguilla).
Kebanyakan ikan mempunyai siklus reproduksi tahunan, sekali mereka memulainya
maka hal itu akan berulang terus menerus seumur hidup mereka. Beberapa ikan malahan bisa
bereproduksi lebih dari satu kali dalam satu tahun. Ikan seribu (Lebistes reticulatus) memijah
kira-kira empat minggu sekali. Ikan mujair (Oreochoromis mossambicus) dapat memijah 2-3
kali dalam satu tahun.

5. Pemijahan
Pada pemijahan ikan-ikan yang biseksual, persatuan sel telur dengan sperma bisa
terjadi dengan dua cara, yang pertama, sel telur bersatu dengan sperma di luar tubuh induk
(fertilisasi ekternal). Fertilisasi ekternal ini dilakukan oleh ikan-ikan family Cyprinidae,
Anabantidae, Siluridae dan lain-lain. Cara yang kedua yaitu fertilisasi internal (sel telur
bersatu dengan sperma di dalam tubuh induk) yang dilakukan oleh ikan-ikan subkelas
Elasmobranchii dan juga sebagian kecil golongan Teleostei (misalnya famili Anablepidae dan
51

Poecilidae). Untuk fertilisasi internal, beberapa organ tambahan digunakan ikan pada saat
kopulasi seperti gonopodium, myxopterygium dan tunaculum.
Berdasarkan habitat tempat ikan memijah, ikan dapat dimasukkan ke dalam beberapa
golongan. Golongan ikan lithophil memijah pada dasar perairan yang berbatu-batu. Golongan
ikan psamophil memijah di pasir. Golongan ikan pelgophil memijah pada kolom air di
periaran terbuka. Golongan ikan ostracophil memijah pada cangkang binatang yang telah
mati.
Berdasarkan tempat embrio berkembang dan tempat terjadinya pembuahan, terdapat
tiga golongan ikan yaitu evipar, vivipar dan ovovipar. Golongan ovipar adalah ikan yang
mengeluarkan telur pada waktu pemijahan, sedangkan golongan vivipar dan ovovipar adalah
ikan yang melahirkan anak-anaknya. Pada golongan ovovipar, sel telur cukup banyak
mempunyai kuning telur mencukupi kebutuhan anak ikan dan induk ikan bisa dikatakan
hanya menyediakan tempat perlindungan. Pada golongan vivipar, kandungan kuning telur
sangat sedikit dan perkembangan embrio ditentukan oleh hubungan dangan placenta pada
tahap awal untuk mencukupi kebutuhan makanannya. Anak ikan yang dilahirkan oleh
golongan ikan vivipar, sudah hampir menyerupai individu dewasa.

6. Perkembangan dan Embriologi Ikan


6.1 Perkembangan Ikan Umumnya
Mahluk hidup di alam ini akan mengalami perkembangan, dalam arti luas
perkembangan (development) adalah suatu proses yang terus menerus berlangsung dari
generasi ke generasi. Secara individu awal perkembangan dimulai pada saat pembuahan
(fertilisasi) sebuah sel telur oleh sel jantan yang membentuk sigot (Zygot), tumbuh
berkembang menjadi mahluk yang berpotensi untuk bereproduksi menurunkan generasi baru
dan akhirnya mati. Gametogenesis merupakan fase pada akhir perkembangan individu dan
persiapan untuk generasi berikutnya.
Proses perkembangan yang berlangsung dari gametogenesis sampai dengan
pembentukan sigot disebut progenesis. Progenesis selanjutnya dimana mencakup pembelahan
sel sigot (clevage), blastulasi, gastrulasi dan neurulasi disebut embriogenese atau blatogene.
Proses berikutnya disebut organogenesis yakni pembentukan alat-alat tubuh. Embriologi
mencakup proses perkembangan setelah fertilisasi sampai dengan organogenesis sebelum
menetas atau lahir. Menurut Lagle et al (1977) urutan periode perkembangan ikan terdiri dari
embrio dini (early embrionic), embrio transisi atau larva dan pasca embrio.
Embrio dini dimulai pada saat pembuahan telur oleh sperma dan berakhir pada saat
sistem-sistem organ terbentuk. Embrio transisi mencakup transformasi sistem organ dan
52

bentuk badan embrio dini menjadi mirip seperti pada yang dewasa. Bentuk badan yang tetap
(definitif) terbentuk pada akhir atau menjelang akhir fase tersebut. Selama fase ini terbentuk
dua macam larva, tergantung kepada jenis ikan, yakni larva yang hidup bebas (free living) dan
yang tidak hidup bebas (non free living). Larva yang hidup bebas mempunyai bagian (alat)
pelindung embrio untuk hidup di luar.
Larva yang tidak bebas menyelesaikan bentuk peralihannya di dalam cangkang telur
atau di dalam tubuh induknya. Pada ikan-ikan yang perkembangannya tidak langsung, antara
lain metamorfosa, dengan telah selesainya metamorfosa tersebut maka berakhir pulalah fase
ini. Pada beberapa jenis ikan fase embrio akhir mencakup perubahan-perubahan
perkembangan yang terjadi setelah bentuk badan yang definitif muncul. Pada ikan-ikan yang
dilahirkan langsung oleh induk (live-born-fishes) perkembangan tersebut berlangsung di
dalam saluran reproduksi induk. Pada ikan-ikan yang mengasilkan larva hidup bebas, bentuk
dewasa akan dicapai segera setelah menetas atau setelah melewati beberapa fase (stadia)
perkembangan dimana ikan-ikan muda mempunyai bentuk relatif agak mirip dengan dewasa.
Perkembangan pasca embrio terdiri dari fase-fase dewasa kelamin dan tua. Pada ikan-
ikan muda sistem-sistem organ, terutama sistem reproduksi telah selesai terbentuk. Bentuk
badannya seperti pada yang dewasa walaupun beberapa pertumbuhan yang menonjol dari
bagian-bagian badan berlangsung terus. Seperti lazimnya pada yang dewasa, individu-
individu ikan mempunyai bentuk tipik (khas) pada saat matang kelamin (ciri-ciri sekunder)
dan sudah mampu untuk berpijah.
Kedewasaan menuju umur tua, lemah dan kemunduran (degenerasi), potensi
reproduksi menurun atau berakhir, kurang aktif berbagai bagian badan mengalami degenerasi
secara berangsur-angsur, dan berakhirlah ia dengan kematian.

6.2 Perkembangan Embrio Ikan


6.2.1 Kehamilan (Impregnasi) Dari Pembuahan
Perkembangan embrio diawali saat proses impregnasi, dimana sel telur (ovum) dimasuki
sel jantan (spermatozoa). Proses pembuahan pada ikan bersifat monospermik, yakni hanya
satu spermatozoa yang akan melewati mikropil (micropyle) dan membuahi sel telur. Pada
pembuahan ini terjadi percampuran inti sel masing-masing mengandung gen (pembawaan
sifat keturunan) sebanyak satu set (haploid). Sel telur dan sel jantan yang berada dalam cairan
fisiologis masing-masing dalam tubuh induk betina dan jantan masih bersifat nonaktif.
Menurut teori bahwa semacam bahan kimia yang disebut androgamone I atau antifertilizin
menekan aktivitas spermatozoa selama dalam saluran sperma untuk penghematan energi yang
sangat berguna pada saat pembuahan.
53

Ada beberapa hal yang mengandung berlangsungnya pembuahan dengan baik. Pada
saat sel telur dan spermatozoa dikeluarkan ke dalam air mereka menjadi aktif. Spermatozoa
yang tadinya non-aktif bergerak (motil) dengan menggunakan ekornya yang berupa cambuk.
Perbedaan tekanan osmosa air lingkungan dengan cairan fisiologis sperma dalam tubuh
merangsang spermatozoa untuk bergerak menuju sel telur tersebut. Zat gymnogamone II akan
mengumpulkan dan menahan sel-sel jantan pada permukaan telur tersebut. Berjuta-juta
spermatozoa dikeluarkan pada saat pemijahan dan menempel pada sel telur, tetapi hanya satu
yang dapat melewati mikropili satu-satunya lubang masuk spermatozoa pada sel telur. Kepala
spermatozoa dimana terdapat intinya menerobos mikropil dan bersatu dengan inti sel telur
sedangkan ekornya tertinggal pada saluran mikropil tersebut, dan berfungsi sebagai sumbat
untuk mencegah sel-sel jantan yang lain ikut masuk.
Bersamaan dengan pengaktifan spermatozoa dalam air sel telurpun menjadi aktif. Air
yang masuk melalui mikropil menyebabkan terlepasnya sel telur yang dibungkus oleh selaput
plasma dari selaput vitellin (korion=chorion) karena terbentuk ruang perivisellin diantara
kedua selaput tersebut. Mikropil terbentuk berupa corong sebagai akibat meregangnya selaput
vitellin.
Corong tersebut mengarah ke dalam, yang bagian dalamnya (bawahnya) hanya cukup
untuk melewati satu buah kepala spermatozoa saja. Selaput vitelli disebut juga selaput
pembuahan. Inti sel telur yang matang yang tadinya tepat berada di depan mikropil akan
bergerak karena dengan adanya ruang perivitellin kuning telur dan inti yang dibungkus oleh
selaput plasma akan lebih mudah bergerak.
Masuknya spermatozoa lewat mikropil harus berlangsung dengan cepat sekali supaya
persatuan kedua inti sel kelamin tersebut dapat terjadi, karena inti sel telur akan bergerak dan
daya gerak (mortilitas) sperma itu sendiri sangat terbatas 1-2 menit saja. Spermatozoa lainnya
yang bertumpuk pada saluran mikropil, ada yang mengatakan akan dilebur dijadikan makanan
sel telur yang telah dibuahi (sigot=Zygot). Tetapi ada pula yang menyatakan dibuang,
didorong keluar telur oleh reaksi korteks. Demikian juga halnya dengan spermatozoa yang
menempel pada permukaan karion harus dibuang karena akan mengganggu proses pernafasan
(metabolisme) sigot yang sedang berkembang. Cara pembuangan atau pelepasan spermatozoa
itupun dengan reaksi korteks.
Selaput pembungkus telur (karion) yang tadinya kurang tegang dan terdiri dari
lekukan-lekukan berisi butiran-butiran korteks. Masuknya air akan menegangkan karion
tersebut dan butir-butir korteks tersebut akan meloncat ke luar dari lekukan-lekukan dan
mendorong sel-sel kelamin jantan yang menempel tersebut berjatuhan dan mati.
54

Korion menjadi tegang dan keras karena air. Konsentrasi ion Ca menentukan
kecepatan pengerasan korion tersebut. Makin tinggi konsentrasi ion Ca proses pengerasan
tersebut makin cepat.
Percampuran inti sel telur dan spermatozoa terjadi dalam sitoplasma telur. Persatuan
kedua inti (pronuklei) tersebut melengkapi proses pembuahan. Kromosom-kromosom dari sel
betina dan sel jantan bersatu dalam proses yang disebut amfimiksis (amphimixix).

6.2.2 Pembelahan Sel Sigot (Cleavage)


Sel sigot akan melakukan pembelahan mitosis terus menerus secara cepat sehingga
terbentuk blastomer (anak-anak sel yang berukuran lebih kecil) yang membentuk morula.
Ukuran besarnya morula relatif sama dengan ukuran sigot sebelum membelah diri karena
pembungkus zona pelusida tetap utuh selama mitosis. Blastomer itupun tidak bercerai berai
disebabkan oleh adanya kekuatan untuk tetap melekat (tigometaksis).
Pembelahan sel sigot pada ikan umumnya adalah tipe meroblastik (partial) walaupun
ada juga holoblastik (total). Pada tipe meroblastik yang membelah hanya inti sel dan
sitoplasmanya saja, sedangkan pada holoblastik kuning telurpun turut mebelah diri. Kedua
tipe pembelahan sel tersebut ditentukan oleh banyaknya kuning telur dan penyebarannya.
Banyaknya dan penyebaran kuning telur dalam telur ikan tidak sama tergantung
kepada jenis ikannya. Telur isolesital (alesital, oligolesital) adalah telur yang mengandung
kuning telurnya sedikit dan tersebar diseluruh sel telur. Sedangkan pada telur telolesitas
jumlah kuning telurnya relatif banyak dan berkumpul pada kutub vegetatif sedangkan pada
kutub anima hanya terdapat inti sitoplasma. Telur telosital ini terdiri dari dua macam,
politelosital dan sentrolesital. Tipe pembelahan telur politelosital adalah meroblastik diskoidal
sedangkan pada sentrolisital adalah meroblastik superfisial. Pada tipe yang pertama blastomer
akan membentuk cakram (discus) pada kutub anima dan pada yang kedua blastomer akan
membungkus kuning telur. Pada pembelahan holoblastik terdapat dua macam, yang sempurna
(equal) dan yang tidak sempurna (unequal).
Pada yang sempurna sel-sel anak yang terbentuk relatif berukuran sama besar,
sedangkan pada yang tidak sempurna sel-sel anak kutub anima berukuran lebih kecil
(mikromen) dari pada yang di sekitar kutub vegetatif dimana terdapat banyak kuning telur
(makromer). Kecepatan pembelahan sel pada kutub anima lebih cepat sehingga sel-sel anak-
anak ini akan bergerak menutupi sel-sel anak dari kutub vegetal. Kecepatan pembelahan inti
sebanding terbalik sengan banyaknya kuning telur. Pembelahan sel holoblastik tidak
sempurna hampir seperti pada meroblastik dimana sel-sel anak yang terbentuk akan
membungkus juga kuning telur.
55

Tipe holoblastik terdapat pada telur ikan paru-paru Amerika Selatan (Lepidoseren),
sturgeon (Acipenser), gars (Lepisosteus) dan bowfin (Amia). Pada awal perkembangan ikan-
ikan ini merupakan antara tipe pembelahan holoblastik dan moroblastik. Tipe moroblastik
terdapat pada hangfish primitif (Myxinnidae), ikan tulang rawan (cucut dan lain-lain) dan ikan
bertulang sejati (Osteichthyes) yang telurnya betul-betul teleosital (Politelolesital).
Dari hasil pembelahan sel telolesital ini akan terbentuk dua kelompok sel. Yang
pertama adalah kelompok sel-sel utama (blastoderm) yang akan membentuk tubuh embrio
disebut sel-sel formatik atau gumpalan sel-sel pelengkap (tropoblast, periblast, auxilliary
cellas) yang berfungsi sebagai selaput pelindung dan jembatan pengubung antara embio
dengan induk atau lingkungan luar.
Pada ikan, reptil dan burung kelompok sel-sel utama ini disebut juga cakram
kecambah (germina disc) yang terdiri dari jaringan embrio (blastodisc) yang akan menjadi
tubuh embrio dan jaringan periblast yang berfungsi sebagai penyalur makanan yang berasal
dari kuning telur.

6.2.3 Blastulasi
Prose pembentukan blastula disebut bastulasi dimana kelompok sel-sel anak hasil
pembelahan berbentuk benda yang relatif bulat ditengah terdapat rongga yang kosong disebut
suloblastula (ceoloblastula) sedangkan yang berongga masif disebut steroblastula.
Suloblastula terdapat pada Amphioxus dan kodok, steroblastula terdapat pada ikan dan amfibi
yang tak berkaki (Gymnophonia).
Pada proses ini terdapat kelompok-kelompok sel-sel utama dan sel-sel pelengkap.
Trophoblast terletak di antara kuning telur tersebut. Tropoblast berasal dari blastomer-
blastomer paling tepi dan luar, akan membentuk lapisan sinsitum (syncytial layer) dan terlibat
dalam penggunaan kuning telur. Blastula hagfish, cucut dan teleoste (Actinopterygii) disebut
blastodidisc. Rongga blastula (blastulacoel, ruang segmentase) terletak diantara blastoderm
terluar dan periblast tengah yang membungkus kuning telur yang didasar blastoderm.
Pada blastula ini sudah terdapat daerah yang akan berdiferensiasi membentuk organ-
organ tertentu (presumtive organ forming) seperti sel-sel saluran pencernaan, notochorda,
saraf dan epidem, ektoderm, mesoderm dan entoderm.
Bentuk dan fungsi berbagai bagian blastula terjadi melalui diferensiasi yakni sebuah
atau sekelompok sel mengalami perubahan bentuk atau fungsi. Ada tiga macam differensiasi :
kimiawi, bentuk dan faali (fungsi). Differensiasi kimiawi merupakan langkah awal untuk
differensiasi-differensiasi berikutnya dan sifatnya menentukan atau membatasi kegiatan sel ke
arah fungsi tertetu.
56

6.2.4 Gastrulasi
Gastrulasi adalah proses pembentukan tiga daun kecambah, ektoderm, mesoderm dan
entoderm. Proses ini pada umumnya sama bagi ikan yang pembelahan telurnya meroblastik.
Gastrulasi ini erat hubungannya dengan pembentukan sistem saraf (neurulasi) sehingga
merupakan periode kritis. Pada proses ini terjadi perpindahan daerah ektoderm, mesoderm,
entoderm dan notokorda menuju tempat definitif.
Ektoderm adalah lapisan terluar dari gastrula, disebut juga ektoblast atau epiblast.
Entoderm adalah lapisan mesoblast lapisan sel lembaga yang terletak di tengah antara
ektoderm dan endoderm.
Pada proses gastrulasi ini terjadi pergerakan massa sel-sel, yakni epiboli dan emboli,
epiboli meliputi pergerakan sepanjang sumbu anterior-posterior dan meluas ketepi
(divergensi). Pergerakan ini mencakup pergerakan bakat epidermis dan daun saraf serta erat
hubungannya dengan pengaturan daerah daun saraf dan epidermis. Gerakan epiboli di
sebelah luar ini diikuti oleh gerakan disebelah dalam embrio (gerakan eksistensi). Pergerakan
emboli mencakup gerakan involusi (membelah kedalam), invaginasi (melekuk dan melipat ke
arah dalam), avaginasi (kebalikan dari invaginasi), divergensi (memancar), konvergensi
(menyempit), poliinvaginasi, dan delaminasi (memisahkan diri sekelompok sel dari kelompok
asalnya). Selain itu mencakup juga gerakan pemanjangan, pengluasan, penyempitan
blastopore (lubang arkhenteron atau mulut primitif). Emboli ini erat hubungannya dengan
pergerakan korda mesoderm dan entoderm ke arah dalam kemudian meluas sepanjang sumbu
entero-posterior gastrula.
Proses gastrulasi pada ikan Teleostei dan Elasmobranchii mempunyai persamaan
tertentu terutama dalam hal perpindahan sel-sel luar ke dalam melalui daerah vivir dorsal
blastopore sebagai pintu gerbang. Pada teleost vivir lateral dan ventral blastopore berperan
juga sebagai pintu gerbang. Pada teleost dan elasmobranchii blastula lanjut (lateblastula)nya
terdiri dua lapis sel, yakni lapisan utama (blastodisc) dan lapisan bawah (trophoblast,
periblast) yang erat hubungannya dengan kuning telur (lihat di depan).
Pada ikan teleost bakat entoderm terletak di sebelah bawah bagian belakang
blastodisc, sedangkan pada ikan cucut (elasmobranch) ia terbentuk melalui delaminasi bagian
bawah blastodisc.
Pada saat munculnya gastrulasi, rim bawah dari blastodick menjadi tebal membentuk
rigi tepi (randwulst, marginal keel) yang pada lapisan dalam membentuk cincin, disebut
cincin kecambah (germinalring). Pada bagian belakang cincin tersebut yang paling tebal
disebut perisai embrio (embrynic shield). Pada awal gastrulasi sel-sel bagian yang diduga
57

akan menjadi endoderm (bakat endoderm) yang berada pada ujung belakang perisai embrio
berbelok masuk ke bawah blastoderm tersebut membentuk bagian lapisan endoderma dari
hipoblast. Untuk masuknya sel-sel tersebut maka terbentuklah sebuah celah atau pintu yang
disebut blastopore pada ujung ekor perisai embrio.
Sel-sel precordal dan notocordal juga bergerak masuk melalui vivir atas blastopore,
yang kemudian membentuk sumbu embrio. Sel-sel bakat mesoderm yang masuk tadi akan
menempati kedua sisi sumbu embrio di bawah (di dasar) ektoderm. Pada mulanya sel-sel yang
bergerak ke dalam (involusi) itu disebut hipoblast, kemudian selama penggandaan dan
seterusnya delaminasi, komponen-komponen endoderm dan mesoderm hipoblast tersebut
tersusun menjadi cikal-bakal (primordia) sistem-sistem organ dalam.
Sementara proses emboli dan involi sel-sel berlangsung, berjalan juga pertumbuhan
sel-sel yang membungkus kuning telur. Pada epiboli rigi tepi dan cincin germinal, tidak ikut
serta dalam involusi. Kemudian sel-sel bakat ektoderm tadi tumbuh membungkus massa-
massa kuning telur disebelah luarnya sebagai epiblast. Sedangkan periblast mempersiapkan
diri sebagai pembungkus sebalah dalamnya. Sel-sel periblast dan epiblast tersebut kemudian
membentuk kantong kuning telur. Ketika epiboli berlangsung bakat lempeng neural yang
merupakan pelopor sitsem saraf pusat berubah bentuk menjadi bagian yang menyerupai rigi
(keel) sepanjang garis tengah atas (middodorsal line) ektoderm. Rigi pedat ini berhubungan
dengan sel-sel notocorda di bawah, berangsur-angsung ditutupi oleh epidermis dan akhirnya
membentuk buluh-buluh kecil yang akan menjadi tabung atau buluh neural (neural tube).
Gastrulasi pada ikan teleoste akan berakhir pada saat massa kuning telur telah
terbungkus seluruhnya. Selama proses ini beberapa jaringan mesoderm yang berbeda
sepanjang kedua sisi notocorda disusun menjadi segmen-segmen yang disebut somit.
Akibat adanya gastrulasi maka perkembangan embrio berlangsung terus sampai
terbentuk badan hewan bertulang punggung yang primitif.

6.2.5 Organogenesis
Organogensis, yakni proses pembentukan alat-alat tubuh mahluk yang sedang
berkembang. Sistem organ-organ tubuh berasal dari tiga buah daun kecambah, yakni
ektoderm, ontoderm dan mesoderm. Dari ektoderm akan terbentuk organ-organ susunan
(sistem) saraf dan epidermis kulit. Dari endoderm akan terbentuk saluran pencernaan beserta
kelenjar-kelenjar pencernaan dan alat pernafasan. Sedangkan dari mesoderm akan muncul
rangka, otot, alat-lat peredaran darah, alat ekskresi, alat-alat reproduksi dalam korium
(corium) kulit.
58

Derivat-derivat ektoderm selanjutnya adalah lapisan luar gigi, epitelium olfaktorius,


saraf, lensa mata, telinga dalam. Buluh neural muncul dari gigi neural (neural keel) yang
terbenam berasal dati ektoderm dan dari buluh neural tersebut otak dan sumsum tulang
belakang dan bagian lain dari mata (retina, saraf mata dan lain-lain). Sel-sel orista neral yang
bergabung membentuk ganglion dan membantu mesenchym. Sel-sel pigmen (melanophore
berasal juga dari crita neural).
Mesodermal badan segera terbagi menjadi bagian dorsal, intermediate dan lateral.
Mesoderm dorsal terbagi menjadi kelompok-kelompok somit. Tiap somit terbagi menjadi tiga
bagian, skelerotom, myotom dan dermatom. Skelerotom membentuk rangka axial. Myotom
berkembang menjadi otot tubuh, rangka opendikular, sirip dan otot-ototnya/permatom
berkembang menjadi jaringan-jaringan ikat dermis kulit dan derivat-derivat kulit (termasuk
sisik dan lain-lain).
Dari mesoderm intermediate dihasilkan ginjal, gonad dan saluran-salurannya.
Mesoderm lateral menjadi lapisan-lapisan dalam dan luar yang membungkus ruang ceolom.
Pelapis ruang pericardium, peritoneum, jantung, saluran-saluran darah, tubuh dan lapisan-
lapisan usus semua berasal dari endoderm (entoderm). Sedangkan alat ekskresi melalui
pembentukan nephrostom. Mesenchym di kepala membantu pembentukan lapisan-lapisan luar
mata, rangka kepala, otot kepala dan lapisan dentine pada gigi.
Endoderm memasok sel-sel kelamin primer dan membentuk lapisan epithelium dalam
dari seluruh alat pencernaan makanan dan kelenjar-kelenjar pembantunya. Ia juga berperan
dalam perkembangan beberapa kelenjar hormon, yang berasal dari usus primitif, seperti
kelenjar-kelenjar thyroid dan ultimobranchial. Kelenjar ektodermis lapisan permukaan
menghasilkan enzim karionase untuk melunakkan chorion pada waktu penetasan. Enzim
tersebut dapat pula dihasilkan oleh kelenjar endoderm tenggorokan (farings).
Beberapa faktor mempengaruhi seluruh proses perkembangan menyebabkan
keberhasilan atau kegagalan. Faktor-faktor tesebut mempengaruhi kecepatan perkembangan
dan menentukan bentuk dan susunannya. Diantara faktor-faktor tersebut suhu perairan. Suhu
perairan mempengaruhi kecepatan seluruh proses perkembangan atau fraksi-fraksi
perkembangan. Kecepatan dapat dinyatakan sebagai kebalikan periode perkembangan dalam
hari. Makin besar fraksi tersebut makin cepat perkembangannya. Sebagai contoh jika ikan
mempunyai periode perkembangan selama 88 hari maka kecepatannya adalah 1/88.
Periode perkembangan dan periode penetasan umumnya lebih pendek pada suhu yang
lebih tinggi. Beberapa jenis ikan berkembang di alam di bawah suhu yang tidak optimal
seperti yang dilakukan di laboratorium. Suhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan
59

merintangi perkembangan. Suhu yang ekstrim atau yang berubah secara mendadak akan
menyebabkan kematian.
Gas-gas yang terlarut dalam air juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
perkembangan embrio, terutama bagi telur-telur ikan ovipar. Kelarutan oksigen yang
optimum atau yang tak dapat ditoleransi bervariasi tergantung kepada jenis ikan. Umumnya 4-
12 ppm dapat diterima oleh ikan-ikan. Ikan-ikan yang biasa memijah di air mengalir dan
dingin memerlukan oksigen terlarut lebih tinggi dari pada ikan-ikan yang biasa di air yang
tergenang (stagnan) berarus lambat.
Tekanan oksigen dapat mempengaruhi jumlah elemen-elemen meristik. Pada ikan
Salmo truta tekanan yang berkurang pada saat perkembangan embrio akan menyebabkan
bertambahnya jumlah tulang punggung.
Sekurang-kurangnya dua jenis gas yang bersifat racun bagi ikan dan embrionya, yakni
CO2 dan Amonia. Makin tinggi konsentrasi kedua gas tadi dalam air makin berbahaya bagi
ikan dan embrionya.
Salinitas tinggi dapat merusak telur ikan air tawar sebaliknya air tawar bagi ikan-ikan
air laut, begitu juga untuk telurnya. Telur ikan air tawar di simpan dalam larutan salinitas
yang tidak ditoleransinya telur tersebut akan mengkerut karena air ditarik keluar. Akhirnya
mati. Sedangkan telur ikan laut bila disimpan dalam air tawar akan menarik air ke dalam
(imbibisi) dan akhirnya telur tersebut akan pecah. Salinitas mempunyai pengaruh selektif
terhadap perkembangan beberapa organ.
Pengaruh endokrin (hormon) pada perkembangan embrio telah dikenal, seperti
hormon kelenjar hypophysa dan thyroid yang berperan pada metamorfosa.
Jumlah kuning telur ada hubungannya dengan kecepatan perkembangan embrio.
Biasanya jenis telur ikan yang mempunyai kuning telur yang banyak perkembangannya
lambat. Misal sebagai contoh telur-telur ikan tropis dengan jumlah kuning telur yang relatif
sedikit lebih cepat berkembang dari pada telur ikan dari daerah empat musim yang biasa
berpijah pada suhu yang lebih rendah.
60

BAB IX
INTEGRASI

Hewan bertulang belakang memberikan respon terhadap rangsangan yang berasal dari
lingkungannya melalui organ perasa, otak, dan sumsum tulang punggung dengan melepaskan
ransangan ke jaringan otak atau kelenjar-kelenjar. Pada ikan respon dari otot seringkali
mengahasilkan gerakan suluruh tubuh. Stylus terstentu dan perubahan yang kecil dari
lingkungan seperti peningkatan suhu musiman dan perubahan lama penyinaran matahari
(photoperiodik) juga dapat mempengaruhi satu atau lebih kelenjar endokrin melalui sistem
saraf. Sekresi hormon dari kelenjar endokrin akan mempengaruhi organ target tertentu dan
mungkin pula kelenjar endokrin ini mempunyai pengaruh yang luas terhadap metabolisme
secara umum.
Sistem saraf dan sistem hormon sangat saling terkait dan sering bekerja sama. Sebagai
contoh tingkah laku pemijahan pada beberapa jenis ikan, dipengaruhi oleh organ perasa
melalui persepsinya terhadap perubahan lingkungan. Beberapa kelenjar endokrin dipengaruhi
dan berpengaruh terhadap ovari dan tes-tes. Keterkaitan tersebut merupakan interaksi lanjut
diantara organ perasa, sistem saraf pusat dan kelejar endokrin pada saat pemijahan.
Kesulitan-kesulitan untuk menggambarkan secara singkat kerumitan dari hubungan
timbal balik antara komponen saraf dan sistem hormon pada ikan diperbesar lagi dengan
banyaknya spesies-spesies ikan dan pola adaptasinya yang beragam terhadap habitat-habitat
yang dihuninya. Ikan mempunyai lebih banyak ragam habitat dan akibatnya mempunyai
perbedaan anatomi yang lebih besar dibanding dengan kelompok vertebrata yang lainnya.
Dalam pembahasan sistem integrasi ini akan diuraikan tentang sistem saraf dan
hormon.

A. Sistem Saraf
Unit terkecil dari sistem saraf ialah sel saraf (neuron), yang terdiri dari badan sel yang
berinti sel dan penjuluran plasma dari badan sel sebanyak dua atau lebih. Penjuluran plasma
yang pendek dinamakan denrite, yang berfungsi sebagai penerima impuls. Sedangkan
penjuluran plasma yang panjang dinamakan neurit atau axin, yang berfungsi untuk
meneruskan impuls yang diterima. Setiap neuron dibungkus oleh selaput yang dinamakan
selaput myelin, agar impuls yang melalui denrite atau neurite tidak terpencar ke luar. Tempat
terjadinya hubungan antara neurit dan denrite dinamakan synapse.
Sistem saraf dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Sistem cerebrospinal
61

a. Bagian pusat (otak dan spinal cord)


b. Bagian perifer (saraf spinal, saraf cranial dan organ sensori).
2) Sistem otomik

1. Otak
Otak ikan dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu telencephalon, diencephalon,
metencephalon dan myelencepahalon.
Telencephalon adalah otak bagian depan yang merupakan pusat dari hal-hal yang
berhubungan dengan pembauan, saraf uatama yang keluar dari daerah ini ialah saraf olfactory
(saraf cranial I) yang berhubungan dengan hidung sebagai penerima rangsang. Pada ikan-ikan
yang menggunakan penghidung dalam pembauan mencari mangsanya otak bagian depan akan
menjadi lebih berkembang. Pengerusakan telencephalon akan menimbulkan beberapa gejala
yang tidak normal.
Ikan Tilapia tertentu yang biasa memberikan perhatian dan perlindungan kepada
anaknya, setelah telencephalonnya dirusak menjadi bersifat tidak acuh terhadap anaknya. Jika
Betta splendens akan kehilangan tingkah laku seksnya akibat pengerusakan telencephalon
(Berstein, 1970).
Dibelakang telencephalon terdapat diencephalon yang merupakan komponen otak
yang penting. Diencephalon dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: epithalamus, thalamus
dan hypothalamus. Di bagian atas diencephalon terdapat organ yang disebut badan pineal.
Dibawah hypothalamus terdapat hypophysa (kelenjar pituitary).
Ikan-ikan yang mempunyai kulit kepala transparan umumnya hidup di daerah yang
agak dalam dan termasuk yang suka beruaya vertikal. Pada ikan-ikan yang tertarik akan
cahaya (fototaksis positif), di kepalanya terdapat daerah yang tidak berpigemen dan atap
cranela yang transparan di atas diencephalon. Sedangkan ikan-ikan yang fototaksis negatif
pada kepalanya terdapat jaringan yang menghalangi cayaha.
Mesencephalon (otak tengah) pada ikan relatif besar dan berfungsi sebagai pusat
penglihatan. Bagian yang menarik perhatian pada mesencephalon ialah lobus opticus, yang
terdiri dari tectum opticum dibagian atas dan tegmentum di bagaian bawah. Tectum opticum
merupakan organ koordinator yang melayani rangsang penglihatan. Bayangan yang terjadi
pada retina mata akan dipetakan pada tectum opticum. Sedangkan tegmentum merupakan
pusat sel-sel motoris.
Cerebellum merupakan bagian yang menonjol pada mesencephalon. Fungsi utama
cerebellum ialah mengatur kesetimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan daya
orientasi terhadap ruang. Pada golongan ikan lamprey, cebellum sangat kecil. Pada ikan
62

bertulang sejati cerebellum terbagi atas dua bagian besar, yaitu valvula cerebelli dan corpus
cerebelli. Pada Elasmobranchii tidak terdapat vulva cerebelli. Besarnya corpus cerebelli
bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada golongan ikan cucut besar dan famili
mormyridae, corpus cerebelli berkembang dengan baik (Bond, 1979). Pada Normyridae,
cerebellum relatif sangat besar dan hampir menutupi otak depan, keadaan ini ada
hubungannya dengan aliran listrik yang dikeluarkannya. Demikian juga diantara golongan
ikan lele, cerebellumnya mengalami pembesaran. Ikan yang termasuk perenang cepat
(misalnya mackerel dan tuna) pun mempunyai cerebellum yang besar.
Bagian paling posterior otak adalah myelencephalon dengan medulla obligata sebagai
komponen utamanya, merupakan pusat untuk menyalurkan rangsang keluar melalui saraf
cranial. Saraf cranial III-X keluar dari medulla oblongata. Saraf cranial III tampak seperti
keluar dari otak tengah, tetapi sebenarnya keluar dari bagian depan medulla oblongata.
Dimedulla oblongata ini terdapat area motor somatik dan visceral, dan area sensori somatik
dan visceral.
Pada ikan Clupean pallasi, Mugil cepalus dan Trachurus, medulla oblongata
membesar. Di bagian ini terdapat organ yang dinamakan “critae cerebelli”dan saraf yang
keluar dari organ ini belum diketahui benar fungsinya. Diduga, saraf ini ada hubungan dengan
kecendrungan ikan untuk berkelompok.
Pada golongan Actinopterygii, terdapat sepasang neuron yang sangat besar yang
disebut sel Mauthner, sel ini terletak di dasar medulla, berfungsi dalam koordinasi gerakan
ikan. Denrit berhubungan dengan saraf cranial V, VII, IX dan X axon memanjang sampai ke
otot caudal melalui spinal cord.

2. Saraf Craneal
Dari otak terdapat sebelas saraf cranial (SC) yang menyebar ke organ-organ sensori
tertentu dan otot-otot tertentu. Sebagian besar saraf cranial berhubungan dengan bagian-
bagian kepala, tetapi ada juga yang berhubungan dengan bagian-bagian tubuh. Sebelas saraf
cranial ada pada ikan termasuk saraf terminal yang hanya didapatkan pada vertebtrata tingkat
rendah.
Saraf terminal (SC 0) adalah suatu saraf kecil yang bergabung dengan saraf cranial I,
yang berhubungan dengan otak depan, dan serabut-serabut sarafnya tersebar mengelilingi
“olfactory bulb”. Fungsinya mungkin meliputi peran sensori somatik dan sensori khusus.
Saraf optic (SC I) menghubungkan organ olfactory dengan pusat olfactory otak depan,
fungsinya membawa impuls bau-bauan.
63

Saraf optic (SC II) mengubungkan retina mata dengan tectum opticum dan berfungsi
membawa impuls penglihatan.
Saraf ocumotor (SC III) berfungsi sebagai saraf motor somatik yang mengatur otot
mata inferior oblique. Superior rectus, inferior rectus dan internal rectus. Saraf ini
berhubungan dengan anterior myelencephalon. Saraf cranial III merupakan saraf motor
somatik.
Saraf troclear (SC IV) menginversi otot mata superior oblique. Saraf motor somatik ini
berhubungan dengan bagian anterior myelencephalon.
Saraf trigeminal (SC V) terbagi atas tiga cabang. Dua diantaranya (saraf ophthalamic
dan saraf maxillary) adalah saraf sensori somatik, sedangkan ketiga (saraf mandibular) adalah
saraf sensori somatik dan saraf motor somatik. SC V menghubungkan bagian kepala dan
rahang dengan medulla oblongata. Fungsi saraf ini berkaitan dengan kepekaan terhadap panas
dan sentuhan.
Saraf abducen (SC VI) adalah saraf motor soamtik yang menghubungkan bagian
depan medulla blongata dengan otot mata external rectus. Fungsinya berhubungan dengan
penarikan otot penggerak biji mata.
Saraf facial (SC VII) berhubungan dengan saraf cranial V dan VIII pada medulla.
Bersama-sama dengan SC VIII sering dianggap sebagai satu saraf yang dinamakan saraf
acousticofasialis. Saraf facial tersusun dari tiga cabang, yaitu superficial ophtalmic, buccal
dan hyomandibular. Saraf cabang ini berkaitan dengan saluran garis rusuk di atas kepala,
penerima rasa pada kepala dan tubuh, penerima rangsangan sentuhan. Saraf ini punya
kompone yang berkaitan dengan sensori somatik, sensori visceral dan fungsi motor visceral.
Saraf acoustik (SC VIII) mempunyai suatu fungsi sensori somatik yang berkaitan
dengan telinga bagian dalam. Saraf ini sering dianggap sebagai cabang dari saraf acoustic
facialis pada ikan.
Saraf glossopharyngeal (SC IX) terdiri dari komponen sensori dan motor yang
terutama melayani bagian insang pertama. Fungsinya berkaitan dengan garis rusuk, organ
pengecap pada pharynx dan otot-otot insang. Saraf vagus (SC X) merupakan suatu gabungan
saraf yang rumit dengan beberapa percabangan. Dua diantaranya cabang supratemporal dan
cabang garis rusuk tubuh melayani sistem garis rusuk. Cabang branchial menuju ke bagian
posterior celah insang. cabang visceral melayani organ-organ internal. Cabang yang satu lagi,
cabang dorsal recurrent menginervasi penerima rasa.

3. Spinal cord dan saraf spinal


64

Spinal cord merupakan lanjutan medulla oblongata dan sampai ke bagian depan ekor.
Batas antara medulla oblongata dengan spinal cord tidak jelas. Spinal cord merupakan suatu
tabung, tetapi alur pusat (central canal) yang berdiameter kecil dibandingkan dengan
dindingnya. Sekeliling alur pusat membentuk pola yang menyerupai sepasang sayap kupu-
kupu pada potongan melintangnya yang merupakan bahan kelabu yang terdiri dari sel-sel
saraf dan dikelilingi oleh serabut saraf (bahan putih). Serabut-serabut saraf ini dibungkus dan
dikumpulkan dalam satu ikatan sesuai dengan fungsinya. Bahan kelabu dapat dibedakan
menjadi dua bagian, sepasang tanduk dorsal dan sepasang tanduk bentral. Tanduk dorsal
menerima serabut sensori visceral dan somatik, dan tanduk ventral berisikan inti saraf motor
(Bond, 1979; Lagler et al, 1977).
Saraf spinal diatur beruas-ruas dan muncul dari bahan kelabu sebagai akar dorsal dan
akar ventral yang bergabung dan kemudian terbagi atas tiga cabang. Akar dorsal mempunyai
suatu ganglion di luar spinal cord. Cabang-cabang dorsal dan ventral (rami) berhubungan
dengan otot axial dan kulit, dan cabang visceral berhubungan dengan organ dalam (Bond,
1979).
Akar dorsal saraf spinal pada ikan mengandung serabut afferent visceral dan somatik,
dan beberapa serabut efferent visceral. Serabut efferent visceral dan somatik memasuki spinal
cord melalui akar ventral. Komponen efferent visceral dari saraf spinal menyokong sistem
saraf otomik, yang merupakan bagian dalam kontrol terhadap otot licin dan kelenjar-kelenjar
tertentu (Bond, 1979).

4. Organ Sensori
a. Mata
Meskipun terdapat modifikasi bentuk maupun struktur mata diantara ikan-ikan, namun
pada garis besarnya dapat dikatakan serupa. Sebagaimana vertebrata lainnya, pada garis
besarnya mata terdiri dari ruangan depan (cornea), iris, lensa, ruang vitroneus yang berisikan
“vitreous humor’ dan dibatasi oleh retina. Mata agak mendatar dibagian anterior sehingga
lensa yang menyambung hampir menyentuh cornea yang merupakan bagian transparan yang
penting dari “scleroid cont” biji mata. Lapisan cloroid terletak diantara retina dan sclera. Slera
Elasmobranchii dan Teleostei agak kaku karena adanya struktur rawan. Seringkali Teleostei
mempunyai satu atau dua seleralossicles sebagai penunjang terhadap struktur rawan tersebut
(Munz, 1971). Mata ikan dilengkapi dengan tiga pasang otot oculomotor.
Pada sebagian besar ikan, mata letaknya lateral satu buah pada masing-masing sisi.
Namun pada beberapa ikan dasar, termasuk pari (Rajidae), sculpin (cottidae) dan goose fin
(lophidae) mata terletak di bagian dorsal. Pada ordo Pleuronectiformes kedua mata terletak
65

pada salah satu sisi kepala. Pada ikan yang hidup di gua-gua, misalnya Ambylyopsidae mata
sangat tereduksi. Ada juga ikan yang buta, misalnya Benthobatis. Disamping itu terdapat pula
ikan-ikan yang dapat melihat di udara sebaik di dalam air misalnya Periopthalamus.
Umumnya ikan tidak mempunyai pelupuk mata. Kecuali pada Elasmobranchii yang
berupa membran dan dapat mengejapkan mata. Pada beberapa anggota teleostei yang
termasuk perenang cepat terdapat “adipose eye-lid” yang berfungsi untuk pelindung dan
merampingkan kegembungan mata dibawah permukaan kepala (Munz, 1971; Bond, 1979).
Pada umumnya conea mata transparan dan tidak berpigmen. Cornea dengan dua
lapisan yang jelas ditemukan pada Solea (Ikan Lidah), mungkin sebagai pelindung dari pasir
dan detritus. Ikan belodok (Periophthalmus) yang sering keluar dari air dalam waktu yang
cukup lama, juga mempunyai cornea berlapis dua dan lapisan kulit di bawah mata yang
berfungsi untuk menyimpan air dan mencegah kekeringan mata.
Iris membentuk pupil dan mengatur jumlah cahaya yang tiba di retina. Elasmobranchii
mempunyai otot pada iris dan karenanya dapat mengatur bentuk pupil. Golongan ikan yang
lain, dengan kecualian pada Pleuronectiformes dan Anguillidae, mempunyai pupil yang tetap
yaitu melingkar atau lonjong.
Lensa mata ikan merupakan bola yang transparan dan kuat, terbuat dari protein non-
kolagen. Umumnya berbentuk membulat pada sebagian ikan bertulang sejati dan lamprey.
Golongan Elasmobranchii mempunyai lensa yang agak pipih. Lensa mata ikan ditahan oleh
“suspensory ligament” disebelah atas dan oleh “falciform process” dengan otot retractor lentis
di bagian bawah.
Retina ikan terdiri dari beberapa lapisan sel yang saling mengisi. Cahaya yang tiba di
retina, setelah melewati lensa dan “humor” akan melalui lapisan-lapisan retina yang berturut-
turut sebagai berikut (a) serabut saraf yang menuju saraf optic (b) sel ganglion (c) sel bipolar
(d) sel-sel photoreceptor (roddan cone). Pada retina lamprey tidak terdapat perbedaan yang
jelas antara rod dan cone. Sedangkan Elasmobranchii dan Teleostei rod dan cone sangat
berbeda. Pada golongan Teleostei terdapat lapisan retina yang kelima yaitu (e) lapisan
epithelium yang mengandung pigmen melanin.
Pada keadaan terang pigmen melanin akan menutupi rod, sedangkan pada keadaan
gelap melanin akan mengumpul, sehingga rod dapat menerima secara maksimal cahaya yang
ada. Pada saat yang sama, pada keadaan terang “contractile myoid element” pada dasar rod
dan cone menggerakkan rod menjauhi lensa dan ditutupi oleh pigmen melanin, sedangkan
pada keadaan gelap rod digerakkan menuju lensa. Gerakan cone berlawanan dengan rod,
dengan perkataan lain ia akan ke muka menuju lensa pada keadaan terang dan sebaliknya.
66

Pada golongan Elasmobranchii rod dan cone mungkin ditutupi melanin yang bergerak ke luar
masuk lapisan choroid, oleh karena itu retinanya tidak mempunyai epithelium berpigmen.
Jumlah relatif rod dan cone sangat bervariasi pada beberpa spesies. Ratio cone
terhadap rod yang tinggi terdapat pada golongan ikan yang mengutamakan penglihatan dalam
mencari makan (sight feeders) pada siang hari, dan sebaliknya ikan-ikan yang aktif pada
malam hari akan memperlihatkan jumlah rod yang lebih banyak dibandingkan jumlah
conenya. Beberapa ikan yang hidup dibagian tengah ke dalam air (mid water), disamping
mempunyai mata yang lebar juga mempunyai sangat banyak rod pada retinanya. Bahkan ikan-
ikan yang hidup di laut dalam hanya mempunyai rod.
Sel photoreceptor mempunyai dua jenis pigmen yang peka akan cahaya, yiatu
rhodopsin (warna ungu) dan porphyropsin (warna merah). Kedua pigmen ini dibuat dari
vitamin A dalam keadaan gelap. Secara umum dapat dikatakan bahwa ikan air tawar terutama
mempunyai porphyropsin dan ikan laut mempunyai rhodopsin. Pada retina ikan golongan
diadromous mempunyai lebih banyak rhodopsin ketika di laut dan sebaliknya bila air tawar
maka porphyropsin lebih banyak dari rhodopsin.

b. Penghidu
Organ penghidu pada ikan terletak pada kantung nasal di bagian atas moncong dan
biasanya tepat di depan mata. Kantung nasal ini tidak dapat berhubungan langsung dengan
pharynx kerena ini hanya sebagai “external nares”. External nares mempunyai bagian anterior
dan posterior, yang masing-masing terletak pada kedua sisi kepala. Ikan yang mempunyai
internal nares ialah ikan paru-paru, hagfishes dan stargazers (Uranoscopidae).
Agar impuls bau-bauan dapat diterima oleh olfactory epithelium dalam kantung nasal.
Organ ini harus dialiri air. Respirasi dapat memudahkan pengaliran ini pada ikan-ikan yang
mempunyai internal nares, tetapi pada sebagian besar ikan (yang mempunyai internal nares)
memerlukan cara-cara yang tertentu. Sisrkulasi air dalam kantung nasal dapat dilakukan
dengan tiga cara, yaitu gerakan maju ikan, gerakan cilia pada kantung atau perluasannya, dan
dengan pemompaan yang aktif oleh kontraksi kantung nasal dan tambahannya.
Ikan-ikan yang sirkulasi air pada kantung nasalnya bergantung pada gerakan ke depan,
biasanya mempunyai jelabir atau pembatas di belakang anterior nares, sehingga air yang
melewati olfactory epithelium menjadi lebih banyak. Struktur yang demikian ini tampak jelas
pada ikan air tawar misalnya trout dan minow (Bond, 1979). Pada ikan sidak, beberapa
catfishes, dan ikan-ikan yang mempunyai kantung nasal yang panjang cicilia sangat berperan
dalam menggerakkan air dan demikian pula dengan kontraksi otot.
67

Olifactory epithelium disusun sedemikian rupa sehingga mampu mencium bau-bauan


yang terbawa air, dengan lipatan-lipatan kulit seperti “rosette” atau dengan susunan yang
menjari.
Pendeteksian makanan merupakan fungsi penghidu yang utama pada ikan-ikan yang
mencari makan dalam keadaan gelap atau mencari makan diantara material dasar dan tumbuh-
tumbuhan. Suatu percobaan telah membuktikan bahwa ikan cucut menggunakan penghidu
sebagai alat terpenting dalam mencari makan. Ikan ini akan kehilangan kemampuannya untuk
mendapatkan makanan bila lubang hidungnya disumbat dengan kapas (Bond, 1979).

c. Pengecap
Organ pengecap disebut “taste bud” yang bentuknya membulat dan terdiri atas
beberapa sel panjang, yang berfungsi sebagai sel penerima impuls rasa. Taste bud terletak di
dalam kulit dengan ujung terluar sel penerima impuls terdapat rambut pengecap kecil
(microvilli). Taste bud diinervasi biasanya oleh saraf facial, saraf glossopharyngeal dan saraf
vagus.
Taste bud paling banyak ditemukan di daerah mulut dan daerah pharynx, juga pada
lengkung insang.selain itu banyak jenis ikan yang mempunyai kumpulan taste bud pada alat-
alat tertentu misalnya sungut dan jari-jari sirip yang memanjang. Taste bud umumnya terdapat
pada bibir dan kepala ikan pemakan dasar.

5. Saraf Otonomik
Pada sistem saraf otonomik ikan lamprey dan hangfish (Cyclostomata), tidak ada
rantai ganglion simpatik. Walaupun demikian pada ikan-ikan tersebut fungsi dari saraf yang
menyebar dan beberapa jaringan simpatik telah jelas. Pada ikan lamprey dan hangfish,
jantung dan organ pencernaan dirangsang oleh vagus jaringan saraf sub cutanus yang
dirangsang oleh jaringan saraf spinal yang nampaknya sistem simpatik terkonsentrasi dalam
dinding dan permukaan dari kelenjar tipis myxine. Pada ikan cucut dan pari, ganglion
simpatik terdapat disepanjang pinggiran dari rongga vertebrata. Ganglion-ganglion tersebut
tidak teratur dan tidak menjulur kebagian kepala. Otot licin dari usus dan dinding arteri
dirangsang oleh ganglion-ganglion tersebut, walaupun tidak terdapat hubungan antara mereka
dan saraf-saraf yang memasok kulit seperti halnya pada percabangan komunikasi yang
komplek pada ikan bertulang sejati dan vertebrata tingkat tinggi.
Pada semua ikan cucut, jantung dan organ intestin dipenuhi oleh jaringan-jaringan
vegal. Pada ikan-ikan bertulang sejati, ruas-ruas disusun oleh bentuk ganglion dari rantai
simpatik sampai ke depan hingga saraf trigeminal, kebanyakan dari jaringan-jaringan
68

reganglion untuk ganglion simpatik kepala, muncul dari bagian sumsum tulang punggung
kepala dan melewati ke arah depan.
Hubungan-hubungan saraf simpatik ke saraf kulit didapatkan pada ikan-ikan bertulang
sejati. Sistem saraf parasimpatik kebanyakan diperlihatkan dalam bagian percabangan yang
lebih luas dari vagus. Saraf parasimpatik dari bagian mata telah diuraikan sebelumnya. Sistem
saraf parasimpatik sangat mirip dengan mamalia. Jaringan-jaringan saraf simpatik yang
berperan sebagai pemacu jantung pada vertebrata tingkat tinggi tidak didapat pada seluruh
ikan dan konsekwensinya, rangsangan vegal mempunyai suatu kekuatan gerakan yang
menghambat pada sinus venosus dan artrium tetapi tidak mempunyai efek terhadap ventricle.
Rangsangan dari cabang-cabang vagus mengarah pada organ dalam lain. Sebagaimana halnya
dalam pemakaian cholinergic dan adrenergic telah menghasilkan komplikasi terutama
peranannya terhadap gelembung udara dan beberapa bagian dari saluran pencernaan.
Saraf-saraf melanophore menuju jaringan saraf simpatik subvertebrata yang terbagi
menjadi kelompok depan yang menuju sel warna pada bagian kepala dan leher bagian
belakang, dan kelompok belakang yang menuju ke arah badan dan ekor. Sedikit informasi
tentang pengontrolan melanophore pada Cyclostomata, walaupun demikian, pada
Elasmobranchii tertentu mempunyai beberapa saraf simpatik yang menuju melanophore.
Adanya pusat yang gelap pada saraf bagian tengah dan saraf melanin parasimpatik yang
menyebar telah dirumuskan.

B. Hormon
Hormon adalah suatu zat kimia (polypeptide) yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar
hormon. Hormon ini berfungsi dalam mengatur / mempengaruhi organ-organ supaya bekerja.
Misalnya dalam pematangan sel-sel kelamin, metabolisme, tingkah laku reproduksi,
pertumbuhan dan lain-lain.
Kelenjar hormon/endokrin pada ikan mencakup sistem yang mirip dengan vertebrata
yang lebih tinggi tingkatannya, tetapi beberapa jaringan endokrin tidak membentuk jaringan
tersendiri pada ikan. Dan tempat (kedudukan) jaringan-jaringan ini mungkin berbeda dengan
tempat kelenjar pada vertebrata tingkat tinggi. Namun demikian, hormon yang diproduksi
sebagian besar sama atau mirip.
69

1. Kelenjar Hypophyesa
Kelenjar ini disebut pula sebagai kelenjar pituitary yang terletak di bawah
diencephalon. Pada stadia embrionik, kelenjar ini berasal dari gabungan elemen neural yang
tumbuh ke bawah dari diencephalon dan elemen neural yang tumbuh ke bawah dari
diencephalon dan elemen ephitel (kantung rathke) yang tumbuh ke atas dari bagian dorsal
rongga mulut. Komponen neural kekelenjar disebut neuro-hypophysa (posterior lobe), yang
berhubungan dengan pituitary. Bagian yang lain dari kelenjar yang berasal dari kantung
rathke adalah adeno-hypophysa, berisikan bagian yang secara histologik berbeda, yang
fungsinya sama dengan bagian putuitary mamalia. Bagian anterior adenohypophysa
dinamakan pars distalis (meso-adenohypophysa), bagian posterior kelenjar dinamakan pers
intermedis (meta adenohypophysa).
Kelenjar hypothalamus memproduksi hormon-hormon, antara lain : RF. (Realing
Factors), IF (Inhibiting Factors), Oxytocin dan Vasotocin. Hormon yang disebut terakhir
disimpan dan dikeluarkan oleh neurohypophysa, hormon-hormon ini berperan dalam
osmoregulasi dan reproduksi. Pada hypophysa ini terkandung beraneka macam sel pembuat
hormon.
Hormon yang disekresikan oleh pars distalis atau pro-adenophypophysa adalah
prolectin, hormon ini penting dalam pengaturan Na, hormon pertumbuhan, carticatropin
(AHTH), gonatropin dan thyrotropin. Pars intermedia (MSH), yang berperan dalam
mengontrol melanophora dan mungkin juga berperan dalam melonegenesis.
Kelenjar pituitary sering diberi sebutan dengan kelenjar induk (master gland) karena
kelenjar ini banyak mempengaruhi kegiatan kelenjar hormon yang lainnya.

2. Kelenjar Thyroid
Thyroid pada sebagian besar ikan bertulang sejati terdiri dari folikel-folikel yang
menyebar di permukaan jantung, aorta ventralis dan di bagian bawah arteri branchialis. Pada
Elasmobranchii dan beberapa ikan bertulang sejati thyroid merupakan kelenjar tersendiri yang
dikelilingi oleh jaringan pengikat. Pada ikan cucut, kelenjar ini terletak di depan aorta
ventralis di bawah rawan basihyal. Thyroid yang padat didapatkan pada beberapa ikan
bertulang sejati, seperti pada ikan blodok Periophthalmus sp. Dan ikan pedang Xipias sp.
Hormon thyroid mempunyai beberapa fungsi fisiologik disamping itu banyak pula
perannya yang belum diketahui dengan jelas, tetapi terbukti bahwa ia mempengaruhi laju
konsumsi oksigen, membantu pengendapan guanin dalam kulit dan mengubah metabolisme
nitrogen dan karbohidrat. Hormon thyroid juga mempengaruhi gerakan, perkembangan
70

tulang, dan fungsi saraf pusat. Terdapat dugaan bahwa hormon ini juga terlibat di dalam
proses osmoregulasi.

3. Jaringan Interenal (jeringan adrenal cortical)


Jaringan ini homolog dengan adrenal cortex pada vertebrata tingkat tinggi. Pada
Elasmobranchii, jaringan ini terletak pada bagian belakang ginjal, sedangkan pada golongan
ikan bertulang sejati berupa sel-sel atau kelompok-kelompok sel yang tersebar di sepanjang
vena cardinalis. Sel-sel yang menyerupai sel adrenocortical didapatkan pada dinding vena
cardinalis ikan lamprey.
Jaringan internal mensekresikan hormon adrenocorticosteroid yang mengontrol proses
osmoregulasi dengan cara mempengaruhi ginjal, insang dan saluran gastrointestinal, dan
mempengaruhi metabolisme protein dan karbohidrat.

4. Jaringan Chromaffib (Suprarenal)


Sel-sel choromaffin ikan bertulang sejati tersebar di sepanjang vene post cardinalis
dan mungkin perluasannya tercampur dengan sel interenal. Jaringan chromaffin pada
Elasmobranchii menyatu dengan saraf simpathetic dan aorta dorsalis terletak di depan
jaringan interrenal.
Jaringan ini mensekresikan adrenalin, yang mempengaruhi kerja jantung, tekanan
darah, konsentrasi melanin dalam melanophora. Kerja hormon ini mirip dengan kerja saraf
simpatetic, dengan mana hormon ini sangat erat hubungannya.

5. Kelenjar Ultimobranchial
Pada ikan bertulang sejati kelenjar ini terletak di bawah esophagus dekat sinus
venosus. Pada Elasmobranchii kelenjar ini terletak pada sisi kiri bawah pharynx. Kelenjar ini
mensekresikan hormon calcitonin, yang berperan dalam metabolisme kalsium, karenanya
dapat dianggap homolog dengan kelenjar parathyroid pada mamalia.

6. Pulau-pulau Langerhans (pulau-pulau pancratik)


Pada ikan bertulang sejati biasanya jaringan pankreas ini terdapat di dekat pyloric
caeca, usus kecil, limpa dan empedu. Jaringan endokrin ini menghasilkan hormon insulin,
glucagon dan somatostatin. Hormon ini berperan dalam metabolisme karbohidrat dan dalam
pengubahan glucosa menjadi glycogen, dan dalam oksidasi glucose dan pembuatan lemak.

7. Mucosa Usus
Mucosa usus menghasilkan hormon yang mengontrol sekresi pankreas. Hormon
tersebut adalah pankrea enzymin yang membantu melancarkan pembuatan zymogen dan
sekretin yang merangsang sekresi air dan garam-garam anorganik.
71

8. Gonada
Kelenjar seks ikut dalam proses sekresi steroid, hal ini penting daam pemijahan,
pembuatan sarang dan aspek-aspek tingkah laku reproduksi lainnya, demikian pula dalam
perkembangan ciri seks sekunder dan reproduksi gamet. Ovarium menghasilkan estrogen,
tetapi hal ini belum diselidiki secara menyeluruh. Pengamatan menunjukkan hubungan positif
sekresi ovarium dengan perkembangan ciri seks sekunder.
Testes menghasilkan endrogen, terutama testesterone. Hormon lain yang termasuk
berasal dari testes ialah dehydroopiandrosterone dan androsterone. Banyak penyelidikan
menunjukkan bahwa endrogen sangat penting dalam tingkah laku seksual dan aktivitas
pemijahan ikan jantan.

9. Sistem Neurosecretory Caudal


Di dekat ujung spinal cord ikan Elasmobranchii dan Teleotei ditemukan suatu neouron
secretory yang dinamakan sel Dahlgren. Axon dari sel-sel neurosecretory ini berujung pada
suatu kumpulan kapiler yang berfungsi dalam penyimpanan dan pengeluaran hasil sekresi.
Pada Teleostei jaringan kapiler ini terdapat di dalam suatu struktur neurohemal yang disebut
urophysa. Daerah ini, termasuk di dalamnya ujung filamen “spinal column”, jelas adalah
tempat pembuatan dan pengeluaran beberapa macam hormon, tetapi kegiatannya belum
diketahui secara pasti.

10. Badan Stanius


Kelenjar ini mungkin berfungsi sebagai endokrin. Sekresi yang dikeluarkan mungkin
ikut proses osmoregulasi.

11. Badan Pineal


Badan pineal ini terdapat di bagian atas duencephalon. Sekresi yang dikeluarkan oleh
badan pineal adalah melatonin, yang mengumpulkan melanin. Bila hormon ini dihilangkan
maka akan membawa perubahan dalam pertumbuhan.
72

BAB X
KONSEP SISTEMATIK

1. Pengertian
Istilah “sistematik” berasal dari kata latin “Sistema” yang lazim digunakan sebagai
suatu sistem (cara) untuk mengelompokkan tumbuhan dan binatang. Kata ini digunakan
terutama oleh Linnaeus pada tahun 1773 ketika menulis bukunya “Sistema Naturae”. Istilah
sistematik mirip artinya dengan istilah taksonomi. Istilah taksonomi berasal dari kata Yunani,
yaitu “taxis” yang berarti susunan dan “nomos” yang berarti hukum. Candolle pada tahun
1813 mengusulkan istilah taksonomi, untuk mengklasifikasikan jasad-jasad. Dengan demikian
maka istilah sistematik ikan adalah studi ilmiah mengenai jenis dan keanekaragaman ikan
serta segala hubungannya diantara mereka. Dewasa ini istilah “sistematika” maupun
“taksonomi” dipakai saling bergantian dalam bidang klasifikasi dari tumbuhan maupun
binatang.
Tidak semua kelompok hewan cocok untuk dijadikan bahan kajian sistematik, hal ini
karena adanya faktor-faktor pembatasnya. Pada ikan, faktor-faktor pembatas tersebut tidak
banyak dijumpai sehingga ikan sangat cocok untuk kajian sistematik.

2. Sejarah Sistematik
Sejarah sistematik dapat dibagi menjadi beberapa periode yang hampir sejalan dengan
pembagian tingkat taksonomi (sistematika).

2.1 Periode Pertama


Pada periode ini orang memberikan ciri-ciri fauna maupun flora yang diamati dan
dipelajari. Dalam tingkat taksonomi periode ini dinamakan alpha sistematik, yaitu tingkatan
pengenalan spesies, sifat dan pemberian namanya.
Aristoteles yang hidup pada abad IV SM adalah orang pertama yang menyusun
pengetahuan ke dalam susunan ilmiah. Walaupun diakui ia tidak mengusulkan suatu sistem
klasifikasi binatang namun ia adalah peletak dasar sistem klasifikasi.
Perbaikan serta penyempurnaan sistem klasifikasi Aristóteles terus dilakukan dan
mencapai puncaknya pada Carolas Linnaeus (1707 – 1778). Seorang ahli ilmu alam bangsa
Swedia. Ia digelari “Bapak Taksonomi” karena karya-karyanya yang besar dalam bidang
taksonomi atau sistematik. Karya Linnaeus merupakan pembuka jalan untuk periode-periode
berikutnya.

2.2 Periode ke Dua


73

Dalam periode ini, perhatian lebih dipusatkan kepada penelaahan evolusi kategori-
kategori yang lebih tinggi dan mencari penyambung-penyambung yang hilang. Sebagai
landasan untuk mendukung tujuan tersebut eksplorasi besar-besaran telah diadakan dan
mencapai puncaknya pada pertengahan abad ke sembilan.
Periode ini juga dikenal sebagai periode ekplorasi dengan dilakukannya banyak
ekspedisi tersebut antara lain Uranie dan Fysiciouno (1818 – 1820), Astrolobe (1826-1829)
dan Coquille (1822 – 1825).
Hasil yang penting dari ekspedisi-ekspedisi tersebut dipublikasikan antara lain adalah :
Ocean Icnthyology (Go dan Bean, 1896), Tiefsee Fische (Brauer, 1908), Les Resull des
Compagne Scientifiques du Prince de Monaco, laporan ekspedisi dana dan lain-lain.
Pada periode tersebut bahan-bahan yang tak terhitung jumlahnya telah dikumpulkan
oleh para naturales. Beberapa naturales mempelajari fauna lokal atau regional, misalnya
Yarrell (mempelajari fauna daerah Jerman), Bleeker, Weber dan de Beaufort (Indo-Malaysia).
Pertengahan abad ke sembilan belas merupakan era penting dalam pengenalan jenis
ikan yang terdapat di perairan Indonesia. Salah satu naturales yang banyak menulis tentang
ikan-ikan tersebut adalah Pieter Bleeker (1819-1878). Karya Bleeker yang terkenal ádalah
“Atlas Ichthyologique” yang baru selesai sembilan jilid, yaitu separuh dari pekerjaan yang
harus diselesaikannya. Usaha Pieter Bleeker tersebut kemudian dilanjutkan oleh Max weber
yang terkenal dengan ekspedisinya yang bernama “Siboga” (1899 – 1900), yang dilakukan
dalam rangka menyempurnakan klasifikasi ikan yang dibukukannya. Salah satu karya terkenal
dalam pengenalan jenis ikan diperairan Indonesia dan perairan sekitarnya adalah buku “The
Fishes of the Indo-Australian Arcchipelago” yang hingga saat ini sudah terbit sebanyak 11
jilid.

2.3 Periode ke Tiga


Dalam periode ini para ahli sistematika lebih menekankan pada penelaahan evolusi
dalam spesies. Periode ketiga ini sesuai dengan tingkatan gamma sistematika, yaitu tingkat
analisis variasi-variasi yang terdapat di dalam spesies untuk mempelajari evolusinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies yang semula dianggap sebagai suatu
yang mantap dan seragam ternyata tidak demikian, tetapi lebih bersifat “politypis” dan dapat
terdiri dari bermacam-macam subspesies dan populasi lokal, yang satu dengan lainnya
berbeda dan didalamnya sendiri masing-masing masih memperlihatkan berbagai keragaman.

3. Aliran Sistematik
74

Pada prinsipnya aliran sistematik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sistemtik lama
dan sistematik baru. Aliran sistematik lama ini bertitik tolak pada spesies yang ditegaskan
secara morfologis, tipologis dan non dimensional. Individu merupakan unit sistematik dasar.
Sistematik baru bertitik tolak pada spesies yang ditekankan pada sifat biologis, dengan
sangat memperhatikan faktor ekologis, genetika dan variasi geografis. Pada sistematika baru
ini populasi dipergunakan sebagai unit sistematik dasar.

4. Tingkatan Sistemtik
Sistematik suatu kelompok tertentu secara informal dapat digolongkan atas tiga
tingkatan, yaitu alpha sistematik, beta sistematik dan gamma sistematik. Tingkatan alpha
sistematik ialah penentuan ciri-ciri spesies dan pemberian nama ilmiahnya. Tingkatan beta
sistematik ialah penggolongan spesies ke dalam kategori yang lebih tinggi (klasifikasi).
Sedangkan hamma sistematik ialah analisis variasi infra spesifik (subspesies) beserta
pengamatan evolusinya.

5. Kategori Sistematik
Fungsi kategori sistematik adalah mengurangi keanekaragaman organisme dengan
cara memasukkan ke dalam suatu sistem yang lebih mudah dipahami. Berdasarkan hirarki,
kategori sistematik yang disusun oleh Linnaeus ada lima yaitu : Kelas, Ordo, Genus, Spesies
dan Varietas.
Pada dewasa ini terdapat lebih dari 20 kategori sistematik yang dipahami oleh para
ahli sistematik, yang sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori besar, yaitu
spesies, subspesies dan kategori kolektif.

5.1 Spesies
Spesies merupakan kategori sistematik yang sangat penting, karena digunakan sebagai
alat komunikasi antar para ahli. Perkataan “spesies” digunakan pertama kali oleh ahli biologi
Jhon Ray (1686) dan kemudian juga Linnaeus. Yang dimaksudkan dengan spesies adalah
kelompok populasi alamiah yang secara aktual tau potensial melakukan pembiakan antar
populasi itu dan secara produktif terpisah (tersisolasi) dari kelompok lainnya.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa konsepsi pada jaman sekarang bersifat multi
dimensional, dimana spesies tersebut ditentukan dari populasi dan faktor-faktor sekelilingnya.
Oleh sebab itu timbul beberapa pengertian spesies, misalnya spesies monotipik, spesies
politipik, spesies allopatrik dan spesies sibling (kriptik).

5.2 Subspesies
75

Subspesies merupakan kelompok taksonomik infra spesifik yang secara geografik


merupakan bagian dari populasi lokal, sedangkan secara taksonomik berbeda dengan bagian
lain berbeda dari spesies populasi lokal tersebut.
Subspesies adalah bagian kelompok setempat yang secara geografi jelas terpisah dari
kelompok yang lainnya, sehingga secara sistematik juga berbeda, tetapi masih termasuk
dalam satu spesies. Subspesie merupakan kategori sistematik yang paling rendah.

5.3 Kategori Kolektif


Kategori kolektif adalah pengelompokan spesies ke dalam kategori yang lebih tinggi
atau sering disebut juga dengan istilah “higher categories”.
Penetapan konsepsi kategori kolektif merupakan suatu hal yang sangat subjektif. Oleh
sebab itu mungkin saja terdapat banyak perbedaan antara suatu sistem klasifikasi yang satu
dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh antara lain
perbedaan hitoris, perbedaan kelompok dan perbedaan sinkron (serempak).
Sekarang ini terbentuk tujuh kategori pokok atau wajib yang dipergunakan, yaitu :
Kingdom, Phylum, Kelas, Ordo, Famili, Genus dan Spesies.
Dalam peredaran jaman selanjutnya diperlukan lagi kategori tambahan dengan jalan
memecah kategori pokok tersebut. Penamaan kategori-kategori tambahan dilakukan dengan
menambah awalan “sub” dan “super” kepada nama semula. Dengan demikian timbul kategori
: superordo, subordo, superfamili, subfamili dan sebagainya. Selain itu timbul pula nama-
nama kategori baru seperti “tribe” yang terletak antara subfamili dan genus, kategori “cohort”
yang terletak antara subkelas dan superordo.
Pada nama kategori tertentu mendapat tambahan akhiran tertentu pula, misalnya
untuk:
Ordo (………………….iformes)
Subordo atau superfamili (………………….oidea atau oidei)
Famili (………………….idae)
Subfamili (………………….inae)
Tribe (………………….ini)

6. Peranan dan Hubungan Sistematik dengan Ilmu-ilmu lain


Peranan sistematika dalam biologi secara ringkas sebagai berikut (Mayr, 1971) :
a. Merupakan gambaran nyata tentang adanya keragaman organisme di dunia.
b. Memberikan informasi yang memunkinkan penyusunan kembali penyusunan sejarah
kehidupan (filogeni)
76

c. Memperlihatkan beberapa gejala evolusi yang menarik sebagai bahan telaah kasus
oleh cabang biologi lainnya.
d. Banyak memberikan informasi yang diperlukan oleh seluruh cabang biologi
e. Sangat diperlukan dalam telaah organisme yang penting secara ekonomis maupun
medis.
f. Secara nyata membantu pengembangan biologi dan keseimbangan lebih baik di
dalam ilmu pengetahuan sebagai satu kesatuan
Pendekatan sistematika baru sangat berbeda dengan sistematika lama, karena dalam
kerjanya berkaitan erat dengan ilmu lain (biologi dan biometrika).

7. Tugas Ahli Sistematik


Tugas ahli sistematika dapat digolongkan atas tiga hal pokok, yaitu: identifikasi
(tingkatan analisa), klasifikasi (tingktan sintesa) dan penelitian terjadinya spesies atau
pengamatan faktor-faktor evolusi.

7.1 Identifikasi
Identifikasi merupakan usaha pengenalan dan diskripsi yang teliti dan tepat terhadap
spesies, dan memberi nama ilmiahnya.

7.2 Klasifikasi
Tugas ini merupakan lanjutan dari identifikasi. Para ahli sistematik perlu menyusun
kategori-kategori yang lebih tinggi dan menetapkan ciri-cirinya. Dalam hal ini berarti mereka
harus menciptakan klasifikasi. Dalam pekerjaan klasifikasi lebih ditekankan pada spekulasi
dan mempergunakan pemikiran teoritis yang lebih mendalam. Sebagai seorang ahli
sistematik, ia harus dapat memutuskan apakah dua jenis organime yang sama bentuknya
termasuk ke dalam satu spesies ataukah dua spesies.

7.3 Penelitian Terjadinya Spesies dan Pengamatan Faktor-Faktor Evolusi


Untuk mengetahui individu yang sedang diidentifikasi atau klasifikasi sebagai spesies
baru, maka harus dilakukan penelitian mengenai terjadinya spesies tersebut. Oleh sebab itu
pula perlu memperhatikan cabang biologi lainnya seperti genetika, cytology, biogeografi,
ekologi, anatomi perbandingan, palaentologi, biometrika dan sebagainya.
Pengamatan atau penelitian fakto-faktor evolusi, pada prinsipnya bertujuan untuk
mengetahui pembentukan spesies lain yang sudah ada dan kemudian telaah kemungkinan
terjadinya evolusi pada kemudian hari.
Ketiga tugas para ahli sistematik sebagaimana yang telah diterangkan di atas tadi,
boleh dikatakan jarang sekali yang dikerjakan secara serentak.
77

BAB XI
TATA NAMA

Pemberian nama hewan itu pada dasarnya sederhana, dan ditulis dalam bahas Latin
secara binomial dan trinomial. Pada awal pelaksanaannya timbal kekacauan dan kebimbangan
karena tak adanya kode etik dan tata cara di dalam pemberian nama tersebut. Untuk
menghindari hal tersebut maka pada tahun 1901 terbentuk suatu komisi internacional bernama
Internacional Comisión on Zoological Nomenclatura. Komisi ini bertugas untuk mempelajari
subjek umum dan pelaksanaan tata nama zoologi.
Di dalam perkembangan sistematik, adanya perubahan-perubahan konsep sistematik
dalam pengkategoriannya mengakibatkan nama-nama tersebut berubah.
Pada umunya ada tiga macam penamaan yang sering digunakan, yakni nama ilmiah,
nama umum dan daerah (nama local).

1. Nama Ilmiah
Nama ilmiah ditulis dalam basa Latin dan dilengkapi dengan nama penemu atau nama
orang yang bertanggung jawab dalam membuat pengajuan dan pertelaan tiap taxon. Nama
tersebut ditulis di belakang setelah nama ilmiah dan nama orang tadi disebut nama author.
Dalam nama ilmiah ini terdapat nama ilmiah yang syah atau diakui (valid scientifik
nama) dan nama ilmiah yang merupakan sinonim.
Sistem penamaan atau nomeklatur modern telah dirintis oleh Linnaeus dengan
menggunakan sistem “binomial” atau sistem dengan memakai dua kata. Kata pertama
ditujukan umum binatang tersebut, misalnya Trigogaster. Kata kedua ditujukan untuk nama
spesies yang menunjukkan sifat yang khusus dari banatang tersebut, misalnya Trichogaster
pectroralis.
Dalam perkembangan nemenklatur, maka sistem binomial mungkin saja berkembang
menjadi sistem “trinomial” yaitu sitem nama dengan tiga kata, kata yang ketiga menunjukkan
subspesies atau varietas, karena didapatkan sifat spesies yang khusus lagi. Sebagai contoh
nama ilmiah ikan mas kumpai Cyprinus Carpio flavipinis CV.
Pada bagian belakang dari nama genus sering pula ditulis suatu singkatan sp atau spp.
Misalnya Tilapia sp, atau Tilapia spp. Singkatan sp dipakai jika satu jenis binatang belum
diketahui spesiesnya dengan tepat atau analisanya belum lengkap. Demikian pula dengan
singkatan spp dipakai jika ada beberapa jenis ikan atau binatang yang termasuk dalam satu
genus tetapi nama spesiesnya belum diketahui secara tepat atau analisanya belum lengkap.
78

2. Nama Umum
Biasanya di setiap negara mempunyai nama-nama umum tersendiri untuk suatu
binatang atau ikan dan pada umumnya nama tersebut bergantung kepada bahasa nasional
suatu negara. Namun demikan nama umum tersebut sering pula berlaku untuk seluruh negara.
Sebagai contoh ikan mas (Cyrpinus Carpio L) mempunyai nama umum Common carp
(Inggris).

3. Nama Daerah (Lokal)


Biasanya nama daerah atau nama lokal di suatu negara sangat bervariasi, dan
tergantung kepada banyak bahasa daerah di negara tersebut. Nama-nama ikan di Indonesia
sering kali banyak daerahnya, sebagai contoh ikan mas (Bahasa Indonesia) mempunyai nama
lokal tombro, Harper (jawa) lauk mas, cengkeuk (Bandung), ameh (Madang).
79

BAB XII
SISTEM KLASIFIKASI IKAN

Seperti telah diterangkan di depan bahwa klasifikasi merupakan salah satu tugas ahli
sistematika dengan pemikiran teoritik dan spekulatif. Berdasarkan hal tersebut, maka
munculah beberapa sistem klasfikasi ikan hasil ciptaan para ahli tersebut.
1. Beberapa Sistem Klasifikasi Ikan
Di seluruh pelosok dunia terdapat beberapa macam klasifikasi ikan ataupun hewan
lain. Pada umumnya masing-masing sistem klasifikasi ditetapkan oleh seorang ahli, akan
mempunyai pula berikut masing-masing. Sebagai contoh beberapa macam sistem klasifikasi
dikemukakan oleh Boulenger, Schultz, N.H. Newman, Bleeker dan Ian S. Munro. Khusus
sistem Bleeker telah diperbaiki Zunire, Weber dan Beufort, merupakan sistem klasifikasi
ikan-ikan yang terdapat di Indo Autralia.
Umumnya setiap sistem klasifikasi ikan yang satu akan beda dengan yang lainnya.
Perbedaan terletak pada :
a. Kedudukan tingkat (hirarki) sebagai kategori
b. Perincian dalam kategori yang sama
c. Penamaan terhadap kategori yang sama, disebabkan oleh perbedaan dalam peluang
ciri-ciri oleh pemakaian kata-kata Latin atau Yunani sebagai pokok kata, seperti
akhir “oidae” atau “iformes”.
d. Penggolongan kelompok ikan dalam kategori-kategori
Disini penyususnan lebih cenderung mempergunakan sistem Lagler et al, dan telah
banyak disesuaikan dengan sistem lainnya. Di samping itu penyususn berusaha sedapat
mungkin menyesuaikan dengan sistem Bleeker yang diperbaiki Zunire, Weber dan de
Beaufort, mengingat sistem ini banyak membahas ikan-ikan di daerah Indo-Autralia,
termasuk Indonesia di dalamnya.
Sistem klasifikasi Lagler et al. (1977) yang berdasarkan berbagai sistem klasifikasi
(Berg, 1940 dan Linberg, 1971), adalah sebagai berikut :
Golongan : Agnatha
Kelas : Cephalaspidomorphi
Sub kelas : Cyclostomata
Ordo : Myxiniformesta
Ordo : Petromyzontiformes
Golongan : Gnasthostomata
80

Kelass : Chondricthyes
Subkelas : Holocephali
Ordo : Chimaeriformes
Subkelas : Elasmobranchii (Selachii)
Ordo : Squaliformes
Ordo : Rajiformes (Bataoidae)
Ordo : Heterodontiformes
Ordo : Hexanchiformes
Ordo : Pristiophoriformes
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Crossopterygii
Ordo : Ceolacanthiformes
Subekelas : Dipnoi
Ordo : Diteriformes
Subordo : Actinopterygii
Ordo : Polypteryformes
Ordo : Acipenseriformes
Ordo : Amiiformes
Ordo : Lepisosteiformes
Ordo : Elopiformes
Ordo : Anguilliformes
Ordo : Nothacanthiformes (Hiteromi)
Ordo : Clupeiformes
Ordo : Osteoglassiformes
Ordo : Salmoniformes
Ordo : Gonarynchiformes
Ordo : Cypriniformes (Ostariophysi)
Ordo : Myctophiformes
Ordo : Cetomiformes
Ordo : Belcniformes
Ordo : Cyprinodontiformes
Ordo : Gasteritoiformes
Ordo : Lampridiformes
Ordo : Beryciformes
81

Ordo : Zeiformes
Ordo : Mungiliformes
Ordo : Perciformes
Ordo : Gobiessociformes
Ordo : Tetradontiformes
Ordo : Pleuronectiformes
Ordo : Scorpaeniformes
Ordo : Mastacembeliformes
Ordo : Synbranchiformes
Ordo : Dactylopteriformes
Ordo : Pegasiformes
Ordo : Percopsiformes (Salmopercae)
Ordo : Gadiformes (Anacanthini)
Ordo : Lophiiformes

2. Ciri-ciri Kelas dan Subkelas Ikan


Ikan dapat dipisahkan menjadi dua golongan besar berdasarkan ada atau tidaknya
rahang bawah, yaitu golongan Agnatha (yang tidak berahang bawah) dan golongan
Gnathostomata (yang berahang bawah).
Golongan Agnatha hanya terdiri dari satu kelas yaitu kelas Cephalaspidomorphi
(Hagfishes dan Lamprey). Sedangkan golongan Gnathostoma terdiri dari dua kelas, yaitu
kelas: Chondroicthyes (ikan bertulang rawan) dan kelas Osteichtyes (ikan bertulang sejati).
Kelas Cephalaspidomorphi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Notochorda memanjang seperti rangkaian manik-manik
- Tidak mempunyai rahang
- Vertebrata terdiri dari tulang rawan
- Dua saluran semi lingkaran (semicircular canal) dalam telinga yang terletak di setiap
sisi kepala pada Lamprey, tetapi hanya satu pada hagfis.
- Tidak mempunyai lengkung insang sejati untuk menyokong dan melindungi insang,
sebagai penggantinya terdapat suatu kantong insang yang terletak di luar insang,
arteri insang dan saraf terletak di dalamnya.
- Kantung insang bersatu dengan neurocranium.
- Sirip yang berpasangan tidak ada
- Mempunyai satu lubang hidung.
82

Kelas cephalaspidomorphi terdiri dari satu subkelas, yaitu subkelas Cyolostomata,


dengan ciri-ciri :
- Bentuk tubuh seperti ular
- Tidak bersisik
- Terdapat gigi dari zat tanduk pada mulutmya yang berupa penghisap
- Mempunyai 6-14 pasang kantung insang.
Kelas Chondrichtyes mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Notocorda dilindungi oleh tulang
- Mempunyai rahang
- Vertebrae terdiri dari tulang rawan (dengan sedikit pengapuran tetapi tidak terjadi
ossifikasi)
- Pada tiap sisi kepala terdapat telinga, yang didalamnya terdapat tiga buah saluran
berbentuk setengah lingkaran.
- Lengkung insang berupa tulang rawan, dan di bagian dalamnya terdapat arteri dan
saraf.
- Lengkung insang tidak erat menyatu dengan neurocranium, tetapi dihubungkan oleh
jaringan pengikat.
- Mempunyai sirip yang berpasangan
- Mempunyai sepasang nostril (dihinous)
Kelas chondrichtyes terdiri atas dua subkelas, yaitu subkelas holocephali dan subkelas
Elasmobranchii. Subkelas Holocephali (Chrimaera) dengan ciri-cirinya sebagai berikut:
- Insang ada empat pasang, celah insang satu pasang
- Tidak mempunyai spiracle
- Tidak mempunyai sisik
- Tidak bercloace
- Ikan jantan mempunyai alat penyalur sperma (clasper) yang disebut “intromitten
organ” yang terletak di depan sirip perut, kecuali pada Genus Chimaera, alat
penyalur sperma itu disebut tenaculum yang terletak di kepala bagian depan.
Subkelas Elasmobranchii dengan ciri-ciri:
- Jumlah insang dan celah insang berkisar antara 5-7 pasang, tiap pasang mempunyai
sekat pelat tulang.
- Mempunyai spiracle yang terletak di depan celah insang
- Sisik bertipe placoid atau tidak bersisik
- Mempunyai cloaka
83

- Ikan jantan biasanya mempunyai “pelvic intromitten organ” (Myzopterygia).


- Mulut terletak pada bagian ventral
- Sirip ekor bentuknya asimetris (heterocercal)
- Sirip biasanya kaku, terdiri dari zat tanduk
Kelas Osteichtyes dengan cirri-ciri sebagai berikut:
- Notochorda seperti rangkaian manik, atau seperti manik-manik yang terpisah
- Mempunyai rahang
- Rangka terdiri dari tulang sejati
- Tiga saluran semi lingkaran pada tulang di setiap sisi kepala
- Lengkung insang merupakan tulang sejati, yang terletak di bagian tengah insang,
mengandung arteri saraf
- Lengkung insang tidak bersatu kuat dengan neurocanium
- Mempunyai sirip yang berpasangan dan sepasang lubang hidung
- Mempunyai sisik, pada umumnya cycloid dan ctenoid di samping beberapa jenis
mempunyai sisik ganoid
- Biasanya mempunyai gelembung renang.
Ada beberapa pendapat tentang pembagian kelas Osteichthyes ini menjadi beberapa
subkelas. Salah satu pendapat membaginya menjadi subkelas misalnya berdasarkan sistem
Jordon, terdiri dari Dipneusti, Crossopterygii dan Actinopterygii, atau sistem Regan terdiri
dari Crossopterygii, Palaeoptrygii dan Neopterygii (Lagler et al, 1977). Ada pula yang
membaginya menjadi empat subkelas, misalnya sistem Bertin dan Arambourg terdiri dari
Dipneusti, Crossopterygii, Branchiopterygii dan Actinopterygii. Yang lainnya membagi
menjadi 2 subkelas yaitu subkelas Crossopterygii dan subkelas Actinopterygii (Lagler et al,
1965).
Ciri-ciri subkelas menurut sistem Jordan adalah sebagai berikut:
a. Subkelas Dipnoi (lungfishes) mempunyai ciri-ciri:
- Tidak mempunyai maxilla dan premaxilla dan mempunyai tiga pasang
lempengan gigi.
- Mempunyai “internal nares”
- Tidak ada persediaan yang dapat digerakkan dari bagian depan dengan bagian
belakang tengkorak
- Tulang pelatoquadrate berpadu dengan cranium
- Terjadi perluasan tulang radial dan otot ke dalam dasar sirip, sirip punggung
tunggal
84

- Mempunyai cloaca
b. Subkelas Crossopterygii (lobefins) memeliki ciri-ciri:
- Tidak mempunyai maxilla (kecuali pada beberapa ikan fodil), premaxilla ada.
- Terdapat persendian yang dapat digerakkan antara bagian depan dan bagian
belakang tengkorak
- Tidak mempunyai internal nares
- Terdapat perluasan tulang radial dan otot ke dalam dasar sirip perut, mempunyai
dua sirip punggung yang terpisah
- Tulang palatoquadrate tidak berpadu dengan cranium
- Tidak mempunyai cloaca
c. Subkelas Actinopterygii (ikan bertulang sejati tingkat tinggi) dengan ciri-ciri :
- Mempunyai maxilla dan premaxilla
- Tulang palatoquadrate tidak berpadu dengan cranium
- Tidak terjadi perluasan tulang radial dan otot ke dasar sirip (kecuali pada
Polypteriformes)
- Mempunyai satu atau dua sirip punggung
Dilihat dari tingkatan evolusinya, subkelas Actinopterygii mempunyai tiga kelompok
iklan, yaitu Chondrostei, Holostei dan Teleoustei.
Perubahan evolusi pada kelompok-kelompok tersebut disajikan pada Table 3.
sedangkan perubahan evolusi dalam kelompok teleostei dapat dilihat pada Tabel 4.
85

Table 3.: Perubahan evolusi pada ikan Actinopterygii (Modifikasi dari Colbert (1955) dan
Bailey & Cavender (1971)
Struktur Chondrostei Holostei Teleostei

- Sirip ekor Khas heteroserkal, Hiteroserkal pendek, Heteroserkal, dengan


notokorda memanjang notokordal berakhir berbagai variasinya,
sampai dengan daun pada dasar sirip jari-jari sirip menempel
sirip bagian atas. pada tulang hipural
pada akhir vertebra.

- Spirakel Ada Tidak ada Tidak ada

- Rahang atas Melekat pada tulang Melekat hanya pada Melekat hanya pada
pipi. moncong moncong, dapat
disembulkan.

- Notokorda Tidak tereduksi. Ada, dikelilingi atau Diganti dengan tulang


diganti oleh tulang vertebra
vertebra pada beberapa
jenis ikan.

- Otak Hamper licin Hampir rata Dengan lekukan-


lekukan

- Fulkra (sisik Berkembang dengan Berkembang baik Tidak ada


menyerupai duri baik (tereduksi pada “gars” atau tidak ada
yang terletak di jenis ikan yang masih “bowfin”.
depan jari-jari keras) ada).

- Pipi Tertutup oleh tulang Tertutup oleh tulang

- Sirip berpasangan Dasar sirip luas Dasar sirip sempit. Dasar sirip sempit

Sumber : Lagler et al, 1977.


86

Table 4. Beberapa perubahan evolusi ikan teleostei


Ciri-ciri Malacopterygii (ikan berjari-jari sirip Acanthopterygii (ikan berjari-jari sirip
lemah) keras)

- Jari-jari sirip - Lemah terdiri dari elemen berbuku- - Terdiri dari jari-jari keras dan jari-jari
buku, bilateral dan sering lemah
bercabang.

- Sisik - Cycloid kadang-kadang ctenoid - Ctenoid, tetapi duri-durinya sering


hilang

- Rahang atas - Masuk ke dalam celah - Terpisah dari celah

- Sirip perut - Umumnya abdominal - Thoracic staujagular

- Jari-jari lemah sirip - Biasanya lebih dari 5 tanpa jari-jari - Biasanya didahului satu jari-jari keras
perut keras

- Dasar sirip dada - Terutama dibagian ventral - Terutama lateral dan ventrikal

- Gelembung gas - Fisitonik - Fisoklistik

- Jumlah jari-jari sirip - 19, jarang yang kurang - 17, sering kurang dari 17
ekor
- Pangkreas - Biasanya berkembang menjadi - Biasanya menyatu dalam hati
organ yang terpisah membentuk hepato-pangkreas

- Tulang - Biasanya ada - Tida ad kecuali pada ordo


orbitosphenoid Beychiformes

- Mesocoranoid - Biasanya ada - Tidak ada

Sumber : Lagler et al, (1977).


87

BAB XIII
DISTRIBUSI IKAN

1. Teori Distribusi Ikan


Kehadiran ikan pertama di bumi ini diperkirakan 400 juta tahun yang lalu yaitu pada
jaman Palaeozoic dan periode Ordovician (450-360 juta hun SM). Baik ikan maupun binatang
lainnya tersebar dan terdapat hampir di seluruh pelosok dunia. Hal ini berarti bahwa, secara
teoritis, ikan demikian juga binatang lainnya berasal dari suatu “daerah tertentu” pada salah
satu tempat di belahan bumi. Dari sini ikan-ikan menyebar ke seluruh bagian bumi, baik
secara aktif maupun secara pasif.
Sehubungan dengan itu Axelrod dan Schultz (1955) telah menyususn teori tentang
distribusi ikan dan juga teori tentang kemusnahan ikan dari perairan tertentu. Menurut mereka
kemusnahan suatu spesies sebagian besar disebabkan oleh tidak mampunya beradaptasi
dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan hidupnya.

2. Distribusi Ikan
Distribusi ikan dapat dilihat dari tiga sudut, yaitu geologis, geografis dan ekologis.
2.1 Distribusi Geologis
Yang dimaksud dengan distribusi geologis ialah distribusi suatu spesies yang
berhubungan dengan waktu atau jaman periode umur bumi ketika spesies itu terdapat.
Pembagian jaman dan periode umur bumi dapat dilihat pada Tabel 5.
Kehadiran ikan yang pertama kali di atas bumi pada jaman Palaeozoic pada ordo
Devonian. Sejak Eocene sebagai besar famili modern telah muncul. Famili dan genus
terutama khas tropical: Berycidae, Carangidae, Percidae, Menidae, Scombridae,
Chaetodontidae, Acanthuridae dan lain-lain terutama Indo-Pasifik.
Oligocene dan Meocene membawa perubahan biografis penting. Dapat dikatakan
bahwa pada periode inilah ikan modern muncul, seperti yang ditemukan di masa kini.

2.2 Distribusi Geografis


Yang dimaksud dengan distribusi geografis adalah distribusi suatu spesies ikan
berdasarkan tempat ditemukannya.
Secara geografis daerah distribusi ikan di dunia dapat dibagi atas beberapa daerah.
Menurut Storer dan Usinger (1957), sekurang-kurangnya ada enam daerah distribusi binatang
yaitu: Australia, Crietal, Neotropical, Ethiopian, Neartic dan Paleartik. Berdasarkan ke enam
daerah distribusi geografis tersebut di atas, maka Indonesia termasuk ke dalam daerah
oriental.
88

Jumlah spesies ikan yang mendiami perairan Indonesia diperkirakan lebih kurang
6000 spesies. Daerah distribusi ikan-ikan tersebut adalah paparan sunda, paparan sahul dan
daerah Wallace.
Paparan sunda dulunya merupakan bagian dari benua Asia. Maka ikan-ikan yang
terdapat di pulau-pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan (yang secara georafis termasuk
paparan sunda) sangat mirip dengan ikan-ikan dari daerah perbatasan di daratan asia.

Table 5. Pembagian zaman dan periode-periode bimu (Storer dan Usnger, 1957)

Zaman Peiode Waktu (juta tahun sebelum masehi)

1 Archeozoic - 1.500 – 500

2 Protozoic - -

3 Palaeozoic Cambrian 500 – 450


Ordovician 450 – 360
Silurian 360 – 330
Devonian 330 – 290
Carboniferous 290 – 200
Permian

4 Mesozoic Triassic 200 – 170


Jurassic 170 – 130
Cretaceous 130 – 70

5 Genozoic Paleocene 70 – 55
Eocene 55 – 40
Oligocene 40 – 25
Miocene 25 – 10
Pliocene 10 – 1
Pleistocene 1-?

Menurur Schuster (1950), ikan air tawar yang terdapat di sungai dan danau Sumatera,
Jawa dan Kalimantan terdiri dari lebih kurang 500 spesies. Pada umumnya perairan di
kepulauan tersebut didiami oleh ikan karnivora dan omnivore, tetapi sedikit sekali terdapat
ikan herbivore (hanya ikan tertentu).
Daerah Wallace meliputi daerah Nusatenggara dan Sulawesi. Di daerah ini tidak
begitu banyak terdapat spesies ikan air tawar. Yang dominan terdapat adalah antara lain jenis
sidat (Anguilla spp.) jenis betook (Anabas spp. ) dan dua jenis beloso (Famili Eleostridae).
Dipaparan sahul ikannya belum banyak diketahui, karena penelitian belum begitu
banyak dilakukan. Hal ini hanya berdasarkan penelitian Hardenberg (1950), dan terbatas pada
89

daerah pantai pesisir Irian Jaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
ikan yang ada termasuk famili Gobiidae, Siluridae dan Ordo Percesoces.
Dari uraian diatas terlihat bahwa pada ketiga daerah tersebut terdapat penghuni yang
khas untuk perairan masing-masing. Akan tetapi bisa saja terjadi pemasukan ikan-ikan dari
daerah satu ke daerah lainnya. Yang mungkin disebabkan campur tangan manusia ataupun
faktor-faktor distribusi lainnya.

2.3 Distibusi Ekologis


Penyebaran suatu jenis ikan erat sekali kaitannya dengan faktor lingkungan. Secara
ekologis ikan dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara :
- Berdasarkan toleransi terhadap lingkungannya, toleransi yang sempit/terbatas (steno)
dan luas (eury). Sebagai contoh untuk :
 Temperatur : stenothermal atau eurythermal
 Salinitas : stenohaline atau euryhaline
- Berdasarkan lokasi dalam ekosistem perairan, misal ikan benthic (ikan-ikan
penghuni dasar), pelagic (ikan-ikan yang pergerakannya tergantung pada arus,
missal: larva-larva ikan).
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan ikan selain banyak dan
komplek juga saling berkaitan dalam pengaruhnya. Diantara faktor-faktor lingkungan yang
penting antara lain: suhu, cahaya, arus, oksigen terlarut dan makanan.

3. Rintangan Terhadap Distribusi Ikan


Berdasarkan sikapnya, rintangan dapat dibagi atas tiga golongan besar yaitu :
a. Rintangan fisik: misalnya tanah, iklim, suhu, kedalaman air, cahaya, dan arus laut.
b. Rintangan kimiawi: misalnya salinitas, dan sifat kimia lainnya.
c. Rintangan biologis: misalnya makanan, competitor, predator, penyakit, kepadatan
populasi dan faktor social.
Pada umumnya ketiga macam rintangan tersebut dia atas sering disebut dengan istilah
“faktor ekologis” dan biasanya sangat kompleks.

Anda mungkin juga menyukai