Jepang masih mengandalkan impor batubara dari Indonesia. Bahkan dalam beberapa
tahun belakangan volumenya mengalami peningkatan yang tajam. Selain akibat
ketidakstabilan pasokan dari China, impor batubara dari Indonesia ke Jepang lebih
menguntungkan dari sisi angkutan laut dibanding dengan batubara dari Australia.''Konsumen
batubara di Jepang telah mengalihkan impor ke Indonesia,'' ujar Eiichiro Makino, General
Manager Business Development, Energy & Mineral Resources, Sojitz Corporation saat
membawakan makalah pada Coaltrans Asia ke 15 di Bali International Convention Centre
(BICC), Nusa Dua, Bali, Selasa (2/6/2009). Menurut data yang disampaikan Eiichiro, hingga
pada tahun 2008, impor batubara Jepang dari Indonesia sekitar 30 % dari kebutuhan negeri
ini. Peningkatan secara berarti kontribusi batubara Indonesia di Jepang terjadi mulai tahun
2003 yaitu sekitar 22 %.
Sejak itu setiap tahun batubara Indonesia terus meningkat perannya untuk memenuhi
kebutuhan Jepang. Sebelumnya, dari tahun 2000 hingga 2002, peran batubara Indonesia di
Jepang stabil di sekitar 14 %.Kebutuhan Jepang akan batubara, menurut Eiichiro, masih terus
meningkat. Jika tahun 2009 kebutuhan batubara Jepang diprediksi sebesar 60 juta metrik ton,
maka tahun 2015 akan menjadi 120 juta metrik ton. Kebutuhan sebesar itu baik untuk industri
maupun pembangkit listrik. Peningkatan impor batubara sub bituminous dari Indonesia dalam
beberapa tahun belakangan dan dimasa mendatang adalah untuk memenuhi kebutuhan
pembangkit listrik di Jepang.Pemanfaatan batubara sub bituminous, menurut Eiichiro,
memiliki prospek yang baik terutama dari sisi harga yang tergolong kompetitif dalam
beberapa tahun mendatang. Hanya saja, disisi lain ada tantangan lingkungan hidup antara
penanganan abu maupun harus meminimalkan emisi gas SOx dan NOx. Kendati teknologi
pemanfaatan batubara Low Rank semakin berkembang, konsumen Jepang masih membatasi
untuk memilih batubara kualitas menengah dari Indonesia.
Bedah Pasar Ekspor ke Jepang: Produk Pertanian dan Perikanan