Anda di halaman 1dari 5

NAMA :AFRIZA FIRMANSYAH PUTRA

NO :1
KELAS :8F

KONFLIK SOSIAL DAN INTEGRASI SOSIAL

1.Konflik sosial

Bentrok dengan FPI, Markas GMBI Bogor


Dibakar

 Bentrok Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) di
Bandung, Jawa Barat, Kamis 12 Januari 2017, meluas ke Bogor. Massa FPI merusak dan
membakar kantor Sekretariat GMBI di Kampung Tegalwaru, Desa Ciampea, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor.

Informasi yang dihimpun, aksi perusakan kendaraan dan pengeroyokan terhadap anggota FPI
sebelumnya memicu aksi balasan puluhan anggota FPI Ciampea, Bogor. Beberapa saat sebelum
kejadian, petugas Kepolisian Sektor Ciampea telah melakukan pengamanan terbuka dan tertutup
di markas GMBI, karena ada informasi massa FPI akan melakukan aksi balasan.

"Petugas juga telah melakukan imbauan dan negosiasi terhadap massa yang ingin mengetahui
keberadaan markas GMBI," kata Kasubag Humas Polres Bogor AKP Ita Puspitalena, Jumat
(13/1/2017).

Namun karena jumlah massa banyak, sehingga petugas tidak bisa menghalau mereka. Mereka
merangsek masuk dan merusak hingga membakar kantor sekretariat GMBI.

Aksi berhasil diredam setelah ratusan anggota polisi dikerahkan ke lokasi kejadian. Polisi juga
mengamankan 20 orang anggota FPI yang diduga melakukan perusakan dan pembakaran markas
GMBI.
"20 orang itu masih menjalani pemeriksaan di Mapolres Bogor," ujar Ita.

Saat ini di lokasi kejadian sudah dipasang garis polisi. Lokasi itu pun jadi tontonan warga yang
ingin melihat dari dekat.

Sebelumnya, massa FPI bentrok dengan kelompok lain usai pemeriksaan Rizieq Shihab di


Markas Polda Jawa Barat, Bandung. Satu mobil milik anggota FPI rusak berat karena dilempari
batu oleh orang tak dikenal.

Anggota FPI, Mulyawan, yang naik mobil Toyota Avanza hitam dengan pelat nomor F 1441 GQ
itu mengungkapkan, sekolompok orang melempari dengan batu saat ia hendak meninggalkan
Markas Polda Jawa Barat. Bahkan, dia mengalami luka akibat dari lemparan tersebut.

"Dilempar pakai batu, dipukul pakai balok. Langsung tiba-tiba menyerang," ujar dia, Kamis 12
Januari.

Akibat serangan itu, ujar Mulyawan, ia mengalami luka. "Tangan luka, kaki juga luka," ucap dia

Penyelesaian Pemecahan.

1.Semua pihak turut menjaga keamanan dan ketertiban.

2.Dalang penyebab kericuhan dihukum.

3.Mediasi kedua pemimpin ormas (yang berkonflik) tertentu untuk menyelesaikan masalah.

4.Tidak berkembang.

Kesimpulan

Konflik Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI) di
Bandung, Jawa Barat dipicu aksi perusakan kendaraan dan pengeroyokan terhadap anggota FPI
sebelumnya dan memicu aksi balasan puluhan anggota FPI Ciampea, Bogor. Massa FPI merusak
dan membakar kantor Sekretariat GMBI. Meskipun tidak ada korban jiwa tetapi terjadi beberapa
kerusakan. Polisi melakukan mediasi antara kedua pemimpin ormas agar masalah tidak semakin
besar dan menimbulkan dampak negatif, serta pelaku penyebab kericuhan akan diproses secara
hukum sebagaimana mestinya.

2.Integrasi sosial

Ribuan warga aksi solidaritas #SurabayaPapuaBersaudara


Ribuan warga dari berbagai etnis di Indonesia menggelar aksi solidaritas
dengan tema #SurabayaPapuaBersaudara bersamaan dengan acara Car Free
Day di Taman Bungkul Jalan Raya Darmo, Kota Surabaya, Jawa Timur,
Minggu.

Salah satu warga asli Papua Daniel Mabamba mengaku, selama tinggal di
Surabaya, masyarakatnya sungguh ramah dan saling menghormati satu sama
lainnya.

"Semua bisa hidup bergandengan di sini, dan kami juga merasa senang, dan
merasa nyaman tinggal di Kota Surabaya," kata Daniel Mabamba di acara
tersebut.

Mereka yang ikut di acara tersebut disuguhi pertunjukan salah satu band yang
beberapa personelnya berasal dari Papua. Dengan iringan musik dari
Abouhwim Band, tua muda hingga anak-anak berbaur bersama untuk
berdendang dan menari.

Adapun masyarakat yang hadir di acara tersebut bukan hanya warga


Surabaya saja, melainkan juga dari berbagai etnis di Indonesia di antaranya
Papua, Sulawesi, Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bahkan dalam pertunjukkan musik itu, beberapa lagu daerah tak lupa
dinyanyikan, di antaranya, Sajojo, Aku Papua, Tanah Papua, Tanjung Perak,
Mlaku-mlaku Nang Tunjungan dan ditutup dengan lagu Maumere.
"Tadi kita menari lagu Sajojo dan teman-teman yang dari panggung juga
menyanyikan lagu-lagu Papua dan itu membuat kami senang," kata Daniel
yang asli Sorong Papua.

Kebersamaan ini terlihat semakin akrab, ketika anak-anak Papua bersama


ribuan masyarakat Surabaya bergandengan tangan menari berkeliling di
Taman Bungkul. Momen haru pun terlihat, ketika mereka saling berpelukan
usai menari dan bernyanyi bersama.

Daniel menilai keberagaman etnis masyarakat yang tinggal di Surabaya,


membuat Kota Pahlawan semakin nyaman untuk ditinggali. Apalagi, selama
ini banyak mahasiswa asal Papua juga menempuh pendidikan di Surabaya.

"Setiap mahasiswa yang dari Papua juga merasa nyaman di Surabaya dan
semua masyarakat sama tidak ada perbedaan," katanya.

Ia berharap, keberagaman masyarakat di Surabaya bisa terus terjaga. Dengan


begitu, Kota Surabaya akan terus nyaman dan aman untuk ditinggali dari
berbagai masyarakat suku etnis di Indonesia.

"Karena kita satu, kita sama, tidak ada perbedaan masyarakat satu dengan
yang lain," katanya.

Di waktu yang sama, Tri Buana Tunggal Dewi Rahma, warga asli Surabaya
mengaku, sangat antusias menikmati acara tersebut. Apalagi menurutnya,
ribuan masyarakat dari berbagai daerah bisa berbaur, bernyanyi, dan berjoget
bersama.

Kesimpulan.

Integrasi sosial terjadi Ketika unsur-unsur dalam masyarakat(ras,etnis


agama,Bahasa) saling berhubungan secara intensif di berbagai bidang
kehidupan. Masyarakat Surabaya menggelar acara solidaritas antar etnis,
adapun masyarakat yang hadir di acara tersebut bukan hanya warga Surabaya
saja, melainkan juga dari berbagai etnis di Indonesia di antaranya Papua,
Sulawesi, Bali hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Acara ini di harapkan bisa
meningkatkan rasa solidaritas, persatuan dan kesatuan antar kelompok.

Anda mungkin juga menyukai