Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................................................................................ 2

1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 2

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian sistem intergumen pada ikan ........................................................ 3

2.2 Sistem intergumen pada ikan ......................................................................... 3

 Kulit ............................................................................................. 3
 Sisik ............................................................................................. 5
 Pewarnaan .................................................................................. 10
 Organ cahaya .............................................................................. 13
 Kelenjar beracun ........................................................................ 15

BAB 3 : PENUTUP

Kesimpulan ........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 19

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan adalah hewan vertebrata air yang berdarah dingin, bernafas dengan
insang, bergerak menggunakan sirip, dan hidup di air. Ikan mendiami hampir
setiap bagian ekosistem akuatik di dunia. Habitat dimana ikan tersebut hidup,
banyak menentukan bentuk tubuh, alat-alat tubuh, cara hidup, dan cara
bergerak kepada ikan di dalamnya.
Ikan memiliki sistem intergumen, sistem ini mempelajari bagian tubuh
yang berada pada bagian terluar. Sistem intergumen terdiri dari kulit dan
derivat-derivatnya. Yang termasuk derivat kulit adalah sisik, jari-jari sirip
skut, keel, kelenjar lendir, dan kelenjar racun.
Seperti sisik mempunyai lima tipe yaitu :
1. Plakoid yaitu sisik yang berbentuk piring dimana tiap sisik memiliki
bagian yang berbentuk mangkuk kecil.
2. Sikloid yaitu sisik yang memiliki garis-garis melingkar.
3. Stenoid hampir sama dengan tipe sikloid tetapi memiliki duri-duri
kecil pada bagian posterior dari sisik.
4. Ganoid yaitu sisik yang berbentuk seperti belah ketupat serta memliki
pengait dan sambungan soket diantara sisik-sisik yang bertujuan untuk
saling menguatkan.
5. Kosmoid memiliki kemiripan dengan sisik plakoid yang kemungkinan
berasal dari fusi sisik plakoid.
1.2 Rumusan Masalah
· Bagaimanakah sistem integumen yang terdapat pada ikan ?
· Bagaimanakah jenis-jenis sisik yang menyusun tubuh luar ikan ?
· Adakah perbedaan integumen ikan berdasarkan habitatnya ?

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SISTEM INTERGUMEN PADA IKAN

Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti


"penutup". Sistem integumen bagian terluar dari ikan sebagai pembalut tubuh atau
penutup tubuh ikan. Sistem integumen pada seluruh makhluk hidup merupakan
bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan luar tempat
makhluk hidup tersebut hidup atau berada.

2.2 SISTEM INTERGUMEN PADA IKAN

A. KULIT

Kulit pada ikan selain sebagai pembalut tubuh juga berfungsi sebagai :

1. Alat pertahanan pertama terhadap penyakit.


2. Perlindungan dan penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan ikan, oleh karena itu dalam kulit terdapat alat
penerima rangsang.
3. Alat eksresi dan osmoregulasi.
4. Alat pernapasan tambahan untuk beberapa jenis ikan.

Beberapa alat lain yang terdapat dalam kulit ikan adalah kelenjar racun,
pigmen, organ penghasil cahaya dan kelenjar mocous (lendir).

Kulit terdiri dari beberapa lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut
epidermis dan lapisan dalam yang disebut dermis atau corium. Pada ikan teleostei
terdiri dari beberapa lapisan yaitu kutikula, epidermis, dermis, dan hipodermis.

Lapisan kutikula mengandung immonuglobulin dan liso-enzim yang


spesifik dan asam – asam lemak bebas yang diperkirakan mempunyai aktivitas
anti pathogen. Dikatakan pula bahwa lapisan kutikula tersebut dapat mengurangi
bahaya luka serta dapat menghambat penerobosan air oleh proses osmosis serta

3
dapat menghambat penorobosan air oleh proses osmosis serta dapat mengurangi
gesekan tubuh ikan berenang.

Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel – sel
berbentuk piala yang terdapat diseluruh permukaan tubuh. Epidermis bagian
dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk
menggantikan sel – sel sebelah luar yang lepas dan untuk persendian
pengembangan tubuh. Tebalnya lapisan epidermis dapat bervariasi bergantung
pada spesies, umur, dan tingkat kedewasaan dalam siklus reproduksi. Umumnya
lapisan epidermis lebih tebal pada spesies ikan yang tidak mempunyai sisik, dan
juga pada bagian sirip dimana banyak terdapat ujung-ujung saraf dan sel-sel
lendir.
Dermis lebih tebal dari pada epidermis dan terdiri dari sel-sel yang
susunannya lebih kompak. Lapisan ini berperan dalam pembentukan sisik pada
ikan-ikan yang bersisik. Derivat-derivat kulit juga dibentuk di dalam lapisan ini.
Pada dermis ini terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat.

Lapisan dermis terdiri dari dua lapisan, yaitu stratum spongiosum dan
stratum kompaktum. Stratum spongiosum merupakan suatu tenunan dari kalogen
dan serat-serat-serat retikulum yang berhubungan dengan membran dasar dan

4
epidermis. Lapisan ini mengandung pigmen (kromatofor), sel-sel penyusun
kantung sisik dimana sisik tertanam.

Lapisan hiodermis merupakan jaringan adipose yang mempunyai


pembuluh darah yang lebih banyak dibandingkan pada sel yang longgar. Tidak
semua spesies ikan mempunyai lapisan hipodermis ini.

B. Sisik
Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat di
dalam lapisan dermis. Pada beberapa ikan sisiknya berubah menjadi keras karena
bahan yang dikandungnya, sehingga sisik tersebut menjadi semacam rangka luar.
Ikan yang bersisik keras terutama ditemukan pada ikan-ikan yang masih primitif.
Sedangkan pada ikan modern kekerasan sisiknya sudah tereduksi menjadi sangat
fleksibel. 

Disamping ikan-ikan yang bersisik, juga banyak terdapat ikan yang sama
sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang termaksud kedalam subordo
Siluroidea (Ikan jambal Pangasius pangasius, lele Clarias batrachus, dan belut
sawah Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi, sebagaimana yang telah
dikemukakan, mereka mempunyai lendir yang lebih tebal sehingga badannya
menjadi lebih licin.

5
Sisik pada “Paddle fish” (Polyodon) di Amerika Utara hanya terdapat pada
bagian operculum dan bagian ekor. Pada ikan mas kaca (Cyprinus carpio var.)
sisiknya besarbesar dan tidak merata, kadang-kadang hanya terdapat di sepanjang
linea lateralisnya. Ikan sidat, eel (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik,
sebenarnya bersisik tetapi sisiknya kecil-kecil dan dilapisi lendir yang tebal.

Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan


dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu :
Sisik plakoid
Sisik plakoid hanya terdapat pada ikan-ikan yang bertulang rawan
(chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan
dasar yang bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar
dari epidermis. Susunannya hampir seperti gigi manusia. Pulp (bagian yang lunak)
berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid sering
disebut juga dermal denticle. 

Sisik kosmoid

Sisik kosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif. Sisik ikan
ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar ke dalam ialah
vitrodentine yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan
lapisan yang kuat dan “noncellular”, terakhir isopedine materialnya terdiri dari
substansi tulang. Pada lapisan isopedine terdapat pembuluh-pembuluh kecil. Yang
menarik perhatian dari sisik ini adalah pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian
bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup
permukaan. Ikan yang memiliki sisik tipe cosmoid ini misalnya Latimeria
chalumnae.

6
Ikan coelacanth, Latemeria chalumnae, jenis ikan purba yang masih hidup

Sisik ganoid
Sisik ganoid terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan luar dinamakan ganoine
yang meterialnya terdiri dari garam-garam organik, sedangkan dibawahnya
terdapat lapisan cosmonie, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Sisik-
sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap, dan keras.

Struktur sisik placoid dan sisik ganoid


Sisik sikloid
Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus, dan paling umum
ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki sirip-sirip yang lebih
lembut. Misalnya ikan salem dan ikan karper.
Sisik stenoid
Sisik-sisik stenoid bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada
ikan-ikan yang lebih modern yang memiliki sirip-sirip berduri. Sejalan dengan

7
pertumbuhannya, sisik-sisik sikloid dan stenoid terus bertamabah lingkaran
tahunnya. Sisik-sisik ini tersusun di tubuh ikan seperti genting, dengan arah
menutup ke belakang. Dengan demikian memungkinkan aliran air yang lebih
lancar di sekeliling tubuh dan mengurangi gesekan.
Sisik sikloid dan stenoid terdapat pada golongan ikan teleostei, dimana
masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacopterygii)
dan golongan ikan berjari-jari (Acanthopterygii). Sisik pada golongan ikan
Teleostei merupakan tulang dermal yang aselular, yang terdiri dari susunan
matriks isopedine mineral yang membungkus serabut-serabut kalogen yang tebal
yang tersusun dengan arah posterior. Sisik stenoid mempunyai spekular yang
kaku pada bagian posteriornya, sedangkan pada sisik sikloid tidak ada.

Struktur sisik cycloid dan sisik ctenoid

8
Perbedaan susunan sisik pada (a) ikan Chondrichthyes (tulang rawan) dan
(b) ikan Osteichthyes (tulang sejati)

Bagian sisik yang menempel ketubuh hanya sebagian, kira-kira


separuhnya, penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di
dalam dermis dengan susunan seperti genting. Sisik yang terlihat hanya pada
bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap dari pada bagian depannya
(anterior) karena posteriornya mengandung pigmen (kromatofor), sedang bagian
anteriornya transparan dan tidak berwarna.
Di daerah empat musim, sisik dapat digunakan untuk menentukan umur
ikan. Circulus selalu bertambah selama ikan hidup. Pada musim dingin
pertumbuhan ikan sangat lambat dan jarak antara circulus satu dengan yang
lainnya menjadi sempit sekali, kadang malah tampak seperti berhimpitan. Circulus
yang berhimpitan ini dinamakan annulus yang terjadi setahu sekali. Annulus ini

9
digunakan untuk menentukan umur ikan. Bagian yang jelas untuk menentukan
umur ikan ialah pada bagian anteriornya.

Circulus pada sisik ikan yang menggambarkan umur ikan

C. Pewarnaan
Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas seperti tenggiri (Scomberomorus
commersoni) dan lain-lain mempunyai warna tubuh yang sederhana, bertingkat
dari keputih-putihan pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian
bawah sampai kebiru-biruan atau kehijau-hijauan pada sisi atas dan kehitam-
hitaman pada bagian punggungnya. 
Ikan yang hidup didaerah dasar, bagian dasar perutnya bewarna pucat dan
bagian punggungnya bewarna gelap. Warna tubuh yang cemerlang dan cantik
biasanya dimiliki oleh ikan-ikan yang hidup di sekitar karang, misalnya ikan-ikan
yang termaksud kedalam familia Apogonidae, Chaetodontidae, Achanturidae, dan
sebagainya. 

10
Umumnya ikan laut yang hidup dilapisan atas bewarna keperak-perakan,
dibagian tengah kemerah-merahan dan dibagian bawah ungu atau hitam. Warna
ikan tersebut dikarenakan oleh schemachrome (karena konfigurasi fisik) dan
biochrome ( pigmen pembawa warna). Schemachrome putih terdapat pada rangka,
gelembung renang, sisik, dan testes, biru dan ungu pada iris mata, warna-warna
pelangi pada sisik, mata dan membrana usus. Yang termasuk biochrome adalah :

 Carotenoid : bewarna kuning, merah dan corak lainnya.


 Chromolipoid : bewarna kuning sampai coklat
 Indigoid : bewarna biru, merah dan hijau
 Melanin : kebanyakan bewarna hitam atau coklat
 Porphyrin atau pigmen empedu : bewarna merah, kuning, hijau, biru dan
coklat
 Flavin : bewarna kuning tetapi sering dengan fluorensensi kehijau-hijauan
 Purin : berwarna putih atau keperak-perakan
 Pterin : bewarna putih, merah, kuning dan jingga

Sel khusus yang memberikan warna pada ikan ada dua macam yaitu :
Iridocyte (leucophore dan guanophore), yang dinamakan juga sel cermin karena
mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan. Bahan
yang terkandung dalam sel cermin antara lain guanin kristal (warna keputih-
putihan) sebagai hasil buangan metabolisme.

Sel Chromatophore terdapat di dalam dermis. Sel ini mempunyai butir-butir


pigmen yang merupakan sumber warna sesungguhnya. Butir pigmen ini dapat
menyebar ke seluruh sel atau mengumpul pada suatu titik. Gerakan inilah yang
menyebabkan perubahan warna pada ikan. 
Jika butir-butir pigmen mengumpul pada suatu titik maka warna yang
dihasilkan secara keseluruhan nampak pucat. Sedangkan jika butir pigmen
menyebar, maka warna akan terlihat jelas tergantung pada butir pigmen tersebut.
Umumnya satu warna khas tergantung pada kombinasi chromatophore dasar yang
mengandung satu warna. Chromatophore dasar ada empat jenis yaitu erythrophore

11
(merah dan jingga), xanthophore (kuning), melanophore (hitam), dan leucophore
(putih).
Warna pada tubuh ikan mempunyai banyak fungsi. Ada yang mengelompokan
fungsi-fungsi tersebut kedalam tiga hal yaitu untuk persembunyian, penyamaran,
dan pemberitahuan. Jenis warna persembunyian meliputi pemiripan secara umum,
pemiripan warna secara berubah, pemudaran warna, pewarnaan terpecah, dan
pewarnaan terpecah koinsiden.
Pemiripan warna secara umum antara ikan dengan latar belakangnya
merupakan karakteristik dasar ikan untuk memiripi bayangan dan corak habitat
dimana mereka tinggal. Setelah apa yang dikemukakan diatas, banyak ikan yang
tinggal di sekitar karang, sangat mirip warnanya dengan karang tersebut. Ikan-
ikan yang hidup disekitar tanaman air, karena hidup didaerah yang cemerlang dan
penuh bayangan, umumnya mempunyai warna tubuh yang berbelang-belang.

Bentuk pemiripan warna pada ikan dengan substrat tempat hidup

Pemiripan warna secara berubah merupakan kemampuan ikan untuk


mengubah warna tubuhnya secara perlahan-lahan atau cepat seakan-akan untuk
dapat menyamai latar belakangnya dengan lebih sempurna. Beberapa variasi
pemiripan warna terjadi secara bersamaan dengan tahapan-tahapan kehidupannya.
Ketika hidup di sungai ikan “rainbow trout” (Salmo gairdneri) bewarna-warni,

12
termaksud noktah-noktah gelap (pada waktu muda), dan sisi tubuh yang bewarna
jingga (pada saat dewasa).

Pemudaran warna pada ikan berfungsi untuk mengurangi kejelasan ikan


tersebut dari sekelilingnya sehingga kabur. Salah satu pemudaran warna ini ialah
”counter shading” dimana ikan mempunyai warna di bagian dorsal yang lebih
gelap daripada bagian ventralnya. Keadaan yang demikian ini cenderung
membuat mereka seperti bidang datar bagaikan bayangan (prinsip Thayer).
Counter shading tidak ditemukan pada ikan yang tinggalnya di lubang-lubang.
Demikian juga yang hidup pada kedalaman lebih dari 500 meter, dimana cahaya
sedikit atau tidak ada sama sekali, tidak mempunyai counter shading. Biasanya
ikan-ikan yang hidup ditempat yang kurang mendapat sinar matahari, tubuhnya
berkisar bewarna ungu, coklat atau hitam.

Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya untuk mengaburkan padangan


pada tubuh ikan. Pewarnaan terpecah koinsiden merupakan suatu kamuflase
khusus, dengan cara membentuk suatu corak yang menyerupai suatu organ tubuh.
Sebagai contoh pada ikan kupu-kupu (Forcipiger longirostris) yang hidup di
karang-karang, juga beberapa spesies ikan lainnya, terdapat jalur hitam yang
melalui kepala dan matanya, sedangkan pada bagian badan yang lain ada tanda
yang menyerupai mata. Warna yang demikian digunakan untuk memecah bentuk
ikan atau mengaburkan bentuk asli ikan.

13
Pemiripan warna secara berubah pada ikan Salmon, Salmo gairdneri

Pada beberapa jenis ikan bentuk pewarnaannya justru cenderung sebagai


pemberitahuan. Diantara sejumlah anggota famili Percidae terdapat ikan air tawar
yang corak warnanya sangat cemerlang, pewarnaan yang demikian ini
dimungkinkan bermakna untuk pengenalan seksual.

D. Organ cahaya

Terdapat dua sumber cahaya yang dikeluarkan oleh ikan dan keduanya
terdapat pada kulit, yaitu cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup
bersimbiose dengan ikan dan cahaya yang dikeluarkan oleh ikan itu sendiri.
Ikan yang dapat mengeluarkan cahaya umumnya tinggal di bagian laut dalam
dan hanya sedikit yang hidup di perairan dangkal.
Sel pada kulit ikan yang dapat mengeluarkan cahaya tersebut sel cahaya
atau photopore (photocyte). Sel ini terdapat pada golongan ikan
Elasmobranchii (Spinax, Etomopterus, Benthobathis moresbyi) dan teleostei
(Stomiatidae, Myctophiformes, Batrachhoididar).

14
Ikan lantern, Bolinichthys dengan titik-titik photophore

Cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri yang hidup bersimbiosis dengan


ikan, misalnya terdapat pada ikan-ikan dari famili Macroridae, Gadidae,
Honcentridae, Anomalopodidae, Leiognathidae, Serranidae, dan
Saccopharyngidae. Di Laut Banda ikan leweri batu (Photoblepharon palpebatrus)
dan leweri air (Anomalops katoptron), yang keduanya termaksud kedalam famili
Anomalopodidae, mempunyai bakteri cahaya yang terletak dibawah matanya. 

Kedua ikan tersebut hidup di perairan dangkal. Anomalops mengeluarkan


cahaya yang berkedap-kedip secara teratur yang dikendalikan oleh organ cahaya
yang keluar masuk suatu kantong pigmen hitam dibawah mata. Photoblepharon
menunujukan suatu cahaya yang menyala terus, tetapi dapat pula dipadamkan oleh
suatu lipatan jaringan hitam yang menutupi organ cahayanya.

Bakteri yang dapat mengeluarkan cahaya terdapat didalam kantung


kelenjar di epidermis. Pemantulan cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur
oleh jaringan yang berfungsi sebagai lensa. Pada bagian yang berlawanan dengan
lensa banyak pigmen yang berfungsi sebagai pemantul. Ada juga kelenjar yang
berisi bakteri itu dikelilingi oleh sel-sel pigmen itu seluruhnya. Pemencaran

15
cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur oleh konstraksi pigmen yang
berfungsi sebagai iris mata.

Pada ikan Malacochepalus (yang hidup di laut dalam), pengeluaran


cahayanya mempunyai peranan dalam pemijahan. Kekuatan cahayanya dapat
menerangi sampai sejauh 10 meter dengan panjang gelombang 410 – 600 mμ.
Pada musim pemijahan, bila ikan jantan bertemu dengan ikan betina, maka si
jantan akan membimbing betinanya untuk mencari tempat yang baik untuk
berpijah. Cahaya yang dikeluarkan oleh ikan jantan dipakai sebagai isyarat untuk
diikuti oleh si betina.
Angler fish (Linophyrin bravibarbis) yang terdapat di dasar laut
mempunyai tentakel yang bercahaya. Diduga ikan ini mempunyai kultur bakteri
yang terdapat pada kulitnya. Tentakel yang ujungnya mempunyai jaringan yang
membesar itu digerakan diatas kultur bakteri tersebut, sehingga bakteri yang
bercahaya terbawa oleh
tentakel untuk menarik perhatian mangsanya. Jadi fungsi organ cahaya pada ikan
ialah sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis, untuk memikat mangsa,
menerangi lingkungan sekitarnya, mengejutkan musuh dan melarikan diri, sebagi
penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut dalam dan diduga sebagai ciri ikan
beracun.

E. Kelenjar Beracun
Kelenjar beracun merupakan derivat kulit yang merupakan modifikasi
kelenjar yang mengeluarkan lendir. Kelenjar beracun ini bukan saja
dipergunakan untuk pertahanan diri saja, tetapi juga untuk menyerang dan
mencari makan.
Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar beracun antara
lain ikan-ikan yang hidup di sekitar karang, ikan lele dan sebangsanya
(Siluridae) dan golongan Elasmobranchii (Dasyatidae, Chimaeridae,
Myliobathidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga terkenal
beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari integumennya melainkan dari
kelenjar empedu (hepar).

16
Ikan lepu ayam (Petrois volintas dan Petrois russeli), lepu angin
(Scorpaena guttata) dan lepu tembaga (Synanceja horrida) mempunyai racun
jari-jari keras, sirip punggung, sirip anal dan sirip perut.

Ikan lepu tembaga (Synanceja horrida)

17
Beberapa anggota Siluridae yang beracun misalnya adalah : sembilang
(Plotosus canius), lele (Clarias batrachus), keting (Ketengus thypus),
manyaung (Arius thalasinus).
Kelenjar beracun ikan pari (Dasyatis sp) terdapat pada duri ekornya. Duri
ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua sisi duri
tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke dalam.

Ikan pari

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Sistem Integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,


melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Organ
integumen yang terdapat pada ikan (pisces) seperti kulit, lendir, pigmen warna,
organ cahaya, kelenjar beracun. Kulit merupakan pembalut tubuh yang berfungsi
sebagai alat pertahanan pertama terhadap penyakit, alat eksresi dan osmoregulasi,
dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Struktur kulit dibagi menjadi dua, yang
pertama epidermis yaitu kulit bagian luar, dan dermis kulit bagian dalam.

18
Lendir yaitu zat (semacam glycoprotein) yang dinamakan mucin. Apabila
bersentuhan dengan air membentuk lendir yang terdapat pada ikan yang tidak
bersisik. Sisik merupakan merupakan bagian dari rangka dermis karena dibuat
dari lapisan dermis. Bentuk dan bahan yang dikandung sisik ikan dibedakan
menjadi 5 jenis yaitu kosmoid, plakoid, ganoid, sikloid, stenoid.

            Beragamnya warna dari bermacam – macam jenis ikan diakibatkan oleh


schemachrom (konfigurasi fisik), biochrome (pigmen pembawa warna), iridocyte
(sel cermin karena dapat memantulkan warna dari luar tubuh), cromatophore
(butiran – butiran pigmen merupakan sumber warna sesungguhnya). Organ
cahaya pada jasad hidup atau disebut biolumines. Cahaya yang dikeluarkan oleh
ikan terdapat dua sumber pada kulit yaitu dikeluarkan oleh bakteri yang
bersimbiosis dengan ikan seperti ikan lemeri batu dan lemeri air, dan cahaya yang
dikeluarkan sendiri oleh ikan contohnya ikan malacocephalus

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pintarbiologi.com/2016/05/sistem-integumen-pada-ikan.html

http://kagakupesca.blogspot.co.id/2015/04/sistem-integumen-pada-
ikan_28.html

19

Anda mungkin juga menyukai