Anda di halaman 1dari 18

SISTEM INTEGUMEN DAN SISTEM GERAK IKAN

Muhammad Rezki Nur1, Icha Ayunita Kahby2, Syarif Hidayat Amrullah*


Mata Kuliah Ikhtiologi, Laboratorium Zoologi, Program Studi Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
2022
x
Corresponding author: Jl. Poros Barombong Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia.
E-mail addresses: 60300120008@uin-alauddin.ac.id

Kata kunci a b s t r a k
Ikan Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beragam, dengan
Sistem integumen ikan
lebih dari 27 ribu spesies diseluruh dunia. Struktur tubuh ikan
Sistem gerak otot ikan
Sistem gerak rangka ikan umumnya terbentuk oleh rangka tubuhnya, tulang penyusunnya bisa
berupa tulang rawan ataupun tulang sejati. Insang dan ekornya
membantu mereka untuk bergerak cepat didalam air. Makalah ini
bertujuan untuk menganalisis sistem integumen dan sistem gerak ikan.
sistem integumen dan sistem gerak ikan memiliki hubungan yang erat
dengan fisiologi, biologi dan evolusi ikan. Sistem integumen
membantu ikan untuk mengatur suhu, melindungi diri dari serangan
predator, dan mengatur metabolisme. Sementara itu, sistem gerak
menyediakan struktur dan kontrol untuk memungkinkan ikan bergerak
melalui air. Kedua sistem ini berinteraksi dengan cara yang kompleks,
memungkinkan ikan untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Ini
menunjukkan bahwa sistem integumen dan gerak ikan penting untuk
memahami biologi dan evolusi ikan.

1. Pendahuluan
Pada istilah bahasa Indonesia, Pisces dikenal sebagai “ikan” yang mencakup berbagai
jenisnya, mulai dari yang tidak mempunyai rahang (termasuk superkelas: Agnatha) hingga yang
mempunyai rahang (termasuk superkelas: Gnathostomata) yang terdiri dari ikan bertulang
rawan (kelas Chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (kelas Osteichthyes). Ikan merupakan
kelompok vertebrata yang paling beragam, dengan lebih dari 27 ribu spesies di seluruh dunia.
Struktur tubuh ikan umumnya terbentuk oleh rangka tubuhnya, tulang penyusunnya bisa berupa
tulang rawan ataupun tulang sejati. Insang dan ekornya membantu mereka untuk bergerak cepat
di dalam air (Ferdyan et al., 2020).
Integumen atau kulit ikan memiliki kesamaan dan perbedaan penting dari integumen
vertebrata lain. Untuk ikan, seperti untuk vertebrata lainnya, integumen adalah selubung tubuh
yang tidak hanya memisahkan dan melindungi hewan dari lingkungannya, tetapi juga
menyediakan sarana untuk melakukan sebagian besar kontak dengan dunia luar. (Elliott,
2011b). Ikan, termasuk ikan bertulang, tulang rawan, dan tanpa rahang, adalah vertebrata air
yang bernafas melalui insang. Ikan biasanya memiliki tubuh memanjang yang diakhiri dengan
sirip ekor vertikal dan biasanya dilengkapi dengan sirip punggung dan dubur yang tidak
berpasangan dan dengan sirip dada dan perut berpasangan yang biasanya terdiri dari susunan
sirip yang fleksibel atau kaku. Lebih dari separuh vertebrata yang hidup adalah ikan dengan
sekitar 33.000 spesies yang masih ada. Setelah 500 juta tahun evolusi, ikan beradaptasi dengan
sangat baik terhadap berbagai kendala yang ditetapkan oleh lingkungan perairan tempat mereka
hidup. Dalam media cairan padat, mereka biasanya mengapung secara netral dan menggunakan
gerakan tubuh dan sirip untuk menginduksi gaya reaktif dari air untuk mendorong diri mereka
sendiri. Gaya pendorong mengatasi hambatan untuk mempertahankan kecepatan, diperlukan
untuk akselerasi, dan mengganggu air. Gerakan ikan mengkonsumsi energi dan digerakkan oleh

1
otot yang berkontraksi. Variasi gaya berenang, dalam batasan fisik dan fisiologis, sangatlah
besar (Videler, 2019).

2. Sistem Integumen Ikan


Sistem integumen merupakan sistem organ yang dapat membedakan, memisahkan,
melindungi, dan memberikan informasi tentang lingkungan sekitar. Sistem integumen adalah
salah satu sistem yang paling luas. Berdasarkan kompleksitas integrasi vertebrata pada ikan
terdapat macam-macan fungsi. Adapun fungsi sistem integumen ikan adalah perlindungan
terhadap gangguan mekanis, fisik, organis, serta penyesuaian diri terhadap faktor yang
berpengaruh pada kehidupannya, termasuk melindungi dari hewan lain yang merupakan
musuhnya. Selain itu kulit juga berfungsi sebagai alat ekskresi dan osmorregulasi, serta alat
pernapasan pada beberapa jenis ikan. Sistem integument ikan terdiri dari berbagai elemen
seperti kulit, sisik, jari-jari sirip, lendir, scute, keel, dan kelenjar racun (Rosidah, 2014).

3. Bagian-Bagian Sistem Integumen Ikan


A. Kulit
Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar yaitu jaringan epitel, jaringan
ikat, jaringan otot dan jaringan saraf. Kulit memiliki dua lapisan utama yaitu epidermis dan
dermis. Lapisan epidermis terdiri dari jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan
dermis terdiri dari jaringan ikat yang agak padat berasal dari mesoderm. Di bawah demis ada
lapisan jaringan ikat longgar, disebut hipodermis, yang di beberapa bagian terutama terdiri dari
jaringan lemak (Kalangi, 2014).
Morfologi kulit ikan sangat beradaptasi untuk menjalankan berbagai fungsinya. Seperti
pada vertebrata lainnya, integumen semua ikan terdiri dari dua lapisan: epidermis luar dan
dermis dalam atau corium. Kedua lapisan berbeda dalam asal, struktur, dan fungsi. Epidermis
pada dasarnya adalah seluler dalam struktur mendatang, terdiri dari epitel berlapis-lapis yang
berasal dari ektoderm embrionik. Untuk sebagian besar, dermis adalah struktur berserat dengan
sel yang relatif sedikit, dan berasal dari mesenkim embrionik yang berasal dari mesodermal
(Elliott, 2011).

Gambar 1. Morfologi Sistem Integumen pada kulit ikan teleost, salmon coho Oncorhynchus kisutch,
menunjukkan beberapa ciri morfologi utama dan tipe sel epidermis dan dermis. Me (melanofor); X
(xanthophore) keduanya adalah kromatofor atau sel pigmen (Elliott, 2011a).

Epidermis pada dasarnya adalah lapisan luar dalam struktur kulit, terdiri dari epitel
berlapis-lapis yang berasal dari ektoderm embrionik. Untuk sebagian besar, dermis adalah

2
struktur berserat dengan sel yang relatif sedikit, dan berasal dari mesenkim embrionik yang
berasal dari mesodermal (Elliott, 2011a).
Dermis adalah laipisan dalam struktur kulit yang dipisahkan dari epidermis oleh
membran basal aselular. Bagian dalam dermis dibatasi oleh satu lapisan sel yang disebut
endotelium dermal. Tepat di bawah endotel dermal, dan terpisah. Lapisan dermis dari otot
rangka di bawahnya adalah lapisan jaringan ikat longgar yang memiliki vaskularisasi baik yang
disebut hipodermis atau subkutis.
Epidermis lebih tipis dari dermis. Keratinisasi epidermis untuk membuat lapisan
permukaan tanduk, karakteristik vertebrata darat, jarang terjadi pada ikan. Sebaliknya,
epidermis ikan umumnya aktif secara metabolik di seluruh lapisannya. Karena epidermis
kebanyakan ikan mengandung sedikit atau tidak ada pigmen dan oleh karena itu sebagian besar
tampak transparan dengan pemeriksaan visual, ciri morfologi jaringan ini umumnya dilihat
dengan bantuan mikroskop. Dermis kulit mengandung pembuluh darah, saraf, sisik, sel pigmen,
dan jaringan adiposa (lemak), tetapi sebagian besar lapisan dermal yang khas terdiri dari
jaringan ikat fibrosa. Saat ikan dikuliti, serat kolagen dari jaringan ikat yang mengikat kulit ke
otot dan tulang dibawahnya sangat jelas terlihat. Dengan pengecualian sisik, ciri-ciri morfologis
sebagian besar gambaran dermal paling baik diamati secara mikroskopis (Elliott, 2011a).

Gambar 2. Histologi kulit ikan tanpa rahang primitif, lamprey pasifik dewasa pemijahan, Lampetra tridentata
(Long, J.H., 2011).

Gambar 3. Bagian histologis jaringan sirip dari chondrichthyan, hiu dogfish betina dewasa, Mustelus canis (Long,
J.H., 2011).

3
Gambar 4. Histologis lapisan kulit ikan trout kepala baja remaja, Oncorhynchus mykiss (Long, J.H., 2011).

Gambar 2 Bagian histologi menunjukkan morfologi kulit ikan tanpa rahang primitif,
lamprey pasifik dewasa pemijahan, Lampetra tridentata. Lapisan luar adalah epidermis tebal,
yang dipisahkan dari dermis oleh membran basal aselular. Jenis sel epidermis utama adalah sel
epitel, sel granular sekretori, dan sel uninukleat atau binukleat termodifikasi yang disebut sel
skein, yang mungkin berperan dalam mendukung jaringan epidermis. Dermis kulit lamprey
terdiri dari jaringan kolagen padat (dct) dan tidak memiliki sisik. Dermis dipisahkan dari otot
rangka di bawahnya oleh hipodermis, yang sebagian besar terdiri dari jaringan adiposa (lemak).
Kromatofor (sel pigmen) terlihat di hipodermis bagian atas (Long, J.H., 2011).
Gambar 3 Bagian histologis jaringan sirip dari chondrichthyan, hiu dogfish betina
dewasa, Mustelus canis. Sisik plakoid seperti gigi atau odontodes terlihat di bawah epidermis,
dan menunjukkan struktur karakteristik termasuk pelat basal (berlabuh di dermis), tulang
belakang atau puncak, dan rongga pulpa. Sisa-sisa epidermis (panah), mungkin rusak selama
pengambilan sampel, menunjukkan bahwa sisik ini mungkin telah tertutup seluruhnya oleh
epidermis pada ikan hidup, tetapi duri sisik plakoid dapat menonjol melalui epidermis di area
kulit lainnya. Dermis sirip yang terlihat termasuk jaringan ikat longgar (lct) dari stratum
spongiosum, termasuk kromatofor (sel pigmen), dan jaringan ikat padat (dct) dari stratum
compactum (Long, J.H., 2011).
Gambar 4 Bagian histologis lapisan kulit ikan trout kepala baja remaja, Oncorhynchus
mykiss, menunjukkan sisik yang tumpang tindih (imbricated). Epidermis tipis menutupi dan
membungkus bagian posterior (tidak tumpang tindih) dari setiap sisik. Sisik terletak di kantong
jaringan ikat longgar (lct) dari stratum spongiosum dari dermis. Jaringan ikat padat (dct) dari
stratum compactum dermis terletak di bawah sisik, dipisahkan dari otot rangka oleh hipodermis
tipis yang terdiri dari jaringan adiposa (lemak) dan lapisan atas kromatofor atau sel pigmen
(ch). Pewarnaan hematoksilin dan eosin. (Long, J.H., 2011).
B. Sirip (Pinnae)
Secara umum sirip ikan merupakan alat yang berfungsi untuk membantu pergerakan
dan kestabilan tubuh ikan. Pada beberapa jenis ikan, sirip memiliki fungsi tambahan seperti alat
peraba, penyalur sperma, dan lainnya. Terdapat lima jenis sirip pada ikan, yaitu sirip dorsal
yang terletak di atas punggung, sirip kaudal yang terletak di atas ekor, sirip anal yang terletak
dibawah dubur, sirip ventral yang terletak diatas perut, dan sirip pektoral yang terletak di
belakang kepala. Sirip ventral dan dorsal berbentuk sepasang, sementara sirip lainnya hanya
satu (Rahardjo, 2020). Sirip-sirip ini didukung oleh jari-jari tipis yang terletak di sepanjang

4
bagian luar sirip. Terdapat jari-jari sirip lemah, jari-jari sirip keras dan bahkan ada yang
berbentuk duri (Nursyahra, 2012).
Jari-jari sirip ikan Osteichthyes terdiri atas tiga jenis yaitu jari jari lemah, jari-jari lemah
mengeras, dan jari-jari keras. Jari-jari lemah memiliki ruas-ruas, sering bercabang dan mudah
dibengkokkan. Hal ini bisa ditemukan pada semua jenis ikan. Jari-jari lemah mengeras
menunjukkan antara jari-jari keras dan jari-jari lemah; ciri-ciri ini meliputi ruas-ruas yang
kadang-kadang kurang jelas, tidak bercabang, dan tidak dapat dibengkokkan. Jari-jari keras
terlihat tidak beruas, tidak bercabang, tidak dapat dibengkokkan dan runcing (Rahardjo, 2020).

Gambar 5. Jari jari sirip

Sirip ventral ikan merupakan sirip yang berperan sebagai alat yang membantu
menstabilkan posisi ikan saat bergerak di air. Sirip juga membantu untuk menempatkan ikan
pada kedalaman yang sesuai. Secara umum, sirip ini dapat digunakan untuk bergerak ke atas
dan ke bawah. Beberapa ikan yang menghuni dasar perairan menggunakan sirip ventralnya
untuk mencengkeram substrat, seperti ikan kehkel dan Glyptothorax platypogon. Pada ikan
kehkel dua sirip perutnya bersatu yang digunakan untuk melekatkan diri pada batu-batu agar ia
bisa bertahan melawan arus sungai. Sirip ikan hiu jantan jadi klasper penyalur sperma. Anggota
Elasmobranchi sirip ventral bermodifikasi menjadi myxopterygium (clasper) yang berfungsi
sebagai penyalur sperma yang membantu menjamin keberhasilan fertilisasi internal (Rahardjo,
2020).
Sirip pectoral ikan merupakan sirip yang terletak pada dua sisi ikan di belakang tutup
insang memiliki fungsi untuk membantu ikan dalam bergerak maju, ke samping dan mengerem,
serta membelok ke kiri atau kanan. Sirip ini mempunyai bentuk yang beragam, misalnya pada
ikan tuna siripnya berbentuk panjang dan meruncing, sedangkan pada ikan gurami siripnya
lebih membundar. Ikan terbang Hirundichthys oxycephalus menggunakan sirip pektoralnya
yang panjang untuk melayang di atas air. Sebaliknya pada ikan yang gerakannya lambat sirip
ini cenderung membundar, misal pada ikan gurami (Osphronemus goramy) (Rahardjo, 2020).
Sirip dorsal merupakan sirip yang berada di bagian punggung ikan, membantu mereka
untuk tetap stabil saat bergerak. Sirip ini bervariasi dalam bentuknya, termasuk sirip panjang
pada ikan gabus (Channa gachua) atau sirip kecil pada ikan belida (Chitala chitala). Biasanya,
ikan memiliki satu sirip punggung, tetapi ada juga yang memiliki dua buah. Ikan belanak,
Planiliza subviridis mempunyai dua sirip dorsal. Sirip anterior (depan) tersusun dari jari-jari
keras, sedangkan sirip posterior (belakang) berupa jari-jari lemah. Ikan gemi atau remora,
Remora remora juga mempunyai sirip dorsal berjumlah dua lembar. Ada sisi menarik untuk
dicatat. Sirip pertama di depan berubah bentuk menjadi semacam piringan yang berfungsi
sebagai alat menempel pada benda atau makhluk lain (Rahardjo, 2020).
Sirip anal merupakan sirip yang terletak tepat di belakang anus. Fungsi sirip ini adalah
membantu dalam stabilitas berenang ikan, dan mengontrol saat bergerak berputar. Pada
beberapa ikan bentuk sirip ini memanjang seperti pada bawal hitam. Sirip anal menyatu dengan

5
sirip kaudal ditemukan pada ikan belida. Pada ikan seribu (Poecilia reticulata) jantan sirip anal
berubah menjadi gonopodium yang berfungsi sebagai penyalur sperma (Rahardjo, 2020).
Sirip kaudal memainkan peran penting dalam gerakan berenang, menjadi penggerak
yang membantu ikan maju dan berguna sebagai kemudi untuk berbelok ke kiri atau kanan.
Struktur internal dan eksternal dari sirip kaudal berbeda-beda tergantung dari gaya berenang
ikan, yang biasanya bervariasi dari modifikasi vertebral. Dasar dari sirip kaudal disebut batang
ekor (caudal peduncle) yang dilengkapi dengan otot yang kuat yang berfungsi sebagai motor
pada kapal. Struktur internal dan eksternal bervariasi antarikan bergantung kepada kebiasaan
renang ikan. Secara umum variasi ini mencakup khususnya modifikasi kolom vertebral. Sirip
ekor mempunyai berbagai bentuk, yakni: bundar, berpinggiran tegak, berlekuk, bulan sabit,
garpu, baji, dan berlekuk ganda. Bentuk bundar (rounded) biasanya dipunyai oleh ikan yang
berenang lambat, misal ikan gurame, Osphronemus goramy. Sirip kaudal berpinggiran tegak
(truncate) ini digunakan untuk berbalik secara cepat, misal ikan mujair Oreochromis niloticus.
Tipe berlekuk tunggal (emarginate) terdapat pada mas Cyprinus carpio. Ikan bersirip kaudal
tipe berlekuk ganda (double emarginate) misalnya Balistes capriscus. Tipe garpu (forked)
dimiliki oleh ikan yang berenang cepat, misal ikan lemuru Sardinella lemuru. Tipe bulan sabit
(lunate) terdapat pada ikan yang secara terus menerus berenang dalam suatu perjalanan yang
panjang, misal ikan tuna. Ikan tuna menggunakan sirip kaudal untuk menata (menjaga)
kecepatan renang selama perjalanan (waktu) yang panjang. Tipe baji (pointed) terdapat pada
ikan lidah Cynoglossus bilineatus (Rahardjo, 2020).
C. Lendir
Kelenjar lendir merupakan bagian dari derivat sistem integumen. Kelenjar Mucus, yang
dihasilkan dari lapisan dermis kulit, menyusun derivatif sistem integumen. Lendirnya terdiri
dari glikoprotein yang bertujuan untuk mengurangi gesekan, melindungi dari predator, serta
untuk mengisolasi permukaan sel dari serangan bakteri. Terdapat juga protein tambahan berupa
immunoglobulin di dalamnya. Ikan umumnya memiliki lapisan mucus yang membuat tubuhnya
licin serta menghasilkan bau khas ikan. (Whitney G.G. et al., 2008).
Lendir merupakan gabungan antara glikoprotein yang diproduksi di epidermis dan air,
memiliki lapisan tipis pada sebagian besar ikan. Namun, ada juga yang berlendir dengan deras,
sehingga membuatnya sulit untuk dipegang dan menyebabkan mual. Salah satu manfaat lendir
adalah mengurangi hambatan dengan melapisi permukaan sisik yang tak rata, sehingga
memungkinkan ikan untuk menyelinap dengan mudah. Selain itu, lendir juga berfungsi sebagai
perlindungan terhadap serangan penyerbu permukaan seperti jamur, bakteri, dan ektoparasit,
serta mengandung komponen obat yang dapat menenangkan luka terbuka. Para peneliti medis
pun sedang berusaha untuk mengisolasi bahan aktif lendir dalam upaya menemukan aplikasi
untuk infeksi manusia (Thomas, 2008).
Lendir pada ikan bertugas untuk membentuk permukaan selektif dua arah yang
mempertahankan filter osmoregulasi yang dapat ditinggali, sehingga membantu menjaga
keseimbangan elektrolit esensial. Selain itu, lendir juga meningkatkan efisiensi pertukaran gas
di permukaan kulit ikan, sehingga membantu proses pernapasan di kulit (Thomas, 2008).
Beberapa ikan menggunakan racun yang terkandung dalam lendir mereka untuk
menghalangi pemangsa atau melumpuhkan mangsa. Ada spesies yang dikatakan memiliki
racun yang sangat kuat di dalam lendirnya sehingga gigitan hiu terputus di tengah proses
mengunyah. Selain itu, beberapa ikan juga menggunakan lendir sebagai bahan untuk membuat
sarang bagi anak-anak mereka, dan yang lain benar-benar mengeluarkan lendir yang kaya akan
protein sebagai makanan untuk keturunan mereka (Thomas, 2008).

6
Gambar 6. Sel penghasil lendir (Sumber: Riestort, 1952)
D. Sisik
Sisik merupakan komponen penting dari kerangka dermal, dan merupakan struktur
dermal yang umumnya paling menonjol dengan inspeksi visual, meskipun ukurannya dapat
bervariasi dari struktur mikroskopis hingga pelat tulang besar. Sisik biasanya ditutupi
sepenuhnya oleh jaringan epidermis, meskipun sebagian sisik dapat menonjol dari permukaan
epidermis pada spesies tertentu seperti hiu (Elliott, 2011a).
Ada lima jenis sisik yang melapisi tubuh ikan, yaitu sisik cycloid, sisik ctenoid, sisik
ganoid, sisik placoid, dan sisik cosmoid. Masing-masing jenis sisik memiliki bentuk dan tipe
yang berbeda, serta fungsinya yang beragam (Rosidah, 2014). Bentuk, ukuran, dan jumlah sisik
ikan dapat memberikan informasi tentang pola kehidupannya. Sisik ikan beragam, mulai dari
ganoid yang besar dan kasar, cycloid dan ctenoid yang kecil, tipis, dan ringan hingga placoid
yang lembut. Biasanya, ikan yang bertahan hidup di air yang berarus cepat memiliki sisik yang
lembut, sedangkan ikan yang hidup di air yang tenang dan tidak bergerak dengan kecepatan
tinggi memiliki sisik yang kasar. Sisik keras yang umumnya ditemukan pada golongan ikan
primitif, sedangkan pada ikan modern, sisiknya sudah menjadi lebih fleksibel. Kekerasan sisik
dipengaruhi oleh jenis bahan yang terkandung di dalam dermis dan membentuk rangka dermis
(Yulia Dkk, 2013).
tubuh ikan yang berenang bebas sering ditutupi sisik yang khas, yang memberikan
perlindungan terhadap kerusakan mekanis tanpa menambah terlalu banyak bobot. Ikan yang
perenang cepat dan yang hidup di air berarus deras cenderung memiliki banyak sisik halus. Ikan
yang hidup di air yang tenang dan tidak terus berenang dengan kecepatan tinggi sering kali
memiliki sisik yang agak kasar (misalnya, ikan mas). Ikan yang tidak memiliki sisik seringkali
merupakan penghuni dasar air yang bergerak (mis., sculpins), ikan yang sering bersembunyi di
tempat sempit seperti gua dan celah (mis., banyak ikan lele dan belut), atau ikan pelagis yang
bergerak cepat (mis. beberapa mack erel). Agnathan primitif atau ikan tanpa rahang (hagfish
dan lamprey) juga tidak bersisik. Namun, beberapa ikan yang tampak tidak bersisik sebenarnya
memiliki banyak sisik yang tertanam dalam (misalnya, sebagian besar tuna dan belut anguillid)
(Elliott, 2011a).

7
Gambar 7. Sisik ikan individu menunjukkan beberapa ciri morfologi dari tipe sisik mayor. (a) Placoid scale
(odontode) dari badan ventral hiu dogfish berduri, Squalus acanthias. (b) Sisik ganoid gar hidung
panjang (Lepisosteus osseus) ditampilkan sebagai transparansi. (c) Sisik elasmoid (tipe sikloid) ikan
teleost. (d) Sisik elasmoid (tipe ctenoid) ikan teleost (Elliott, 2011a).

Sisik plakoid merupakan ciri khas ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuknya
menyerupai mawar dengan lingkaran atau bujur sangkar dan terdiri dari lempengan basal yang
tenggelam ke dalam dermis kulit, dan tonjolan seperti duri yang terletak di epidermis. Struktur
ini adalah eksoskeleton primitif yang juga membentuk sisik osteichthyan. Bagian lunak dari
sisik ini (pulpa) mengandung pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Dentine yang
membentuk sisik plasoid juga memiliki rongga pulpa, pertumbuhan sisik plasoid mirip dengan
pertumbuhan gigi, yang diawali dengan kumpulan sel-sel dermal yang nantinya akan tumbuh
dan menjadi lebih menonjol dan membentuk papilla dermis yang mendesak epidermis yang ada
di sebelah permukaan (Juliana, 2018).
Sisik kosmoid merupakan sisik yang hanya ditemukan pada ikan fosil dan spesies punah
dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Lapisan belakang terdiri dari lapisan-lapisan,
dimulai dengan vitrodentin, diikuti oleh lapisan enamel, cosmine yang merupakan bagian
paling keras dan non seluler, dan terakhir isopedin yang terdiri dari material tulang.
Pertumbuhan sisik hanya dapat dilihat dibagian bawah, sedangkan di atas tidak ada sel yang
menutupi permukaan. Sisik jenis ini dapat ditemukan pada Latimeria chalumnae dan ikan kutub
seperti Neoceratodus (Juliana, 2018).
Sisik ganoid merupakan sisik ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus
(Chonrostei). Sisik-sisik ini memiliki banyak tingkatan, yaitu lapisan atas disebut ganoine yang
sifatnya berupa garam-garam anorganik, kemudian lapisan berikutnya adalah cosmine dan
lapisan dalam adalah isopedine. Pertumbuhan timbangan ini dari bawah dan atas. Ikan
berwarna-warni ini antara lain Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae
(Juliana, 2018).
Sisik ctenoid dan sisik cycloid merupakan sisik yang terdapat pada kelompok ikan
teleost, yang masing-masing termasuk dalam kelompok ikan berjari-jari lemah

8
(Malacoptrerygii) dan ikan berjari-jari kuat (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik sikloid
dan ctenoid adalah adanya sejumlah duri halus yang disebut ctenii dalam beberapa baris di sisi
posterior. Pertumbuhan sisik sikloid diatas dan dibawah tanpa dentin dan enamel, dan
kepipihannya lebih tipis, fleksibel, dan transparan. penempelan pada kantong kecil di dermis
yang tersusun seperti ubin dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga ikan dapat berenang
lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang warnanya lebih gelap
dari bagian depan (anterior) karena bagian belakang terdapat biji pigmen (chromatophore).
Bagian anterior (terutama tubuh) traansparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara bentuk
sikloid dan ctenoid adalah bagian belakang sisik ctenoid memiliki ctenii (gerigi kecil) (Juliana,
2018).
Jenis, jumlah, dan ukuran sisik dapat mengungkap banyak informasi tentang gaya hidup
ikan. Pada ikan bertulang, pola sisik dapat berkisar dari lapisan tebal pelindung seperti baja
hingga beberapa pelat bertulang besar di punggung, hingga lapisan padat sisik tipis dan
fleksibel, hingga beberapa tusukan lokal atau tanpa sisik sama sekali. Sisik besar yang
dimodifikasi menjadi lempengan tulang berfungsi sebagai perisai pelindung pada sejumlah ikan
yang bergerak lambat dan berorientasi pada dasar laut seperti sturgeon (Acipenseridae), banyak
ikan lele Amerika Selatan (Loricariidae, Callichthyidae, dan Doradidae), pemburu liar
(Agonidae), dan ikan pipa dan kuda laut (Syngnathidae) (Elliott, 2011a).
E. Scute (Sisik duri)
Scute merupakan tonjolan kulit yang keluar dari sisik pada ikan-ikan bertulang keras,
seperti family Carangidae. Scute sering muncul sebagai kelanjutan dari gurat sisi di bagian
mendekati ekor atau Caudal peduncle ikan. Scute berfungsi untuk melindungi ikan dari predator
dan memberikan perlindungan dari bahaya (Rosidah, 2014).

Gambar 8. Scute ikan

F. Keel (Lunas)
Keel merupakan tonjolan yang kuat pada bagian belakang caudalpeduncle atau awal
sirip ekor (pada sisi lateral). Ciri ini sangat khas untuk ikan-ikan perenang cepat dengan Caudal
peduncle yang kecil dan bentuk sirip ekor Lunate (bulan sabit) Fungsi keel ikan meliputi
bantuan dalam manuvering, stabilitas, dan peningkatan kecepatan saat berenang (Rosidah,
2014).

9
Gambar 9. Keel ikan

G. Kelenjar racun
Kelenjar racun merupakan derivate dari kulit yang merupakan modifikasi kelenjar yang
mengeluarkan lender racun. Ikan ini biasanya dari spesies yang berbeda-beda, tetapi
kebanyakan adalah toadfish, stonefish, dan sebagainya. Ikan buntal merupakan salah satu ikan
beracun dari famili Diodontidae, ordo Tetraodontiformes. Ikan buntal mengandung berbagai
metabolit yang meliputi asam amino. Ikan ini juga mengandung metabolit sekunder yang
disebut tetrodotoxin (TTX), yang sering digunakan sebagai mekanisme pertahanan diri
terhadap predator (Deskawati et al., 2014).
Kelenjar yang menghasilkan racun pada ikan tidak hanya berfungsi untuk pertahanan
diri, tetapi juga untuk menyerang dan mencari makanan. Iktiotoksisme adalah bidang studi
tentang racun pada ikan, yang mencakup iktiosarkotoksisme dan ikticakantoksisme.
Iktiosarkotoksisme mempelajari berbagai jenis keracunan yang disebabkan oleh makan ikan
yang beracun. Sementara itu, ikticakantoksisme mempelajari tentang racun yang berasal dari
sengatan ikan berbisa. Iktiotoksisme mencakup semua aspek gejala keracunan yang disebabkan
oleh racun, tidak hanya racun yang berasal dari kulit tetapi juga dari organ lainnya. Racun yang
dihasilkan disebut iktiotoksin. Beberapa spesies ikan lepu (Scorpaenidae) memiliki alat beracun
pada jari-jari keras di sirip dorsal, sirip anal, dan strip ventral. Terdapat tiga spesies ikan lepu
yang memiliki racun adalah lepa ayam (Pterois volitans), lepu angin (Scorpaena gattata), dan
lepu tembaga (Synanceia horrida). Lepu tembaga memiliki jari-jari keras beracun yang lebih
pendek dan lebih kokan dibandingkan dengan lepa ayam dan lepu angin. Selain itu, racun yang
dihasilkan oleh lepu tembaga paling mematikan dan bahkan dapat mematikan mangsa
(Rahardjo, 2011).

Gambar 10. Diagram perbandingan tiga tipe jari-jari sirip dorsal ikan lepu

H. Warna tubuh
Tubuh ikan mempunyai warna yang bermacam-macam. Diantara hewan vertebrata,
hanya burung yang mampu mengimbangi dalam hal keanekaan dan keindahan warna tubuh.

10
Berbeda dengan hewan lain, pada tubuh ikan warna dan polanya dapat berubah. Keberadaan
pola warna ikan dapat berlangsung secara permanen atau temporer; yang terakhir dapat
dibedakan menjadi musiman dan sesaat (Kodric-Brown, 1998).
Secara umum warna ikan jantan lebih cemerlang daripada ikan betina. Pewarnaan ini
bertujuan untuk menarik perhatian betina, dan dapat pula digunakan untuk mengancam jantan
lainnya. Warna yang muncul secara temporer dikembangkan oleh jantan berkaitan dengan
musim pemijahan. Warna sesaat sering berkaitan dengan kondisi tertekan (stres). Perubahan
warna yang berlangsung dalam waktu singkat dan sering cepat berkaitan dengan pergerakan
pigmen dalam sel warna disebut perubahan warna fisiologis. Warna pada ikan terutama
dihasilkan oleh pigmen kulit. Warna dasar atau latar belakang disebabkan oleh jaringan dan
cairan tubuh di bawahnya. Warna-warna cerah hadir di sisik tubuh, mata, dan lapisan perut
beberapa ikan. Warna pantulan seperti pelangi pada jenis ikan tertentu disebabkan oleh
pigmentasi kulit yang terpecahpecah melalui punggung sisik transparan atau tembus cahaya
yang tidak beraturan. Pada uraian terdahulu telah disebutkan bahwa warna berfungsi untuk
menyembunyikan diri, maka pada beberapa jenis ikan bentuk pewamaannya justru cenderung
sebagai pemberitahuan. Di antara sejumlah anggota Percidae terdapat ikan air tawar yang corak
wamanya sangat cemerlang. Pewarnaan jenis yang ini mungkin lebih bermakna sebagai
pengenalan seksual (Rahardjo,2020).
I. Organ cahaya
Organ cahaya di istilah sebagai"bioluminesens" merujuk pada cahaya yang dihasilkan
oleh organisme hidup, secara umum berwarna biru atau biru kehijauan. Pada beberapa jenis
ikan, keberadaan organ cahaya sangat penting untuk kelangsungan hidup mereka. Ikan yang
mampu mengeluarkan cahaya cenderung hidup di perairan laut dalam dan jarang ditemukan di
perairan dangkal. Habitat mereka biasanya terletak di kedalaman antara 500 hingga 1000 meter.
Beberapa ikan yang bercahaya ini juga bergerak ke permukaan untuk mencari makanan. Cahaya
yang dihasilkan oleh ikan tersebut berasal dari dua sumber yang terletak di kulit ikan, yaitu
fotofora (fotosit) dan cahaya yang dihasilkan oleh organ lain pada ikan (Syam & Satria, 2017).
Bahan kimia yang berperan dalam produksi cahaya disebut jusilerin dan lusiferase.
Kedua bahan tersebut bereaksi oksidasi untuk menghasilkan cahaya. Oleh karena itu oksigen
mutlak diperlukan walaupun jumlahnya kecil. Ikan dapat menghasilkan cahaya sebagai respons
terhadap rangsangan mekanik, listrik, atau kimiawi, dan pengendalian terhadap produksi
cahaya diatur oleh sistem saraf secara langsung atau melalui sistem neuromuskular dan otot.
Ikan leweri batu (Photoblepharon palpebratus) dan leweri air (Anomalops katoptron),
keduanya termasuk keluarga Anomalopidae, memiliki bakteri cahaya di bawah mata mereka.
Kedua ikan ini hidup di perairan dangkal. Anomalops mengeluarkan cahaya yang berkedip
secara teratur, yang dikontrol oleh organ cahaya yang keluar masuk ke dalam kantung pigmen
hitam di bawah mata mereka. Photoblepharon, di sisi lain, menghasilkan cahaya yang terus
menyala, tetapi dapat diredam oleh lipatan jaringan hitam yang menutupi organ cahaya mereka.
(Syam & Satria, 2017).

Gambar 11. Organ cahaya pada ikan Photoblepharon palpebratus

11
4. Sistem Gerak Ikan
Sistem gerak ikan merupakan mekanisme yang digunakan ikan untuk bergerak melalui
air. Sistem gerak ikan melibatkan kombinasi gerakan otot dan rangka dengan gerakan ekor.
Banyak ikan berenang menggunakan gerakan menyamping pada ekor, renang bergelombang.
Gelombang kemajuan kelengkungan sepanjang sumbu dari kepala ke ekor oleh gelombang
progresif aktivitas otot yang mendorong kontraksi berurutan dari blok otot myotomal. Daerah
kontraksi otot aktif di satu sisi tubuh menyebabkan pemendekan lokal, sedangkan otot di sisi
berlawanan meregang saat tidak aktif (Long, J.H., 2011).
Beberapa ikan berenang menggunakan sirip berpasangan mereka terutama di bagian
bawah kecepatan, tetapi sirip berpasangan juga memiliki banyak fungsi lain termasuk manuver,
stabilitas, tampilan, perlindungan, dan reproduksi. Sekitar 20% ikan hidup mengandalkan
berenang sirip dada sebagai mode penggerak utama mereka dan semua ikan menggunakan sirip
ini untuk kemampuan manuver dan stabilitas. Manuver mendasari sebagian besar perilaku ikan
dan dilakukan oleh semua tubuh dan permukaan ikan yang mengarahkan atau menggerakkan
perubahan rotasi pada postur atau lintasan renang. Kelincahan lebih besar untuk manuver yang
ditenagai oleh tubuh dan ekor. Sisi lain dari koin ini adalah bahwa dalam air yang bergolak atau
saat berenang dengan kecepatan tinggi, penting bagi ikan untuk menjaga stabilitas. Tubuh serta
sirip median dan berpasangan bertindak sebagai pemangkas atau permukaan kontrol daya untuk
meminimalkan dan memperbaiki perpindahan akibat turbulensi di dalam air (Long, J.H., 2011).

5. Bagian-Bagian Sistem Gerak Ikan


A. Otot
Otot pada ikan merupakan urat daging yang membentuk daging ikan. Otot ikan terdiri
dari tiga jenis otot berdasarkan struktur dan fungsinya, yaitu otot polos, otot h, dan otot jantung.
Otot dibagi menjadi dua jenis berdasarkan responsnya terhadap rangsangan, otot yang
mengontrol sinyal dari sistem saraf pusat dan yang tidak. Berdasarkan perlekatannya dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yaitu otot yang berada pada rangka yaitu otot bergaris dan
yang tidak melekat pada rangka yaitu otot jantung dan otot polos (Rosidah, 2014).

Gambar 11. Susunan otot ikan

Sistem otot pada ikan tersebar hampir diseluruh tubuh sehingga setiap system otot
tersebut mempunyai peranan atau fungsi tersendiri sesuai dengan tempat dimana dia terdapat.
Namun dengan demikian, secara umum sistem otot mempunyai fungsi untuk menggerakkan
bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan, sehingga secara keseluruhan menyebabkan ikan mampu

12
bergerak atau berenang. salah satu susunan otot yang membuat kontraksi yaitu epaxial dan
hypaxial yang menyebabkan tubuh menekuk (Long, J.H., 2011).
Otot tengkorak ikan adalah aktuator dari mekanisme makan dan pernapasan mereka,
dan dengan demikian sangat menarik mengenai sejarah evolusi vertebrata dan diversifikasi
fungsional. Otototot yang terlibat dalam makan dan pernapasan pada ikan bertulang rawan
dapat dikategorikan secara luas sebagai epibranchial, branchiomeric, atau hypobranchial. Otot-
otot epibranchial membentuk perpanjangan kranial dari otot-otot epaxial, dan dengan demikian
mempertahankan struktur myomer khas dari batang. Otot-otot epibranchial berasal dari massa
otot epaxial, berinsersio pada kapsul otic chondrocranium, dan meninggikan cranium selama
penangkapan mangsa (Long, J.H., 2011). Dibandingkan dengan vertebrata lainnya, ikan
mempunyai susunan otot yang relatif jauh lebih sederhana. Otot pada tubuh ikan dapat
dibedakan atas tiga macam, yaitu: otot halus, otot rangka dan otot jantung

Gambar 12. Serabut otot ikan

Serat otot polos lebih sederhana dan lebih kecil dari serat otot lainnya. Stimulasi otak
tidak dipengaruhi rangsangan otak. Serabut otot polos biasanya tersusun dalam berkas-berkas,
tetapi banyak yang tersebar. Kontraksi otot polos berjalan lambat dan bisa bertahan lama. Otot
polos ditemukan antara lain pada: Dinding saluran pencernaan, yang digunakan untuk
menggerakkan makanan (peristaltik). Penyebaran darah, bekerja untuk menangani tekanan
darah tinggi. Mata, fungsi yang mengatur akomodasi dan pergerakan mata. Saluran keluaran
dan produksi, bekerja untuk memindahkan produk ke dalamnya (Muafiah, 2019).
Otot rangka juga disebut otot bergaris karena seratnya memiliki garis melintang dengan
banyak inti di bagian luar. Otot-otot ini disebut kerangka karena melekat pada tulang. Aktivitas
otot rangka dipengaruhi oleh stimulasi otak. Kontraksi otot rangka berlangsung cepat, tidak
berlangsung lama. Ada empat bagian utama otot rangka di punggung, yaitu: Otot ocolomotor,
sekarang di mata dan berjumlah tiga pasang. Saraf hipobranchial, terletak di faring, rahang, dan
saraf cabang. Otot branchiomeric, terdapat pada muka, rahang, dan bukaan insang. Otot
appendicular, yang terletak di sirip (Muafiah, 2019).
Otot jantung merupakan otot yang terletak di dalam jantung. Otot jantung memiliki
garis-garis melintang pada serabutnya. Garis melintang pada serabut terletak pada jarak tertentu
disebut cakram interkalar. Aktivitas kardiovaskular tidak memengaruhi stimulasi otak.
Kontraksi otot jantung kuat dan bekerja terus-menerus hingga individu ikan mati (Muafiah,
2019).

13
Gambar 13. Otot ikan

Di sebagian besar teleost, ada dua bagian utama otot yaitu muskularis superfisial, yang
terdiri dari serabut otot merah dan muskularis lateralis profundus, yang terdiri dari serabut
putih. Sel darah merah adalah sel darah merah karena tingginya konsentrasi hemoglobin.
Kepadatan kapiler pada otot ini cukup tinggi untuk memastikan otot merah menerima cukup
oksigen untuk metabolisme lemak dan mempertahankan kinerja secara terus-menerus. Oleh
karena itu, ikan yang terus aktif memiliki sebagian besar segmen ototnya berwarna merah. Sel
darah putih lebih besar dari sel darah merah. Otot putih merupakan otot yang memiliki lebih
sedikit darah. Jaringan otot putih bergantung pada oksigen, dan sel otot putih biasanya
mengubah glikogen menjadi laktat melalui jalur anaerob. Otot putih berguna untuk kontraksi
singkat dan mengontrol massa otot ikan perenang lambat (Muafiah, 2019).
B. Rangka
Rangka merupakan struktur yang mendukung tegaknya tubuh. Kombinasi tulang dan
otot memberikan bentuk tubuh. Tulang penyusun rangka mengandung kalsium, fosfor,
magnesium dan garam lainnya. Pada ikan, tulang keras berasal dari tulang rawan. Rangka
memiliki fungsi seperti: melindungi organ tubuh yang rentan seperti jantung, hati, saluran
pencernaan, dll. penunjang tubuh, sebagai alat penggerak pasif. Sistem kerangka meliputi:
tulang punggung, jaringan ikat, tulang baik, tulang rawan, sisik, gigi, sirip dan sel-sel
pendukung sistem saraf (Pandit, 2011).
Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau menyokong
organ tubuh. Rangka pada tubuh ikan juga berkontribusi memberikan bentuk tubuh yang
beraneka ragam. Sistem rangka ikan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
Chondrichthyes yang hanya memiliki tulang rawan dan Osteichthyes yang memiliki tulang
sejati dan tulang rawan. Rangka ikan dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama adalah pusat
aksial, yaitu sumbu yang memberikan bentuk utama punggung. Rangka kedua adalah tulang
visceral, yang terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang. Lapisan ketiga adalah kerangka
apendikular, yaitu tulang yang menopang sirip dan pelekatnya (Rahardjo, 2010).

14
Gambar 14. Rangka ikan

Berdasarkan jenis tulangnya, rangka dibedakan menjadi 2 yaitu: Tulang sejati, tulang
dari kelompok ikan Osteichthyes. Tulang rawan, tulang dari kelompok ikan Elasmobranchii,
juga tulang dari ikan Teleost muda. Sedangkan berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dibagi
3 yaitu;
1. Rangka aksial: terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, tulang rusuk
2. Rabgka visceral: terdiri dari tulang lengkung insang dan turunannya
3. Rangka apendikular: rangka anggota badan seperti jari-jari sirip dan pelekat- pelekat lainnya
(Yusuf, 2021).
Rangka aksial merupakan struktur yang memberikan bentuk tulang belakang. Sistem ini
terdiri dari tengkorak, tulang belakang dan tulang rusuk (Rahardjo et al 2010). Awalnya,
pembentukan tengkorak ikan embrio berasal dari tiga sumber, yaitu chondrocranium,
dermocranium, dan splanchoranium. Chondrocranium adalah bagian yang melindungi otak
yang mula-mula terdiri dari tulang rawan dan kemudian menjadi tulang sejati. Tulang punggung
pada daerah badan berbeda dengan yang terdapat pada daerah ekor. Tiap-tiap ruas di daerah
badan dilengkapi oleh sepasang tulang rusuk kiri dan kanan untuk melindungi organ-organ di
dalam rongga badan. Pada batang ekor tiap-tiap ruasnya di bagian bawah hanya terdapat satu
cucuk haemal. Di bagian atas ruas tulang punggung terdapat cucuk neural (Pandit, 2011).
Kerangka visceral merupakan struktur tulang yang mendukung insang dan mengelilingi
faring. Struktur ini memiliki tujuh tulang lengkung insang. Dua lengkung insang yang pertama
menjadi bagian dari tulang-tulang tengkorak. Sedangkan lima lainnya berfungsi sebagai
penyokong insang. Pada hiu, lengkung insang terdiri atas banyak potongan tulang rawan yang
bergabung bersama untuk membentuk jaringan basal. Segmen dorsal (faringobrankial) diikuti
oleh epibranchial, ceratobranchial, dan hypobranchial dengan basibranchial memanjang ke arah
ventral (Pandit, 2011).

Gambar 15. Diagram tengkorak Elasmobranchi (Sumber: Bond, 1979)

15
Rangka apendikular merupakan rangka yang terdiri dari semua tulang sirip dan
pelekatnya. Ikan memiliki lima jenis sirip, yaitu sirip pectoral (dada), sirip ventral (perut), sirip
dorsal (punggung), sirip anal (dubur) dan sirip kaudal (ekor). Sirip dorsal pada ikan hiu
dikosongkan oleh keeping tulang rawan yang dinamakan rawan basal yang terletak pada bagian
bawah puncak neural dan radial. Sirip dada disokong oleh tulang gelang bahu (pectoral girdle)
yang kuat dan dinamakan coracoscapula. Tulang-tulang penyokong sirip dorsal dan sirip anal
terdiri atas tiga potong tulang, yaitu:
1. Pangkal tulang yang terletak dalam bagian terdalam (median skeletogeneous septum) diapit
oleh duri hemal atau uri neural dinamakan pterigiofor proksimal (aksonos). Tulang
penyokong sirip dorsal ini dinamakan inter neural Karen oleh duri neural, dan pada sirip
anal tulaing penyokong ini disebut interhemal karena diapit oleh duri hemal.
2. Tulang bagian tengah disebut pterigiofor tengah.
3. Pterigiofor distal (baseos) yang bersendi dengan jari-jari sirip (Yusuf, 2021).

Gambar 16. Tulang punggung sirip dorsal ikan hiu

Ikan seperti organisme lainnya, membutuhkan pergerakan untuk mempertahankan


eksistensi hidupnya. Hasil kerja antara sistem urat daging dan sistem rangka (bentuk tubuh,
fleksibilitas, kekuatan gaya dorong) sangat mempengaruhi pergerakan ikan (Raja Dkk, 2021).
Menurut (Nessa, 1985) berdasarkan bentuk pergerakan dari badan ikan sehubungan dengan
gerak ikan dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu: Anguilliform (bentuk sidat), yaitu ikan
yang berenang merayap seperti sidat berenang. Ostracoform (bentuk ikan buntal (trunk fish)
yaitu ikan yang renang dengan ekor seperti dayung dikarenakan kibasan ekornya yang cukup
besar. Carangiform (bentuk dongkrak), yaitu ikan yang berenang dengan kendali maju kedepan
dikarenakan ayunan dari batang ekornya.
Bentuk gerakan ikan dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya, yang merupakan hasil dari
interaksi antara rangka, massa, urat daging, dan adaptasi dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya selama evolusi. Salah satu contoh adalah peran hypural dan epural pada sirip ekor
serta otot caudalis interfilaments yang bekerja bersama-sama untuk mendorong ikan bergerak
maju. Adapun profil morfologi ossa vertebralis, yang merupakan rangka axial vertebralis pada
ikan, juga sangat memengaruhi kecepatan dan gaya renang ikan. Sebagai contoh, ikan yang
hidup di perairan dengan arus deras umumnya memiliki jumlah ossa vertebralis yang lebih
banyak, dan ossa costae yang lebih pendek dan tidak melengkung sempurna dibandingkan
dengan ikan yang hidup di perairan yang relatif tenang. Sirip merupakan salah satu bagian
penting dari rangka ikan yang memengaruhi gerakannya dan umumnya, ikan memiliki dua sirip
berpasangan dan tiga sirip tunggal (Nessa, 1985)
Sebanyak 20% dari pergerakan dan dorongan ikan bergantung pada sirip. Ikan
menggunakan sirip dada untuk meningkatkan dorongan ke depan dan menjaga keseimbangan
pada kecepatan tinggi. Sirip perut ikan juga berperan dalam mempertahankan kestabilan pada
kecepatan rendah. Selain itu, sirip punggung dan sirip anal ikan berfungsi untuk menjaga

16
stabilitas tubuh dan meningkatkan gaya dorong yang dihasilkan dari gerakan otot pada pangkal
sirip punggung dan anal (Akmal et al., 2018).

6. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa sistem integumen dan sistem gerak ikan
memiliki hubungan yang erat dengan fisiologi, biologi dan evolusi ikan. Sistem integumen
membantu ikan untuk mengatur suhu, melindungi diri dari serangan predator, dan mengatur
metabolisme. Sementara itu, sistem gerak menyediakan stuktur dan kontrol untuk
memungkinkan ikan bergerak melalui air. Kedua sistem ini berinteraksi dengan cara yang
kompleks, memungkinkan ikan untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Ini menunjukkan
bahwa sistem integumen dan gerak ikan penting untuk memahami biologi dan evolusi ikan.

Daftar Pustaka
1. Akmal, Y., Saifuddin, F., & Zulfahmi, I. (2018). Karakteristik Morfometrik Dan Studi
Osteologi Ikan Keureling. Prosiding Seminar Nasional Biotik , 1, 579–587.
2. Bob Thomas. (2008) Fish Slime | Loyola University Center for Environmental
Communication
3. Deskawati, E., Purwaningsih, S., & Purwantiningsih. (2014). Karakterisasi Dan Uji
Toksisitas Ikan Buntal Dari Perairan Pameungpeuk, Jawa Barat. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, 6(1), 101–107.
4. Koniyo, Y., & Juliana. (2018). Aspek Biologi & Ekologis Ikan Bawal dan Ikan Lele. In
Ideas Publishing (Vol. 12, Issue 1).
5. Elliott, D. G. (2011a). The skin | Functional Morphology of the Integumentary System in
Fishes. In Encyclopedia of Fish Physiology (Vol. 1). Elsevier Inc.
6. Elliott, D. G. (2011b). The skin | The Many Functions of Fish Integument. In
Encyclopedia of Fish Physiology (Vol. 1). Elsevier Inc.
7. Ferdyan, R., Razak, A., Sumarmin, R., & Zulyusri, Z. (2020). Analisis Relevansi Materi
Superkelas Pisces dalam Aspek Penerapan Ilmu Taksonomi Hewan di Sekolah. Biodik,
8. Kalangi, S. J. R. (2014). Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (Jbm), 5(3), 12–20.
9. Long, J.H., J. (2011). Biomimetics: Robotics Based on Fish Swimming. In Encyclopedia
of Fish Physiology: From Genome to Environment (Issue September 2016).
10. Muafiah, A. F. (2019). Sistem Otot Pada Ikan. Universitas Brawijaya Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan Ilmu Kelautan
11. Nessa, M. N. (1985). Mekanisme dan daya renang ikan. Jurnal Osena, X(1), 31–38.
12. Nursyahra, N. (2012). Jenis-Jenis Ikan Yang Tertangkap Di Batang Air Dingin Kelurahan
Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal Pelangi, 4(2), 100–108.
13. Pandit, I. (2011). Ichthyology. Denpasar: Warmadewa University press.
14. Rahardjo, M. F. (2020). Serba-Serbi Ikan Aneka Ragam Bentuk Sirip Ikan [Various fin
of fish]. Warta Iktiologi, 4(2), 1–9.
15. Rahardjo MF, Sjafei DS, Affandi R, Sulistiono. 2011. Iktiologi. Bandung (ID): CV Lubuk
Agung.
16. Rahardjo,M. F. (2020). Bagaimana Membedakan Jantan dan Betina Ikan?. Warta
Iktiologi, 4(3), 1-10.
17. Rosidah, Z. I. (2014). Penuntun praktikum ikhtiologi otot daging.
18. Syam, A. R., & Satria, H. (2017). Adaptasi Fisiologis Retinamata Dan Tingkah Laku Ikan
Terhadap Cahaya. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 2(5), 215.
19. Yusuf, S. (2021) Makalah Sistem Gerak Ikan, 1-19.
20. Videler, J. J. (2019). Fish locomotion. In Encyclopedia of Ocean Sciences (3rd ed., Issue

17
January 2018). Elsevier Ltd.
21. Whitney G.G., F. D. R., Yüksel Bozkurt, A. E., & Whitney G.G., F. D. R. (2008). Potensi
Mucus Ikan Nike (Awaous Melanocephalus) Sebagai Antibakteri. Ph.D. Thesis, Central-
South University of Technology, China, 76(3), 61–64.

18

Anda mungkin juga menyukai