Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Sistem Integumen Ikan

(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah Iktiologi yang diampu oleh Dr. Hartono D
Mamu M.Pd )

Oleh :

I Gede Ngurah Saputra (431418072)

Kelas A

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
1. Sistem Integumen Ikan
Sistem integumen adalah kulit dan derivat integumen. Kulit terdiri atas dua lapisan
yaitu epidermis dan dermis, sedangkan derivat integumen berasal dari lapisan kulit yang
sebenarnya dan berhubungan langsung dengan habitat ikan sehingga dapat beradaptasi
dengan lingkungannya dengan baik (Arratia, 2004).
2. Fungsi integumen pada ikan
Menurut Radit (2011), sistem Integumen merupakan bagian terluar dari ikan sebagai
sistem pembalut tubuh. Salah satu yang biasa kita kenal adalah sisik.Sisik merupakan
derivat dari lapisan dermis.Lapisan epidermis adalah lapisan terluar dari ikan.Sementara
lapisan paling dalam adalah dermis.Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang
dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuh
ikan. Lendir berfungsi untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ikan dapat berenang
lebih cepat,sebagai penutup luka,dan pencegah infeksi. Ada yang memanfaatkan lendir
untuk menghindari diri dari kekeringan contohnya pada ikan African lungfish.
Istilah integumen mencakup keseluruhan kulit ikan dan derivat serta modifikasinya
yang begitu banyak. Kulit merupakan lapisan pembalut tubuh yang langsung bersentuhan
dengan media air sehingga apa yang ada dan terjadi dalam air, apakah itu berupa
perubahan suhu, salinitas ataupun parameter fisiki-kimiawi lainnya, kulitlah yang pertama
terkena dan selanjutnya akan merambat pada organ-organ lain. Oleh karena itu, kulit
sebagai bagian yang terluar yang berfingsi melindungi bagian tubuh yang lain dan sebagai
alat dalam penyesuaian diri terhadap faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
ikan. Hal ini terlihat dari peran kulit sebagai alat ekskresi dan osmoregulasi. Pada
beberapa jenis ikan kulit dapat berfungsi sebagai alat pernapasan tambahan. Beberpa alat
lain pada kulit yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyerang ataupun untuk
mempertahankan diri ialah kelenjar racun, sumber pewarnaan, sumber cahaya, dan
kelenjar lendir yang membuat tubuh ikan licin dan memberikan bau khas (M.F
Raharjo.2011).
3. Perbedaan lapisan dermis dan epidermis pada integumen ikan
Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam yang
disebut dermis atau corium (Arratia, 2001).
Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel
yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis merupakan bagian
tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah
evolusi yang kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga
lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis tidak dilengkapi
dengan pembuluh-pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh secara difusi, karena itu
kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk menjadi mati dan lepas sangat besar sekali.
Epidermis bagian dalam terdapat lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan
malphigi). Lapisan ini sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel
bagian luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.
Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh
sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis
merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan lingkungan dan sistem
somatis, mempunyai sejarah evolusi yang kompleks. Integumen sekalian hewan
merupakan lapisan protektif yang menjaga lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di
dalamnya secara bebas. Epidermis tidak dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah,
keperluan metabolisme diperoleh secara difusi, karena itu kecenderungan dari sel-sel
yang paling di luar untuk menjadi mati dan lepas sangat besar sekali. Epidermis bagian
dalam terdapat lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan
ini sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar
yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.

Gambar 1. Lapisan dermis dan epidermis pada ikan


4. Fungsi lapisan dermis dan lapisan epidermis pada integumen ikan
Lapisan epidermis pada ikan berfungsi sebagai pelindung paling luar tubuh ikan dari
dunia luar (suhu, tekanan,dan faktor lingkungan lainnya), selaiin itu pada epidermis ikan
terdapat stratum germinativum yang mempunyai fungsi dalam regenerasi sel. Sedangkan
untuk lapisan dermis didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat
yang memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih kompak dari
epidermis. Jaringan epidermis berfungsi sebagai pembentuk derivat-derivat dari kulit
salah satu diantaranya adalah sisik (Walker and liem,1994).
5. Deskripsi perbedaan berbagai bentuk dan ukuran sisik pada ikan
1) Sisik Placoid
Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian
dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan
epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang
mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada
osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang
lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari
dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehingga sering disebut dermal
denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid
menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-
sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila
dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu
merupakan derivate dari sisik (Omar,2011).

Gambar 2. Bentuk sisik placoid pada ikan hiu


2) Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah
dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan,
yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel,
kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir
isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya
pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang
menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae
(Bin sharifudin, 2011).
Gambar 3. Tipe sisik cosmoid
3) Sisik Ganoid
Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan
Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan
terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian
lapisan berikutnya adalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah
antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae (Omar,2011).

Gambar 4. Tipe sisik ganoid


4) Sisik cycloid dan ctenoid
Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada
golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari
keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya
meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian
posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak
mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih
tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah
kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi
gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah
bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan
(anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen
(chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak
berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian
posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik
awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.(Bin
syamsudin,2011)

Gambar 5. Tipe sisik cycloid

Gambar 6. Tipe sisik Ctenoid


6. Mekanisme terbentuknya lendir pada integumen ikan
Lendir dihasilkan oleh mucin yang bersentuhan dengan air. Mucin terletak didalam epidermis,
kelenjar tersebut akan menentukan ketebalan lendir yang menutupi kulit. Lendir berguna untuk
mengurangi gesekan dengan air agar dapat berenang lebih cepat, mencegah keluar masuknya air
melalui kulit, mencegah infeksi dan menutup luka dan mencegah tubuh agar tidak mengalami
kekeringan (Goujet, 1984).
Mucin adalah senyawa glikoprotein yang sebagian besar berupa albumin. Apabila
bersentuhan dengan air mucin akan berubah menjadi lendir. Kegiatan sel kelenjar ini
memnetukan ketebalan lendir yang menutupi kulit. Secara umum ikan yang tidak bersisik
mempunyai lendir yang lebih tebal daripada ikan yang bersisik. Hal ini merupakan suatu
kondisi kompensasi ketiadaan sisik. Pada beberapa Jenis ikan ketebalan lendir yang
meyelimuti tubuhnya tidak selalu sama dari waktu-ke waktu. Pada keadaan yang genting
seperti bila ikan sedang melepaska diri dari bahaya, sel kelenjar akan lebih giat lagi
mengeluarkan lendir sehingga lapisan lendir menjadi lebih tebal daripada dalam keadaan
normal sehingga tumbuh menjadi licin. Demikian juga dalam keadaan ikan berada pada
lingkungan yang tidak ada air, kulit akan mengeluarkan lendir lebih banyak untuk lebih
membasahi tubuh agar dapat mencegah kekeringan (M.F Raharjo,2011).
7. Fungsi secara fisiologis lendir dalam kehisupan ikan
Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air agar ikan dapat berenang lebih
cepat, mencegah infeksi, dan menutup luka, lendir juga berperan dalam proses
osmoregulasi sebagai lapisan semipermeabel yang menghambat masuk keluarnya air
melalui kulit. Beberapa jenis ikan menggunakan lendie utnuk membuat sarang dalam
rangka melindungi telur yang telah dibuahi dari gangguan luar. Selain itu pada beberapa
ikan lendir dimanfaatkan untuk menghindarkan diri dari kekeringan. Ikan paru-paru
(Protopterus estivation) pada musim kemarau. Ketika air sungai mengering ikan ini
membuat lubang vertikal dengan mulutnya sedalam sekitar 25 cm pada dasar sungai yang
berlumpur. Apabila dasar sungai menjadi kering selama musim kemarau, ikan akan
melingkari tubuhnya didalam lubang yang dibuatnya dengan kepala menghadap keatas
dan mengeluarkan lendir untuk mengisi ruang sekitar tubuhnya. Lendir yang mengering
membentuk suatu kepompong yang rapat, dan ikan tisur didalamnya (M.F Raharjo,2011).
8. Deskripsi pewarnaan pada ikan dan faktor- factor yang dapat mempengaruhinya
Sel khusus yang memberikn warna pada ikan ada dua macam yaitu Iridocyte
(leucophore dan guanophore) dan Chromatophora. Iridocyte dinamakan juga sel
cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna di luar tubuh ikan.
Sel chromathiphora terdapat dalam dermis. Selini mempunyai butir-butir pigmen yang
merupakan sumber warna sesungguhnya. Butir pigmen ini dapat menyebar keseluruh sel
atau mengumpul pada suatu titik. Gerakan inilah yang menyebabkan perubahan warna
pada ikan. Chromatophora dasar ada 4 jenis yaitu erythrophore (merah dan jingga),
xanthopore (kuning), melanophore (hitam) dan leucophore (putih). Warna pada ikan
sangat dipengaruhi oleh schemachrome (konfigurasi fisik) dan biochrome (pigmen
pembawa warna). Schemachrome warna putih ditemukan pada rangka, gelembung
renang, sisik dan testes; biru dan ungu pada iris mata; warna pelangi pada sisik, mata
dan membrane anus. Sedangkan tergolong ke dalam biochrome adalah:
1. Carotenoid (kuning, merah dan corak lainnya);
2. chromolipoid (kuning sampai coklat);
3. indigoid (biru, merah dan hijau);
4. melanin (hitam dan coklat);
5. flavin (fluoresensi kehijauhijauan);
6. purin (putih atau keperak-perakan);
7. pterin (putih, kuning, merah dan jingga).
Ikan-ikan yang hidup di perairan bebas seperti tenggiri (Scomberomorus
commersoni) mempunyai warna tubuh yang sederhana, bertingkat dari keputih-putihan
pada bagian perut, keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah sampai warna kebiru-
biruan atau kehijauhijauan pada sisi atas dan kehitam-hitaman pada bagian punggungnya.
Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian dasar perutnya berwarna pucat dan bagian
punggungya berwarna gelap. Misalnya pada kelompok ikan pari dan ikan sebelah.
Ikan-ikan yang hidupnya di sekitar karang memiliki warna yang cerah dan
cemerlang misalnya ikan-ikan family Chaetodontidae, Achanturidae, Apogonidae dan
sebagainya.
Pemiripan warna secara umum antara ikan dan latar belakangnya baik secara perlahan
maupun cepat merupakan karakteristik dasar ikan untuk menyamai lingkungan atau
habitat mereka berada. Ikan laut memiliki warna tubuh yang bertingkat, di bagian
dorsal berwarna biru, bagian sisi keperak-perakan, dan putih di bagian perut.
Perubahan warna sering terjadi berhubungan dengan kondisi lingkungan seperti siang
dan malam, musim dan keadaan habitat. Perubahan warna tersebut diatur oleh intraksi
saraf dan hormon. Pewarnaan terpecah merupakan suatu upaya ikan untuk
mengaburkan pandangan terhadap tubuh ikan. Bila tubuh permukaan ikan
mempunyai garis-garis warna atau corak kontras yang tidak teratur, maka garis-garis
tersebut akan cenderung mengaburkan pandangan hewan lain. Pada ikan kupu-kupu
(Forcipinger longirostris) yang hidup di daerah karang mampu memceahkan warna
tubuhnya menjadi bentuk organ tubuh, warna demikian dipergunakan untuk memecah
bentuk atau mengaburkan bentuk asli ikan. Selain fungsinya sebagai penyamaran dan
penyembunyian, pada beberapa ikan bentuk pewarnaannya justru cenderung sebagai
pemberitahuan. Sejumlah anggota family Percidae yang terdapat di air tawar dan
sejumlah famili yang ditemukan di laut memiliki corak warna yang terang dan
cemerlang sebagai pengenalan seksual.
Faktor-faktor yang mempengaruhi warna pada ikan itu adalah faktor genetik, faktor
lingkungan atau kualitas air, cahaya, dan nutrisi pakan.

9. Hubungan pewarnaan pada tubuh ikan dengan lingkungan habitatnya.


Beberapa kondisi dapat menyebabkan perubahan sel-sel warna pada ikan sehingga akan
menghasilkan berbagai tampilan warna berbeda untuk sementara waktu. Diantaranya
yaitu:
 Ikan akan berwarna pucat apabila terjadi peningkatan kadar bahan pencemar dalam
air, seperti ammonia, nitrit, dan nitrat.
 Warna hitam akan terbentuk jika nilai kesadahan dan pH lebih tinggi. Sedangkan
warna merah akan terbentuk jika nilai kesadahan dan pH lebih rendah.
 Pemberian garam akan menyebabkan kualitas warna ikan akan menurun
 Temperatur pada akuarium yang lebih tinggi menyebabkan ikan cenderung berwarna
lebih pucat.
10. Deskripsi organ cahaya pada ikan dan fungsinya.
Cahaya yang dihasilkan ikan memiliki fungsi sebagai tanda pengenal individu
yang sejenis, untuk mengikat mangsa, menerangi lingkungan, dan penciri ikan beracun.
Umumnya ikan-ikan yang memiliki organ cahaya hidupnya pada daerah laut dalam
(antara 300 – 1000 m ) dengan warna biru atau biru kehijau-hijauan yang biasa
dikenal dengan bioluminescens . Namun telah ditemukan pula ikan laut yang hidup
di perairan dangkal memiliki organ cahaya seperti, ikan leweri batu (Photoblepharon
palpebratus) dan ikan leweri air (Anomalops katopron). Cahaya yang dikeluarkan
berkedapkedip secara teratur yang dikendalikan oleh organ cahaya yang keluar masuk
suatu kantong pigmen hitam di bawah mata. Terdapat dua kelompok ikan berdasarkan
sumber cahaya yang dikeluarkannya yaitu, kelompok ikan yang cahaya dikeluarkan
oleh sel pada kulit ikan itu sendiri (photophore=potocyt) misalnya pada golongan
elasmobranchii (Etmopterus, Benthobatis dan Spinax) dan pada golongan ikan teleostei
(Batrachoididae dan Stomiatidae). Kelompok kedua adalah ikan yang mengeluarkan
cahaya dari bakteri yang bersimbiose dengannya, misalnya pada ikan-ikan family
Monocentridae, Gadidae, Leognathidae, Serranidae dan Macroridae. Bakteri yang
dapat mengeluarkan cahaya terdapat di dalam kantung kelenjar epidermis. Pemantulan
cahaya yang dikeluarkan bakteri tersebut diatur oleh jaringan yang berfungsi sebagai
lensa. Pada bagian yang berlawanan dengan lensa terdapat banyak pigmen yang
berfungsi sebagai pemantul. Pemancaran cahaya yang dikeluarkan oleh bakteri diatur
oleh kontraksi pigmen yang berfungsi sebagai iris mata. Pada ikan-ikan yang hidup di
laut dalam, pengeluaran cahayanya mempunyai peranan dalam pemijahan. Pada
musim pemijahan, ikan jantan berusaha membimbing betina untuk mencari tempat
yang baik untuk memijah. Cahaya yang dikeluarkan memiliki kekuatan panjang
gelombang 400-600 mµ yang dapat menerangi sejauh 10 meter. Anglerfishes
(Linophyrin brevibarbis) yang terdapat di laut dalam mempunyai tentakel yang
bercahaya. Diduga pada tentakelnya mempunyai kultur bakteri yang terdapat pada
kulitnya. Tentakel yang ujungnya mempunyai jaringan jaringan yang membesar itu
digosokkan di atas kultur bakteri tersebut, sehingga bakteri yang bercahaya terbawa
oleh tentakel untuk menarik perhatian mangsanya.
Adapun fungsi organ cahaya pada ikan adalah:
1. Sebagai tanda pengenal individu ikan sejenis
2. Untuk memikat mangsa
3. Menerangi lingkungan sekitar
4. Mengejutkan musuh dan melarikan diri
5. Penyesuaian terhadap ketiadaan sinar di laut yang merupakan sebagai ciri-ciri ikan
beracun
11. Deskripsi kelenjar beracun pada integumen ikan dan fungsinya.
Kelenjar beracun pada ikan merupakan derivate dari kulit yang merupakan
modifikasi kelenjar yang mengeluarkan lendir. Ikan-ikan yang kelenjar integumennya
mengandung racun umumnya dipergunakan ikan untuk mempertahankan diri,
menyerang dan mencari makanan.
Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar racun antara lain ikan-ikan
yang hidup di sekitar karang. Kelenjar racun umumnya dikeluarkan melalui jari-jari keras
sirip punggung (dorsal fin) dan dada (fectoral fin).
Pada ikan lepu (Synanceia verrucosa dan Pterois volitans) memiliki alat beracun pada
daerah jari jari keras sirip punggung, sirip dubur dan sirip perut. Umumnya ikan lepu
ini tinggal di dasar perairan yang dangkal berpasir atau berkarang dan pada daerah
terdapat vegetasi lamun. Gerakannya lamban dengan warna permukaan tubuh yang
mirip dengan dasar perairan menyebabkan ikan ini sulit untuk dilihat. Beberapa
jenis dari ikan memiliki racun yang dapat mematikan manusia, misalnya jenis
Synanceia horrida. Pada ikan pari (Dasyatis) kelenjar racunnya terdapat pada duri di
ekornya. Duri ini tersusun dari bahan yang disebut vasodentine. Sepanjang kedua
sisi duri tersebut terdapat gerigi yang bengkok ke belakang. Duri tersebut ditandai oleh
adanya sejumlah alur dangkal yang sepanjang tepi alur terdiri celah berupa jaringan
kelabu “spongi”, lembut meluas sepanjang celah panjang yang berfungsi sebagai jaringan
tempat dihasilkannya racun. Ikan baronang (Siganus) memiliki kelenjar beracun yang
terdapat pada 13 jari-jari keras sirip punggung, 4 jari-jari keras sirip perut dan 7 jari-jari
keras sirip dubur.
Ikan-ikan yang sistem integumennya mengandung kelenjar beracun antara lain
ikan lele dan sebangsanya (Siluroidea) dan golongan Elasmobranchii (Chimaeridae,
Myliobathidae dan Dasyatidae). Beberapa jenis ikan buntal (Tetraodontidae) juga
dikenal beracun, tetapi racunnya bukan berasal dari sistem integumennya, melainkan
dari kelenjar empedu. Studi tentang racun ikan dikenal dengan ichthyotoxisme. Ilmu
ini mempelajari tentang racun yang dikeluarkan oleh ikan serta gejala keracunan
dengan aspek- aspeknya. Ichthyotoxisme meliputi Ichthyosarcotoxisme yang
mempelajari berbagai macam keracunan akibat makan ikan beracun dan
Ichthyoacanthotoxisme yang mempelajari sengatan ikan berbisa
Daftar Pustaka

Bin, Sharifuddin. 2011. Ikhtiologi. Universitas Hassanudin: Makassar


Djadja Subardjo Sjafei, dkk. 1989.Iktiologi. Fakultas Perikanan. Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan. IPB Bogor.

Omar, Sharfrudin Andy. 2011. Ikhtiologi. Makasar: Universitas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Hasannudin.

Piska, RaviShankar. 1997. Practical Manual Of Fish Biology And Ecologi (Fisheries).
Hyderabad: University College of Science, Osmania University

Anda mungkin juga menyukai