Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

“PISCES”

NAMA : ANINDITA FAHALANDRIA


NIM : 08041282126059
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN : AHMAD HARIS

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Untuk mencapai keefektifan tersebut diperlukan
proses pembelajaran yang tepat dengan metode pembelajaran yang tepat. Karena
proses pembelajaran yang tepat dapat membuahkan hasil yang memuaskan.
Biologi merupakan ilmu tentang keadaan dan sifat makhluk hidup (manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan).Pengertian tersebut menunjukan bahwa Biologi
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam semesta dan isinya.
Makhluk hidup multiselular memiliki organisasi kehidupan yang dimulai dari
tingkat yang sederhana sampai ke tingkat yang sangat kompleks. Tingkat
sederhana yang dimaksud adalah sel. Sel adalah unit fungsional terkecil yang
menyusun tubuh makhluk hidup. Sel terdiri dari dinding sel,sitoplasma,dan inti
(Nukleus dilapisi oleh nukleoplasma dan berisi material genetic. Seluruh bagian
yang hidup dari sel disebut protoplasma (Asmaningsih, Endang., Soemantri,
Bambang, dan Fidya.,2016).
Hewan merupakan mahluk hidup yang mampu beradaptasi di berbagai
lingkungan. Hewan dapat hidup di laut, air tawar, kutub, dan padang pasir
(gurun).Hewan yang ada hanya memakan hewan lainnya, ada yang memakan
tumbuhan dan ada juga hewan yang memakan keduanya. Selain itu hewan
berkembang biak dengan 3 cara yaitu ovipar (bertelur), viviar (melahirkan),
dan ovovivipar (Tresnawati,Dewi dan Ridwan Arif Rahman.,2016).
Bagi organisme uniseluler yang hanya memiliki sebuah sel, maka sebuah sel
itulah yang mengendalikan seluruh aktivitas hidupnya. Tingkat selanjutnya
setelah sel adalah jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang sejenis. Tubuh
manusia terdiri dari beberapa sistem, tiap sistem terdiri dari beberapa organ dan
setiap organ terdiri dari 4 jaringan dasar yaitu jaringan epitel, jaringan
ikat,jaringan otot, dan jaringan saraf (Asmaningsih, Endang., Soemantri,
Bambang, dan Fidya.,2016).

Universitas Sriwijaya
Mata kuliah Struktur Hewan ini merupakan salah satu mata kuliah wajib di
Jurusan Biologi. Mata kuliah ini membahas mengenai antomi makro dan mikro
Strukur organ dari hewan vertebrata. Hewan Vertebrata merupakan subfilum dari
Chordata, mencakup semua hewan yang memiliki tulang belakang dan hewan
vertebrata memiliki jenis-jenis jaringan, sel-sel penyusun jaringan ikat, jaringan
otot, jaringan saraf. Jenis hewan yang memiliki tulang belakang pada tubuhnya.
Selain itu, hewan vertebrata juga memiliki tengkorak untuk melindungi otak
mereka (Singa, Sitty Ramliaty et all.,2021).
Dalam bidang sains, salah satunya biologi melakukan penelitian ilmiah
melalui kegiatan praktikum di laboratorium. Penelitian ilmiah biologi dilakukan
melalui dua cara utama yaitu melalui praktikum di laboratorium dan praktikum di
luar laboratorium seperti kuliah lapangan (field trip). Kuliah lapangan (field trip)
merupakan cara mengajar dengan mengajak mahasiswa ke alam atau objek
tertentu di luar ruangan belajar untuk menyelidiki sesuatu hal yang berkaitan
dengan materi perkuliahan (Syafriyeti et al.,2019)
Jaringan adalah kumpulan dari sel-sel sejenis atau berlainan jenis termasuk
matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Meskipun
sangat komplek tubuh hewan hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan yaitu jaringan :
epitel, penyambung/pengikat, otot dan saraf. Dalam tubuh jaringan ini tidak
terdapat dalam satuan-satuan yang tersendiri tetapi saling bersambungan satu
dengan yang lain dalam perbandingan yang berbeda-beda menyusun suatu organ
dan sistem tubuh. Jaringan penyambung ditandai banyaknya bahan intersel yang
dihasilkan oleh sel-selnya; jaringan otot terdiri dari sel-sel panjang yang
mempunyai fungsi khusus yaitu kontraksi dan jaringan saraf terdiri dari sel-sel.
Di dalam setiap sel, keteraturan kehidupan diatur pada tingkat molekuler. Pada
organisme multiseluler seperti tumbuhan dan hewan, terjadi kerja sama berbagai
jenis sel yang terspesialisasikan dan bergabung membentuk tingkatan struktural
kehidupan yang lebih tinggi, yaitu jaringan, organ, dan sistem organ. Sel-sel itu
membentuk jaringan yang menyusun tubuh. Jaringan adalah tingkat hirarki
organisasi kehidupan di antara sel dan organ. Sebagai organisme bersel banyak
(multiseluler), tubuh hewan disusun oleh banyak sel yang memiliki bentuk dan

Universitas Sriwijaya
fungsi yang berbeda. Sel-sel yang berkelompok dan memiliki bentuk dan fungsi
yang sama dalam tubuh hewan disebut sebagai jaringan hewan (Adrianto,2018).
Mata kuliah Struktur Hewan ini menggunakan metode pembelajaran melalui
praktikum yang dilaksanakan sebanyak 1 sks per minggu. Mata Kuliah ini
mempelajari tentang struktur,fungsi,ciri jaringan penyusun hewan yang berupa
Jaringan epitel,jaringan otot,jaringan kulit,jaringan saraf, jaringan ikat,system
respirasi dan juga system reproduksi pada hewan. Adapula mempelajari beberapa
kelas dari hewan vertebrata diantaranya pisces, Amphibi, Reptil, Aves,dan juga
Teori evolusi beranggapan bahwa Chordata pertama, seperti Pikaia, berevolusi
menjadi ikan. akan tetapi, sama halnya dengan yang dianggap sebagai evolusi
Chordata, teori evolusi ikan juga kekurangan bukti fisol yang mendukungnya.
Sebaliknya, semua kelas yang berbeda dari ikan muncul dalam rekaman fosil
secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang sempurna. Terdapat jutaan fosil
invertebrata dan jutaan fosil ikan, namun tidak satu fosil pun yang merupakan
peralihan antara mereka (Tresnawati,Dewi dan Ridwan Arif Rahman.,2016).
Praktikum Struktur Hewan kali ini ialah mengenai Jaringan kulit yang
menyusun tubuh pada hewan. Jaringan kulit ini merupakan jaringan yang melapisi
permukaan organ. Melalui kegiatan pengamatan dalam Praktikum Struktur Hewan
kali ini, diharapkan agar Mahasiswa dapat memperluas pemahamannya terhadap
struktur tubuh pada hewan.
Kata tulang belakang (vertebrata) digunakan untuk membedakan ikan
dengan kelompok binatang invertebrata lainnya, seperti udang atau siput yang
sama-sama hidup di air. Kata sirip digunakan untuk membedakan ikan dari
binatang tidak bersirip, seperti katak atau buaya yang sebagian besar hidupnya di
air. Kata kunci bernafas dengan insang ialah juga kata kunci yang sangat khas
membedakan kelompok ini dengan binatang lainnya (Adrianto,2018).
Ikan merupakan suatu kelompok terbesar hewan vertebrata yang berhasil
mengembangkan diri secara besar-besaran. Dengan taksiran 25.000 hingga 35.000
jenis ikan pada jaman sekarang maka ikan mempunyai jumlah spesies terbanyak
diantara hewan vertebrata lainnya yaitu : dua kali lipat dari jumlah spesies burung,
melebihi tiga kali lipat dari reptil bersama amfibi, dan tidak kurang dari tujuh kali
lipat dari mamalia (Ferdyan et all. 2020).

Universitas Sriwijaya
Zaman Devon ditandai dengan periode-periode ketika banyak danau dan
sungai menjadi kering atau menjadi jauh lebih kecil dan lebih hangat. Perubahan
ingkungan ini menyebabkan tekanan seleksi yang hebat pada ikan air tawar
Zaman Devon. Perkembangan berikutnya dari Ostracodermi berkembang menjadi
30.000 spesies ikan yang memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, habitat serta
distribusi jenis berdasarkan perbedaan ruang dan waktu sehingga membutuhkan
pengetahuan tentang pengelompokkan atau pengklasifikasian ikan. pada
kehidupan di bumi, ikan telah mulai berperan sebagai suatu kelompok menjelang
akhir Zaman Prekambrium, setidak-tidaknya telah berusia 450 juta tahun.
Kulit yang sebenarnya yaitu lapisan penutup yang umumnya terdiri dari
dua lapisan utama, letaknya sebelah luar dari jaringan ikat kendur yang meliputi
otot dan struktur permukaan lain. Sedangkan derivate integumen yaitu struktur
tertentu yang secara embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit
sebenarnya. Struktur ini dapat berupa struktur yang lunak, seperti kelenjar
ekskresi, tetapi dapat juga berupa struktur keras dari kulit ini, dinamakan
eksoskelet (Adrianto,2018).
Ilmu tentang ikan dan segala aspek kehidupannya berawal dari tulisan-
tulisan Aristoteles (384-322 SM) yang membuat observasi yang
memungkinkannya membedakan ikan dari ikan paus dan mengenali sekitar 115
spesies ikan. kajian mengenai fauna ikan di Indonesia pertama kali dilakukan oleh
Pieter Bleeker (1819-1878), seorang dokter medis berkebangsaan Belanda yang
bekerja untuk tentara Hindia Belanda antara tahun 1842 hingga 1860.
Kontribusinya antara lain adalah menghasilkan lebih dari 400 tulisan
mengenai ikan di Indonesia dan mendeskripsikannya lebih dari 1.100 ikan jenis
baru serta menerbitkan Atlas Ichthyologique des Indes Orientales Neerlandaises
(sebanyak 36 volume antara tahun 1862 hingga 1878). Lebih dari 12.000
spesimen ikan yang dikoleksi oleh Bleeker disimpan pada museum Natural
History di Leiden, Belanda (Ferdyan et all. 2020).

1.2 Tujuan praktikum


Praktikum Struktur Hewan kali ini bertujuan untuk mengenal serta
mempeajari beberapa system tubuh dari beberapa anggota kelas pisces.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pisces
Pisces dalam istilah bahasa Indonesia dikenal sebagai “ikan” yang
meliputi semua jenis ikan, baik yang tidak mempunyai rahang (termasuk ke dalam
superkelas: Agnatha) maupun ikan yang mempunyai rahang (termasuk ke dalam
superkelas: Gnathostomata) yang terdiri dari ikan bertulang rawan (kelas
chondrichthyes) dan ikan bertulang sejati (kelas Osteichthyes). Ikan merupakan
kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam, dengan jumlah spesies lebih
dari 27.000 spesies di seluruh dunia. Struktur tubuh ikan sebagian besar dibentuk
oleh rangkanya, tulang penyusun tubuhnya ada tulang rawan, dan adapula tulang
sejati. Insang dan ekor yang mereka miliki membantu mereka bergerak dengan
cepat didalam air (Ferdyan et all. 2020).
Ikan merupakan suatu kelompok terbesar hewan vertebrata yang berhasil
mengembangkan diri secara besar-besaran. Dengan taksiran 25.000 hingga 35.000
jenis ikan pada jaman sekarang maka ikan mempunyai jumlah spesies terbanyak
diantara hewan vertebrata lainnya yaitu : dua kali lipat dari jumlah spesies burung,
melebihi tiga kali lipat dari reptil bersama amfibi, dan tidak kurang dari tujuh kali
lipat dari mamalia. Ikan dibagi menjadi kelompok ikan tanpa rahang atau kelas
Agnatha yang terbagi dengan dua ordo yaitu Lamprey (38 spesies) dan Hagfish
(76 spesies), ikan bertulang rawan atau Chondrichthyes (memiliki 500 spesies hiu
dan 600 spesies pari) dan ikan bertulang keras atau Osteichthyes (30.000 spesies).
2.2 Jenis dari Kelas Pisces
Ikan (Pisces) termasuk golongan hewan bertulang belakang tertua dan
pertama yang pernah muncul di bumi. Ikan tertua tersebut ditemukan dalam
bentuk fosil dari ordovisium yang diperkirakan hidup 5.000 juta tahun yang lalu.
Contohnya, ikan purba Ostracodermi yang dicirikan dengan tidak memiliki rahang.
Satu-satunya ikan yang tidak memiliki rahang (agnatha) yang sekarang masih
hidup adalah Lamprey dan ikan Hag (hagfish).
Pada bagian dorsal sebelah posterior dan ekor terdapat sirip. Sebelah
ventral pada kepala terdapat bentuk cangkir yang disebut corong mulut, bertepi
dengan papil yang lunak dan didalamnya terdapat gigi dan zat tanduk yang

Universitas Sriwijaya
meruncing. Sepasang mata besar terdapat sebelah lateral yang diliputi lapisan
kulit yang transparan. Di belakangnya terdapat celah-celah insang yang bulat.

Agnatha tidak mempunyai rahang. Mulut berbentuk lingkaran, gigi dari


zat tanduk, dan mempunyai lidah. Kulit tidak bersisik, rangka dari tulang rawan
dan jantung beruang dua. Hidup di laut dan bernapas dengan insang. Lamprey
adalah parasit pada ikan besar, dapat memakan daging inangnya hingga tinggal
kulitnya saja. Pencernaan makanan berupa pipa lurus, mempunyai anus, tanpa
kloaka (Djuanda.,2014).
Agnatha berasal dari bahasa Yunani yaitu an yang berarti tidak
dan gnathus yang berarti rahang. Jadi, anggota agnatha merupakan ikan primitif
yang tidak punya rahang. Ciri ciri ikan yang termasuk dalam klasifikasi agatha
adalah bentuknya yang mirip seperti belut yaitu silindris memanjang dengan
mulut pengisap bundar, tanpa sisik, tidak memiliki sirip berpasangan, dan tubuh
yang lunak serta berlendir. Pada ikan kelas agnatha, yaitu ikan primitif yang tidak
berahang memiliki bentuk tubuh bulat panjang atau silendris, bagian ekornya
pipih (Ferdyan et all. 2020).
Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan yang masuk kelas
Osctheichthyes,tubuhnya berskeleton tulang keras, terbungkus oleh kulit yang
bersisik, berbentuk seperti torpedo, berenang dengan sirip, bernapas dengan
insang. Diantara semua kelas verterata, ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes)
adalah yang paling banyak jumlahnya, berukuran antara 1 cm dan lebih dari 6 cm,
ikan bertulang keras sangat melimpah di laut dan di hampir setiap habitat air
tawar (Marliani.,2015).
Pada ikan bertulang rawan kelas Chondrichthyes memiliki bentuk tubuh
yang bermacam-macam, ada yang berbentuk torpedo, ada juga yang berbentuk
pipih bulat. Salah satu contoh yang terkenal adalah ikan Hiu (Squalus acanthias).
Berbentuk torpedo mempunyai dua pinna dorsalis, yang masing-masing sebelah
posteriornya mempunyai duri, pada ventral terdapat sepasang pinna pektoralis.
Pada pinna pelvicus terdapat satu tambahan yang berbentuk silendris yang disebut
clasper yang berguna ketika perkawinan (Djuanda.,2014).
Pinna caudalis bertipe heterocercal. Mulut melintang terletak sebelah
anterior ventralis pada kepala. Disebelah atas mulut terdapa mata, sedang

Universitas Sriwijaya
disebelah muka mata terdapat nostril (lubang hidung). Antara mulut dan pinna
pectoralis terdapat 6 buah celah insang, satu celah insang paling muka mengalami
modifikasi baik letak maupun fungsi yang disebut Spiracle. Seluruh permukaan
tubuh pada ikan hiu terbungkus oleh kulit yang bersisik placoid (Marliani.,2015).
Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan adalah ikan berahang,
mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik, jantung beruang
dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati. Mereka dibagi
menjadi dua subkelas Elasmobranchii (hiu, pari dan skate) and Holocephali
(kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas
tersendiri). Rangkanya bertulang rawan yang hidup di air-air payau. Notokorda,
yang ada pada yang muda, lambat laun digantikan oleh tulang rawan.
Chondrichthyes juga tidak punya rusuk sehingga apabila mereka mentas, berat
tubuh dari spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama
sebelum mereka lentur (Ferdyan et all. 2020).
Karena tidak memiliki sumsum tulang, sel darah merah diproduksi
di limpa dan jaringan khusus di kelaminnya. mereka juga menghasilkan organ
yang disebut organ leydig (penghasil sel darah merah) yang hanya ditemukan
pada ikan bertulang rawan, meski beberapa tidak memilikinya. Organ unik lain
adalah organ epigonal yang mungkin berperan dalam sistem kekebalan. Subkelas
Holocephali, grup yang sangat terspesialisasi, tidak mempunyai kedua organ
ini.Chondrichthyes terdiri dari fosil hidup seperti hiu.
Pada ikan kelas Osteichthyes yaitu ikan bertulang sejati memiiki tulang
yang keras, terbungkus oleh kulit bersisik, berbentuk seperti torpedo, berenang
dengan sirip, dan bernafas dengan insang. Kelompok ikan ini hadir sejak periode
Devonian sampai sekarang. Terdapat pada air laut, payau, dan air tawar. Jumlah
species yang termasuk kelas Osteichthyes diperkirakan 26.000 species.
Bentuk tubuh ikan kelas Osteichthyes bermacam-macam, tetapi sebagian
besar berbentuk gelendong pipih yang memudahkan mereka bergerak. Kepala
terbentang mulai dari ujung moncong mulut sampai pada akhir tutup insang
(operculum). Badan membentang dari akhir operculum sampai anus dan sisanya
adalah ekor. Mulut terdapat di ujung muka moncong yang dilengkapi dengan
rahang yang bergigi sempurna. Sebelah dorsal moncong terdapat sepasang lubang

Universitas Sriwijaya
hidung sebelah luar (fovea nasalis) sedang sebelah dalamnya terdapat sacci
olfactorius (Djuanda.,2014).
Semua jenis ikan yang termasuk dalam kelas Osteichthyes memiliki
sebagian tulang keras, mulut dan lubang hidungnya ventral, celah-celah
pharyngeal tertutup (tidak terlihat dari luar) dan jantungnya hanya memiliki satu
ventrikel. Jantung beruang dua, darah berwarna pucat, mengandung eritrosit yang
berinti dan leukosit. Ikan ini juga mempunyai sistem limfa dan sistem porta
renalis. Mempunyai hati yang berkantong empedu. Lambung dipisahkan dari usus
oleh sebuah katup, mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas.
Terdapat gelembung renang. Mempunyai gurat sisi, indra mata, telinga dalam
dengan tiga saluran semisirkulerdan memiliki otolit untuk keseimbangan.
Bernapas dengan insang yang memiliki tutup insang (operkulum) (Marliani.,2015).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Februari 2022 pukul
13.30 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Biosistematika
Hewan Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan didalam praktikum ini yaitu baki bedah, buku
tulis, alat tulis. Bahan yang digunakan adalah Anabas testudiantes, Cyprinus
caprio, Clarias batracus, Colossoma macropoma, Heleostoma temicki,
Ophioceppalus triatus, Oreochormis niloticus, Pangasius pangasius, Trichogaster
pectoralis, dan Ikan sarden.
3.3 Cara Kerja
Bahan dan alat pratikum terlebih dahulu disiapkan. Amati morfologi dan
anatomi yang menjadi ciri khas dari masing-masing ikan seperti sisik, jumlah sirip,
dan jenis sirip. Selanjutnya gambarkan hasil pengamatan serta diberikan
keterangan.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil
No. Nama Spesies Hasil Pengamatan Keterangan
1,Anabas testudineus Tipe Sisik Cycloid
Tipe Dorsal Fin Single
Jumlah Dorsal 3
Tipe Caudal Forhed
2.Cyprinus carpio Tipe Sisik Cycloid
Tipe Dorsal Fin Single
Jumlah Dorsal 5
Tipe Caudal Intended
3.Clarias batracus Tipe Sisik -
Tipe Dorsal Fin Split
Jumlah Dorsal 6
Tipe Caudal Intended
4.Colossoma macropomum Tipe Sisik Cycloid
Tipe Dorsal Fin Spine
Jumlah Dorsal 5
Tipe Caudal Forhed
5. Helostoma teminckii Tipe Sisik Cycloid
Tipe Dorsal Fin Split
Jumlah Dorsal 5
Tipe Caudal Intended
6. Ophioceppalus triatus Tipe Sisik Cycloid
Tipe Dorsal Fin Single
Jumlah Dorsal 5
Tipe Caudal Round
7. Oreochormis niloticus Tipe Sisik Ctenoid
Tipe Dorsal Fin Single
Jumlah Dorsal 6
Tipe Caudal Single
8. Pangasius sp Tipe Sisik -
Tipe Dorsal Fin Spine
Jumlah Dorsal 6
Tipe Caudal Forhed
9. Trichogaster pectoralis Tipe Sisik Cycloid
Tipe Dorsal Fin Spine
Jumlah Dorsal 6
Tipe Caudal Intended
10.Sardina pilchardus Tipe Sisik Cycloid
Tipe Dorsal Fin Spine
Jumlah Dorsal 8
Tipe Caudal Forhed

Universitas Sriwijaya
4.2 PEMBAHASAN
4.2. Morfologi Ikan Secara Umum
Ikan secara umum terdiri dari Bagian badan atau caput meliputi dari ujung
bagian insang belakang sampai permulaan sirip belakang. Bagian kepala ikan
meliputi, mulut, mata, insang, tutup insang, otak serta hidung. Bagian badan atau
caput meliputi dari ujung bagian insang belakang sampai permulaan sirip
belakang. Bagian kepala ikan meliputi, mulut, mata, insang, tutup insang, otak
serta hidung. Bagian ekor atau cauda merupakan bagian ujung paling belakan,
yang memiliki fungsi sebagai alat pembantu dalam bergerak. Pada bagian ini
terdapat sirip ekor dan anus (Susanto.,2014).
4.3 Pembahasan Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan mas, ikan mas
memiliki morfologi yaitu memiliki caput, mata ,dorsal fin, caudal fin, pelvic fin,
pectoral fin, anal fin, dan juga memiliki sisik. Menurut (Susanto.,2014) Ikan mas
merupakan jenis ikan air tawar, badan berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke
samping (compresed). Mulutnya terletak di ujung tengah (terminal). Di bagian
mulut terdapat dua pasang sungut, selain itu di dalam mulut terdapat tiga bans gigi
berbentuk geraham Sirip punggung berbentuk memanjang yang letak bagian
permukaannya berseberangan dengan permukaan sirip perut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan betok, ikan betok
memiliki morfologi yaitu memiliki caput, mata ,dorsal fin, caudal fin, pelvic fin,
pectoral fin, anal fin, dan juga memiliki sisik. Menurut (Muslim.,2019), ikan
betok memiliki duriduri keras pada sirip punggungnya. Ikan ini tahan hidup dalam
lingkungan perairan yang kurang kandungan oksigen terlarutnya, karena ikan ini
memiliki alat bantu pernafasan berupa labirin untuk mengambil oksigen dari
atmosfer untuk proses pernafasannya. Selain tahan terhadap oksigen terlarut
rendah, ikan ini juga tahan terhadap keasaman air yang rendah.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan lele, ikan lele memiliki
pectoral fin, dorsal fin, adipose fin, barbels, anal fin, caudal fin, dan juga memiliki
racun pada patil. Ikan lele memiliki kulit yang lberlendir. Menurut (Padmi.,2015),
Ikan lele, ikan patin, dan ikan sembilang adalah beberapa jenis ikan bernilai
ekonomis tinggi yang termasuk ke dalam kelompok catfish. Kelompok catfish

Universitas Sriwijaya
pada umumnya memiliki patil yang merupakan modifikasi dari sirip pektoral,
patil tersebut dilengkapi dengan kelenjar racun pada bagian dalam patil.
Bentuk morfologi kelenjar racun diduga memiliki perbedaan karakteristik antara
satu ikan dengan ikan lainnya.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan bawal, ikan bawal
memiliki pectoral fin, dorsal fin, caudal fin, anal fin, pelvic fin dan juga memiliki
sisik. Menurut (Utami.,2018), Ikan Bawal air tawar (Colossoma macropomum)
tidak memiliki gigi maksila, duri jaringan insang jumlahnya 84-107 buah. Linea
lateralis atau jumlah sisik pada garis rusuk antara 78-84. Sisik bawal berukuran
kecil dan berbentuk ctenoid, dimana setengah bagian sisik belakang menutupi
sisik bagian depan. Sirip punggung tinggi kecil dengan satu jari-jari keras yang
tidak tajam, sedangkan jari-jari yang lainnya lunak. Berbeda dengan sirip
panggung bawal laut yang agak panjang, letak sirip bawal air tawar agak bergeser
ke belakang. Sirip dada, sirip perut, dan sirip anus kecil dan berjari-jari lunak.
Sirip perut dan sirip dubur terpisah sedangkan pada bawal laut menyatu. Sirip
ekor jari-jari lunak dan berbentuk cagak.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan tambakan , ikan
tambakan memiliki dorsal fin, pectoral fin, anal fin, caudal fin, dan juga bersisik.
Menurut Muryati et all.,2015), Morfologi ikan Tambakan adalah kepala tumpul
dan bersisik, moncong pendek, bentuk mulut terminal, ukuran mulutnya sempit
dan berbibir tebal. Tubuh ikan berbentuk pipih tetapi tidak mendatar dimulai dari
kepala hingga ke batang ekor atau berbentuk pipih secara vertikal.
Sirip punggung teretak di belakang kepala bagian anterior badan. Sirip
punggung terpisah dengan sirip ekor. Posisi dasar sirip dada miring hampir
horizontal, terletak di bawah gurat sisi persis di beakang tutup insang. Posisi sirip
perut subabdominal, sirip ekor berbentuk bulat dan tunggal dan memiliki 2 gurat
sisi pada bagian tubuhnya. Ikan Tambakan memiliki tipe warna sisik pada daerah
punggung kehijau-hijauan atau kelabu dan lebih terang pada bagian perut.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan gabus, ikan gabus
memiliki dorsal fin, pectoral fin, pelvic fin, anal fin, mata serta memiliki sisik.
Menurut (Andriyanto.,2014), Tubuh ikan gabus umumnya berwarna coklat
sampai hitam pada bagian atas dan coklat muda sampai keputih putihan pada

Universitas Sriwijaya
bagian perut. Kepala agak pipih dan bentuknya seperti ular dengan sisik-sisik
besar di atas kepala, oleh sebab itu, dijuluki sebagai “snake head” .
Sisi atas tubuh ikan gabus dari kepala hingga ke ekor berwarna gelap,
hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh berwarna putih mulai dagu ke
belakang. Sisi samping bercoret tebal (striata, bercoret-coret) dan agak kabur,
warna tersebut seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut ikan gabus
besar, dengan gigi-gigi yang tajam. Sirip punggung memanjang dengan sirip ekor
membulat di bagian ujungnya.
Berdasarkan pengamatan pada ikan nila, ikan nila memiliki mulut, mata,
dorsal fin, caudal fin, pectoral fin, pelvic fin, anal fin, caudal fin, serta memilki
sisik. Menurut (Lukman et all.,2014), lebar badan ikan nila umumnya sepertiga
dari panjang badannya. Bentuk tubuhnya memanjang dan ramping, sisik ikan nila
relatif besar, matanya menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih. Ikan nila
mempunyai lima buah sirip yang berada di punggung, dada, perut, anus, dan ekor.
Pada sirip dubur (anal fin) memiliki 3 jari-jari keras dan 9-11 jari-jari sirip
lemah. Sirip ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari lemah mengeras dan 16-18
jari-jari sirip lemah. Sirip punggung (dorsal fin) memiliki 17 jari-jari sirip keras
dan 13 jari-jari sirip lemah. Sementara sirip dadanya (pectoral fin) memiliki 1 jari-
jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Sirip perut (ventral fin) memilki 1 jari-
jari sirip keras dan 5 jari-jari sirip lemah. Ikan nila memiliki sisik cycloid yang
menutupi seluruh tubuhnya.
Berdasarkan pengamatan pada ikan patin, ikan patin memiliki dorsal fin,
caudal fin, anal fin, adipose fin, pectoral fin, pelvic fin, barbels, serta tidak
memiliki sisik. Menurut (Suhara,Ade.,2019), Ikan Patin memiliki warna tubuh
putih keperak-perakan dan punggung kebiru-biruan, bentuk tubuh memanjang,
kepala relatif kecil. Ujung kepala terdapat mulut yang dilengkapi dua pasang
sungut pendek. Pada sirip punggung memiliki sebuah jarijari keras yang berubah
menjadi patil yang bergerigi dan besar di sebelah belakangnya.
Sirip ekor membentuk cagak dan bentuknya simetris. Ikan patin tidak
mempunyai sisik, sirip dubur relatif panjang yang terletak di atas lubang dubur
terdiri dari 30-33 jari-jari lunak sedangkan sirip perutnya memiliki enam jari-jari
lunak. Sirip dada mempunyaii 12-13 jari-jari lunak dan sebuah jarijari keras yang

Universitas Sriwijaya
berubah menjadi senjata yang dikenal dengan patil. Di bagian permukaan
punggung ikan patin terdapat sirip lemak yang berukuran kecil.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan sepat siam, ikan ini
berbentuk kecil memiliki dorsal fin, pectoral fin, anal fin, caudal fin,serta
memiliki sisik. Menurut (Elfachmi.,2018). Ikan sepat siam merupakan ikan
konsumsi yang penting, terutama sebagai sumber protein di daerah pedesaan. Ikan
sepat siam memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, dimana awalnya sebagai
sumber protein di daerah pedesaan, namun sekarang sudah merupakan sumber
protein warga perkotaan bahkan dijadikan makanan bagi para pengunjung ke
daerah penghasil.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada ikan sarden, ikan sarden
memiliki dorsal fin, adipose fin, anal fin, pectoral fin, caudal fin, serta memiliki
sisik. Menurut (Susanto.,2014), Ikan Sarden berwarna biru kehijauan pada bagian
punggung dan putih keperakan pada bagian lambung, serta mempunyai sirip-sirip
transparan. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm tetapi pada umumnya hanya 10
– 15 cm. Ikan Sarden memiliki bentuk tubuh yang pipih, sisik tebal, perut
menonjol, sisik depan punggung sejajar dengan punggung, dua jari sirip dubur
terakhir membesar, sirip perut dengan satu jari-jari tidak bercabang dan tujuh jari-
jari bercabang, sirip punggung kekuningan dan terdapat bercak gelap di pangkal
sirip.
4.2.3 Jenis Sirip, Sisik, Caudal, dan Dorsal Pada Ikan
Dalam melakukan gerakan dan menjaga keseimbangan tubuh, ikan
menggunakan sirip-siripnya. Namun selain sebagai alat gerak dan keseimbangan
tubuh, pada beberapa jenis ikan, sirip mempunyai fungsi tambahan atau berubah
fungsi. Fungsi tambahan tersebut misalnya sebagai alat peraba, penyalur sperma,
dan lain-lain.
Sirip ikan terdiri atas lima macam, yakni sirip dorsal (sirip punggung),
sirip kaudal (sirip ekor), sirip anal (sirip dubur), sirip ventral (sirip perut), dan
sirip pektoral (sirip dada). Tiga jenis sirip pertama dinamakan pula sebagai sirip
tunggal, dan dua jenis sirip terakhir dimasukkan dalam golongan sirip ganda
karena jumlahnya. dua (sepasang). Sirip dorsal pada beberapa ikan terdiri atas dua

Universitas Sriwijaya
lembar, seperti pada ikan belanak, namun tidak dapat dikatakan sirip ganda
(Rahardjo.,2020).
Sirip dorsal atau disebut pula sirip punggung, karena letaknya memang di
punggung. Sirip ini berfungsi dalam kestabilan ikan, ketika berenang. Bersama
dengan sirip anal, sirip dorsal membantu ikan untuk bergerak memutar.
Bentuknya bermacam-macam. Sirip yang memanjang pada ikan gabus Sirip
dorsal mempunyai banyak variasi. Sirip dorsal yang memanjang ditemukan pada
ikan ikan gabus. Sirip punggung kecil dipunyai ikan belida. Ikan gemi atau
remora mempunyai sirip dorsal berjumlah dua buah, yang pertama di depan
berubah bentuk menjadi semacam piringan yang berfungsi sebagai alat menempel
pada benda atau makhluk lain (Djuanda.,2014).
Pada beberapa ikan di belakang sirip dorsal terdapat sirip tambahan berupa
tonjolan lemak, misal pada ikan baung nemurus. Sirip ini dinamakan sirip lemak.
Ada juga yang berupa sirip-sirip kecil (dinamakan finlet) pada ikan kembung.
Adapula caudal fin atau sirip kaudal berperan dalam gerak berenang sebagai
pendorong dan sekaligus berfungsi sebagai kemudi untuk berbelok ke kiri atau ke
kanan. Sirip ekor mempunyai berbagai bentuk, yakni: bundar, berpinggiran tegak,
berlekuk tunggal, bulan sabit, seperti garpu, baji, dan berlekuk ganda .
Sirip kaudal berperan dalam gerak berenang sebagai pendorong ketika
maju dan sekaligus berfungsi sebagai kemudi untuk berbelok ke kiri atau ke kanan.
Dasar sirip kaudal disebut batang ekor (caudal peduncle) yang dilengkapi dengan
otot renang yang kuat, berfungsi sebagai penggerak ibaratnya motor pada kapal.
Bentuk bundar (rounded) biasanya dipunyai oleh ikan yang berenang lambat,
misal ikan gurame, Osphronemus goramy (Djuanda.,2014).
Sirip kaudal berpinggiran tegak (truncate) ini digunakan untuk berbalik
secara cepat, misal ikan mujair Oreochromis niloticus. Tipe berlekuk tunggal
(emarginate) terdapat pada mas Cyprinus carpio. Ikan bersirip kaudal tipe
berlekuk ganda (double emarginate) misalnya Balistes capriscus. Tipe garpu
(forked) dimiliki oleh ikan yang berenang cepat, misal ikan lemuru Sardinella
lemuru. Tipe bulan sabit (lunate) terdapat pada ikan yang secara terus menerus
berenang dalam suatu perjalanan yang panjang, misal ikan tuna. Ikan ini
menggunakan sirip kaudal untuk menata (menjaga) kecepatan renang selama

Universitas Sriwijaya
perjalanan (waktu) yang panjang. Tipe baji (pointed) terdapat pada ikan lidah
(Rahardjo.,2020).
4.2.4 Anatomi Ikan
Pada bagian anatomi ikan internal secara umum ini, yang dibahas hanya
dua bagian, yaitu kantung kemih dan insang, dimana kedua bagian tersebut adalah
bagian yang penting. Kantung kemih sendiri merupakan sebuah tempat untuk
menyimpan udara, sehingga ikan memungkinkan mengapung pada tingkatan yang
berbeda dalam kolam, sedangkan insang adalah organ yang digunakan ikan dalam
melakukan pernapasan, organ ini merupakan jaringan berbulu.
Pada bagian anatomi internal ini, pertama kita akan membahas yang
terdapat dibagian kepala, yaitu mata yang berfungsi sebagai alat untuk melihat.
Ikan sendiri dapat mendeteksi warna-warna yang ada, akan tetapi memiliki
penglihatan yang pendek. Lubang hidung pada bagian kepala ikan digunakan
sebagai alat untuk mencium bau. Mulut digunakan untuk mengonsumsi makanan.
Operkulum adalah flap tulang yang terdapat didekat insang sebagai alat untuk
menutupi insang dari luar. Sirip dada digunakan sebagai alat pergerakan untuk
merubah arah dalam perjalanan si ikan, sedangkan untuk sirip perut berfungsi
sebagai alat stablisasi ikan dalam berenang, samahalnya dengan fungsi dari sirip
anus (Rahardjo.,2020).
Ventilasi, berfungsi untuk menghilangkan air limbah dan air berlebih
pada tubuh ikan. Semua sirip yang dimiliki ikan tetunya berfungsi sebagai alat
gerak, akan tetapi sirip yang utama untuk melakukan gerakan adalah sirip ekor.
Hampir kebanyakan ikan, baik jenis ikan air laut ataupun ikan air tawar memiliki
sirip punggung, ternyata memiliki fungsi sebagai alat penyeimbang.
Sistem pencernaan pada vertebrata termasuk ikan teridiri atas dua
bagian besar yaitu saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran
pencernaan dimulaidari rongga mulut, faring, esofagus hanya pendek, lambung,
usus, dan kloaka. Kelenjar pencernaan umumnya berupa kelenjar mukosa, hati,
dan pancreas (Djuanda.,2014).

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
1. Pisces merupakan kelompok besar dari hewan vertebrata
2. Klasifikasi kelas pisces ada 3 yaitu Agnatha, Osteichthyes,
Chondrichthyes.
3. Sirip pada ikan terbagi menjadi 5 jenis yaitu dorsal fin, anal fin, caudal fin,
pectoral fin, dan pelvic fin.
4. Caudal fin terbagi menjadi 6 macam yaitu round, forhed, intended, square,
lunak, dan pointed.
5. Dorsal fin terbagi menjadi 2 yaitu spine dan triger
6. Jenis sisik pada ikan terbagi menjadi 4 yaitu ctenoid, cycloid, cuboid, dan
placoid.
7. Alat pernapasan ikan menggunakan insang
8. Sirip ikan berfungsi sebagai keseimbangan tubuh serta alat gerak untuk
berenang.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Anabas testudineus Cypinus carpio Clarias batrachus

Colosoma macropoma Heleostoma teminchiki Ophiecepallus striatus

Oreocormis niloticus Pangasius pangasius Trichogaster pectoralis

Sardenia pilchardus

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Adrianto, H. 2018. Biologi Sel dan Molekuler. Yogyakarta: Deepublish.

Andriyanto. 2014. Ikan Gabus (Channa striata) Manfaat Pengembangan dan


Alternatif Teknik Budidayanya. Media Akuakultur. 4(1): 18-25.

Asmaningsih, Endang., Soemantri, Bambang, dan Fidya. 2016. Buku Petunjuk


Praktikum Histologi. Malang:Universitas Brawijaya..

Djuanda. 2014. Dunia Ikan. Bandung: Anmiko.

Elfachmi. 2018. INVENTARISASI EKTOPARASIT PADA IKAN SEPAT


SIAM (Trichogaster pectoralis) DI KECAMATAN SIRAH PULAU
PADANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR SUMATERA
SELATAN. Fiseries. 7(1): 1-7.

Ferdyan. 2020. Analisis Relevansi Materi Superkelas Pisces dalam Aspek


Penerapan Ilmu Taksonomi Hewan di Sekolah. BIODIK: Jurnal Ilmiah
Pendidikan Biologi. 6(4). 442-453.

Lukman et all. 2014. Efektivitas Pemberian Akar Tuba (Derris elliptica) Terhadap
Lama Waktu Kematian Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Pertanian 5(1): 22–31.
Marliani,N. 2015. Spesies Hewan Laut Hasil Tangkapan Masyarakat Masyarakat
di Kawasan Meureudu dan Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya. Skripsi.
Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Muryati et all. 2015. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid 1 dan 2. Bogor:
Bina Cipta.

Muslim. 2019. Teknologi Pembenihan Ikan Betok. Bandung: PT. PancaTerra


Firma.

Singa, Sitty Ramliaty et all. 2021. Animasi Interaktif Pembelajaran Jenis Jaringan
pada Hewan Vertebrata. Jurnal Teknik Informatika. 16(4) : 527-534.

Suhara, Ade. 2019. TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN DAN PEMILIHAN


BIBIT IKAN PATIN (STUDI KASUS DI LAHAN LUAS DESA
MEKAR MULYA, KEC. TELUK JAMBE BARAT, KAB.
KARAWANG). Jurnal Buana Pengabdian. 1(2): 1-8.

Susanto. 2015. Diskus. Jakarta. Penebar Swadaya.

Syafriyeti et al. 2019. Persepsi Mahasiswa Biologi Terhadap Kuliah Lapangan


(Field Trip) Entomologi. Jurnal Edu-Bio: Education and Biology. 1(1): 1-
6.

Universitas Sriwijaya
Tresnawati,Dewi dan Ridwan Arif Rahman. 2016. Pengembangan Game Edukasi
Pengenalan Nama Hewan dan Habitatnya dalam 3 Bahasa Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Multimedia. Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi
Teknologi Garut. 13(1):184-190.

Utami, Rize Nurfitria. 2018. PENGARUH PERBEDAAN PADAT TEBAR


TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN MUTLAK DAN
PERTUMBUHAN PANJANG IKAN BAWAL AIR TAWAR
(Colossomam macropomum) DI UPTD BALAI BENIH IKAN TEJA
TIMUR KABUPATEN PAMEKASAN. Skripsi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.

Padmi, Ni Komang Ayu Oka. 2015. ICHTHYOACANTHOTOXINS PADA


BEBERAPA JENIS CATFISH: Clarias gariepinus (Clariidae), Pangasius
hypophthalmus (Pangasidae), Plotosus canius (Plotosidae). Skripsi. Bogor.
ITB.

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai