IKHTISAR KASUS
1. Identitas
Nama : Ny. S
Umur : 55 tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Pekerjaan : PNS
Alamat : Takalar
No. RM : 37 42 98
TanggalMasuk RS : 01/09/2014
Tanggalpemeriksaan : 02/09/2014
2. Anamnesis
a. Keluhan utama
Bengkak dan nyeri pada paha kiri dan tidak bisa digerakkan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Dialami sejak ± 2 hari yang lalu setelah pasien mengalami kecelakaan lalu lintas.
Kendaraan yang ditumpangi pasien menabrak mobil besar yg sedang singgah di jalan.
Pasien terhimpit di antara kendaraan tersebut. Selain nyeri dan bengkak di paha kiri
serta tidak bisa digerakkan. Terdapat pula luka memar di bagian dahi dan pelipis.
Pasien sempat dirawat di RS Takalar 2 hari kemudian di rujuk RS Syekh Yusuf.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Tekanan Darah dan DM : disangkal
3. PemeriksaanFisis
a. Keadaan Umum : Tampak lemah
b. Status Kesadaran : E4V5M6, composmentis
c. Keadaan Jiwa : Baik
d. Tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
P : 19 kali/menit
S : 36.7
e. Status Generalis
Kepala : Mesocepal
Mata : Konjungtivaanemis (-/-), skleraikterik (-/-), RCL (+/+),
RCTL (+/+)
Hidung : deformitas (-)
Mulut : Sianosis (-), lidahkotor (-)
Tenggorok : faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
Telinga : normotia, deformitas (-), sekret (-/-)
Leher : pembesaran KGB (-), deviasitrakea (-)
Thorax : simetris S=D, sonor (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)
Cor : ictus cordis tidak terlihat, S1-2 normal.
Abdomen : peristaltik (+) normal, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas superior : udem (-/-), gerak (+/+), kekuatan (5/5)
Ekstremitas Inferior : udem (-/+), gerak (+/sulitdinilai), kekuatan (5/sulitdinilai)
f. Status lokalis :
Regio femur sinistra
- Look :Pemendekan (+), udem (+), deformitas (+), tidak terdapat luka robek.
- Feel : Nyeri tekan (+)
- Movement :Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM sulit dinilai.
4. PemeriksaanPenunjang
a. Laboratorium
WBC : 12.400 /µL
RBC : 3.220.000 /µL
Hb : 8.6 g/dl
PLT : 360.000 /µL
CT : 8’30”
BT : 2’45”
GDS : 138 mg/dl
Ureum darah : 25 mg/dl
Kreatinin darah : 0.87 mg/dl
SGOT : 57 u/l
SGPT : 49 u/l
b. Foto Rontgen
Kesan : fraktur komunitf 1/3 distal os femur disertai dislokasi patella
5. Diagnosa
Fraktur tertutup 1/3 distal femur sinistra disertai dislokasi patella
6. Penatalaksanaan
a. Konservatif
Pasangs palak
IVFD RL
Inj Cefotaxim IV/12jam
Inj Ketorolac IV/12jam
Inj Ranitidin IV/12jam
b. Operatif
Konsul bedah ortopedi
7. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang punya facies
articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan disebut
fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian disebelah
lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga membulat kecil disebut
trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan major dan minor ini dihubungkan
oleh garis yang disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat dari belakang,
kedua bulatan ini dihubungkan oleh rigi disebut crista intertrochanterica. Dilihat dari
belakang pula, maka disebelah medial trochantor major terdapat cekungan disebut
fossa trochanterica.
b. Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang merupakan
segitiga dengan basis menghadap ke depan. Mempunyai dataran yaitu facies medialis,
facies lateralis, facies anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis nampak di
bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari bagian proximal
dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea. Linea ini terbagi menjadi
dua bibit yaitu labium mediale dan labium laterale, labium medial sendiri merupakan
lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea aspera bagian distal membentuk segitiga
disebut planum popliseum. Dari trochantor minor terdapat suatu garis disebut linea
pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen nutricium, labium medial lateral
disebut juga supracondylaris lateralis/medialis.
c. Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis.
Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah bulatan kecil
disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan
akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi yang
melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan os. patella. Intercondyloidea
yang dibagian proximalnya terdapat garis disebut linea intercondyloidea.
2. Fraktur Femur
Definisi
Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, terutama pada tulang atau terputusnya
kontinuitas tulang atau tulang rawan. Sedangkan pada fraktur femur adalah rusaknya
kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang / osteoporosis.4,5
Klasifikasi
Farktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari
tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang. Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan fraktur :6
a. Sudut patah
b. Fraktur Multipel pada satu tulang
c. Fraktur Impaksi
d. Fraktur Patologik
e. Fraktur Beban
f. Fraktur Greenstick
g. Fraktur Avulsi
h. Fraktur Sendi
Angulasi dan oposisi adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur
tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat
menunjukkan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus diberikan. Oposisi
menunjukkan tingkat pergeseran fraktur dari permukaan asalnya dan dipakai untuk
menjelaskan beberapa proporsi satu fragmen tulang patah yang menyentuh permukaan frakmen
tulang lainnya.
Tertutup dan terbuka adalah istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur.
Fraktur tertutup atau simpel adalah fraktur dengan kulit yang tidak ditembus oleh fragmen
tulang sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan sedangkan fraktur terbuka
adalah fraktur dengan kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus.
Gambaran Klinis
Fraktur batang femur pada bayi tidak jarang terjadi akibat trauma persalinan. Secara
klinis, bayi yang bersangkutan tidak mau menggerakkan tungkai yang patah sehingga kadang
dianggap lumpuh. Pada fraktur batang femur dewasa, patah tulang diafisis femur biasanya
perdarahan dalam cukup luas sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak
dapat bangun, bukan saja karena nyeri tetapi juga ketidakstabilan fraktur. Biasanya seluruh
tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan bengkak pada bagian proksimal
sebagai akibat perdarahan dalam jaringan lunak.5
Diagnosis
Pemeriksaan yang dilakukan dalam menegakkan diagnosis :2
a. Riwayat penderita
Menggali gejala/keluhan yang membuat pasien datang untuk diperiksa seperti riwayat
trauma; waktu, cara, lokasi terjadinya trauma. Sifat nyerinya, riwayat penyakit lainnya
serta latar belakang sosialnya.
b. Pemeriksaan fisik
Status generalis dan status lokalis; inspeksi (look), palpasi (feel), kekuatan otot, gerak
sendi (move).
c. Pemeriksaan radiologis
Foto rontgen, ct-scan, MRI.
d. Pemeriksaan laboratorium
Darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, GDS, CT/BT.
Penatalaksanaan
Pengobatan yang dapat diberikan pada fraktur batang femur :2
1. Terapi konservatif
a. Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif untuk
mengurangi spasme otot.
b. Traksi tulang berimbang dengan bagian Pearson pada sendi lutut. Indikasi traksi
terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.
c. Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara klinis.
2. Terapi operatif
a. Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur proksimal dan distal femur.
b. Mempergunakan k-nail, AO-nail, atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup
ataupun terbuka.
c. Fiksasi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur komunitif. Infected
pseudoartrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
Komplikasi
1. Komplikasi dini :
a. Syok; dapat terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walaupun fraktur bersifat tertutup.
b. Trauma pembuluh darah besar
c. Trauma saraf
d. Infeksi
2. Komplikasi lanjut
a. Delayed union
b. Nonunion
c. Malunion
d. Kaku sendi lutut
e. Refraktur
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak dan nyeri pada paha kiri serta
tidak bisa digerakkan yang sudah dialami sejak dua hari yang lalu setelah mengalami
kecelakaan. Hal pertama yang terpikirkan adalah kemungkinan adanya trauma yang
mengakibatkan fraktur pada os femur.. Tidak ditemukan juga gangguan kesadaran. Riwayat
demam tidak ada, muntah tidak ada, mual tidak ada, keluhan lain tidak ada menyingkirkan
kemungkinan tidak adanya infeksi sekunder akibat trauma.
Pada pemeriksaan fisis, tanda-tanda vital dalam batas normal, kesadaran
composmentis. Pemeriksaan status lokasi memperlihatkan adanya udem/bengkak pada regio
femur sinistra disertai nyeri tekan serta gerakan sangat terbatas.
Penilaian kekuatan otot dilakukan menurut Medical Research Council dimana
kekuatan otot dibagi dalam grade 0-5, yaitu:2
a. Grade 0
Tidak ditemukan adanya kontraksi otot.
b. Grade 1
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus oto yang dapat diketahui
dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi.
c. Grade 2
Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat melwan
gravitasi.
d. Grade 3
Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetapi
tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
e. Grade 4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang
ringan.
f. Grade 5
Kekuatan otot normal.
1. Michael A. Anatomi dan fisiologi tulang dan sendi. Dalam : Patofisologi, konsep klinis
proses-proses penyakit. Ed 6. Editor : Sylivia.A, Lorraine M. Jakarta: EGC, 2005p1357-
64
2. Rasjad C. Struktur dan Fungsi Tulang. Dalam : Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar
: Bintang Lamumpatue, 2012.
4. Dorland, W.A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2002