Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila
tidak disertai peningkatan kualitas hidup. Laporan BKKBN menunjukkan pada tahun
2007, jumlah penduduk Indonesia mencapai 224,9 juta dan berada di peringkat
keempat di dunia berpenduduk tertinggi. Besarnya jumlah penduduk tidak diimbangi
dengan segi kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari Human Development Index (HDI)
atau indeks pembangunan manusia di 179 negara di dunia, Indonesia hanya
menempati urutan 111, sehingga pertumbuhan penduduk dapat menjadi beban
pembangunan.
1

Dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk, maka pemerintah
menerapkan program Keluarga Berencana (KB) sejak tahun 1970. Keluarga
Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang
diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran
dalam hubungan dengan umur suami istri, serta menentukan jumlah anak dalam
keluarga.
1

Idealnya, penggunaan alat kontrasepsi terlebih bagi pasutri (pasangan suami
istri) merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita, sehingga metode
yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami istri tanpa
mengesampingkan hak reproduksi masing-masing. Selain itu, Indonesia telah lama
melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan gender
dalam KB dan kesehatan reproduksi. Melalui peningkatan partisipasi pria dalam
program KB diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dan anak,
menurunkan angka kematian ibu dan bayi, mencegah infeksi saluran reproduksi serta
panyakit menular seksual, termasuk HIV-AIDS.
1

2

Berdasarkan data BKKBN 2009, keikutsertaan pria baru mencapai 2,33%
meliputi kondom (1,5%), dan vasektomi (0,83%). Salah satu program KB yang
diperuntukkan laki-laki adalah vasektomi yaitu, cara KB yang mantap dimana saluran
air mani (vas deferens) diputuskan sehingga sperma dari dalam testis tidak akan
keluar bersama cairan mani lain pada saat melakukan hubungan suami istri.
1
Partisipasi pria/suami dalam KB adalah tanggung jawab pria/suami dalam
ber-KB, serta berperilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan dan
keluarganya. Bentuk partisipasi pria/suami dalam KB dapat dilakukan secara
langsung dan tidak langsung. Partisipasi pria/suami secara langsung adalah
menggunakan salah satu metode pencegahan kehamilan seperti kondom, vasektomi,
senggama terputus atau metode pantang berkala.
2

Belum membudayanya penggunaan vasektomi sebagai alat kontrasepsi
disebabkan antara lain karena kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan
keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan,
pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarganya dalam ber-KB masih rendah dan
keterbatasan penerimaan dan aksesbilitas pelayanan kontrasepsi pria masih terbatas.
2














3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Vasektomi dalam pengertian kontrasepsi mantap adalah memotong dan
mengangkat sebagian duktus deferen kanan, kiri, sehingga akseptor menjadi
azoospermi oleh karena transport sperma dari testis dihalangi.
4

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
3

Vasektomi (sterilisasi pria) adalah tindakan memotong dan menutup saluran
mani (vas deferens) yang menyalurkan sel mani (sperma) keluar dari pusat
produksinya di testis. Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor
pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada efek buruk pada pria terhadap kegairahan seksual,
kemampuan ereksi atau ejakulasi setelah menjalani operasi.
3,5

B. Sejarah
Sejarah vasektomi dimulai dengan ditemukannya obstruksi vas deferens pada
bedah mayat oleh John Hunter seorang ahli bedah dan anatomi Inggris pada tahun
1775. Pada mayat tersebut didapatkan adanya obstruksi dan jaringan ikat pada vas
deferens, tetapi testisnya normal baik bentuk maupun ukurannya. Cooper (1823)
melakukan vasektomi dengan ligasi vas deferens pada seekor anjing jantan, pada
akhir eksperimen tersebut menemukan bagian proksimal ligasi terisi banyak
spermatozoa sedangkan bagian distal ligasi tidak ditemukan adanya spermatozoa.
Pada pengamatan selama 6 tahun, anjing tersebut dapat melakukan senggama tetapi
tidak terjadi kehamilan pada anjing betina pasangannya.
6
Pada permulaan abad XXV vasektomi digunakan untuk pengobatan masturbasi
atau sebab-sebab eugenik pada kriminalitas, penderita dengan gangguan mental,
4

penderita dengan penyakit keturunan serta untuk peremajaan seksualitas ( sexual
rejuventation).
6
Pada akhir abad XX dengan latar belakang teori evolusi Darwin di Negara
barat timbul gerakan eugenik yang mencoba mengendalikan proses kelahiran untuk
memperbaiki generasi selanjutnya. Gerakan eugenik positif yang mengusahakan
pengembangan benih yang baik ditolak karena kompleksitas faktor genetik sehingga
tidaklah mungkin memastikan terjadinya individu unggul apabila berasal dari dua
individu unggul. Disamping itu faktor lingkungan sangat penting dalam
perkembangan seorang individu. Gerakan eugenik negatif berusaha menghentikan
garis keturuanan individu yang dinilai tidak disukai masyarakat, Forel (1892)
mempelopori gerakan eugenik negatif pada penderita penyakit lepra, tuberculosis,
psikosis, residivis.
6
Di Amerika Serikat vasektomi untuk tindakan sterilisasi dilegalisasi pada
tahun 1960 dan didirikan Association for Voluntary Sterilization dan Human
Bettermen Foundation. Pada tahun 1970 dilakukan 550 ribu vasektomi, sehingga
satu dari tujuh pria dengan istri berusia antara 30-44 tahun telah menjalani vasektomi.
Sejak tahun 1972 vasektomi makin popular di Amerika Serikat, dan dilakukan pada
lebih dari 1 juta akseptor setiap tahun.
6
Li Shunquiang seorang ahli pada lembaga penelitian Keluarga Berencana
Chongquing Cina pada tahun 1974 mengemukakan teknik baru yang disebut
vasektomi tanpa pisau. Pada tahun 1976 di RRC telah dilakukan vasektomi tanpa
pisau terhadap 30 juta akseptor, di India 17 juta akseptor, Amerika Serikat 8 juta
akseptor, Eropa 4,5 juta akseptor.
6

Pada tahun 1989 metode vasektomi tanpa pisau diperkenalkan di Indonesia oleh
dr.Apichat Nirapathpongporn dari Thailand, kemudian pada tahun 1990 Indonesia
mengirim 4 orang ahli bedah urologi ke Thailand untuk meninjau pelaksanaan
vasektomi tanpa pisau. Di Indonesia sampai dengan akhir 1997 telah dilakukan
vasektomi pada 233.470 akseptor atau 0,9% dari seluruh akseptor keluarga
berencana.
6
5

C. Anatomi dan Fisiologi organ reproduksi Pria
Organ reproduksi pria dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu :
6

1. Kelenjar
Terdiri dari testis, vesikula seminalis, prostat, kelenjar bulbouretral. Testis
berfungsi sebagai tempat produksi spermatozoa dan testosteron, dan vesikula
seminalis sebagai tempat produksi cairan semen.
2. Saluran
Terdiri dari epididimis, vas deferens dan uretra. Epididimis berfungsi
menyimpan spermatozoa sebelum dikeluarkan ke vas deferens. Vas deferens
berbentuk tabung memanjang dari cauda epididimis kelenjar prostat, bergabung
dengan vesikula seminalis membentuk duktus ejakulatorius.
3. Pelengkap
Terdiri dari penis, skrotum, funikulus spermatikus dan semen. Penis merupakan
alat persetubuhan pada pria, mengalami penegangan saat koitus dan
memancarkan sperma ke dalam vagina saat ejakulasi. Skrotum merupakan
kantong yang didalamnya terdapat testis, epididimis, vas deferens, saraf dan
pembuluh darah. Semen merupakan cairan yang dikeluarkan pada saat ejakulasi
berwarna keputihan dan kental. Semen terdiri dari cairan yang berasal dari :
kelenjar epididimis, vesikula seminalis, kelenjar prostat, kelenjar bulbouretralis.

Gambar 1. Organ reproduksi pria.
6

6

Sperma adalah produk organ reproduksi pria, berupa cairan yang dikeluarkan
saat ejakulasi. Sperma terdiri dari 2 bagian besar yaitu spermatozoa dan plasma
sperma. Spermatozoa mempunya bentuk khas, terdiri dari kepala, leher, dan ekor.
Plasma sperma berfungsi sebagai media transportasi terbentuk dari sekret kelenjar
Cowperi dan Litre, sekret kelenjar prostat, sekret vesikula seminalis.
6

Spermatogenesis adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi
spermatozoa di dalam tubulus seminiferus, terbagi menjadi 5 stadium yaitu stadium
proliferasi, stadium pertumbuhan, stadium maturasi kualitatif, stadium maturasi
kuantitatif dan stadium transformasi. Pada stadium proliferasi spermatogonia di
dalam tubulus seminiferus mengalami mitosis menjadi 2 buah spermatogonia tipe Ad.
Salah satu spermatogonium tipe Ad membelah menjadi 2 buah spermatogonia,
sedang spermatogonium tipe Ad yang lain berdiferensiasi menjadi spermatogonium
tipe B. pada stadium pertumbuhan, spermatogonium tipe B mengalami diferensiasi
menjadi spermatosit primer yang di dalam intinya mengandung kromosom yang sama
dengan induknya (44+xy). Pada stadium maturasi kualitatif, spermatosit primer
mengalami meiosis menjadi spermatosit sekunder dengan kromosom setengah
spermatosit primer (22+x atau 22+y). Pada stadium maturasi kuantitatif spermatosit
sekunder membelah menjadi spermatid yang belum mempunyai ekor. Pada stadium
tranformasi spermatid berubah menjadi spermatozoa yang masak dan mempunyai
ekor. Spermatozoa yang terjadi belum mempunyai kemampuan untuk bergerak
setelah melewati epididimis barulah sel-sel tersebut mempunyai kemampuan untuk
bergerak (fertile ). Dalam perjalanannya spermatozoa dibawa dari epididimis melalui
vas deferens ke vesikula seminalis untuk diencerkan dan disimpan.
6

Vasektomi bertujuan menghalangi transport spermatozoa tanpa mengganggu
fungsi testis, sehingga pada saat orgasmus ejakulat akan tetap dikeluarkan
sebagaimana sebelum vasektomi. Pada vesektomi libido tidak terpengaruh, testis dan
vaskularisasinya tidak terganggu sehingga produksi hormon tetap berlangsung.
6

Duktus deferens merupakan duktus yang menyalurkan spermatozoa dari testis
ke urethra. Dimulai dari bagian ascenden pada tepi testis sepanjang sisi medial dari
7

epididimis, berlanjut melalui skrotum dan kanalis inguinalis sebagai komponen dari
spermatid cord, kemudian berada pada sisi lateral arteri epigastrika cord, kemudian
berada pada sisi lateral arteri epigastrika inferior dan turun subperitoneal menuju
sudut posterolateral vesica urinaria dan kemudian menuju urethra. Bergabung dengan
duktus vesicular seminalis membentuk duktus ejakulatorius kemudian bermuara ke
urethra.
6

Duktus deferen merupakan tabung dengan diameter 2-3mm, dinding relatif
tebal dan lumen yang relative kecil yaitu 0,3 mm. Dapat diraba dengan mudah melaui
skrotum dan soft tissue dari spermatid cord. Berwarna khas seperti mutiara.
4
Panjang 30-40 cm, dilapisi oleh tiga lapis otot polos. Lapisan luar dan lapisan
longitudinal, lapisan tengah sirkuler. Bagian luar lapisan otot ini terdapat jaringan
pengikat tunika pembuluh darah yang mensuplai duktus deferen. Pembuluh darah
arteri berasal dari arteri deferential yang merupakan cabang dari arteri vesikalis
inferior. Duktus deferen dilapisi oleh epitel kolumner dan terdapat silia yang berguna
membantu transportasi sperma. Pasase sperma sepanjang duktus deferen dilaksanakan
terutama dengan kontraksi peristaltik.
4

Gambar 2. Penampang lintang duktus deferen.
4
8

Lapisan muskularis yang tebal terdiri dari tiga lapis otot polos bagian dalam
longitudinal, bagian tengah sirkuler, dan bagian luar longitudinal. Tampak sejumlah
serabut elastik pada lamina propria di bawah epithelium.
4

Gambar 3. Transportasi sperma.
4

Sel-sel spermatozoa diproduksi di tubulus seminiferus testis oleh sel-sel
germinal yang disebut spermatogonia. Pembentukan spermatozoa dalam tubulus
seminiferus berturut-turut dari tepi lumen kearah lumen sbb :
4

Spermatogonium spermatosit primer spermatosit sekunder
spermatid spermatozoa.
4

Setelah spermatozoa diproduksi oleh tubulus seminiferus akan bergerak
menuju epididimis. Spermatozoa matur di epididimis sekitar 2-6 minggu. Sebagian
spermatozoa tetap berada pada epididimis, dan sebagian lagi bergerak menuju ke
duktus deferen sampai ke ampulla duktus deferen dan vesicula seminalis.
4


9

D. Cara kerja/teknik vasektomi (MOP)
Teknik vasektomi konvensional
Persiapan
Persiapan meliputi persiapan calon akseptor, persiapan alat dan persiapan
operator. Persiapan calon akseptor dilakukan dengan pencukuran rambut kemaluan
(pubes) serta pencucian dengan antiseptic (povidon yodin 10%) pada skrotum dan
sekitarnya. Operator dan asisten mencuci tangan sevara fubringer selama 10 menit,
operator berdiri di sisi kanan akseptor sedang asisten berdiri di sisi kiri akseptor.
6

Pelaksanaan
1. Medan operasi ditutup duk steril
2. Vas deferens difiksasi dengan klem allis, dilakukan anastesi lokal pada tempat
insisi dengan prokain HCL 1%, atau Lidokain HCL 1-2% sebanyak 2 cc.
3. Insisi skrotum transversal atau longitudinal sepanjang 1-2cm sampai
menembus kulit, fascia dan tunika dartos. Insisi skrotum dapat dilakukan
dengan insisi tunggal pada garis tengah skrotum (raphe mediana), atau dengan
insisi ganda pada kedua basis skrotum 3-5cm diatas epididimis.
4. Vas deferens didorong kearah insisi sehingga selubung vas deferens tampak
keabu-abuan dan difiksasi dengan klem allis.
5. Selubung vas deferens dibuka, secara tajam dengan scalpel no.15 sepanjang 1-
3cm dan disiangi sehingga vas deferens tampak putih mengkilat seperti
mutiara.
6. Vas deferens dijepit dengan forsep mosquito dan ditarik keluar dari
selubungnya. Akseptor akan merasa sakit yang dijalarkan ke abdomen pada
saat vas deferens ditarik untuk mengurangi rasa sakit tersebut diberikan
anastesi lokal pada selubung vas deferens.
7. Kedua ujung vas deferens yang dibebaskan tersebut diklem dan segmen
diantaranya dieksisi sepanjang 1,5-3cm untuk mencegah terjadinya
rekanalisasi, pemotongan vas deferens lebih dari 3 cm tidak memungkinkan
reanstomosis di kemudian hari.
10

8. Kedua ujung vas deferens diikat dengan chromic catgut no.3.0 atau dexon
no.3.0.
9. Kedua ujung vas deferens yang telah terikat dimasukkan kembali ke dalam
selubungnya.
10. Selubung vas deferens yang telah terikat dimasukkkan kembali ke dalam
selubungnya.
11. Selubung vas deferens diikat dengan chromic catgut no.3.0.
12. Perdarahan dirawat dan diligasi dengan teliti.
13. Kulit skrotum dijahit dengan chromic catgut no.2.0 atau sutera no.2.0.
14. Luka ditutup dengan kassa steril dan plester atau band aid.
Untuk mencega terjadinya rekanalisasi dapat dilakukan beberapa teknik
pengikatan vas deferens, yaitu teknik Carlson ( pemotongan vas deferens
sepanjang 1,5-3 cm), teknik green ( elektrokoagulasi dan pengikatan pada kedua
ujung vas deferens), teknik strode (membenamkan ujung proksimal vas deferens
ke dalam fascia disekitarnya), teknik Dodson (fiksasi ujung-ujung vas deferens
pada dinding skrotum), teknik Hanley (menarik kedua ujung vas deferens sampai
overlapping dan mengikat kedua ujung tersebut menjadi satu), dan teknik open
ended (pengikatan hanya pada ujung distal vas deferens).
6

Disamping dengan pengikatan atau ligasi, penutupan vas deferens dapat
dilakukan dengan beberapa cara lain yaitu penyumbatan dengan penyuntikan zat
silastik/silion kedalam lumen vas deferens, penempatan alat tertentu di dalam vas
deferens, dan penempatan surgical clip pada vas deferens.
6


Teknik vasektomi tanpa pisau
Teknik vasektomi tanpa pisau (metode Li) dikerjakan tanpa melakukan
insisi pada kulit skrotum. Kulit skrotum dibuka dengan klem penyiang (vas
deferens dissecting clamp) dan difiksasi dengan klem fiksasi (extra cutaneus vas
deferens fixing clamp). Klem penyiang dimodifikasi dari Pean Aesculap kode BH
III yang ujungnya depertajam dengan pengasahan menggunakan kertas ampelas
11

besi, sedang klem fiksasi dimodifikasi dari towel clamp backhaus aesculap kode
BF 437.
6

Persiapan
Persiapan meliputi persiapan calon akseptor, persiapan alat dan persiapan
operator. Persiapan calon akseptor dilakukan dengan pencukuran rambut kemaluan
(pubes) serta pencucian dengan antiseptic (povidon yodin 10%) pada skrotum dan
sekitarnya. Operator dan asisten mencuci tangan secara furbinger selama 10 menit,
operator berdiri di sisi kiri akseptor.
6

Pelaksanaan
1. Medan operasi ditutup duk steril.
2. Vas deferens difiksasi dengan telunjuk dan jari tengah tangan kiri, dilakukan
anastesi local pada skrotum serta vas deferens kanan dan kiri dengan prokain
HCL 1%, atau lidokain HCL 1-2% sebanyak 2cc.
3. Vas deferens kanan difiksasi dengan klem fiksasi pada raphe median klem
fiksasi direbahkan ke kaudal sehingga ujung klem menonjol ke permukaan.
4. Klem fiksasi dipegang dengan tangan kiri dengan posisi ibu jari diatas klem,
jari telunjuk meregangkan kulit skrotum dan jari tengah berada dibawah klem.
5. Kulit skrotum diatas diatas vas deferens dibuka dengan klem penyiang. Klem
penyiang ditusukkan kulit skrotum membentuk sudut 45 terhadap bidang
datar, kemudian daun klem direnggangkan secara lembut sehingga kulit
beserta selubung vas deferens tersobek dan vas deferens terlihat putih
mengkilat seperti mutiara.
6. Vas deferens diluksir dengan menusukkan ujung kanan klem penyiang
kemudian memutarnya 180 searah jarum jam, klem fiksasi dilepas dari kulit.
Vas deferens dijepit dengan klem fiksasi pada bagian ujung yang diluksir,
klem penyiang dilepas dari vas deferens.
7. Vas deferens dibebaskan dibebaskan dari jaringan perivasal dengan klem
penyiang.
12

8. Benang sutera 3.0 disisipkan diantara celah lengkung vas deferens
menggunakan klem penyiang, kemudian dilakukan pengikatan pada vas
deferens bagian abdominal dan bagian testikuler.
9. Vas deferens diantara kedua ikatan sepanjang 1,5-3cm dipotong
10. Kedua puntung vas deferens dikembalikan ke dalam selubungnya dengan
posisi vas deferens bagian abdominal diluar selubung sedangkan vas deferens
bagian testikuler berada di dalam selubung.
11. Dilakukan pengikatan dan pemotongan vas deferens kiri dengan cara yang
sama melalui lubang pada kulit yang telah terbuka.
12. Perdarahan dirawat, dan kulit ditutup dengan band aid (plester obat).
6

Pasca bedah
1. Seluruh instrument bedah yang terpakai direndam dalam khlorin 0,5%.
2. Sarung tangan, baju operasi, topi dan masker direndam dalam khlorin o,5%.
3. Akseptor diberikan antibiotika, analgetika, anti inflamasi.
4. Akseptor disarankan menggunakan kondom untuk 20 kali senggama pasca
bedah, sebelum dapat berhubungan secara bebas dengan pasangannya.
5

13


Gambar 4. Teknik vasektomi konvensional
6


Gambar 5. Transport sperma sebelum dan sesudah vasektomi
6

14


Gambar 6. Teknik vasektomi tanpa pisau.
6



E. Hal yang harus dilakukan setelah menjalani operasi
a) Istirahat secukupnya dan selama 7 hari setelah operasi sebaiknya tidak bekerja
berat.
b) Bekas luka harus bersih dan tetap kering selama 7 hari.
c) Minum obat yang diberikan oleh dokter sesuai aturan.
d) Walaupun sudah diperbolehkan berhubungan intim dengan istri/pasangan setelah 7
hari tindakan operasi, namun pasangan tersebut masih harus memakai alat kontrasepsi
lain selama kurang lebih 3 bulan. Bagi pria, kira-kira pada 10-12 kali persenggamaan
setelah operasi, dianjurkan memakai kondom. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kehamilan akibat sisa-sisa sperma yang terdapat dalam cairan mani. Sementara
pasangannya menggunakan metode lain yang cocok. Setelah vasektomi, air mani
15

tetap ada, tetapi tidak lagi mengandung bibit. Ini karena vasektomi tidak sama dengan
pengebirian.
e) Jangan lupa memeriksa ulang ke dokter 1 minggu, 3 bulan, dan 1 tahun setelah
operasi.
3

F. Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga, sterilisasi pria.
6

Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan
suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa
tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya.
6

Adapun indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi antara lain :
6

1) Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak.
2) Istri yang tergolong sebagai kelompok yang beresiko tinggi untuk hamil
atau untuk suami yang istrinya tidak dapat dilakukan mini laparotomi atau
laparoskopi.
3) Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko untuk hamil.
4) Pasangan yang telah gagal dengan kontrasespi lain.

G. Kontra Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)
Ada beberapa kontra indikasi dari kontrasepsi mantap pria/vasektomi yaitu :
6

1) Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.
2) Infeksi traktus genitalia.
3) Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti varicocele, hydrocele besar, filariasis,
hernia inguinalis, luka parut bekas operasi hernia, skrotum yang sangat tebal.
4) Penyakit sistemik seperti penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus, dan
penyakit jantung koroner yang baru.
5) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.
16


H. Keuntungan Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)
Keuntungan vasektomi antara lain:
3

1) Efektif.
2) Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3) Sederhana.
4) Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
5) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
6) Biaya rendah.
7) Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu
untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis
wanita.
Keuntungan lain vasektomi ada beberapa anatara lain :
3

1) Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan dan dimana saja.
2) Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
3) Hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%.
4) Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat.
5) Bila pasangan suami istri ingin mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung vas
deferens disambung kembali (operasi rekanalisasi).

I. Kerugian Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)
Ada beberapa kerugian dari penggunaan kontrasepsi vasektomi, yaitu :
3

1) Diperlukan suatu tindakan operatif.
2) Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
3) Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa,
yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens
dikeluarkan.
4) Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria.
17


J. Efek Samping/Komplikasi Vasektomi (MOP)
Ada beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada pria setelah operasi
antara lain:
3

1) Reaksi Alergi Anastesi
Reaksi ini terjadi karena adanya reaksi hipersensitif/alergi karena masuknya
larutan anastesi lokal ke dalam sirkulasi darah atau pemberian anastesi lokal yang
melebihi dosis.
Penanggulangan dan pengobatannya adalah dengan Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE) untuk menjelaskan sebab terjadinya. Reaksi ini dapat terjadi pada saat
dilakukan anastesi dan pada setiap tindakan operasi baik operasi besar atau kecil.
Oleh karena itu perlu diterangkan sebelum dilakukanoperasi dan klien harus mengerti
semua resiko operasi tersebut. Setelah itu klien diwajibkan untuk menandatangani
informed consent.
2) Perdarahan
Biasanya terjadi perdarahan pada luka insisi di tempat operasi, dan perdarahan
dalam skrotum. Penyebab terjadinya perdarahan tersebut karena terpotongnya
pembuluh darah di daerah saluran mani dan atau daerah insisi. Penanggulangannya
perdarahan dihentikan dengan penekanan pada pembuluh darah yang luka apabila
terjadi pada saat operasi.
3) Hematoma
Hematoma ditandai dengan adanya bengkak kebiruan pada luka insisi kulit
skrotum. Hal ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler.
Penanggulangannya dilakukan dengan tindakan medis yaitu memberikan kompres
hangat, beri penyangga skrotum. Bila perlu dapat diberikan salep anti hematoma.
4) Infeksi
Gejala/keluhan apabila terjadi infeksi yaitu adanya tanda-tanda infeksi seperti
panas, nyeri, bengkak, merah dan bernanah pada luka insisi pada kulit skrotum.
18

Penyebab infeksi ini karena tidak dipenuhinya standar sterilisasi peralatan, standar
pencegahan infeksi dan kurang sempurnanya teknik perawatan pasca operasi.
5) Granuloma Sperma
Granuloma sperma yaitu adanya benjolan kenyal yang kadang disertai rasa
nyeri di dalam skrotum. Penyebabnya adalah keluarnya spermatozoa dari saluran dan
masuk ke dalam jaringan sebagai akibat tidak sempurnanya ikatan vas deferens.
Apabila granuloma sperma kecil akan di absorpsi spontan secara sempurna. Bila
granuloma besar rujuk ke RS untuk dilakukan eksisi sperma granuloma dan mengikat
kembali vas deferens, namun biasanya akan sembuh sendiri. Rasa nyeri dapat diatasi
dengan pemberian analgetik.
6) Gangguan Psikis
Meningkatnya gairah seksual (libido) dan menurunnya kemampuan ereksi
(impotensi) merupakan keluhan yang sering dialami oleh pria setelah operasi.
Kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan psikologis (baik yang meningkat
libidonya ataupun yang impotensi), karena secara biologis pada vasektomi produksi
testoteron tidak terganggu sehingga libido (nafsu seksual) tetap ada.
3

Penanggulangan dari efek samping ini tidak perlu dilakukan tindakan medis,
namun perlu dilakukan psikoterapi. Pada penelitian di Jakarta terhadap 400 pria yang
telah dilakukan vasektomi, dilaporkan 50% gairah seksualnya bertambah, 40% tidak
merasakan perubahan, 7% tidak memperhatikan dan hanya 3% yang menurun gairah
seksualnya.
3


K. Alasan Yuridis Vasektomi
Jika diteliti perundang-undangan bidang kesehatan belum ada satu pasal pun
yang mengatur tentang NKKBS ini, tetapi kalau diartikan pasal-pasal tertentu secara
luas dalam rangka pelayanan kesehatan dapat dikaitkan beberapa pasal berikut:
7

Undang-Undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok Kesehatan :
Pasal 1
Tiap-tiap warga negara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi tingginya
19

dan perlu diikutsertakan dalam usaha-usaha kesehatan pemerintah.
Pasal 2
Yang dimaksudkan kesehatan dalam Undang-Undang ialah meliputi kesehatan badan,
rohani (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat
dan kelemahan-kelemahan.
Pasal 3
1. Pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup yang sehat adalah
penting untuk mencapai generasi yang sehat dan bangsa yang kuat.
2. Pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan adalah sangat penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
Pasal 4
Pemerintah memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan rakyat dan
menyelenggarakan dan menggiatkan usaha-usaha dalam lapangan :
1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit.
2. Pemulihan kesehatan.
3. Penerangan dan pendidikan kesehatan pada rakyat.
4. Pendidikan tenaga kesehatan.
5. Perlengkapan obat-obat dan alat-alat kesehatan.
6. Penyelidikan-penyelidikan.
7. Pengawasan, dan
8. Lain-lain usaha yang diperlukan.
Ketentuan/ pasal-pasal tersebut di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa derajat
setinggi-tingginya harus tercapai. Pengertian kesehatan mencakup arti yang luas
bahkan diperhatikan sejak bayi dalam kandungan. Hal tersebut di atas pemerintah
bersama dengan masyarakat berusaha menyelenggarakan dan menggiatkan upaya
dalam pelayanan kesehatan agar tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Apabila kita kaitkan dengan kontap untuk kepentingan keluarga (NKKBS) agar sehat
badan dan rohani, salah satu faktor harus direncanakan berkeluarga kecil, cara
20

merencanakan keluarga kecil antara lain : tidak melaksanakan perkawinan dalam
masa umur terlalu muda 36 atau setelah kawin, ikut keluarga berencana dengan
menggunakan alat kontrasepsi atau ikut kontap. Oleh karena itu dipandang dari segi
kesehatan Kontrasepsi Mantap ini merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1960 tentang pokok-pokok
kesehatan pasal 9 ayat (2) pemerintah mengadakan usaha usaha khusus untuk
kesehatan keturunan dan pertumbuhan anak yang sempurna, baik dalam lingkungan
keluarga, maupun dalam lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat remaja
dan keolahragaan dan oleh sebab itu yang memberikan pelayanan kesehatan
dimaksudkan haruslah tenaga kesehatan.
7



















21

BAB III
KESIMPULAN

Vasektomi dalam pengertian kontrasepsi mantap adalah memotong dan
mengangkat sebagian duktus deferen kanan, kiri, sehingga akseptor menjadi
azoospermi oleh karena transport sperma dari testis dihalangi.
4

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
3

Teknik vasektomi terbagi atas dua yaitu teknik konvensional dan teknik tanpa
pisau.
Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP) yaitu pasangan yang sudah
tidak ingin menambah jumlah anak, istri yang tergolong sebagai kelompok yang
beresiko tinggi untuk hamil atau untuk suami yang istrinya tidak dapat dilakukan
mini laparotomi atau laparoskopi,akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk
resiko untuk hamil, pasangan yang telah gagal dengan kontrasespi lain.













22


DAFTAR PUSTAKA
1. Khotima F. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Istri Dengan Pemilihan
Kontrasepsi Vasektomi Pada Pasangan Usia Subur (Artikel ilmiah). Semarang
: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, 2011.
2. Wahyuni N, Suryani N, Murdani P. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap
Akseptor KB Pria Tentang Vasektomi Serta Dukungan Keluarga Dengan
Partisipasi Pria Dalam Vasektomi Di Kecamatan Tejakula Kabupaten
Buleleng. Jurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol1, No.1,2013 ( hal 80-91).
3. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=5511
4. Sempurno D. Kegagalan Vasektomi Teknik open-ended Dibanding Teknik
Close-ended. Semarang : Bagian Bedah Fakultas Kedokteran. Universitas
Diponegoro, 1996.
5. Foster M E, Stiff G M. Teknik Bedah Umum. Jakarta : Farmedia, 2001. Hal
114-5.
6. Purwoko H. Perbandingan Penerimaan Antara Akseptor Vasektomi Dan
Akseptor Steriisasi Tuba (Tesis). Semarang : Bagian Obstetric dan
Ginekologi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2000.
7. Lubis S A. Alasan KB dengan vasektomi oleh masyarakat kecamatan Medan
Tembung Kota Medan. Medan: Fakultas Syariah Institut Agama Islam
Negeri. 2009.

Anda mungkin juga menyukai