Anda di halaman 1dari 3

PRINSIP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Mathews menyatakan bahwa: "prinsip adalah suatu pernyataan tentang kebijakan yang dijadikan
pedoman dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan kegiatan secara konsisten ", Karena itu, prinsip
akan berlaku umum, dapat diterima secara umum, _dan telah diyakini kebenarannya dari
berbagai pengamatan dalam kondisi yang beragam. Dengan demikian "prinsip" dapat dijadikan sebagai
landasan pokok yang benar, bagi pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Meskipun "prinsip" biasanya diterapkan dalam dunia akademis, Leagans (1961) menilai bahwa
setiap penyuluh/fasilitator dalam melaksanakan kegiatannya harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip
pemberdayaan. Tanpa berpegang pada prinsip-prinsip yang sudah disepakati, seorang penyuluh (apalagi
administrator pemberdayaan) tidak mungkin dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Bertolak dari pemahaman pemberdayaan sebagai salah satu sistem pendidikan, maka pemberdayaan
memiliki prinsip-prinsip:
1) Mengerjakan, artinya, kegiatan pemberdayaan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk
mengerjakan/ menerapkan sesuatu. Karena melalui "mengerjakan" mereka akan mengalami proses
belajar (baik dengan menggunakan pikiran, perasaan, dan keterampilannya) yang akan terus diingat untuk
jangka waktu yang lebih lama;
2) Akibat, artinya, kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau
pengaruh yang baik atau bermanfaat; karena, perasaan senang/puas atau tidak-senang/kecewa akan
mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/ pemberdayaan di masa-masa mendatang;
3) Asosiasi, artinya, setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan
kegiatan lainnya, sebab, setiap orang cenderung untuk mengaitkan/ menghubungkan kegiatannya
dengan kegiatan/ peristiwa yang lainnya. Misalnya, dengan melihat cangkul orang diingatkan
kepada pemberdayaan tentang persiapan lahan yang baik; melihat tanaman yang kerdil/subur, akan
mengingatkannya kepada usaha-usaha pemupukan, dll.
Lebih lanjut, Dahama dan Bhatnagar (1980) mengungkapkan prinsip-prinsip pemberdayaan
yang lain yang mencakup:
l) Minat dan Kebutuhan, artinya, pemberdayaan akan efektif jika selalu mengacu kepada minat dan
kebutuhan masyarakat. Mengenai hal ini, harus dikaji secara mendalam: apa yang benar-benar menjadi
minat dan kebutuhan yang dapat menyenangkan setiap individu maupun segenap warga masyarakatnya,
kebutuhan apa saja yang dapat dipenuhi sesuai dengan tersedianya sumberdaya, serta minat dan kebutuhan
mana yang perlu mendapat prioritas untuk dipenuhi terlebih dahulu;
2) Organisasi masyarakat bawah, artinya pemberdayaan akan efektif jika mampu melibatkan/menyentuh
organisasi masyarakat bawah, sejak dari setiap keluarga/kekerabatan;
3) Keragaman budaya, artinya, pemberdayaan harus memperhatikan adanya keragaman budaya.
Perencanaan pemberdayaan harus selalu disesuaikan dengan budaya lokal yang beragam. Di lain
pihak, perencanaan pemberdayaan yang seragam untuk setiap wilayah seringkali akan menemui
hambatan yang bersumber pada keragaman budayanya;
4) Perubahan budaya, artinya setiap kegiatan pemberdayaan akan mengakibatkan perubahan budaya.
Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan dengan bijak dan hati-hati agar perubahan yang terjadi tidak
menimbulkan kejutan-kejutan budaya. Karena itu, setiap penyuluh perlu untuk terlebih dahulu
memperhatikan nilai-nilai budaya lokal seperti tabu, kebiasaan-kebiasaan;
5) Kerjasama dan partisipasi, artinya pemberdayaan hanya akan efektif jika mampu menggerakkan partisipasi
masyarakat untuk selalu bekerjasama dalam melaksanakan program-program pemberdayaan yang telah
dirancang;
6) Demokrasi dalam penerapan ilmu, artinya dalam pemberdayaan harus selalu memberikan kesempatan
kepada masyarakatnya untuk menawar setiap ilmu altematif yang ingin diterapkan. Yang dimaksud
demokrasi di sini, bukan terbatas pada tawar-menawar tentang ilmu altematif saja, tetapi juga dalam
penggunaan metoda pemberdayaan, serta proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh
masyarakat sasarannya;
7) Belajar sambil bekerja, artinya dalam kegiatan pemberdayaan harus diupayakan agar masyarakat dapat
"belajar sambil bekerja" atau belajar dari pengalaman tentang segala sesuatu yang ia kerjakan. Dengan
perkataan lain, pemberdayaan tidak hanya sekadar menyampaik:an informasi atau konsep-konsep
teoritis, tetapi harus memberikan kesempatan kepada masyarakat sasaran untuk mencoba atau
memperoleh pengalaman melalui pelaksanaan kegiatan secara nyata;
8) Penggunaan metoda yang sesuai, artinya pemberdayaan harus dilakukan dengan penerapan metoda
yang selalu disesuaikan dengan kondisi (lingkungan fisik:, kemampuan ekonomi, dan nilai sosial•
budaya) sasarannya. Dengan perkataan lain, tidak satupun metoda yang dapat diterapkan di semua kondisi
sasaran dengan efektif dan efisien;
9) Kepemimpinan, artinya, penyuluh tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang hanya bertujuan untuk
kepentingan/kepuasannya sendiri, dan harus mampu mengembangkan kepemimpinan. Dalam hubungan
ini, penyuluh sebaik:nya mampu menumbuhkan pemimpin-pemirnpin lokal atau memanfaatkan pemimpin
lokal yang telah ada untuk membantu kegiatan pemberdayaannya;
10) Spesialis yang terlatih, artinya, penyuluh harus benar-benar pribadi yang telah memperoleh latihan
khusus tentang segala sesuatu yang sesuai dengan fungsinya sebagai penyuluh. Penyuluh-penyuluh yang
disiapkan untuk menangani kegiatan-kegiatan khusus akan lebih efektif dibanding yang disiapkan untuk
melakukan beragam kegiatan (meskipun masih berkaitan dengan kegiatan pertanian);
11) Segenap ke/uarga, artinya, penyuluh harus memperhatik:an keluarga sebagai satu kesatuan dari unit sosial.
Dalam hal ini, terkandung pengertian-pengertian:
a) Pemberdayaan harus dapat mempengaruhi segenap anggota keluarga;
b) Setiap anggota keluarga memiliki peran/pengaruh dalam setiap pengambilan keputusan;
c) Pemberdayaan hams mampu mengembangkan pemahaman bersama;
d) Pemberdayaan mengajarkan pengelolaan keuangan keluarga;
e) Pemberdayaan mendorong keseimbangan antara kebutuhan keluarga dan kebutuhan usahatani;
f) Pemberdayaan hams mampu mendidik: anggota keluarga yang masih muda;
g) Pemberdayaan hams mengembangkan kegiatan-kegiatan keluarga, memperkokoh kesatuan keluarga,
baik yang menyangkut masalah sosial, ekonomi, maupun budaya;
h) Mengembangkan pelayanan keluarga terhadap masyarakat-nya.
12) Kepuasan, artinya, pemberdayaan hams mampu mewujudkan tercapainya kepuasan. Adanya
kepuasan, akan sangat menentukan keikutsertaan sasaran pada program-program pemberdayaan
selanjutnya.

Lebih lanjut, World Bank (2002) mensyaratkan hal-hal yang perlu diperhatikan untuk terjaminnya
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang menyangkut:
1) Perbaikan modal finansial, berupa perencanaan ekonomi-makro dan pengelolaan fiskal;
2) Perbaikan modal fisik, berupa prasarana, bangunan, mesin, dan juga
pelabuhan;
3) Perbaikan modal SOM, berupa perbaikan kesehatan dan pendidikan yang relevan dengan pasar-kerja;
4) Pengembangan modal-sosial, yang menyangkut: keterampilan dan kemampuan masyarakat,
kelembagaan, kemitraan, dan norma hubungan sosial yang lain;
5) Pengelolaan sumberdaya alam, baik yang bersifat komersial maupun nonkomersial bagi perbaikan kehidupan
manusia termasuk: air-bersih, energi, serat, pengelolaan limbah, stabilitas iklim, dan beragam
layanan penunjangnya.

Mengacu kepada konsep-konsep di atas, maka tujuan pemberdayaan meliputi beragam upaya
perbaikan sebagai berikut:
(1) Perbaikan pendidikan (better education) dalam arti bahwa pemberdayaan harus dirancang
sebagai suatu bentuk pendidikan yang lebih baik. Perbaikan pendidikan yang dilakukan melalui
pemberdayaan, tidak terbatas pada: perbaikan materi, perbaikan metoda, perbaikan yang menyangkut
tempat dan waktu, serta hubungan fasilitator dan penerima manfaat; tetapi yang lebih penting
adalah perbaikan pendidikan yang mampu menumbuhkan semangat belajar seumur hidup;

(2) Perbaikan aksesibilitas (better accessibility)


Dengan tumbuh dan berkembangnya semangat belajar seumur hidup, diharapkan akan
memperbaiki aksesibilitasnya, utamanya tentang aksesibilitas dengan sumber informasi/ inovasi,
sumber pembiayaan, penyedia produk dan peralatan, lembaga pemasaran;
(3) Perbaikan tindakan (better action)
Dengan berbekal perbaikan pendidikan dan perbaikan aksesibilitas dengan beragam sumberdaya
yang lebih baik, diharapkan akan terjadi tindakan-tindakan yang semakin lebih baik;
(4) Perbaikan kelembagaan (better institution)
Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan,
termasuk pengembangan jejaring kemitraan-usaha;
(5) Perbaikan usaha (better business)
Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibilitas, kegiatan, dan perbaikan
kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan;
(6) Perbaikan pendapatan ( better income)
Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki
pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya;
(7) Perbaikan lingkungan (better environment)
Perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan
lingkungan seringkali disebabkan oleh kerniskinan atau pendapatan yang terbatas;
(8) Perbaikan kehidupan (better living)
Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan
kehidupan setiap keluarga dan masyarakat;
(9) Perbaikan masyarakat (better community)
Keadaan kehidupan yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih
baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.

Anda mungkin juga menyukai