Anda di halaman 1dari 6

1 | Entamoeba hystolytica pada Primate Patisya et al.

Entamoeba hystolytica pada Primate

Kata kunci:

Pendahuluan Bentuk kista bersifat non-patogen


tetapi dapat berubah menjadi infektif bagi
Infeksi amebiasis terjadi ketika manusia. Hewan mamalia lain seperti anjing
parasit E. histolytica masuk ke dalam tubuh dan kucing dapat juga terinfeksi. Kista
dan menetap di dalam usus. Parasit ini dihasilkan jika kondisi sekitamya tidak
menyebabkan diare, kerusakan pada perut memungkinkan untuk kehidupan trofozoit.
dan saluran pencernaan. Lalat, nyamuk, dan Inti kista dapat membelah menjadi empat
serangga lain dapat beresiko menjadi dengan ukuran berkisar 10-20 um, kondisi ini
penyalur parasit. Amebiasis muncul pada terjadi jika bentuk kista menjadi matang
negara tropis dengan sanitasi yang buruk, hal (metakista). Kista dikeluarkan bersama tinja.
inibiasanya terjadi di Amerika Selatan dan Selama dalam saluran pencernaan, dalam
beberapa negara di Afrika. Individu yang suasana asam tidak terjadi perkembangan,
memiliki resiko terkena amebiasis terbesar namun dalam pH basa atau netral, kista
adalah pada homoseksual, orang yang hidup menjadi aktif, berkembang menjadi 4
di penjara, bepergian ke negara yang stadium trofozoit metakistik dan selanjutnya
sanitasinya buruk, dan imigran dari negara menjadi trofozoit di dalam usus besar.
yang sanitasnya buruk (Barwell and Yu, Adanya dinding kista, menyebabkan bentuk
2017). kista dapat bertahan terhadap adanya
pengaruh lingkungan yang buruk yang
Morfologi dan Siklus Penyakit berada di luar tubuh manusia. Stadium kista
sangat tahan terhadap kondisi lingkungan
Dalam siklus hidupnya, E. histolytica yang buruk dan tetap bertahan di tanah
memiliki stadium yang berbentuk trofozoit – selama 8 hari pada suhu 28–34°C, 40 hari
prakista – kista – metakista. Trofozoit pada suhu 2–6°C, dan 60 hari pada suhu O°
berdiameter 10 – 60 mikrometer, ditemukan C.Kista sangat tahan terhadap bahan kimia
di bagian bawah usus halus, namun lebih tertentu namun dapat dihancurkan dalam
sering berada di kolon dan rektum yang asam asetat 5-10% dan iodine 200 ppm.
melekat pada bagian mukosa. Trofozoit Sedangkan dalam air dapat bertahan sampai
adalah stadium infeksi, masuk ke dalam usus 1 bulan dan dalam tinja kering sampai 12
dan melakukan pembelahan aseksual hari. Selain itu kista dapat dihilangkan
kemudia masuk ke dalam mukosa usus besar. dengan filtrasi pasir atau dimatikan dengan
Di dalam dinding usus besar, trofozoit direbus, filtrasi dilakukan dengan
terbawa aliran darah menuju ke hati, paru, menggunakan tanah yang mengandung
otak dan organ lain. Trofozoit dalam saluran diatomaceaus. (Gracia et al,1996;
pencernaan melakukan pemadatan dan Rasmaliah,2003 )
berubah bentuk menjadi metakista. Metakista
keluar bersama tinja (Lynne & Bruckner,
1996)

Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)


2 | Entamoeba hystolytica pada Primate Patisya et al.

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Pencegahan dilakukan dengan


memperhatikan kondisi higienitas diri,
sanitasi, pola hidup bersih dan sehat adalah
hal penting dalam pengendalian infeksi.
Aspek higiene perorangan dapat melalui cara
mencuci tangan dengan sabun setelah dari
kamar kecil, tidak makan makanan mentah
atau setengah matang, mencuci alat makan
dan minum dengan sabun, membuang
kotoran, air kotor, dan sampah dengan
baik.Pengobatan untuk amebiasis merupakan
obat yang efektif diserap langsung ke mukosa
usus dan segera membunuh kista dan
trofozoit (Lubis, 2004) Obat emetin
hidrokhlorin efektif secara parenteral untuk
membunuh trofozoit. amebiasis akut dan
ekstraintestinal sebaiknya diobati dengan
Cara Infeksi dan Penularan metronidazol. Metronidazol merupakan obat
pilihan karena terbukti efektif membunuh E.
Parasit ini umumnya menular melalui histolytica baik kista maupun trofozoit
makanan dan minuman yang telah (Praptiwi dan Murniati, 1995). E. histolytica
terkontaminasi. Selain itu, penularan dapat juga dapat menyebabkan infeksi
terjadi setelah menyentuh tanah, air, pupuk Asymptomatic intestinal yang dapat diobati
atau tangan orang lain yang telah terpapar menggunakan obat-obatan luminal
tinja yang mengandung parasit tersebut. amebicides, seperti paromomycin dan
Penularan juga dapat terjadi melalui seks diloxanide furoate. Obat-obat ini akan
anal, seks oral, atau pada orang yang memberantas luminal amebae dan mencegah
melakukan terapi pembilasan atau colonic invasi jaringan berikutnya dan menyebar
irrigation (AloDokter, 2016) infeksi melalui kista (Pritt and Clark, 2008).

Patologis dan Gejala Klinik Patogenesis amebiasis

Gejala klinik tergantung pada Masuknya kista parasit sebagai


lokalisasi dan beratnya infeksi. Gejala yang manifestasi E. histolytica tidak menunjukkan
sering dialami adalah nyeri pada bagian perut gejala spesifik, namun dapat diketahui
bawah dan kanan bawah, sering terasa ingin dengan pemeriksaan mikroskopik pada
buang air besar, diare dengan tinja lunak, sampel feses penderita. Dalam feses, kista
berair dan berisi sejumlah darah dan lendir umumnya dapat ditemukan namun tropozoit
(Fotedar et. al., 2007). Gejala akan muncul sangat jarang teramati. Individu yang tidak
setelah 1-4 minggu menelan kista, ketika menunjukkan gejala khusus saat terinfeksi E.
tropozoit masuk ke dinding usus mereka akan histolytica dapat diketahui dari antibodinya
masuk ke peredaran darah dan menyerang yang menunjukkan ketidaknormalan tertentu.
berbagai organ dan menyebabkan infeksi, Selain itu, kolonisasi asimtomatis E.
sakit dalam, bahkan kematian. histolytica menjadi penyebab utama dari

Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)


3 | Entamoeba hystolytica pada Primate Patisya et al.

disentri amebiasis dan kelainan invasif tropozoit atau penyebaran hematogeni


lainnya. Haque et al. (2003) melaporkan tropozoit ke daerah ekstraintestinal, dengan
bahwa terdapat 4-10% individu yang beberapa variasi manifestasi patogen. Bukti
terinfeksi kolonisasi asimtomatis E. penelitian menunjukkan bahwa lectin E.
histolytica memiliki kolitis atau kelainan histolytica tidak memiliki efek toksisitas
ekstraintestinal. meskipun pada konsentrasi tinggi, sehingga
diduga sitolisis diakibatkan oleh adanya
Intestinal amebiasi adhesi oleh stimulasi lectin polimerisasi.
Infeksi dapat diinisasi dengan Neutrofil bereaksi adanya invasi dan
memakan kista quadrinukleat E. histolytica menyebabkan luka seluler lokal. Invasi di
yang berada makanan dan minuman yang epitel intestinal diikuti dengan penyebaran
terkontaminasi materi feses. Hal tersebut ekstraintestinal ke daerah peritoneum, liver,
banyak ditemukan dalam kebiasaan yang ada dan lokasi lainnya. Penyakit intestinal invasif
di negara berkembang dan menjadi dapat terjadi selama beberapa hari hingga
kebiasaan. Bentuk infektif dari kista menahun setelah inisiasi infeksi yang
berkembang didalam perut dan usus halus. ditandai dengan adanya sakit dibagian
Kista akan berkembang didalam lumen usus abdomen dan diare disertai darah. Diare
halus, dimana tropozoit invasif yang motil dengan lendir dan berair, kontipasi, dan
keluar berpindah kedalam lumen usus besar. tenesmus dapat terjadi. Gambar beriikut
Tropozoit menempel pada lumen dengan merupakan gambaran invasi tropozoit secara
adanya galaktosa dan N-acetyl-D- histologi dan adanya luka seperti bisul
galactosamine(GalNAc)-spesific lectin, yang dipermukaan intestinal.
berada dipermukaan amoeba. Tropozoit akan
menempel pada lapisan lendir kolon.
Reproduksi tropozoit secara seksual dan
semua populasi E. histolytica hidup secara
koloni. Pada infeksi yang sering terjadi,
tropozoit akan menempel dan hidup pada
lapisan lendir (mucin) serta menghasilkan
kista baru secara pembelahan biner, sehingga
mengakibatkan adanya batasan dan infeksi
asimtometis. Kista akan dikeluarkan bersama
feses dan melanjutkan siklus hidupnya Gambar 2. “flask-shaped” bisul invasif
dengan penyebaran secara fecal-oral. karena amebiasis intestinal dengan
Dinding tebal pada kista melindungi kista pewarnaan hematoxylin-eosisn perbesaran
untuk bertahan hidup hingga beberapa 50x. Bagian ujung (apex) dari bisul pada
minggu pada lingkungan luar dan lumen mendekati bagian dasar, membentuk
ditransmisikan untuk menginfeksi. mirip botol. Bentuk tersebut merupakan
Sedangkan, tropozoit yang ikut keluar tropozoit yang meninvasi melalui mukosa
bersama feses akan cepat mati karena tidak dan berpindah ke submukosa (yang ditandai
memiliki pelindung. Kista umumnya panah). Secara mikroskopis, tropozoit
ditemukan dalam bentuk feses sedangkan terletak disudut bisul submukosa.
tropozoit ditemukan dalam feses cair. Kolitis terjadi saat tropozoit masuk ke
Pada beberapa kasus, tropozoit menempel mukosa intestinum, yang berfunsi sebagai
pada epitel kolon menyebabkan lisisnya pembatas invasi untuk mencegah adhesi dari
epitel, menginisiasi invasi kolon oleh amebae ke epitel dan menurunkan motilitas
tropozoit. Invasi tropozoit menyebabkan sel

Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)


4 | Entamoeba hystolytica pada Primate Patisya et al.

epitel mati, neutrofil, dan limfosit. Hal


tersebut terjadi saat lectin parasit mengikat
N-acetyl-D-galactosamine inangnya dan sel
O-terikat pada permukaan oligosakarida.
Penderita dengan kolitis amebiasis
menunjukkan gejala seperti rasa sakit
didaerah perut, kehilangan berat badan, dan
diare cair disertai darah. Adanya interaksi
antara parasit dengan epitel intestinum
menghasilkan respon inflamasi ditandai
dengan aktifnya faktor nukleus eB dan
sekresi limfokinase. Respon epitel tergantung
pada faktor virulensi tropozoit sisteine
proteinase, yang menyebabkan varias
abnormalitas intestinum melalui rusaknya
neutrofil. Respon sel pada penderita
amebiasis abscess liver ditandai dengan
proliferasi limfosit dan sekresi limfokin.

Prevalensi
Menurut Leviene (1993) proses
Prevalensi Infeksi Entamoeba spp pada penularan Entamoeba spp dapat terjadi akibat
Ternak Babi yang dipelihara di Pegunungan kontaminasi melalui air, maka pada
Arfak dan Lembah Baliem, Papua. penelitian ini dilakukan pemeriksaan
terhadap sumber air yang meliputi: PAM,
Tabel 1. Prevalensi Infeksi Entamoeba spp sumur, sungai, dan air hujan. Dari keempat
pada babi berdasarkan daerah asal sumber air ini dilakukan analisis dengan
menggunakan uji isquare untuk
mengetahui pengaruh sumber air terhadap
prevalensi infeksi
entamoeba spp, adapun hasil dari uji
chisquare menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan nyata (P > 0,05) antara sumber
air yang berasal dari air PAM, sumur,
sungai dan air hujan. Hal ini bisa
disebabkan karena jumlah sampel sumber
air yang diambil berbeda.
Selain itu pula penelitian serupa
Tabel 2. Prevalensi infeksi Entamoeba spp pernah dilakukan oleh Yuliari (2011) yang
pada babi berdasarkan cara pemeliharaan meneliti tentang prevalensi infeksi
babi. Perbedaan prevalensi Entamoeba spp protozoa saluran pencernaan pada babi di
pada babi yang dipelihara dikandangkan lokasi yang sama. Adapun hasil dari
dengan babi yang dipelihara dilepas secara penelitian tersebut dari 22 sampel tinja yang
statistik tidak menunjukkan perbedaan yang diperiksa terdapat 27% ternak babi dari
signifikan (P > 0,05). kedua lokasi positif terinfeksi Entamoeba
spp dan uji chisquare yang Dilakukan

Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)


5 | Entamoeba hystolytica pada Primate Patisya et al.

menunjukan P > 0,05 atau tidak terdapat diketahui infestasi parasit usus, apabila
perbedaan yang nyata antara sampel yang terjadi secara simultan secara langsung dapat
diambil dari Pegunungan Arfak maupun berpengaruh pada fungsi absorbsi zat-zat
Lembah Baliem. makanan yang diperlukan tubuh. Risiko yang
Bila dibandingkan dengan terjadi akan bertambah pada anak dalam
penelitian Yuliari (2011), hasil penelitian masa pertumbuhan apalagi terjadi pada anak
ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan dengan problem status gizi, maka infestasi
yang nyata antara sampel yang diambil parasit usus menjadikan kondisi status gizi
dari Pegunungan Arfak dan Lembah menjadi lebih buruk.
Baliem. Adapun yang menyebabkan
perbedaan tersebut adalah: jumlah sampel Simpulan
dan metode yang digunakan. Dalam
penelitian ini jumlah sampel yang Sumber Rujukan
digunakan sebanyak 102 sampel sedangkan
pada penelitian Yuliari (2011) sampel
yang digunakan sebanyak 22 sampel, dan AloDokter. 2016. Amebiasis. [Internet].
juga pada penelitian ini metode yang AloDokter [Cited on 4 May 2018]. Retrieved
digunakan adalah metode SAF (Sodium from
Acetic Formaldelyde) yang merupakan https://www.alodokter.com/amebiasis.
metoda yang lebih sensitif untuk
mendeteksi protozoa (Martin dan Escher, Barwell, J. and Yu, W. 2017. Amebiasis.
1990). [Internet]. HealthLine [Cited on 5 May
2018]. Retrieved from
https://www.healthline.com/health/amebi
asis

CDC. 2017.
https://www.cdc.gov/dpdx/amebiasis/inde
x.html. Diakses 4 Mei 2018

Fotedar R, Stark D, and Beebe N. 2007.


Laboratory Diagnostic Techniques for
Selain kasus kasus diatas entamoba
Entamoeba Species. Clinical
juga data menyerang manusia, khusunya
Microbiological Review. 20(3) : 511-32.
balita. Hal yang menarik dari Tabel di atas
adalah tingginya angka prevalensi infestasi
Garcia, Lynne S & David A. Bruckner. 1996.
campuran pada balita penderita gizi buruk
“Diagnostik Parasitologi Kedokteran”. Alih
(82,61%). Infestasi campuran dalam
Bahasa: Dr. Robby Makimian, MS. Penerbit
penelitian ini adalah infestasi lebih dari satu
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
macam jenis (spesies) parasit usus. Hal ini
mengisyaratkan bahwa infestasi parasit usus
Lubis, C. 2004. Penggunaan Obat Anti
pada penderita gizi buruk harus diwaspadai
Amuba: Pengalaman di Bangsal Anak RS
dan menjadi suatu hal yang perlu menjadi
Pirngadi Medan. e-USU Repository.
salah satu pertimbangan dalam upaya
menurunkan angka penderita gizi buruk di
Lynne, G. S. & Bruckner, D. A. 1996.
Indonesia umumnya dan di Bantul,
Diagnostik Parasitologi Kedokteran. Alih
Yogyakarta khususnya. Sebagaimana

Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)


6 | Entamoeba hystolytica pada Primate Patisya et al.

Bahasa: Dr. Robby Makimian, MS. Penerbit


Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Praptiwi, A. dan Murniati, S. 1995.


Amebiasis pada penderita Rawat Inap RSUD
Wamena dalam Tahun 1988-1990. Majalah
Medika. No. 11 Tahun XXI, November. h.
863-867.

Pritt, B.S. and C.G. Clark. 2008. Amebiasis.


Mayo Clinic Proceedings. 83 (10): 1154-
1160.

Supriastuti. 2010. Host-parasite interactions


and mechanisms of infection in amebiasis.
Universa medicina. 29(2): 104-113.

Rasmaliah. 2003. Epidemiologi Amoebiasis


dan Upaya Pencegahannya. FKM USU.
http://library. usu.
ac.ididownloadlfklpenyakit. dalam.pdf. e-
USU Repository.

Data Kelompok
1. Brilla Widya Witri (B04170103)
2. Afifah Arini Habib (B04170104)
3. Anyla patisya (B04170105)

Tugas Terstruktur Parasitologi Veteriner: Endoparasit (IPH 331)

Anda mungkin juga menyukai