Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL BIOLOGI TENTANG AMEBIASIS

NAMA : MARTHA YANSELI

NIM : 083210002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGRURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA NIPA INDONESIA

2022
Amebiasis
A. Pengertian

Amebiasis merupakan infeksi parasit pada usus besar yang disebabkan oleh parasit Entamoebae
histolytica. Secara keseluruhan, terdapat 8 jenis Entamoeba dalam tubuh tetapi hanya E.
histolytica yang menyebabkan penyakit amebiasis.

B. Penyebab

Infeksi amebiasis terjadi ketika parasit E. histolytica masuk ke dalam tubuh dan menetap di
dalam usus. Parasit ini menyebabkan diare, kerusakan pada perut dan saluran pencernaan. Lalat,
nyamuk, dan serangga lain dapat beresiko menjadi penyalur parasit. Amebiasis muncul pada
negara tropis dengan sanitasi yang buruk, hal inibiasanya terjadi di Amerika Selatan dan
beberapa negara di Afrika. Individu yang memiliki resiko terkena amebiasis terbesar adalah pada
homoseksual, orang yang hidup di penjara, bepergian ke negara yang sanitasinya buruk, dan
imigran dari negara yang sanitasnya buruk (Barwell and Yu, 2017).

C. Morfologi dan Siklus Penyakit

Dalam siklus hidupnya, E. histolytica memiliki stadium yang berbentuk trofozoit – prakista –


kista – metakista. Trofozoit berdiameter 10 – 60 mikrometer, ditemukan di bagian bawah usus
halus, namun lebih sering berada di kolon dan rektum yang melekat pada bagian mukosa.
Trofozoit adalah stadium infeksi, masuk ke dalam usus dan melakukan pembelahan aseksual
kemudia masuk ke dalam mukosa usus besar. Di dalam dinding usus besar, trofozoit terbawa
aliran darah menuju ke hati, paru, otak dan organ lain. Trofozoit dalam saluran pencernaan
melakukan pemadatan dan berubah bentuk menjadi metakista. Metakista keluar bersama tinja
(Lynne & Bruckner, 1996)

Bentuk kista bersifat non-patogen tetapi dapat berubah menjadi infektif bagi manusia. Hewan
mamalia lain seperti anjing dan kucing dapat juga terinfeksi. Kista dihasilkan jika kondisi
sekitamya tidak memungkinkan untuk kehidupan trofozoit. Inti kista dapat membelah menjadi
empat dengan ukuran berkisar 10-20 um, kondisi ini terjadi jika bentuk kista menjadi matang
(metakista). Kista dikeluarkan bersama tinja. Selama dalam saluran pencernaan, dalam suasana
asam tidak terjadi perkembangan, namun dalam pH basa atau netral, kista menjadi aktif,
berkembang menjadi 4 stadium trofozoit metakistik dan selanjutnya menjadi trofozoit di dalam
usus besar. 10 Adanya dinding kista, menyebabkan bentuk kista dapat bertahan terhadap adanya
pengaruh lingkungan yang buruk yang berada di luar tubuh manusia. Stadium kista sangat tahan
terhadap kondisi lingkungan yang buruk dan tetap bertahan di tanah selama 8 hari pada suhu 28–
34°C, 40 hari pada suhu 2–6°C, dan 60 hari pada suhu O° C.Kista sangat tahan terhadap bahan
kimia tertentu namun dapat dihancurkan dalam asam asetat 5-10% dan iodine 200 ppm.
Sedangkan dalam air dapat bertahan sampai 1 bulan dan dalam tinja kering sampai 12 hari.
Selain itu kista dapat dihilangkan dengan filtrasi pasir atau dimatikan dengan direbus, filtrasi
dilakukan dengan menggunakan tanah yang mengandung diatomaceaus.  (Gracia et al,1996;
Rasmaliah,2003 )
D. Cara Infeksi dan Penularan

Parasit ini umumnya menular melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi. Selain
itu, penularan dapat terjadi setelah menyentuh tanah, air, pupuk atau tangan orang lain yang telah
terpapar tinja yang mengandung parasit tersebut. Penularan juga dapat terjadi melalui seks anal,
seks oral, atau pada orang yang melakukan terapi pembilasan atau colonic irrigation (AloDokter,
2016).

E. Patologis dan Gejala Klinik

Gejala klinik tergantung pada lokalisasi dan beratnya infeksi. Gejala yang sering dialami adalah
nyeri pada bagian perut bawah dan kanan bawah, sering terasa ingin buang air besar, diare
dengan tinja lunak, berair dan berisi sejumlah darah dan lendir (Fotedar et. al., 2007). Gejala
akan muncul setelah 1-4 minggu menelan kista, ketika tropozoit masuk ke dinding usus mereka
akan masuk ke peredaran darah dan menyerang berbagai organ dan menyebabkan infeksi, sakit
dalam, bahkan kematian.

F. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Pencegahan dilakukan dengan memperhatikan kondisi higienitas diri, sanitasi, pola hidup bersih
dan sehat adalah hal penting dalam pengendalian infeksi. Aspek higiene perorangan dapat
melalui cara mencuci tangan dengan sabun setelah dari kamar kecil, tidak makan makanan
mentah atau setengah matang, mencuci alat makan dan minum dengan sabun, membuang
kotoran, air kotor, dan sampah dengan baik.Pengobatan untuk amebiasis merupakan obat yang
efektif diserap langsung ke mukosa usus dan segera membunuh kista dan trofozoit (Lubis, 2004)
Obat emetin hidrokhlorin efektif secara parenteral untuk membunuh trofozoit. amebiasis akut
dan ekstraintestinal sebaiknya diobati dengan metronidazol. Metronidazol merupakan obat
pilihan karena terbukti efektif membunuh E. histolytica baik kista maupun trofozoit (Praptiwi
dan Murniati, 1995). E. histolytica juga dapat menyebabkan infeksi Asymptomatic
intestinal yang dapat diobati menggunakan obat-obatan luminal amebicides, seperti
paromomycin dan diloxanide furoate. Obat-obat ini akan memberantas luminal amebae dan
mencegah invasi jaringan berikutnya dan menyebar infeksi melalui kista (Pritt and Clark, 2008).

Host-Parasite Interactions and Mechanisms of Infection in Amebiasis

Supriastuti

Penyakit diare menjadi masalah kesehatan masyarakat yang ada di negara berkembang.
Amebiasis merupakan penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi. WHO dan Pan American
Health Organization (PAHO) menjelaskan amebiasis sebagai penyakit akibat infeksi Entamoeba
histolytica yang tidak mempengaruhi gejala klinis. Diagnosis dari infeksi E.
histolytica umumnya berdasarkan pemeriksaan feses, namun metode tersebut tidak terlalu
representatif karena morfologi E. histolytica tidak dapat dibedakan dari spesies Entamoeba non
patogenik. Ada beberapa jenis Entamoeba yang menginfeksi lumen intestinum seperti E.
histolytica, E. dispar, E. moshkovskii, E. polecki, E. coli, dan E. hartmanni. E.
histolytica  merupakan spesies tunggal yang menjadi patogen definitif pad manusia. E.
histolytica amebiasis secara klinis tidak menunjukkan gejala tertentu untuk diare disentri dan
amebiasis ekstraintestinal infasif, terutama dalam bentuk abcsess diliver.

Epidemologi dari E. histolytica belum diketahui secara pasti, karena memiliki morfologi yang
mirip dengan 3 spesies Entamoeba yang lain, yaitu E. histolytica, E. dispar, dan E.
moshkovskii. E. moshkovskii seting ditemukan di daerah endemik E. histolytica yang
meningkatkan prevalensi amebiasis. Di negara berkembang prevalensi tergantung pada budaya,
kondisi sosioekonomi, usia, ketersediaan air bersih, densitas populasi, sanitasi yang rendah,
adanya transmisi fecal-oral dari satu orang ke orang lainnya. Pada negara berkembang, infeksi
paling sering disebabkan oleh E. dispar. Infeksi E. moshkovskii tidak menunjukkan gejala
tertentu pada manusia. Pengujian infeksi amebiasis dapat dilakukan dengan single-round PCR
assay, sebagai metode diagnostik yang akurat, cepat, dan efektif untuk mendeteksi dan
membedakan tiga jenis Entamoeba  berbeda, sebagai cara alternatif dalam diagnosis amebiasis
dan survey epidemologi.

Amebiasis invasif, termasuk absess amebiasis liver cenderung banyak ditemukan pada laki-laki
dan perempuan, sedangkan pada anak prepubertas cenderung seimbang antara laki-laki dan
perempuan. Selain itu, abscess amebasis liver lebih banyak ditemukan pada individu dewasa
daripada anak-anak. Hal tersebut kemungkinan karena proporsi amebiasis hati lebih tinggi pada
laki-laki berkaitan dengan rentannya terkena amebiasis invasif.

Patogenesis amebiasis

Masuknya kista parasit sebagai manifestasi E. histolytica tidak menunjukkan gejala spesifik,


namun dapat diketahui dengan pemeriksaan mikroskopik pada sampel feses penderita. Dalam
feses, kista umumnya dapat ditemukan namun tropozoit sangat jarang teramati. Individu yang
tidak menunjukkan gejala khusus saat terinfeksi E. histolytica dapat diketahui dari antibodinya
yang menunjukkan ketidaknormalan tertentu. Selain itu, kolonisasi asimtomatis E.
histolytica menjadi penyebab utama dari disentri amebiasis dan kelainan invasif lainnya.
Haque et al. (2003) melaporkan bahwa terdapat 4-10% individu yang terinfeksi kolonisasi
asimtomatis E. histolytica memiliki kolitis atau kelainan ekstraintestinal.

Intestinal amebiasi

Infeksi dapat diinisasi dengan memakan kista quadrinukleat E. histolytica yang berada makanan
dan minuman yang terkontaminasi materi feses. Hal tersebut banyak ditemukan dalam kebiasaan
yang ada di negara berkembang dan menjadi kebiasaan. Bentuk infektif dari kista berkembang
didalam perut dan usus halus. Kista akan berkembang didalam lumen usus halus, dimana
tropozoit invasif yang motil keluar berpindah kedalam lumen usus besar. Tropozoit menempel
pada lumen dengan adanya galaktosa dan N-acetyl-D-galactosamine(GalNAc)-spesific lectin,
yang berada dipermukaan amoeba. Tropozoit akan menempel pada lapisan lendir kolon.
Reproduksi tropozoit secara seksual dan semua populasi E. histolytica hidup secara koloni. Pada
infeksi yang sering terjadi, tropozoit akan menempel dan hidup pada lapisan lendir (mucin) serta
menghasilkan kista baru secara pembelahan biner, sehingga mengakibatkan adanya batasan dan
infeksi asimtometis. Kista akan dikeluarkan bersama feses dan melanjutkan siklus hidupnya
dengan penyebaran secara fecal-oral. Dinding tebal pada kista melindungi kista untuk bertahan
hidup hingga beberapa minggu pada lingkungan luar dan ditransmisikan untuk menginfeksi.
Sedangkan, tropozoit yang ikut keluar bersama feses akan cepat mati karena tidak memiliki
pelindung. Kista umumnya ditemukan dalam bentuk feses sedangkan tropozoit ditemukan dalam
feses cair.

Pada beberapa kasus, tropozoit menempel pada epitel kolon menyebabkan lisisnya epitel,
menginisiasi invasi kolon oleh tropozoit atau penyebaran hematogeni tropozoit ke daerah
ekstraintestinal, dengan beberapa variasi manifestasi patogen. Bukti penelitian menunjukkan
bahwa lectin E. histolytica tidak memiliki efek toksisitas meskipun pada konsentrasi tinggi,
sehingga diduga sitolisis diakibatkan oleh adanya adhesi oleh stimulasi lectin polimerisasi.
Neutrofil bereaksi adanya invasi dan menyebabkan luka seluler lokal. Invasi di epitel intestinal
diikuti dengan penyebaran ekstraintestinal ke daerah peritoneum, liver, dan lokasi lainnya.
Penyakit intestinal invasif dapat terjadi selama beberapa hari hingga menahun setelah inisiasi
infeksi yang ditandai dengan adanya sakit dibagian abdomen dan diare disertai darah. Diare
dengan lendir dan berair, kontipasi, dan tenesmus dapat terjadi. Gambar beriikut merupakan
gambaran invasi tropozoit secara histologi dan adanya luka seperti bisul dipermukaan intestinal.
“flask-shaped” bisul invasif karena amebiasis intestinal dengan pewarnaan hematoxylin-eosisn
perbesaran 50x. Bagian ujung (apex) dari bisul pada lumen mendekati bagian dasar, membentuk
mirip botol. Bentuk tersebut merupakan tropozoit yang meninvasi melalui mukosa dan berpindah
ke submukosa (yang ditandai panah). Secara mikroskopis, tropozoit terletak disudut bisul
submukosa.
Kolitis terjadi saat tropozoit masuk ke mukosa intestinum, yang berfunsi sebagai pembatas invasi
untuk mencegah adhesi dari amebae ke epitel dan menurunkan motilitas tropozoit. Invasi
tropozoit menyebabkan sel epitel mati, neutrofil, dan limfosit. Hal tersebut terjadi saat lectin
parasit mengikat N-acetyl-D-galactosamine inangnya dan sel O-terikat pada permukaan
oligosakarida. Penderita dengan kolitis amebiasis menunjukkan gejala seperti rasa sakit didaerah
perut, kehilangan berat badan, dan diare cair disertai darah. Adanya interaksi antara parasit
dengan epitel intestinum menghasilkan respon inflamasi ditandai dengan  aktifnya faktor nukleus
eB dan sekresi limfokinase. Respon epitel tergantung pada faktor virulensi tropozoit sisteine
proteinase, yang menyebabkan varias abnormalitas intestinum melalui rusaknya neutrofil.
Respon sel pada penderita amebiasis abscess liver ditandai dengan proliferasi limfosit dan
sekresi limfokin.

Kesimpulan
  Entamoeba histolytica merupakan organisme yang menyebabkan amebiasis pada manusia yang

menyebar secara global. Infeksi tidak disertai dengan gejala khusus, namun adanya invasi pada
jaringan oleh parasit menyebebkan amebiasis kolitis dan abscess liver.

Anda mungkin juga menyukai