Bab Viii Flavonoid
Bab Viii Flavonoid
BAB VIII
FLAVONOID
A. PENGERTIAN FLAVANOID
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir
semua tumbuhan. Di dalam tumbuhan flavonoid biasanya berikatan dengan
gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut
aglikon. Aglikon flavonoid terdapat dalam dalam berbagai bentuk struktur,
semuanya mengandung 15 atom karbon (C) dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6 – C3 – C6, yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, dan C. Atom karbon
diberi nomor menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa
untuk cincin A dan C serta angka beraksen untuk cincin B.
dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus
berkembang.
Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi
biogenetic senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara
kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida. Tidak ada
benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi
keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin
memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah,
ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna
hijau. Secara biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan
penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa
pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning,
kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji,
batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari
tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta
kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa
flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau
familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya.
Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap
hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi
biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur
transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang
Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan
C. KLASIFIKASI FLAVONOID
Kelas – kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik – oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola yang berlainan. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan
tumbuhan mula - mula didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi
warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah
dihidrolisis secara kromatografi satu arah dan pemeriksaan ekstrak etanol
secara dua arah. Akhirnya flavonoid dapat dipisahkan secara kromatografi.
Komponen masing – masing diidentifikasi dengan membandingkan
kromatografi dan spektrum dengan memakai senyawa pembanding yang
sudah dikenal.Kerangka dasar tipe– tipe flavonoid terlihat seperti gambar 4.
bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Flavonoid
merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar fenilbenzopiron
(tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang terdiri dari
satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi gugus kimia
pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi dan
glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol,
flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah
diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid
berbentuk monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer,
tetramer, dan polimer.
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal
dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai
kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom
karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh
jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin
C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon,
flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam
sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa
flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau
glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan
dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae. Masing-masing
jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida
mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida
mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan
6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi
para atau dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan
3. Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga terjadi
melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada
translasi virion atau pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara klinis
menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut berpotensi untuk
penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus,
yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit
hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver
masih terus berlangsung.
4. Anti-allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut:
a. penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu sel yang
mengandung granula, histamin, serotonin, dan heparin;
b. penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3‟,5‟ siklik monofast
fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca;
c. berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-senyawa
flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi antara lain
terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon.
5. Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan
penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek
berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan,
yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II), terbukti berpotensi sebagai
anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5μg/ml) dan juga berpotensi
menghambat, pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan
demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada
pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah
dan resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan
sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon.
6. Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun sehingga
menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja berfungsi dalam
sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang, jantung, dan
mungkin juga otak. Dalam melakukan kerjanya, estrogen membutuhkan
reseptor estrogen (ERs) yang dapat “on/off” di bawah kendali gen pada
kromosom yang disebut _-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan
dada, tulang, dan empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon,
khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun ikatannya
lemah, tetapi dengan β-ER mempunyai ikatan sama dengan estrogen.
Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek
estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang
dapat ditransformasikan menjadi equol. Dimana equol mempunyai struktur
fenolik yang mirip dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen
berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses
kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan kata lain,
isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga
tulang tetap padat dan masif.
7. Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja pada
hewan percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga manusia. Pada
penelitian dengan menggunakan tepung kedelai sebagai perlakuan,
menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang menurun, tetapi juga
trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high
density lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme
lain penurunan kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh
peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang
berakibat pada penurunan kandungan kolesterol.
2. Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan karbon-
karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada atom C
nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit
dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa,
raminosa, silosa, arabinosa.
3. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang
terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena
terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida
bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau
pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai
ekologi dengan habitat air.
4. Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G.
biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-
dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon).
Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang
dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan
flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-
dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan
interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa
biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid
terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini
jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus
bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas.
Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin,
amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan
ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa
yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan
antar flavanoid.
E. BIOSINTESA FLAVONOID
Pola biosintesa pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu: pada tahap-
tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan
tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang
dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen
pada posisi-posisi yang diperlukan.
Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yaitu
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga
atom karbon dari rantai propane berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur
shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari
kombinasi antara dua jenis biosintesa utama untuk cincin aromatic yaitu jalur
shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan
yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propane dapat
menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil,
gugus karbonil dan sebagainya.
Jalur sintesis flavonoid bermula dari produk glikolisis yaitu fosfoenol
piruvat. Selanjutnya, produk tersebut akan memasuki alur shikimat untuk
menghasilkan fenilalanin sebagai materi awal untuk alur metabolic fenil
propanoid. Alur tersebut akan menghasilkan 4-coumaryl-coA, yang akan
bergabung dengan malonyl-coA untuk menghasilkan struktur sejati flavonoid.
Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis ini disebut khalkon.
Bentuk lain diturunkan dari khalkon melalui berbagai alur dan rangkaian
proses enzimatik, seperti: flavanol, flavan-3-ols, proantosianidin (tannin).
F. IDENTIFIKASI FLAVONOID
Sebagian besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk
glikosidanya, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah
kombinasi antara gula dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan
I. ISOLASI FLAVONOID
1. Isolasi Dengan methanol
J. KERANGKA FLAVONOID
4. Auron
Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini
umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk
yang dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa
senyawa ini menjadi merah ros. Beberapa auron, struktur dan tumbuhan
sumber terdapat dalam contoh dibawah ini.
TABEL
PENAFSIRAN WARNA BERCAK DARI SEGI STRUKTUR FLAVONOID
WARNA BERCAK DENGAN Jenis flavonoid yang mungkin
SINAR UV
SINAR UV SINAR UV
TANPA NH3 DENGAN NH3
Lembayung gelap Kuning, hijau- 1. Biasanya 5-OH flavon
kuning, atau hijau atau flavonol (tersulih pada 3-O
dan mempunyai 4’-OH)
2. Kadang – kadang 5-OH
Perubahan warna flavanon dan 4’-OH khalkon
sedikit atau tanpa tanpa OH pada cincin B
perubahan warna 1. Biasanya Flavon atau
flavonol tersulih pada 3-O
mempunyai 5-OH tetapi tanpa
4’-OH bebas
2. Beberapa 6- atau 8-OH
flavon dan flavonol tersulih
pada 3-O serta mengandung 5-
Biru muda OH
Merah atau jingga 3. Isoflavon,
dihidroflavonol, biflavonil dan
Fluoresensi Biru Fluoresensi hijau- beberapa flavonon yang
Muda kuning atau hijau mengandung 5-OH
biru 4. Khalkon yang
mengandung 2’ atau 6’-OH
tetapi tidak mengandung 2-atau
Perubahan warna 4-OH bebas.
sedikit atau tanpa
perubahan Beberapa 5-OH flavanon
Fluoresensi Khalkon yang mengandung 2-
Tak nampak murup biru muda dan / atau 4’-OH bebas
Kuning redup dan Fluoresensi biru 1. Flavon dan flavanon yang tak
kuning atau muda mengandung 5-OH
fluoresensi jingga Perubahan warna 2. Flavanol tanpa 5-OH bebas
sedikit atau tanpa tetapi tersulih pada 3-OH
Fluoresensi kuning perubahan Isoflavon yang tak mengandung
5-OH bebas
Hijau kuning, hijau Jingga atau merah
biru atau hijau Isoflavon yang tak mengandung
Perubahan warna 5-OH bebas
sedikit atau tanpa
Merah jingga redup perubahan Isoflavon tanpa 5-OH bebas
atau merah Flavonol yang mengandung 3-OH
senduduk bebas dan ada atau tidak ada 5-
Merah jambu atau Biru OH bebas (kadang – kadang
TABEL II.
RENTANGAN SERAPAN SPEKTRUM UV-VIS FLAVONOID 6
TABEL III.
GESER KIMIA KIRA – KIRA DARI BERBAGAI JENIS PROTON*
RMI – 13C
Kelimpahan alam 13C hanya 1, 1% dan yang 1,1 % pada setiap flavonoid
ini yang menghasilkan spektrum RMI – 13C. Resonansi terjadi pada daerah
0 – 200 ppm medan bawah dari tetrametilsilan (TMS); setiap karbon yang
berlainan akan menghasilkan satu sinyal. Berbeda dengan sinyal resonansi
proton, kekuatan sinyal resonansi karbon – 13 tidak menunjukkan jumlah
13
karbon dan dengan demikian integrasi RMI – C jarang ada gunanya.
Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 13 C) digunakan khas untuk :
a. Identifikasi gula yang terikat pada C- (dan O-)
b. Penentuan titik ikatan antar glikosida
c. Identifikasi penyulih asil dan titik asilasi
d. Penentuan titik ikatan –C (misalnya pada C-glikosida, biflavonoid)
TABEL IV.
RENTANGAN GESER KIMIA KARBON-13 DARI BERBAGAI JENIS
KARBON FLAVONOID
JENIS KARBON RENTANGAN GESER KIMIA YANG
LAZIM
(PPM DARI TMS)
Karbonil (4-keto, asil) 210 – 170
Aromatik dan olefina :
a. teroksigenasi 165 – 155 (tanpa oksigenasi o dan p)
150 – 130 (ada oksigenasi o dan p)
b. tak teroksigenasi 135 -125 (tanpa oksigenasi o dan p)
Keterangan :
R* : radikal bebas
FL-OH : senyawa golongan flavonoid
FL-O* : radikal flavonoid
DAFTAR PUSTAKA
Artikel_Kimia.2011.Pengertian_Senyawa_Flavonoid.http://www.artikelkimia.info
/pengertian-senyawa-flavonoid-56240630082011. Diakses pada 30 April
2013.
Mifta.2010.SenyawaFlavonoid.http://miftachemistry.blogspot.com/2010/11/senya
wa-flavonoid.html. Diakses pada 30 April 2013.