Anda di halaman 1dari 32

[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

BAB VIII
FLAVONOID

A. PENGERTIAN FLAVANOID
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir
semua tumbuhan. Di dalam tumbuhan flavonoid biasanya berikatan dengan
gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan gula tadi disebut
aglikon. Aglikon flavonoid terdapat dalam dalam berbagai bentuk struktur,
semuanya mengandung 15 atom karbon (C) dalam inti dasarnya yang
tersusun dalam konfigurasi C6 – C3 – C6, yaitu dua cincin aromatik yang
dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. Ketiga cincin tersebut diberi tanda A, B, dan C. Atom karbon
diberi nomor menurut sistem penomoran yang menggunakan angka biasa
untuk cincin A dan C serta angka beraksen untuk cincin B.

Kerangka Dasar Flavonoid beserta Penomorannya

B. SEJARAH SENYAWA FLAVONOID


Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami
kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin
aromatic. Bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat
ditetapkan sejak abad ke-19. Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa
fenol kadang-kadang dianggap sudah usang. Akan tetapi topic-topik yang
menarik mengenai senyawa-senyawa itu terus menerus muncul dengan
adanya penemuan-penemuan baru. Dengan demikian, senyawa-senyawa fenol

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 153


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

dapat dianggap sebagai cabang dari ilmu kimia bahan alam yang terus
berkembang.
Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi
biogenetic senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:
1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
2. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara
kedua jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida. Tidak ada
benda yang begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi
keindahan dan kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin
memberikan warna kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah,
ungu atau biru, yaitu semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna
hijau. Secara biologis flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan
penyerbukan tanaman oleh serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa
pahit sehingga dapat bersifat menolak sejenis ulat tertentu.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu
dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-
tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning,
kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji,
batang, bunga, herba, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari
tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta
kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa
flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat spesies, genus atau
familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang sejarah hidupnya.
Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan diri terhadap
hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia, dormansi
biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai jalur
transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang
Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 154


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati


penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan.
Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang
diekstrak dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat
menyembuhkan pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa
tersebut dapat dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular
messenger} dalam proses interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat
berpengaruh terhadap proses metabolisme sel atau mahluk hidup yang
bersangkutan, baik bersifat negatif (menghambat) maupun bersifat positif
(menstimulasi).

C. KLASIFIKASI FLAVONOID
Kelas – kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik – oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola yang berlainan. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan
tumbuhan mula - mula didasarkan pada telaah sifat kelarutan dan reaksi
warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang telah
dihidrolisis secara kromatografi satu arah dan pemeriksaan ekstrak etanol
secara dua arah. Akhirnya flavonoid dapat dipisahkan secara kromatografi.
Komponen masing – masing diidentifikasi dengan membandingkan
kromatografi dan spektrum dengan memakai senyawa pembanding yang
sudah dikenal.Kerangka dasar tipe– tipe flavonoid terlihat seperti gambar 4.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 155


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

KERANGKA DASAR TIPE – TIPE FLAVONOID

D. KLASIFIKASI SENYAWA FLAVONOID


Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang paling beragam dan
tersebar luas. Sekitar 5-10% metabolit sekunder tumbuhan adalah flavonoid,
dengan struktur kimia dan peran biologi yang sangat beragam Senyawa ini
dibentuk dari jalur shikimate dan fenilpropanoid, dengan beberapa alternatif
biosintesis. Flavonoid banyak terdapat dalam tumbuhan hijau (kecuali alga),
khususnya tumbuhan berpembuluh. Flavonoid sebenarnya terdapat pada
semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, nectar,

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 156


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

bunga, buah buni dan biji. Kira-kira 2% dari seluruh karbon yang
difotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Flavonoid
merupakan turunan fenol yang memiliki struktur dasar fenilbenzopiron
(tokoferol), dicirikan oleh kerangka 15 karbon (C6-C3-C6) yang terdiri dari
satu cincin teroksigenasi dan dua cincin aromatis. Substitusi gugus kimia
pada flavonoid umum- nya berupa hidroksilasi, metoksilasi, metilasi dan
glikosilasi. Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang
mengklasifikasikan flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol,
flavanon, antosianin, dan kalkon. Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah
diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat. Kebanyakan flavonoid
berbentuk monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer (biflavonoid), trimer,
tetramer, dan polimer.
Istilah flavonoid diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal
dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoida yang terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai
kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari dari cincin A dan atom
karbon yang terikat pada cincin B dari 1,3 diarilpropana dihubungkan oleh
jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin
C).
Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada
tingkat oksidasi dari rantai propane dari system 1,3-diarilpropana. Flavon,
flavonol dan antosianidin adalah jenis yang banyak ditemukan di alam
sehingga sering disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya senyawa
flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau
glikosilasi dari struktur tersebut.
Senyawa-senyawa isoflavonoida dan neoflavonoida hanya ditemukan
dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku leguminosae. Masing-masing
jenis senyawa flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida
mempunyai beberapa cirri struktur yaitu: cincin A dari struktur flavonoida
mempunyai pola oksigenasi yang berselang-seling yaitu pada posisi 2,4 dan
6. Cincin B flavonoida mempunyai satu gugus fungsi oksigen pada posisi
para atau dua pada posisi para dan meta aau tiga pada posisi satu di para dan

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 157


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya


sedemikian rupa sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin
heterosiklik dalam senyawa trisiklis.
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom
karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantaipropana
(C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.

Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

Isoflavon terdiri atas struktur dasar C6-C3-C6, secara alami disintesa


oleh tumbuh-tumbuhan dan senyawa asam amino aromatik fenilalanin atau
tirosin. Biosintesa tersebut berlangsung secara bertahap dan melalui sederetan
senyawa antara yaitu asam sinnamat, asam kumarat, calkon, flavon dan
isoflavon. Berdasarkan biosintesa tersebut maka isoflvon digolongkan
sebagai senyawa metabolit sekunder. Isoflavon termasuk dalam kelompok
flavonoid (1,2-diarilpropan) dan merupakan kelompok yang terbesar dalam
kelompok tersebut. Meskipun isoflavon merupakan salah satu metabolit
sekunder, tetapi ternyata pada mikroba seperti bakteri, algae, jamur dan lumut

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 158


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

tidak mengandung isoflavon, karena mikroba tersebut tidak mempunyai


kemampuan untuk mensintesanya.
Jenis senyawa isoflavon di alam sangat bevariasi. Diantaranya telah
berhasil diidentifikasi struktur kimianya dan diketahui fungsi fisiologisnya,
misalnya isoflavon, rotenoid dan kumestan, serta telah dapat dimanfaatkan
untuk obat-obatan. Berbagai potensi senyawa isoflavon untuk keperluan
kesehatan antara lain:
1. Anti-inflamasi
Mekanisme anti-inflamasi terjadi melalui efek penghambatan jalur
metabolisme asam arachidonat, pembentukan prostaglandin, pelepasan
histamin, atau aktivitas „radical scavenging’ suatu molekul. Melalui
mekanisme tersebut, sel lebih terlindung dari pengaruh negatif, sehingga
dapat meningkatkan viabilitas sel. Senyawa flavonoid yang dapat
berfungsi sebagai anti-inflamasi adalah toksifolin, biazilin, haematoksilin,
gosipin, prosianidin, nepritin, dan lain-lain.
2. Anti-tumor/Anti-kanker
Senyawa isoflavon yang berpotensi sebagai antitumor/antikanker adalah
genistein yang merupakan isoflavon aglikon (bebas). Genistein merupakan
salah satu komponen yang banyak terdapat pada kedelai dan tempe.
Penghambatan sel kanker oleh genistein, melalui mekanisme sebagai
berikut :
a. penghambatan pembelahan/proliferasi sel (baik sel normal, sel yang
terinduksi oleh faktor pertumbuhan sitokinin, maupun sel kanker
payudara yang terinduksi dengan nonil-fenol atau bi-fenol A) yang
diakibatkan oleh penghambatan pembentukan membran sel,
khususnya penghambatan pembentukan protein yang mengandung
tirosin;
b. penghambatan aktivitas enzim DNA isomerase II;
c. penghambatan regulasi siklus sel;
d. sifat antioksidan dan anti-angiogenik yang disebabkan oleh sifat
reaktif terhadap senyawa radikal bebas;
e. sifat mutagenik pada gen endoglin (gen transforman faktor
pertumbuhan betha atau TGFβ). Mekanisme tersebut dapat
berlangsung apabila konsentrasi genestein lebih besar dari 5μM.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 159


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

3. Anti-virus
Mekanisme penghambatan senyawa flavonoida pada virus diduga terjadi
melalui penghambatan sintesa asam nukleat (DNA atau RNA) dan pada
translasi virion atau pembelahan dari poliprotein. Percobaan secara klinis
menunjukkan bahwa senyawa flavonoida tersebut berpotensi untuk
penyembuhan pada penyakit demam yang disebabkan oleh rhinovirus,
yaitu dengan cara pemberian intravena dan juga terhadap penyakit
hepatitis B. Berbagai percobaan lain untuk pengobatan penyakit liver
masih terus berlangsung.
4. Anti-allergi
Aktivitas anti-allergi bekerja melalui mekanisme sebagai berikut:
a. penghambatan pembebasan histamin dari sel-sel mast, yaitu sel yang
mengandung granula, histamin, serotonin, dan heparin;
b. penghambatan pada enzim oxidative nukleosid-3‟,5‟ siklik monofast
fosfodiesterase, fosfatase, alkalin, dan penyerapan Ca;
c. berinteraksi dengan pembentukan fosfoprotein. Senyawa-senyawa
flavonoid lainnya yang digunakan sebagai anti-allergi antara lain
terbukronil, proksikromil, dan senyawa kromon.
5. Penyakit kardiovaskuler
Berbagai pengaruh positif isoflavon terhadap sistem peredaran darah dan
penyakit jantung banyak ditunjukkan oleh para peneliti pada aspek
berlainan. Khususnya isoflavon pada tempe yang aktif sebagai antioksidan,
yaitu 6,7,4- trihidroksi isoflavon (Faktor-II), terbukti berpotensi sebagai
anti kotriksi pembuluh darah (konsentrasi 5μg/ml) dan juga berpotensi
menghambat, pembentukan LDL (low density lipoprotein). Dengan
demikian isoflavon dapat mengurangi terjadinya arterosclerosis pada
pembuluh darah. Pengaruh isoflavon terhadap penurunan tekanan darah
dan resiko CVD (cardio vascular deseases) banyak dihubungkan dengan
sifat hipolipidemik dan hipokholesteremik senyawa isoflavon.
6. Estrogen dan Osteoporosis
Pada wanita menjelang menopause, produksi estrogen menurun sehingga
menimbulkan berbagai gangguan. Estrogen tidak saja berfungsi dalam
sistem reproduksi, tetapi juga berfungsi untuk tulang, jantung, dan
mungkin juga otak. Dalam melakukan kerjanya, estrogen membutuhkan

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 160


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

reseptor estrogen (ERs) yang dapat “on/off” di bawah kendali gen pada
kromosom yang disebut _-ER. Beberapa target organ seperti pertumbuhan
dada, tulang, dan empedu responsif terhadap _-ER tersebut. Isoflavon,
khususnya genistein, dapat terikat dengan _-ER. Walaupun ikatannya
lemah, tetapi dengan β-ER mempunyai ikatan sama dengan estrogen.
Senyawa isoflavon terbukti mempunyai efek hormonal, khususnya efek
estrogenik. Efek estrogenik ini terkait dengan struktur isoflavon yang
dapat ditransformasikan menjadi equol. Dimana equol mempunyai struktur
fenolik yang mirip dengan hormon estrogen. Mengingat hormon estrogen
berpengaruh pula terhadap metabolisme tulang, terutama proses
kalsifikasi, maka adanya isoflavon yang bersifat estrogenik dapat
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses kalsifikasi. Dengan kata lain,
isoflavon dapat melindungi proses osteoporosis pada tulang sehingga
tulang tetap padat dan masif.
7. Anti kolesterol
Efek isoflavon terhadap penurunan kolesterol terbukti tidak saja pada
hewan percobaan seperti tikus dan kelinci, tetapi juga manusia. Pada
penelitian dengan menggunakan tepung kedelai sebagai perlakuan,
menunjukkan bahwa tidak saja kolesterol yang menurun, tetapi juga
trigliserida VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density
lipoprotein). Di sisi lain, tepung kedelai dapat meningkatkan HDL (high
density lipoprotein) (Amirthaveni dan Vijayalakshmi, 2000). Mekanisme
lain penurunan kolesterol oleh isoflavon dijelaskan melalui pengaruh
peningkatan katabolisme sel lemak untuk pembentukan energi yang
berakibat pada penurunan kandungan kolesterol.

Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana


Neoflavonoid meliputi jenis-jenis 4-arilkumarin dan berbagai dalbergoin

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 161


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Penggolongan Flavonoid Berdasarkan Jenis Ikatan


1. Flavonoid O-Glikosida
Pada senyawa ini gugus hidroksil flavonoid terikat pada satu gula atau
lebih dengan ikatan hemiasetal yang tidak tahan asam, pengaruh glikosida
ini nenyebabkan flavonoid kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air.
Gula yang paling umum terlibat adalah glukosa disamping galaktosa,
ramilosa, silosa, arabinosa, fruktosa dan kadang-kadang glukoronat dan
galakturonat. Disakarida juga dapat terikat pada flavonoid misalnya
soforosa, gentibiosa, rutinosa dan lain-lain.

2. Flavonoid C-Glikosida
Gugus gula terikat langsung pada inti benzen dengan suatu ikatan karbon-
karbon yang tahan asam. Lazim di temukan gula terikat pada atom C
nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoid. Jenis gula yang terlibat lebih sedikit
dibandingkan dengan O-glikosida. Gula paling umum adalah galaktosa,
raminosa, silosa, arabinosa.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 162


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

3. Flavonoid Sulfat
Senyawa flavonoid yang mengandung satu ion sulfat atau lebih yang
terikat pada OH fenol atau gula, Secara teknis termasuk bisulfate karena
terdapat sebagai garam yaitu flavon O-SO3K. Banyak berupa glikosida
bisulfat yang terikat pada OH fenol yang mana saja yang masih bebas atau
pada guIa. Umumnya hanya terdapat pada Angiospermae yang mempunyai
ekologi dengan habitat air.
4. Biflavonoid
Senyawa ini mula-mula ditemukan oleh Furukawa dari ekstrak daun G.
biloba berupa senyawa berwarna kuning yang dinamai ginkgetin (I-4’, I-7-
dimetoksi, II-4’, I-5, II-5, II-7-tetrahidroksi [I-3’, II-8] biflavon).
Biflavonoid (atau biflavonil, flavandiol) merupakan dimer flavonoid yang
dibentuk dari dua unit flavon atau dimer campuran antara flavon dengan
flavanon dan atau auron. Struktur dasar biflavonoid adalah 2,3-
dihidroapigeninil-(I- 3′,II-3′)-apigenin. Senyawa ini memiliki ikatan
interflavanil C-C antara karbon C-3′ pada masing-masing flavon. Beberapa
biflavonoid dengan ikatan interflavanil C- O-C juga ada. Biflavonoid
terdapat pada buah, sayuran, dan bagian tumbuhan lainnya.. Hingga kini
jumlah biflavonoid yang diisolasi dan dikarakterisasi dari alam terus
bertambah, namun yang diketahui bioaktivitasnya masih terbatas.
Biflavonoid yang paling banyak diteliti adalah ginkgetin, isoginkgetin,
amentoflavon, morelloflavon, robustaflavon, hinokiflavon, dan
ochnaflavon. Senyawa- senyawa ini memiliki struktur dasar yang serupa

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 163


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

yaitu 5,7,4’-trihidroksi flavanoid, tetapi berbeda pada sifat dan letak ikatan
antar flavanoid.

Sistem cincin bisiklis dinamai cincin A dan C, sedangkan cincin unisiklis


dinamai cincin B. Kedua unit monomer biflavonoid ditandai dengan angka
Romawi I dan II. Posisi angka pada masing-masing monomer dimulai dari
cincin yang mengandung atom oksigen, posisi ke-9 dan ke-10
menunjukkan karbon pada titik penyatuan. Senyawa biflavonóid berperan
sebagai antioksidan, anti-inflamasi, anti kanker, anti alergi, antimikrobia,
antifungi, antibakteri, antivirus, pelindung terhadap iradiasi UV,
vasorelaksan, penguat jantung, anti hipertensi, anti pembekuan darah, dan
mempengaruhi metabolisme enzim. Sebagian besar peran di atas dapat
dipenuhi oleh berbagai senyawa biflavonoid yang diekstraksi dari berbagai
spesies Selaginella. Seperti yang telah dikemukakan di atas biflavonoid
merupakan flavonoid dimer yang biasanya terlibat adalah flavon dan
flavonon yang secara biosintesis mempunyai pola oksigenasi yang
sederhana, 5, 7, 4' dan ikatan antar flavonoid berupa C-C atau eter.
Biflavonoid jarang ditemukan sebagai glikosida dan penyebarannya
terbatas umumnya pada paku-pakuan, Gimnospermae, Angiospermae.
Salah satu struktur flavonoid yang bernilai tinggi sebagai bahan obat
adalah biflavonoid. Di Asia Timur biflavonoid banyak dihasilkan dari daun
Ginkgo biloba L. dengan kandungan utama ginkgetin Di Afrika sub Sahara
biflavonoid banyak dihasilkan dari biji Garcinia cola Heckel dengan
kandungan utama kolaviron. Di Eropa biflavonoid banyak dihasilkan dari
herba Hypericum perforatum L. dengan kandungan utama amentoflavon.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 164


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Selaginella Pal. Beauv. (Selaginellaceae Reichb.) sangat berpotensi


sebagai sumber biflavonoid. Tumbuhan ini dapat menghasilkan berbagai
jenis biflavonoid, tergantung spesiesnya, serta memiliki sebaran yang
bersifat kosmopolitan sehingga dapat dibudidayakan hampir di seluruh
permukaan bumi.

E. BIOSINTESA FLAVONOID
Pola biosintesa pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu: pada tahap-
tahap pertama biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan
tiga unit C2 menghasilkan unit C6-C3-(C2+C2+C2). Kerangka C15 yang
dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus fungsi oksigen
pada posisi-posisi yang diperlukan.
Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yaitu
kondensasi dari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga
atom karbon dari rantai propane berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur
shikimat). Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari
kombinasi antara dua jenis biosintesa utama untuk cincin aromatic yaitu jalur
shikimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai akibat dari berbagai perubahan
yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai propane dapat
menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti ikatan rangkap, gugus hidroksil,
gugus karbonil dan sebagainya.
Jalur sintesis flavonoid bermula dari produk glikolisis yaitu fosfoenol
piruvat. Selanjutnya, produk tersebut akan memasuki alur shikimat untuk
menghasilkan fenilalanin sebagai materi awal untuk alur metabolic fenil
propanoid. Alur tersebut akan menghasilkan 4-coumaryl-coA, yang akan
bergabung dengan malonyl-coA untuk menghasilkan struktur sejati flavonoid.
Flavonoid yang pertama kali terbentuk pada biosintesis ini disebut khalkon.
Bentuk lain diturunkan dari khalkon melalui berbagai alur dan rangkaian
proses enzimatik, seperti: flavanol, flavan-3-ols, proantosianidin (tannin).

F. IDENTIFIKASI FLAVONOID
Sebagian besar senyawa flavonoid alam ditemukan dalam bentuk
glikosidanya, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah
kombinasi antara gula dan suatu alcohol yang saling berikatan melalui ikatan

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 165


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida terbentuk apabila gugus hidroksil


dari alcohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula, sama seperti adisi
alcohol kepada aldehid yang dikatalis oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisis oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas
komponen-komponennya menghasilkan gula dan alcohol yang sebanding dan
alcohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu gula dari glikosida
flavonoid alam adalah glukosa tersebut masinbg-masing disebut glukosida,
ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida
dimana satu, dua atau tiga gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat
oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan sedikit larut dalam pelarut organic
seperti eter, benzene, kloroform dan aseton.
Flavonoid nerupakan metabolit sekunder dalam tumbuhan yang
mempunyai variasi struktur yang beraneka ragam, namun saling berkaitan
karena alur biosintesis yang sama. Jalur biosintesis flavonoid dimulai dari
pertemuan alur asetat malonat dan alur sikimat membentuk khalkon, dari
bentuk khalkon ini diturunkan menjadi bentuk lanjut menjadi berbagai bentuk
lewat alur antar ubah posisi, dehidrogenasi, denetilasi dan lain-lain. Kenudian
daripada itu menghasilkan bentuk sekunder dihidrokalkon, flavon, auron,
isoflavon (penurunan selanjutnya membentuk peterokarpon dan rotenoid) dan
dehidroflavonol (penurunan selanjutnya antosianidin, flavonol, epikatekin ) .
Dari bentuk-bentuk sekunder tersebut akan terjadi nodifikasi lebih
lanjut pada berbagai tahap dan menghasilkan penambahan / pengurangan
hidroksilasi, metilenasi, ortodihidroksil, metilasi gugus hidroksil atau inti
flavonoid, dimerisasi, pembentukan bisulfat, dan yang terpenting glikolisasi
gugus hidroksil

G. SENYAWA FLAVONOID PADA TUMBUHAN


Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit
catatan yang melaporkan flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau
berang-berang, propilis (sekresi lebah), sayap kupu-kupu, yang mana
dianggap bukan hasil biosintesis melainkan dari tumbuhan yang menjadi

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 166


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

makanan hewan tersebut, Penyebaran flavonoid terbatas pada golongan


tumbuhan dengan tingkat biovita atau yang lebih tinggi, golongan tumbuhan
ini merupakan tumbuhan yang asal-usulnya lebih baru dibanding golongan
tumbuhan yang tidak mengandung flavonoid (500 - 3000 juta tahun), segi
penting dari penyebaran flavonoid ini adalah adanya kecenderungan kuat
bahwa tumbuhan yang secara takson berkaitan akan menghasilkan jenis
flavonoid yang serupa.
Senyawa antosianin sering dihubungkan dengan warna bunga
tumbuhan. Sianidin umumnya terdapat pada suku Gramineae. Senyawa
biflavonoid banyak terdapat pada subdivisi Gymnospernae sedang
isoflavonoid pada suku leguminosae.
Pada tumbuhan yang mempunyai morfologi sederhana seperti lumut,
paku, dan paku ekor kuda mengandung senyawa flavonoid O-GIikosida,
flavonol, flavonon, Khalkon, dihidrokhalkon, C-Gl ikosida. Angiospermae
mengandung senyawa flavonoid kompleks yang lebih banyak.

H. SIFAT FISIKA DAN KIMIA SENYAWA FLAVONOID


Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia
senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena
merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat polar
sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air,
butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Di samping itu dengan
adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga
cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air. Pemisahan
senyawa golongan flavonoid berdasarkan sifat kelarutan dalam berbagai
macam pelarut dengan polaritas yang meningkat adalah sebagai berikut:
1. Flavonoid bebas dan aglikon, dalam eter.
2. O-Glikosida, dalam etil asetat.
3. C-Glikosida dan leukoantosianin dalam butanol dan amil alkohoI. Oleh
karena itu banyak keuntungan ekstraksi dengan polaritas yang
meningkat.

I. ISOLASI FLAVONOID
1. Isolasi Dengan methanol

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 167


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua


tahap. Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air
(1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu
kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa,
atau sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi menggunakan
pelarut heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan
dari senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil,
santifil dan lain-lain .
2. Isolasi Dengan Charaux Paris
Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai kental
dan ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama, Ekstrak
air encer lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan fase eter
lalu uapkan sampai kering yang kemungkinan didapat bentuk bebas. Fase
air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat diuapkan
sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O Glikosida. Fase
air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan ekstraksi, lakukan
pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol diuapkan maka akan
didapatkan ekstrak n - butanol yang kering, mengandung flavonoid
dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin. Dari ketiga fase yang
didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari komponen yang ada
dalam setiap fasenya dengan mempergunakan kromatografi koLom.
Metode ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi flavonoid dalam
tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid berdasarkan sifat
kepolarannya.
3. Isolasi dengan beberapa pelarut.
Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian
ekstrak yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak
etano lpekat dilarutkan dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter
dan n-butanol, sehingga dengan demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi
kloroform, butanol dan dietil eter.

J. KERANGKA FLAVONOID

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 168


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa flavonoid


yaitu:
1. Flavonoida atau 1,3-diarilpropana

2. Isoflavonoida atau 1,2-diarilpropana

3. Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 169


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal


dari kata flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terbesar
jumlahnya dalam tumbuhan. Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai
kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari cincin A dan atom karbon
yang terikat pada B dari cincin 1,3-diarilpropanan dihubungkan oleh
jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru .
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida.
Golongan terbesar flavonoid berciri mempunyai piran yang menghubungkan
rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzene. Sistem penomoran
untuk turunan flavonoid diberikan dibawah:

Di antara flavonoid khas yang mempunyai kerangka seperti diatas


berbagai jenis dibedakan tahanan oksidasi dan keragaman pada rantai C3.
Flavonoid mencakup banyak pigmen yang umum dan terdapat pada seluruh
dunia tumbuhan mulai dari fungsi sampai angiospermae.
1. Katekin dan proantosianidin
Katekin dan proantosianidin adalah dua golongan senyawa yang
mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa terwarna, terdapat
pada seluruh dunia tumbuhan berkayu.kita hanya mengenal tiga jenis
katekin, perbedaannya hanya pada jumlah gugus hidroksil pada cincin B.
Senyawa ini mempunyai dua atom karbon kiral dan karena itu mungkin
terdapat 4 isomer.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 170


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

2. Flavanon dan Flavanonol


Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan
flavonoid lain. Mereka terwarna atau hanya kuning sedikit. Karena
konsentrasinya rendah dan tidak berwarna maka sebagian besar
diabaikan. Flavanon (atau dihidroflavanon) sering terjadi sebagai aglikon
(60) tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai, misalnya, hesperidin
dan naringin dari kulit buah jeruk. Flavanonol merupakan flavonoid yang
kurang dikenal, dan kita tidak mengetahui apakah senyawa ini terdapat
sebagai glikosida.
3. Flavon, flavanol, isoflavon
Flavon atau flavonol merupakan senyawa yang paling tersebar luas dari
semua semua pigmen tumbuhan kuning, meskipun warna kuning
tumbuhan jagung disebabkan oleh karatenoid. Isoflavon tidak begitu
menonjol, tetapi senyawa ini penting sebagai fitoaleksin. Senyawa yang
lebih langka lagi ialah homoisoflavon. Senyawa ini biasanya mudah larut
dalam air panas dan alkohol meskipun beberapa flvonoid yang sangat
termitalasi tidak larut dalam air.

4. Auron

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 171


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Auron atau system cincin benzalkumaranon dinomori sebagai berikut :

Auron berupa pigmen kuning emas terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanya lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa ini
umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain begitu pula bentuk
yang dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metil. Dalam larutan basa
senyawa ini menjadi merah ros. Beberapa auron, struktur dan tumbuhan
sumber terdapat dalam contoh dibawah ini.

K. HIDROLISIS DAN ANALISIS GLIKOSIDA


Bila flavonoid telah diisolasi dengan cara kromatografi, dan keberartian
warna bercak, Rf, dan spektrum UV-tampak untuk menentukan struktur telah

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 172


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

dinilai sebagaimana mestinya, penentuan struktur glikosida lebih lanjut


dilakukan dengan usaha memutuskan gula dari aglikon dengan cara hidrolisis.
Biasanya dipakai 3 cara hidrolisis yaitu hidrolisis asam, enzim dan basa.

L. KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID


1. Kromatografi
Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila
ditambah basa atau atau amonia; jadi mereka mudah dideteksi pada
kromatogram atau larutan. Deteksi paling sederhana jika senyawa
menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek (254nm) atau
jika senyawa tersebut dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi UV
gelombang panjang (365 nm). Kebanyakan flavonoid tidak terlihat pada
aras yang dijumpai pada kromatografi kertas, karena alasan itu untuk
mendeteksi bercak, kromatogram diperiksa dengan sinar UV 366 nm
bukan 254 nm, dengan atau tanpa diuapi amonia. Pada tabel I dapat dilihat
warna bercak dari segi struktur flavonoid.

TABEL
PENAFSIRAN WARNA BERCAK DARI SEGI STRUKTUR FLAVONOID
WARNA BERCAK DENGAN Jenis flavonoid yang mungkin
SINAR UV
SINAR UV SINAR UV
TANPA NH3 DENGAN NH3
Lembayung gelap Kuning, hijau- 1. Biasanya 5-OH flavon
kuning, atau hijau atau flavonol (tersulih pada 3-O
dan mempunyai 4’-OH)
2. Kadang – kadang 5-OH
Perubahan warna flavanon dan 4’-OH khalkon
sedikit atau tanpa tanpa OH pada cincin B
perubahan warna 1. Biasanya Flavon atau
flavonol tersulih pada 3-O
mempunyai 5-OH tetapi tanpa

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 173


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

4’-OH bebas
2. Beberapa 6- atau 8-OH
flavon dan flavonol tersulih
pada 3-O serta mengandung 5-
Biru muda OH
Merah atau jingga 3. Isoflavon,
dihidroflavonol, biflavonil dan
Fluoresensi Biru Fluoresensi hijau- beberapa flavonon yang
Muda kuning atau hijau mengandung 5-OH
biru 4. Khalkon yang
mengandung 2’ atau 6’-OH
tetapi tidak mengandung 2-atau
Perubahan warna 4-OH bebas.
sedikit atau tanpa
perubahan Beberapa 5-OH flavanon
Fluoresensi Khalkon yang mengandung 2-
Tak nampak murup biru muda dan / atau 4’-OH bebas
Kuning redup dan Fluoresensi biru 1. Flavon dan flavanon yang tak
kuning atau muda mengandung 5-OH
fluoresensi jingga Perubahan warna 2. Flavanol tanpa 5-OH bebas
sedikit atau tanpa tetapi tersulih pada 3-OH
Fluoresensi kuning perubahan Isoflavon yang tak mengandung
5-OH bebas
Hijau kuning, hijau Jingga atau merah
biru atau hijau Isoflavon yang tak mengandung
Perubahan warna 5-OH bebas
sedikit atau tanpa
Merah jingga redup perubahan Isoflavon tanpa 5-OH bebas
atau merah Flavonol yang mengandung 3-OH
senduduk bebas dan ada atau tidak ada 5-
Merah jambu atau Biru OH bebas (kadang – kadang

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 174


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

fluoresensi kuning berasal dari dihidroflavonol)


Biru Auron yang mengandung 4’-OH
bebas dan beberapa 2- atau 4-OH
khalkon
1. Auron yang tak mengandung
4’-OH bebas dan flavanon tanpa
5-OH bebas
2. Flavonol yang mengandung 3-
OH bebas dan disertai atau
tanpa 5-OH bebas.
Antosianin 3-glikosida

Sebagian besar antosianidin 3,5


diglikosida

3. Spektroskopi Serapan Ultraviolet - Tampak (UV- Vis)


Spektroskopi UV – Vis digunakan untuk membantu mengidentifikasi
jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasinya. Disamping itu,
kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti flavonoid dapat
ditentukan dengan menambah ”pereaksi geser ” ke dalam larutan cuplikan
dan mengamati pergeseran puncak serapan yang terjadi. Spektrum
flavonoid biasanya ditentukan dengan pelarut metanol atau etanol.
Spektrum khas terdiri atas 2 maksima pada rentang 240– 280 nm
(pita II) dan 300 – 550 nm (pita I). Kedudukan yang tepat dan kekuatan
nisbi maksima tersebut memberikan informasi yang berharga mengenai
sifat flavonoid dan pola oksigensainya. Ciri khas dalam spektrum tersebut
adalah memberikan puncak relatif rendah pada pita I untuk flavonoid
golongan hidroflavon, dihidroflavonol, dan isoflavon. Untuk khalkon,
auron, dan antosianin memberikan puncak relatif tinggi. Ciri ini tidak
6,8
berubah walaupun pola oksigenasinya berubah . Petunjuk mengenai
rentang maksima utama yang diperkirakan untuk setiap jenis flavonoid
dapat dilihat pada tabel II.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 175


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

TABEL II.
RENTANGAN SERAPAN SPEKTRUM UV-VIS FLAVONOID 6

PITA II (NM) PITA I (NM) JENIS FLAVONOID


250-280 310-350 Flavon
250-280 330-360 Flavonol (3-OH tersubtitusi)
250-280 350-385 Flavonol (3-OH bebas)
245-275 310-330 bahu Isoflavon
Kira – kira 320 Isoflavon (5-deoksi, 6,7
275-295 puncak dioksigenasi)
230-270 (kekuatan 300-330 Flavanon dan dihidroflavonol
rendah) 340-390 Khalkon
230-270 (kekuatan 380-430 Auron
rendah) 465-560 Antosianin
270-280

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 176


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Gambar 5. Spketrum serapan UV-tampak jenis flavonid yang berbeda


Tetapi pola hidroksilasinya sama

Informasi tambahan untuk mengidentifikasikan flavonoid dapat


diperoleh dengan menggunakan pereaksi dianostik. Adapun pereaksi
diagnostik yang digunakan adalah NaOH, AlCl3, HCl, Natrium Asetat
anhidrat, dan asam borat anhidrat. Spektrum ”NaOMe” merupakan
spektrum flavonoid yang gugus hidroksil fenolnya sampai batas tertentu
terionisasi. Karena itu spektrum ini biasanya merupakan petunjuk ”sidik
jari” pola hidroksilasi dan juga bermanfaat untuk menentukan gugus
hidroksil yang lebih asam dan tidak tersubtitusi. Degradasi atau
pengurangan kekuatan spektrum setelah waktu tertentu merupakan
petunjuk baik akan adanya gugus yang peka terhadap basa. Spektrum
’AlCl3’ dan ’AlCl3 / HCl’ menunjukkan terbentuknya kompleks tahan asam
antara gugus hidroksil dan keton yang bertetangga dan membentuk
kompleks yang tak tahan asam dengan gugus orto-dihidroksil. Pereaksi ini
dapat digunakan untuk mendeteksi kedua gugus tersebut.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 177


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Gambar 6. Reaksi Pembentukan Kompleks antara flavonod dengan AlCl3

Spektrum ’NaOAc’ hanya menyebabkan pengionan yang berarti


pada pada gugus hidroksil yang paling asam yaitu untuk mendeteksi ada
atau tidaknya gugus 7-OH bebas. Spektrum ’NaOAc/H 3BO3’
menjembatani kedua gugus -OH pada gugus ortodihidroksi dan digunakan
untuk mendeteksinya 6.

Gambar 7. Kompleks Flavonoid dengan Natrium Asetat dan Asam Borat

4. Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI)


Untuk penentuan struktur flavonoid digunakan RMI – 1H dan 13 C.
a. RMI – 1H
Spektrum RMI – 1H terlihat terutama di daerah 0 – 10 ppm medan
bawah dari sinyal acuan tetrametilsilan (yang berdasarkan perjanjian

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 178


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

ditetapkan pada 0 ppm). Hanya proton yang menghasilkan sinyal


(beresonansi) di daerah ini dan proton yang secara kimia sama
memberikan sinyal yang sama. Ukuran sinyal (integrasi) berbanding
lurus dengan jumlah proton yang menghasilkan sinyal. Pada
identifikasi flavanoid Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 1H)
digunakan khas untuk :
b. Penentuan pola oksigenasi (pada ketiga lingkar)
c. Penentuan jumlah gugus metoksi (dan kedudukannya)
d. Pembedaan isoflavon, flavonon, dan dihidroflavonol
e. Penentuan jumlah gula yang ada (dan penentuan apakah ikatannya α –
atau β )
f. Pendeteksian rantai samping hidrokarbon seperti –CH 3 yang terikat
pada C dan prenil yang terikat pada C (atau O).

TABEL III.
GESER KIMIA KIRA – KIRA DARI BERBAGAI JENIS PROTON*

GESER KIMIA JENIS PROTON


(PPM)
0 Tetrametisilan (pembanding)
0 - 0,5 Gugus eter trimetilsilil
k. 1,0 C-CH3 ramnosa (doblet lebar)
k. 1,7 Gugus metil pada prenil (-CH2-
CH=C(CH3)2)
k. 2,0 (Proton lain 3,5 dan 5,2 ppm)
2–3 Asetat (-OCOCH3 dan C-CH3 aromatik)
3,5 – 4,0 H-3 flavonon (multiplet – dua proton)
4,2 – 6,0 Kebanyakan C-H gula
H-1 gula (juga H-2 dihidroflavonol), 5,0
k. 6,0 ppm
6,0 – 8,0 Dan H-2 flavanon 5 - 5,5 ppm

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 179


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

7,5 – 8,0 Metilendikoksi (O-CH2-O), singlet


12 - 14 Proton pada cincin A dan B
H-2 isoflavon (singlet)
5 – OH (hanya terlibat bila pelarutnya
DMSO-d6)
*angka yang dikutip adalah turunan eter – TMS flavonoid
k. – kira – kira

RMI – 13C
Kelimpahan alam 13C hanya 1, 1% dan yang 1,1 % pada setiap flavonoid
ini yang menghasilkan spektrum RMI – 13C. Resonansi terjadi pada daerah
0 – 200 ppm medan bawah dari tetrametilsilan (TMS); setiap karbon yang
berlainan akan menghasilkan satu sinyal. Berbeda dengan sinyal resonansi
proton, kekuatan sinyal resonansi karbon – 13 tidak menunjukkan jumlah
13
karbon dan dengan demikian integrasi RMI – C jarang ada gunanya.
Spektroskopi Resonansi Magnet Inti (RMI – 13 C) digunakan khas untuk :
a. Identifikasi gula yang terikat pada C- (dan O-)
b. Penentuan titik ikatan antar glikosida
c. Identifikasi penyulih asil dan titik asilasi
d. Penentuan titik ikatan –C (misalnya pada C-glikosida, biflavonoid)

TABEL IV.
RENTANGAN GESER KIMIA KARBON-13 DARI BERBAGAI JENIS
KARBON FLAVONOID
JENIS KARBON RENTANGAN GESER KIMIA YANG
LAZIM
(PPM DARI TMS)
Karbonil (4-keto, asil) 210 – 170
Aromatik dan olefina :
a. teroksigenasi 165 – 155 (tanpa oksigenasi o dan p)
150 – 130 (ada oksigenasi o dan p)
b. tak teroksigenasi 135 -125 (tanpa oksigenasi o dan p)

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 180


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

125 – 90 ( ada oksigenasi o dan p)


Alifatik:
a. teroksigenasi 83 – 69 (C-1 pada O-glikosida, sekitar 100 ppm)
(gula) 80 – 40 (C-4 epikatekin, 28 ppm)
b. tak teroksigenasi
(C-2,3 flavanon) Sekitar 100
Metilenadioksi 55 – 63 (60 – 63 = o-dwisubstitusi)
O-CH3 Sekitar 17 – 20
C-CH3, CO CH3 21 (CH2), 122 (CH), 131 (C), 18 (CH3)
Isopropenil
(-CH2CH=C(CH3)2

Seperti terlihat pada tabel di atas kedudukan ini (geser kimia)


dipengaruhi oleh penyulih yang berdekatan. Data pergeseran yang penting
(untuk flavonoid) bila ada penyulih pada kedudukan ’C-1’, orto, meta, dan
para adalah sebagai berikut :

C-1 Orto Meta Para


Hidroksil +26.9 -12.7 +1.4 -7.3
Metoksil +31.4 -14.4 +1.0 -7.7
Metil +8.9 +0.7 -0.1 -2.9
Asetoksil +23.0 -6.4 +1.6 -2.3

Spektroskopi Massa (SM)


Spektroskopi inframerah digunakan untuk mengukur penyerapan radiasi
inframerah atau tingkat vibrasi dan rotasi dalam molekul dari senyawa
tertentu. Spektroskopi massa pada flavonoid digunakan khas untuk :
a. Penentuan bobot molekul
b. Menetapkan penyebaran penyulih pada cincin A dan cincin B
c. Menentukan sifat dan titik ikatan gula pada C - dan O- glikosida
flavonoid

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 181


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Prasyarat yang harus dipenuhi agar SM berhasil ialah flavonoid dapat


menguap pada keadaan hampa udara dalan spektrometer massa.

M. AKTIVITAS BIOLOGIS FLAVONOID


Senyawa flavonoid diketahui memiliki beberapa aktivitas biologis
diantaranya yaitu :
1. Sebagai antioksidan
Mekanisme reaksi flavonoid sebagai antioksidan terjadi melalui proses
scavenging reactive oxygen species yang dapat dituliskan sebagai berikut :

Gambar 8. Scavenging radikal bebas oleh flavonoid 10

Keterangan :
R* : radikal bebas
FL-OH : senyawa golongan flavonoid
FL-O* : radikal flavonoid

Radikal flavonoid (FL-O*) dapat bereaksi kembali dengan senyawa


radikal bebas kedua, membentuk struktur kuinon yang stabil. Radikal
flavonoid (FL-O*) akan mengalami reaksi terminasi dengan radikal bebas
(R*) membentuk senyawa flavonoid – radikal (FL-OR)yang stabil dan
tidak reaktif. 10

FL-O* + R -------------> Fl-OR

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 182


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

Contoh senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan adalah


Rutin, Quercetin, dan lain - lain.
2. Sebagai antimikroba
Abyssinone I (Gol. Flavanon) efektif terhadap Staphylococcus aureus dan
Bacillus subtilis.
3. Sebagai antifungi
Abyssinone I (Gol. Flavanon) efektif terhadap Sclerotinia libertiana
4. Sebagai antikanker
Isochamaesjasmin (Gol. Biflavonoid) dengan mencegah proses inisiasi dan
promosi. Mekanismenya yaitu dengan menghambat kerja enzim DNA
topoisomerase IB (topo I) dan topoisomerase II (topo II) pada sel kanker.
Enzim tersebut adalah enzim yang berperan dalam proses replikasi
transkripsi dan rekombinasi DNA dan juga proses proliferasi dan
diferensiasi sel kanker. Dengan dihambatnya enzim DNA topoisomerase
maka proses dalam sel akan terhenti dan akhirnya akan terjadi kematian
sel tersebut.
5. Sebagai antiviral
Fustin (Gol. Dihroflavonol) memiliki aktivitas antiviral terhadap virus
Herpes Simplex tipe I
6. Sebagai vasodilator
Contoh : Hesperidin (Gol. Flavon) 4, Isoflavon 12

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 183


[KINASTY ARUM MELATI] 06101410020

DAFTAR PUSTAKA

Artikel_Kimia.2011.Pengertian_Senyawa_Flavonoid.http://www.artikelkimia.info
/pengertian-senyawa-flavonoid-56240630082011. Diakses pada 30 April
2013.

Mifta.2010.SenyawaFlavonoid.http://miftachemistry.blogspot.com/2010/11/senya
wa-flavonoid.html. Diakses pada 30 April 2013.

KIMIA ORGANIK II - FLAVANOID Page 184

Anda mungkin juga menyukai