Anda di halaman 1dari 24

L

Latar belakang
ERA digital membawa perubahan luar biasa di berbagai bidang di hampir seluruh belahan dunia.
Di Indonesia, menurut buku Digital Indonesia yang disunting Edwin Jurriens dan Ross Tapsell,
teknologi digital setidaknya membawa perubahan dahsyat dalam hal konektivitas, divergensi,
identitas, pengetahuan, dan bisnis/perdagangan.1
Era digitaliasi khususnya di bidang bisnis/perdagangan atau E-commerce pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan
promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website).2 Istilah perdagangan elektronik bererti
pemanfaatan transaksi komersial, seperti pesanan pembelian atau invois secara elektronik.
Kemudian pada tahun 1995 Jeff Bezos melancarkan Amazon.com, Dell dan Cisco mula
menggunakan Internet secara agresif bagi urus niaga komersial. eBay diasaskan oleh komputer
programmer Pierre Omidyar sebagai AuctionWeb.3 Sedangkan perkembangan e-commerce di
Indonesia sendiri telah ada sejak tahun 1996, dengan berdirinya Dyviacom Intrabumi atau D-Net
(www.dnet.net.id) sebagai perintis transaksi online.4 Meskipun begitu e-commerce baru benar-
benar secara luas digunakan di Indonesia pada tahun 2005 ketika online marketplace pertama di
Indonesia diluncurkan, yaitu TokoBagus.com. Setelah muncul beberapa online marketplace
lainnya seperti Lazada, Shopee, Tokopedia dan BukaLapak. Semakin berkembangnya e-
commerce di Indonesia tentunya membawa dampak yang sangat besar bagi kehidupan warga
negara Indonesia.
Perkembangan Online Market place di Indonesia, juga mempengaruhi kehidupn mahasiswa dalam
kegiatan belanja keseharian sebagai pelau ekonomi. Kepraktisan dalam segi biaya dan waktu
membuat belanja online menjadi pilihan pertama para mahasiswa untuk membeli keperluan sehari-
hari. Berbagai strategi marketing yang diterapkan online marketplace seperti cashback, diskon
besar-besaran dan lainnya.

1
Kansong, Husman. 2017. Digitalisasi Indonesia. https://mediaindonesia.com/read/detail/117287-digitalisasi-
indonesia. Diakses pada 22 August 2019
2
Tn. 2019. Perdagangan Elektronik
https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_elektronik#Sejarah_dan_perkembangan. Diakses pada 22 August 2019
3
Tn. 2015. Sejarah E-Commerce. http://miladipayanti.blogspot.com/2015/05/sejarah-e-commerce.html. Diakses
pada 22 August 2019
4
Perdagangan Elektronik, loc. cit.
L

Kajian pustaka
Kegiatan ekonomi bisa kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saat kita membeli barang
di pasar atau menabung di bank. Berdasarkan jenisnya, ada 4 macam-macam pelaku ekonomi yang
ada, dimana tiap jenis memiliki peran pelaku ekonomi masing-masing, baik sebagai produsen,
distributor atau konsumen.

Jika dijabarkan, maka pengertian ekonomi secara umum adalah salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan
konsumsi terhadap barang dan jasa. Ilmu ekonomi dipelajari secara luas dan dibedakan menjadi
ekonomi makro dan ekonomi mikro sesuai segmentasi pasar.
Dalam kegiatan ekonomi, terdapat beberapa pelaku ekonomi yang terlibat dari ruang lingkup kecil
sampai yang besar. Secara umum macam-macam pelaku ekonomi dibedakan menjadi empat, yakni
rumah tangga keluarga, perusahaan, negara dan masyarakat luar negeri.

Tentunya tiap macam memiliki peran yang berbeda-beda, bisa sebagai produsen yang melakukan
kegiatan produksi, bisa juga sebagai distributor yang melakukan kegiatan distribusi atau bisa juga
sebagai konsumen yang melakukan kegiatan konsumsi.

Pengertian Pelaku Ekonomi

Pengertian pelaku ekonomi adalah individu, kelompok, atau lembaga yang melakukan kegiatan
perekonomian baik produksi, distribusi, dan konsumsi.

Contoh Pelaku Ekonomi

Secara umum pembagian pelaku ekonomi dibedakan menjadi empat. Adapun 4 contoh pelaku
ekonomi antara lain adalah sebagai berikut.

● Rumah tangga keluarga


● Perusahaan
● Negara/pemerintah
L

● Masyarakat luar negeri


Peran Pelaku Ekonomi

Berikut ini adalah peran pelaku kegiatan ekonomi meliputi rumah tangga keluarga, masyarakat,
perusahaan dan pemerintah.

1. Rumah Tangga Keluarga


a) Rumah Tangga Keluarga Sebagai Konsumen

Rumah tangga keluarga merupakan pelaku ekonomi yang paling sering melakukan kegiatan
konsumen terhadap produk atau barang atau jasa untuk memenuhi kehidupan. Kegiatan konsumsi
keluarga dipengaruhi oleh pendapatan, jumlah anggota keluarga, status sosial dan harga barang
atau jasa.

b) Rumah Tangga Keluarga Sebagai Produsen

Rumah tangga keluarga juga memiliki peran sebagai produsen, yakni sebagai penyedia faktor
produksi bagi pelaku ekonomi lainnya. Adapun contoh faktor produksi di ruang lingkup rumah
tangga keluarga misalnya adalah tenaga kerja, tanah atau lahan, bahan baku, modal dan juga
wirausaha.

2. Perusahaan
a) Perusahaan Sebagai Produsen

Peran utama perusahaan adalah melakukan kegiatan produksi. Sesuai dengan fungsinya,
perusahaan dalam aktivitasnya selalu menghasilkan barang atau jasa. Perusahaan harus
menentukan barang/jasa yang akan diproduksi, mengelola barang/jasa tersebut dan memastikan
barang/jasa tersebut dibutuhkan oleh masyarakat.

b) Perusahaan Sebagai Distributor


L

Perusahaan juga memiliki peran sebagai distributor. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan
perusahaan adalah mengadakan kegiatan promosi, mengadakan kegiatan perdagangan, membuka
agen atau cabang serta memiliki armada angkutan.

c) Perusahaan Sebagai Konsumen

Perusahaan juga melakukan kegiatan sebagai konsumen yang berkaitan dengan produksi.
Berkaitan dengan kegiatan konsumsi, perusahaan melakukan pengadaan bahan baku, pengadaan
alat dan sarana serta pembayaran upah dan gaji karyawan.

3. Negara
a) Negara Sebagai Produsen

Negara berperan sebagai produsen dan melakukan kegiatan produksi. Adapun kegiatan produksi
yang dilakukan pemerintah bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, antara lain membangun
pembangkit tenaga listrik, membangun sarana transportasi, membangun perusahaan air minum,
membuat layanan kesehatan dan lain sebagainya.

Umumnya kegiatan produksi dilakukan oleh BUMN yang dikelola negara. Adapun contoh
BUMN di Indonesia misalnya yaitu pertamina, PLN, Bank Mandiri, PT Kereta Api dan lain-lain.
b) Negara Sebagai Konsumen

Negara juga berperan sebagai konsumen. Kegiatan konsumsi yang dilaksanakan pemerintah
bertujuan untuk menjalankan roda pemerintahan, antara lain membayar gaji pegawai,
menggunakan tenaga ahli, menggunakan alat-alat kantor, memanfaatkan energi listrik dan lain
sebagainya.

c) Negara Sebagai Pengatur Ekonomi

Negara juga berperan sebagai pengatur ekonomi. Dalam perannya sebagai pengatur kegiatan
ekonomi, pemerintah membuat berbagai peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan
L

ekonomi, misalnya membuat kebijakan fiskal, membuat kebijakan moneter, mengatur ekspor
impor, menentukan pajak dan lain sebagainya.

4. Masyarakat Luar Negeri


a) Masyarakat Luar Negeri Sebagai Produsen

Masyarakat luar negeri bisa berperan sebagai produsen. Dalam kegiatannya sebagai produsen,
terjadi kegiatan impor barang dari luar negeri.

b) Masyarakat Luar Negeri Sebagai Konsumen

Masyarakat luar negeri bisa berperan sebagai konsumen. Dalam kegiatannya sebagai konsumen,
terjadi kegiatan ekspor barang menuju luar negeri.

1. Rumah Tangga

Dalam kegiatan ekonomi, konsumen atau rumah tangga mempunyai dua peran, diantaranya yaitu:

1. Sebagai konsumen pada barang atau produk maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2. Sebagai penyedia faktor produksi, misalnya: tenaga kerjanya, tanah atau lahan, bahan baku,
modal serta pengusaha (wirausaha). Peran sebagai penyedia bahan baku dapat berwujud
mempunyai ladang yang di tumbuhi dengan pohon mahoni atau jati, lalu kayu tersebut
dijual pada perusahaan mebel agar di olah menjadi perabotan rumah tangga.

Dan dalam upaya memenuhi kebutuhan tersebut, konsumen memerlukan masukan yang berupa
uang.

Pendapatan dari konsumen dapat berasal dari perusahaan yang didapat dalam bentuk seperti
berikut:

1. Upah kerja maupun gaji, adalah imbalan atas pengorbanan tenaganya untuk melakukan
pekerjaan atau melakukan produksi.
L

2. Sewa, yakni bayaran kepada konsumen sebab telah menyewakan lahan atau bangunan pada
perusahaan yang melaksanakan produksi barang ataupun jasa.
3. Bunga, yakni imbalan terhadap rumah tangga dari sebuah perusahaan sebab telah
meminjamkan modal kepada perusahaan yang bersangkutan.
4. Laba, bayaran atau imbalan dari hasil pengorbanan pikiran, tenaga serta keahliannya dalam
mengelola perusahaan sehingga perusahaan mampu memperoleh laba atau keuntungan.
5. Hasil penjualan, yakni upah atau imbalan yang diterima oleh pihak rumah tangga dari hasil
menjual bahan baku kepada perusahaan yang berproduksi.

Dari penjelasan di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa terdapat interaksi antara rumah tangga
dengan perusahaan.

Interaksi tersebut menimbulkan terjadinya arus uang, barang dan juga jasa.

2. Perusahaan

Seperti yang telah kita tahu, bahwa terdapat berbagai macam bentuk perusahaan.

Mulai dari perusahaan swasta atau perorangan, perusahaan miliki negara, koperasi, dan lain
sebagainya.

Dan apabila kita lihat dari segi hukumnya, perusahaan dapat berupa perusahaan perorangan, firma,
CV dan juga PT.

Adapun peran perusahaan dalam kegiatan ekonomi, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Membeli faktor beberapa pendukung produksi, contoh: bahan baku, membayar tenaga
kerja, modal dan juga pengusaha.
2. Mengelola maupun mengkombinasikan faktor produksi guna memproduksi barang atau
jasa. Disini perusahaan mempunyai peran sebagai produsen.
3. Menjual barang atau jasa yang dihasilkan untuk rumah tangga (konsumen), pemerintah,
masyarakat luar daerah, luar negeri ataupun yang lainnya.
4. Bertanggung jawab kepada kesejahteraan karyawan dan juga masyarakat sekitar
lingkungan perusahaan.
L

Kesejahteraan masyarakat dapat di realisasikan dengan cara memberikan Upah Minimum


Regional atau UMR di atas rata-rata, atau juga dapat menambahkan bonus.

Tak hanya itu, perusahaan juga bertanggung jawab untuk keselamatan tenaga kerja sekaligus
menjamin hari tua atau pensiunan karyawan.

Kesejahteraan lingkungan sekitar dapat direalisasikan dengan cara sebagai berikut:

1. Aktif dalam kegiatan pembangunan sarana umum serta turut menyumbang prasarana atau
sarana.
2. Mengurangi dampak limbah
3. Membina perusahaan-perusahaan kecil sebagai penggerak
4. Ikut menyongsong bea siswa

3. Pemerintah

Peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi dapat menjadi produsen, konsumen dan juga pengatur
kegiatan perekonomian.

Berikut penjelasannya:

1. Peran Pemerintah Sebagai Produsen

Sebagai produsen, pemerintah dapat berperan sebagai produsen atau juga sebagai penyedia jasa
layanan umum untuk masyarakat.

Berikut contoh hasil produksi dari perusahaan pemerintah:

1. Minyak Bumi yang dijalankan oleh Pertamina


2. Semen yang dijalankan oleh PT. Cibinong
3. Baja yang dijalankan oleh PT Krakatau Steel
4. Listrik dijalankan oleh PT PLN Persero
5. Pesawat terbang dijalankan oleh PT Dirgantara Indonesia
6. Pendidikan Sekolah Negeri serta Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
L

7. Bidang kesehatan dalam wujud puskesmas dan rumah sakit


8. Hukum serta keamanan dalam wujud badan Kepolisian, TNI serta Peradilan
9. Pos yang dijalankan oleh PT POS Indonesia

2. Peran Pemerintah sebagai Konsumen

Sebagai produsen, pemerintah tentunya membutuhkan jasa ataupun barang lain yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan.

Contohnya: dalam sebuah kantor, pemerintah membutuhkan lemari, meja, dan komputer. Serta tak
lupa juga membutuhkan barang keperluan kantor seperti kertas, tinta, pensil, mobil dinas dan juga
peralatan perang untuk sistem pertahanan negara.

3. Pemerintah Sebagai Pengatur Kegiatan Perekonomian

Tak hanya menjadi produsen dan konsumen, pemerintah juga berperan sebagai pengatur kegiatan
perekonomian.

Dalam perannya kali ini, pemerintah berhak untuk mengeluarkan peraturan dan kebijakan yang
berhubungan dengan kegiatan ekonomi.

Peraturan aygn dikeluarkan pemerintah pun mengacu pada pancasila dan UUD 1945 serta garis
besar Haluan Negara yang berlaku.

Berikut contoh Peraturan Perundang undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah:

1. UU No. 22 Tahun 1999 yang berisi mengenai Otonomi Daerah.


2. UU No. 25 Tahun 1999 yang berisi tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah.
3. UU No. 27 Tahun 2003 yang berisi tentangPemanfaatan Panas Bumi.
4. UU No. 13 Tahun 2003 yang berisi mengenai Ketenagakerjaan.

5. Masyarakat Luar Negeri


L

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tentunya suatu negara memerlukan kerjasama dengan
pihak asing dong. Mengapa?

Sebab, tidak semua negara dapat memproduksi jasa dan juga barang yang diperlukan oleh
rakyatnya.

Dan, negara Indonesia sendiri banyak melakukan hubungan ekonomi dengan berbagai negara di
seluruh belahan dunia.

Hubungan ekonomi itu dapat berwujud perdagangan, ketenagakerjaan, dan permodalan.

Berikut penjelasannya:

1. Perdagangan

Kerjasama dengan pihak asing dapat berupa perdagangan, yakni impr ataupun ekspor.

Contoh: Cina mengekspor teknologi canggih ke Indonesia. Kedua belah pihak nantinya
memperoleh tambahan devisa dari kegiatan perdagangan tersebut.

2. Pertukaran Tenaga Kerja

Seperti yang kita tahu, Indonesia banyak sekali mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri.

Dan setiap tenaga kerja tersebut akan memberikan devisa bagi Indonesia.

Selain itu, banyak juga tenaga asing yang bekerja di Indonesia. Dan pada umumnya mereka bekerja
sebagai tenaga ahli dalam suatu perusahaan tertentu.

3. Sumber Penanaman Modal Asing

Salah satu cara untuk meningkatkan kemakmuran rakyat dalam suatu negara ialah dengan
melakukan penanaman modal asing (investasi).

Untuk negara Indonesia, investasi ini sangatlah menguntungkan.


L

Indonesia mampu menarik investor asing, sebab tenaga kerja di Indonesia lebih murah daripada
dengan negara lainnya.

Terlebih lagi, Indonesia adalah bangsa pasar sebab jumlah penduduknya sangatlah banyak.

Baca juga ulasan: Kelangkaan yang telah kami bahas sebelumnya.

4. Pemberi Pinjaman

Dalam melakukan suatu pembangunan, tentunya hal itu akan membutuhkan dana yang sangat
besar.

Maka dari itu, pada saat negara tengah mengalami kesulitan keuangan, negara tersebut akan
meminjam dana dari negara lain ataupun badan keuangan internasional.

Berikut ini adalah lembaga keuangan internasional:

1. Bank Dunia atau World Bank


2. Asian Development Bank atau ADB
3. Islamic Development Bank atau IsDB
4. International Monetary Fund atau IMF

5. Pemberi Bantuan

Bantuan yang diberikan oleh rakyat luar negeri pada umumnya berwujud proyek-proyek
pembangunan fisik ataupun kegiatan pelayanan dengan cara bekerja sama dengan pemerintah
daerah setempat.

Bantuan tersebut diberikan pada negara yang tengah membutuhkan dengan cuma-cuma tanpa
harus mengembalikan kembali.
L

PEMBAHASAN

Perkembangan teknologi di era digital telah mempermudah banyak hal di berbagai bidang salah
satunya yaitu bidang ekonomi. Dalam bidang ekonomi, kehadiran internet menjadi salah satu
media transaksi yang memudahkan pelaku ekonomi dalam menjalankan bisnis mereka sehingga
faktor jarak dan waktu pun tidak lagi menjadi sebuah permasalahan.

Kondisi ini membuat banyak pelaku bisnis mulai gencar menjadikan internet sebagai salah satu
alat penunjang kegiatan bisnis mereka. Berbagai manfaatpun diperoleh dari adanya teknologi ini,
diantaranya mempermudah hubungan bisnis dengan pelanggan secara lebih luas dan efisien, bisnis
juga dapat menghemat biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan. Hal inilah yang dijadikan
sebagai peluang baik dalam menawarkan barang dan jasanya kepada para konsumen melalui toko
online.

Melalui online-shop ini, pembeli tidak perlu susah payah mendatangi toko hanya untuk
mendapatkan barang yang diinginkan. Pembeli bisa melihat dan dagangan yang dijual melalui
smartphone. Penjual dan pembeli tidak perlu tatap muka untuk melakukan transaksi. Pembeli
tinggal memesan barang yang diinginkan, kemudian pembayarannya bisa dilakukan dengan
transfer melalui bank atau credit-card. Setelah itu, barang akan dikirimkan ke alamat sesuai
keinginan pembeli. Keuntungan dan dampak positif dari adanya online-shop ini antara lain:

1. Belanja menjadi lebih praktis


2. Bisa membandingkan harga dengan mudah dari satu online-shop ke online shop-lain
3. Hemat tenaga dan waktu, tidak perlu berjalan dari satu toko ke toko lain untuk
mendapatkan barang yang diinginkan
4. Bisa mendapatkan barang dari mana saja, dari luar kota bahkan luar negeri
5. Harga barang biasanya lebih murah
6. Membantu perekonomian pedagang kecil

Namun, dibalik kemudahan dalam membeli barang, sudah pasti ada resikonya. Berikut adalah
beberapa dampak negative dari belanja online, yaitu:
L

1. Kualitas barang yang tidak sesuai dengan gambar


2. Barang yang diterima cacat atau rusak ketika barang dalam pengiriman
3. Tidak bisa membedakan barang asli atau tiruan
4. Sering terjadi penipuan, setelah uang ditransfer, barang tidak diterima
5. Menimbulkan perilaku konsumtif
6. Rentan aksi pemboboloan rekening jika pembayaran dilakukan melalui Internet

Untuk menghinari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, sebelum memutuskan untuk belanja
online ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, antara lain:

1. Sebaiknya kita pikirkan dahulu apakah barang tersebut benar-benar kita butuhkan.
2. Bandingkan harga antara online-shop yang satu dengan yang lainnya
3. Mengetahui reputasi toko, mencari informasi melalui kenalan yang pernah belanja di toko
tersebut maupun informasi online lainnya
4. Membaca dengan cermat keterangan produk
5. Perhatikan nomor telepon penjual, jika bisa hubungi langsung untuk memastikan
6. Perhatikan cara pembayaran, cari pilihan yang aman, jangan sampai rekening kita dibobol
secara online.

Tahun 2019, pertumbuhan tren belanja online di Indonesia dianggap semakin menjanjikan.
Berdasarkan prediksi McKinsey pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat delapan kali
lipat, dari total pembelanjaan online USD 8 miliar di 2017 menjadi USD 55 miliar hingga 65 miliar
di 2020.

McKinsey juga memprediksi penetrasi belanja online masyarakat Indonesia juga akan meningkat
menjadi 83% dari total pengguna internet, atau meningkat sekitar 9% dibanding penetrasi belanja
online di 2017. Hal ini senada dengan startup kurasi e-dagang ShopBack yang melihat industri
perdagangan digital (e-commerce) di Indonesia pada 2019 akan semakin terarah dan semakin
berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian "The Opportunity of Indonesia" yang digagas oleh TEMASEK dan
Google, menyatakan pada tahun 2015, terdapat 92 juta pengguna internet di Indonesia. Dimana
pada 2020 mendatang, diprediksi jumlah pengguna internet Indonesia akan meningkat menjadi
215 juta pengguna. Dari total pengguna internet tersebut, pada 2015, terdapat 18 juta pembeli
L

online di Indonesia. Sehingga, pada tahun 2025 mendatang, 119 juta orang diprediksi menjadi
pembeli online di Indonesia. Hal ini tak heran, peningkatan tersebut akan mengerek nilai pasar e-
commerce dalam hal ini online shop Indonesia. Kemudian, TEMASEK dan Google memprediksi
nilai pasar online shop Indonesia akan mencapai angka $81 miliar pada tahun 2025 (Zaenudin,
2017). Berdasarkan data dari Social Research dan Monitoring Sociab, Kadin, Kemkominfo,
Accenture tahun 2015 dari jumlah pengguna internet di Indonesia menyatakan sebanyak 77 %
menggunakan internet untuk mencari informasi produk dan belanja online.

Internet telah mengubah cara operasi bisnis di seluruh dunia (Adnan, 2014). Orang memakai
Internet untuk beberapa alasan antara lain: mencari informasi produk, evaluasi harga dan mutu,
memilih layanan, transfer pembayaran, dan networking (Shadzad, 2015). Di banyak negara,
Internet telah menjadi medium komunikasi dan belanja online. Belanja online telah menjadi
fenomena di seluruh dunia, termasuk di Indonesia

Adapun menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), dijelaskan, mahasiswa
mendapatkan posisi tempat tertinggi sebagai pengakses internet yang paling sering. Kemudian
disusul oleh para pekerja, ibu rumah tangga, dan lainnya.

Menurut Liang & Lai (2002), perilaku pembelian online adalah proses membeli produk atau jasa
melalui media internet. Proses pembelian online memiliki langkah yang berbeda seperti perilaku
pembelian fisik. Kekhasan dari proses membeli melalui media internet adalah ketika konsumen
yang berpotensial menggunakan internet dan mencari-cari informasi yang berkaitan dengan barang
atau jasa yang mereka butuhkan.

Online shop atau belanja online via internet, adalah suatu proses pembelian barang atau jasa yang
dijual melalui internet, atau layanan jual-beli secara online tanpa harus bertatap muka dengan
penjual atau pihak pembeli secara langsung.

Belanja online (online shop) merupakan sebuah proses dimana konsumen secara langsung
membeli barang-barang, jasa dan lain-lain dari seorang penjual secara interaktif dan real-time
tanpa suatu media perantara melalui Internet (Mujiyana & Elissa, 2013). Online shopping atau
belanja online via internet, adalah sebuah proses pembelian barang atau jasa dari mereka yang
menjual melalui internet, atau layanan jual-beli secara online tanpa harus bertatap muka dengan
penjual atau pihak pembeli secara langsung(Sari, 2015).[1]
L

Dalam hal ini online shop bukan hanya sekedar dianggap sebagai pemilihan dalam berbelanja,
akan tetapi telah menjadi bagian adanya perubahan sosial budaya dalam masyarakat. Dimana
dengan adanya online shop konsumen bisa melihat barang-barang berupa gambar atau foto-foto
atau bahkan juga video.

Toko virtual ini mengubah paradigma proses membeli produk atau jasa dibatasi oleh toko atau
mall. Proses tanpa batasan ini dinamakan belanja onlineBusiness-toConsumer (B2C). Suatu
kondisi dimana pebisnis membeli dari pebisnis yang lain dinamakan belanja onlineBusiness-to-
Business (B2B). Kedua hal tersebut merupakan bentuk e-commerce (electronic commerce).

Kemudian, menurut survey ini juga 93,1% masyarakat mengakses internet dengan tujuan komersil.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, komersil bermakna erat hubungannya dengan
aktivitas perdagangan yang terkait dengan penjualan dan pembelian barang/jasa.

Melalui internet kesempatan masyarakat untuk melakukan aktivitas komersil/jual-beli semakin


mudah melalui beragam akses terhadap produk dan jasa serta meningkatnya kemudahan dalam
melakukan transaksi. Lalu, menurut hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
terkait perilaku pengguna internet Indonesia pada tahun 2016, dimana 34,8% atau sekitar 46,1
juta masyarakat Indonesia melakukan transaksi belanja online lebih dari satu kali dalam satu bulan.

Menurut Hasugian (2005) menyatakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kompas menunjukkan
pada tahun 2012 mahasiswa memiliki minat untuk berbelanja online dengan angka sebesar 19,9%.

Dalam hal ini, mahasiswa melakukan transaksi belanja online bukan didasarkan pada kebutuhan
semata, akan tetapi demi kesenangan dan gaya hidup sehingga menyebabkan seseorang menjadi
boros atau yang yang lebih dikenal dengan istilah perilaku konsumtif.

Mahasiswa pun dijadikan sebagai sasaran atau yang dijadikan sebagai objek utama atas
berkembangnya sejumlah online shop di Indonesia. Dimana faktor yang menyebabkan mahasiswa
mudah terpengaruh dengan rayuan dari sejumlah online shop yakni dimulai dari kemudahan yang
diberikan, strategi online marketing sejumlah online shop, dan persepsi atas manfaat yang
diberikan, serta pengaruh gaya hidup yang berkembang saat ini.
L

Dalam penelitian mengenai perilaku belanja online yang di lakukan mahasiswa ui

Norma subjektif menangkap persepsi konsumen dari pengaruh orang lain yang signifikan
(misalnya, keluarga, teman dekat, dan media). Hal ini terkait dengan niat karena orang sering
bertindak berdasarkan persepsi mereka tentang apa yang orang lain pikir harus mereka lakukan.
Norma subjektif cenderung lebih berpengaruh selama tahap-tahap awal implementasi inovasi
ketika konsumen memiliki pengalaman langsung yang terbatas untuk mengembangkan sikap.
Dalam tahap pengembangan sikap, hal ini dapat mempengaruhi kecenderungankonsumen untuk
perilaku pembelian.

Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan sampel sejumlah 171 responden. Dimana jumlah
populasinya yakni 274 responden. Dalam hal ini jumlah sampel yang diambil dengan
menggunakan rumus slovin dengan margin of error 5 % yakni minimal sejumlah 163 responden.
Penelitian ini dilakukan di lingkungan FIA UI dengan responden mahasiswa Angkatan 2018.
Dalam hal ini, penelitian ini menggunakan pertanyaan angket melalui gform

Hasil penelitiannya sebagai berikut :

Rutinitas Belanja Online


L

Berdasarkan kuesioner campuran yang telah di bagikan melalui google forms kepada informan
mengenai perilaku belanja melalui online shop pada media sosial, sebagian besar informan
melakukan transaksi online shopping atau belanja online dilakukan minimal 1-3 x dalam satu
bulan bahkan ada yang melakukan lebih dari 10 x dalam sebulan. Berdasarkan data dari 171
informan yang mengisi kuesioner campuran ini didapatkan 76,6 % informan melakukan belanja
1-3 x dalam satu bulan melalui online shopping dan 10,5 % informan melakukan online shopping
4-6 x dalam satu bulan. Kemudian, sebanyak 2,9 % informan menjawab melakukan belanja online
dengan persentase 2,9 %, hingga yang mengisi lebih dari 10 kali sebanyak 10,3 %.

Data di atas menunjukkan, secara umum mahasiswa angkatan 2018 FIA UI melakukan belanja
online lebih dari 1 kali dalam sebulan, bahkan sebanyak 10,3 % mahasiswa angkatan 2018
melakukan belanja online lebih dari 10 kali.

2.Tingkat Intensitas waktu belanja online

Dari analisis diagram batang di atas, dapat dijelaskan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI hampir
setengah dari sampel yang menjawab kuesioner tersebut pernah melakukan belanja online. Hal ini
dapat dilihat dari sebanyak 69 (40,4 %) mahasiswa angkatan 2018 FIA UI sering melakukan
belanja online (online shopping); sebanyak 50 ( 29,2 %) menjawab sangat sering dalam melakukan
online shopping; serta sebanyak 31 (11,4%) mahasiswa angkatan 2018 FIA UI menjawab tidak
L

tau. Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan, setengah dari mahasiswa angkatan 2018 FIA
UI sering melakukan online shopping di online shop.

3. Tujuan melakukan belanja online (online shopping)

Berdasarkan hasil analisis diagram di atas, mahasiswa/i angkatan 2018 FIA UI melakukan belanja
online (online shopping) dengan berbagai tujuan yang beragam. Dalam hal ini, dari grafik
lingkaran tersebut dapat dianalisis mahasiswa/i angkatan 2018 FIA UI melakukan belanja online
dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Dimana sebanyak 43,6 %
mahasiswa/i angkatan 2018 menjawab karena memenuhi keinginan mereka, sementara itu
sebanyak 43,6 % menjawab dengan alasan memenuhi kebutuhan mereka. Sementara itu, sisanya
adalah seperti adanya promo, harga yang lebih murah di online shop, dan lain-lain.

4.Tingkat Rasio Kepercayaan Terhadap Belanja Online


L

Berdasarkan hasil analisis kuesioner di atas dari 171 Informan, terkait dengan pengalaman
mahasiswa angkatan 2018 FIA UI terhadap kepercayaan harga dan kualitas dalam belanja online,
sebanyak 77 (45 %) informan percaya terhadap harga dan kualitas barang yang Ia beli. Sementara
itu, sebanyak 69 (40,4 %) informan percaya sekali dengan harga dan kualitas barang yang Ia beli.
Selanjutnya, sebanyak 1 (0,6%) informan menyatakan sangat tidak percaya; sebanyak 12 (7 %)
tidak percaya; dan 12 (7%) tidak tau terhadap harga dan kualitas barang yang Ia beli dalam
mekakukan transaksi belanja online (online shopping).

5. Pengeluaran Untuk Melakukan Online Shopping

Berdasarkan grafik di atas, terkait dengan biaya yang dikeluarkan mahasiswa angkatan 2018 FIA
UI untuk melakukan belanja online ( online shopping), terdapat hasil yang cukup variatif.
Diantaranya sebanyak 20,5 % informan menyatakan bahwa mereka mengeluarkan biaya untuk
melakukan belanja online sekitar Rp.50.000 -- Rp. 100.000. Kemudian, sebanyak 43,9 % informan
menyatakan bahwa mereka mengeluarkan biaya untuk melakukan belanja online sekitar Rp.
101.000- Rp. 250.000. Lalu, sebanyak 17 % informan mengeluarkan biaya sekitar Rp. 251.000-
Rp.500.000, bahkan sebanyak 11,1 % responden mengisi mengeluarkan biaya lebih dari Rp.
1000.000 dalam satu bulan.

6. Pengaruh Potongan Harga (diskon) terhadap Belanja Online


L

Berdasarkan hasil analisis kuesioner di atas, dari 171 informan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI
dalam melakukan belanja online atau online shopping, sebanyak 78 (45,6 %) informan
menyatakan adanya potongan harga atau diskon pada online shop atau toko online sangat
mempengaruhi mereka dalam melakukan transaksi belanja online. Sementara itu, sebanyak 62
(36,3 %) informan menyatakan adanya potongan harga cukup mempengaruhi mereka untuk
belanja online; sebanyak 19 (11,1 %) informan menyatakan kurang berpengaruh; 9 (5,3 %)
informan menyatakan tidak berpengaruh; dan 3 (1,8 %) informan menyatakan adanya potongan
harga sangat tidak mempengaruhi mereka untuk melakukan belanja online atau tidak.

7. Pengaruh Kondisi Keuangan dengan Keinginan Belanja Online

Berdasarkan hasil analisis kuesioner di atas terkait dengan hubungan antara kondisi keuangan
dengan keinginan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI untuk melakukan transaksi belanja online,
L

dapat dijelaskan sebanyak 65 (38 %) informan menyatakan kondisi keuangan sangat berpengaruh
terhadap mereka untuk melakukan belanja online. Kemudian, sebanyak 49 (28,7 %) informan
menyatakan kondisi keuangan berpengaruh bagi mereka untuk melakukan belanja online;
sebanyak 36 (21 %) informan menyatakan kurang berpengaruh; sebanyak 17 (9,9 %) menyatakan
tidak berpengaruh; dan sebanyak 4 (2,3 %) menyatakan kondisi keuangan sangat tidak
mempengaruhi mereka dalam melakukan transaksi belanja online ( Online shopping).

8. Pengaruh Ongkos Kirim dalam Belanja Online

Berdasarkan grafik di atas terkait dengan adanya ongkos kirim ketika melakukan belanja online,
dari 171 informan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI, diantaranya sebanyak 44 (25,7 %) informan
menyatakan adanya ongkos kirim ketika melakukan online shopping sangat mempengaruhi
mereka untuk belanja online. Kemudian, 15 (8,8 %) informan lainnya menyatakan adanya ongkos
kirim sangat tidak mempengaruhi mereka untuk belanja online; sebanyak 52 (30,4 %) menyatakan
berpengaruh; sebanyak 48 (28,11%) menyatakan kurang berpengaruh: sebanyak 12 (7 %)
informan menyatakan adanya ongkos kirim tidak mempengaruhi mereka dalam belanja online.

9. Tingkat ketergantungan/kecanduan dalam melakukan belanja online


L

Berdasarkan hasil analisis kuesioner pada diagram lingkaran tersebut, terkait dengan
ketergantungan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dalam belanja online dapat dijelaskan sebanyak
66,7 % responden menyatakan bahwa mereka tidak mengalami ketergantungan/kecanduan dengan
melakukan belanja online sehingga belanja online menjadi kegiatan rutin yang mereka lakukan,
sedangkan sebanyak 33,3 % informan menjawab mengalami ketergantungan dalam melakukan
belanja online atau online shopping.

10. Kemudahan dalam Belanja Online

Diagram di atas menggambarkan keinginan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI untuk melakukan
belanja online dipengaruhi oleh kemudahan yang diberikannya. Adapun sebanyak 98,8 %
responden menyatakan keinginan mereka untuk belanja online dipengaruhi oleh kemudahan
transaksinya. Sementara itu, 1,2 % responden menyatakan keinginan untuk belanja online tidak
L

dipengaruhi oleh kemudahan yang diberikannya. Kondisi ini dapat disimpulkan dari data
responden tersebut, mahasiswa angkatan 2018 FIA UI sangat terpengaruh oleh kemudahan yang
didapatkan ketika belanja online.

11.Jenis Transaksi yang dilakukan dalam belanja online

Dari analisis grafik kuesioner campiran di atas, terkait dengan jenis transaksi yang dilakukan oleh
mahasiswa angkatan 2018 FIA UI dalam belanja online dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebanyak
L

121 (70,8%) informan menyatakan mereka membeli produk fashion di online shop. Kemudian
sebanyak 30 (17,8%) informan menyatakan mereka membeli produk terkait dengan pendidikan
seperti buku,alat tulis,dan lain-lain. Lalu, dari sisi makanan juga menunjukan angka yang cukup
tinggi, diantaranya sebanyak 61(35,7%) informan membeli produk yang berbau makanan.
Sementara itu, sebanyak 41(24%) informan menjawab mereka membeli produk tiket online shop,
seperti tiket untuk transportasi,tiket nonton film dibioskop,tiket konser, dan lain-lain. Adapun
responden lainnnya mempunyai jawaban yang sangat beragam seperti membeli game,makeup,
kosmetik dan produk lainnya.

12. Toko Online yang Dikunjungi dalam Online Shopping

Berdasarkan pertanyaan kuesioner campuran di atas yang dapat digambarkan hasilnya di atas,
dapat dijelaskan mahasiswa angkatan 2018 FIA UI melakukan transaksi belanja online dengan
toko online yang sangat beragam. Dilihat dari jawaban kusioner tertutup yakni sebanyak 116 (67,8
%) responden menjawab mereka sering menggunakan applikasi Shoopee; sebanyak 33 (19,3 %)
responden menjawab menggunakan Zalora; sebanyak 35 ( 20,5%) responden menjawab
menggunakan Lazada; sebanyak 64 (37,4 %) responden menjawab mengunakan Tokopedia;
sebanyak 31 (18,1%) responden menjawab menggunakan Bukalapak; serta sebanyak 7 ( 4,1%)
responden menjawab menggunakan Blibi. Adapun jika dilihat dari hasil kuesioner terbuka,
responden lainnya menjawab mereka menggunakan aplikasi seperti Traveloka, Gojek, Pomelo,
Ebay,Instagram, dan aplikasi lainnya sebagaimana tertera di atas.
L

Hasil Pembahasan

Perilaku belanja online di kalangan mahasiswa angkatan 2018 FIA menunjukan identitas diri yang
dicirikan atau disimbolkan oleh atribut-atribut tertentu. Perilaku Shopping tanpa disadari
membentuk impian dan kesadaran semu para konsumer, khususnya mahasiswa angkatan 2018
FIA dan akhirnya melahirkan sikap konsumtif yang tidak akan ada habisnya.

Sehingga berbelanja online pun juga dianggap sebagai sebuah pekerjaan, suatu aktivitas sosial dan
suatu saat menjadi kompetisi/persaingan untuk diri sendiri (memutuskan membeli atau tidak) juga
terlebih untuk kompetisi pada teman dan anggota masyarakat yang lain (sebagai simbol status,
gengsi, dan image manusia modern dan tidak ketinggalan zaman).[1]

Kemudian, perilaku belanja online mahasiswa angkatan 2018 FIA UI juga dilihat adanya gaya
shopaholic yang ditandai dengan kebanyakan mahasiswa angkatan 2018 FIA mempunyai gaya
yang fashionable terhadap barang-barang yang Ia miliki.

https://www.kompasiana.com/oscar81/5cdb7afe3ba7f77abc1205d2/perilaku-belanja-online-oleh-
mahasiswa-studi-kasus-mahasiwa-angkatan-2018-fia-ui?page=6

Anda mungkin juga menyukai