Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TRANSFORMASI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Geometri Transformasi


Dosen Pengampu : Ishaq Nuriadin M.Pd

Disusun oleh :
Niamatus Saadah 1201125122

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2015

0
TRANSFORMASI

A. PENGANTAR
Suatu fungsi pada V adalah suatu padanan yang mengaitkan setiap anggota V dengan
satu anggota V.
Jika f adalah fungsi dari V ke V yang mengaitkan setiap x ∈ V dengan y∈ V maka
ditulis y = f(x) , x dinamakan prap
eta dari y oleh f, dan y dinamakan peta dari x oleh f. Daerah asal fungsi tersebut
adalah V dan daerah nilainya juga V. Fungsi yang demikian dinamakan fungsi pada f.

B. TRANSFORMASI

Suatu transformasi pada suatu bidang V adalah suatu fungsi yang bijektif dengan
daerah asalnya V dan daerah nilainya V juga. Fungsi yang bijektif adalah sebuah fungsi
yang bersifat :
1. Surjektif, artinya : Jika T suatu transformasi, maka tiap titik B∈ V ada prapeta A ∈ V
sehingga B = T(A). B dinamakan peta dari A dan A dinamakan prapeta dari B.
2. Injektif, artinya : Jika 𝐴1 ≠ 𝐴2 dan T(𝐴1 ) = 𝐵1, T(𝐴2 ) = 𝐵2 maka 𝐵1 ≠ 𝐵2 , atau
jika T(𝑃1 ) = 𝑄1 dan T(𝑃2 ) = 𝑄2 sedangkan 𝑄1 = 𝑄2 maka 𝑃1 = 𝑃2 .
Pada contoh di bawah ini, anggaplah V adalah bidang Euclides, artinya pada
himpunan titik-titik V diberlakukan sistem axioma Euclides.
Contoh 1 :
Andaikan A ∈ 𝑉. Ada perpetaan (padanan) T dengan daerah asal V dan daerah nilai
juga V.
Jadi T : V V yang didefinisikan sebagai berikut :
1) T(A) = A
2) Apabila P A, maka T(P) = Q dengan Q titik tengah garis ̅̅̅̅
𝐴𝑃 . Selidiki apakah
padanan T tersebut suatu transformasi ?

1
Penyelesaian : A S = T(R) R

Q=T(P)
P

Jelas bahwa A memiliki peta, yaitu A sendiri.


Ambil sebarang titik R≠ 𝐴 pada V. Oleh karena V bidang Euclides, maka ada satu garis
yang melalui A dan R, jadi ada satu ruas garis ̅̅̅̅
𝐴𝑅 sehingga ada tepat satu titik S dengan
S antara A dan R, sehingga AS = SR.
Ini berarti untuk setiap X ∈ V terdapat satu Y ∈ V dengan Y = T(X) yang memenuhi
persyaratan (2). Jadi daerah asal T adalah V.
1) Akan dibuktikan T surjektif.
Untuk menyelidiki ini cukuplah dipertanyakan apakah setiap titik di V memiliki
prapeta. Jadi apabila Y∈ 𝑉 apakah ada X ∈ 𝑉 yang bersifat T(X) = Y ?
Menurut ketentuan pertama, jika Y = A prapetanya adalah A sendiri, sebab T(A) = A.

Y = T(X)
A X

Apabila Y A, maka oleh karena V suatu bidang Euclides, ada X tunggal dengan X ∈
⃡𝐴𝑌 sehingga AY = YX.
Jadi Y adalah titik tengah ̅̅̅̅
𝐴𝑋 yang merupakan satu-satunya titik tengah. Jadi Y =
T(X).
Ini berarti bahwa X adalah prapeta dari titik Y. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa setiap titik pada V memiliki prapeta. Jadi T adalah suatu padanan yang
surjektif.
2) Akan dibuktikan T injektif.
Untuk menyelidiki ini ambillah dua titik 𝑃 ≠ 𝐴, 𝑄 ≠ 𝐴𝑑𝑎𝑛𝑃 ≠ 𝑄. P,Q,A tidak segaris
(kolinear). Kita akan menyelidiki kedudukan T(P) dan T(Q).

2
A

T(P) T(Q)

P Q
Andaikan T(P) = T(Q)
Oleh karena T(P) ∈ ⃡𝐴𝑃𝑑𝑎𝑛𝑇(𝑄) ∈ ⃡𝐴𝑄 maka dalam hal ini ⃡𝐴𝑃 𝑑𝑎𝑛𝐴𝑄
⃡ memilki dua

titik sekutu yaitu A dan T(P) = T(Q). ini berarti bahwa garis ⃡𝐴𝑃𝑑𝑎𝑛𝐴𝑄
⃡ berimpit,

sehingga mengakibatkan bahwa 𝑄 ∈ ⃡𝐴𝑃 .


Ini berlawanan dengan pemisalan bahwa A, P, Q tidak segaris. Jadi pengandaian
bahwa T(P) = T(Q) tidak benar sehingga haruslah T(P) T(Q). Jadi, T injektif.

Dari uraian di atas tampak bahwa padanan T itu injektif dan surjektif, sehingga T adalah
padanan yang bijektif.
Dengan demikian terbukti T suatu transformasi dari V ke V. Ditulis T : V V.
Contoh 2 :
Pilihlah pada bidang Euclides V suatu sistem koordinat ortogonal. T adalah padanan yang
mengkaitkan setiap titik P dengan P’ yang letaknya satu satuan dari P dengan arah sumbu
X yang positif. Selidiki apakah T suatu transformasi ?
Penyelesaian :
Y

P P’

O X
Jika P = (x,y) maka T(P) = P’ dan P’=(x+1,Y).
Jelas daerah asal T adalah seluruh bidang V.
Adb T surjektif dan T injektif.
Misalkan A = (x,y).

3
Andaikan B= (x’, Y’).
(i) Jika B prapeta titik A(x,y) maka haruslah berlaku T(B) = (x’ +1, y’).
Jadi x’+1 = x, y’=y.
x’ = x - 1
atau

y’=y
Jelas T (x-1,y)=((x-1)+1,y)=(x,y).
Oleh karena x’, y’ selalu ada, untuk semua nilai x,y maka B selalu ada sehingga
T(B)=A.
Karena A sebarang maka setiap titik di V memiliki prapeta yang berarti bahwa T
surjektif.
(ii) Andaikan P(x1,y1) dan Q (x2,y2) dengan P≠Q.
Dipunyai T(P)= (x1+1,y1) dan T(Q)= (x2+1,y2).
Jika T(P)= T(Q), maka (x1+1,y1)= (x2+1,y2).
Jadi x1+1=x2+1, dan y1= y2. Ini berarti x1=x2 dan y1= y2.
Jadi P=Q.
Terjadi kontradiksi, sehingga pengandaian salah. Jadi haruslah T(P)≠T(Q).
Jadi T injektif.
Dari (i) dan (ii) dapat disimpulkan bahwa T adalah padanan yang bijektif.
Jadi T merupakan suatu transformasi dari V ke V.

4
PEMBAHASAN SOAL LATIHAN

1. Andaikan g dan h dua garis yang sejajar pada bidang euclides V. A sebuah titik yang
terletakdi tengah antara g dan h. Sebuah T padanan dengan daerah asal g yang
didefinisikan sebagai berikut:

Apabila P  g maka P'  T ( P)  PA  h


a) Apakah daerah nilai T ?
b) Apabila D  g , E  g , D  E , buktikan bahwa D' E'  DE ; D'  T ( D), E'  T ( E)
c) Apakah T injektif
Penyelesaian :

g
P

h
P’=T(P)
a) Daerah nilai T adalah h
b) D  g , E  g , D  E
D'  T ( D), E'  T ( E)

D g
E

h
E’ D’

Lihat ∆ ADE dan segitiga ∆ AD’E’


𝑚(∠𝐷𝐴𝐸) = 𝑚(∠𝐷′𝐴𝐸′) (Bertolak belakang)
𝐷𝐴 = 𝐴𝐷′ (Karena A tengah-tengah 𝑔 dan ℎ)
𝐸𝐴 = 𝐴𝐸′ (Karena A tengah-tengah 𝑔 dan ℎ)
Diperoleh ∆𝐴𝐷𝐸 ≅ ∆𝐴𝐷′𝐸′ menurut definisi sisi sudut sisi.
Akibatnya 𝐷′ 𝐸 = 𝐷𝐸.

5
c) Akan dibuktikan T injektif

x g
y

h
y’=T(y) x’=T(x)
Ambil dua titik 𝑋 dan 𝑌 pada g, X  Y
Akan dibuktikan T ( X )  T (Y )
Andaikan 𝑇(𝑋) = 𝑇(𝑌)

Oleh karena T ( X )  XA  h dan T (Y )  YA  h

Dalam hal ini XA dan YA memiliki dua titik sekutu yaitu A dan 𝑇(𝑋) = 𝑇(𝑌).

Berarti garis XA dan YA berimpit, sehingga berakibat 𝑋 = 𝑌.


Ini suatu kontradiksi.
Jadi pengandaian salah, maka haruslah T ( X )  T (Y )
Jadi T injektif.

2. Diketahui sebuah titik K dan ruas garis AB , K  AB dan sebuah garis g sehingga g //

AB dan jarak K dan AB , adalah dua kali lebih panjang dari pada jarak antara K dan
g. Ada padanan T dengan daerah asal AB dan daerah nilai g sehingga apabila

P  AB maka T ( P)  P'  KP  g .

a) Apakah bentuk himpunan peta-peta P’ kalau P bergerak pada AB


b) Buktikan bahwa T injektif.
c) Apabila E dan F dua titik pada AB , apakah dapat dikatakan tentang jarak E’F’
jika E’ = T(E) dan F’=T(F)?

6
Penyelesaian :

P’ g

A P B

a) K  AB , g // AB , T: AB  g

P  AB maka T ( P)  P'  KP  g

P'  KP  g
sehingga P' g
Jadi bentuk himpunan peta-peta P’ adalah ruas garis pada g.
b) Akan dibuktikan T injektif
Ambil dua titik 𝑋 dan 𝑌 pada AB , X  Y
Akan dibuktikan T ( X )  T (Y )
Andaikan 𝑇(𝑋) = 𝑇(𝑌)

Oleh karena T ( X )  KX  g dan T (Y )  KY  g

Dalam hal ini XA dan YA memiliki dua titik sekutu yaitu A dan 𝑇(𝑋) = 𝑇(𝑌).

Ini berarti bahwa garis XA dan YA berimpit, sehingga berakibat 𝑋 = 𝑌.


Hal ini suatu kontradiksi.
Jadi pengandaian salah,maka haruslah T ( X )  T (Y )
Jadi T injektif
F’=T(F) E’=T(E)
c) g

A B
E F

7
Dipunyai 𝐸, 𝐹 ∈ ⃡𝐴𝐵, maka 𝐸 ′ , 𝐹′ ∈ 𝑔 sehingga 𝐸𝐹 ∕∕ 𝐸′𝐹′
Lihat∆𝐾𝐸′𝐹′ dan ∆𝐾𝐸𝐹
𝐹′𝐾 𝐸′𝐾 1
= =
𝐹𝐾 𝐸𝐾 2
𝑚(∠𝐸𝐾𝐹) = 𝑚(∠𝐸′𝐾𝐹) (sudut − sudut bertolak belakang)
Diperoleh∆𝐾𝐸′𝐹′~∆𝐾𝐸𝐹 (S Sd).
Akibatnya :
𝐸′𝐹′ 𝐸′𝐾 𝐹′𝐾 1
= = =
𝐸𝐹 𝐸𝐾 𝐹𝐾 2
1
⇔ 𝐸′ 𝐹′ = 𝐸𝐹.
2
1
Jadi jarak E’F’ adalah 2 kali jarak EF.

3. Diketahui tiga titik A, R, S yang berlainan dan tidak segaris. Ada padanan T yang
didefinisikan sebagai berikut:
T(A) = A, T(P) = P’ sehingga P titik tengah AP '
a) Lukislah R’ = T(R)
b) Lukislah Z sehingga T(Z) = S
c) Apakah T suatu transformasi?
Penyelesaian :
(a) dan (b) A S = T(Z)
Z
R P

R’ =T(R) P’ =T(P)

c) Bukti :
(i) Akan dibuktikan T surjektif.
T surjektif jika ∀ 𝑌 ∈ 𝑉 terdapat prapeta 𝑋 sehingga 𝑌 = 𝑇(𝑋).
Jika 𝑌 = 𝐴 maka prapetanya adalah 𝐴 sendiri sebab 𝑇(𝐴) = 𝐴.
Apabila 𝑌 ≠ 𝐴 maka terdapat 𝑋 tunggal dengan 𝑋 ∈ ⃡𝐴𝑌 sehingga 𝐴𝑋 = 𝐴𝑌.
Diperoleh𝑋 adalah titik tengah ̅̅̅̅
𝐴𝑌. Artinya 𝑌 = 𝑇(𝑋).

8
Maka∀𝑌 ∈ 𝑉 terdapat prapeta 𝑋 sehingga 𝑌 = 𝑇(𝑋).
Jadi T Surjektif.
(ii) Akan diselidiki T injektif
Ambil titik 𝑃 ≠ 𝐴, 𝑄 ≠ 𝐴 dan 𝑃 ≠ 𝑄, 𝑃, 𝑄, 𝐴 tidak segaris.
Andaikan 𝑇(𝑃) = 𝑇(𝑄).
Oleh karena 𝑇(𝑃) ∈ ⃡𝐴𝑃 dan 𝑇(𝑄) ∈ ⃡𝐴𝑄 maka dalam hal ini ⃡𝐴𝑃 dan ⃡𝐴𝑄
memiliki dua titik sekutu yaitu 𝐴 dan 𝑇(𝑃) = 𝑇(𝑄).
Ini berarti bahwa garis 𝐴𝑃⃡ dan 𝐴𝑄 ⃡ berimpit, sehingga mengakibatkan 𝑄 ∈
⃡𝐴𝑃 . Dengan kata lain 𝑃, 𝑄, 𝐴 segaris.
Ini suatu kontradiksi dengan pernyataan 𝑃, 𝑄, 𝐴 tidak segaris.
Pengandaian salah, sehingga 𝑇(𝑃) ≠ 𝑇(𝑄).
Jadi T injektif.
Dari (i) dan (ii) dapat disimpulkan bahwa T surjektif dan T injektif.
Jadi T merupakan suatu transformasi.

4. Diketahui P = (0,0), C1  ( x, y) | x  y  1
2 2


C2  ( x, y) | x 2  y 2  25
T : C1  C2 adalah suatu padanan yang definisikan sebagai berikut : Apabila X  C1

maka T ( X )  X '  PX  C2
a) Apabila A = (0,1) tentukan T(A)
b) Tentukan prapeta dari B(4,3)
c) Apabila Z sebarang titik pada daerah asal T, tentukan jarak ZZ’, dengan Z’ =
T(Z).
d) Apabila E dan F dua titik pada daerah asal T , apakah dapat dikatakan tentang
jarak E’F’?
Penyelesaian : Y

B(4,3)
F’
A
F
P X
E

E’

9
a) A = (0,1) maka T(A) = (0,5)
b) Perhatikan gambar di atas.

A = prapeta B

Q P
C
Lihat ∆ APC dan ∆𝑃𝑄𝐵.
𝑃𝐶 𝑃𝐴 𝐴𝐶
= =
𝑃𝑄 𝑃𝐵 𝐵𝑄
𝑃𝐶 𝑃𝐴 𝑃𝐶 1
= ⇔ =
𝑃𝑄 𝑃𝐵 4 5
4
⇔ 𝑃𝐶 =
5
𝐴𝐶 𝑃𝐴 𝐴𝐶 1
= ⇔ =
𝐵𝑄 𝑃𝐵 3 5
3
⇔ 𝐴𝐶 =
5
4 3
Jadi prapeta B adalah A = (5 , 5).
c) Dipunyai 𝑍 ∈ daerah asal 𝑇.
Maka 𝑍 ∈ 𝐶1 .
Berarti 𝑍 = (𝑥1 , 𝑦1 ) dimana 𝑥12 + 𝑦12 = 1.

Jelas 𝑍𝑃 = √(𝑥1 − 0)2 + (𝑦1 − 0)2 = √𝑥12 + 𝑦12 = √1 = 1.


Selanjutnya 𝑍 ′ = 𝑇(𝑍).
Maka 𝑍 ′ ∈ 𝐶2 .
Berarti 𝑍′ = (𝑥2 , 𝑦2 ) dimana 𝑥22 + 𝑦22 = 25.

Jelas 𝑍′𝑃 = √(𝑥2 − 0)2 + (𝑦2 − 0)2 = √𝑥22 + 𝑦22 = √25 = 5.


Jelas 𝑃, 𝑍, 𝑍′ segaris.
𝑍 ′ 𝑃 = 𝑍 ′ 𝑍 + 𝑍𝑃
⟺ 5 = 𝑍′𝑍 + 1
⟺ 𝑍′𝑍 = 5 − 1
⟺ 5 = 𝑍′𝑍 + 1

10
⟺ 𝑍𝑍 ′ = 𝑍 ′ 𝑍 = 4
Jadi jarak 𝑍𝑍 ′ = 4.
d) Dipunyai 𝐸, 𝐹 ∈ 𝐶1 , 𝐸 ≠ 𝐹
Maka panjang busur 𝐸𝐹
𝑚(∠𝐸𝑃𝐹)
= . 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔𝐶1
2𝜋
𝑚(∠𝐸𝑃𝐹)
= . 2𝜋. 1
2𝜋
= 𝑚(∠𝐸𝑃𝐹)
Selanjutnya 𝐸 ′ = 𝑇(𝐸) dan 𝐹 ′ = 𝑇(𝐹).
Maka panjang busur 𝐸′𝐹′
𝑚(∠𝐸′𝑃𝐹′)
= . 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔𝐶2
2𝜋
𝑚(∠𝐸′𝑃𝐹′)
= . 2𝜋. 5
2𝜋
= 5. 𝑚(∠𝐸′𝑃𝐹′).
Karena 𝑃, 𝐸, 𝐸′ segaris dan 𝑃, 𝐹, 𝐹′ segarismaka 𝑚(∠𝐸′𝑃𝐹′) = 𝑚(∠𝐸𝑃𝐹).
Sehingga,
𝐸 ′ 𝐹 ′ = 5. 𝑚(∠𝐸 ′ 𝑃𝐹 ′ )
= 5. 𝑚(∠𝐸𝑃𝐹)
= 5. 𝐸𝐹
Jadi 𝐸 ′ 𝐹 ′ = 5𝐸𝐹
5. Diketahui f : V  V. Jika P(x,y) maka f(P) =(|x|,|y|)
a) Tentukan f(A) jika A = (-3,6)
b) Tentukan semua prapeta dari titik B(4,2)
c) Apakah bentuk daerah nilai f?
d) Apakah f suatu transformasi?
Jawab :
a) A = (-3,6) maka f(A) = (|-3|,|6|) = (3,6)
b) Prapeta dari B(4,2) adalah (4,2),(4,-2),(-4,2),(-4,-2).
c) Daerah nilai f adalah himpunan semua titik-titik di Kuadran I.
d) Pilih𝐴1 = (4,2) ∈ 𝑉, 𝐴2 = (4, −2) ∈ 𝑉

11
Jelas 𝐴1 ≠ 𝐴2 .
Maka𝑓(𝐴1 ) = (4,2) dan 𝑓(𝐴2 ) = (4,2).
Diperoleh 𝑓(𝐴1 ) = 𝑓(𝐴2 ).
Jadi terdapat 𝐴1 ≠ 𝐴2 dan 𝑓(𝐴1 ) = 𝑓(𝐴2 ).
Artinya f tidak injektif.
Karena f tidak injektif maka f bukan transformasi.
6. Diketahui fungsi g : sumbu X  V yang didefinisikan sebagai berikut :
Apabila P(x,0) maka g(P) = (x,x2).
a) Tentukan peta A(3,0) oleh g.
b) Apakah R(-14, 196)  daerah nilai g?
c) Apakah g surjektif?
d) Gambarlah daerah nilai g.
Jawab :
a) Peta A(3,0) oleh g.
A(3,0) maka g(A) = (3,(3)2) =(3,9).
b) Diketahui R(-14,196).
196 = (-14)2 + y
⇔ 196 = 196 + y
⇔y = 0
Jelas R  V , dan 𝑅 mempunyai prapeta yaitu 𝑃(−14,0) pada sumbu 𝑋.
Jadi 𝑅 ∈ daerah nilai 𝑔.
c) Ambil titik 𝐴′ ∈ 𝑉, maka 𝐴′ (𝑎, 𝑏) dengan 𝑏 = 𝑎2 .
Jelas terdapat 𝐴(𝑎, 0) sehingga𝑔(𝐴) = 𝐴′.
Jadi, g surjektif.
d)
g(P)=(x,x2)

(0,0)
P(x,0)

12
7. T : V  V, didefinisikan sebagai berikut : Apabila P(x,y) maka
i) T(P) = (x + 1, y), untuk x > 0
ii) T(P) = (x - 1, y), untuk x < 0
a) Apakah T injektif?
b) Apakah T suatu transformasi?
Jawab :
a) Ambil P(x1,y1) dan Q(x2,y2) sehingga P  Q
Akan dibuktikan T ( P)  T (Q)

Karena P  Q maka x1  x2 atau y1  y2


(i) Untuk x > 0
T(P) = (x1+1, y1)
T(Q) = (x2+1, y2)
Jelas x1  x2  x1  1  x2  1 atau y1  y 2
Jadi T ( P)  T (Q)
(ii) Untuk x < 0
T(P) = (x1-1, y1)
T(Q) = (x2-1, y2)
Jelas x1  x2  x1  1  x2  1 atau y1  y 2
Jadi T ( P)  T (Q)
Dari (i) dan (ii) dapat disimpulkan bahwa T injektif.
b) Ambil P(x1,y1) dan Q(x2,y2) dengan P≠Q.
Akan dibuktikan T(P)≠T(Q).
Karena P ≠ Q maka x1 ≠ x2 atu y1 ≠ y2.
(i) Kasus x≥0
T(P) = (x1 + 1,y1)
T(Q) = (x2 + 1,y2)
Karena x1≠x2 maka x1+1 ≠ x2+1 dan y1≠y2.
Jadi T(P) ≠T(Q).

13
(ii) Kasus x<0
T(P) = (x1 - 1,y1)
T(Q) = (x2 - 1,y2)
Karena x1≠x2 maka x1 - 1 ≠x2 -1 dan y1≠y2.
Dari (i) dan (ii) dapat disimpulkan bahwa T tidak surjektif.
Karena T tidak surjektif maka T bukan suatu transformasi.

8. Diketahui sebuah garis S dan titik-titik A, B, C seperti dapat dilihat pada gambar di
bawah ini

A
B

T : V  V didefinisikan sebagai berikut :


i. Jika P  S maka T(P) = P
ii. Jika P  S maka T(P) = P’, sedemikian hingga garis S adalah sumbu ruas PP '
a) Lukislah A’ = T(A), B’ = T(B)
b) Lukislah prapeta titik C
c) Apakah T suatu transformasi ?
d) Buktikan bahwa A’B’ = AB
Penyelesaian :
a) dan b)

A B

A’

B’ C’

14
c) Akan ditunjukkan T surjektif dan T injektif.
Jelas setiap P pada V, ada prapeta P’, sehingga T(P) = P’.
Jika P ∈ S, maka P’ = P dan jika P ∉S maka P’ adalah cermin dari P terhadap
sumbu S.
Jadi T surjektif.
Untuk P ∈ S, Q ∈ S dan P≠Q, jelas P’ ≠Q’.
Untuk P ∉ S, ambil dua titik, A ,B ∉S, A ≠ B.
Kita akan menyelidiki kedudukan A’ dan B’.
Andaikan A’ = B’.
Karena S adalah sumbu ruas garis AA’ maka S tegak lurus AA’ dan karena S
adalah sumbu dari ruas garis BB’ maka S tegak lurus BB’.
Maka karena A’ = B’ dan kedua garis tegak lurus S, AA’ dan BB’ berimpit.
Akibatnya A =B.
Ini suatu kontradiksi, harusnya A’≠ B’.
Jadi T injektif.
Dengan demikian karena T injektif dan T surjektif, maka T suatu transformasi.
d) Akan dibuktikan A’B’=AB.

A
D
B
A’

B’

̅̅̅̅̅ dan 𝐸 titik potong garis 𝑠


Misal 𝐷 titik potong garis 𝑆 dengan ruas garis 𝐴′𝐴
̅̅̅̅̅.
dengan ruas garis 𝐵′𝐵
Lihat∆𝐴′𝐷𝐸 dan ∆𝐴𝐷𝐸.
𝐴′ 𝐷 = 𝐴𝐷 (menurut definisi 𝑠 adalah sumbu 𝐴′𝐴
̅̅̅̅̅ sehingga 𝐷 tengah-tengah 𝐴′𝐴
̅̅̅̅̅)

𝑚(∠𝐴′ 𝐷𝐸) = 𝑚(∠𝐴𝐷𝐸) = 900 (karena 𝑠 sumbu ̅̅̅̅̅


𝐴′𝐴 maka 𝑠 ⊥ ̅̅̅̅̅
𝐴′𝐴)
𝐷𝐸 = 𝐷𝐸 (berimpit)

15
Maka menurut teorema sisi-sudut-sisi ∆𝐴′𝐷𝐸 ≅ ∆𝐴𝐷𝐸.
Akibatnya 𝐴′ 𝐸 = 𝐴𝐸 dan 𝑚(∠𝐴′ 𝐸𝐷) = 𝑚(∠𝐴𝐸𝐷).
Lihat∆𝐴′𝐵′𝐸 dan ∆𝐴𝐵𝐸.
𝐴′ 𝐸 = 𝐴𝐸 (diketahui) …(i)
𝐵 ′ 𝐸 = 𝐵𝐸 (menurut definisi 𝑠 adalah sumbu 𝐵′𝐵
̅̅̅̅̅ sehingga 𝐸
̅̅̅̅̅)
tengah-tengah 𝐵′𝐵 …(ii)
𝑚(∠𝐵′ 𝐸𝐷) = 𝑚(∠𝐵𝐸𝐷) = 900 ̅̅̅̅̅ maka 𝑠 ⊥ 𝐵′𝐵
(karena 𝑠 sumbu 𝐵′𝐵 ̅̅̅̅̅)

𝑚(∠𝐵 ′ 𝐸𝐴) = 𝑚(∠𝐵′𝐸𝐷) − 𝑚(∠𝐴′𝐸𝐷)


𝑚(∠𝐵𝐸𝐴) = 𝑚(∠𝐵𝐸𝐷) − 𝑚(∠𝐴𝐸𝐷) = 𝑚(∠𝐵′𝐸𝐷) − 𝑚(∠𝐴′𝐸𝐷)
Berakibat 𝑚(∠𝐵′ 𝐸𝐴) = 𝑚(∠𝐵𝐸𝐴) …(iii)
Dari (i),(ii) dan (iii) maka menurut teorema sudut-sisi-sudut ∆𝐴′𝐵′𝐸 ≅ ∆𝐴𝐵𝐸
Akibatnya 𝐴′ 𝐵 ′ = 𝐴𝐵

16

Anda mungkin juga menyukai