Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PRODUKSI BERSIH

Studi Kasus di KWT “SRI REJEKI”

Disusun Oleh :

Ichsan Aditya M. Irsad 12/333145/TP/10408

Ika Putri Motivani 12/330033/TP/10378

Desti Ayu Kinasih 12/333518/TP/10521

Chika Amalia Rachman 12/333323/TP/10506

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015
MODULE 1:

BUSINESS BENEFITS OF ENVIRONMENTAL MANAGEMENT

Worksheets 1: Environmental Review


Company name : KWT “SRI REJEKI”

1.1 Company description


1.2 Company site map
1.3 Environmental risk assessment
1.4 Regulatory requirements
1.5 Identification of environmental priorities
1.6 Summary

1
1.1 COMPANY DESCRIPTION

KWT “SRI REJEKI” merupakan usaha yang didirikan pada tahun 2010 oleh
Ibu Sri dan Bapak Iwin. Tempat produksi sekaligus outlet bertempat di Jalan
Kembangarum 13, Desa Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Industri ini setiap
harinya beroperasi mulai dari pukul 07.30-16.00 WIB setiap hari Senin-Sabtu
sedangkan hari Minggu kegiatan produksi diliburkan. Hingga tahun 2015 Ibu Sri
dan Pak Iwin telah mempekerjakan sebanyak 10 pekerja tetap setiap harinya.
Pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh karyawan adalah SLTA (Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas) atau setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas).

Dalam proses produksi, 10 pekerja memiliki job description yang berbeda


yaitu untuk seorang pekerja ditempatkan dalam bagian manajemen sedangkan
sisanya yaitu 9 orang merupakan bagian produksi. Saat permintaan produk olahan
salak naik, maka Bu Sri dan Pak Iwin menambah pekerja subkontak hingga
mencapai 15 orang dalam sekali produksi. Hal tersebut dilakukan guna memenuhi
permintaan produk oleh konsumen yang meningkat. Penambahan pekerja
subkontrak biasanya direkrut dari warga yang bermukim di daerah sekitar KWT
“SRI REJEKI”.

Kapasitas produksi setiap harinya mencapai 3 kwintal salak yang dapat


diolah menjadi berbagi produk olahan salak. Namun ketika dikonfirmasi, salah satu
pemilik usaha KWT “SRI REJEKI” yaitu Pak Iwin menyatakan bahwa 3 kwintal
salak tersebut yang berkualitas baik diprioritaskan untuk dibuat produk manisan
salak sedangkan untuk kualitas salak yang cukup baik dipakai untuk membuat
produk kripik salak dan salak dengan kualitas di bawah cukup maka dibuat menjadi
dodol salak, karamel salak hingga biji salak dijadikan kopi biji salak. Setiap harinya
produk yang paling banyak diproduksi adalah manisan salak dan kripik salak karena
produk tersebut memiliki permintaan yang cukup tinggi. Produk olahan salak yang
diproduksi oleh KWT “SRI REJEKI” ditawarkan dengan harga yang terjangkau
untuk kalangan menengah ke atas dari mulai Rp. 12.500, 00 sampai Rp. 250.000,
00. Pangsa pasar produk ini masih berkisar di Indonesia yang meliputi Yogyakarta,
Jakarta, Batam, Kalimantan, Surabaya hingga Bali. Strategi pemasaran yang
dilakukan untuk meningkatkan penjualan adalah dengan rutin mengikuti pameran

2
hingga expo yang diadakan di beberapa daerah sehingga diharapkan dapat
meningkatkan omzet penjualan.

Bahan baku utama berupa salak diperoleh dari kebun sendiri milik Ibu Sri
dan Pak Iwin serta diperoleh dari supplier atau pengepul. Kebun salak yang
dimiliki Ibu Sri dan Pak Iwin mempunyai luas kurang lebih 3.000 meter,
sehingga dalam setahun kebun salak ini dapat mensuplai kurang lebih 2 ton
salak. Dalam satu hari kapasitas produksi membutuhkan sebanyak 3 kwintal
salak yang disuplai dari kebun sendiri sebanyak kurang lebih 0,5 kwintal
sedangkan dari pengepul sebanyak 2-2,5 kwintal setiap harinya. Harga salak
yang ditawarkan oleh pengepul berkisar antara Rp. 7.000, 00/kilogram. Pak
Iwin menuturkan bahwa dalam satu bulan keuntungan yang dapat diraih dari
usaha salak ini berkisar antara 100 juta/bulannya.
Pengolahan produk berbahan dasar buah salak ini menghasilkan beberapa
jenis limbah diantaranya limbah cair, padat dan gas. Limbah cair yang
dihasilkan berupa sisa air cucian buah salak, minyak goreng sisa penggorengan
kripik salak yang mencapai 80 liter setiap kali menggoreng sedangkan untuk
limbah padat berupa kulit salak bagian luar, kulit ari buah salak dan biji salak.
Berbagai jenis limbah tersebut tidak dibuang begitu saja sehingga dapat
mencemari lingkungan. Limbah padat berupa kulit salak sudah dimanfaatkan
menjadi kerajinan tangan misalnya gantungan kunci, hiasan kerudung, dipakai
sebagai campuran pupuk serta yang sedang dikembangkan oleh Pak Iwin adalah
teh kulit salak. Ketika melakukan pembersihan atau sortasi buah salak muncul
limbah berupa kulit ari salak kemudian Pak Iwin memanfaatkannya sebagai
pakan ikan air tawar seperti ikan gurami. Limbah padat tidak hanya berupa kulit
salak dan kulit ari buah salak saja tetapi ada biji salak. Biji salak dimanfaatkan
menjadi kopi biji salak sehingga mempunyai kemanfaatan dan memiliki nilai
jual yang tinggi. Kopi biji salak yang diproduksi oleh KWT “SRI REJEKI”
selain mempunyai rasa yang khas juga mempunyai kadar nol kafein serta bisa
digunakan untuk mengobati hipertensi dan asam urat. Kopi biji salak dijual
dengan harga berkisar antara Rp. 25.000, 00- Rp. 250.000, 00. Kopi biji salak
dalam kemasan aluminium foil 100 gram dipatok dengan harga Rp. 25.000, 00.
Limbah cair seperti air sisa cucian salak belum dimanfaatkan menjadi by

3
product sehingga hanya dibuang ke selokan, sedangkan untuk limbah minyak
goreng sisa penggorengan keripik salak dimanfaatkan oleh Pak Iwin dan Bu Sri
untuk keperluan sehari-hari di dapur pribadi mereka seperti menggoreng lauk
dan sebagainya tidak menutup kemungkinan para karyawannya dapat
memanfaatkan hal serupa.

4
1.2 PETA PERUSAHAAN DAN ALIRAN BAHAN

Gambar 1. Peta Perusahaan dan Aliran Bahan Manisan Salak (warna ungu)

5
1.3 PETA PROSES OPERASI

Berikut adalah peta proses operasi dari hasil survei industri dengan produk
manisan salak :

PETA PROSES OPERASI

Nama Objek : Pembuatan Manisan Salak


Nomor Peta : 01
Dipetakan Oleh : Kelompok 1
Tanggal Dipetakan : 15 November 2015

Asam Sitrat Gula Air Salak

2' Penakaran 30' Sortasi Bahan Baku


I-3 I-1
Gelas Ukur Manual

2' Penakaran 5' Pemanasan 30' Pengupasan


I-5 O-5 O-1
Gelas Ukur Kuali/Panci Pisau

1' Penakaran 15' Pencucian I


I-4 O-2
Timbangan Manual
Larutan Garam
dan Kapur
360' Perendaman
O-3
Drum/Ember

Perisa Leci

10' Pencampuran 15' Pencucian II


I-6 I-2
O-6 O-4
Kuali/Panci Manual

Bahan Wadah
(cup plastik)

30' Persiapan Pengemasan


O-7
Manual
Bahan Pengemas
(plastik)

30' Pengemasan
I-7
O-8
Sealer

10' Pencucian III


O-9
Manual

6
PETA PROSES OPERASI

Nama Objek : Pembuatan Manisan Salak


Nomor Peta : 02
Dipetakan Oleh : Kelompok 1
Tanggal Dipetakan : 15 November 2015

10' Sterilisasi
I-9
O - 10
Kuali/Panci

20' Pendinginan
O - 11
Manual

10' Pengelapan
O - 12
Kain
Bahan Pelabelan
(stiker)
15' Pelabelan
O - 13
Manual

Penggudangan dan Distribusi

Ringkasan
Waktu
Simbol Jumlah
(menit)

13 509

9 86

1 -

Total 23 595

Gambar 2. PPO Manisan Salak

7
PETA PROSES OPERASI

Nama Objek : Proses Pembuatan Bio-Briket dari Limbah Manisan Salak


Nomor Peta : 01
Dipetakan Oleh : Kelompok 1
Tanggal Dipetakan : 15 November 2015

Air Tepung Kanji Kulit Salak

2880' Pengeringan
O3
5' Penimbangan Manual
I6
O7
Timbangan
5' Pengecilan Ukuran I
I2
3' Penimbangan O1
I6 Blender
O7
Gelas Ukur
5' Pengayakan I
I3
O2
Alat Pengayak

5' Pencampuran 5' Pengecilan Ukuran II


O8 O3
Panci Blender

5' Pengayakan II
I4
O4
Alat Pengayak

30' Pengarangan
I5
O5
Panci/Tangki

7' Pendinginan
O6
Baskom/Panci

Ringkasan
Waktu 5' Pencampuran
I8
Simbol Jumlah
(menit) O 11
Baskom
18 2949

15' Pencetakan
I9
O 12
Cetakan
15 16

1 -
Total 34 2965

Gambar 3. PPO Bio-Briket dari Limbah Manisan Salak (kulit salak)

8
1.4 DIAGRAM ALIR DAN NERACA MASSA

Berikut adalah diagram alir dan neraca massa dari produk manisan dan bio-
briket dari limbah produk manisan:

Proses Penerimaan Salak

Pemilihan/Sortasi Salak Jelek

Kulit Salak
Pengupasan

Biji Salak

Air Bersih Pencucian I Limbah Cair

Larutan Air Garam dan


Perendaman Limbah Cair
Kapur

Air Bersih Pencucian II Limbah Cair

Sirup / Air Gula Persiapan Pengemasan

Plastik Kemasan Pengemasan Plastik Kemasan

Air Bersih Pencucian III Limbah Cair

Limbah Cair

Air Bersih Sterilisasi

Produk Gagal
Pendinginan

Pengelapan

Label Pelabelan

Gambar 4. Diagram Alir Manisan Salak

9
Proses Penerimaan Salak

50 kg

Pemilihan/Sortasi Salak Jelek


10 kg
40 kg
Kulit Salak
5 kg
Pengupasan

20 kg Biji Salak
15 kg

Air Bersih Pencucian I Limbah Cair

15 Liter 20 kg 14,5 Liter


Larutan Air Garam dan
Perendaman Limbah Cair
Kapur
7,5 Liter 20 kg 7 Liter

Air Bersih Pencucian II Limbah Cair

15 Liter 20 kg 14,5 Liter

Sirup / Air Gula Persiapan Pengemasan

20 Liter 20 kg
Plastik Kemasan Pengemasan Plastik Kemasan

2 meter 20 kg 0,4 meter

Air Bersih Pencucian III Limbah Cair

7,5 Liter 20 kg 7 Liter

Limbah Cair

Air Bersih Sterilisasi 7 Liter


7,5 Liter 20 kg
Produk Gagal
Pendinginan 10 Cup / 1 kg*

19 kg Keterangan:
Pengelapan
*: Jumlah Maksimal Produk Cacat 5%
19 kg
Volume air yang digunakan hasil dari
Label Pelabelan konversi 1 ember = 15 liter
1,2 meter 19 kg

Gambar 5. Neraca Massa Manisan Salak

10
Kulit Salak Salak Jelek

Pengulitan Salak

Pengeringan

Pengecilan Ukuran I

Pengayakan I Scrap

Pengecilan Ukuran II

Pengayakan II Scrap

Energi Panas Pengarangan Panas dan Asap/Bau

Pendinginan

Pencampuran Bahan
Lem Kanji
dengan Lem Kanji

Pencetakan

Gambar 6. Diagram Alir Bio-Briket Dari Limbah Manisan Salak (kulit salak)

11
Kondisi awal

Proses pengolahan manisan salak dalam sekali produksi dibutuhkan sebanyak 40


kg salak dalam kondisi baik. Dari 40 kg salak tersebut dihasilkan limbah kulit salak
sebanyak 5 kg dan biji salaknya sebanyak 15 kg. Dalam pemanfaatan kulit salak
selama ini belum dilakukan secara optimal. Kulit salak hanya dimanfaatkan
menjadi produk kerjaninan tangan misalnya gantungan kunci, bros dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, kami mencoba memanfaatkannya menjadi sumber
energi alternatif berupa biobriket.

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai adalah :

1. mengurangi jumlah limbah kulit salak

2. meningkatkan nilai tambah kulit salak sehingga menjadi produk yang lebih
bermanfaat

3. meningkatkan nilai jual kulit salak menjadi produk biobriket yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang hemat energi

Metode

Beberapa tahapan proses yang dilakukan dalam pembuatan biobriket adalah :

a. persiapan bahan baku

bahan baku yang disiapkan yaitu limbah kulit salak yang sortasi dari material-
material yang tidak dibutuhkan seperti batu, pasir, plastik dan sebagainya. Lalu
setelah dibersihkan dari material-material tersebut kemudian kulit salak dilakukan
pengeringan selama 2 hari dibawah sinar matahari.

b. pengecilan ukuran I

setelah kering dilakukan proses pengecilan ukuran kulit salak dengan menggunakan
blender selama 5 menit karena saat proses pengupasan salak, kulit salak yang
dihasilkan berukuran besar sehingga perlu dilakukan proses pengecilan ukuran.

12
c. pengayakan II

proses pengayakan I dilakukan dengan manggunakan alat pengayak.

d. karbonisasi (pengarangan)

setelah kulit salak selesai disortasi dari material-material yang tidak diinginkan
kemudian dimasukkan ke dalam drum. Setelah kulit salak masuk ke dalam drum
dilakukan proses karbonisasi atau pengarangan dengan menyalakan api pada
tungku hingga mencul asap dalam drum yang menandakan pengarangan telah
dumulai.

e. pendinginan

setelah semua bahan dalam drum menjadi arang, kemudian dilakukan proses
pendinginan lalu arang dikeluarkan dari drum.

f. pencampuran

setelah arang dingin dilakukan proses pencampuran dengan menggunakan bahan


perekat yang terbuat dari tepung kanji yang dicampur menggunakan air. Proses
pencampuran dilakukan menggunakan baskom dengan menggunakan tangan
(manual) agar diperoleh hasil yang maksimal.

g. pencetakan

setelah dibuat adonan arang dengan perekat selanjutnya dilakukan proses


pencetakan dengan menggunakan alat pemcetak yang dibuat dari pipa paralon.

Hasil

Proses pengolahan kulit salak akan menghasilkan sumber energi alternatif lain yang
bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak
diharapkan dari hal tersebut. Energi alternatif merupakan energi yang digunakan
dengan tujuan untuk menghentikan adanya penggunaan sumber daya alam yang ada
atau adanya perusakan lingkungan. Dalam pembuatan briket arang dengan
menggunakan bahan baku kulit salak yang selama ini dipandang sebelah mata dan
dipandang menjadi sampah maka dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai jual

13
yang ekonomis dari limbah kulit salak. Selain itu masyarakat akan mendapat
pengetahuan baru mengenai pemanfaatan limbah kulit salak.

14

Anda mungkin juga menyukai