Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2015
MODULE 1:
1
1.1 COMPANY DESCRIPTION
KWT “SRI REJEKI” merupakan usaha yang didirikan pada tahun 2010 oleh
Ibu Sri dan Bapak Iwin. Tempat produksi sekaligus outlet bertempat di Jalan
Kembangarum 13, Desa Donokerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Industri ini setiap
harinya beroperasi mulai dari pukul 07.30-16.00 WIB setiap hari Senin-Sabtu
sedangkan hari Minggu kegiatan produksi diliburkan. Hingga tahun 2015 Ibu Sri
dan Pak Iwin telah mempekerjakan sebanyak 10 pekerja tetap setiap harinya.
Pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh karyawan adalah SLTA (Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas) atau setara dengan SMA (Sekolah Menengah Atas).
2
hingga expo yang diadakan di beberapa daerah sehingga diharapkan dapat
meningkatkan omzet penjualan.
Bahan baku utama berupa salak diperoleh dari kebun sendiri milik Ibu Sri
dan Pak Iwin serta diperoleh dari supplier atau pengepul. Kebun salak yang
dimiliki Ibu Sri dan Pak Iwin mempunyai luas kurang lebih 3.000 meter,
sehingga dalam setahun kebun salak ini dapat mensuplai kurang lebih 2 ton
salak. Dalam satu hari kapasitas produksi membutuhkan sebanyak 3 kwintal
salak yang disuplai dari kebun sendiri sebanyak kurang lebih 0,5 kwintal
sedangkan dari pengepul sebanyak 2-2,5 kwintal setiap harinya. Harga salak
yang ditawarkan oleh pengepul berkisar antara Rp. 7.000, 00/kilogram. Pak
Iwin menuturkan bahwa dalam satu bulan keuntungan yang dapat diraih dari
usaha salak ini berkisar antara 100 juta/bulannya.
Pengolahan produk berbahan dasar buah salak ini menghasilkan beberapa
jenis limbah diantaranya limbah cair, padat dan gas. Limbah cair yang
dihasilkan berupa sisa air cucian buah salak, minyak goreng sisa penggorengan
kripik salak yang mencapai 80 liter setiap kali menggoreng sedangkan untuk
limbah padat berupa kulit salak bagian luar, kulit ari buah salak dan biji salak.
Berbagai jenis limbah tersebut tidak dibuang begitu saja sehingga dapat
mencemari lingkungan. Limbah padat berupa kulit salak sudah dimanfaatkan
menjadi kerajinan tangan misalnya gantungan kunci, hiasan kerudung, dipakai
sebagai campuran pupuk serta yang sedang dikembangkan oleh Pak Iwin adalah
teh kulit salak. Ketika melakukan pembersihan atau sortasi buah salak muncul
limbah berupa kulit ari salak kemudian Pak Iwin memanfaatkannya sebagai
pakan ikan air tawar seperti ikan gurami. Limbah padat tidak hanya berupa kulit
salak dan kulit ari buah salak saja tetapi ada biji salak. Biji salak dimanfaatkan
menjadi kopi biji salak sehingga mempunyai kemanfaatan dan memiliki nilai
jual yang tinggi. Kopi biji salak yang diproduksi oleh KWT “SRI REJEKI”
selain mempunyai rasa yang khas juga mempunyai kadar nol kafein serta bisa
digunakan untuk mengobati hipertensi dan asam urat. Kopi biji salak dijual
dengan harga berkisar antara Rp. 25.000, 00- Rp. 250.000, 00. Kopi biji salak
dalam kemasan aluminium foil 100 gram dipatok dengan harga Rp. 25.000, 00.
Limbah cair seperti air sisa cucian salak belum dimanfaatkan menjadi by
3
product sehingga hanya dibuang ke selokan, sedangkan untuk limbah minyak
goreng sisa penggorengan keripik salak dimanfaatkan oleh Pak Iwin dan Bu Sri
untuk keperluan sehari-hari di dapur pribadi mereka seperti menggoreng lauk
dan sebagainya tidak menutup kemungkinan para karyawannya dapat
memanfaatkan hal serupa.
4
1.2 PETA PERUSAHAAN DAN ALIRAN BAHAN
Gambar 1. Peta Perusahaan dan Aliran Bahan Manisan Salak (warna ungu)
5
1.3 PETA PROSES OPERASI
Berikut adalah peta proses operasi dari hasil survei industri dengan produk
manisan salak :
Perisa Leci
Bahan Wadah
(cup plastik)
30' Pengemasan
I-7
O-8
Sealer
6
PETA PROSES OPERASI
10' Sterilisasi
I-9
O - 10
Kuali/Panci
20' Pendinginan
O - 11
Manual
10' Pengelapan
O - 12
Kain
Bahan Pelabelan
(stiker)
15' Pelabelan
O - 13
Manual
Ringkasan
Waktu
Simbol Jumlah
(menit)
13 509
9 86
1 -
Total 23 595
7
PETA PROSES OPERASI
2880' Pengeringan
O3
5' Penimbangan Manual
I6
O7
Timbangan
5' Pengecilan Ukuran I
I2
3' Penimbangan O1
I6 Blender
O7
Gelas Ukur
5' Pengayakan I
I3
O2
Alat Pengayak
5' Pengayakan II
I4
O4
Alat Pengayak
30' Pengarangan
I5
O5
Panci/Tangki
7' Pendinginan
O6
Baskom/Panci
Ringkasan
Waktu 5' Pencampuran
I8
Simbol Jumlah
(menit) O 11
Baskom
18 2949
15' Pencetakan
I9
O 12
Cetakan
15 16
1 -
Total 34 2965
8
1.4 DIAGRAM ALIR DAN NERACA MASSA
Berikut adalah diagram alir dan neraca massa dari produk manisan dan bio-
briket dari limbah produk manisan:
Kulit Salak
Pengupasan
Biji Salak
Limbah Cair
Produk Gagal
Pendinginan
Pengelapan
Label Pelabelan
9
Proses Penerimaan Salak
50 kg
20 kg Biji Salak
15 kg
20 Liter 20 kg
Plastik Kemasan Pengemasan Plastik Kemasan
Limbah Cair
19 kg Keterangan:
Pengelapan
*: Jumlah Maksimal Produk Cacat 5%
19 kg
Volume air yang digunakan hasil dari
Label Pelabelan konversi 1 ember = 15 liter
1,2 meter 19 kg
10
Kulit Salak Salak Jelek
Pengulitan Salak
Pengeringan
Pengecilan Ukuran I
Pengayakan I Scrap
Pengecilan Ukuran II
Pengayakan II Scrap
Pendinginan
Pencampuran Bahan
Lem Kanji
dengan Lem Kanji
Pencetakan
Gambar 6. Diagram Alir Bio-Briket Dari Limbah Manisan Salak (kulit salak)
11
Kondisi awal
Tujuan
2. meningkatkan nilai tambah kulit salak sehingga menjadi produk yang lebih
bermanfaat
3. meningkatkan nilai jual kulit salak menjadi produk biobriket yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif yang hemat energi
Metode
bahan baku yang disiapkan yaitu limbah kulit salak yang sortasi dari material-
material yang tidak dibutuhkan seperti batu, pasir, plastik dan sebagainya. Lalu
setelah dibersihkan dari material-material tersebut kemudian kulit salak dilakukan
pengeringan selama 2 hari dibawah sinar matahari.
b. pengecilan ukuran I
setelah kering dilakukan proses pengecilan ukuran kulit salak dengan menggunakan
blender selama 5 menit karena saat proses pengupasan salak, kulit salak yang
dihasilkan berukuran besar sehingga perlu dilakukan proses pengecilan ukuran.
12
c. pengayakan II
d. karbonisasi (pengarangan)
setelah kulit salak selesai disortasi dari material-material yang tidak diinginkan
kemudian dimasukkan ke dalam drum. Setelah kulit salak masuk ke dalam drum
dilakukan proses karbonisasi atau pengarangan dengan menyalakan api pada
tungku hingga mencul asap dalam drum yang menandakan pengarangan telah
dumulai.
e. pendinginan
setelah semua bahan dalam drum menjadi arang, kemudian dilakukan proses
pendinginan lalu arang dikeluarkan dari drum.
f. pencampuran
g. pencetakan
Hasil
Proses pengolahan kulit salak akan menghasilkan sumber energi alternatif lain yang
bertujuan untuk menggantikan bahan bakar konvensional tanpa akibat yang tidak
diharapkan dari hal tersebut. Energi alternatif merupakan energi yang digunakan
dengan tujuan untuk menghentikan adanya penggunaan sumber daya alam yang ada
atau adanya perusakan lingkungan. Dalam pembuatan briket arang dengan
menggunakan bahan baku kulit salak yang selama ini dipandang sebelah mata dan
dipandang menjadi sampah maka dapat meningkatkan nilai tambah dan nilai jual
13
yang ekonomis dari limbah kulit salak. Selain itu masyarakat akan mendapat
pengetahuan baru mengenai pemanfaatan limbah kulit salak.
14