Anda di halaman 1dari 33

architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No.

y, Oct 2019: 1-34

ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA


PERMUKIMAN HERITAGE BERBASIS SMART CITY
MELALUI PARTISIPASI MASYRAKAT (STUDI KASUS :
KAMPUNG MASPATI)
Fandhy Eka*, Andrian Damianus*, Farah Fadilah*, Naufal Rizky*
*) Master Student, Department of Architecture, Institute of Technology Sepuluh
Nopember , Indonesia
e-mail : Fandhy.wahyono@gmail.com

ABSTRACT

The population migration flows have an impact on heritage settlements. The impact
resulted from the loss of heritage buildings, shifting socio-cultural values and lack of
attention to historical legacy in the past. Therefore, government and community
participation is needed in the realization of a sustainable green settlement with the
foundation of smart city. The method used is descriptive by relating the principle of
sustainable development, green architecture, and sustainable city through community
participation in the village of Maspati with the case study of Surabayan and Ogimachi
village. From the results of analysis found the character of the village forming, among
others the appeal of tangible-intagible which is able to synergize the pillars of
sustainability.

Keywords: Migration, heritage, green settlements, sustainable city, tangible,


intangible

ABSTRAK

Arus migrasi penduduk menimbulkan dampak akan permukiman heritage. Dampak


tersebut mengakibatkan mulai hilangnya bangunan heritage, pergeseran nilai sosial-
budaya dan kurangnya perhatian peningalan sejarah di masa lalu. Sehingga
dibutuhkan peran serta pemerintah dan masyarakat dalam terwujudnya permukiman
hijau berkelanjutan dengan berlandaskan smart city. Metode yang digunakan adalah
deskriptif dengan mengaitkan prinsip pembangunan berkelanjutan, arsitektur hijau,
dan sustainable city melalui peran serta masyarakat di kampung maspati dengan
studi kasus kampung surabayan dan ogimachi. Dari hasil analisa ditemukan karakter
pembentuk kampung tersebut antara lain daya tarik tangible-intagible yang mampu
bersinergi dengan pilar keberlanjutan.

Kata kunci: Migrasi, heritage, permukiman hijau, pembangunan berkelanjutan,


tangible, intangible

1
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

INTRODUCTION

Berkembangnya sebuah kota atau negara menyebabkan meningkatnya arus migrasi


penduduk, yang antara lain menimbulkan dampak akan permukiman. Masalah
permukiman bagi masyarakat urban diselesaikan melalui beberapa program oleh
pemerintah secara formal dan partisipasi masyarakat secara informal. Permukiman
merupakan bagian dari kehidupan komunitas dan keseluruhan lingkungan sosial-
budaya. Permukiman secara harfiah dapat didefinisikan dengan sekumpulan rumah
yang mempunyai strata ekonomi sama. Akan selalu terjadi hubungan timbal balik
antara penghuni dan bangunan yang tidak lepas dari konsep interaksi manusia dengan
lingkungan.
Arsitektur hijau merupakan cara yang untuk mewujudkan arsitektur yang
berkelanjutan demi tercapainya keseimbangan antara manusia dengan lingkungan
yang mampu meminimalisir penggunaan sumber daya alam dan mengurangi dampak
negatif bagi lingkungan. Hal itu dapat menjadi langkah untuk mewujudkan kehidupan
yang berkelanjutan.
Permukiman atau yang juga disebut human settlement menurut Doxiadis dalam
Kuswartojo (2005) merupakan sebuah tempat yang dihuni oleh sekelompok manusia.
Manusia yang bermukim di tempat tersebut akan menentukan jenis permukimannya
sendiri, yang terdiri dari elemen society, nature, shell dan network. Kelima elemen
tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya, akan tetapi komposisi elemen
tersebut sangat bervariasi sehingga dapat membentuk permukiman dengan karakter
tertentu. Permukiman tidak hanya dipahami secara parsial namun harus dipahamai
secara holistik, karena manusia selalu berubah dan berkembang secara terus menerus.
Keberadaan manusia di sebuah kawasan yang syarat akan cerita masa lalu,
tentunya dapat dikategorikan sebagai permukiman bersejarah. Permukiman
bersejarah memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan, tentunya hal itu menjadi
sebuah magnet tersendiri untuk dikembangkan. Konsep pengembangan permukiman
berkelanjutan secara singkat adalah mengembangkan perkampungan atau desa
dengan mengedepankan kesimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan, sosial dan
cagar budaya yang ada didalamnya.
Studi kali ini, kami mencoba untuk menganalisa tiga studi kasus permukiman
heritage yang berbasiskan arsitektur hijau berkelanjutan. Tiga studi kasus tersebut;
Kampung Maspati, Surabayan dan Ogimachi, Jepang.
Kampung Maspati adalah kampung heritage yang terletak di kelurahan
Bubutan, Surabaya. Kampung ini memiliki beberapa potensi yang dapat
dikembangkan sebagai kampung berkelanjutan dengan menyelaraskan aspek
sosial,budaya,ekonomi dan lingkungan. Kampung ini telah memiliki pengelolaan
lingkungan yang baik berdasarkan prestasi dari lomba green and clean tahun 2015,
kampung siaga dan ramah. Tradisi kampung yang unik seperti menggunakan sarung
dan udeng tiap hari Jumat merupakan daya tarik tersendiri. Dalam aspek ekonomi,
kemampuan kreativitas warga dalam mengelola hasil bercocok tanam menjadi produk
yang bernilai, seperti produk olahan dari cincau dan markisa. Potensi sejarah yang
dimiliki kampung ini yakni keberadaan permukiman yang diperuntukkan untuk patih
kerajaan Mataram hingga dapur umum untuk pejuang pertempuran 10 November.

2
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Kampung Surabayan adalah Kampung Surabayan adalah kampung tua di


kelurahan Kedungdoro, Surabaya. Kampung ini telah mendapatkan banyak prestasi
antara lain : kampung green and clean dan kampung aman. Kampung Surabayan juga
merupakan cagar budaya di kota Surabaya yang patut dilestarikan Morfologi
kampung telah berubah dan kehilangan suasana historisnya. Hal ini disebabkan
perubahan bangunan tua menjadi modern, sementara bangunan aslinya telah
ditinggalkan pemiliknya dan menjadi TPA (tempat pembuangan akhir) sementara.
Walaupun morfologi bangunan telah mengalami pergeseran, tidak membuat unsur
pembentuk sosialnya berubah. Terbukti masih adanya budaya “cangkruk” dan “adu
doro” yang telah menjadi tradisi turun-temurun. Aspek tersebut dipicu adanya
kesetaraan ekonomi antar sesama warga. Keberadaan masyarakat yang egaliter
mampu meningkatkan jiwa sosial mereka antar sesama. Hal ini terwujud adanya
program swadaya warga untuk mengembangkan kampung unggulan. Salah satu
bentuknya, dengan menjadikan kampung tersebut hijau, ramah lingkungan dan aman.
Bahkan warga mampu meningkatkan keuangan mereka dengan mengelola limbah
sampah secara kreatif. Tentunya dengan konsep sosial-budaya, lingkungan dan
ekonomi tersebut mampu mengembangkan upaya pelestarian cagar budaya di
kampung Surabayan, yang nantinya mampu memberikan nilai ekonomi yang lebih
untuk warga kampung.
Desa Ogimachi adalah desa terbesar di prefektur Fukui. Desa ini dinyatakan
sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1995. Desa ini adalah rumah bagi
petani dari suku Gassho. Rumah-rumah pertanian adalah struktur menajubkan yang
dirancang untuk menahan musim dingin. Namun kondisinya saat ini, rumah-rumah
tersebut telah beralih fungsi sebagai restaurant, museum, minshuku, dan hotel.
Sejumlah penduduk asli disini telah bermigrasi ke luar desa, hanya beberapa orang
saja yang boleh diizinkan untuk tinggal disini. Hal ini bermaskud untuk
menyelamatkan mereka dari kehancuran yang disebabkan lingkungan dan sosial.
Desa ini terdiri dari kumpulan Gassho-Zukuri (Rumah adat suku Gassho) yang hampir
90% material bangunan ini menggunakan kayu.
Dari ketiga studi kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep arsitektur
hijau berkelanjutan dalam permukiman heritage mampu mengembangkan potensi
pariwisata secara berkelanjutan. Dengan cara mengedepankan keseimbangan
lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengobarkan kebutuhan masa depan.

THEORY / RESEARCH METHODS

Green Architecture

Adalah satu pendekatan perancangan dan pembangunan yang di titik beratkan atas
prinsip-prinsip ekologis dan konservasi lingkungan yang akan menghasilkan satu
karya arsitektur berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk menjawab tantangan
permasalahan lingkungan yang semakin memburuk dan hal ini disebabkan karena
pendekatan pembangunan yang terlalu berorientasi pada aspek ekonomi jangka
pendek semata (Brenda dan Robert Vale, 1991).

3
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Ada enam prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan agar dapat
dikatakan sebagai bangunan hijau, yaitu:
a) Konservasi energy
Bangunan harus dibangun dengan tujuan mereduksi kebutuhan bahan bakar
untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat dilakukan mulai
saat pembangunan konstruksi bangunan, pemakaian bangunan hingga saat
bangunan dihancurkan.
b) Penyesuaian dengan iklim
Bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim mikro/makro dan sumber energi
alam yang ada. Iklim di Indonesia adalah panas lembab, sehingga bangunan
harus dirancang untuk mengatasi udara panas, kelembaban serta curah hujan.
c) Meminimalkan pemakaian sumberdaya
Bangunan harus di desain untuk mengurangi pemakaian sumber daya, terutama
yang tidak dapat diperbarui dan diakhir pemakaian bangunan dapat membentuk
sumber daya baru untuk arsitektur bangunan lain.
d) Memperhatikan pemakai
Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam
pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi kenyamanan,
keamanan serta kesehatan bagi penghuninya. Hasil desain arsitektural juga harus
memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan, dan perilaku pemakainya.
e) Memperhatikan lahan (site)
Bangunan harus “rasional”. Artinya ada interaksi antara bangunan dan lahan.
Bangunan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan potensi lahan tempat
bangunan setempat.
f) Holistis
Bangunan hijau memerlukan pendekatan holistis (menyeluruh) dari ke lima
prinsip yang ada.
Pendekatan perancangan dan pembangunan yang di titik beratkan atas enam
prinsip diatas yang akan menghasilkan satu karya arsitektur berkelanjutan dalam
menjawab isu lingkungan.

Sustainable Development in Architecture

Arsitektur berkelanjutan adalah arsitektur yang dapat merespons kebutuhan saat ini,
tanpa mematikan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kebutuhan tiap strata manusia dan daerah tentulah berbeda. Dan yang
paling baik apabila ditentukan oleh masyarakat yang bersangkutan (James Steele,
1997).
Pembangunan berkelanjutan sangat penting untuk diterapkan di abad ini.
Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
a) Lingkungan
Pembangunan yang mempertahankan lingkungan agar bertahan lebih lama
karena memungkinkan terjadinya koherenisasi antar ekosistem, yang dikaitkan
dengan potensi utama sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia,
seperti iklim mikro, keberagaman makhluk hidup, dan perindustrian. Kerusakan
alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf perusakan secara

4
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

global, sehingga lambat namun pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya
untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap
alam tersebut.
a) Sosial
Pembangunan mampu mempertahankan keadaan dan karakter sosial disebuah
wilayah. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru
meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam
pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah
mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar terciptanya suatu
stabilitas sosial sehingga terbentuk keadaan sosial yang kondusif.
b) Budaya
Pembangunan mampu menumbuhkan jati diri dan merubah perilaku masyarakat.
Dengan mengakui dan menghargai sistem sosial dan kebudayaan yang ada, maka
diharapkan keanekaragaman budaya dapat terpertahankan. Pengetahuan
tradisional dapat pula dimanfaatkan untuk pembangunan lingkungan, sosial dan
ekonomi.
c) Ekonomi
Pembangunan yang relative rendah biaya baik dari segi perencanaan dan
operasinya. Selain itu, dari segi ekonomi bisa mendatangkan profit juga, selain
menghadirkan benefit seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah
disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara
kuantitas dan kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan keuntungan
lainnya untuk individu kelas menengah dan bawah.
Arsitektur berkelanjutan merupakan akibat dari komitmen Internasional tentang
pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya
kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada empat pilar pembangunan
berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya,
di samping pilar pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.

The Key Issue To Consider For Affordable Housing Whithin The Four
Dimensional Sustainablity

Arsitektur Berkelanjutan sangat erat hubungan nya dengan permukiman dan


perkotaan, hal ini sesuai dengan UN Conference di Dubran, Afrika Selatan tahun 2011
yang mengangkat isu berkelanjutan dalam sebuah kota atau lingkungan binaan
melalui isu untuk kenyamanan permukiman dalam empat pilar keberlanjutan.
Permasalahan kebudayaan (table 1) yang dikaitkan dengan permukiman dalam
dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.
Tabel 1. Cultural issues to consider for affordable housing within the four dimensional
sustainability :
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household)
• Promoting links between • Promoting urban • Culturally responsive
housing and knowledge- creativity, culture, settlements and house
based and cultural. aesthetics, and diversity. planning and design.

5
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household)
• Promoting traditional • Shaping values, • Improving aesthetics,
indgineous and local tradition, norms and diversity and cultural
knowledge (including of behaviors (eg. Inrelation sophistication of the
relevance to sustainable to energy use, recycling, built environment and
resource use, energy communal living and residence.
efficiency and resilient place maintenance. • Helping community
building techniques). • Protecting housing • Assisting peopple’s
• Protecting cultural heritage and familiarity transition from rural
heritage. of city. and slums areas to
decent housing.
Permasalahan perekonomian (table 2) yang dikaitkan dengan permukiman
dalam dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.

Tabel 2. Economic issues to consider for affordable housing within the four dimensional
sustainability :
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household
• Institutional capacities • Managing economic • Ensuring housing
for sustainable housing activities and growth by affordability for
markets and housing strengthening housing different social groups.
development. provision and housing • Providing adequate
• Articulating housing markets. residences to raise
productivity with in • Provision of necessary labour productivity;
national economic infrastructure and basic ensuring housing is
systems. services to housing. integrated with
• Improving housing • Strengthening employment.
supply and effective entrepreanureship of • Supporting domestic
demand. communities, local economic activities
• Improving housing building industry and and enterprise.
finance options. entreprise. • Promoting petty
• Promoting innovations • Promoting local and landlordism and self-
in housing. traditional building help housing.
• Stimultating necessary materials and • Housing management
technological techniques. and maintenance.
developments for • Promoting regional and • Strengthening
sustainable housing. urban regeneration. resilience and future
proofing of homes.
Permasalahan lingkungan (table 3) yang dikaitkan dengan permukiman dalam
dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.

Tabel 3. Environment issues to consider for affordable housing within the four dimensional
sustainability :
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household)
• Housing to support • Achieving good location • Ensuring energy
climate mitigation and and density for efficiency, micro/
adaptation efforts.

6
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household)
• Mainstreaming green residential areas and generation, water and
housing practices and access to infrastructure. resource efficiency.
innovations. • Serviced land in • Green design, using
• Ensuring energy and environmentally safe sustainable local
resource efficiency in the locations and green construction and
building industry. areas. materials.
• Integrating national • Protection of ecosystems • Sanitation, preventing
housing and energy and biodiversity. hazardous and
systems. • Promoting sustainable polluting materials.
and low carbon urban • Affordable use of
infrastructure, public resources.
transport and non- • Improving resilience
motorized mobility, and adaptation of
energy systems. homes
• Waste management and
recycling.
Permasalahan sosial (table 4) yang dikaitkan dengan permukiman dalam
dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.
Tabel 4. Social issues to consider for affordable housing within the four dimensional
sustainability :
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household
• Fulfilling the right to • Promoting integrated • Empowering people and
adequate housing and • Communities and ensuring public
promoting the right to ensuring trust in participation.
the city. communities. • Ensuring health, safety,
• Ensuring affordable, • Providing community well-being in residences.
decent and suitable facilities, preventing • Creating a sense of
homes for all, segregation and community, ’sense of
including displacement. place’, and identity.
disadvantaged groups. • Regenerating and • Meeting specific needs
• Developing social reintegrating and wants in housing
housing provision. ’neglected’ areas into (including those related
regional, urban fabric. to gender, age and
• Ensuring infrastructural health).
integration of housing
into wider areas.
• Upgrading inadequate
housing and slum areas.
Empat pilar diatas telah mempertimbangkan isu akan perumahan dan
permukiman yang dapat ditinjau dalam keberlanjutan melalui parameter makro
hingga mikro.

7
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Progaram spesifik SMART (Specific, Measureable, Attainable, Relevant, and


Time Bond)

SMART adalah sebuah alat yang sangat penting dalam membantu anda memotivasi
dan menginformasikan kepada orang lain dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam
sebuah lingkungan proyek, tujuan SMART sangatlah penting. Kejelasan tujuan,
memastikan semua orang tahu persis apa yang diminta dari mereka. Dengan tujuan
tim, merupakan sebuah kombinasi dari masing-masing orang yang memastikan bahwa
tujuan sebuah proyek telah tercapai.
Metode penetapan tujuan SMART dapat digunakan bersama dengan metode
4CF yang dijelaskan oleh Dr. Edwin Locke dan Dr. Gary Latham sebagai bagian dari
pekerjaan mereka pada teori penetapan sasaran. Metode 4CF mendorong stakeholder
untuk berpikir tentang tujuan dalam arti luas dan dilengkapi dengan penggunaan
metode SMART. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, dan oleh
karena itu penting untuk menggunakan kedua metode secara bersama-sama. Istilah
SMART adalah akronim dari :
1. Specific
Menspesifikasi sebuah tujuan berdasarkan, (What, who, where, why, dan which).
2. Measureable
Menekankan perlunya kriteria konkret untuk mengukur kemajuan pencapaian. Hal
ini bertujuan untuk membantu agar tetap pada jalurnya dan mendorongnya pada
upaya berkelanjutan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Tujuan terukur
biasanya mampu menjawab seperti ini (how many, how much, dan how will I know
accomplished).
3. Attainable or Achievable
Menetapkan tujuan haruslah menggunakan pengetahuan dan keterampilan saat ini
sebagai barometer untuk memastikan bahwa tujuan itu dapat dicapai. Saat
menetapkan tujuan yang “achievable” haruslah mematiskan bahwa sumber daya
yang cukup tersedia untuk dapat mengakomodasi syarat tersebut.
4. Relevant
Tujuan yang relevan mampu menjawab pertanyaan ini (is it worth the cost and
resource required?, is this the right time to be doing it, dan does it fit with our
overall strategy?)
5. Time Bond
Membangun tujuan berdasarkan urgensi bukan berdasarkan kerangka waktu. Hal
tersebut difokuskan dalam upaya mencapai tujuan akhir agar tidak dikalahkan oleh
rutinitas yang tidak terkait.
Metode SMART sangat penting untuk diterapkan untuk menyampaikan
pencapaian dari sebuah tujuan secara menyeluruh.

Sustainable City

Ide kota ini dimunculkan oleh Richard Register dengan mengeluarkan istilah
“ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. “Ecocity Berkeley: building cities for
healthy future”. Dapat diartikan, pembangunan kota yang saat ini membutuhkan jenis
pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja,

8
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

tetapi perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kualitas hidup manusia di


dalamnya. Tokoh lain yang memvisikan hal tersebut adalah seorang akademis
bernama Happy Ratna Sumartinah dengan memperhatikan aspek sebagai berikut :
1. Environment problems and prospects
Masalah lingkungan dan prospek kota menjadi salah satu aspek yang perlu
diperhatikan demi terwujudnya kota yang berkelanjutan.
2. Prerequisites for urban development
Persyaratan dalam membangun kota haruslah benar-benar diperhatikan dampak
dan unsur pembentuknya.
3. Principle of Urban sustainability
Memperhatikan empat prinsip (budaya,sosial, ekonomi dan lingkungan) dalam
keberlanjutan sebuah kota.
4. Sustainable urban development in practice
Praktik keberlanjutan sebuah kota tentunya juga didukung oleh partisipasi
masyarakat dan pemerintah dalam mendukung kota yang berkelanjutan.
Keberlanjutan sebuah kota tidaklah lepas oleh masalah lingkungan, kebijakan
pemerintah dalam menentukan syarat kota yang berkelanjutan, serta praktiknya
dalam menerapkan empat prinsip dasar pembangunan berkelanjutan.

Smart City

Kota cerdas atau yang biasa kita sebut dengan Smart City (Tabel 5). Kota cerdas
merupakan konsep yang tidak dapat digunakan secara konstan atau tidak dapat
diartikan secara universal. Tidak ada pengertian tunggal untuk smart city (O’grady
and O’hare, 2012). Berikut aspek dari smart city.

Tabel 5. Variable Smart City


Dimensi Konsep Smart
Indikator yang digunakan Variable Penelitian
City
Smart Economy Industri mikro dan kecil • Jenis dan jumlah
industri
• Kondisi industri
Entrepreneurship • Jenis dan jumlah
pengusaha
• Kondisi pengusaha
• Tingkat inovasi
Reputasi Kawasan • Kondisi lokal Studi
• Adanya kontribusi
ekonomi terhadap
ruang lingkup
administrasi
Smart Mobility TIK-Infrastruktur • Kondisi sadar
teknologi
• Kondisi penggunaan
internet
• Kondisi sarana
• Kondisi prasarana

9
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Dimensi Konsep Smart


Indikator yang digunakan Variable Penelitian
City
Aksesbilitas • Kondisi jalan
• Kondisi Kendaraan
yang lewat
• Kondisi peraturan
yang diterapkan
dikawasan
Smart Environment Pengelolahan Lingkungan • Tersedianya sarana
Infrastruktur • Tersedianya prasarana
• Adanya koordinasi
warga mengenai
pengelolahan sampah
Smart People Pendidikan • Tingkat pendidikan
Aktivitas • Jenis dan jumlah
macam kegiatan
• Kondisi kegiatan yang
ada
Keterbukaan • Open minded
Smart Living Keamanan • Jenis-jumlah
pelaporan terkait
kriminalitas
• Kondisi kriminalitas
Fasilitas • Fasilitas kesehatan
• Fasilitas pendidikan
• Fasilitas bangunan
umum
Daya Tarik wisata • Kondisi kegiatan
wisata
Sosial Kohesi • Kondisi integrase
sosial dengan wilayah
perbatasan
• Kondisi masyarakat
Smart Governance Service public dan sosial • Jumlah pelayanan
pemerintah via online

Partisipasi dalam progam perencanaan

Partisipasi adalah kegiatan untuk membangkitkan perasaan dan diikutsertakan


bagian dalam kegiatan suatu organisasi. Sehubungan dengan peranan masyarakat
kedalam pembangunan, partisipasi merupakan keterlibatan aktif masyarakat dalam
proses penentu arah dari kebijakan pembangunan yang dilandaskan pemerintah.
Berikut beberapa rincian tentang partisipasi dalam program perencanaan.
1. Brainstorming
Teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian penyelesaian dari suatu
masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari
masyarakat.
2. Organising

10
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Suatu langkah untuk menetapkan, menggolongkan dan mengatur berbagai


macam kegiatan warga yang di pandang menjadi kebiasaan.
3. Naming
Sebuah nama dalam sistem tersebar dalam sebuah deretean karakter yang
digunakan untuk mewakili sebuah entitas tertentu dalam sebuah masyarakat.
4. Each workshop involves a combination of
Mengkombinasikan workshop/bengkel kerja masyarakat kedalam sektor
lainya.
Research Methods

Subjek utama yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah keterkaitan prinsip
pembangunan berkelanjutan dengan arsitektur hijau di tiga studi kasus. Pendekatan
penelitian di dasarkan pada paradigma konstruktivisme dan observasi primer dan
sekunder. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Peneliti berupaya menggambarkan secara detail dan mendalam mengenai
implementasi arsitektur hijau berkelanjutan dengan studi kasus.
Penelitian ini didasarkan pada data primer dan sekunder.
1. Data Primer.
Untuk mendapatkan data primer, metode yang digunakan adalah observasi
lapangan. Data disajikan sebagai resume dan foto.
2. Data Sekunder
Untuk mendapatkan data sekunder, metode yang digunakan adalah data statistiK
dan studi literatur dari internet.
Metode analisis yang digunakan untuk mengolah informasi dan data yang
telah dikumpulkan dari survei primer dan sekunder adalah analisis kualitatif
deskriptif.

RESULTS AND DISCUSSION

Kampung Lawas Maspati

Kampung Lawas Maspati adalah kampung heritage yang terletak di kelurahan


Bubutan, Surabaya. Kampung ini memiliki beberapa potensi yang dapat
dikembangkan sebagai kampung berkelanjutan dengan menyelaraskan aspek
sosial,budaya,ekonomi dan lingkungan (figure 1). Kampung ini telah memiliki
pengelolahan lingkungan yang baik berdasarkan prestasi dari lomba green and clean
tahun 2015, kampung siaga dan ramah. Tradisi kampung yang unik seperti
menggunakan sarung dan udeng tiap hari Jumat merupakan daya tarik tersendiri.
Dalam aspek ekonomi, kemampuan kreativitas warga dalam mengelola hasil
bercocok tanam menjadi produk yang bernilai, seperti produk olahan dari cincau dan
markisa. Potensi sejarah yang dimiliki kampung ini yakni keberadaan permukiman
yang diperuntukkan untuk patih kerajaan Mataram hingga dapur umum untuk pejuang
pertemburan 10 November.
Pada Zaman Penaklukan Kadipaten Surabaya oleh Mataram Kuno (1614 –
1625), pada saat itu ada kekosongan tumengung di kerajaan mataram pihak keraton
mengadakan sayembara untuk mengadakan pemilihan tumenggung saat itulah

11
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Sawungaling mendaftarkan diri mencalonkan dan akhirnya Sawunggaling terpilih


menjadi tumenggung karena kakek dan neneknya Sawungaling, Raden Karyo
Sentono dan Mbah Buyut Suruh sudah tua maka kakek dan neneknya dibawa ke
perumahan Tumenggungan di Maspati.
Pada Zaman Kolonialisme Belanda Terhadap Indonesia (1800 – 1942),
Keberadaan Sekolah Ongko Loro (Tweede Inliandsche School) di kampong maspati.
Sekolah ini Merupakan Sekolah Rakyat atau Sekolah Dasar dengan masa pendidikan
selama tiga tahun dan tersebar di seluruh pelosok desa, maksud dari pendidikan ini
adalah dalam rangka memberantas buta huruf dan mampu berhitung. Bahasa
pengantar adalah bahasa Daerah dengan Guru Tamatan dari HIK. HIK Bahasa
Belanda merupakan pelajaran pengetahuan dan bukan sebagai mata pelajaran pokok
dan sebagai bahasa pengantar. Namun setelah tamat sekolah ini murid bisa
meneruskan pada Scbacel School selama 5 tahun yang nantinya akan sederajat dengan
Hollandse Undische School.
Pada Pasca Kemerdekaan Indonesia (1945 – 1949) Pada masa perjuangan
kawasan ini menjadi dapur umum saat pertempuran 10 November 1945. Terdapat
juga bangunan bekas pabrik roti milik Haji Iskak yang menjadi saksi sejarah saat
pertempuran bersejarah 10 November 1945. Dengan tegel antik dan detail unik di
dalamnya, bangunan tersebut sejak tahun 1958 hingga kini beralih fungsi menjadi
Losmen "Asri". Juga masih banyak bangunan peninggalan kolonial lain dengan
langgam arsitektur khas Indis hingga ekletis (campuran).
Menurut Bharuna dalam Suardana (2011) pariwisata yang berkelanjutan adalah
pariwisata yang dapat menciptakan hubungan yang seimbang dan harmonis di antara
tiga elemen pariwisata yaitu kualitas pengalaman wisatawan, kualitas sumberdaya
pariwisata, dan kualitas hidup masyarakat setempat. Saat ini Kampung Lawas Maspati
masih memerlukan pendampingan dan strategi untuk merealisasikan elemen-elemen
di dalam pariwisata yang berkelanjutan. Berdasarkan kondisi lapangan, beberapa
bangunan lama yang menjadi ikon pada kampung kondisinya sudah rusak dan
kurang terawat. Selain itu, sebagai destinasi wisata budaya yang tergolong baru,
pengembangan melalui pendekatan pariwisata budaya yang berkelanjutan masih
diperlukan agar eksistensinya ditengah perkembangan kota yang semakin modern
dapat terus dipertahankan. Penelitian ini berfokus untuk menggalisis faktor- faktor
yang mempengaruhi keberlanjutan pariwisata budaya pada Kampung Lawas Maspati,
dimana nantinya hasil tersebut akan menjadi input dalam merumuskan strategi dalam
pengembangan pariwisata budaya yang berkelanjutan pada Kampung Lawas Maspati.

12
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Figure 1. Pengembangan Lahan Pada Kawasan Maspati


Source : Ratih Larasati, 2017

Desa Ogimachi

Ogimachi (荻 町) adalah desa terbesar di prefektur Fukui (figure 2). Desa ini
dinyatakan sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1995. Desa ini adalah
rumah bagi petani dari suku Gassho. Rumah-rumah pertanian adalah struktur
menajubkan yang dirancang untuk menahan musim dingin. Namun kondisinya saat
ini, rumah-rumah tersebut telah beralih fungsi sebagai restaurant, museum, minshuku,
dan hotel. Sejumlah penduduk asli disini telah bermigrasi ke luar desa, hanya
beberapa orang saja yang boleh diizinkan untuk tinggal disini. Hal ini bermaskud
untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran yang disebabkan lingkungan dan
sosial. Desa ini terdiri dari kumpulan Gassho-Zukuri (Rumah adat suku Gassho) yang
hampir 90% material bangunan ini menggunakan kayu.
Pada Zaman Kaisar Edo (1603 – 1868), mulai lah pembangunan rumah di Desa
Ogimachi yang dinamakan Gassho-Zukuri. Rumah – rumah di desa ini awalnya
diperuntukkan bagi para petani untuk bertempat tinggal dan bekerja di sekitaran
rumah.
Pada Zaman Kaisar Meiji (1868 – 1912), telah terjadi penurunan jumlah
penduduk di Desa Ogimachi dikarenakan adanya pembangunan PLTA (Pusat Listrik
Tenaga Air) di Shogawa dan banyaknya penduduk yang pindah dari desa menuju kota.
Selanjutnya di Zaman Kaisar Showa (1926 – 1989) mulailah sebuah langkah
baru dari warga – warga dari luar Desa Ogimachi. Tahun 1965, beberapa warga mulai
bermukim di Desa Ogimachi bertujuan untuk bergerak melestarikan dan
mempotensikan energi – energi alam di sekitarnya sehingga desa ini tetap bertahan
pada aspek Green Architecture nya. Untuk mempertahankan hal tersebut, pada tahun
1971, warga Desa Ogimachi mulai menerapkan 3 aturan dasar, yakni tidak menjual,
menyewakan dan menghancurkan sumber daya yang ada pada desa tersebut. Semakin

13
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

berkembangnya Desa Ogimachi dengan segala aspek energi dari alamnya, pada tahun
1976, pihak Pemerintah Jepang menjadikan Desa Ogimachi ini menjadi cagar budaya
dikarenakan desa ini dapat membuktikan bahwa energi yang bukan buatan dapat
memakmurkan rakyat disekitarnya.

Figure 2. Peta desa Ogimachi


Source : Shirakawa-go.jpr, 2017

Kampung Surabayan

Kampung Surabayan terletak di Kelurahan Kedungdoro dan sebagian telah berubah


serta hilangnya suasana historisnya. Perubahan yang nampak adalah dari perubahan
menjadi bangunan modern, menjadi tempat pembuangan sampah serta bangunan
aslinya ditinggalkan. Meskipun morfologi bangunan telah mengalami pergeseran,
tidak membuat formasi dan tradisi kampung juga ikut berubah. Tradisi yang masih
ada di Kampung Surabayan adalah tradisi “cangkruk” dan “adu doro”.
Kampung Surabayan juga mendapatkan banyak prestasi yang diantaranya :
kampung green and clean dan kampung aman. Kampung ini juga disebut dengan
“Kampung Kerajinan” karena warganya dapat mengolah limbah sampah menjadi
barang yang dapat dijual seperti tas, dompet, tikar, dll. Kampung ini juga dapat disebut
dengan kampung yang memiliki fitur area pembangunan berkelanjutan dalam aspek
sosial, ekonomi, sosial dan budaya.

14
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Figure 3. Kawasan kampung Surabayan, Kedungdoro


Source : google map, 2019

Kajian Arsitektur Berkelanjutan berdasarkan konfrensi UN tahun 2011

Berikut adalah perbandingan dari analisis 3 studi kasus berdasarkan arsitektur


berkelanjutan menurut konfrensi UN di Dubran pada tahun 2011.
Permasalahan lingkungan (table 6) yang dikaitkan dengan tiga permukiman
dalam dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.

Tabel 6. Analisa Arsitektur berkelanjutan ditinjau dari pilar lingkungan


Kriteria (mikro) Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi

• Improving Penghijauan Penghijauan di Atap dengan


resilience and sepanjang koridor sepanjang sungai bentuk curam,
adaptation of kampung mampu mampu mengontrol cara tersebut
homes. mencegah efek iklim. mampu
rumah kaca, beradaptasi
mengontrol iklim dengan salju
dan mempengaruhi yang menumpuk
hujan asam. di atap dan
menyediakan
fentilasi
pencahayaan.

• Green Design, - - Penggunaan


using sustainable material kayu
local pada Gassho-
construction and zukuri
materials.

15
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Kriteria (mikro) Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi

• Waste - Pengelolahan -
mangement amd sampah berbasis 3R
recyling
• Ensuring energy - - Memanfaatkan
efficiency, penggunaan
micro/generation, kincir air untuk
water and mendapatkan
resource energi listrik.
efficiency
Permasalahan ekonomi (table 7) yang dikaitkan dengan tiga permukiman dalam
dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.

Tabel 7. Analisa Arsitektur berkelanjutan ditinjau dari pilar ekonomi


Kriteria (mikro) Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi

• Providing Mengalihfungsikan Mengalihfungsikan Mengfungsikan


adequate rumah yang tidak bangunan cagar rumah adat
residances to terpakai menjadi budaya yang tidak menjadi
raise labour lahan cincau dan terawat menjadi penginapan,
productivity markisa. rumah workshop restaurant dan
kerajinan daur ulang. museum.

• Supporting Pemerintah - -
domestic Surayabaya dan
economic PELINDO II
activities and mendukung hasil
enterprise produk dengan cara
membantu
pemasaran.
• Strengthenig - Keberadaan usaha -
entrepreneurship mampu
of communites, meningkatkan
local building perekeonomian.
industry and Dengan berjualan
enterprise kerajinan tangan dari
bahan daur ulang.
• Strengthening - - Menerapkan tiga
resilience and aturan dasar;
future proofing of tidak menjual,
homes menyewakan
dan
mengahncurkan
sumber daya
yang ada pada
desa.

16
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Permasalahan sosial (table 8) yang dikaitkan dengan tiga permukiman dalam


dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.

Tabel 8. Analisa Arsitektur berkelanjutan ditinjau dari pilar sosial


Kriteria (mikro) Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi

• Providing - Memanfaatkan pos -


community jaga sebagai fasilitas
facilies, berkumpul.
preventing
segregation and
diplacment
• Empowering Partisipasi warga Partisipasi warga Peranan warga
people and dalam menjaga dalam menjaga dalam menjaga
ensuring public kampung untuk kampung untuk kampung untuk
participation terwujudnya terwujudnya menjaga
keamanan di daerah kampung yang kelestarian desa.
tersebut. aman.
• Providing access Keberadaan pos jaga Keberadaan pos jaga Keberadaan
to infrastructure di tiap pintu masuk di tiap pintu masuk jalan raya,
and public kampung. kampung. sebagai
spaces penghubung
kota dengan
desa.

• Ensuring safety, Partisipasi warga - Partisipasi warga


well-being in dalam menjaga dalam
residances kampung dan meningkatkan
meningkatkan kesejahteraan
kesejahteraan warga. wara dengan
menjadikan
wisata

Permasalahan kebudayaan (table 9) yang dikaitkan dengan tiga permukiman


dalam dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.

Tabel 9. Analisa Arsitektur berkelanjutan ditinjau dari pilar kebudayaan


Kampung Desa Ogimachi
Kriteria (mikro) Kampung Maspati
Surabayan
• Culturally Mempertahankan Mempertahankan Mempertahankan
responsive bentuk rumah bentu rumah dengan bentuk rumah
settlements and dengan langgam langgam indis. tradisional mereka
house planning arsitektur indis sebagai warisan
and design. hingga ekletis. dunia.

17
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Kampung Desa Ogimachi


Kriteria (mikro) Kampung Maspati
Surabayan
• Helping Mural dan - -
community menghidupkan
creativity kembali mainan
tradisional
• Shaping values, - • Cangkruk -
tradition, norms membentuk
and behaviours budaya
masyarkata
lebih bersosialis.
• Pemisahan
sampah 3R telah
menjadi
kebiasaan
masyarakat
tersebut, demi
terwujudnya
kampung
kerajinan.
• Protecting - • Merenovasi -
housing bangunan tua
heritage and untuk
familiarity of dimanfaatkan
city sebagai
showroom.

Kajian Arsitektur Hijau


Berikut adalah kajian dari analisis 3 studi kasus berdasarkan arsitektur hijau
berdasarkan enam prinsip arsitektur hijau. Hal tersebut bertujuan untuk mengatahui
posisi ketiga studi tersebut berdasarkan prinsipnya.
Analia arsitektur hijau (table 10) yang dikaitkan dengan tiga permukiman
menurut teori dari Brenda dan Robert Vale.

Tabel 10. Analisa Arsitektur hijau dari 3 studi kasus


Prinsip Arsitektur
Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi
Hijau
• Conserving • Ruang hijau • Merupakan • Pemanfaatan
Energy disetiap depan kawasan cagar sumber daya
rumah warga. budaya Dimana di lingkungan
• Penggunaan terdapat mereka
jendela untuk bangunan cenderung
mendapatkan berlanggam indis bias.
cahaya dan dan ekletik yang Dikarenakan
penghawaan memiliki bukaan lingkungan
sesuai kebutuhan. serta pintu yang mereka yang

18
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Prinsip Arsitektur
Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi
Hijau
lebah agar mayoritas
memaksimalkan alami dengan
pencahayaan pengunungan
dalam dan hutan.
menghemat
energi.
• Working with • Orientasi • Memanfaatkan • Diambil dari
climate bangunan pencahayaan dan bentuk atap
memanjang penghawaan yang perisai yang
menghadap utara- alami dengan berfungsi
selatan serta bukaan yang sebagai
bentang landskap lebar. sirkulasi
berbentuk linier. udara, selain
itu juga
mempercepat
salju yang
turun apabila
sedang
musim
dingin.
• Minizing new • Penggunaan • Penggunaan • Menggunakan
resources material lokal, material lokal material yang
seperti kayu pada seperti kayu dan ramah
pintu dan jendela. batu bata pada lingkungan
bangunan agar tidak
colonial yang mencemari
terlihat dari lingkungan
bukaan dan pintu yang sudah
bangunan. ada di
Ogimachi
seperti kayu,
rotan, dsb.
• Respect for user • Partisiasi • Partisipasi • Partisipasi
masyarakat dalam masyarakat dalam dari setiap
penghijauan melakukan penduduk di
secara mandiri, pembenahan Ogimachi
pembenahan dengan yaitu berupa
dengan melakukan bercocok
melakukan pengelolahan tanam yang
pengelolahan sampah, digunakan
sampah kering penghijauan, dan oleh
dan pelestarian pelestarian penduduk itu
bangunan bangunan sejarah. sendiri.
bersejarah.
• Respect for site • Mempertahankan • Mempertahankan • Segala aspek
dan melestarikan dan melestarikan lingkungan
bangunan cagar bangunan sejarah. hijau di daerah
budaya. tersebut

19
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Prinsip Arsitektur
Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi
Hijau
• Melakukan • Melakukan memiliki
penghijauan di penghijauan di peranan yang
sekitar rumah area drainase dan cukup besar
warga. sungai yang terhadap
• Meningkatkan berguna baik kelangsungan
daya resap air untuk ekologi di hidup
pada tanah sekitar sungai penduduknya.
dengan lubang maupun menjaga
resapan biopori. kualitas air.
• Holism • Adanya • Adanya • Adanya
penghijauan penghijauan pada pemanfaatan
untuk menjaga area sungai dan sumber daya
kualitas udara. drainase di alam yang
• Adanya kampung maksimal
pengelolahan air Surabayan untuk untuk
limbah untuk menjaga kualitas kelangsungan
menjaga kualitas air. hidup.
air. • Adanya • Dapat
pengelolahan memecahkan
limbah dengan masalah cuaca
memilah sampah ekstrim
dan dijdikan dengan
sebagai kerajinan masksimal.
tangan.

Studi Kasus : Kampung Maspati

Karakteristik Fisik Kampung Maspati

Maspati mempunyai kondisi lingkungan bersih dan asri meskipun sebagian besar
rumah termasuk ke dalam rumah sederhana. Maspati memiliki beberapa karakter fisik
yang khas yaitu rumah yang didominasi oleh tipe rumah sederhana dan lebar jalan
yang sempit yaitu hanya 2 meter (figure 4) .

Figure 4. Ilustrasi Penampang Jl. Maspati V


Source : Ratih, 2017
Sejak ditetapkan sebagai destinasi kampung wisata di Surabaya, beberapa
program perbaikan kampung telah dilakukan. Diantaranya didanai oleh pemerintah

20
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

dan swasta, namun tidak sedikit pula kegiatan perbaikan kampung yang didanai secara
swadaya. Revitalisasi infrastruktur kampung yang dilakukan pemerintah adalah
pembangunan paving dan berbaikan drainase yang pembangunannya selesai pada
akhir tahun 2017.

Keterkaitan Kampung Maspati dengan sustainable city

Strategi pembangunan pariwisata budaya yang berkelanjutan pada Kampung Lawas


Maspati adalah growth strategy yang mana pariwisata budaya pada kampung berada
pada posisi yang menguntungkan karena memiliki kelebihan dan kekuatan yang lebih
banyak jika ditinjau dari sustainable city.

• Environmental Problems and Prospects


Permasalahan awal yang muncul di kampong maspati ini berawal dari sebuah
permukiman warga yang berada di daerah tugu pahlawan yang masih dipandang
sebelah mata oleh pihak masyarakat maupun pemerintah kota Surabaya, padahal
di kampong maspati ini memiliki potensi yang cukup besar untuk kota Surabaya
dikarenakan kampong ini memiliki ciri khas kampong heritage, banyak
kerajinannya sebagai aspek untuk meningkatkan ekonomi, dll.
• Prerequisites for Sustainable Urban Development
Prasyarat yang harus dipenuhi dalam mengaplikasikan sustainable di kampong
maspati ini ada beberapa hal mulai dari lingkungan sekitar, penghijauan, kegiatan
sosial antar warga, dll.
Berikut metode penetapan tujuan SMART dapat digunakan untuk penetapan
sasaran di kampung Maspati, antara lain :
✓ Specific
Pengembangan kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati yang
dilatarbelakangi oleh terdapatnya rumah – rumah kuno yang dapat dijadikan
sebagai edukasi sejarah yang berada di pusat kota Surabaya, adanya budaya
yang masih dipertahankan (dolanan lawas, tari remo, music patrol, dll), serta
adanya potensi yang dikembangkan oleh warga menjadi UMKM seperti
minuman herbal, cincau, aneka makanan, serta kerjaninan tangan. Ibu Risma
sebagai Walikota menunjuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya
serta menjalin kerjasama dengan PT Pelindo III dalam mengembangkan
kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati.
Pengembangan kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati berangkat
dari permasalahan sosial masyarakat Kampung Maspati, karena kebiasaan
masyarakat kampung yang tidak menjaga kebersihan lingkungan dan
permasalahan lingkungan. Dimana kondisi lingkungan yang kotor dan tidak
tertata rapi yang menjadi permasalahan utama serta tidak terawatnya bangunan
– bangunan kuno atau bersejarah yang ada di kampung tersebut. Sehingga
adanya pengembangan Kawasan Wisata Kampung Lawas Maspati dapat
menjadikan kampung tersebut menjadi destinasi wisata di kota Surabaya.

21
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

✓ Measureable
Permasalahan yang ada di Kawasan Kampung Maspati awalnya adalah
permasalahan dari kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kondisi
lingkungan, dimana para warga pada kampung tersebut membuang sampah
tidak pada tempatnya sehingga kondisi kampung terlihat kotor dan tidak teratur.
Dengan kondisi sedemikian rupa, pengurus RW mengajak warga mulai
memperbaiki lingkungan kampung agar menjadi lebih bersih dengan
mengikutsertakan lomba dari Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau yaitu
lomba Green & Clean pada tahun 2015. Dengan ikutnya lomba tersebut
Kampung Maspati berhasil menjuarai lomba Green & Clean dan memberikan
manfaat bagi warga dalam upaya menjaga lingkungan Kampung Maspati. Pada
tahun 2014 pengurus RW Kampung Lawas Maspati memiliki konsep untuk
menjadikan menjadi destinasi pariwisata di Surabaya yang sekarang telah
diresmikan oleh Tri Risma Harini sebagai walikota Surabaya bersama PT.
Pelindo III dengan cepat menarik wisatawan domestic dan mancanegara, hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan data jumlah wisatawan yang
mengunjungi Kawasan Kampung Lawas Maspati dari wisatawan domestik
mencapai 300 orang dan wisatawan mancanegara mencapai 1500 orang pada
tahun 2017.
✓ Action oriented
Pengurus RW yang dimana pada tahun 2014 bersama masyarakat bersama –
sama membenahi kampung sesuai dengan konsep untuk menjadikan Kampung
Maspati sebagai destinasi pariwisata di kota Surabaya. Aksi yang dilakukan
oleh warga Kampung Maspati adalah dengan mengikuti lomba Green & Clean
dan memenangkan lomba tersebut sehingga merubah citra kawasan kampung
tersebut yang dimana awalnya adalah kampung yang tidak memperdulikan
kondisi lingkungan yang telihat kotor dan banyaknya masyarakat yang
membuang sampah sembarangan sekarang menjadi kawasan yang terlihat lebih
tertata, hijau, serta lebih teratur.
Aksi masyarakat dalam keikutsertaan pelatihan yang diberikan PT
Pelindo III dalam pelatihan kewirausahaan untuk UMKM, bahasa inggris,
guide wisata sejarah, keterampilan khusus seperti batik, serta pemasaran
produk kepada para warga Kampung Maspati dalam mengembangkan
kampung tersebut menjadi kampung wisata yang baik. Adanya dua program
yang dilakukan oleh warga Kampung Maspati yang diantaranya program
jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek adalah melakukan
perbaikan fasilitas umum seperti balai RW, tempat jualaan UKM, gapura pintu
masuk, makam situs, photobooth, serta penghijauan kawasan. Sedangkan
program jangka panjang yakni menjadikan Kampung Maspati menjadi
destinasi wisata sejarah di Surabaya dengan program city tour.
✓ Realistic
Hasil nyata dari pengembangan Kawasan Maspati dapat dilihat dari
meningkatnya kapasitas masyarakat yang dimana jumlah pemandi wisatawan

22
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

pada kampung tersebut meningkat dari dua orang menjadi lima orang tiap RT.
Dimana pelayanan dan keramahan bagi para wisatawan di Kampung Maspati
diterapkan dengan baik. Kemampuan lain yang juga bertambah dari masyarakat
Kampung Maspati adalah dari bidang kewirausahaan. Nampak dari warga
kampung menciptakan produk – produk baru yang dapat dijadikan sebagai buah
tangan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kampung Maspati yang
dikoordinir olehmasing – masing RT.
Dari pengembangan Kawasan Wisata pada Kampung Maspati telah
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat kampung pada kebutuhan akses
pelayanan pendidikan yang meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari adanya
PAUD Permata Bunda di Kampung Maspati yang sebelumnya tidak ada. Hal
lainnya dapat dilihat dari kondisi lingkungan yang menjadi semakin bersih dan
aman yang ditunjukkan dengan adanya tanaman – tanaman serta kondisi jalan
yang bebas dari sampah. Pemberlakuan peraturan yang dimana kendaraan
bermotor dilarang menyalakan mesin ketika memasuki kawasan Kampung
Maspati, pemasangan cctv, serta pemberlakuan akses hingga pukul 12 malam
menjadi Kawasan Kampung Maspati semakin aman.
Dari segi aspek pelayanan dasar masyarakat Kampung Maspati
terpenuhi, dimana sebagian besar warga mendapatkan air bersih dari PDAM
Kota Surabaya, serta mendapatkan akses kesehatan dari Puskesmas Gundih dan
Puskemas Tambok Dukuh. Sekarang masyarakat Maspati mendapatkan akses
pekerjaan dan mendapatkan upah dari keikutsertaan dalam tim wisata
Kampung Maspati, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam bidang
wirausaha. Sehingga pengembangan Kampung Lawas Maspati memberikan
kesempatan bagi warga untuk meningkatkan pendapatan di bidang pariwisata
dan wirausaha.
✓ Time Bond
Hal yang paling mendesak atau yang paling urgen dalam pengembangan
Kawasan Kampung Maspati adalah dalam upaya mengubah kebiasaan
masyarakat yang dulunya kurang memperhatikan lingkungan kampung
menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah
sembarangan menjadi dasaran agar Kampung Maspati berubah menjadi
kampung yang bersih. Adanya program jangka pendek yang perlu dilakukan
yaitu dengan melakukan perbaikan fasilitas umum seperti balai RW, tempat
jualaan UKM, gapura pintu masuk, makam situs, photobooth, serta penghijauan
kawasan sehingga nantinya dapat terwujud menjadi kampung destinasi wisata
sejarah di Kota Surabaya dengan bangunan – bangunan kuno dan historis yang
ada pada kampung tersebut.
o Creating Working
Dalam upaya melakukan pengembangan Kawasan Kampung Maspati,
masyarakat membuat tim yang dimana tujuan dengan adanya tim kerja ini
adalah agar masing – masing point yang dikerjakan dapat terlaksana
dengan cepat dan baik. Pengelompokkan tim – tim pekerjaan di Kampung

23
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Masapati dibagi dalam beberapa bidang yakni perbaikan fasilitas umum


seperti balai RW, tempat jualaan UKM, gapura pintu masuk, makam situs,
photobooth, serta penghijauan kawasan.
o Assign Task
Pemberian tugas dalam upaya pengembangan Kawasan Kampung Maspati
bertujuan agar masyarakat pada kampung tersebut mengerti dan dapat
melaksanakan tujuan secara tepat dan jelas. Penetapan tugas dapat dilihat
dari peran anak – anak Kampung Maspati sebagai guide serta peran dari
Ketua RT dalam memajukan kondisi pada Kampung Maspati dengan
melakukan penghijauan kawasan dan pengembangan produk – produk
kerajinan tangan yang memiliki nilai jual sebagai souvenir. Peran
masyarakat lainnya adalah dalam pelestarian bangunan – bangunan
historis yang nantinya dijadikan tempat pameran dan photobooth.
o Create Calendar
Kampung Maspatih memiliki program – progam dalam mengembangkan
kawasan tersebut dimana terbagi menjadi dua program. Adapun dua
program yang dilakukan oleh warga Kampung Maspati yang diantaranya
program jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek
adalah melakukan perbaikan fasilitas umum seperti balai RW, tempat
jualaan UKM, gapura pintu masuk, makam situs, photobooth, serta
penghijauan kawasan. Sedangkan program jangka panjang yakni
menjadikan Kampung Maspati menjadi destinasi wisata sejarah di
Surabaya dengan program city tour.
o Desingtable leadership roles and responsbilities
Ketua RW pada Kampung Maspati memiliki konsep dalam
mengembangkan Kawasan Kampung Maspati menjadi destinasi
pariwisata dan bertanggung jawab atas kampung tersebut. Pembagian
peran dalam masyarakat dalam upaya pengembangan kampung dapat
dilihat dari koordinasi Ketua RW dengan Ketua RT dalam menjalankan
tugas – tugas yang diberikan seperti melakukan penghijauan kawasan,
perbaikan fasilitas umum seperti balai RW, tempat jualaan UKM, gapura
pintu masuk, makam situs, serta photobooth. Kemudian dalam
meningkatkan layanan dalam pengembangan Kampung Maspati,
dilakukian peningkatan guide dari dua orang per RT menjadi lima orang
dalam satu RT. Koordinasi tersebut tercipta dari adanya peran RW, RT,
serta msayarakat Kampung Maspati dalam mewujudkan tujuan yang sama.
Keberlanjutan tersebut merupakan usaha untuk menjaga keberadaan Kawasan
Kampung Maspati tetap ada di kemudian hari seiring dengan perubahan jaman. Dalam
upaya tersebut, pengurus Kampung Maspati membentuk RT kecil dan guide anak –
anak agar anak – anak Kampung Maspati nantinya dapat meneruskan tugas serta
tanggungjawab dalam memimpin sebagai pengurus Kampung Maspati dikemudian
hari. Serta konsistensi serta semangat para masyarakat Kampung Maspati yang terus
dijaga agar tetap ada dan tidak hilang oleh perubahan jaman.

24
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

• Principle of Urban Sustainability


Memperhatikan empat prinsip (budaya,sosial, ekonomi dan lingkungan) dalam
keberlanjutan sebuah kota.
1. Budaya
Mempertahankan bentuk rumah dengan langgam arsitektur indis hingga
ekletis.
a) Sekolah Rakyat Ongko Loro (Tweede Inliandsche School)
Merupakan sekolah dasar pada zaman kolonial Belanda. Dan saat ini
mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal bagi salah satu warga. Ketika
ada kunjungan, Sekolah Rakyat Ongko Loro akan dibuka untuk
menunjukkan interior bangunan (Figure 5).

Figure 5. Sekolah Rakyat Ongko Loro


Source : Ratih, 2017
b) Rumah Raden Sumiharjo
Pada awalnya bangunan ini merupakan rumah dari mantri kesehatan pada era
pemerintahan kolonial. Pada saat itu, beliau dikenal warga sebagai tuan
mantri nyamuk karena beliau sering membantu menyembuhkan warga yang
sakit. Keberadaan bangunan tersebut sudah lama ditinggalkan penghuninya
dan kini sudah tidak difungsikan lagi. Kondisi bangunan dapat dikategorikan
kurang terawat karena beberapa bagian gedung sudah rusak (Figure 6).

Figure 6. Rumah Raden Sumiharjo


Source : Ratih, 2017

25
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

c) Rumah 1907
Dibangun pada tahun 1907, bangunan ini dijadikan markas tentara untuk
menyusun strategi perang dalam 10 November pada zaman kolonial belanda.
Saat ini fungsi bangunan hanya sebagai bangunan kosong yang dibuka saat
ada kunjungan wisatawan (figure 7).

Figure 7. Rumah 1907


Source : Ratih, 2017
d) Pesarean Raden Karyo Sentono dan Mbah Buyut Suruh
Raden Karyo Sentono dan Mbah Buyut Suruh adalah tokoh pada zaman
keraton majapahit yang sangat dihormati pada masanya. Saat ini bangunan ini
memiliki fungsi sebagai makam atau tempat ziarah bagi warga sekitar (figure
8).

Figure 8. Rumah Raden Karyo Sentono


Source : Ratih, 2017
2. Sosial
Partisipasi warga dalam melestarikan nilai sosial yang ada.
a) Brainstorming
Konsep yang akan dilakukan pada Kampung Maspati dalam
pengelolaan kampung untuk menjadikan kampung stabil dan unggul
dalam peta destinasi wisata Surabaya, yaitu:
▪ Pengelolaan Kampung Wisata Lawas Maspati
▪ Pengelolaan Koperasi Kampung Wisata Lawas Maspati

26
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

▪ Warga Kampung Wisata Lawas Maspati


Ada beberapa metode yang dilakukan warga dalam menetapkan ide,
yaitu sebagai berikut:
✓ Ceramah
Kegiatan ceramah diisi dengan penjelasan materi sebagai berikut:
a) Manajemen Destinasi Wisata
b) Pembuatan Produk Paket Wisata
c) Pelatihan Tour Guide
d) Service Excellence (Pelayanan Prima)
Selain metode ceramah dalam kegiatan pelatihan juga digunakan
metode diskusi, praktek, dan role play dalam penyampaian materi
pelatihan
✓ Kegiatan Praktek
Kegiatan praktek ini akan dilakukan dengan 2 metode, yaitu:
a) Disela-sela pemberian materi.
b) Di waktu khusus.
Adapun variasi kegiatan praktek direncanakan dilakukan dengan:
a) Mendatangkan praktisi pariwisata yang berkecimpung di
bidang pelayanan.
b) Menonton video.
c) Praktek pelayanan dengan set-up yang riil, misalnya dengan
memakai kostum kantor yang rapi seolah-olah sedang
melayani tamu.
✓ Kegiatan Kunjungan Kegiatan
Kunjungan/studi banding bertujuan untuk melihat dari dekat bagaimana
kegiatan pelayanan yang terjadi, menganalisa aktivitas pelayanan yang
ada, sehingga pada akhir kegiatan kunjungan dapat menyimpulkan
bagaimana kegiatan pelayanan yang seharusnya. Secara lebih terperinci
maka kegiatan kunjungan akan mengobservasi hal-hal sebagai berikut:
• Melihat bagaimana kegiatan pelayanan di tempat yang dikunjungi.
• Mengobservasi bagaimana staf terlibat dalam pen-deliver-an
kegiatan pelayanan tersebut.
• Terpenuhi unsur-unsur pelayanan seperti senyum dan sapa.
• Bagaimana etika melayani.
• Analisa kegiatan pelayanan dari obyek wisata/tempat yang
dikunjungi tersebut.
• Mengidentifikasi permasalahan pelayanan di tempat kunjungan
dan obyek wisata secara umum
b) Organising
Kampung wisata Maspati memerlukan pengetahuan dan ketrampilan
mengenai manajemen pengelolaan kampung wisata yang meliputi
1. Pelatihan manajemen destinasi wisata
• Pemahaman tentang pengelolaan atraksi wisata yang baik
• Pemahaman tentang pengelolaan destinasi wisata
• Bagaimana mengelola koperasi wisata

27
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

2. Pembuatan produk paket wisata


• Langkah-langkah operasional perencanaan produk wisata
• Penghitungan Harga
• Praktek pembuatan paket wisata tematik sejarah
3. Pelatihan pelayanan prima
• Pelatihan bagaimana meng-guide wisatawan
• Pembekalan metode guiding yang tepat
4. Pelatihan Tour Guide bagi pengelola dan warga kampung wisata lawas
Maspati
• Bagaimana perilaku melayani wisatawan
• Bagaimana berkomunikasi dengan wisatawan
• Praktek/Role play melayani wisatawan
c) Naming
Dalam pengambilan keputusan bersama warga kampung Maspati biasanya
melakukan dengan cara musyawarah atau diskusi bersama. Sesekali warga juga
melakukan voting yang dipimpin oleh kepala warga.
d) Workshop involves a combination of
▪ Individu : para pelaku layanan jasa wisata dalam melayani wisatawan yang
berkunjung ke Kampung Maspati, penanaman pohon di setiap depan
rumah warga yang dilakukan pemilik rumah
▪ Kelompok: Penyambutan garda depan dan pelayanan tamu yang dilakukan
oleh sekelompok ibu-ibu, kegiatan arisan yang dilakukan sekelompok ibu-
ibu pkk dengan pembuatan produk unggulan kampung maspati yaitu sirup
markisa dan minuman cincau.
▪ Seluruh Kelompok : adanya gotong royong untuk menjaga kebersihan
kampung, seperti proses daur ulang sampah dan proses mengolah air
limbah.
3. Lingkungan
Maspati memiliki keunggulan pada kondisi lingkungannya yang hijau dan bersih.
Warga setempat memiliki kesadaran dan keguyuban yang tinggi dalam
melestarikan lingkungan. Penghijauan pada kampung dilakukan oleh warga secara
mandiri dengan memanfaatkan sisa ruang yang minim pada bagian depan rumah.
Warga juga memiliki slogan yang tertulis pada beberapa lokasi untuk
meningkatkan kesadaran terhadap pelestarian lingkungan. Beberapa jargon
tersebut adalah “JAHE : Jadikan sampah sebagai Andalan yang paling Hebat
sebagai penunjang Ekonomi keluarga kita”, “Odarling : Obrolan Sadar
Lingkungan”, “Guyub Rukun Seduluran Selawase”.
Terdapat beberapa kegiatan pendukung pelestarian lingkungan yang
dilakukan warga setempat secara swadaya diantaranya adalah program Bank
Sampah, dan IPAL (figure 9).

28
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Figure 9. Bank Sampah (kiri) dan IPAL (kanan)


Source : ratih, 2017
4. Ekonomi
Salah satu karakter dari daya tarik pariwisata pada RW 6 Kampung Lawas
Maspati adalah masing-masing RT memiliki keunggulan yang khas dan
tematik atau berbeda antar satu dengan lainnya berupa produk olahan
yang bahannya ditanam sendiri oleh warga pada halaman mereka. Produk-
produk minuman tersebut dikelola oleh kelompok ibu-ibu PKK pada
masing-masing RT. Berikut ini merupakan produk yang dihasilkan pada
masing-masing RT :
▪ RT 1 : Produk olahan daun cincau
▪ RT 2 : Produk olahan lidah buaya dan tomat mercon
▪ RT 3 : Produk daur ulang dari sampah (figure 10)
▪ RT 4 : Produk olahan dari Belimbing (figure 10)
▪ RT 5 : Produk olahan markisa

Figure 10. Produk Minuman pada RT 4 (kiri) dan produk daur ulang (kanan)
Source : ratih, 2017
Selain produk unggulan pada masing-masing RT, kampung Lawas
Maspati juga memiliki beragam souvenir seperti (figure 11). Souvernir
Kampung Lawas Maspati yang dapat dibeli wisatawan pada toko oleh-
oleh kampung Lawas Maspati. Souvenir tersebut diproduksi secara
bersama oleh warga setempat dan dikelola oleh tim pariwisata RW.

29
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

Figure 11. Souvenir Kampung Lawas Maspati


Source : ratih, 2017
• Sustainable urban development in practice
Dari praktik sustainable yang diterapkan oleh warga setempat kampong
maspati ini cenderung lebih mengarah untuk mempertahankan kampong
maspati yang saat ini sudah diakui oleh banyak masyarakat sebagai salah satu
kampong heritage di Surabaya yang masih meninggalkan banyak sejarah di
dalamnya. Sehingga banyak hal yang dilakukan oleh warga setempat untuk
mempertahankan kampong maspati, contohnya:
• Saling gotong royong dalam kerja bakti demi menerapkan penghijauan.
• Mempertahankan kampung maspati dengan tidak mengadakan
renovasi rumah sehingga dapat memperlihatkan material asli khas
rumah kampung maspati yaitu dari material – material kayu.
• Menjaga kelestarian dari kampung maspati.

Kampung Maspati sebagai kampung smart city

Konsep kampung kota cerdas di Maspati telah dimulai pada tahun 2013. Dimana
dalam konsep smart ekonomi, warga sudah memiliki usaha mandiri yakni
pengelolahan produk olahan minuman dan daur ulang limbah sampah yang sudah
menggunakan teknologi dalam mempromosikan produknya. Kampung Maspati
selanjutnya akan dilihat menggunakan variable pembentuk smart city (table 11),
antara lain sebagai berikut ;

Tabel 11. Tinjauan Kampung Maspati sebagai smart city melalui variable pembentuk
Smart City
Dimensi Konsep Smart City Item yang digunakan Kampung Maspati
Smart Economy Industri Mikro Lima RT mempunyai
produk unggulan untuk
menyokong usaha kecil
menengah di kampung
Maspati.
Enterpreneurship (belum terdapat usaha
kreativitas/inovasi)
Reputasi Kawasan Pemberdayaan ekonomi
didukung langsung oleh
pemerintah Surabaya dan
PELINDO II.

30
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

Dimensi Konsep Smart City Item yang digunakan Kampung Maspati


Smart Mobility TIK-Infrastruktur (Kurangnya kesadaran
masyarakat dalam
menggunakan teknologi
internet)
Aksesbilitas Terletak di pusat kota
sehingga memudahakan
akses apapun.
Smart Environment Pengelolahan Lingkungan Menggerakkan pemilahan
infrastruktur sampah kering dan organik
dan 3R.
Smart People Pendidikan Aktivitas Tingkat pendidikan
mayoritas SMA (Sekolah
menegah akhir)
Smart Living Keterbukaan Keamanan Tidak adanya kriminalitas
di kampung ini.
Fasilitas Pos jaga di pintu masuk
kampung
Daya tarik wisata Mampu menjadi daya tarik
melalui bangunan cagar
budaya, musik patrol, tari
remo dan kebudayaan
(sarung dan udeng)
Sosial kohesi Kondisi masyarakat yang
guyub dan rukun
Smart Governance Service public dan sosial Memfasilitasi masyarkat
dengan memberikan
pelatihan di sektor
pariwisata dan usaha kecil
menengah.

Kampung Maspati merupakan sebagai salah satu kampung dengan konsep


arsitektur hijau berkelanjutan telah melakukan upaya dalam mempertahankan
identitasnya sebagai kampung heritage. Upaya dalam pemenuhan kebutuhan yang
berkaitan dengan smart city beberapa hal telah dipenuhi. Adapaun yang belum
terpenuhi dapat menjadi rekomendasi penulis dalam kontribusi langsung terhadap
pengembangan kampung Maspati kedepannya.

31
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)

CONCLUSIONS

Dari hasil deskripsi diatas dapat disimpulkan, bahwa karakter pada Kampung Lawas
Maspati dapat diperoleh dari tangible (bangunan bersejarah, produk lokal, permainan
tradisional, kuliner, dan musik patrol) dan intangible (parikan dan keguyuban warga).
Kampun ini telah memiliki fasilitas pendukung aktivitas pariwista heritage seperti
bangunan yang memiliki makna akan sejarah serta kontribusi masyarakat setempat
dalam mendukung program green and clean berbasis smart city. Keterkaitan kampung
Maspati dengan smart city masih belum diterapkan secara holistik. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk setempat yang masih belum siap
menerima modernisasi.
Dalam pengembangan kampung Maspati menjadi kampung wisata heritage
dengan konsep smart city menunjukkan beberapa poin faktor yang ada dalam smart
city. Dalam smart governance, kampung maspati difasilitasi pemerintah dengan
pelatihan di sektor wisata dan usaha kecil. Dalam smart economy, menerapkan
industri rumahan dengan menadur ulang sampah hingga memproduksi minuman
olahan. Untuk smart mobilitynya, dibutuhkan jaringan internet guna dapat mengakses
dunia luar ataupun maya. Untuk smart environment, pada umumnya sudah terlihat
baik dengan menggerakkan sampah kering organik dan 3R (resuse, recycle, reduce).
Dalam smart people, pendidikan rata-rata penduduk maspati adalah SMA (sekolah
menengah atas) sehingga mereka sulit menerima moderenisasi secara penuh.
Sedangkan untuk smart living, tidaknya adanya kriminalitas di kampung ini
menjadikan kampung ini diberi gelar sebagai kampung aman. Tentunya hal ini
melibatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kampung dengan ronda dan
menempatkan pos jaga ditiap pintu masuk kampung. Kondisi masyrakata yang guyub
dan rukun inilah yang menyebabkan kondisi masyarakat senantiasa merasa nyaman.
Dalam hal partisipasi masyarakat, kampung Maspati menunjukkan adanya
empat partisipasi. Masyarakat aktif dalam pembahasan pengembangan wilayah
kampung dengan bentuk forum group discussion. Selain itu, ada juga bentuk
partisipasi ekonomi yang dideskripsikan oleh adanya program daur ulang dan olahan
produk hasil kampung.

32
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34

REFERENCES

Anggraeni, Dewi. 2017, Penentuan Kriteria Pengembangan Kampung Cerdas di


Kota Surabaya Dalam Mewujudkan Konsep Smart City, Tugas akhir ITS,
Surabaya.
Brenda & Robert Vale. 1991, Green Architecture Design for Sustainable Future.
Thames and Hudson, Wellington.
Choi, H. C., & Sirakaya, E. (2006). Sustainability indicators for managing community
tourism. Tourism Management, 27 (6), 1274-1289.
Jamal, T., & Stronza, A. (2009). Collaboration theory and tourism practice in
protected areas: Stakeholders, structuring and sustainability. Journal of
Sustainable Tourism, 17 (2), 169-189.
Larasati, Ratih. 2017, Strategi Pengembangan Pariwisata Budaya Yang
Berkelanjutan Pada Kampung Lawas Maspati di Kota Surabaya. Skripsi
Departemen Arsitektur ITS, Surabaya.
Locke, Edwin. 1990, A Theory of Goal Setting & Task Performance. Englewood Clifs,
New Jersey.
Oxon: Routledge. Rossman, G. B., & Rallis, S. F. (2003). Learning in the field: An
introduction to qualitative research.
Radzuan, I., Fukami, N. and Ahmad, Yahya., Cultural Heritage, Incentives System
and The Sustainable Community: Lessons From Ogimachi Village, Japan.
Malaysian Journal of Society and Space, 10(1), pp 130-146, 2014.
Ramadhani, A., Wulansari, E. and Silas, Johan., Consevation Concept of Old
Kampung Throught The Application of Sustainable Development Principles
at Kampung Surabayan, Kedungdoro District, Surabaya. Journal
Architecture and Environment, 13(1), pp 61-74, 2014.
Roberts, S. (2013). An exploratory analysis of factors mediating community
participatio outcomes in tourism. In R. Phillips & S. Roberts (Eds.), Tourism,
planning, and community development(pp.35-49).
Sanggel. 2017, Inovasi Sosial Masyarakat Dalam Pendekatan Asset-Based
Community Development Di Kampungg Lawas Maspati Kecamatan Bubutan
Kota Surabaya, Jurnal Universitas Airlangga, Surabaya.
Stelle, James. 1997, Sustainable Architecture: Principles, Paradigms, and Case
Studies, New York.
Thousand Oaks: Sage. Saxena, N. C. (2011). What is meant by people's participation.
In A. Cornwall (Ed.),The participation reader. New York: Zed Books Ltd,
(pp. 31-33).
UN Habitat 2011, Sustainable Settlement Indicator, Dubran.

33

Anda mungkin juga menyukai