ABSTRACT
The population migration flows have an impact on heritage settlements. The impact
resulted from the loss of heritage buildings, shifting socio-cultural values and lack of
attention to historical legacy in the past. Therefore, government and community
participation is needed in the realization of a sustainable green settlement with the
foundation of smart city. The method used is descriptive by relating the principle of
sustainable development, green architecture, and sustainable city through community
participation in the village of Maspati with the case study of Surabayan and Ogimachi
village. From the results of analysis found the character of the village forming, among
others the appeal of tangible-intagible which is able to synergize the pillars of
sustainability.
ABSTRAK
1
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
INTRODUCTION
2
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
Green Architecture
Adalah satu pendekatan perancangan dan pembangunan yang di titik beratkan atas
prinsip-prinsip ekologis dan konservasi lingkungan yang akan menghasilkan satu
karya arsitektur berkelanjutan. Hal ini diperlukan untuk menjawab tantangan
permasalahan lingkungan yang semakin memburuk dan hal ini disebabkan karena
pendekatan pembangunan yang terlalu berorientasi pada aspek ekonomi jangka
pendek semata (Brenda dan Robert Vale, 1991).
3
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
Ada enam prinsip yang harus dipenuhi oleh sebuah bangunan agar dapat
dikatakan sebagai bangunan hijau, yaitu:
a) Konservasi energy
Bangunan harus dibangun dengan tujuan mereduksi kebutuhan bahan bakar
untuk pengoperasian bangunan tersebut. Efisiensi energi dapat dilakukan mulai
saat pembangunan konstruksi bangunan, pemakaian bangunan hingga saat
bangunan dihancurkan.
b) Penyesuaian dengan iklim
Bangunan harus dirancang sesuai dengan iklim mikro/makro dan sumber energi
alam yang ada. Iklim di Indonesia adalah panas lembab, sehingga bangunan
harus dirancang untuk mengatasi udara panas, kelembaban serta curah hujan.
c) Meminimalkan pemakaian sumberdaya
Bangunan harus di desain untuk mengurangi pemakaian sumber daya, terutama
yang tidak dapat diperbarui dan diakhir pemakaian bangunan dapat membentuk
sumber daya baru untuk arsitektur bangunan lain.
d) Memperhatikan pemakai
Bangunan hijau harus memberi perhatian pada keterlibatan manusia dalam
pembangunan dan pemakaian bangunan. Bangunan harus memberi kenyamanan,
keamanan serta kesehatan bagi penghuninya. Hasil desain arsitektural juga harus
memperhatikan budaya dimana bangunan didirikan, dan perilaku pemakainya.
e) Memperhatikan lahan (site)
Bangunan harus “rasional”. Artinya ada interaksi antara bangunan dan lahan.
Bangunan harus dirancang dan dibangun sesuai dengan potensi lahan tempat
bangunan setempat.
f) Holistis
Bangunan hijau memerlukan pendekatan holistis (menyeluruh) dari ke lima
prinsip yang ada.
Pendekatan perancangan dan pembangunan yang di titik beratkan atas enam
prinsip diatas yang akan menghasilkan satu karya arsitektur berkelanjutan dalam
menjawab isu lingkungan.
Arsitektur berkelanjutan adalah arsitektur yang dapat merespons kebutuhan saat ini,
tanpa mematikan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. Kebutuhan tiap strata manusia dan daerah tentulah berbeda. Dan yang
paling baik apabila ditentukan oleh masyarakat yang bersangkutan (James Steele,
1997).
Pembangunan berkelanjutan sangat penting untuk diterapkan di abad ini.
Maksud dari pembangunan yang berkelanjutan adalah:
a) Lingkungan
Pembangunan yang mempertahankan lingkungan agar bertahan lebih lama
karena memungkinkan terjadinya koherenisasi antar ekosistem, yang dikaitkan
dengan potensi utama sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia,
seperti iklim mikro, keberagaman makhluk hidup, dan perindustrian. Kerusakan
alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf perusakan secara
4
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
global, sehingga lambat namun pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya
untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap
alam tersebut.
a) Sosial
Pembangunan mampu mempertahankan keadaan dan karakter sosial disebuah
wilayah. Namun, akan lebih baik lagi apabila pembangunan tersebut justru
meningkatkan kualitas sosial yang telah ada. Setiap orang yang terlibat dalam
pembangunan tersebut, baik sebagai subjek maupun objek, haruslah
mendapatkan perlakuan yang adil. Hal ini diperlukan agar terciptanya suatu
stabilitas sosial sehingga terbentuk keadaan sosial yang kondusif.
b) Budaya
Pembangunan mampu menumbuhkan jati diri dan merubah perilaku masyarakat.
Dengan mengakui dan menghargai sistem sosial dan kebudayaan yang ada, maka
diharapkan keanekaragaman budaya dapat terpertahankan. Pengetahuan
tradisional dapat pula dimanfaatkan untuk pembangunan lingkungan, sosial dan
ekonomi.
c) Ekonomi
Pembangunan yang relative rendah biaya baik dari segi perencanaan dan
operasinya. Selain itu, dari segi ekonomi bisa mendatangkan profit juga, selain
menghadirkan benefit seperti yang telah disebutkan pada aspek-aspek yang telah
disebutkan sebelumnya. Pembangunan ini memiliki ciri produktif secara
kuantitas dan kualitasnya, serta memberikan peluang kerja dan keuntungan
lainnya untuk individu kelas menengah dan bawah.
Arsitektur berkelanjutan merupakan akibat dari komitmen Internasional tentang
pembangunan berkelanjutan karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya
kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada empat pilar pembangunan
berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya,
di samping pilar pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.
The Key Issue To Consider For Affordable Housing Whithin The Four
Dimensional Sustainablity
5
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household)
• Promoting traditional • Shaping values, • Improving aesthetics,
indgineous and local tradition, norms and diversity and cultural
knowledge (including of behaviors (eg. Inrelation sophistication of the
relevance to sustainable to energy use, recycling, built environment and
resource use, energy communal living and residence.
efficiency and resilient place maintenance. • Helping community
building techniques). • Protecting housing • Assisting peopple’s
• Protecting cultural heritage and familiarity transition from rural
heritage. of city. and slums areas to
decent housing.
Permasalahan perekonomian (table 2) yang dikaitkan dengan permukiman
dalam dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.
Tabel 2. Economic issues to consider for affordable housing within the four dimensional
sustainability :
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household
• Institutional capacities • Managing economic • Ensuring housing
for sustainable housing activities and growth by affordability for
markets and housing strengthening housing different social groups.
development. provision and housing • Providing adequate
• Articulating housing markets. residences to raise
productivity with in • Provision of necessary labour productivity;
national economic infrastructure and basic ensuring housing is
systems. services to housing. integrated with
• Improving housing • Strengthening employment.
supply and effective entrepreanureship of • Supporting domestic
demand. communities, local economic activities
• Improving housing building industry and and enterprise.
finance options. entreprise. • Promoting petty
• Promoting innovations • Promoting local and landlordism and self-
in housing. traditional building help housing.
• Stimultating necessary materials and • Housing management
technological techniques. and maintenance.
developments for • Promoting regional and • Strengthening
sustainable housing. urban regeneration. resilience and future
proofing of homes.
Permasalahan lingkungan (table 3) yang dikaitkan dengan permukiman dalam
dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.
Tabel 3. Environment issues to consider for affordable housing within the four dimensional
sustainability :
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household)
• Housing to support • Achieving good location • Ensuring energy
climate mitigation and and density for efficiency, micro/
adaptation efforts.
6
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household)
• Mainstreaming green residential areas and generation, water and
housing practices and access to infrastructure. resource efficiency.
innovations. • Serviced land in • Green design, using
• Ensuring energy and environmentally safe sustainable local
resource efficiency in the locations and green construction and
building industry. areas. materials.
• Integrating national • Protection of ecosystems • Sanitation, preventing
housing and energy and biodiversity. hazardous and
systems. • Promoting sustainable polluting materials.
and low carbon urban • Affordable use of
infrastructure, public resources.
transport and non- • Improving resilience
motorized mobility, and adaptation of
energy systems. homes
• Waste management and
recycling.
Permasalahan sosial (table 4) yang dikaitkan dengan permukiman dalam
dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.
Tabel 4. Social issues to consider for affordable housing within the four dimensional
sustainability :
Micro (Neighborhood,
Macro (National) Meso (Region, City)
Household
• Fulfilling the right to • Promoting integrated • Empowering people and
adequate housing and • Communities and ensuring public
promoting the right to ensuring trust in participation.
the city. communities. • Ensuring health, safety,
• Ensuring affordable, • Providing community well-being in residences.
decent and suitable facilities, preventing • Creating a sense of
homes for all, segregation and community, ’sense of
including displacement. place’, and identity.
disadvantaged groups. • Regenerating and • Meeting specific needs
• Developing social reintegrating and wants in housing
housing provision. ’neglected’ areas into (including those related
regional, urban fabric. to gender, age and
• Ensuring infrastructural health).
integration of housing
into wider areas.
• Upgrading inadequate
housing and slum areas.
Empat pilar diatas telah mempertimbangkan isu akan perumahan dan
permukiman yang dapat ditinjau dalam keberlanjutan melalui parameter makro
hingga mikro.
7
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
SMART adalah sebuah alat yang sangat penting dalam membantu anda memotivasi
dan menginformasikan kepada orang lain dalam mencapai tujuan tertentu. Dalam
sebuah lingkungan proyek, tujuan SMART sangatlah penting. Kejelasan tujuan,
memastikan semua orang tahu persis apa yang diminta dari mereka. Dengan tujuan
tim, merupakan sebuah kombinasi dari masing-masing orang yang memastikan bahwa
tujuan sebuah proyek telah tercapai.
Metode penetapan tujuan SMART dapat digunakan bersama dengan metode
4CF yang dijelaskan oleh Dr. Edwin Locke dan Dr. Gary Latham sebagai bagian dari
pekerjaan mereka pada teori penetapan sasaran. Metode 4CF mendorong stakeholder
untuk berpikir tentang tujuan dalam arti luas dan dilengkapi dengan penggunaan
metode SMART. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri, dan oleh
karena itu penting untuk menggunakan kedua metode secara bersama-sama. Istilah
SMART adalah akronim dari :
1. Specific
Menspesifikasi sebuah tujuan berdasarkan, (What, who, where, why, dan which).
2. Measureable
Menekankan perlunya kriteria konkret untuk mengukur kemajuan pencapaian. Hal
ini bertujuan untuk membantu agar tetap pada jalurnya dan mendorongnya pada
upaya berkelanjutan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Tujuan terukur
biasanya mampu menjawab seperti ini (how many, how much, dan how will I know
accomplished).
3. Attainable or Achievable
Menetapkan tujuan haruslah menggunakan pengetahuan dan keterampilan saat ini
sebagai barometer untuk memastikan bahwa tujuan itu dapat dicapai. Saat
menetapkan tujuan yang “achievable” haruslah mematiskan bahwa sumber daya
yang cukup tersedia untuk dapat mengakomodasi syarat tersebut.
4. Relevant
Tujuan yang relevan mampu menjawab pertanyaan ini (is it worth the cost and
resource required?, is this the right time to be doing it, dan does it fit with our
overall strategy?)
5. Time Bond
Membangun tujuan berdasarkan urgensi bukan berdasarkan kerangka waktu. Hal
tersebut difokuskan dalam upaya mencapai tujuan akhir agar tidak dikalahkan oleh
rutinitas yang tidak terkait.
Metode SMART sangat penting untuk diterapkan untuk menyampaikan
pencapaian dari sebuah tujuan secara menyeluruh.
Sustainable City
Ide kota ini dimunculkan oleh Richard Register dengan mengeluarkan istilah
“ecocity” dalam bukunya pada tahun 1987. “Ecocity Berkeley: building cities for
healthy future”. Dapat diartikan, pembangunan kota yang saat ini membutuhkan jenis
pembangunan yang tidak hanya memperhatikan perkembangan dari sisi ekonomi saja,
8
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
Smart City
Kota cerdas atau yang biasa kita sebut dengan Smart City (Tabel 5). Kota cerdas
merupakan konsep yang tidak dapat digunakan secara konstan atau tidak dapat
diartikan secara universal. Tidak ada pengertian tunggal untuk smart city (O’grady
and O’hare, 2012). Berikut aspek dari smart city.
9
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
10
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
Subjek utama yang akan ditinjau dalam penelitian ini adalah keterkaitan prinsip
pembangunan berkelanjutan dengan arsitektur hijau di tiga studi kasus. Pendekatan
penelitian di dasarkan pada paradigma konstruktivisme dan observasi primer dan
sekunder. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Peneliti berupaya menggambarkan secara detail dan mendalam mengenai
implementasi arsitektur hijau berkelanjutan dengan studi kasus.
Penelitian ini didasarkan pada data primer dan sekunder.
1. Data Primer.
Untuk mendapatkan data primer, metode yang digunakan adalah observasi
lapangan. Data disajikan sebagai resume dan foto.
2. Data Sekunder
Untuk mendapatkan data sekunder, metode yang digunakan adalah data statistiK
dan studi literatur dari internet.
Metode analisis yang digunakan untuk mengolah informasi dan data yang
telah dikumpulkan dari survei primer dan sekunder adalah analisis kualitatif
deskriptif.
11
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
12
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
Desa Ogimachi
Ogimachi (荻 町) adalah desa terbesar di prefektur Fukui (figure 2). Desa ini
dinyatakan sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1995. Desa ini adalah
rumah bagi petani dari suku Gassho. Rumah-rumah pertanian adalah struktur
menajubkan yang dirancang untuk menahan musim dingin. Namun kondisinya saat
ini, rumah-rumah tersebut telah beralih fungsi sebagai restaurant, museum, minshuku,
dan hotel. Sejumlah penduduk asli disini telah bermigrasi ke luar desa, hanya
beberapa orang saja yang boleh diizinkan untuk tinggal disini. Hal ini bermaskud
untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran yang disebabkan lingkungan dan
sosial. Desa ini terdiri dari kumpulan Gassho-Zukuri (Rumah adat suku Gassho) yang
hampir 90% material bangunan ini menggunakan kayu.
Pada Zaman Kaisar Edo (1603 – 1868), mulai lah pembangunan rumah di Desa
Ogimachi yang dinamakan Gassho-Zukuri. Rumah – rumah di desa ini awalnya
diperuntukkan bagi para petani untuk bertempat tinggal dan bekerja di sekitaran
rumah.
Pada Zaman Kaisar Meiji (1868 – 1912), telah terjadi penurunan jumlah
penduduk di Desa Ogimachi dikarenakan adanya pembangunan PLTA (Pusat Listrik
Tenaga Air) di Shogawa dan banyaknya penduduk yang pindah dari desa menuju kota.
Selanjutnya di Zaman Kaisar Showa (1926 – 1989) mulailah sebuah langkah
baru dari warga – warga dari luar Desa Ogimachi. Tahun 1965, beberapa warga mulai
bermukim di Desa Ogimachi bertujuan untuk bergerak melestarikan dan
mempotensikan energi – energi alam di sekitarnya sehingga desa ini tetap bertahan
pada aspek Green Architecture nya. Untuk mempertahankan hal tersebut, pada tahun
1971, warga Desa Ogimachi mulai menerapkan 3 aturan dasar, yakni tidak menjual,
menyewakan dan menghancurkan sumber daya yang ada pada desa tersebut. Semakin
13
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
berkembangnya Desa Ogimachi dengan segala aspek energi dari alamnya, pada tahun
1976, pihak Pemerintah Jepang menjadikan Desa Ogimachi ini menjadi cagar budaya
dikarenakan desa ini dapat membuktikan bahwa energi yang bukan buatan dapat
memakmurkan rakyat disekitarnya.
Kampung Surabayan
14
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
15
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
• Waste - Pengelolahan -
mangement amd sampah berbasis 3R
recyling
• Ensuring energy - - Memanfaatkan
efficiency, penggunaan
micro/generation, kincir air untuk
water and mendapatkan
resource energi listrik.
efficiency
Permasalahan ekonomi (table 7) yang dikaitkan dengan tiga permukiman dalam
dimensi keberlanjutan melalui tiga pembagian menurut skalanya.
• Supporting Pemerintah - -
domestic Surayabaya dan
economic PELINDO II
activities and mendukung hasil
enterprise produk dengan cara
membantu
pemasaran.
• Strengthenig - Keberadaan usaha -
entrepreneurship mampu
of communites, meningkatkan
local building perekeonomian.
industry and Dengan berjualan
enterprise kerajinan tangan dari
bahan daur ulang.
• Strengthening - - Menerapkan tiga
resilience and aturan dasar;
future proofing of tidak menjual,
homes menyewakan
dan
mengahncurkan
sumber daya
yang ada pada
desa.
16
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
17
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
18
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
Prinsip Arsitektur
Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi
Hijau
lebah agar mayoritas
memaksimalkan alami dengan
pencahayaan pengunungan
dalam dan hutan.
menghemat
energi.
• Working with • Orientasi • Memanfaatkan • Diambil dari
climate bangunan pencahayaan dan bentuk atap
memanjang penghawaan yang perisai yang
menghadap utara- alami dengan berfungsi
selatan serta bukaan yang sebagai
bentang landskap lebar. sirkulasi
berbentuk linier. udara, selain
itu juga
mempercepat
salju yang
turun apabila
sedang
musim
dingin.
• Minizing new • Penggunaan • Penggunaan • Menggunakan
resources material lokal, material lokal material yang
seperti kayu pada seperti kayu dan ramah
pintu dan jendela. batu bata pada lingkungan
bangunan agar tidak
colonial yang mencemari
terlihat dari lingkungan
bukaan dan pintu yang sudah
bangunan. ada di
Ogimachi
seperti kayu,
rotan, dsb.
• Respect for user • Partisiasi • Partisipasi • Partisipasi
masyarakat dalam masyarakat dalam dari setiap
penghijauan melakukan penduduk di
secara mandiri, pembenahan Ogimachi
pembenahan dengan yaitu berupa
dengan melakukan bercocok
melakukan pengelolahan tanam yang
pengelolahan sampah, digunakan
sampah kering penghijauan, dan oleh
dan pelestarian pelestarian penduduk itu
bangunan bangunan sejarah. sendiri.
bersejarah.
• Respect for site • Mempertahankan • Mempertahankan • Segala aspek
dan melestarikan dan melestarikan lingkungan
bangunan cagar bangunan sejarah. hijau di daerah
budaya. tersebut
19
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
Prinsip Arsitektur
Kampung Maspati Kampung Surabayan Desa Ogimachi
Hijau
• Melakukan • Melakukan memiliki
penghijauan di penghijauan di peranan yang
sekitar rumah area drainase dan cukup besar
warga. sungai yang terhadap
• Meningkatkan berguna baik kelangsungan
daya resap air untuk ekologi di hidup
pada tanah sekitar sungai penduduknya.
dengan lubang maupun menjaga
resapan biopori. kualitas air.
• Holism • Adanya • Adanya • Adanya
penghijauan penghijauan pada pemanfaatan
untuk menjaga area sungai dan sumber daya
kualitas udara. drainase di alam yang
• Adanya kampung maksimal
pengelolahan air Surabayan untuk untuk
limbah untuk menjaga kualitas kelangsungan
menjaga kualitas air. hidup.
air. • Adanya • Dapat
pengelolahan memecahkan
limbah dengan masalah cuaca
memilah sampah ekstrim
dan dijdikan dengan
sebagai kerajinan masksimal.
tangan.
Maspati mempunyai kondisi lingkungan bersih dan asri meskipun sebagian besar
rumah termasuk ke dalam rumah sederhana. Maspati memiliki beberapa karakter fisik
yang khas yaitu rumah yang didominasi oleh tipe rumah sederhana dan lebar jalan
yang sempit yaitu hanya 2 meter (figure 4) .
20
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
dan swasta, namun tidak sedikit pula kegiatan perbaikan kampung yang didanai secara
swadaya. Revitalisasi infrastruktur kampung yang dilakukan pemerintah adalah
pembangunan paving dan berbaikan drainase yang pembangunannya selesai pada
akhir tahun 2017.
21
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
✓ Measureable
Permasalahan yang ada di Kawasan Kampung Maspati awalnya adalah
permasalahan dari kebiasaan masyarakat yang tidak menjaga kondisi
lingkungan, dimana para warga pada kampung tersebut membuang sampah
tidak pada tempatnya sehingga kondisi kampung terlihat kotor dan tidak teratur.
Dengan kondisi sedemikian rupa, pengurus RW mengajak warga mulai
memperbaiki lingkungan kampung agar menjadi lebih bersih dengan
mengikutsertakan lomba dari Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau yaitu
lomba Green & Clean pada tahun 2015. Dengan ikutnya lomba tersebut
Kampung Maspati berhasil menjuarai lomba Green & Clean dan memberikan
manfaat bagi warga dalam upaya menjaga lingkungan Kampung Maspati. Pada
tahun 2014 pengurus RW Kampung Lawas Maspati memiliki konsep untuk
menjadikan menjadi destinasi pariwisata di Surabaya yang sekarang telah
diresmikan oleh Tri Risma Harini sebagai walikota Surabaya bersama PT.
Pelindo III dengan cepat menarik wisatawan domestic dan mancanegara, hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan data jumlah wisatawan yang
mengunjungi Kawasan Kampung Lawas Maspati dari wisatawan domestik
mencapai 300 orang dan wisatawan mancanegara mencapai 1500 orang pada
tahun 2017.
✓ Action oriented
Pengurus RW yang dimana pada tahun 2014 bersama masyarakat bersama –
sama membenahi kampung sesuai dengan konsep untuk menjadikan Kampung
Maspati sebagai destinasi pariwisata di kota Surabaya. Aksi yang dilakukan
oleh warga Kampung Maspati adalah dengan mengikuti lomba Green & Clean
dan memenangkan lomba tersebut sehingga merubah citra kawasan kampung
tersebut yang dimana awalnya adalah kampung yang tidak memperdulikan
kondisi lingkungan yang telihat kotor dan banyaknya masyarakat yang
membuang sampah sembarangan sekarang menjadi kawasan yang terlihat lebih
tertata, hijau, serta lebih teratur.
Aksi masyarakat dalam keikutsertaan pelatihan yang diberikan PT
Pelindo III dalam pelatihan kewirausahaan untuk UMKM, bahasa inggris,
guide wisata sejarah, keterampilan khusus seperti batik, serta pemasaran
produk kepada para warga Kampung Maspati dalam mengembangkan
kampung tersebut menjadi kampung wisata yang baik. Adanya dua program
yang dilakukan oleh warga Kampung Maspati yang diantaranya program
jangka pendek dan jangka panjang. Program jangka pendek adalah melakukan
perbaikan fasilitas umum seperti balai RW, tempat jualaan UKM, gapura pintu
masuk, makam situs, photobooth, serta penghijauan kawasan. Sedangkan
program jangka panjang yakni menjadikan Kampung Maspati menjadi
destinasi wisata sejarah di Surabaya dengan program city tour.
✓ Realistic
Hasil nyata dari pengembangan Kawasan Maspati dapat dilihat dari
meningkatnya kapasitas masyarakat yang dimana jumlah pemandi wisatawan
22
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
pada kampung tersebut meningkat dari dua orang menjadi lima orang tiap RT.
Dimana pelayanan dan keramahan bagi para wisatawan di Kampung Maspati
diterapkan dengan baik. Kemampuan lain yang juga bertambah dari masyarakat
Kampung Maspati adalah dari bidang kewirausahaan. Nampak dari warga
kampung menciptakan produk – produk baru yang dapat dijadikan sebagai buah
tangan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kampung Maspati yang
dikoordinir olehmasing – masing RT.
Dari pengembangan Kawasan Wisata pada Kampung Maspati telah
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat kampung pada kebutuhan akses
pelayanan pendidikan yang meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari adanya
PAUD Permata Bunda di Kampung Maspati yang sebelumnya tidak ada. Hal
lainnya dapat dilihat dari kondisi lingkungan yang menjadi semakin bersih dan
aman yang ditunjukkan dengan adanya tanaman – tanaman serta kondisi jalan
yang bebas dari sampah. Pemberlakuan peraturan yang dimana kendaraan
bermotor dilarang menyalakan mesin ketika memasuki kawasan Kampung
Maspati, pemasangan cctv, serta pemberlakuan akses hingga pukul 12 malam
menjadi Kawasan Kampung Maspati semakin aman.
Dari segi aspek pelayanan dasar masyarakat Kampung Maspati
terpenuhi, dimana sebagian besar warga mendapatkan air bersih dari PDAM
Kota Surabaya, serta mendapatkan akses kesehatan dari Puskesmas Gundih dan
Puskemas Tambok Dukuh. Sekarang masyarakat Maspati mendapatkan akses
pekerjaan dan mendapatkan upah dari keikutsertaan dalam tim wisata
Kampung Maspati, serta dapat mengembangkan kemampuan dalam bidang
wirausaha. Sehingga pengembangan Kampung Lawas Maspati memberikan
kesempatan bagi warga untuk meningkatkan pendapatan di bidang pariwisata
dan wirausaha.
✓ Time Bond
Hal yang paling mendesak atau yang paling urgen dalam pengembangan
Kawasan Kampung Maspati adalah dalam upaya mengubah kebiasaan
masyarakat yang dulunya kurang memperhatikan lingkungan kampung
menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah
sembarangan menjadi dasaran agar Kampung Maspati berubah menjadi
kampung yang bersih. Adanya program jangka pendek yang perlu dilakukan
yaitu dengan melakukan perbaikan fasilitas umum seperti balai RW, tempat
jualaan UKM, gapura pintu masuk, makam situs, photobooth, serta penghijauan
kawasan sehingga nantinya dapat terwujud menjadi kampung destinasi wisata
sejarah di Kota Surabaya dengan bangunan – bangunan kuno dan historis yang
ada pada kampung tersebut.
o Creating Working
Dalam upaya melakukan pengembangan Kawasan Kampung Maspati,
masyarakat membuat tim yang dimana tujuan dengan adanya tim kerja ini
adalah agar masing – masing point yang dikerjakan dapat terlaksana
dengan cepat dan baik. Pengelompokkan tim – tim pekerjaan di Kampung
23
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
24
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
25
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
c) Rumah 1907
Dibangun pada tahun 1907, bangunan ini dijadikan markas tentara untuk
menyusun strategi perang dalam 10 November pada zaman kolonial belanda.
Saat ini fungsi bangunan hanya sebagai bangunan kosong yang dibuka saat
ada kunjungan wisatawan (figure 7).
26
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
27
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
28
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
Figure 10. Produk Minuman pada RT 4 (kiri) dan produk daur ulang (kanan)
Source : ratih, 2017
Selain produk unggulan pada masing-masing RT, kampung Lawas
Maspati juga memiliki beragam souvenir seperti (figure 11). Souvernir
Kampung Lawas Maspati yang dapat dibeli wisatawan pada toko oleh-
oleh kampung Lawas Maspati. Souvenir tersebut diproduksi secara
bersama oleh warga setempat dan dikelola oleh tim pariwisata RW.
29
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
Konsep kampung kota cerdas di Maspati telah dimulai pada tahun 2013. Dimana
dalam konsep smart ekonomi, warga sudah memiliki usaha mandiri yakni
pengelolahan produk olahan minuman dan daur ulang limbah sampah yang sudah
menggunakan teknologi dalam mempromosikan produknya. Kampung Maspati
selanjutnya akan dilihat menggunakan variable pembentuk smart city (table 11),
antara lain sebagai berikut ;
Tabel 11. Tinjauan Kampung Maspati sebagai smart city melalui variable pembentuk
Smart City
Dimensi Konsep Smart City Item yang digunakan Kampung Maspati
Smart Economy Industri Mikro Lima RT mempunyai
produk unggulan untuk
menyokong usaha kecil
menengah di kampung
Maspati.
Enterpreneurship (belum terdapat usaha
kreativitas/inovasi)
Reputasi Kawasan Pemberdayaan ekonomi
didukung langsung oleh
pemerintah Surabaya dan
PELINDO II.
30
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
31
Damianus, Farah, Fandhy, Naufal: ARSITEKTUR HIJAU BERKELANJUTAN PADA PERMUKIMAN
HERITAGE BERBASIS SMART CITY MELALUI PARTISIPASI MASYARKAT (STUDI KASUS : KAMPUNG
MASPATI)
CONCLUSIONS
Dari hasil deskripsi diatas dapat disimpulkan, bahwa karakter pada Kampung Lawas
Maspati dapat diperoleh dari tangible (bangunan bersejarah, produk lokal, permainan
tradisional, kuliner, dan musik patrol) dan intangible (parikan dan keguyuban warga).
Kampun ini telah memiliki fasilitas pendukung aktivitas pariwista heritage seperti
bangunan yang memiliki makna akan sejarah serta kontribusi masyarakat setempat
dalam mendukung program green and clean berbasis smart city. Keterkaitan kampung
Maspati dengan smart city masih belum diterapkan secara holistik. Hal ini
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk setempat yang masih belum siap
menerima modernisasi.
Dalam pengembangan kampung Maspati menjadi kampung wisata heritage
dengan konsep smart city menunjukkan beberapa poin faktor yang ada dalam smart
city. Dalam smart governance, kampung maspati difasilitasi pemerintah dengan
pelatihan di sektor wisata dan usaha kecil. Dalam smart economy, menerapkan
industri rumahan dengan menadur ulang sampah hingga memproduksi minuman
olahan. Untuk smart mobilitynya, dibutuhkan jaringan internet guna dapat mengakses
dunia luar ataupun maya. Untuk smart environment, pada umumnya sudah terlihat
baik dengan menggerakkan sampah kering organik dan 3R (resuse, recycle, reduce).
Dalam smart people, pendidikan rata-rata penduduk maspati adalah SMA (sekolah
menengah atas) sehingga mereka sulit menerima moderenisasi secara penuh.
Sedangkan untuk smart living, tidaknya adanya kriminalitas di kampung ini
menjadikan kampung ini diberi gelar sebagai kampung aman. Tentunya hal ini
melibatkan peran serta masyarakat dalam menjaga kampung dengan ronda dan
menempatkan pos jaga ditiap pintu masuk kampung. Kondisi masyrakata yang guyub
dan rukun inilah yang menyebabkan kondisi masyarakat senantiasa merasa nyaman.
Dalam hal partisipasi masyarakat, kampung Maspati menunjukkan adanya
empat partisipasi. Masyarakat aktif dalam pembahasan pengembangan wilayah
kampung dengan bentuk forum group discussion. Selain itu, ada juga bentuk
partisipasi ekonomi yang dideskripsikan oleh adanya program daur ulang dan olahan
produk hasil kampung.
32
architecture&ENVIRONMENT Vol. x, No. y, Oct 2019: 1-34
REFERENCES
33