Anda di halaman 1dari 36

Pengendalian Termal

Fisika Bangunan
Ayu Oktaviani, S.Ars., M.Si.
Permasalahan
Jelaskan apa yang dimaksud dengan kenyamanan termal!
Jelaskan faktor kenyamanan termal!
Jelaskan strategi yang dilakukan dalam pengendalian termal!
Jelaskan yang dimaksud dengan secondary skin!
Strategi Pengendalian Termal

Shade & Filter


Shading devices, recessed sun spaces, transitional spaces,
secondary skin, double glass, absorbing & reflective glass, low-e
Kenyamanan Termal glass, cara memilih kaca

Thermal Insulation
Faktor Insulative wall, thermal mass, roof thermal insulation

Zone
Kendala
Building orientation, core zone

Green
Landscape, green roof & skycourt, green wall

Cooling Effect
Kenyamanan termal

• Kenyamanan termal adalah keadaan pikiran manusia yang


mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan sekitar.
Kenyamanan ini dirasakan tubuh bila ada keseimbangan
antara panas yang dihasilkan dengan pelepasan dan
perolehan panas pada tubuh
• Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal:
1. Suhu udara (air temperature)
2. Kelembaban udara (air humidity)
3. Kecepatan udara (air speed)
4. Radiasi termal (thermal radiator)
5. Tingkat aktivitas (personal activity level)
6. Pakaian (clothing)
kendala kenyamanan termal

• Untuk Indonesia dengan iklim tropis basah:


1. Suhu udara tinggi (high air temperature)
2. Kelembaban udara tinggi (high air-humidity)
3. Kecepatan udara rendah (low air-speed)
• Kondisi udara yang diperlukan untuk mencapai kenyamanan termal di Indonesia:
1. Suhu udara 24ºC < T < 26ºC
2. Kelembaban udara 40% < RH < 60%
3. Kecepatan udara 0,6 m/s < v < 1,5 m/s

Antisipasi kendala termal meliputi:


1. Reduce solar heat gain (mengurangi perolehan panas
dari radiasi matahari)
2. Increase passive-cooling effect (tingkatkan efek
pendinginan secara pasif)
3. Optimize natural-ventilation system (pengoptimalan
system penghawaan alami)
Strategi Pengendalian Termal
1. Shade & Filter
2. Thermal Insulation
3. Zone
4. Green
5. Cooling Effect
Shade & Filter
• Shade : strategi pengendalian termal menggunakan sun shader
• Sun shader adalah komponen dari fasad bangunan yang berfungsi sebagai
pembayang sinar matahari, bersifat massif dan tanpa lubang sehingga tidak ada
sinar matahari yang masih dapat ditransmisikan/diteruskan.
• Filter : strategi pengendalian termal menggunakan sun filter
• Sun filter adalah komponen dari fasad bangunan yang berfungsi sebagai
penyaring sinar matahari. Sun filter berlubang dan/atau bersifat transpararan
sehingga masih ada radiasi panas yang masuk ke dalam ruang bangunan
• Strategi shade & filter terdiri atas:
1. Shading devices 5. Double glass
2. Recessed sun spaces 6. Absorbing & reflective glass
3. Transitional spaces 7. Low-e glass
4. Secondary skin 8. Pemilihan kaca
Shading devices
• Shading devices (peneduh) meliputi sirip penangkal sinar matahari
(SPSM), bidang dinding, atap balkon, atap lebar, kisi-kisi (louvre) dan
kerai otomatis (automated blinds)
• Pertimbangan pemilihan shading devices:
• Kebutuhan pembayangan, terkait sudut jatuh sinar matahari
• Kebutuhan view
• Kebutuhan estetika
• Tipe SPSM:
• SPSM horizontal
• SPSM vertical
• SPSM gabungan
Recessed sun spaces

• Recessed sun spaces : subtract pada suatu


lantai bangunan, sehingga diperoleh
pembayangan terhadap radiasi matahari.
• Bentuknya dapat berupa balkon pada setiap
lantai.
• Suhu udara yang terbayangi akan menjadi lebih
sejuk sehingga dimanfaatkan untuk
penghawaan alami
Transitional spaces

• Transitional spaces: subtract pada bangunan dengan


dimensi cukup besar sebagai pembayang terhadap radiasi
panas matahari dan ruang transisi udara sebelum masuk ke
dalam bangunan sehingga dapat diperoleh iklim mikro
• Dengan adanya ruang transisi, ada bagian lantai yang harus
dialihkan menjadi ruang terbuka.
• Untuk sirkulasi udara, pada fasad dibuat bukaan udara dan
pintu untuk aksesbilitas ke luar ruangan. Sementara untuk
estetika dan suplai oksigen, ruang terbuka dapat dioleh
menjadi taman (sky court)
Secondary skin

• Kulit/selubung bangunan kedua


(Secondary skin) berfungsi sebagai filter
penerimaan radiasi panas matahari.
Alokasinya tidak sekedar di depan
bukaan, tetapi dapat menutupi
keseluruhan fasad
Double glass

• Double glass adalah kaca


ganda yang digunakan untuk
mentransmisi radiasi panas
matahari masuk ke dalam
bangunan.
• Keuntungan lainnya yaitu
mereduksi bising dari
kemampuan insulasi
spacer/rongga udara
• Penggunaan double glass
mengurangi beban kerja AC,
dengan tebal total souble glass
24mm, energi listrik dapat
direduksi hingga 35,5% dari
semula
Absorbing & reflective glass
• Energi radiasi matahari terdiri dari energi panas dan cahaya. Setiap jenis
kaca memiliki kemampuan spesifik terkait radiasi matahari.
• Kemampuan absorbing & reflective glass ditentukan oleh:
1. Ketebalan kaca, 3-12mm. Makin tebal maka kemampuan serap makin tinggi tapi
kemampuan transmitan makin rendah.
2. Warna kaca. Dengan ketebalan kaca yang sama, makin gelap warna, kemampuan
serap makin tinggi dan kemampuan transmitan makin rendah.
• Karena di Indonesia radiasi panas adalah kendala sedangkan radiasi cahaya
adalah potensi, maka pemilihan absorbing glass angka yang harus
diperhatikan adalah absorption dan solar factor dari karakteristik energi
serta transmittance dari karakteristik cahaya kaca yang pilih swbagai
material bangunan
Low-e glass
• Low-e glass (low-emissivity glass) adalah kaca dengan emisivitas rendah, sehingga mampu memfilter
penerimaan radiasi panas matahari.
• Emisivitas adalah kemampuan permukaan material untuk melepas energi panas dengan cara radiasi dari
angka 0-1. angka 0 dimiliki oleh benda yang mutlak sebagai reflector sehingga tidak ada panas yang diserap
kemudian dilepaskan, sementara angka 1 dimiliki oleh benda hitam sempurna yang menyerap seluruh energi
panas yang diterima untuk dilepaskan kemudian.
• Kualitas low-e glass dipengaruhi oleh
1. Kualitas coating
2. Lokasi coating material
3. Jenis gas pengisi rongga udara
4. Jenis kaca
Pemilihan kaca
• Pertimbangan pemilihan kaca:
1. Kemampuan kaca melalui selectivity
• Selectivity adalah hasil bagi angka transmitan (transmisi radiasi cahaya) dengan angka
solar factor (jumlah radiasi matahari). Makin besar angka electivity, makin efektif karena
perolehan energi cahayanya lebih besar.
2. Perolehan kenyamanan termal dan efek silau
3. Energi operasional bangunan terkait kenyamanan termal
4. View, ekonomi, estetika dan maintenance
Thermal Insulation
• Insulasi termal adalah strategi pengendalian termal memlaui penggunaan
material yang mampu mereduksi perpindahan panas.
• Perpindahan panas dapat direduksi Karena material memiliki kemampuan
konduksi panas yang rendah dan kemampuan memantulkan daripada menyerap
radiasi panas.
• Kemampuan insulasi termal ditentukan oleh
1. Konduktivitas panas
2. Kerapatan massa
3. Transmitans panas
4. Kapasitas panas spesifik
• Strategi insulasi panas terdiri atas :
1. Insulative wall
2. Thermal mass
3. Roof thermal insulation
Insulative wall

• Insulative wall adalah pengendalian termal menggunakan material dinding bangunan dengan
konduktivitas panas dan transmitans panas yang rendah sehingga memiliki kemampuan menginsulasi
panas
• Pertimbangan pemilhan material Insulative wall:
1. Kerapatan massa, makin rendah maka makin sulit menghantarkan panas
2. Warna dan tekstur,makin muda warna dan makin halus tektur maka akan memantulkan panas
• Material dengan konduktivitas panas tinggi dan kemampuan insulasi termal panas rendah yaitu logam
• Material dengan konduktivitas panas sedang dan kemampuan insulasi termal panas sedang yaitu beton,
batu alam, batu bata, semen, kaca dan keramik
• Material dengan konduktivitas panas rendah dan kemampuan insulasi termal panas tinggi yaitu kayu,
PVC, glass wool, mineral wool, rock wool, bitumen, fiberglass, dan gypsum board
• Material tumbuhan memiliki kemampuan insulasi termal lebih baik dari beton dan batu bata
• Beton dan batu bata memiliki kemampuan insulasi termal yang lebih baik dari batu alam
• Bila logam dipergunakan sebagai material, maka dinding bangunan harus dilapisi material insulator
panas yang memiliki konduktivitas dan transmitans yang rendah
Thermal mass

• Thermal mass adalah pengendalian termal menggunakan material dinding


bangunan dengan density tinggi dan specific heat capacity tinggi, sehingga
memiliki kemampuan menghambat perpindahan panas masuk ke dalam bangunan
• Pertimbangan pemilihan material thermal mass yaitu:
1. Kerapatan massa, makin tinggi maka makin mudah menyimpan panas
2. Ketebalan, makin tebal maka makin banyak panas yang disimpan dan makin lama proses
pemindahan panas
• Umumnya strategi ini dipergunakan untuk daerah dengan iklim panas kering yang
mengalami fluktuasi suhu yang ekstrim antara siang dan malam, sedangkan
material yang dipergunakan adalah tanah yang bersifat liat (adobe). Pada siang
hari panas disimpan dan dilepas pada malam hari agar terasa hangat
• Di Indonesia, contoh material termal mass adlaah beton yang dipergunakan
sebagai struktur dinding geser (shear wall) bangunan (memiliki ketebalan) maka
termal mass disebut juga structural mass. Material lain yang dapat digunakan
waitu batu alam sebagai pembungkus dinding bangunan (cladding)
Roof thermal insulation
• Roof thermal insulation adalah penggunaan material atap yang dapat
berfungsi sebagai insulasi termal sehingga dapat mereduksi
perpindahan panas ke ruang di bawah atap.
• Material insulasi termal atap di antaranya:
1. Glass wool dan rock wool
2. Alumunium foil
3. Aspal (bitumen) dan serat kayu
4. Styrofoam
Zone
• Zone adalah strategi pengendalian termal melalui pengaturan
orientasi bangunan (alokasi bukaan) terkait penerimaan radiasi panas
matahari dan alokasi zona bangunan yang dapat digunakan sebagai
buffer/penahan radiasi panas matahari (zona servis, zona core/inti)
• Strategi zone terdiri atas:
1. Building orientation
2. core zone
Building orientation

• Building orientation (orientasi bangunan) adalah


pengendalian termal dengan cara perencanaan
alokasi bukaan cahaya (termasuk bukaan udara)
yang berpotensi dalam penerimaan radiasi panas
matahari ke dalam bangunan
• Pertimbangan alokasi bukaan:
1. Sudut jatuh sinar matahari
2. Arah angin untuk penghawaan alami
• Di Indonesia, radiasi panas matahari adalah
kendala, maka upayakan bukaann diletakkan di
fasad utara dan selatan
Core Zone

• Zona inti bangunan adalah pengendalian termal


dengan cara perencanaan alokasi core bangunan
agar menjadi buffer/penahan penerimaan radiasi
matahari
• Pertimbangan alokasi core:
1. Arah datang radiasi panas matahari, core di sisi
timur atau barat bangunan
2. Fungsi, core berisi ruang-ruang servis, bukan
prioritas dalam memperoleh kenyamanan termal
Green
• Green adalah strategi pengendalian termal mempergunakan vegetasi
melalui desain lansekap dan pengadaan vegetasi di bangunan, baik pada
atap maupun dindingnya sehingga diperoleh iklim mikro yang menunjang
perolehan kenyamanan termal.
• Vegetasi mampu membetnuk iklim mikro melalui efek pembayangan,
fungsi insulasi termal, dan pendingnan udara secara pasif (passive cooling)
dimana uap air hasil respirasi tumbuhan saat menguap mengambil panas
dari udara
• Strategi green terdiri atas
1. Landscape
2. green roof & skycourt
3. green wall
Landscape

• Pemilihan dan penataan vegetasi pada site


• Pertimbangan:
1. Optimasi pembayangan
2. Alokasi vegetasi
Green Roof & Sky Court
• Green Roof (atap hijau) adalah strategi pengendalian termal
dengan cara pengadaan vegetasi di atap agar diperoleh insulasi
termal terhadap radiasi panas matahari dan membentuk iklim
mikro pada bangunan.
• Pertimbangan:
1. Jenis taman (intensive atau extensive garden)
2. Teknis terkait beban vegetasi, media tanam dan air, sistem
waterproof, sistem irigasi dan sistem drainase
• Pemilihan green roof yang baik akan menahan hingga 87%
panas agar tidak masuk ke dalam bangunan
• Kemampuan insulasi termal green roof dipengaruhi oleh:
1. Ketebalan media tanam
2. Jenis vegetasi
• Intensive garden adalah green roof untuk
vegetasi keras seperti pohon tinggi besar.
Dibutuhkan media tanam yang lebih tebal dan
berat (dapat mencapai ketebalan 1,5 m)
Vegetasi yang dipilih yaitu tanaman dengan
akar serabut.
• Extensive garden adalah green roof untuk
vegetasi lunak seperti rumput, perdu dan
semak. Karena bobot vegetasi lebih ringan,
maka ketebalan hanya mencapai 15 cm.
• Sky court adalah strategi pengendalian termal dengan cara
pengadaan vegetasi di recessed sun spaces dan transitional spaces
agar diperoleh passive cooling dan membentuk iklim mikro pada
bangunan
• Pertimbangan strategi sky court:
1. Jenis vegetasi
2. Teknis terkait beban vegetasi, media tanam dan air, sistem waterproof,
sistem irigasi dan sistem drainase
green wall
• Green wall adalah strategi pengendalian termal dengan cara pengadaan vegetasi
di fasad atau dinding bangunan agar diperoleh insulasi termal dan passive cooling
sehingga membentuk iklim miko pada bangunan yang diperlukan untuk
penghawaan alami
• Pertimbangan strategi green wall
1. Jenis vegetasi
2. Teknis terkait beban vegetasi, media tanam dan air, sistem waterproof, sistem irigasi dan
sistem drainase
• Ada 2 jenis strategi green wall
1. Fasad hijau (green facades) berupa dinding fasad yang langsung dirambati oleh vegetasi.
Akar vegetasi ada di tanah. Dinding dapat rusak Karena lembab.
2. Living wall/biowalls berupa dinding modular, umumnya terbuat dari vertical greening
module (VGM) berbahan plastic polypropylene lengkap dengan geotextile, sistem irigasi
dan media tanam, yang disusun vertical untuk dipasang pada dinding bangunan.
Cooling Effect

• Cooling Effect adalah strategi pengendalian termal melalui efek


pendinginan, dalam hal ini udara didinginkan secara pasif tanpa
bantuan alat mekanis oleh proses penguapan air (passive cooling)
• karena kandungan uap air pada udara menjadi bertambah, maka agar
tidak menghambat perolehan kenyamanan termal strategi ini
membutuhkan system ventilasi/sirkulasi udara yang baik
• Contohnya adalah penempatan air kolam pada site
Secondary Skin
• Secondary Skin adalah kulit/selubung bangunan kedua sebagai filter
penerimaan radiasi panas matahari
• Secondary Skin bukan cladding/pembungkus bangunan yang
langsung menempel pada dinding, melainkan memiliki jarak
pemasangan tertentu
• Pertimbangan dalam desain Secondary Skin:
1. Kenyamaman termal
2. Kemudahan konstruksi
3. Estetika dan kebutuhan view
4. Durability/daya tahan
• Agar sirkulasi antara Secondary Skin dan dinding fasad bangunan berjalan lancar,
terdapat teknis pemasangan sebagai berikut:
1. Terdapat ruang antara dinding Secondary Skin dengan fasad bangunan dgn jarak minimal 40-60
cm
2. Bila berupa papan/batang/bilah, beri celah minimal 3cm
3. Apapun material yang dipergunakan, bagian atas dan bawah ruang antara dinding fasad dan
Secondary Skin diusahakan terbuka
• Secondary Skin terdiri dari beberapa material :
1. Kayu (papan/bilah)
2. Bambu (batang)
3. Alumunium (batang)
4. Besi (batang hollow)
5. Baja ringan (batang, bilah)
6. Enamel-finished alumunium metal (panel)
7. Frosted glass/kaca es (lembar)
8. vegetasi

Anda mungkin juga menyukai