Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Dewasa sekarang ini konsep arsitektur klasik menjadi semakin


tertinggal dan terlupakan, salah satu penyebabnya adalah pengaruh globalisasi
dan semakin maraknya gaya arsitektur modern, hal ini tidak lain disebabkan
karena arsitektur klasik dinilai terlalu “ribet” karena banyaknya ornamen-
ornamen yang kurang fungsional dan dirasa tidak diperlukan lagi di masa
sekarang ini, namun di luar sana masih ada bangunan-bangunan bergaya
klasik guna mempertahankan identitas diri dari bangunan tersebut. Agar
bangunan tersebut terlihat lebih segar dan lebih fungsional, maka
dilakukanlah berbagai perbaharuan salah satunya penambahan payung
elektrik yang bergaya modern.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu contoh dari
percampuran 2 gaya arsitektur, yakni arsitektur klasik dan arsitektur modern,
asumsi tersebut berasal banyaknya ornamen-ornamen yang ada baik di dalam
maupun di luar masjid serta adanya payung elektrik fabrikasi yang mana
fabrikasi merupakan salah satu prinsip arsitektur modern.

1.2 Permasalahan

Bagaimana mengkritik sebuah objek arsitektur menggunakan metode


kritik interpretative.

1.3 Tujuan permasalahan

Untuk mengkritik sebuah objek arsitektur menggunakan metode kritik


interpretative.

1.4 Metodologi
Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kritik
arsitektur, model kritik yang digunakan adalah kritik interpretatif advokasi
dimana advocacy sendiri memiliki arti pembelaan. Pada kritik ini tidak
memiliki bentuk penghakiman maupun upaya merendahkan orang lain
melainkan penjelasan yang terperinci dengan topik yang perlu diperhatikan
dalam sebuah bangunan seperti manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek
dalam membangun sebuah bangunan. Intinya adalah kritik tersebut merupakan
rasa apresiasi si pengamat terhadap sebuah bangunan yang telah dirancang
oleh seorang arsitek.

Metode dalam pengumpulan data yang digunakan adalah mencari


literatur dari buku dan internet mengenai konsep arsitektur klasik dan arsitektur
modern yang diterapkan oleh pada bangunan masjid Raya Baiturrahman Banda.

1.5 Sistematika laporan

BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang, permasalahan dan tujuan, metode
penyusunan laporan serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM


Membahas tentang hal-hal yang menjadi latar dan bersifat umum.

BAB III TINJAUAN KHUSUS


Membahas tentang hal-hal yang menjadi latar dan bersifat khusus.

BAB IV PEMBAHASAN
Berisikan tentang krikitan terhadap objek..

BAB V KESIMPULAN
Berisi kesimpulan tentang laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Memuat pustaka-pustaka yang dikutip atau yang benar-benar digunakan
sebagai acuan penulisan laporan.
BAB II
TINAJUAN UMUM

2.1 Pengertian Kritik Interpretatif

Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah


kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada
jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik
cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar
sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan
sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.

2.2 Hakikat Metoda Kritik Interpretatif

Ada beberapa hal yang menjadi hakikat metode kritik interpretative,


antara lain adalah :
 Kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal.
 Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim
doktrin, klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.
 Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana
yang kita lihat.
 Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru
memandang bangunan (biasanya perubahan cara pandang dengan
“metaphor” terhadap bangunan yang diamati)
 Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama
sebagaimana yang ia rasakan
 Membangun satu karya “bayangan” yang independen melalui bangunan
sebagaimana miliknya

2.3 Teknik Kritik Interpretatif

Kritik Interpretatif memiliki 3 teknik kritik, antara lain adalah :

a. Kritik Advocative
Kritik ini tidak diposisikan sebagai penghakiman (judgement)
sebagaimana pada Normatif Criticism. Bentuk kritiknya lebih kepada sekadar
anjuran yang mencoba bekerja dengan penjelasan lebih terperinci yang
kadangkala juga banyak hal yang terlupakan. Isi kritik tidak mengarahkan pada
upaya yang memandang rendah orang lain. Kritikus mencoba menyajikan satu
arah topik yang dipandang perlu untuk kita perhatikan secara bersama tentang
bangunan. Kritikus membantu kita melihat manfaat yang telah dihasilkan
arsitek melalui bangunannya dan berusaha menemukan pesona yang kita kira
hanya sebuah objek menjemukan. Dalam hukum kritik advokasi, kritiknya
tercurah terutama pada usaha mengangkat apresiasi pengamat.

b. Kritik Evokatif

Evoke adalah menimbulkan, membangkitkan. Ungkapan sebagai pengganti


cara kita mencintai bangunan. Menggugah pemahaman intelektual kita atas
makna yang dikandung bangunan. Membangkitkan emosi rasa kita dalam
memperlakukan bangunan. Kritik evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi
rasional dalam menilai bangunan. Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks
benar atau salah tetapi makna yang terungkap dan pengalaman ruang yang
dirahasiakan. Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang
serupa sebagaimana dirasakan kritikus. Kritik Evokatif disampaikan dalam
bentuk naratif ataupu fotografi.

c. Kritik Impressionis

Kritik impresionis merupakan kritik yang dipakai sebagai alat untuk


melahirkan karya seni baru Kritik impressionis biasanya berbentuk narasi
verbal, paduan kata, lukisan, foto, modifikasi bangunan.
BAB III

TINJAUAN KHUSUS

3.1 Masjid Raya Baiturahman

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah Masjid yang terletak di pusat


kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia. Masjid Raya Baiturrahman adalah
simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme
rakyat Aceh. Masjid ini adalah landmark Banda Aceh dan selamat dari tsunami
Samudra Hindia 2004 silam.

Masjid Raya yang asli dibangun pada tahun 1612 di masa


pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Ada juga yang mengatakan bahwa Masjid
Raya Baiturrahman yang asli dibangun lebih awal pada tahun 1292 oleh Sultan
Alaidin Mahmudsyah. Masjid Kerajaan yang asli menampilkan atap jerami
berlapis-lapis yang merupakan fitur khas arsitektur Aceh.

Masjid Raya Baiturrahman awalnya dirancang oleh arsitek Belanda


yang bernama Gerrit Bruins. Desainnya kemudian diadaptasi oleh L.P. Luijks,
yang juga mengawasi pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor Lie
A Sie. Desain yang dipilih adalah gaya kebangkitan Mughal, yang dicirikan
oleh kubah besar dengan menara-menara. Kubah hitam uniknya dibangun dari
sirap kayu keras yang digabung menjadi ubin.

Interiornya dihiasi dengan dinding dan pilar be-relief, tangga marmer


dan lantai dari Tiongkok, jendela kaca patri dari Belgia, pintu kayu berdekorasi,
dan lampu hias gantung perunggu. Batu-batu bangunannya berasal dari
Belanda. Pada saat penyelesaiannya, desain yang baru pada masanya ini sangat
kontras dibandingkan dengan masjid-masjid khas Aceh disaat itu, yang
mengakibatkan banyak orang Aceh menolak untuk shalat di Masjid Raya
Baiturrahman ini, ditambah lagi karena masjid ini dibangun oleh "orang kafir"
Belanda. Namun sekarang, Masjid Raya Baiturrahman telah menjadi masjid
kebanggaan masyarakat Aceh.
3.2 Arsitektur Klasik

3.2.1 Pengertian Arsitektur Klasik

Arsitektur klasik mengacu pada masa awal berkembangnya aliran


kajian sejarah dan budaya Yunani dan Romawi, yang nantinya menjadi
pengaruh zaman-zaman berikutnya Dalam arsitektur klasik, karyanya terpusat
pada karya seni pahat dalam bentuk kolosal, dengan fungsi sebagai visualisasi
dari agama, kitab suci, dan kepercayaan lainnya, bahkan sebagai sarana ritual
keagamaan.

3.2.2 Ciri-ciri Arsitektur Klasik


Ada beberapa ciri-ciri dari arsitektur klasik, antara lain adalah :
 Memiliki banyak sekali ornamen atau hiasan hampir di setiap sudut
bangunan.
 Penggunaan kolom dan balok (entablature) sebagai elemen utama.
 Biasanya berupa bangunan yang besar dan megah dengan waktu pengerjaan
yang cukup lama.
 Memanfaatkan efek distorsi mata untuk menciptakan kemegahan dan
keindahan bangunan-bangunan utamanya.
 Bahan utama menggunakan bahan yang langsung diambil dari alam.
 Setiap bangunan pada arsitektur Yunani Kuno adalah bagian integral dari
keseluruhan struktur yang ada sehingga peninggalannya (walau tidak
sempurna) dapat direkonstruksi menjadi suatu bangunan yang sebenarnya.

3.2.3 Arsitektur Modern


3.3.1 Pengertian Arsitektur Modern

Arsitektur modern merupakan suatu aliran/gaya arsitektur yang


berkembang setelah arsitektur klasik. Arsitektur modern berusaha
meninggalkan dekorasi yang dianggap tidak fungsional pada bangunan dan
lebih menekankan pada fungsi. Arsitektur modern juga erat dengan fabrikasi
dimana efesiensi waktu menjadi salah satu pertimbangan besar pada gaya
arsitektur ini.

3.3.2 Ciri-ciri Arsitektur Modern


Ada beberapa ciri-ciri dari arsitektur klasik, antara lain adalah :
 Terlihat memiliki keseragaman dalam penggunaan skala manusia.
 Bangunan bersifat fungsional, yaitu sebuah bangunan dapat mencapai
tujuan semaksimal mungkin, bila dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
 Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal aliran kubisme dan
abstrak yang terdiri dari bentuk-bentuk aneh, akan tetapi memiliki bentuk
dasar segi empat.
 Memperlihatkan konstruksi.
 Pemakaian bahan pabrik atau industrial yang diperlihatkan secara jujur dan
tidak diberi ornamen.
 Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan
horizontal.
BAB IV

PEMBAHASAN

Kritik Advocative : Masjid Raya Baiturrahman

(Sumber ; google.com)

4.1 Lanskap

Secara garis sejarah landscape masjid raya dulunya hanya sebatas rerumputan
hijau yang asri, yang biasanya difungsikan sebagai tempat shalat ketika masjid
tersebut penuh, lambat laun, setelah di review ulang pemerintah menyatakan
landscape masjid tersebut layak diperbaharui karena kebutuhan masyarakat akan
sarana dan prasarana rumah ibadah. Tahun 2015 pemerintah aceh melelang proyek
landscape tersebut dengan nilai kontrak mencapai 500 milyar dengan kontrak
multiyear yang dimenangkan oleh PT. Waskita Karya. Setelah proyek tersebut selesai
banyak pendapat dari berbagai pihak baik dari kalangan arsitek maupun masyarakat
biasa.

Pendapatnya pun beragam ada yang setuju da nada yang tidak setuju, penulis
menilai bahwa landscape tersebut terlalu berlebihan, mengingat hampir seluruh area
landscape yang soft material diganti menjadi hard material. Hal ini tentu bertolak
belakang dengan iklim daerah tropis dimana seharusnya rumput menjadi penyejuk di
saat panasnya matahari bukanya material marmer yang malah menyerap panas dan
memantulkan cahaya. Efek dari pergantian material ini kemudian ditutup oleh
hadirnya 10 buah payung elektrik raksasa. Namun penulis sedikit mengapresiasi pada
bagian penambahan basement, karena dinilai terlalu sempit dan penggunan kendaraan
cenderung memarkir kendaraan secara asal-asalan di pinggir jalan, dengan adanya
basement ini diharapkan parkiran menjadi lebih tertib.

Gambar : Masjid Raya Baiturrahman setelah renovasi

(sumber: google.com)
Gambar : Masjid Raya Baiturrahman sebelum renovasi

(sumber: google.com)

4.2 Eksterior

Masjid kebanggaan masyarakat Aceh dikenal cukup fenomenal. Masjid


dengan 7 kubah hitam yang memberikan kesan kemegahan dan elegan. Dan masjid
ini memiliki beberapa menara di bagian barat dan satu menara tinggi besar di bagian
depan masjid (timur) yang kembali mempertegaskan kemegahan masjid ini. Masjid
ini memiliki perpaduan gaya arsitektur Mughal (india) dengan klasik eropa yang bisa
dilihat dari ukiran, pilar(kolom) dan bentuk bangunannya dengan perpaduan gaya ini
membuat masjid ini menjadi sangat indah bahkan sangat menarik perhatian dari pada
bangunan lain disekitarnya. Penggunaan warna putih pada bangunan menjadi sebuah
ungkapan kesucian dan ketenangan untuk menunjukkan eksistensinya di tengah-
tengah kesibukan aktivitas masyarakat di sekitar masjid ini.
Gambar : ukiran dan ornament pada masjid raya

(sumber: google.com)

4.3 Interior

Interiror masjid Raya Biturrahman Kota Banda Aceh terlihat cukup klasik,
banyaknya tiang-tiang berpilar dan penuh ukiran khas Aceh, warna putih
mendominasi interior masjid tersebut. Pemakaian material alam seperti kayu juga
menambah kesan nyaman ketika berada di dalam masjid ini. Di area mihrab juga
terdapat ornamen-ornamen yang berbentuk simbol-simbol islam. Hal yang patut
diapresiasi dari interior masjid ini adalah masjid tersebut mempertahankan gaya
interiornya.

Gambar : ukiran dan ornament pada interior masjid raya

(sumber: google.com)
BAB V

KESIMPULAN

Kritik Interpretif adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai
secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang
professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan
orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. teknik kritik interpretative
ada beberapa teknik yaitu teknik advokatif, evokatif dan impresionis.

Masjid raya baiturrahman menjadi objek kritik interpreatif, teknik yang


digunakan adalah teknik kritik advokatif. Kritik advokatif, dimana mengkritik Masjid
raya baiturahmana mulai dari lanskap, eksterior dan interior. Bentuk kritiknya lebih
kepada sekadar anjuran yang mencoba bekerja dengan penjelasan lebih terperinci yang
kadangkala juga banyak hal yang terlupakan. Isi kritik masjid raya ini tidak
mengarahkan pada upaya yang memandang rendah orang lain. Kritik Masjid Raya
baiturrahman ini membantu kita melihat manfaat yang telah dihasilkan arsitek melalui
bangunannya dan berusaha menemukan pesona dari Masjid Raya Baiturrahman.
DAFTAR PUSTAKA

https://finifio.wordpress.com/2015/11/03/kritik-interpretatif-arsitektur/

http://ferialputraaa.blogspot.com/2018/11/kritik-interpretatif-arsitektur.html

http://adirathallah.blogspot.com/2017/10/contoh-kritik-interpretif.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Baiturrahman

https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/masjid-raya-baiturrahman-
kebanggaan-aceh-yang-melintas-sejarah

https://www.arsitag.com/article/mengenal-arsitektur-klasik

https://www.arsitur.com/2017/03/definisi-arsitektur-klasik-klasifikasi.html

https://www.arsitur.com/2015/10/pengertian-arsitektur-modern-menurut.html

https://www.dekoruma.com/artikel/63228/ciri-khas-arsitektur-modern

Anda mungkin juga menyukai