Anda di halaman 1dari 4

“BERBURU MUTIARA DARI TIMUR”

Pada abad ke 15, dimana Eropa tengah mengalami masa Renaissance sebuah kapal
Portugis dipimpin Vasco da Gama mendarat di Kalkuta, dan masyarakat Eropa mulai terbuka
matanya terhadap rahasia rempah-rempah. Selama ribuan tahun perdagangan rempah-
rempah merupakan perdagangan tidak langsung dengan banyak penghubung sehingga
masyarakat Eropa tidak mengetahui darimana asal rempah-rempah tersebut. Rempah-rempah
permintaannya sangat tinggi sedangkan pasokannya dikontrol. Ketika Islam menguasai area
Syiria, Persia dan Jazirah arab perdagangan rempah-rempah berada dalam kekuasaan
pedagang Arab/Islam.

Sejak 2600 SM Mesir sudah mengimpor rempah-rempah untuk memberi makan


pekerja Asia mereka yang sedang membangun piramida agar punya lebih banyak tenaga.
Cengkeh juga sudah agak populer di Syiria sekitar waktu itu, tanaman yang hanya terdapat di
satu pulau di Nusantara.
Di Eropa rempah-rempah terutama digunakan untuk pengawetan makanan. Panen yang gagal,
makanan yang mulai rusak, hanya bisa dimakan jika diberi garam dan merica yang banyak.
Pada tahun 408 kaum Visigoth meminta tebusan emas, perak dan merica agar mereka
menghentikan mengepung Roma. Sebuah daftar harga abad ke 14 memperlihatkan harga satu
pon pala adalah senilai tujuh ekor lembu gemuk. Waktu itu juga dikenal istilah ‘peppercorn
rent’ yaitu membayar sewa kamar dengan merica saking harganya mahal.

Pedagang Arab sebagai perantara rempah-rempah ini berusaha agar orang Eropa tidak
mengetahui asal muasal rempah-rempah. Pada abad ke 5 SM Herodotus tertipu oleh kisah
pedagang arab yang mengatakan bahwa kayu manis berasal dari pegunungan di Arabia. Kayu
manis ini dijaga oleh burung buas yang sarangnya terbuat dari kayu manis ditebing yang
curam. Burung itu diberi umpan keledai segar dan ketika burung ini berusaha mengambil
daging keledai dia terhempas ketanah, sehingga pedagang Arab itu bisa naik mengambil
sarang burung itu.
Ketika Turki jatuh ke Ottoman pada 1453, mereka menutup jalur rempah-rempah yang biasa
dilalui arab ke Venesia, sehingga perdagangan harus melalui Mesir yang menaikkan pajak
rempah-rempah sampai 30 %.

Kelaparan akan rempah-rempah yang dimonopoli pedagang Mesir dan Venesia ini
memaksa para raja-raja Eropa untuk mendanai kapal-kapal untuk berburu rempah-rempah
langsung ke India. Sebetulnya secara khusus perjalanan diarahkan ke Selat Malaka, sebuah
pusat perdagangan rempah-rempah dan konon gerbang menuju sebuah pulau rempah-rempah.
Pembiayaan perjalanan ini sangat beresiko karena hanya setengah dari kapal-kapal tersebut
yang bisa kembali. Mereka meyakini ‘siapapun yang menguasai Malaka akan memegang
tenggorokan Venesia’.
Ketika penjelajah Portugis datang ke Lisbon dari India dengan membawa banyak rempah-
rempah, Venesia dan Mesir tertegun, harga lada di Lisbon turun sampai seperlima harga di
Venesia.

Petualangan mencari rempah-rempah juga dilakukan Spanyol. Alih-alih melewati


jalur selatan memutari benua Afrika Christopher Columbus melewati jalur barat dan malah
terdampar di benua baru Amerika. Untuk meyakinkan bahwa dia tidak gagal dia menamakan
rakyat pribumi sebagai ‘orang India’ / Indian dan menamakan cabe sebagai ‘merica merah’
(red pepper) istilah yang membuat bingung sampai saat ini.

Paus Alexander IV membuat perjanjian Tordesillas yang membagi wilayah


penjelajahan supaya tidak berebutan: Spanyol kearah barat, Portugis ke timur. Tapi Spanyol
tetap ingin menemukan pulau rempah itu dan mengira-ngira bahwa berlayar terus ke baratpun
bisa menuju ke pulau rempah lalu mengutus Ferdinand Magellan berlayar terus ke barat yang
menjadikannya orang pertama yang berlayar mengitari bumi. Magellan terbunuh di Filipina
dan perjalanan dilanjutkan oleh sahabatnya Sebastian del Cano yang berhasil sampai di
kepulauan rempah. Kapal Victoria kembali pada tahun 1522 dengan berton-ton rempah. Del
Cano diberi penghargaan oleh raja berupa lambang berhiaskan dua batang kayumanis, tiga
pala dan dua belas cengkeh

Pada 1511 Portugis merebut Malaka. Dari penyelidikan disana mereka mengetahui
pulau rempah kecil yang merupakan satu-satunya tempat sumber dari pala dan kemiri, pulau
kecil bernama Banda. Sampai sekarang pala merupakan bahan penting dalam resep rahasia
Coca Cola.
Sepanjang abad ke 16 Spanyol dan Portugis berebut untuk bisa memperoleh pengaruh diarea
ini. Kerajaan-kerajaan di Maluku ada beberapa dan mereka bersaudara dan juga saling
berperang. Portugis berhasil mengadu domba kerajaan keluarga ini, mengangkat Sultan untuk
keuntungan mereka. Portugis akhirnya menjadi pemain utama dalam perdagangan cengkeh.
Belanda yang gelisah ingin turut serta berhasil menjadi distributor Portugal untuk Eropa
bagian utara dan barat. Ketika Potugal jatuh ke Spanyol pada 1580, Belanda tidak lagi
menjadi distributor mereka dan perdagangan dikuasai Spanyol dan menaikkan harga disemua
benua.

Istana Ternate dipenuhi keharuman dupa dari rempah-rempah lokal, dijejali hadiah
dari konsumen-konsumen jauhnya: vas dari cina, belati India yang diukir teliti, pecah-belah
Venesia. Mahkota sultan dihiasi dengan bebatuan bergelantungan berwarna-warni.

Belanda tidak mau tinggal diam. Dengan pengalaman mengetahui seluk beluk
perdagangan rempah, pada tahun 1602 mereka membentuk the Vereenigde Oost-Indische
Compagnie, VOC (Perusahaan Belanda India Timur) - asosiasi pedagang untuk mengurangi
kompetisi, mengurangi resiko dan memperbesar skala ekonomi. Negara-negara Eropa yang
lain juga membentuk East India Company yang anggotanya mulai dari Portugis, Swedia
sampai Austria.
Tapi tidak ada yang bisa menandingi kesuksesan VOC. Pada tahun 1670 perusahaan ini
merupakan perusahaan terkaya di dunia dengan dividen kepada pemegang sahamnya
mencapai 40 %. Pegawainya 50.000 orang, 30.000 ‘centeng’ dan 200 kapal yang sebagiannya
bersenjata. Rahasia suksesnya: ‘Mereka tidak punya keberatan terhadap apapun.’

Tujuan pertama VOC adalah Banda. Banda tidak pernah mengijinkan Portugis atau
Spanyol mendirikan benteng. Sultannya sangat netral dan ingin berdagang dengan siapapun.
Jan Pieterszoon Coen berhasil meyakinkan sultan Banda bahwa dia diutus Tuhan untuk
memonopoli perdagangan pala dengan cara memenggal setiap pria berusia limabelas tahun
keatas. Coen membawa tentara bayaran Jepang untuk menyiksa pemimpin desa dan
kepalanya ditusuk di tiang. Populasi dipulau itu sebelumnya 15.000 orang dan 15 tahun
setelah kedatangan VOC tinggal 600 orang. Dari berlayar menjadi memenggal demi rempah-
rempah.

Anda mungkin juga menyukai