Anda di halaman 1dari 8

5 Penjajah Asing yang

Menjarah Kekayaan
Indonesia
Hasan Kurniawan
Minggu, 20 Juli 2014 - 05:05 WIB
views: 88.781
Para penjajah asing masuk dan menjarah Indonesia melalui laut
(dok:Iustrasi/fikryfathur.blogspot.com)
A+ A-
DITAKDIRKAN menjadi negeri kaya sumber daya alam menjadi beban bagi rakyat
Indonesia. Dikatakan beban, pertama karena banyak dari kekayaan alam itu tidak
bisa dikelola sendiri untuk mensejahterakan rakyatnya. Hingga banyak penduduknya
hidup dalam keadaan miskin.

Kedua adalah dijadikannya Indonesia sebagai incaran bangsa-bangsa asing yang


rakus dan miskin negaranya, untuk merebut kekayaan alam yang ada. Hingga
akhirnya, rakyat Indonesia yang sudah miskin itu makin sengrasa hidupnya, setelah
menjadi budak bangsa-bangsa asing.

Lantas apa kekayaan alam Indonesia, hingga negara ini menjadi incaran bagi para
penjajah asing? Jawabnya bukan emas, intan dan berlian. Tetapi rempah-rempah
seperti lada, cengkeh dan biji pala.

Bagi rakyat Indonesia, rempah-rempah memang tidak terlalu bernilai ketimbang


emas, intan dan berlian. Tetapi bagi bangsa-bangsa Eropa di awal abad ke-16,
rempah-rempah yang dianggap penduduk setempat tidak bernilai itu seharga
dengan emas, intan, dan berlian.

Pada cerita pagi kali ini, akan dibahas sekilas tentang masuknya penjajah asing ke
Indonesia hingga berdirinya Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) atau
persekutuan dagang Belanda yang dikenal oleh penduduk Indonesia sebagai
kompeni (diambil dari kata Compagnie).

Menurut ahli sejarah Asia Tenggara Rudiger Siebert dalam bukunya yang berjudul
Berjejak di Indonesia terbitan pertama Katalis, rempah-rempah merupakan sebab
masuknya penjajah asing ke Indonesia.

"Seandainya Indonesia tidak memiliki kekayaan alam ini, kiranya sejarahnya sejak
abad ke-16 mengambil arah yang lain dan tidak begitu ditandai oleh ketegangan
dengan kaum pendatang berkulit putih dari seberang lautan," katanya di halaman
24.

Dilanjutkan, kabar mengenai adanya kepulauan rempah-rempah yang berada di


Timur jauh telah santer terdengar di Eropa sejak abad pertengahan dan
menimbulkan rasa penasaran bangsa-bangsa asing di seberang lautan untuk
berlomba-lomba datang ke Indonesia.

Penjajah asing yang pertama masuk melalui jalur laut ke Indonesia adalah Portugal.
Pelayaran orang-orang Portugis untuk mencapai Indonesia sangat jauh dan penuh
risiko. Para pelaut Portugis yang dikenal pemberani ini harus melewati pantai-pantai
di Benua Afrika.

Kemudian mereka melewati perairan Malabar, di selatan India, dan menurunkan


jangkarnya ke Malaka. Saat itu, Malaka merupakan pusat perdagangan rempah-
rempah. Di sana, Portugal bukan bangsa pertama yang sampai. Tetapi sudah ada
saudagar-saudagar dari Asia.

Untuk bisa masuk dalam komunitas dagang Malaka, Portugal harus mengikuti
aturan main yang telah berlaku dan digunakan oleh para saudagar Asia selama
berabad-abad. Hal ini menimbulkan rasa berat hati bagi Portugal. Namun akhirnya
mereka menerimanya.
ADVERTISEMENT

Dari Malaka, orang-orang Portugis meneruskan pelayarannya menuju kepulauan


Indonesia. Kapal pertama mereka, berhasil mendarat di Pantai Utara Sumatera,
pada tahun 1509. Tidak seperti di Malaka, di sini mereka menggunakan meriamnya
untuk berdagang, selain diplomasi.

Setelah dua tahun mendarat, dan perang mati-matian menaklukkan kerajaan-


kerajaan setempat, akhirnya Portugal berhasil menguasai perdagangan rempah-
rempah di Indonesia. Kabar ini langsung tersiar ke seantero Eropa dan mengundang
lebih banyak penjajah asing.

Penjajah asing kedua yang datang dari arah timur adalah Spanyol. Kapal dagang
pertama mereka, pertama kali mendarat lepas di Pantai Tidore, Maluku, pada tahun
1521. Kehadiran kedua bangsa penjajah ini mengakhiri masa jaya saudagar dari
Asia yang beragama Islam.

Kedatangan para penjajah asing dari Eropa itu tidak hanya membawa modal dagang
dan meriam, tapi juga salib. Bangsa asing yang membawa salib sebagai misinya ke
Indonesia adalah Portugal.

Kendati sama-sama dari seberang laut, kedua bangsa rakus ini tidak jalan
berdampingan. Mereka terlibat saling serang dan perang untuk menguasai kekayaan
alam milik Indonesia.

Ironisnya, kerajaan-kerajaan setempat mau saja dimanfaatkan untuk terlibat dalam


perang kedua kubu. Dalam perang itu, mereka tidak mendapatkan apa-apa, sedang
keuntungan berlipat di pihak bangsa perompak yang menang perang semakin
bertambah.

Persaingan dagang antara Portugal dan Spanyol dimenangkan oleh pihak Portugal
dengan ditandatanganinya perjanjian di Saragossa, pada tahun 1529. Dalam
perjajian itu, Portugal boleh menguasai perairan dan kepulauan Indonesia yang
sangat kaya.

Selama seabad lebih Portugal menguasai Indonesia, sangat banyak kekayaan alam
di negeri ini yang dikuras mereka. Berbagai pangkalan, benteng, manufaktur dan
galangan kapal didirikannya, tersebar di Teluk Persia, Malaka, Banten, Tidore dan
Ternate.

Rempah-rempah yang menjadi idam-idaman bangsa Eropa akhirnya berhasil


mereka miliki. Sementara kerajaan-kerajaan Islam setempat yang saling
bermusuhan, dibuat saling menghancurkan. Sedang mereka terus membangun
akses langsung dari Ambon ke Halmahera untuk mengeruk kekayaan paling
berharga di Asia Tenggara.

Kayu tropis bagi istana raja-raja negara Eropa, emas, kulit kura-kura dan batu mulia,
semua diangkut dari Indonesia menuju Eropa Selatan, melalui Samudera Hindia dan
Benua Atlantik. Tidak hanya itu, orang-orang Portugis juga berhasil menyebarkan
Katolik di Maluku.

Kejayaan Portugal di Asia Tenggara, mendorong negara-negara penjajah lainnya


untuk datang. Jumlahnya pun semakin banyak.

Bangsa penjajah yang menyusul Portugal kemudian adalah Prancis, Inggris dan
Belanda. Kapal pertama Belanda yang tiba di Indonesia dipimpin oleh Cornelis de
Houtman asal Gouda. Kapal itu menurunkan jangkarnya pertama kali di Pelabuhan
Banten, pada tahun 1596.

Pada tahun itulah, untuk pertama kalinya, orang Belanda alias kompeni
menginjakkan kakinya di bumi Indonesia.

Saat pertama sampai, para kompeni itu sudah kelihatan rakusnya. Mereka
mengangkut apa saja kekayaan alam Indonesia yang bisa diangkut ke dalam
kapalnya. Hingga akhirnya, mereka pun pulang dengan membawa harta karun yang
berlimpah.

Keberhasilan kapal dagang pertama itu membuat para penyandang dana di


Amsterdam dan wilayah-wilayah lain di negeri Belanda tertarik membiayai
perjalanan kapal dagang berikutnya. Hingga akhirnya, jumlah kapal dagang Belanda
yang kembali ke Indonesia semakin banyak.
ADVERTISEMENT

Tercatat hingga tahun 1601 sudah ada 14 iring-iringan kapal dari Belanda yang
berlayar ke Indonesia. Masing-masing iring-iringan itu berjumlah 65 kapal dan
masing-masing kapal membawa pasukan militer berkekuatan penuh untuk
mengawal mereka dari bajak laut.

Seiring makin bertambah banyaknya bantuan modal perseorangan dari negeri


Belanda, muncul kekhawatiran kalah bersaing dengan Portugal yang telah
menguasai Indonesia sejak seabad lalu dan Inggris yang memiliki kekuatan modal
besar.

Untuk melindungi kekuatan dagangnya di Indonesia, dengan cerdas Inggris


membentuk usaha dagang bersama dari modal-modal perseorang di negaranya
dalam satu badan yang bernama Perseroan India Timur atau East India Company,
pada tahun 1600, di London.

Dua tahun kemudian, Belanda mengikuti jejak Inggris dalam melindungi kekuatan
dagangnya dengan membentuk Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC,
pada tahun 1602.

Tujuan Belanda membentuk VOC bukan hanya karena ingin persaingan dagang
dengan Portugal dan Inggris. Tetapi juga untuk membiayai pendirian Serikat
Republik Belanda yang baru diakui, pada tahun 1648.

Maka sangat wajar jika VOC diberikan kepercayaan oleh Serikat Republik Belanda
untuk memonopoli usaha dagang di Indonesia. Dalam perjalanannya, VOC bukan
hanya memonopoli usaha dagang, tetapi melakukan kegiatan politik terhadap
pemerintah daerah setempat.

Dengan demikian dapat dikatakan VOC merupakan perwalian Serikat Republik


Belanda di Indonesia yang memiliki kekuatan sangat kuat.

Pada awalnya, kegiatan VOC di Indonesia adalah kerjasama dagang dan politik
dengan pemerintah setempat. Kemudian melalui pemerintah setempat, VOC
melakukan intervensi langsung penanaman hasil bumi, dan mengusir saingannya
dari bumi Indonesia. Hingga akhirnya, hanya VOC sendiri saja yang berhak
memonopoli usaha dagang di Indonesia.

Usaha VOC mengusir saingan dagangnya berlangsung selama hampir satu abad
lebih. VOC dikendalikan dari Amsterdam, dipimpin oleh Heeren Zeventien atau yang
disebut 17 Tuan. Sedangkan di Indonesia, pusat pimpinan VOC didirikan di
Jayakarta, pada tahun 1619.

Upaya pendudukan ini dilakukan dengan kekerasan oleh Gubernur VOC Jenderal
Jan Pieterszoon Coen. Tiga tahun kemudian, nama Jayakarta diubah menjadi
Batavia (sekarang Jakarta). Berdirinya VOC di Indonesia makin menguatkan peran
dan pengaruh kompeni di negeri ini.
ADVERTISEMENT

Demikian kilasan cerita tentang awal masuknya penjajah kulit putih di bumi yang
kaya rempah-rempah, tetapi penduduknya miskin itu, hingga awal masuknya
kompeni. Untuk mengetahui lebih jauh kilasan cerita tentang kompeni, nantikan
cerita pagi selanjutnya.
(san)
Alasan Mengapa Indonesia Jadi Sasaran
Penjajah!
DIPOSTING OLEH AYUUKAWAII DI 19.51 RABU, 26 MEI 2010

Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi Nusantara
hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai
berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan
senjatanya.
Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan
darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang
mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun
1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.
Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang
jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan
dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum
Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa
pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan
kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir’aun
di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama
Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah.
Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di
selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di
belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah
lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di
perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah.
Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua
kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum
pernah didapatkannya.
Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan
Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian
ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi
dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti
lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini
memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta
India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur
sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis.
Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun
terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya
bertemu di Maluku, di Laut Banda.
Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan
berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di
Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494,
Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-
meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170
kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di
sekitar Guam.
Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari
pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk
juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim
ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan,
dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini
sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh
penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan
yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai
jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil
memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai
Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan
daerah di sebelah timurnya masih gelap.
Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis
yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ),
dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut
menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu
oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya tupai
melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang
pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-
pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van
Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte
Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat
berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis
ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.
Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini
menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda
akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut
dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha dan penguasa
Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera,
agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan
kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.
Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang
disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak
dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis
di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di
pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu
menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de
Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang
pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia
harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda
pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga
kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.
Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin
saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh
lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang
menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman
diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka
ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia
Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945.
http://serbamacem.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai