Grablox PDF
Grablox PDF
TESIS
NOPER TULAK
09/293146/PPA/03150
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
(a)
Transformasi zona yang berdekatan dapat dilakukan dari nomor zona yang
kecil ke nomor zona yang besar maupun sebaliknya. Pada penelitian ini
transformasi zona dilakukan dari zona 54 ke zona 53 sehingga diperoleh satu zona
yaitu zona 53. Hasil transformasi kedua zona yang dimaksud dapat dilihat pada
peta kontur seperti gambar 5.3. Peta kontur tersebut yang akan digunakan untuk
pengolahan data selanjutnya dan pembuatan model.
62
Variasi nilai anomali Bouguer lengkap pada peta kontur di atas ditandai
dengan variasi warna yang ditunjukkan oleh skala warna. Nilai anomali Bouguer
lengkap dikelompokkan menjadi anomali negatif (-280 sampai -1 mGal) dan
anomali positif (1 sampai 260 mGal). Anomali Bouguer negatif penyebarannya
berada disekitar jalur Anjak Pegunungan Tengah atau daerah Central Range yang
mencerminkan densitas massa bawah permukaan yang relatif lebih rendah
daripada densitas sekitarnya. Sedangkan anomali Bouguer positif penyebarannya
disekitar Yapen Waropen dan Mamberamo yang mencerminkan densitas massa
bawah permukaan relatif lebih besar daripada densitas sekitarnya.
Penyebaran kedua anomali tersebut lebih jelas terlihat pada peta kontur
anomali Bouguer lengkap yang divisualisasikan dalam kontur tiga dimensi
(gambar 5.4). Pada peta kontur anomali graviatsi 3D, anomali rendah ditandai
dengan adanya cekungan, semakin dalam cekungan menandakan anomalinya
semakin rendah. sementara anomali tinggi ditandai dengan adanya undakan,
semakin tinggi undakan semakin tinggi nilai anomali gravitasinya.
63
Gambar 5.6 Peta kontur anomali Bouguer lengkap pada bidang datar
Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada nilai maupun pola dari
peta kontur anomali Bouguer lengkap di bidang datar dengan peta anomali
Bouguer lengkap regional. Nilai anomali regional berada pada kisaran -100
hingga 160 mGal. Hal ini menunjukkan bahwa batuan penyusun struktur dalam
memiliki nilai kontras densitas yang bervariasi dari positif hingga negatif.
Anomali negatif pada umunya berada pada dataran tinggi (pegunungan)
sedangkan anomali positif pada umumnya berada di dataran rendah daerah
penelitian. Demikian pula dengan anomali residual diwakili oleh anomali positif
dan negatif dengan rentang -200 hingga 140 mgal yang tersebar hampir merata
pada daerah penelitian. Hal ini memberikan informasi kontras densitas batuan-
batuan penyusun struktur dangkal bervariasi nilainya dari positif hingga negatif.
5.4 Pemodelan
datar tanpa dilakukan kontinuasi (gambar 5.9). Hal ini dilakukan agar profil
anomali observasi yang diperoleh pada sayatan AA’ dan BB’ dapat memberikan
informasi patahan yang jelas. Sayatan yang dibuat untuk memperoleh profil
anomali observasi mengikuti lintasan yang ada pada peta geologi yang
dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Indonesia.
150
Anomali (mgal)
100
50
-50
0 50 100 150 200
Jarak (km)
160
140
120
Anomaly (mgal)
100
80
60
40
20
-20
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Jarak (km)
100
50
0
A
-50
0 50 100 150 200
Jarak (km)
2645 kg/m3
2733 kg/m3
2747 kg/m3
A A’
(a)
(b)
120
Anomaly (mgal)
100
80
60
40
20 B
0
-20
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
Jarak (km)
2406 kg/m3
2406 kg/m3
2733 kg/m3
2733 kg/m3
2747 kg/m3
B (a) B’
(b)
Lapisan berikutnya adalah lapisan batuan beku yang terdiri dari lava,
basal dan andesit yang mempunyai densitas rata-rata 2733 kg/m3 dengan
kedalaman 15 km dari MSL. Lapisan terakhir berupa batuan beku yang terbentuk
dari gabro, peridotit, piroksenit dan dunit yang mempunyai densitas rata-rata
2747 kg/m3 dengan kedalaman hingga 21 km dari MSL. Profil dan model
poligon benda anomali pada lintasan AA’ dan BB’ memperlihatkan skenario
model sesar naik
Gambar 5.14 Tampilan Model Awal Pada Program Bloxer berbasis GUI
Model awal berupa blok mayor dan minor dibuat dengan cara coba-coba
(try and error) untuk memperkirakan bentuk geometri blok. Geometri blok
disesuaikan dengan geometri grid anomali gravitasi regional hasil kontinuasi ke
atas. Blok mayor dibagi tegak lurus 50 bagian arah y dan 30 bagian arah x,
sehingga membentuk 1500 blok minor untuk tiap lapisan (gambar 5.15).
Kedalaman blok sekitar 30 km yang disesuaikan dengan ketebalan rata-rata kerak
bumi dan kedalaman maksimum sumber ekivalen titik massa. Blok dalam arah
vertikal dibagi menjadi 4 lapisan sesuai dengan stratigrafi daerah penelitian.
Densitas batuan sebagai parameter yang digunakan adalah densitas kerak bumi
yaitu 2,67 gr/cm3.
Data yang diinput kedalam program untuk membuat model blok adalah
posisi blok dalam arah xyz (x-posit, y-posit, z-posit), ukuran blok dalam arah xyz
75
(x-size, y-size, z-size), nilai diskritisasi dalam arah xyz (x-divis, y-divis, z-divis),
densitas Bouguer, spasi grid data xy (x-step dan y-step), posisi awal pengukuran
(z-start dan y-start) dan posisi akhir pengukuran (x-ending dan y-ending).
dY nx = 50
x y
dZ nz = 4
dX
ny = 30
Gambar 5.15 Model awal berupa blok mayor dan blok minor
Berdasarkan gambar 5.15 di atas terlihat bahwa model yang dibuat terbagi atas 4
lapisan dalam arah z (nz), 30 sayatan dalam arah y (ny) dan 50 sayatan dalam arah
x (nx). Setiap lapisan dari blok model tersebut akan terbentuk 1500 blok minor,
sehingga keseluruhan blok minor berjumlah 6000 blok. Bentuk tiap lapisan dan
sayatan akan diperlihatkan secara terpisah setelah dilakukan optimasi.
bertujuan untuk mengoptimasi nilai densitas agar nilai error antara data yang
terukur dengan hasil perhitungan dapat diminimalkan. Sedangkan optimasi tinggi
blok bertujuan untuk mendapatkan tingkat kedalaman blok.
Secara umum optimasi dilakukan agar perbedaan nilai pengukuran dan
perhitungan bisa diminimalkan. Teknik optimasi yang telah terintegrasi dalam
program ini menggunakan dekomposisi nilai singular atau singular value
dekomposition (SVD) dan teknik optimasi alternatif menggunakan prinsip
Occam’s. Penggunaan kedua metode ini dilakukan secara bertahap. Apabila
dengan metode SVD diperoleh nilai error yang cukup besar, maka perlu dilakukan
optimasi dengan Occam’s. Setelah dilakukan proses komputasi terhadap ketiga
parameter diatas akan diperoleh model blok 3D struktur kerak daerah penelitian
berupa kontur (lampiran K), profil (lampiran L), penampang dalam arah x
(lampiran M) dan y (lampiran N) serta lapisan tiap kedalaman dalam arah z sesuai
dengan model awal yang dibuat. Jumlah keseluruhan model blok sebanyak 84
model yang terdiri dari penampang dalam arah x 50 model, penampang dalam
arah y 30 model dan lapisan tiap kedalam 4 model. Model blok yang tidak
ditampilkan dalam bab ini dapat dilihat pada lampiran L dan M. Model yang
diperoleh menggunakan Grablox selanjutnya diedit menggunakan Bloxer
sehingga diperoleh tampilan model blok 3D yang lebih jelas.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, model yang diperoleh dari hasil
inversi merupakan model blok 3D yang dapat ditampilkan dalam arah x dan y
berupa sayatan dan berupa lapisan tiap kedalaman dalam arah z. Model blok 3D
dalam arah z untuk tiap lapisan dapat dilihat pada gambar 5.16, 5.17, 5.18 dan
5.19. Model Blok Pada lapisan pertama (gambar 5.16) dengan kedalam 0 hingga
9,3 km mempunyai densitas yang bervariasi dari 2,63 gram/cm3 hingga 2,76
gram/cm3. Densitas rata-rata pada lapisan ini adalah 2,67 gram/cm3.
77
(a)
(a)
(b)
Gambar 5.16 Model Blok 3D lapisan pertama pada kedalam 0,0 km hingga
9,6 km (a) tampilan grablox, (b) tampilan bloxer
Model Blok lapisan kedua (Gambar 5.17) dengan variasi kedalaman blok
berkisar antara 9,6 km hingga 18,9 km mempunyai densitas yang bervariasi dari
2,68 gram/cm3 hingga 2,83 gram/cm3. Densitas rata-rata pada lapisan ini adalah
2,69 gram/cm3
78
(a)
(a)
(b)
Gambar 5.17 Model Blok 3D lapisan kedua pada kedalam 9,6 km hingga
18,9 km (a) tampilan grablox, (b) tampilan bloxer
. Model Blok lapisan ketiga (gambar 5.18) dengan variasi kedalaman blok
berkisar antara 18,9 km hingga 27,6 km mempunyai densitas yang bervariasi dari
2,83 gram/cm3 hingga 2,88 gram/cm3. Densitas rata-rata pada lapisan ini adalah
2,86 gram/cm3
79
(a)
(b)(b)
Gambar 5.18 Model Blok lapisan ketiga pada kedalam 18,9 km hingga
27,6 km (a) tampilan grablox, (b) tampilan bloxer
Model Blok lapisan keempat (gambar 5.19) dengan variasi kedalaman blok
berkisar antara 27,6 km hingga 30 km mempunyai densitas yang bervariasi dari
2,90 gram/cm3 hingga 3,13 gram/cm3. Densitas rata-rata pada lapisan ini adalah
3,06 gram/cm3
80
(a)
(b)
Gambar 5.19 Model Blok lapisan keempat pada kedalam 27,6 km hingga
30 km (a) tampilan grablox, (b) tampilan bloxer
penyusun struktur bawah permukaan. Pada gambar 5.19 terlihat bahwa densitas
kerak yang memiliki nilai densitas yang lebih tinggi ketebalan lapisannya relatif
lebih tipis, sedangkan pada lapisan kerak yang nilai densitasnya relatif lebih
rendah memilki lapisan yang lebih tebal.
Secara keseluruhan, model blok 3D dalam arah z pada tiap lapisan
kedalaman dari lapisan pertama hingga lapisan terakhir seperti pada tampilan
grablox memiliki variasi densitas yang berkisar antara 2,63 gram/cm3 (lapisan
pertama) hingga 3,13 gram/cm3 (lapisan terakhir). Variasi densitas ini ditunjukkan
oleh nilai densitas pada blok minor dan skala warna pada masing-masing lapisan.
Densitas rata-rata keempat lapisan adalah 2,82 gram/cm3. Selain variasi densitas,
model blok 3D yang dibuat memperlihatkan juga adanya variasi kedalaman dan
ketinggian blok minor. Adanya variasi densitas pada model blok 3D menunjukkan
bahwa material penyusun struktur bawah permukaan daerah penelitian memiliki
densitas yang bervariasi pada tiap lapisannya, sedangkan variasi ketinggian dan
kedalam blok menunjukkan bahwa ketebalan material penyusun struktur bawah
permukaan daerah penelitian memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.
Model blok 3D dalam arah z seperti yang telah disebutkan di atas
bertujuan untuk melihat model 3D per lapisan berupa nilai densitas dan kedalam
lapisan. Sedangkan model blok dalam arah xy yang dibuat dalam bentuk sayatan
bertujuan untuk melihat bentuk struktur 2D dalam arah x dan y. Dalam hal ini
untuk melihat patahan akibat adanya penunjaman. Model yang dihasilkan dalam
arah xy berjumlah 80 model sayatan, masing masing 50 model dalam arah x dan
30 model dalam arah y. Dari sekian model tersebut, dipilih beberapa model
sayatan yang dianggap bisa mewakili model yang lain untuk melihat adanya
patahan. Model tersebut dapat dilihat pada gambar 5.20, 5.21, 5.22, 5.23, 5.24 dan
5.25. Model yang tidak ditampilkan dalam bab ini dapat dilihat pada lampiran M
dan N. Model blok 3D yang disayat dalam arah x yang ditunjukkan oleh sayatan
nomor 9 (gambar 5.20) dan sayatan nomor 23 (gambar 5.21) memperlihatkan
adanya penurunan tinggi blok yang teratur relatif terhadap blok sekitarnya
pada tiap lapisan. Penurunan tinggi blok minor pada model ini diinterpetasi
sebagai bentuk sesar.
82
(a)(a)
(b)
(c)
Gambar 5.20 Model Blok (a) Profil Anomali; (b) Model blok 3D yang disayat
dalam arah x pada sayatan ke 9; (c) Peta tektonik dan peta
administrasi wilaya Papua
Selain sesar, pada model blok 3D yang disayat dalam arah 2D juga ditemukan
adanya siklin dan antiklin yang ditunjukkan oleh pasangan bentuk cekungan ke
atas dan ke bawah.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5.21 Model Blok (a) Profil Anomali; (b) Model blok 3D yang disayat
dalam arah x pada sayatan ke 23; (c) Peta tektonik dan peta
administrasi wilaya Papua
84
(a)
(b)
(b)
(c)
Gambar 5.22 Model Blok (a) Profil Anomali; (b) Model blok 3D yang disayat
dalam arah x pada sayatan ke 47; (c) Peta tektonik dan peta
administrasi wilaya Papua
85
(a) (a)
(b)
(c)
Gambar 5.23 Model Blok (a) Profil Anomali; (b) Model blok 3D yang disayat
dalam arah x pada sayatan ke 50; (c) Peta tektonik dan peta
administrasi wilaya Papua
86
Model blok 3D yang disayat dalam arah y (gambar 5.24 dan 5.25) yang
ditunjukkan oleh sayatan nomor 6 dan sayatan nomor 30 juga memperlihatkan
adanya penurunan tinggi blok yang teratur relatif terhadap blok sekitarnya pada
tiap lapisan. Penurunan tinggi blok minor pada model ini diinterpetasi sebagai
bentuk patahan.
(a)
(a)
(b)
(c)
Gambar 5.24 Model Blok (a) Profil Anomali; (b) Model blok 3D yang disayat
dalam arah y pada sayatan ke 6; (c) Peta tektonik dan peta
administrasi wilaya Papua
87
(a)
(b)
(c)
Gambar 5.25 Model Blok (a) Profil Anomali; (b) Model blok 3D yang disayat
dalam arah y pada sayatan ke 30; (c) Peta tektonik dan peta
administrasi wilaya Papua