Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325574534

Analisis Kandungan Mineral Daun Kelor (Moringa oleifera Lamk.)


Menggunakan Spektrometer XRF (X-Ray Fluorescence)

Article · January 2018


DOI: 10.12962/j25493736.v3i1.3095

CITATIONS READS

0 2,837

2 authors, including:

Muh. Shofi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Indonesia, Kediri
9 PUBLICATIONS   15 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

kirana_shofi@yahoo.com View project

All content following this page was uploaded by Muh. Shofi on 26 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


AKTA KIMIA
INDONESIA
Akta Kimindo Vol. 3(1), 2018: 104-111

Analisis Kandungan Mineral Daun Kelor (Moringa


oleifera Lamk.) Menggunakan Spektrometer XRF
(X-Ray Fluorescence)
Algafari B. Manggara*1 dan Muh. Shofi 2
1
Program Studi Kimia, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, Jawa Timur, Indonesia
2
Program Studi Biologi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, Jawa Timur, Indonesia
*Email: algamanggara@gmail.com

Abstrak
Daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) banyak dimanfaatkan untuk bidang kesehatan, salah satunya adalah
untuk memenuhi kebutuhan mineral dalam tubuh. Informasi yang tepat akan kandungan dan kadar mineral
dalam daun kelor sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah takaran konsumsi. Analisis mineral dalam
daun kelor masih terbatas menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectrometer) pada jenis mineral
makro dan belum mengidentifikasi semua mineral yang ada. Analisis menggunakan alat spektrometer XRF
(X-Ray Fluorescence) untuk bahan organik relatif belum banyak dilakukan dan memiliki keuntungan yaitu
dapat menentukan hampir semua mineral yang ada dalam satu kali pengukuran. Atas dasar belum adanya
informasi yang tepat akan komposisi dan kadar mineral daun kelor, serta kelebihan metode XRF maka
dilakukan penelitian analisis kandungan mineral daun kelor menggunakan spektrometer XRF. Metode yang
dilakukan pada penelitian ini dengan cara membuat daun kelor menjadi kering dan berbentuk serbuk.
Selanjutnya sampel serbuk daun kelor dianalisis menggunakan alat spektrometer XRF. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa komposisi mineral dalam daun kelor adalah P, S, K, Ca, Ti, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn,
Mo, Sr, Ba, dan Re dengan kadar berturut-turut adalah 12,84; 23,45; 264,96; 603,77; 1,05; 1,52; 2,68; 20,49;
22,60; 7,59; 2,87; 11,69; 14,52; 10,04; dan 13,62 mg/100g. Hasil penentuan komposisi mineral dalam daun
kelor ini, mungkin dapat digunakan untuk memformulasikan dalam material biologis suplemen mineral
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.

Kata kunci: Daun kelor, XRF, Mineral.

I. Pendahuluan terutama beberapa daerah di Indonesia yang


masih memiliki adat istiadat yang kuat. Di
Daun kelor memiliki nama latin
beberapa daerah tersebut daun kelor lebih
Moringa oleifera Lamk. banyak
banyak dimanfaatkan untuk memandikan
dimanfaatkan untuk bidang kesehatan, antara
jenazah, meluruhkan jimat, dan sebagai
lain untuk mengatasi masalah kekurangan
makanan ternak.
gizi, kelaparan, serta menyembuhkan dan
mencegah berbagai penyakit [7]. Salah satu manfaat daun kelor yang

Pemanfaatan daun kelor masih terbatas, sedikit terabaikan adalah kandungan

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 104


Algafari, B. M dan Muh. Sofi. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 104-111

mineralnya. Melalui konsumsi daun kelor kelor, serta kelebihan metode XRF maka
dalam menu makanan dapat digunakan untuk dilakukan penelitian analisis kandungan
memenuhi kebutuhan mineral dalam tubuh. mineral daun kelor menggunakan
Informasi yang tepat akan kandungan dan spektrometer XRF.
kadar mineral dalam daun kelor sangat II. Percobaan
diperlukan untuk mengetahui jumlah takaran
2.1 Alat dan Bahan
konsumsi harian. Beberapa penelitian telah
Alat-alat yang digunakan dalam
dilakukan untuk mengetahui kadar mineral
penelitian ini adalah Spektrometer X-Ray
dalam daun kelor, tetapi masih terbatas pada
Fluorescence (XRF) Minipal 4 (EDXRF)
jenis mineral makro dan belum
merek Philips, tanur, oven, neraca analitik,
mengidentifikasi semua mineral yang ada.
ayakan ukuran 100 mesh, mortar, stampler,
Analisis kandungan mineral makro secara
cawan porselen, krusibel porselen, dan gelas
kuantitatif dalam material biologis umumnya
kimia. Sedangkan bahan yang digunakan
menggunakan alat titrasi, spektrofotometer
dalam penelitian ini adalah HNO3 (Sigma-
UV-Vis, dan AAS (Atomic Absorption
Aldrich), akuades, dan sampel daun kelor
Spectrometer) [9,16]. Alat-alat tersebut
yang diambil dari daerah Tulungagung, Jawa
memiliki beberapa kelemahan antara lain:
Timur.
diperlukan larutan standar, menganalisis
2.2 Metode Penelitian
hanya untuk satu jenis mineral, preparasi
Sejumlah 100 gram sampel daun kelor
sampel yang bersifat destruktif, jumlah
segar dicuci dengan akuades kemudian
sampel yang dibutuhkan relatif besar, dan
dikeringkan di oven pada suhu 70 °C selama
analisisnya tidak secara langsung karena
48 jam. Sampel daun kelor yang telah kering
memerlukan perhitungan untuk menentukan
selanjutnya digerus dan diayak dengan
kadarnya.
dengan ayakan ukuran 100 mesh. Semua
Analisis menggunakan alat spektrometer
sampel serbuk daun kelor ditaruh dalam
XRF (X-Ray Fluorescence) memiliki
krusibel porselen kemudian diabukan pada
beberapa keuntungan, sampel yang
suhu 500 °C selama 2 jam dan dibiarkan
diperlukan relatif kecil (sekitar 1 gram),
dingin. Setelah dingin ditambahkan asam
menganalisis tanpa adanya standar, memiliki
nitrat yang selanjutnya dipanaskan pada suhu
akurasi dan ketelitian yang tinggi, serta dapat
120 °C hingga terbentuk serbuk abu daun
menentukan hampir semua kandungan
kelor kembali dan ditimbang beratnya.13
mineral dalam material biologis yang secara
Sampel serbuk abu daun kelor selanjutnya
langsung dapat diketahui hasilnya [13]. Atas
dibuat pelet dengan ukuran diameter 3 cm
dasar belum adanya informasi yang tepat
dan tebal 0,10 cm dengan menggunakan
akan komposisi dan kadar mineral daun

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 105


Algafari, B. M dan Muh. Sofi. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 104-111

mesin pelet bertekanan hidrolik 10 ton/cm2. terdapat dalam sampel sehingga diharapkan
Sampel pelet daun kelor siap untuk dilakukan yang tersisa adalah senyawa-senyawa
uji XRF [1, 2, 4]. anorganik (mineral) yang telah diketahui

2.3 Analysis beratnya dengan melakukan proses

Sampel serbuk abu daun kelor yang penimbangan kembali. Hasil proses ini

berbentuk pelet selanjutnya di ukur diasumsikan bahwa yang zat yang tersisa

menggunakan alat Spektrometer XRF. dalam serbuk sampel daun kelor adalah

Sampel pelet diletakkan di chamber XRF, mineral-mineral yang akan ditentukan jenis

diukur pada 8 dan 12 KV dengan intensitas dan kadarnya.

0,32-0,34 mA. Hasil dari analisis berupa Hasil analisis XRF menunjukkan
print out data komposisi dan kadar mineral persentase (%) kandungan unsur-unsur yang
dalam daun kelor. terdapat dalam sampel daun kelor. Persentase

III. Hasil dan Pembahasan hasil tersebut merupakan perhitungan relatif


terhadap keseluruhan luas peak yang muncul
Sampel daun kelor yang dianalisis
pada pola serapan, artinya luas puncak
dalam penelitian ini terlebih dahulu
tertentu untuk unsur tertentu dibandingkan
dilakukan pengovenan untuk menghilangkan
dengan keseluruhan luas puncak yang
kadar air dan dibuat serbuk untuk
muncul. Jadi data yang dihasilkan merupakan
memudahkan dalam proses analisis
jumlah mol dari masing-masing unsur dalam
selanjutnya. Sampel daun kelor diabukan
sampel daun kelor. Selanjutnya data tersebut
dengan cara pemanasan pada suhu 500 °C
dikonversi menjadi persen massa dengan cara
untuk menguraikan senyawa-senyawa
mengkalikan dengan massa atom relatif
organik yang ditandai dengan terbentuknya
masing-masing unsur yang muncul. Hasil
abu berwarna putih. Abu berwarna putih
persentase massa masing-masing unsur
tersebut diduga merupakan mineral yang
dikalikan dengan berat sampel daun kelor
sebelumnya mengisi rongga sel daun kelor.
yang telah melalui proses destruksi
Umumnya mineral tersebut berupa campuran
(penghilangan senyawa organik) atau sampel
mineral bebas (natrium, kalium, kalsium,
mineral daun kelor sehingga diketahui berat
magnesium, mangan, besi, silika, dan
dari masing-masing unsur. Berat masing-
aluminium) maupun senyawa anorganik
masing unsur tersebut merupakan berat
(karbonat, fosfat, silikat, sulfat, dan klorida)
masing-masing mineral per 100 gram berat
[5, 10]. Penambahan asam nitrat dan
sampel daun kelor segar. Hasil analisis akhir
pengovenan kembali pada suhu 120 °C
jenis dan kadar mineral dalam daun kelor
bertujuan untuk mengoksidasi senyawa
ditunjukkan pada Tabel 1.
organik dan senyawa lain yang masih

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 106


Algafari, B. M dan Muh. Sofi. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 104-111

Tabel 1. Jenis dan Kadar Mineral dalam Daun melindungi tubuh terhadap absorpsi zat
Kelor radioaktif [6, 9]. Menurut National Health

No Mineral Kadar Service (NHS) kebutuhan mineral kalsium


(mg/100 g) untuk tubuh sekitar 700 sampai 800 mg per

1 P (Fosfor) 12,84 hari. Kadar kalsium yang tinggi pada kelor


berpotensi untuk memenuhi kebutuhan
2 S (Belerang) 23,45
kalsium tubuh, dimana umumnya kebutuhan
3 K (kalium) 264,96
kalsium tubuh dipenuhi dari susu. Kadar
4 Ca (kalsium) 603,77
kalsium dalam susu adalah 125 mg/100 g.
5 Ti (Titanium) 1,05
Hal ini menunjukkan bahwa kalsium dalam
6 Cr (Kromium) 1,52
kelor lebih tinggi sekitar 5 kali lipat dari
7 Mn (Mangan) 2,68
kalsium susu.
8 Fe (Besi) 20,49
Kalium berada di urutuan kedua mineral
9 Ni (Nikel) 22,60
makro dalam daun kelor dengan kadar
10 Cu (Tembaga) 7,59
264,96 mg/100 g. Kalium dalam tubuh
11 Zn (Seng) 2,87
berperan dalam mengatur detak jantung,
12 Mo (Molibdenum) 11,69
memelihara keseimbangan air, transmisi
13 Sr (Stronsium) 14,52
saraf, memelihara keseimbangan asam basa,
14 Ba (Barium) 10,04
katalisator, mengatur kontraksi otot,
15 Re (Renium) 13,62
mengatur sekresi insulin dari pankreas, dan
memelihara permeabilitas membran sel [6, 9,
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa 22]. Kebutuhan mineral kalium dalam tubuh
dalam daun kelor ditemukan 15 jenis mineral menurut NHS adalah sekitar 2000 mg per
yang terdiri dari mineral makro dan mikro. hari. Kadar kalium yang cukup tinggi pada
Mineral makro yang teridentifikasi yaitu kelor berpotensi untuk memenuhi kebutuhan
kalsium, kalium, fosfor, dan belerang. kalium tubuh.
Mineral makro merupakan mineral yang
Dua mineral makro berikutnya dalam
diperlukan tubuh dalam jumlah besar.
daun kelor adalah fosfor dengan kadar 12,84
Mineral tertinggi yang ditemukan dalam
mg/100 g dan belerang dengan kadar 23,45
daun kelor adalah kalsium dengan kadar
mg/100 g). Menurut NHS kebutuhan mineral
603,77 mg/100 g. Kalsium adalah mineral
fosfor dalam tubuh sekitar 550 mg per hari
makro yang penting dalam pertumbuhan
dan untuk belerang belum ada rekomendasi
tulang dan gigi, membantu proses
untuk pemenuhannya karena dapat tercukupi
pembekuan darah, aktivator saraf dan otak,
dari pola makan yang sehat. Peranan fosfor
aktivator enzim, aktivator otot jantung,
dalam tubuh adalah membantu dalam proses

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 107


Algafari, B. M dan Muh. Sofi. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 104-111

pembentukan tulang dan gigi, proses Mineral mikro berikutnya yang


metabolisme, kontraksi otot, aktivitas saraf, teridentifikasi dalam daun kelor adalah seng
membentuk fosfatid (bagian dari plasma dengan kadar 2,87 mg/100 g. Kebutuhan
darah), menjaga keseimbangan asam basa, mineral seng untuk tubuh menurut NHS
pengaturan aktivitas hormon, dan efektivitas adalah sekitar 12 mg per hari. Mineral seng
beberapa vitamin. Sementara belerang dalam tubuh berfungsi membantu dalam
berperan sebagai aktivator enzim, proses penyembuhan luka dan kesehatan
penyimpanan dan pembebasan energi, kulit, metabolisme karbohidrat, protein, dan
komponen vitamin (thiamin, biotin, dan asam lemak, pertumbuhan dan reproduksi,
pantotenat), dan komponen dalam proses kepekaan terhadap rasa dan bau, proses
detoksikasi [6, 9]. Keberadaan mineral kekebalan tubuh, memelihara kesehatan
fosfor dan belerang dalam daun kelor masih mata, menghambat virus, dan mengurangi
dapat dipakai sebagai alternatif untuk risiko kanker [6, 9]. Meskipun kadar seng
mengatasi kekurangan fosfor dan belerang pada daun kelor relatif sedikit, masih dapat
dalam tubuh meskipun kadarnya relatif dipakai sebagai alternatif untuk mengatasi
rendah. kekurangan seng dalam tubuh.
Mineral mikro yang teridentifikasi Tembaga adalah mineral mikro
dalam daun kelor yaitu besi, kromium, berikutnya yang ditemukan dalam daun kelor
mangan, molibdenum, seng, tembaga, dan dengan kadar 7,59 mg/100 g. Kebutuhan
nikel. Mineral besi dalam daun kelor mineral tembaga untuk tubuh menurut NHS
menduduki urutan tertinggi kedua dari adalah sekitar 1,2 mg per hari. Mineral
mineral mikro yang ditemukan dalam daun tembaga dalam tubuh berfungsi dalam
kelor dengan kadar 20,49 mg/100 g. pembentukan eritrosit dan hemoglobin,
Kebutuhan mineral besi untuk tubuh menurut komponen enzim dan protein, aktivator saraf,
NHS adalah sekitar 8 sampai 18 mg per hari. dan pembentukan hormon [11, 21]. Kadar
Mineral besi dalam tubuh berfungsi untuk tembaga pada daun kelor yang relatif tinggi,
pembentukan hemoglobin (pencegahan berpotensi untuk memenuhi kebutuhan
terhadap anemia), sistem kekebalan tubuh, tembaga dalam tubuh.
komponen enzim sitokrom (enzim dalam Mineral mikro kromium ditemukan
respirasi), dan berperan dalam peningkatan dalam daun kelor relatif sedikit dengan kadar
kecerdasan [6, 9]. Kadar besi yang cukup 1,52 mg/100 g. Kebutuhan mineral kromium
tinggi pada daun kelor sangat berpotensi untuk tubuh menurut NHS adalah sekitar 25
untuk memenuhi kebutuhan besi dalam mg per hari. Mineral kromium dalam tubuh
tubuh. berfungsi dalam metabolisme karbohidrat
dan lemak, bersama-sama dengan insulin

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 108


Algafari, B. M dan Muh. Sofi. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 104-111

memudahkan masuknya glukosa ke dalam sel Mineral mikro tertinggi yang


[11, 21]. Meskipun kadar kromium pada teridentifikasi adalah nikel dengan kadar
daun kelor relatif sedikit, dapat sebagai 22,60 mg/100 g. Kebutuhan mineral nikel
alternatif untuk mengatasi kekurangan untuk tubuh menurut NHS adalah sekitar 10
kromium dalam tubuh. mg per hari. Mineral nikel dalam tubuh

Mineral mikro yang juga ditemukan berfungsi dalam proses hematopoiesis dan
dalam jumlah yang relatif sedikit adalah merupakan bagian dari sel darah merah,
mangan dengan kadar 2,68 mg/100 g. proses pemulihan tubuh, membantu proses
Kebutuhan mineral mangan untuk tubuh penyerapan vitamin B12 dan vitamin C,
menurut NHS adalah sekitar 5 mg per hari. membantu proses penyusunan kalsium dalam
Mineral mangan dalam tubuh berfungsi tubuh [11, 21]. Kadar nikel pada daun kelor
sebagai kofaktor berbagai enzim seperti yang relatif tinggi, berpotensi untuk
sintesis ureum, pembentukan jaringan ikat memenuhi kebutuhan nikel dalam tubuh.
dan tulang, mencegah peroksidasi lemak oleh Mineral mikro lainnya yang berhasil
radikal bebas, pengontrolan gula darah, teridentifikasi adalah barium, stronsium,
metabolisme energi, fungsi hormon tiroid, renium, titanium dengan kadar masing-
fungsi otak, dan untuk pengontrolan masing berurutan 10,04; 14,52; 13,62; dan
neurotransmitter [11, 21]. Kadar mineral 1,05 mg/100 g. Mineral-mineral tersebut
mangan pada daun kelor relatif sedikit, tetapi ditemukan dalan jumlah yang relatif sedikit.
masih dapat digunakan untuk mengatasi IV. Kesimpulan
kekurangan kromium yang kebutuhannya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalan tubuh tidak terlalu tinggi.
komposisi mineral dalam daun kelor
Molibdenum ditemukan dalam daun ditemukan 15 jenis mineral yang terdiri dari
kelor dengan kadar 11,69 mg/100 g. mineral makro dan mikro yaitu P, S, K, Ca,
Kebutuhan mineral molibdenum untuk tubuh Ti, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn, Mo, Sr, Ba, dan
menurut NHS adalah sekitar 20 sampai 50 Re dengan kadar berturut-turut adalah 12,84;
mg per hari. Mineral molibdenum dalam 23,45; 264,96; 603,77; 1,05; 1,52; 2,68;
tubuh berfungsi sebagai kofaktor berbagai 20,49; 22,60; 7,59; 2,87; 11,69; 14,52; 10,04;
enzim, mengkatalis reaksi oksidasi-reduksi, dan 13,62 mg/100g. Diketahui bahwa
penawar racun alkohol, metabolisme sulfur, mineral yang memiliki kadar paling tinggi
dan mencegah anemia [11, 21]. Meskipun dibandingan mineral yang lain dalam daun
kadar molibdenum pada daun kelor relatif kelor adalah kalsium dan kalium. Hasil
sedikit, masih dapat dipakai sebagai alternatif analisis jenis dan kadar mineral dalam daun
untuk memenuhi kebutuhan molibdenum kelor ini, berpotensi untuk memformulasikan
dalam tubuh.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 109


Algafari, B. M dan Muh. Sofi. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 104-111

suplemen mineral dalam memenuhi XRF’, Ganendra, XII.1, Januari, 2009, 25–
kebutuhan nutrisi tubuh. 31.

Ucapan Terima Kasih [6] S. S. Magat, M. C. Raquepo, and C. D.


Pabustan, ‘Mineral Macro-Nutrients, Micro-
Ucapan terima kasih diberikan pada
Nutrients and Other Elements in Leaves of
Kementrian Ristekdikti yang telah memberikan Malunggay Plant (Moringa Oleifera)
Hibah Penelitian Tahun Anggaran 2017 melalui Sampled in Some Locations in The
skema Penelitian Dosen Pemula dengan nomor Phlilippines’, Technology-Advisory Notes,
September 2009.
kontrak 078/SP2H/K2/KM/2017.
[7] C. W. Yaméogo, M. D. Bengaly, A.
Daftar Pustaka
Savadogo, ‘Determination of Chemical
[1] B. H. Sasangka, J. Mellawati, T. Compostion and Nutritional Values of
Tjiptosumirat, dan Suharyono ‘Analisis Moringa Oleifera’, Pakistan Journal of
Kandungan Mineral Dalam Hijauan Pakan Nutrition, 2011, 264–68.
Ternak Dengan Menggunakan, Spektrometri
[8] N. Santhiarsa, A. A. Sonief, E. Marsyahyo,
Pendar’, Pusat Aplikasi Penelitian dan
Pratikto, ‘Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif
Pengembangan Aplikasi Isotop dan Radiasi,
Kandungan Unsur Logam Pada Serat Ijuk
1998, 137–40.
(Arenga Pinnata Fiber) dengan Pengujian
[2] Firsoni, Y. Menry, dan B. H. Sasangka, XRF, AAS, LIBS’, SNTTM XI, Oktober
‘Studi Kandungan Unsur Mikro Pada 2012.
UMMB Sebagai Suplemen Pakan Terna
[9] N. L. C. Fitriani, D. K. Walanda, dan N.
Ruminansia’, Risalah Pertemuan Ilmiah
Rahman, ‘Penentuan Kadar Kalium (K) Dan
Penelitian dan Pengembangan Aplikasi
Kalsium (Ca) Dalam Labu Siam (Sechium
Isotop dan Radiasi, 2001.
Edule) Serta Pengaruh Tempat Tumbuhnya’,
[3] M. Aslam, F. Anwar, R. Nadeem, U. Rashid, Jurnal Akademika Kimia, 1. November 2012,
T. G. Kazi, M. Nadeem, ‘Mineral pp. 174–80.
Composition of Moringa Oleifera Leaves and
[10] S. Yagi, A. E. A. Rahman, G. O. M. Elhassan
Pods From Different Regions of Punjab
and A. M. A. Mohammed, ‘Elemental
Pakistan’, Asian Journal of Plant Sciences,
Analysis of Ten Sudanese Medicinal Plants
2005, 417–21.
Using X-Ray Fluorescence’, Journal of
[4] A. Saat, Z. Hamzah, and Z. A. Bakar, ‘XRF Applied and Industrial Sciences, 1.1, April
Determination of Major Elemental Contents 2013, pp. 49–53.
of Clay Samples from North-West Peninsular
[11] P. M. Aja, U. A. Ibiam, A. J. Uraku, O. U.
Malaysia’, Journal of Nuclear and Related
Orji, C. E. Offor and B.U. Nwali,
Technologies, 6.1, 2009, 230–36.
‘Comparative Proximate and Mineral
[5] Sukirno, S. Murniasih, ‘Analisis Unsur Fe, Composition of Moringa Oleifera Leaf and
Ca, Ti, Ba, Ce, Zr dan La Dalam Sedimen Seed’, Global Advanced Research Journal of
Laut Di Semenanjung Muria Dengan Metode Agricultural Science, Vol. 2.5 May 2013, pp.
137–41.

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 110


Algafari, B. M dan Muh. Sofi. Akta Kimia Indonesia 3(1), 2018, 104-111

[12] O.A Fakankun, J. O. Babayemi and J. J the yields and mineral compositions of the
Utiaruk, ‘Variations in the Mineral leaf extracts of Moringa oleifera L.’ African
Composition and Heavy Metals Content of Journal of Pure and Applied Chemistry. Vol
Moringa Oleifera’, African Journal of 8(9), September 2014, pp. 134-146.
Environmental Science and Technology, 7.6,
Juni 2013, 372–79. [19] S. A. Al Ameri, F. Y. Al Shaibani, A. J.
Cheruth, A. I Al Awad, M. A. S. Al-Yafei,
[13] T. Tezotto, J. L. Favarin, A. P. Neto, P. L. K. Karthishwaran, S. S. Kurup, ‘Comparative
Gratao, R. A. Azevedo, P. Mazzafera, Phytochemical Analysis of Moringa
‘Simple Procedure for Nutrient Analysis of Oleifera’, PharmacologyOnline, 3,
Coffee Plant with Energy Dispersive X-Ray December 2014, 216-221.
Fluorescence Spectrometry (EDXRF)
Scientia Agrícola, 70, July/ August 2013, [20] M. O. Bello, K. Asubonteng, A. Sodamade,
263–67. S. Adeniyi, ‘Nutrient Potentials of Two
Lesser Known Leafy Vegetables (Vitex
[14] Z. Noor, S. B. Sumitro, M. Hidayat, A. H. Doniana L. and Sesamum Indicum L.)’,
Rahim, ‘Karakteristik Atom Mineral Pada International Food Research Journal, 21.5
Osteoporosis Dengan Arsitektur Porosis Dan 2014, 1993–99.
Nonporosis’,MKB 45.1, 2013, 23–27.
[21] N. O. Nweze, and F. I. Nwafor,
[15] D. J. Patty, ‘Penentuan Unsur Dalam Rambut ‘Phytochemical, Proximate and Mineral
Berdasarkan Karakteristik Pola Flouresensi Composition of Leaf Extracts of Moringa
Sinar X (XRF)’, Prosiding FMIPA Oleifera Lam. from Nsukka, South-Eastern
Universitas Pattimura, 2013, 219–25. Nigeria’, IOSR Journal of Pharmacy and
Biological Sciences, 9.1, 2014, 2319–7676.
[16] L. Sakka, ‘Analisa Kandungan Logam
Kalsium Buah Pare (Momordica charantia [22] A Rochmawati, D. H. Effendi, dan S.
L.) dengan Menggunakan Metode Hamdani, ‘Pengembangan Metode Analisis
Spektrofotometri Serapan Atom’, vol. 3, Kadar Kalium Dalam Daun Kelor (Moringa
Nomor 6, 2013 Oleifera) Dengan Metode Konduktometri’,
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba, 2015,
[17] W. J. Asante, I. L. Nasare, D. T. Dery, K. O. 591–95.
Boadu and K. B. Kentil, ‘Nutrient
Composition of Moringa Oleifera Leaves
from Two Agro Ecological Zones in Ghana’,
African Journal of Plant Science, 8.1,
January 2014, 65–71.

[18] M. D. Adeoye, A. T. Lawal, L. A. Azeez and


O. A. Olayiwola, ‘Effect of solvent type on

DOI: http://dx.doi.org/10.12962/j25493736.v3i1.3095 111

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai