Anda di halaman 1dari 18

Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan

di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

INFOMATEK
Volume 7 Nomor 2 Juni 2005

PERENCANAAN TEKNIK SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI LOKASI


"VEEM" PASAR INDUK CARINGIN KOTA BANDUNG

Anni Rochaeni *), Evi Afiatun *), dan Wiwin Nuraeni **)

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik - Universitas Pasundan
Abstrak : Sampah merupakan permasalahan kota. Sumber kedua terbesar sampah perkotaan dihasilkan oleh
pasar tradisional. Pasar Induk Caringin adalah pasar induk tradisional di Kota Bandung yang terletak di Jalan
Soekarno Hatta dengan luas _+ 12 ha. Sistem penjualannya terdiri dari grosir dan eceran yang terdistribusi pada
tempat usaha ruko, guko,” veem” dan los. Penelitian ini hanya difokuskan pada lokasi veem karena komoditi
yang dijual memberi kontribusi jumlah sampah yang sangat dominan di Pasar Induk Caringin. Sistem
pengelolaan sampah di lokasi veem Pasar Induk Caringin saat ini dilakukan dengan cara-cara yang
mengabaikan faktor kebersihan dan kesehatan lingkungan. Hal tersebut terlihat dari tidak adanya teknik
pewadahan secara khusus dan sampah terkonsentrasi pada badan jalan, yang selanjutnya diiakukan
pengumpulan sampah dengan cara didorong oleh wheelloader sekali dalam 1 had. Dengan demikian umur
bersih di lokasi veem Pasar Induk Caringin relatif singkat. Kondisi tersebut menjadi pertimbangan utama hingga
diperlukannya suatu usulan perbaikan terhadap sistem pengelolaan sampah di lokasi veem Pasar Induk
Caringin. Perbaikan terhadap kondisi tersebut dilakukan melalui dua cara yaitu secara teknis dan non teknis.
Secara teknis meliputi teknik pewadahan dan pengumpulan. Secara non teknis adalah perlunya peran serta
pedagang dalam pengelolaan sampah terutama dalam proses pewadahan untuk menunjang keberhasilan sistem
perencanaan teknik yang diusulkan.

Kata Kunci : sampah, pasar, veem, timbulan, karakte ristik, pengelolaan

I. PENDAHULUAN perkotaan adalah pasar tradisional, Masduki [1].


Pasar tradisional disatu sisi merupakan sarana
Sampah merupakan salah satu output dari
perdagangan yang vital bagi masyarakat kota,
interaksi suatu komunitas. Sampah dapat
karena harga komoditinya pada umumnya lebih
menjadi penyebab turunnya kualitas lingkungan.
murah dari pada pasar swalayan. Akan tetapi
Pada tingkat komunitas yang lebih besar seperti
disisi lain, kehariirannya sering dirasa
perkotaan, sampah sering menimbulkan
mengganggu oleh masyarakat sekitarnya, jika
masalah. Sumber kedua terbesar sampah
*)
Dosen Jurusan Teknik Lingkungan FT-Unpas
**)
Alumni Jurusan Teknik Lingkungan FT-Unpas

115
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

sampahnya tidak dikelola dengan baik. Karena kesehatan. Hal ini disebabkan sarana yang
beragamnya komoditi yang tersedia, sampah tersedia minim dan seadanya, serta ruang kerja
yang ditimbulkanpun bermacam-macam. pengumpulan sampah yang tidak optimal di
Dengan komponen sampah organik yang tinggi lokasi pasar. Disamping itu juga kurangnya
dan kondisi iklim di Indonesia, sampah pasar kesadaran masyarakat pasar khususnya
tradisional cenderung cepat membusuk. Oleh pedagang untuk teriibat dalam pengelolaan
karena itu diperlukan pengelolaan sampah yang sampah.
baik.
Permasalahan-permasalahan tersebut terutama
Banyak kajian telah dilakukan terhadap terjadi di lokasi "veem" Pasar Induk Caringin.
pengelolaan sampah pasar tradisional, namun "Veem" adalah tempat penyimpanan barang
untuk pasar tradisional berskala pasar induk dagangan di pasar induk, Dinas Pengelolaan
diperlukan manajemen pengelolaan yang Pasar Kota Bandung [2]. Permasalahan yang
mempunyai karakteristik tersendiri. Salah satu muncul di lokasi veem ini disebabkan sistem
pasar induk di Kota Bandung dengan skala penjualan di lokasi veem adalah sistem
pelayanan kota, serta menjual barang-barang penjualan grosir dengan jenis dagangan yang
komoditi yang beragam adalah Pasar Induk menghasilkan sampah terbesar di Pasar Induk
Caringin. Caringin, sehingga perlu penanganan khusus
dalam pengelolaan sampahnya. Kondisi
Pasar Induk Caringin ini merupakan pasar tersebut, menjadi dasar pertimbangan untuk
tradisional dengan sistem penjualan grosir dan dilakukannya studi lebih lanjut untuk lokasi
eceran yang terdistribusi pada tempat veem Pasar Induk Caringin, sehingga dapat
dagangan/usaha dengan tipe ruko, guko, veem memberikan suatu usulan teknis dalam sistem
dan los. Pasar ini mempunyai lahan yang cukup pengelolaan persampahannya.
luas yaitu +12 hektar dan pengelolaannya
dilakukan oleh swasta, begitu pula pengelolaan Maksud dan tujuan dari studi ini adalah :
sampahnya. Penanganan pengelolaan sampah  Mengevaluasi sistem pengelolaan
oleh pihak swasta pada pasar induk ini menjadi sampah di lokasi veem Pasar Induk
pertimbangan pemilihan wilayah studi. Caringin.
 Memberikan usulan teknis sistem
Usaha pengelolaan sampah Pasar Induk pengelolaan sampah di lokasi veem
Caringin yang telah dilakukan selama ini, tidak Pasar Induk Caringin sebagai perbaikan
didasarkan pada pertimbangan kebersihan dan sistem yang ada.

116
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

II. METODA PERENCANAAN sampah. Data primer ini didapat dengan


Perencanaan. metoda yang dilakukan dalam melakukan pengamatan langsung dan
perencanaan ini adalah studi literatur, wawancara pengukuran sampel di lapangan serta
serta pengamatan langsung terhadap kondisi pemeriksaan di laboratorium.
eksisting pengelolaan sampah di lokasi veem 1. Pengamatan Kondisi Eksisting
Pasar Induk Caringin, penyebaran kuisioner 2. Pengukuran Timbulan dan Karakteristik
terhadap para pedagang serta sampling sampah Sampah
untuk pengukuran timbulan dan karakteristik fisik
dan kimia sampah. Pengukuran timbulan sampah dilakukan untuk
mendapatkan informasi dalam menentukan
2.1 Survei Pendahuluan dan Studi Literatur
analisis pengelolaan. Sedangkan pengukuran
Langkah pertama dalam melakukan
komposisi sampah dilakukan untuk
perencanaan ini adaiah melakukan survei
mendapatkan informasi dalam menunjang
pendahuluan dan studi literatur. Survei
analisis alternatif sistem pengolahan.
pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai gambaran secara umum
Timbulan dan karakteristik sampah diukur
keadaan daerah studi dan sistem pengelolaan
terhadap sampel sampah. Penentuan sampel
sampahnya, serta permasalahan-permasalahan
sampah ini dilakukan dengan metoda sampling,
yang terjadi. Sedangkan studi literatur dilakukan
yaitu pengambilan secara representatif
untuk mempelajari teori-teori dari beberapa
sebagian sampah yang akan diukur. Untuk
referensi yang berkaitan dengan perencanaan.
mengetahui jumlah sampel yang akan diukur,
Teori-teori tersebut menjadi acuan dalam
maka dilakukan pendataan terlebih dahulu
melakukan analisis sistem pengelolaan
terhadap jenis dagangan/usaha, jumlah tempat
persampahan lokasi veem Pasar Induk Caringin.
dagangan/usaha dari tiap jenis, total jumlah
tempat dagangan/usaha. Setelah pendataan
2.2 Pengumpulan Data Primer
kemudian dihitung jumlah sampel yang harus
Pengumpulan data primer dimaksudkan untuk
diambil. Perhitungan jumlah sampel tersebut
memperoleh data akurat dalam melakukan studi,
didasarkan pada ketentuan dalam SK SNI M-36-
sehingga dapat mendukung dalam melakukan
1991-03 mengenai jumlah sampel timbulan
analisis serta memberikan usulan perbaikan
sampah dari non perumahan, yaitu dengan
sistem pengelolaan. Data primer yang
menggunakan rumus :
terkumpulkan adalah kondisi eksisting sistem
pengelolaan persampahan di lokasi Pasar Induk S  Cd Ts
Caringin, timbulan sampah dan karakteristik

117
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

dimana : mendapatkan gambaran umum mengenai


S = jumlah sampel lokasi veem di Pasar Induk Caringin,
Cd = koefisien bangunan non permanen = 1 batasan lokasi veem serta prosentase
Ts = jumlah tempat dagangan/usaha luas lokasi veem dari luas total. Dari
informasi ini diharapkan dapat
Setelah dihitung jumlah sampel dengan
memberikan masukan dalam membuat
menggunakan rumus di atas, lalu dihitung
usulan teknis perencanaan sistem
jumlah sampel untuk masing-masing jenis
pengelolaan persampahan di lokasi veem
daganganlusaha. Kemudian ditentukan lokasi
Pasar Induk Caringin. Data-data tersebut
tempat daganganlusaha dari masing-masing
diperoleh dengan melakukan wawancara
jenis daganganlusaha dari setiap blok yang
pada bagian Teknik Badan Pengelola
akan disampling dengan pemilihan secara
Pusat Perdagangan Caringin (BP3C).
random (acak).
2. Sarana dan Prasarana Perdagangan
Data mengenai sarana dan prasarana
Pemeriksaan komposisi kimia sampah dilakukan
perdagangan, merupakan data yang
di laboratorium. Parameter yang diperiksa
cukup penting dalam menentukan
meliputi kadar air, kadar abu, kadar volatil,
timbulan sampah pasar. Dengan
kandungan nitrogen (dengan metoda NTK),
mengetahui jenis dagangan, dapat diukur
kandungan karbon dan kandungan phospat.
produksi sampah yang ditimbulkan setiap
harinya. Data mengenai sarana dan
2.3 Pengumpulan Data Sekunder
prasarana yang dikumpulkan diantaranya
Tujuan pengumpulan data sekunder adalah
adalah sarana sirkufasi pada daerah studi
untuk memperoleh data pendukung dalam
(meliputi sarana sirkulasi di dalam blok
melakukan studi, sehingga mempermudah
dan jarak antar blok), jumlah veem dan
dalam melakukan analisis. Data sekunder yang
jenis dagangannyalusahanya dari setiap
dikumpulkan meliputi kondisi fisik daerah studi
blok. Informasi sarana dan prasarana ini
serta sarana dan prasarana perdagangan.
diperoleh dari KOPPAS dan BP3C.
Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui
wawancara terhadap berbagai pihak yang
III. GAMBARAN UMUM
berkaitan langsung dengan data yang
dibutuhkan. Induk Caringin adalah pasar induk pertama di
1. Kondisi Fisik Daerah Studi Kota Bandung yang dibangun oleh Pemda
Pengumpulan data mengenai kondisi fisik bekerjasama dengan KOPPAS Caringin. Pasar
daerah studi dimaksudkan untuk Induk Caringin beroperasi sejak tahun 1991

118
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

diatas lahan seluas ±12 ha. Pasar ini pekan Peletakkan veem ini diatur berdasarkan blok
pasar dengan kegiatan yang cukup tinggi dan dan dibagi menjadi 11 blok. Jarak antara setiap
beragam, yang jual barang-barang dengan blok adalah ±8 meter yang berfungsi sebagai
sistem penjualan grosir, eceran juga termasuk sarana sirkulasi antar blok. Sarana sirkulasi ini
pedagang kaki lima. Namun untuk sistem digunakan untuk tempat parkir pembeli, aktifitas
penjualan grosir dengan jenis dagangan sayur bongkar muat barang, lalu lintas keluar masuk
dan buah lebih terkonsentrasi di lokasi veem. kendaraan, tempat penyortiran barang
Dengan kondisi demikian maka dapat dipastikan dagangan sebagian-pedagang dan lain lain.
bahwa sampah yang dihasilkan di lokasi veem,
kWh banyak, sehingga perlu mendapat Dalam setiap blok terdapat sejumlah veem yang
perhatian khusus. berbeda, dengan luas setiap veem (3x4) meter,
yang dikelompokkan dalam beberapa blok yaitu
3.1 Lokasi dan Batas Wilayah Pasar Induk blok EO sampai dengan E10. Sarana sirkulasi di
Caringin
dalam blok +2 meter. Sarana sirkulasi yang
Pasar Induk Caringin terletak di tepi jalan By tersedia ini sebagian digunakan pedagang untuk
Pass Soekarno Hatta. Secara administratif menyimpan barang dagangannya, sehingga
lokasi Pasar Induk Caringin terletak di Daerah sisa jalan yang tersedia tinggal kurang dari 1
Tingkat II Kota Bandung, tepatnya di Desa meter.
Lumbeng, Kelurahan dan Kecamatan Babakan
Tabel 1
Ciparay. Lokasi Pasar Induk Caringin di wilayah
Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 2. Pembagian Blok dan Jumlah Veem Dari Masing-
Masing Blok di Lokasi Veem Pasar Induk Caringin
Luas areal efektif Pasar Induk Caringin untuk
saat ini adalah sebesar  11,14 ha atau sekitar
92% dari luas total lahan yang akan
dikembangkan.

3.2 "Veem" Pasar Induk Caringin


Lokasi veem Pasar Induk Caringin berada di
tengah-tengah pasar (sentral Pasar Induk
Caringin), yang menempati +50% luas lahan
Pasar Induk Caringin. Veem di Pasar Induk
Caringin merupakan salah satu tipe tempat
dagangan/ usaha selain ruko, guko dan los.

119
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

3.3 Jenis Dagangan/Usaha 3.4 Waktu Aktifitas Daerah Studi


Dalam kegiatannya, veem ini digunakan
Aktifitas yang terjadi pada daerah studi terus
sebagian besar untuk menjual barang
menerus selama 24 jam. Namun demikian
komoditas perkebunan seperti sayuran dan
aktifitas jual beli terpadat dimana terjadi waktu
buah-buahan, serta sebagian kecil komoditas
kunjung paling ramai adalah pada jam 20.00 -
peternakan seperti daging, unggas dan ikan.
05.00. Selain aktifitas jual beli sebagai aktifitas
Selain itu juga beberapa tempat digunakan
utama, ada aktifitas lain yang mempunyai
untuk menjual makanan olahan untuk
kontribusi terhadap timbulan sampah yaitu
memenuhi kebutuhan makan para pedagang
aktifitas bongkar muat dan penyortiran barang
dan kuli bongkar muat, serta sebagian kecil
dagangan yang akan dijual. Aktifitas bongkar
menjual kebutuhan hidup lainnya. Sayuran dan
muat pada umumnya dimulai pada jam 14.00-
buah-buahan yang merupakan komoditas
17.00, sedangkan aktifitas penyortiran lebih
terbesar yang diperdagangkan pada daerah
banyak dilakukan pada jam 06.00-10.00.
studi, dijual dalam partai besar (grosir).
Informasi mengenai gambaran umum daerah
Distribusi penggunaan veem berdasarkan jenis
studi ini akan menjadi acuan dalam melakukan
dagangan/usahanya pada daerah studi ini dapat
analisis dan dalam memberikan usulan teknis
dilihat pada Tabel 2.
pengelolaan sampahnya.

Tabel 2
IV. SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH
Jumlah dan Prosentase ”Veem” Berdasarkan "VEEM" PASAR INDUK CARINGIN
Jenis Dagangan/Usaha
Pengelolaan sampah di Pasar Induk Caringin
bertujuan untuk melayani penanganan sampah
yang dihasilkan oleh pedagang, pengunjung dan
masyarakat yang berada di sekitar pasar,
sehingga sampah dapat diangkut secepat
mungkin ke tempat pembuangan akhir (TPA).

4.1 Struktur Organisasi Pengelola Sampah

Dalam pengelolaannya, persampahan Pasar


lnduk Caringin (termasuk di dalamnya lokasi
veem) berada dibawah pengawasan KOPPAS
Sumber : KOPPAS Induk Caringin, 2002 Induk Caringin dengan penanggung jawab
Manajer Pengelola. Sedangkan operasional

120
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

hariannya berada dibawah tanggung jawab 4.2 Operasional Pengelolaan Sampah


Kepala Seksi Kebersihan.
Operasional pengelolaan sampah veem Pasar
Induk Caringin dapat digambarkan dalam
Operasional pengelolaan persampahan Pasar
Gambar 1.
Induk Caringin berada di bawah tanggung jawab
seorang kepala seksi kebersihan yang
membawahi 3 bagian, yaitu petugas lapangan, “ Veem”
operator armada dan anggota. Selain
bertanggung jawab terhadap operasional harian
kebersihan pasar, kepala seksi kebersihan ini
juga bertanggung jawab terhadap operasional
retribusi yang dikenakan kepada pedagang,
Wheelloader
namun tidak menangani secara langsung
pengelolaan keuangannya.

Pendapatan dari retribusi ini dilaporkan dan


diserahkan langsung kepada bagian
pendapatan di Badan Pengelola Pusat
Perdagangan Caringin (BP3C). Bagian
pelaksana kebersihan yang bertanggungjawab
di lokasi veem adalah operator armada dan
beberapa anggota.
Gambar 1
Bagan Operasional Pengelolaan
Operator armada yang terdiri dari 2 orang Sampah Daerah Studi
bertugas mengoperasikan dan memelihara alat
berat (wheelloader), sedangkan anggota lainnya Sampah dari veem yang dominan adalah

adalah petugas kebersihan harian yang sortiran sayuran atau buah-buahan yang tidak

berjumlah 10 orang. Semua bagian yang mempunyai nilai jual. Sampah ini ditempatkan

bertugas sebagai pelaksana kebersihan ini sementara pada wadah lalu ditumpahkan ke

mulai bekerja pada jam 06.00 sampai dengan badan jalan. Sampah yang berserakan di jalan

jam 16.00. tersebut kemudian didorong oleh alat


pengumpul Wheelloader menuju TPS, lalu
diangkut dan dibuang ke TPA.

121
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

Sistem pengelolaan sampah di lokasi veem 4.2.2 Pengumpulan Sampah


Pasar Induk Caringin ini akan diuraikan
Sampah dari sumbernya dikumpulkan pada
berdasarkan sistem teknik operasional
badan jalan oleh masing-masing pedagang,
pengelolaan persampahan menurut SK SNI T-
kemudian didorong oleh wheelloader menuju
13-1990-F, yaitu pewadahan, pengumpulan,
TPS. Operasional pengumpulan dengan teknik
pemindahan, pengangkutan dan pembuangan.
tersebut melibatkan beberapa petugas untuk
mengumpulkan sampah yang berserakan
4.2.1 Pewadahan Sampah
supaya dapat terdorong oleh wheelloader.
Dalam sistem pelayanan persampahannya, Pengumpulan dilakukan berdasarkan jalur pada
pengelola persampahan Pasar Induk Caringin setiap blok, dimulai dari blok EO dan terakhir
tidak menyediakan tempat sampah secara pada blok E10.
khusus untuk pewadahan sampah dari sumber
sampah. Dari hasil pengamatan di lapangan dan Jumlah sampah yang banyak dan kapasitas
wawancara dengan pedagang, diperoleh pengumpulan wheelloader yang terbatas,
informasi bahwa sebagian besar pedagang tidak menyebabkan ritasi pengumpulan untuk setiap
melakukan pewadahan pada sampah yang jalur menjadi lebih banyak (2 sampai 4 rit per
dihasilkannya. Meskipun ada penampungan jalur). Waktu yang dibutuhkan untuk 1 rit
sampah pada saat penyortiran barang komoditi pengumpulan tergantung pada panjang jalur.
yang dilakukan pada masing-masing tempat Proses pengumpulan dilakukan dari jam 06.00
dagangan/usahanya (veem), hal tersebut hanya sampai dengan jam 15.00.
bersifat sementara.
4.2.3 Pemindahan Sampah
Setelah penampung tersebut penuh, sampah
Sampah dari sumber sampah, dikumpulkan di
langsung ditumpahkan ke badan jalan agar
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sebagai
sampah tersebut tidak memenuhi veemnya.
lokasi pemindahan sebelum diangkut dan
Sebagian pedagang melakukan penyortiran di
dibuang ke TPA. Tempat Pembuangan
pinggir badan jalan, sehingga sampah bisa
Sementara Pasar Induk Caringin berupa
langsung dibuang ke jalan tanpa menampung
bangunan dari beton yang berbentuk U dengan
terlebih dahulu. Dari penjelasan tersebut dapat
ukuran (5x2) meter dan tinggi 2,5 meter (lihat
disimpulkan bahwa belum ada pengelolaan
Gambar 2).
pewadahan baik oleh pihak pengelola Pasar
Induk Caringin, maupun partisipasi dari Proses pemindahan dilakukan dengan
pedagangnya sendiri. menggunakan wheelloader. Pemindahan

122
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

dilakukan pada saat alat pengangkut (Dump pengangkutan setiap truk bisa mencapai
Truck) ada dan jumlah sampah di TPS cukup maksimal 5 rit perharinya. Proses pengangkutan
untuk 1 kali angkut (+12 m). sampah dimulai pada jam 06.30 sampai dengan
jam 17.00.

4.2.5 Pembuangan Akhir Sampah


Sampah yang sudah terkumpul di TPS dan
diangkut oleh Dump Truk kemudian dibuang di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah.
Sistem pembuangan yang dilakukan adalah
sistem Open Dumping. Volume sampah rata-
Gambar 2
rata tiap harinya mencapai 120 m3.
Bentuk Tempat Pembuangan Sementara
Pasar Induk Caringin
4.3 Peran Serta Pedagang

4.2.4 Pengangkutan Sampah Dalam pengelolaan sampah Pasar Induk


Pengangkutan sampah dari TPS menuju TPA Caringin ini, ada peran serta pedagang yaitu
dilakukan dengan menggunakan Dump Truk dalam pemanfaatan kembali sampah yang
yang mempunyai kapasitas 12 m3. Dump Truk mempunyai nilai jual seperti karung, kardus,
tersebut merupakan hasil sewa dari pihak keranjang, peti kas, kulit bawang putih, sortiran
swasta (rekanan) atau dengan PD Kebersihan. buah/sayur dan lain-lain. Peran serta pedagang
Pada kondisi normal, tidak pada musim buah dalam pemanfaatan kembali sampah tersebut,
tertentu, volume sampah mencapai 120 m 3 secara tidak langsung (tanpa disadari) telah
perhari. Sehingga target jumlah truk yang harus membantu upaya minimasi jumlah sampah yang
disediakan pengelola adalah 5 buah, dengan harus dibuang ke TPA, walaupun hanya dalam
jadwal pengangkutan sampah ke TPA dilakukan jumlah kecil.
2 rit untuk setiap truknya.

V. ANALISIS HASIL PENGAMATAN DAN


Satu rit pengangkutan membutuhkan waktu 2 USULAN PERENCANAAN TEKNIK
PENGELOLAAN SAMPAH
jam. Pada kondisi musim buah tertentu, volume
sampah biasanya lebih banyak dan pengelola Merencanakan sistem pengelolaan

menyediakan sampai 10 buah dump truk. persampahan di lokasi veem Pasar Induk
Adakalanya dump truk yang tersedia terbatas Caringin, diawali dengan evaluasi dari kondisi

(tidak memenuhi kebutuhan), sehingga jadwal yang sudah ada. Kemudian didasari dengan

123
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

teori-teori yang mendukung, diberikan suatu Prosentase jumlah jenis dagangan sayur :
usulan perencanaan yang optimal untuk daerah
824
studi. Sebelum memberikan usulan   100%  59,28%
1390
perencanaan teknis pada daerah studi, terlebih
Jumlah sample untuk jenis dagangan sayur
dahulu dilakukan analisis terhadap timbulan dan
59,28
karakteristik sampah veem Pasar Induk  38  22 Sampel
100
Caringin.

Hasil perhitungan jumlah sampel untuk tiap jenis


5.1 Analisis Timbulan Sampah
dagangan/usaha dapat dilihat pada Tabel 3.
Timbulan sampah diperoleh melalui cara
sampling sesuai SK SNI M-36-1991-03. Jumlah Tabel 3
sampel yang harus diambil ditentukan Jumlah Sampel Untuk Tiap Jenis
Dagangan/Usaha
berdasarkan jumlah veem dan jenis
dagangan/usahanya. Hasilnya dapat dilihat
pada uraian berikut :
1. Langkah pertama adalah perhitungan
jumlah sampel yang harus diambil
berdasarkan rumus :
S  Cd Ts
dimana :
S = jumlah sampel
Cd = koefisien bangunan non permanen = 1
Ts = jumlah tempat veem Sumber : Perhitungan
Perhitungan :
Dari hasil perhitungan tersebut, maka jumlah
sampah yang diambil adalah 44 sampel, dengan
S  1 1390  38 sampel
pertimbangan agar sampel cukup representarif.
2. Langkah berikutnya adalah mengukur jumlah
Setelah diperoleh total jumlah sampel yang
timbulan dari masing-masing sampel sesuai
harus diambil, kemudian ditentukan jumlah
dengan cara pengukuran yang telah
sampel untuk tiap jenis dagangan/usaha dengan
ditetapkan SK SNI M-361991-03 (langkah
cara prosentase tiap jenis dagangan/usaha
kerja sudah dijelaskan pada metodologi
dikalikan dengan total jumlah sampel. Contoh
perhitungan :

124
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

penelitian). Hasil pengukuran sampel dapat


dilihat pada Tabel 4.
Timbulan sampah ini kemudian akan menjadi 1. Jenis Sampah
dasar pertimbangan dalam memberikan usulan Jenis sampah yang dinalisis dikelompokkan
teknis sistem pewadahan dan pengumpulan dalam 3 jenis, yaitu sampah basah (garbage),
daerah studi. sampah kering (rubbish) dan sampah lembut.
Hasil pengamatan di lapangan memberikan
Tabel 4 informasi bahwa jenis sampah yang dominan
Timbulan Sampah Tiap Jenis Dagangan/Usaha pada daerah studi adalah jenis sampah basah
(garbage), yaitu sekitar 66,67%. Analisis jenis
sampah pada daerah studi dilakukan.
untuk menentukan sistem pengelolaan sampah,
terutama pada sistem pewadahan.。

2. Komposisi Sampah
Dari hasil pengukuran di lapangan prosentase
komposisi fisik sampah Pasar Induk Caringin
dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5
Prosentase Komposisi Fisik Sampah Pasar Induk
Sumber : Pengukuran dan Perhitungan Caringin

5.2 Analisis Karakteristik Sam pah

Selain timbulan, hal fain yang perlu


dipertimbangkan adalah karakteristik sampah.
Karakteristik sampah diukur untuk menentukan
sistem pengelolaan sampah yang tepat untuk
daerah studi, terutama dalam penentuan sistem
pewadahan dan sistem pengolahan.

Karakteristik sampah yang diukur adalah jenis


sampah, komposisi sampah dan densitas (berat
jenis) sampah.

125
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

Prosentase Komposisi Kimia Sampah Pasar Induk


Caringin

Sumber : KOPPAS Induk Caringin, 2002

3. Densitas (Berat Jenis) Sampah


Sumber : Pengukuran dan Perhitungan
Densitas (berat jenis) sampah dinyatakan
dengan berat sampah per satuan volume.
Informasi mengenai densitas (berat jenis)
Dari 5 dapat disimpulkan bahwa komposisi fisik
sampah diperlukan untuk menentukan
terbesar sampah Pasar Induk Caringin adalah
ketebalan dari lapisan sampah yang akan
sampah organik, yaitu sebesar 92,76%. Dengan
dibuang di tempat pembuangan akhir (TPA)
demikian alternatif sistem pengolahan sampah
dengan sistem Sanitary Landfill. Dari hasil
yang tepat untuk Pasar !nduk Caringin adalah
pengukuran di lapangan, diperoleh data
metoda komposting. Frosentase komposisi fisik
bahwa densitas (berat jenis) sampah Pasar
lainnya, berupa plastik, kertas, kayu dan karet,
Induk Caringin adalah 478,45 kg /M3.
relatif kecil (7,24%). Hal ini terjadi karena
komposisi sampah yang diukur merupakan 5.3 Usulan Perencanaan Teknik Sistem
sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh Pengelolaan Sampah
para pedagang ataupun pemulung.
Hasil analisis timbulan dan karakteristik sampah
Parameter komposisi kimia yang diukur adalah
digunakan sebagai acuan untuk memberikan
kadar air, kadar kering, kadar abu, kadar volatil,
usulan perbaikan teknik operasional
kadar C-Organik, kadar total Nitrogen dan kadar
pengelolaan sampah veem Pasar Induk
Phosfat. Prosentase komposisi kimia sampah
Caringin. Usulan perbaikan didasarkan pada SK
Pasar Induk Caringin dapat dilihat pada Tabel 6.
SNI M-36-1991-03 mengenai teknik operasional
Tabel 6 pengelolaan sampah meliputi pewadahan,

126
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

pengumpulan, pengangkutan, pemindahan, daerah studi faktor-faktor tersebut dapat


pembuangan dan pengolahan. diuraikan sebagai berikut :
 Timbulan sampah yang dihasilkan oleh
5.3.1 Teknik Pewadahan setiap pedagang pada daerah studi sangat
bervariasi mulai dari 0,05 kg/unit/hari
Penyimpanan / pewadahan sampah
sampai dengan 72,6 kg/unit/hari. Hal
dimaksudkan untuk mencegah sampah
tersebut tergantung pada jenis
berserakan yang akan memberikan kesan kotor,
dagangannya. Dengan demikian volume
selain itu juga untuk mempermudah proses
wadah sampah untuk masing-masing veem
kegiatan pengumpulan. Dari hasil analisis data
akan berbeda.
pengamatan diketahui bahwa pada daerah studi
 Jenis sampah yang dihasilkan pada
proses pewadahan tidak dilakukan oleh semua
umumnya sama, yaitu sebagian besar
pedagang. Pada pedagang yang melakukan
merupakan sampah organik basah.
pewadahanpun, pewadahan sampahnya hanya
Sehingga perlu wadah sampah dengan
bersifat sementara, sampah kemudian segera
bahan yang tidak mudah rusak.
ditumpahkan ke badan jalan. Hal tersebut
 Sarana sirkulasi yang tersedia di lokasi
sangat tidak dibenarkan, baik dari segi
veem adalah :
kebersihan maupun kesehatan. Untuk itu
 Sarana sirkulasi yang tersisa di dalam
diusulkan suatu sistem pewadahan yang sesuai
setiap blok kurang dari 1 meter. Aktifitas
dengan kondisi daerah studi.
penggunaan sarana sirkulasi antar blok
sangat tinggi.
Wadah sampah merupakan tanggung jawab
 Dengan kondisi demikian akan sulit
penghasil sampah, DPU [3]. Dalam menentukan
menempatkan wadah sampah permanen,
wadah sampah, perlu mempertimbangkan
baik pada masing-masing veem, maupun
faktor-faktor yang mempengaruhinya,
secara komunal.
diantaranya yaitu timbulan sampah perhari dan
 Karakteristik masyarakat pasar yang selalu
karaktehstik sampahnya. Wadah sampah ini
menilai segala sesuatu berdasarkan nilai
juga direncanakan dengan pertimbangan
ekonomis, akan selalu mencari kesempatan
kemudahan dalam proses pengumpulan
dalam bentuk apa saja yang bisa
(mempercepat proses), hygienis untuk
menguntungkan, termasuk pemanfaatan
penghasil sampah dan petugas pengumpul.
setiap lahan yang tersedia. Sebagai contoh
Namun dalam teknis pelaksanaannya,
pemanfaatan sebagian sarana sirkulasi
karakteristik masyarakat pasar serta aspek
menjadi tempat menyimpan barang
sosial lainnya juga perlu dipertimbang kan. Pada

127
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

dagangannya. Kondisi demikian akan sulit sisa sampah masih tertinggal. Selain itu
dalam menempatkan wadah sampah permasalahan lain adalah umur bersih daerah
individu ataupun komunal yang bersifat studi yang relatif singkat. Dengan kondisi
permanen, karena dikhawatirkan tempat demikian perlu perubahan pola pengumpulan.
sampah permanen tersebut akan berubah Maka teknik pengumpulan yang diusulkan
fungsi menjadi tempat dagangan. adalah :
1. Sampah yang sudah diwadahi dan
Dengan pertimbangan faktor-faktor tersebut di ditempatkan di pinggir badan jalan diangkut
atas, maka diusulkan teknik pewadahan individu dengan alat pengumpul. Alat pengumpul
dimana : yang akan diusulkan adalah kendaraan jenis
 Setiap pedagang wajib mewadahi sampah pick-up yang dimodifikasi. Pertimbangan
yang dihasilkannya. penggunaan mobil pick-up sebagai alat
 Wadah sampah disediakan sendiri oleh pengumpul yaitu :
pedagang.  Rata-rata timbulan sampah yang
 Wadah sampah dapat berupa kantong dihasilkan per hari pada daerah studi
plastik, karung atau keranjang bekas cukup besar (52203,05 kg/hr).
dagangannya.  Kapasitas mobil pick-up yang diusulkan
 Kapasitas wadah sampah disesuaikan cukup untuk mengangkut sampah
dengan jumlah sampah yang dengan jumlah timbulan tersebut
dihasilkannya. (kapasitas maksimal mobil pickup yang
 Menempatkan sampah yang sudah diusulkan adalah 6 m).
diwadahi masing-masing pedagang di  Kemudahan dalam operasional.
pinggir badan jalan. Selain mempermudah  Sarana sirkulasi yang tersedia dengan
petugas dalam pengambilan sampahnya aktifitas yang cukup tinggi.
juga tidak menambah penggunaan lahan 2. Pola pengumpulan dilakukan berdasarkan
tempat dagangannya. jalur yang tersedia. Jumlah ritasi per hari
untuk 1 mobil pick-up dihitung dengan
5.3.2 Teknik Pengumpulan menentukan kapasitas pelayanan mobil
pick-up, jarak tempuh, waktu operasi dan
Teknik pengumpulan eksisting daerah studi juga
kelonggaran waktu.
tidak mempertimbang kan aspek kebersihan
a. Kapasitas pelayanan mobil pick-up per
dan kesehatan. Dimana sampah didorong
satu rit Untuk menentukan kapasitas
wheelloader dan tidak ada penanganan lanjutan
pelayanan mobil pick-up per satu rit,
seperti penyapuan. Hal tersebut menyebabkan

128
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

harus ditentukan terlebih dahulu rata- = (1,9 + 19,25 + 1,9 + 25 + 20) menit
rata timbulan sampah per unit (veem) = 68,05 menit = 1,13 jam/rit
per hari. c. Jumlah ritasi per mobil pick-up per hari :
 Rata-rata timbulan per veem per hari  Usulan total kerja per hari = 8 jam/hr
= 52203,05 kg/hr: 1390 = 37,56  Jumlah ritasi pick up per hari = 8 jam/hr :
kg/unit/h = 0,0785 m3/unit/hr 1,13 jam/rit = 7 rit/hari
 Kapasitas pelayanan pick-up per 1 rit d. Jumlah kebutuhan pick up per hari :
3
= 6 M3: 0,0785 m /unit/hr = 76,4 unit = 
Volume pick up = 6 m3
77 unit 
Faktor pemadatan = 1,2 (SK SNI S-04-
b. Rata-rata waktu yang dibutuhkan 1993-03)
terhadap proses operasi pengumpulan 
Kapasitas pick up = 6 m3 x 1,2
sampah (Khaeriyah, 1999), [4]: = 7,2 m3/pick-up
 Menjalankan mobil pick-up kosong =  Ritasi pick up per hari = 7 rit/hr
213 m : 1,87 m/dt = 113,9 detik = 1,9  Kebutuhan pick-up = total timbulan
menit sampah : (ritasi x kap. pick-up)
 Waktu operasi pengambilan sampah : = 109,1 m3/hr : (7 rit/hr x 7,2 m)
 Berjalan ke tempat sampah = 3 detik = 2 pick-up
 Mengambil sampah = 4 detik e. Alokasi pelayanan pick-up :
 Membawa tempat sampah penuh  Pick-up 1 melayani blok EO - E2 dan
= 5 detik sebagian blok E3
 Meletakkan/menuang sampah  Pick-up 2 melayani sebagian blok E3
= 3 detik/ 15 detik dan blok E4 - E10
 Total waktu pengambilan per 1 rit (Daerah pelayanan untuk tiap mobil
= 15 dtk x 77 unit = 1155 detik = 19,25 pick-up dapat dilihat pada Gambar 3)
menit 3. Sampah dikumpulkan di TPS dengan cara
 Menjalankan pick up penuh diturunkan atau ditumpahkan dari mobil
= 213 m : 1,87 m/dt = 113,9 detik = pick-up pada kondisi masih dalam wadah
1,9 menit ataupun tidak.
 Memindahkan sampah di TPS = 25 4. Waktu pengumpulan dilakukan mulai jam
menit 10.00 pagi sampai jam 18.00 yaitu pada
 Kelonggaran waktu = 20 menit saat aktifitas jual beli tidak terlalu ramai
Total waktu yang diperlukan dalam serta waktu penyortiran dan bongkar muat
operasi pengumpulan adalah : sudah selesai.

129
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

5. Penugasan 3 orang untuk setiap kendaraan, beban operasional pengumpulan pada hari
yang terdiri dari 1 orang sopir dan 2 orang senin yang akan menambah kebutuhan
petugas pengambil sampah. sarana pengumpul (mobil pick-up).
6. Penambahan waktu kerja petugas pada hari
minggu, sehingga tidak terjadi kelebihan

Gambar 3
Daerah pelayanan untuk tiap mobil pick-up

5.3.3 Teknik Pemindahan sampah ke TPA. Teknik pemindahan dilakukan


dengan memanfatkan wheelloader yang ada
Pemindahan dilakukan terhadap sampah yang
sebagai alat pemindah sampah. Dengan
sudah dikumpulkan oleh mobil pick-up ke TPS,
demikian wheelloader masih dapat difungsikan.
ke dalam dump truck sebagai alat angkut

130
Perencanaan Teknik Sistem Pengolahan Persampahan
di Lokasi “VEEM” Pasar Induk Caringin Kota Bandung

tidak memungkinkan dilakukan komposting di


5.3.4 Teknik Pengangkutan lokasi (Pasar Induk Caringin). Untuk itu perlu
ada kerjasama dengan pemerintah kabupaten
Usulan perbaikan teknik pengangkutan lebih
untuk melakukan proses komposting di TPA.
ditekankan pada penyediaan alat angkut. Perlu
dilakukan pengadaan minimal satu alat angkut
Semua usulan teknis perencanaan ini tidak
sebagai investasi pengelola. Selain itu perlu ada
terlepas dari aspek non teknis, yaitu peran serta
kontrak yang jelas dengan pihak swasta yang
masyarakat pasar. Untuk itu perlu ada
memberikan sewa alat angkut (dump truk). Hal
kerjasama yang baik antara pedagang dengan
ini untuk menghindari keterlambatan
pihak pengelola.melalui pendekatan sosial,
pengankutan sampah ke TPA.
sehingga ada kontribusi pedagang terhadap
5.3.5 Teknik Pembuangan
pengelolaan sampahnya. Selain itu perlu
Dalam teknik pembuangan, perlu diusulkan adanya aturan yang jelas yang ditetapkan oleh
suatu kerjasama dengan pemerintah kabupaten pihak pengelola untuk mendukung sistem
(owner lahan TPA) dalam pengadaan timbangan pengelolaan yang baik.
alat berat, sehingga dapat diperkirakan jumlah
sampah yang akan dibuang. VI. KESIMPULAN

Kesimpulan dari studi ini adalah perlu dilakukan


Hal ini berkaitan dengan biaya retribusi yang
perbaikan sistem pengelolaan sampah eksisting
harus dibayar sesuai dengan berat sampah
pada daerah studi terutama dalam teknik
yang dibuang, selain itu juga untuk mengetahui
pewadahan dan pengumpulannya, baik secara
umur pakai TPA.
teknis dan non teknis.
Secara teknis, perlu dilakukan perbaikan dalam
5.3.6 Teknik Pengolahan
teknik pewadahan dan pengumpulannya. Teknik
Hasil pengukuran di lapangan yang menunjukan pewadahan yang sebelumnya dilakukan dengan
bahwa jenis sampah dominan adalah sampah cara dituang di badan jalan, dirubah menjadi
garbage dan karakteristik sampah yang diwadahi pada wadah yang sesuai dengan
menunjukkan kandungan C-organik yang tinggi, jumlah sampah yang dihasilkannya.
maka diusulkan teknik pengolahan komposting
Sedangkan teknik pengumpulan dirubah dari
sebagai teknik pengolahan yang sesuai untuk
teknik pengumpulan dengan cara didorong
daerah studi.
menjadi teknik pengumpulan dengan cara
Karena jumlah sampah yang cukup besar dan diangkut. Dengan jumlah sampah yang cukup
tidak adanya lahan kosong pada daerah studi,

131
Infomatek Volume 7 Nomor 2 Juni 1005 : 115 - 132

besar pada daerah studi diperlukan 2 alat


pengumpul.

Sedangkan secara non teknis, sistem


pengelolaan sampah pada daerah studi ini
memerlukan peran aktif dari para pedagang,
yaitu dalam kesadaran dan kemauan untuk
melakukan pewadahan secara mandiri.
Disamping itu perlu satu aturan yang jelas yang
ditetapkan oleh pengelola untuk mendukung
sistem pengelolaan yang baik.
VII. DAFTAR RUJUKAN [3] Departemen Pekerjaan Umum, (1991),

[1] Pratama, Y.,(1999), Studi Karakteristik Metoda Pengambilan dan Pengukuran

Timbulan Sampah Pasar Tradisional Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah

Permanen Cihaurgeulis dan Non Perkotaan. (SK SNI M-36-1991-03),

Permanen Cikufra Kodya Bandung, Yayasan LPMB, Bandung,

Laporan Tugas Akhir TL ITENAS, [4] Khaeriyah, Y., (1999), Rencana

[2] Dinas Pengelola Pasar Kota Bandung, Pengelolaan Sampah Kota Indramayu,

(2002), Himpunan Peraturan Daerah Laporan Tugas Akhir TL ITA, Bandung,

Tentang Pengelolaan Pasar di Kota


Bandung, (Perda Kota Bandung No. 19
tahun 2001), Bandung,

132

Anda mungkin juga menyukai