Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK


SOP. ..
No. Dokumen : /7/UKP/VIII/201
8
SOP
No. Revisi : 00
Tanggal Mulai Berlaku : 01-08-2018
Halaman : 1-2

Puskesmas
dr.Hj.Syamsiah Densi.M.Kes
Mamajang
Nip 196010261989112001
1.Pengertian Asuhan Keperawatan adalah
suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada klien / pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah-
kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, bersifat
humanistic,dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi
klien.
PPOK adalah suatu penyakit yang menimbulkan obstruktif saluran nafas, termasuk ke dalamnya
ialah asthma, bronchitis kroni, emfisema pulmonal atau bisa disebut juga PPOK adalah suatu istilah
yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai
oleh peningkatan retensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan dikenal dengan istilah PPOK yaitu bronchitis kronis,
empisema paru-paru dan asma (Manurung N. , 2016, hal. 9).
2.Tujuan Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien secara komprehensif
3.Kebijakan SK Kepala Puskesmas Mamajang No SK.002/1/ADM/VIII/2018 tentang jenis-jenis pelayanan yang
disediakan di Puskesmas
4.Referensi DAFTAR PUSTAKA
Nixson Manurung, S. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

5. Prosedur Penatalaksanaan

Menurut (Jeffrey & Scott, 2012, hal. 129-130)

1. Pemberian oksigen untuk membantu memenuhi kebutuhan oksigen pasien. Pemberian


bronkodilator inhaler ( antikolinergik).
2. Pemberian kortikosteroid.
3. Pemberian antibiotik (mis.azithromycin, doksisiklin), diberikan terutama pada ekserbasi yang
berat. Pemberian methylxanthine (mis.teofilin), tidak bermanfaat pada serangan akut.
4. Pemberian bantuan ventilator mungkin diperlukan :
5. Ventilasi mekanik yang non-invasif melalui CPAP (tekanan jalan napas positif yang terus
menerus) atau BiPAP (tekanan jalan napas positif bilevel) dapat menadakan keperluan intubasi.
6. Intubasi orotrakea dilakukan pada kasus gagal napas.

Berdasarkan Diagnosa Keperawatan :


I. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi sekret
yang berlebihan (PPNI, 2017, hal. 18).
Definisi : Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
Intervensi NIC
 Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut ini
1. Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
2. Keefektifan obat yang diprogramkan
3. Hasil oksimetri nadi
4. Kecenderungan pada gas darah arteri
5. Frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan
 Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui penurunan atau ketiadaan
ventilasi dan adanya suara napas tambahan
Penyuluhan Untuk Pasien/Keluarga
 Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis;oksigen, mesin pengisap, inhaler)
 Informasikan kepada klien dan keluarga tentang larangan merokok di dalam ruang perawatan
 Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas dalam.
 Ajarkan klien dan keluarga tentang makna perubahan pada sputum
 Pengisapan jalan napas (NIC): Instruksikan kepada pasien dan keluarga tentang cara
pengisapan jalan napas
Aktivitas Kolaboratif
 Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan
 Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau alat pendukung
 Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan kebijakan institusi
 Berikan terapi ventolin nebulizer (salbutamol) obat ini masuk golongan agonis adrenoreseptor
beta-2, terdapat kandungan salbutamol 2,5 mg/2, ml NaCl dalam ventolin, dosis yang diberikan
2,5 mg diberikan ± 3-4 x/hari
 Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
Aktivitas Kolaboratif

 Anjurkan aktifitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran sekret


 Berikan klien dukungan emosi
 Atur posisi klien yang memungkinkan untuk pengembangan maksimal rongga dada

II. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan tersumbatnya jalan nafas


akibat sekret (PPNI, 2017, hal. 22).
Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan eliminasi karbondioksida pada
membran alveolus-kapiler.

 Managemen Jalan Napas (NIC):


1. Identifikasi kebutuhan klien terhadap pemasangan jalan napas aktual dan potensial
2. Auskultasi suara napas, tandai area penurunan hilangnya ventilasi dan adanya bunyi
tambahan
3. Pantau status pernapasan dan oksigen klien
 Pengaturan hemodinamik (NIC):
1. Auskultasi bunyi jantung
2. Pantau dan dokumentasikan frekuensi, irama dan denyut jantung
3. Pantau adanya edema perifer
Penyuluhan untuk Klien / Keluarga
 Jelaskan penggunaan alat bantu yang diperlukan klien mislnya oksigen
 Ajarkan kepada klien teknik bernapas dan relaksasi
 Jelaskan kepada klien dan keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakannya
 Informasikan kepada klien dan keluarga tentang bahaya merokok
 Managemen Jalan Napas (NIC):
1. Ajarkan tentang batuk efektif
2. Ajarkan kepada klien bagaimana menggunakan inhaler yang dianjurkan
Aktivitas Kolaboratif
 Kolaborasi dengan dokter untuk alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan perubahan kondisi
klien
 Laporkan perubahan data pengkajian terkait
 Berikan obat terapi albuterol (salbutamol), pada larutan nebulizer yaitu 2,5 mg 2x/hari, dan ,25-5
mg setiap 4-8 jam PRN (pro re nata).
 Persiapkan pasien untuk ventilasi mekanis
 Managemen Jalan Napas (NIC):
1. Berikan udara yang dilembabkan atau oksigen
2. Berikan bronkodilator seperti ventolin nebulizer, obat ini masuk golongan agonis
adrenoreseptor beta-2, terdapat kandungan salbutamol 2,5 mg/2, ml NaCl dalam ventolin,
dosis yang diberikan yaitu 2,5 mg diberikan ± 3-4 x/hari
3. Berikan terapi aerosol yaitu dengan dosis 180 mcg (2 puff) dihirup PO (per oral) setiap 4-6
jam dan tidak melebihi 12 inhalasi/24 jam
 Pengaturan Hemodinamik (NIC): Berikan obat anti-aritmia
Aktivitas Lain
 Jelaskan kepada klien sebelum memulai pelaksaaan prosedur, untuk menurunkan ansietas dan
meningkatkan rasa kendali
 Berikan penenangan kepada klien selama periode gangguan atau kecemasan
 Lakukan hygien oral secara teratur
 Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen

III. Resiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan penurunan nafsu makan dan berat
badan (PPNI, 2017, hal. 81).
Penyuluhan untuk Klien/Keluarga
 Ajarkan metode untuk perencanaan makan
 Ajarkan klien/keluarga tentang makanan yang tepat bergizi dan tidak mahal
 Managemen Nutrisi (NIC) : Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
bagaimana memenuhinyaciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
Aktivitas Kolaboratif

 Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan gizi klien yaitu seperti karbohidrat
329 Kkal atau 78,3 gram, protein 423 Kkal atau 100 gram, lemak 188 Kkal atau 21 gram
 Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan
 Rujuk ke rumah sakit untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antiemetik/analgesik sebelum makan dan
sesuai jadwal
 Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi
Aktivitas Lain
 Yakinkan klien dan berikan lingkungan yang nyaman selama makan
 Berikan klien posisi yang nyaman untuk memudahkan menelan (semifowler)
 Letakkan makanan pada bagian mulut yang tidak bermasalah untuk memudahan menelan

IV. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan batuk terus menerus, dan sesak
nafas (PPNI, 2017, hal. 126).

enyuluhan untuk Klien


1) Peningkatan Tidur (NIC)

1. Instruksikan pada klien dan keluarga tentang faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola
tidur
2. Instruksikan pada klien tentang cara melakukan relaksasi otot autogenik atau bentuk
nonfarmakologis agar merangsang tidur
Aktifitas Kolaboratif
 Diskusikan dengan dokter tentang pentingnya merevisi program obat jika obat tersebut
menimbulkan gangguan tidur
Aktivitas Lain
 Tangani gangguan pola tidur sesuai dengan kebutuhan
 Hindari kebisingan dan penggunaan lampu ruangan pada waktu tidur, serta ciptakan lingkungan
yang tenang
 Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan penyebab yang mendasari kurang tidur
V. .Kelelahan berhubungan dengan penurunan pemenuhan oksiegen (Wilkinson,
2016, hal. 171-173).
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
keletihan, yang dibuktikan dengan ketahanan, penghematan energi, dan energi psikomotor,
klien akan menunjukkan penghematan energi dibuktikan oleh indikator berikut: mengadaptasi
gaya hidup dengan tingkat energi, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,
mempertahankan nutrisi yang adekuat, melaporkan ketahanan yang adekuat untuk aktivitas,
menggunakan teknik penghemat energi.
Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan interaksi sosial yang biasanya, mengidentifikasi
faktor psikologis dan fisiologi yang dapat menyebabkan keletihan, mempertahankan
kemampuan untuk berkonsentrasi, memberikan perhatian dan respon yang sesuai terhadap
isyarat penglihatan

VI. Pola Napas, Ketidakefektifan berhubungan dengan kelelahan pada otot-otot pernapasan
(Wilinson & M, 2016, hal. 60-63)
A. Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien menunjukkan pola
penapasan pasien efektif, yang dibuktikan oleh status pernapasan yang tidak terganggu:
ventilasi dan status pernapasan: kapatenan jalan napas; dan tidak ada penyimpangan tanda-
tanda vital dari rentang normal. Ventilasi tidak terganggu, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut kedalaman inspirasi dan kemudahan bernapas, ekspansi dada simetris. Tidak adanya
gangguan Status Pernapasan: Ventilasi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai berikut
penggunaan otot aksesoris, suara napas tambahan, orthopnea.
B. Kriteria Hasil: Klien akan menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator
mekanis, mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal, mempunyai fungsi
paru dalam batas normal untuk pasien, meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan, mampu
menjelaskan rencana untuk perawatan dirumah.
 Pemantauan Pernapasan (NIC):
1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
2. Pantau pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan akasesoris, dan retraksi otot
supraklavikular dan interkosta
3. Pantau adanya bunyi napas tambahan (wheezing, ronchi, creacless)
4. Pantau pola pernapasan (bradipnea, takipnea, hiperventilasi)
5. Auskultasi suara napas
Penyuluhan untuk Klien/Keluarga

 Informasikan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasan
 Diskusikan cara menghindari alergen
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Informasikan kepada klien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok di dalam ruangan
Aktivitas Kolaborasi
 Laporkan perubahan sensori, punyi napas, pola napas, sputum
 Berikan obat bronkodilator seperti ventolin nebulizer (salbutamol) obat ini masuk golongan
agonis adrenoreseptor beta-2, terdapat kandungan salbutamol 2,5 mg/2, ml NaCl dalam
ventolin, dosis yang diberikan dewasa yaitu 2,5 mg diberikan ± 3-4 x/hari
Aktivitas Lain
 Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian
 Atur posisi klien untuk mengoptimalkan pernapasan
 Pemantauan Pernapasan (NIC):
1. Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
2. Pantau pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan akasesoris, dan retraksi otot
supraklavikular dan interkosta
3. Pantau adanya bunyi napas tambahan (wheezing, ronchi, creacless)
4. Pantau pola pernapasan (bradipnea, takipnea, hiperventilasi)
5. Auskultasi suara napas

Penyuluhan untuk Klien/Keluarga


 Informasikan kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk memperbaiki pola
pernapasan
 Diskusikan cara menghindari alergen
 Ajarkan teknik batuk efektif
 Informasikan kepada klien dan keluarga bahwa tidak boleh merokok di dalam ruangan
Aktivitas Kolaborasi
 Laporkan perubahan sensori, punyi napas, pola napas, sputum
 Berikan obat bronkodilator seperti ventolin nebulizer (salbutamol) obat ini masuk golongan
agonis adrenoreseptor beta-2, terdapat kandungan salbutamol 2,5 mg/2, ml NaCl dalam
ventolin, dosis yang diberikan dewasa yaitu 2,5 mg diberikan ± 3-4 x/hari
Aktivitas Lain
 Hubungkan dan dokumentasikan semua data hasil pengkajian
 Atur posisi klien untuk mengoptimalkan pernapasan

VII. Intoleransi aktivitas ketidakseimbangan suplai oksigen (Wilkinson J. ,


2016, hal. 15-18).
A. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat menoleransi
aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,
penghematan energi, tingkat kelelahan, energi psikomotorik, istirahat, dan perawat diri: AKS
(dan AKSI)
B. Kriteria Hasil: Klien dapat mengidentifikasikan aktivitas atau situasi yang menimbulkan
kecemasan yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas, merpartisipasi dalam aktivitas
fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah serta memantau pola dalam batas normal, pada (tanggal target) klien akan
mencapai tingkat aktivitas, klien dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang
kebutuhan oksigen, obat, dan/ atau peralatan yang dapat meningkatan toleransi terhadap
aktivitas.
C. Intervansi (NIC)
Pengkajian
 Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan
melakukan AKS dan AKSI
 Kaji respos emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
 Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
 Managemen Energi (NIC):
1. Tentukan penyebab keletihan
2. Pantau respons oksigen klien terhadap aktivitas perawatan
3. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber energi yang adekuat
4. Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya waktu tidur dalam 1 hari

Penyuluhan untuk Klien/Keluarga


 Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas
 Mengenali tanda dan gejala intoleransi aktivitas
 Pentingnya nutrisi yang baik
 Penggunaan peralatan sepertyi oksigen selama aktivitas
 Penggunaan teknik relaksasi
 Tindakan untuk menghemat energi
 Managemen Energi (NIC)
1. Ajarkan kepada klien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yang akan meminimalkan
konsumsi oksigen
2. Ajarkan klien untuk menghemat energi selama beraktivitas
3. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik managemen waktu untuk mencegah
kelelahan
Aktivitas Kolaboratif
 Kolaborasi dengan ahli terpi okupasi, fisisk atau rekreasi untuk merencanakan dan memantau
program aktivitas
 Rujuk klien ke pusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan penyakit jantung
Aktivitas Lain
 Hindari menjadwalkan pelaksanaan aktivitas perawatan selama periode istirahat
 Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan setelah aktivitas
 Managemen Energi (NIC)
1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas
2. Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki nergi paling banyak
3. Bantu dengan aktivitas fisik teratur
4. Batasi rangsangan lingkungan

VIII. Kelelahan berhubungan dengan penurunan pemenuhan oksiegen


(Wilkinson, 2016, hal. 171-173).
 Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat beradaptasi dengan
keletihan, yang dibuktikan dengan ketahanan, penghematan energi, dan energi psikomotor,
klien akan menunjukkan penghematan energi dibuktikan oleh indikator berikut: mengadaptasi
gaya hidup dengan tingkat energi, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,
mempertahankan nutrisi yang adekuat, melaporkan ketahanan yang adekuat untuk aktivitas,
menggunakan teknik penghemat energi.
 Kriteria Hasil : Klien dapat mempertahankan interaksi sosial yang biasanya, mengidentifikasi
faktor psikologis dan fisiologi yang dapat menyebabkan keletihan, mempertahankan
kemampuan untuk berkonsentrasi, memberikan perhatian dan respon yang sesuai terhadap
isyarat penglihatan
 Intervensi NIC
Pengkajian
 Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup
 Managemen Energi (NIC):
1. Pantau bukti adanya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada klien
2. Pantau asupan nutrisi untuk menjamin keadekuatan sumber energi.
3. Pantau dan catat pola tidur klien dan jumlah jamnya
Penyuluhan untuk Klien/Keluarga
 Jelaskan hubungan antara keletihan terhadap proses dan kondisi penyakit
 Managemen Energi (NIC):
1. Ajarkan klien dan keluarga untuk mengenali tanda dan gejala keletihan yang memerlukan
pengurangan aktivitas
2. Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik managemen waktu untuk mencegah keletihan
Aktivitas kolaboratif
 Ingatkan praktisi lain untuk menyadari dampak keletihan
 Lakukan perujukan ke terapi keluarga jika keletihan telah mengganggu fungsi keluarga
 Konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan yang berenergi
tinggi
Aktivitas Lain
 Dukung klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan, sehubungan dengan perubahan
hidup yang disebabkan oleh keletihan
 Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan konsentrasi
 Dukung batasan interaksi sosial pada saat berenergi tinggi

6. Bahan
dan alat
7. Unit Rawat Inap
terkait

Anda mungkin juga menyukai