Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN.

2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

BERPIKIR KREATIF DALAM FISIKA DENGAN PEMBELAJARAN


CONCEPTUAL UNDERSTANDING PROCEDURES (CUPs)
BERBANTUAN LKPD

Nurul Fitriani, Gunawan, Sutrio


Program Studi Pendidikan Fisika
Universitas Mataram
Jalan Majapahit No. 62, Mataram
E-Mail: nurulfitriani2juni94@gmail.com

Abstract - This study aims to improve students' creative thinking ability in physics by using conceptual
understanding learning learning with LKPD. This quasi experimental study uses non-equivalent control group
design. The population is all students of class X MA NW Narmada. The sample was chosen using purposive
sampling technique which consist of class XB students as experiment class and XA class student as control
class. The research instrument uses verbal and figural creativity tests that have been validated by experts.
Hypothesis test using t-pooled variance test. Increased creativity is determined based on the results of the N-
gain test. The results showed that there was an increase of students' creativity in both classes. Verbal and
figural creativity improves in both classes. The experimental class experienced a higher creativity increase
than the control class. Verbal creativity increased higher than the figural creativity. This shows that LKPD
conceptual understanding procedure model applied successfully improve the creativity of learners in physics
learning.

Keywords: Learning CUPs, LKPD, Creative Thinking in Physics.

PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan Fisika juga merupakan bagian dari ilmu sains yang
ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu pada hakikatnya merupakan kumpulan
tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. Ilmu
hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa sains yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan yang
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip mempelajari sifat dan gejala pada benda-benda di
saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. alam. Gejala-gejala ini pada awalnya adalah apa
IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari yang dialami oleh indra kita, misalnya penglihatan
gejala-gejala melalui serangkaian proses yang menemukan optika atau cahaya, pendengaran
dikenal dengan proses ilmiah, yang dibangun atas menemukan pelajaran tentang bunyi, dan indra
dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai peraba yang dapat merasakan panas.
produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
berlaku secara umum (Trianto, 2011). Konsep yang pembelajaran agar peserta didik secara aktif
dimaksud adalah ide yang mempersatukan fakta- mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
fakta atau dengan kata lain konsep merupakan suatu kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
penghubung antara fakta-fakta yang saling kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
berhubungan. Kemudian prinsip adalah hubungan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
antara konsep-konsep yang berkaitan, sedangkan bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan sarana
teori adalah berbagai prinsip yang dapat pewarisan keterampilan hidup sehingga
menjelaskan fenomena alam. keterampilan yang telah ada pada satu generasi
Fisika merupakan bagian dari sains yang dapat dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi
memfokuskan kajiannya pada materi, energi, dan sesudahnya sesuai dengan dinamika tantangan
hubungan antara keduanya (Gunawan et al, 2015). hidup yang dihadapi oleh anak (Purwanto, 2011).
24
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Melalui pendidikan, peserta didik dapat didik yakni kecerdasan, kesiapan dan bakat. Faktor
meningkatkan potensi dasar yang dimilikinya baik dari luar peserta didik didominasi oleh lingkungan,
itu potensi fisik, intelektual, emosional, mental, salah satunya berupa kualitas pembelajaran yang
sosial, dan etika sehingga pendidikan merupakan didapatkan yang kemudian dipengaruhi oleh
hal penting yang harus didapatkan setiap peserta kemampuan (kompetensi) guru, suasana belajar,
didik menuju terbentuknya peserta didik yang serta kepribadian guru.
berkualitas. Dimana pada dasarnya pendidikan Di sisi lain, guru sering menyajikan
merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta pembelajaran yang masih bersifat satu arah dari
didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang guru kepada murid melalui metode ceramah.
berlangsung dalam lingkungan pendidikan tertentu, Padahal terdapat metode pembelajaran lain yang
serta memiliki fungsi untuk membantu peserta sesuai dan dapat membuat proses belajar fisika
didik dalam pengembangan dirinya, yaitu peserta didik menjadi bermakna dan
pengembangan semua potensi, kecakapan, serta menyenangkan. Peserta didik yang tidak terlibat
karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik langsung dalam pembelajaran dan didominasi
bagi dirinya maupun lingkungannya. sepenuhnya oleh guru seharusnya menjadi suatu
Belajar merupakan suatu proses perubahan evaluasi bagi guru. Pembelajaran pada hakikatnya
tingkah laku melalui pengalaman, yaitu perubahan adalah kegiatan guru dalam membelajarkan peserta
tingkah laku individu, dimana perbedaannya didik, sehingga proses pembelajaran adalah
terletak pada cara atau proses pencapaiannya yang membuat peserta didik dalam kondisi belajar.
mentikberatkan pada interaksi individu dengan Membuat peserta didik dalam kondisi belajar yang
lingkungannya. Belajar merupakan suatu proses berarti perlu diciptakannya suatu suasana
perubahan tingkah laku melalui pengalaman, yaitu pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
perubahan tingkah laku individu, dimana dengan memberikan kesempatan kepada peserta
perbedaannya terletak pada cara atau proses didik untuk aktif dalam membangun pengetahuan
pencapaiannya yang mentitikberatkan pada tersebut. Hal tersebut tentunya muncul jika guru
interaksi individu dengan lingkungannya. Proses mau memberikan kesempatan kepada peserta didik
belajar dalam upaya penambahan pengetahuan untuk mengemukakan ide – ide atau gagasan-
hanya sebagian kecil dari kegiatan menuju gagasannya.
terbentuknya kepribadian seutuhnya (Suprijono, Pembelajaran yang efektif merupakan
2012). hubungan yang cocok antara peserta didik dan
Kurangnya pemahaman peserta didik lingkungan kelas (Yang & Huang 2015). Beberapa
terhadap konsep materi fisika disebabkan karena konsep abstrak yang terdapat dalam pembelajaran
selama proses belajar mengajar berlangsung banyak fisika, menimbulkan kesulitan dalam memahami
peserta didik yang tidak memperhatikan apa yang suatu materi yang diajarkan, baik oleh peserta didik
dijelaskan oleh guru mata pelajaran atau hanya maupun guru yang mengajar. Gunawan et al (2014)
beberapa peserta didik yang memperhatikan. menyatakan bahwa beberapa konsep fisika
Peserta didik juga kurang aktif bertanya tentang termasuk konsep yang abstrak. Hal ini yang
konsep-konsep yang kurang dimengerti. Peserta membuat peserta didik kurang aktif dalam
didik cendrung melakukan aktivitas lain daripada berkomunikasi di kelas dan kreativitas fisika
memperhatikan guru yang sedang mengajar, peserta didik rendah. Suranti et al (2016)
sehingga pembelajaran cendrung berpusat pada menyatakan bahwa pentingnya seseorang
guru. Hal ini terjadi karena ketertarikan peserta menguasai suatu konsep adalah agar peserta didik
didik terhadap pelajaran fisika sangat kurang, mampu berkomunikasi, mengklasifikasikan ide,
ditambah lagi anggapan peserta didik terhadap gagasan atau peristiwa yang dialaminya dalam
fisika itu sulit dan membosankan karena penuh kehidupan sehari-hari.
dengan persamaan-persamaan. Faktor-faktor Pembelajaran pada peserta didik juga
tersebut dapat bersumber dari peserta didik sendiri memerlukan suatu pekerjaan dalam kelompok
maupun faktor luar. Faktor dari dalam diri peserta sehingga dapat belajar dengan baik (Chen et al,
25
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

2016). Peserta didik juga memiliki kemampuan Media pembelajaran dapat membangkitkan
pemecahan masalah dan jawaban dari permasalahan motivasi peserta didik untuk belajar dan sangat
dengan pembagian waktu yang spesifik (Bashir et membantu keefektifan proses pembelajaran
al 2016). Guru berperan penting dalam proses (Suranti et al, 2016). Salah satu alternatif media
penyebaran pengetahuan yang inovatif (Wu & yang dapat digunakan adalah media lembar kerja
Looi, 2015). Menurut Sugiana et al (2016) bahwa peserta didik (LKPD). Perubahan nama LKS
peserta didik selalu memiliki gaya pembelajaran menjadi LKPD disebabkan oleh perubahan
yang berbeda-beda serta penilaian berbeda paradigma atau pandangan pendidikan tentang guru
mengenai pembelajaran yang sedang berlangsung. dan peserta didik. Penggunaan media LKPD
Pada akhirnya pemilihan model bertujuan untuk memudahkan peserta didik dalam
pembelajaran yang sesuai dan lebih bervariasi serta memahami konsep-konsep fisika, sebagai panduan
proses pembelajaran yang berpusat pada peserta dalam memecahkan suatu permasalahan, serta
didik dapat menjadikan peserta didik berperan aktif dapat mempermudah guru untuk menjelaskan
dalam proses pembelajaran. Peningkatan konsepkonsep fisika tersebut. Pengantar
kemampuan peserta didik dalam penguasaan pembelajaran fisika menggunakan bermacam-
konsep dapat membuat kreativitas peserta didik macam konteks seperti media dapat membantu
meningkat. Pemahaman topik ilmu yang kompleks peserta didik belajar fisika (Mason & Singh, 2016).
terjadi dari penciptaan pemahaman informasi baru LKPD merupakan salah satu media sebagai
yang diperoleh peserta didik (Lee et al 2008). panduan peserta didik untuk melakukan kegiatan
Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan penyelidikan atau pemecahan masalah. Sehingga
memilih model pembelajaran yang sesuai dengan penggunaan model pembelajaran CUPs berbantuan
kemampuan peserta didik. Pemilihan model LKPD ini memungkinkan peserta didik lebih aktif
pembelajaran yang sesuai dimaksudkan agar dalam pembelajaran khusunya di mata pelajaran
pembelajaran menjadi student centered dan guru fisika, sehingga mengoptimalkan hasil belajarnya.
tetap menjadi pembimbing sekaligus fasilitator Penelitian terkait dengan model
dalam perkembangan peserta didik dalam pembelajaran CUPs antara lain dilakukan oleh
mengemukakan pengetahuan dan pendapatnya. Ismawati et al (2014) yang menyatakan bahwa
Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran CUPs terbukti lebih efektif
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) untuk meningkatkan pemahaman konsep dan
berbantuan LKPD. curiosity peserta didik pada pelajaran fisika. Selain
Model pembelajaran CUPs merupakan model itu, Baidowi et al (2015) menemukan bahwa
pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta penerapan model pembelajaran CUPs dapat
didik secara langsung. Menurut Mckittrick (1999), meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
model pembelajaran CUPs adalah prosedur matematika peserta didik kelas X SMAN 7
pengajaran yang melibatkan peserta didik dalam Mataram tahun ajaran 2014/2015. Penelitian
diskusi tentang masalah fisika yang dikaitkan Anggreni et al (2013) menemukan bahwa model
dalam konteks dunia nyata (kontekstual). Ismawati pembelajaran CUPs berpengaruh terhadap hasil
et al (2014) mengatakan model pembelajaran CUPs belajar matematika pada peserta didik kelas V SD
merupakan model pembelajaran yang terdiri atas Gugus VII Komping Sujana, Denpasar Barat tahun
serangkaian kegiatan pembelajaran dan bertujuan ajaran 2012/2013.
untuk meningkatkan pemahaman konsep peserta Belum adanya penggunaan model
didik. Menurut Prastiwi et al (2014), model pembelajaran CUPs yang digabungkan dengan
pembelajaran CUPs merupakan suatu model media LKPD, serta dari beberapa penelitian terkait
pembelajaran yang memberikan banyak peluang masih pada mata pelajaran bahasa, matematika dan
kepada peserta didik dalam mengkonstruksi kimia. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan
pengetahuanya dari masalah dunia nyata penelitian pada bidang studi fisika. Penggunaan
(kontekstual). model pembelajaran CUPs berbantuan LKPD
cocok digunakan untuk menjadikan pembelajaran
26
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

berpusat kepada peserta didik. Salah satu sekolah eksperimen atau demonstrasi (Sahidu, 2013). Hal
yang belum pernah menerapkan model CUPs ini sejalan dengan Hermansyah et al (2015) yang
adalah MA NW Narmada. Hal ini didukung dari menyatkan bahwa praktek penggunaan LKPD atau
hasil observasi, yang menunjukan bahwa yang sering diebut LKS merupakan kumpulan
pembelajaran di MA NW Narmada masih berpusat materi, contoh soal, dan latihan soal. LKPD dalam
kepada guru. Peneliti berharap penggunaan model hal ini sama dengan LKS, hanya saja istilah
pembelajaran CUPs berbantuan LKPD mampu penyebutannya yang berbeda.
meningkatkan kreativitas peserta didik pada LKS yaitu materi ajar yang sudah dikemas
pembelajaran fisika di tingkat sekolah menengah sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan
atas. dapat mempelajari materi ajar tersebut secara
mandiri (Damayanti 2013). Hal ini didukung oleh
TINJAUAN PUSTAKA. Lubis & Lestari (2017) yang menyatkan bahwa
A. Pembelajaran Conceptual Understanding LKS merupakan media pembelajaran yang dapat
Procedures (CUPs) dikembangkan oleh guru, yang berperan sebagai
Menurut Mills et al (1999), model fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS
pembelajaran CUPs adalah prosedur pengajaran digunakan sebagai acauan atau memandu
yang melibatkan peserta didik dalam diskusi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan juga
tentang masalah fisika yang dikaitkan dalam sebagai alat pembelajaran (Sukmawati & Lestari,
konteks dunia nyata (kontekstual). Menurut 2017). Peneliti berpendapat bahwa LKPD memiliki
Prastiwi et al (2014), model pembelajaran CUPs beberapa fungsi diantaranya yaitu: sebagai bahan
merupakan model pembelajaran yang dirancang ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun
untuk membantu perkembangan pemahaman lebih mengaktifkan peserta didik, sebagai petunjuk
peserta didik menemukan konsep yang sulit. Model untuk peserta didik dalam mengerjakan tugas yang
CUPs menggunakan pendekatan kontruktivis, yaitu diberikan, serta mempermudah pelaksanaan
berdasarkan keyakinan bahwa peserta didik pembelajaran.
membangun pemahaman konsep mereka sendiri C. Kreativitas
dengan memodifikasi atau memperluas Menurut Guilford (2012), kreativitas atau
pengetahuan yang sudah ada. berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat
Menurut Loughran et al (2012), langkah- bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
langkah yang terdapat dalam model pembelajaran terhadap suatu masalah, merupakan bentuk
CUPs yaitu: peserta didik bekerja sendiri selama pemikiran yang sampai saat ini masih kurang
beberapa menit dengan tugas yang diberikan secara mendapat perhatian dalam pendidikan. Makmur &
individu, peserta didik duduk sesuai kelompok yang Thahier (2015) menyatakan bahwa kreativitas
beranggotakan tiga atau empat orang dan berusaha adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh manusia
berdiskusi untuk mencari jawaban tugas individu yang menggunakan pemikiran dan tenaga fisik
dalam kelompok, mempresentasikan hasil diskusi yang dilakukan secara terus-menerus serta
kelompok didepan kelas dan ditanggapi oleh bermanfaat bagi kehidupan manusia. Ekasari et al
kelompok yang lain dengan tujuan untuk (2016) menyatakan bahwa kreativitas merupakan
mendapatkan kesimpulan yang terbaik. Ismawati et kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu
al (2014), mengatakan ada tiga fase pembelajaran produk yang baru ataupun kombinasi dari hal-hal
CUPs adalah, fase kerja individu, fase kerja yang sudah ada sebelumnya, yang berguna, serta
kelompok, dan fase presentasi hasil kerja dapat dimengerti. Peneliti menyimpulkan bahwa
kelompok. kreativitas adalah kemampuan yang dimiliki peserta
B. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) didik untuk menyelesaikan suatu permasalahan dari
Lembar kegiatan peserta didik (LKPD) dapat pengetahuan yang dimilikinya untuk menemukan
berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu
kognitif maupun panduan untuk mengembangkan masalah, dengan menggunakan alat ukur
semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan kreativitas, yaitu tes kreativitas verbal dan figural.
27
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Munandar (2012) mengatakan bahwa kelompok di depan kelas. Pada akhir pembelajaran
kreativitas merupakan suatu konstruk yang multi- guru menyampaikan dan menyimpulkan
dimensional, terdiri dari berbagai dimensi, yaitu pembelajaran.
dimensi kognitif (berpikir kreatif), dimensi afektif Pembelajaran CUPs dengan media LKPD di
(sikap dan kepribadian), dan dimensi psikomotor kelas dapat dibagi menjadi tiga fase sesuai dengan
(keterampilan kreatif). alokasi waktu yang disiapkan, yaitu pertama, fase
kerja individu; kedua, fase kerja kelompok; ketiga,
METODE fase presentasi hasil kerja kelompok (Ismawati et
Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan al, 2014). Pada fase kerja individu, peserta didik
desain non-equivalent control group design. diberikan lembar kerja individu dan diminta untuk
Penelitian ini melibatkan variabel bebas, yaitu membuat pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan
model pembelajaran CUPs berbantuan LKPD dan tersebut terkait dengan demonstrasi yang diberikan.
variabel terikat yaitu kreativitas, serta variabel Pada fase ini peserta didik diajak untuk
kontrol yaitu waktu dan bahan ajar. Penelitian ini mengemukakan pengetahuan awalnya sebelum
dilakukan di MA NW Narmada. Sampel dipilih membuktikannya melalui suatu percobaan.
secara purposive sampling. Purposive sampling Kemudian fase kerja kelompok peserta didik
adalah teknik penentuan sampel dengan diorganisaikan dalam kelompok dan guru
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012). membimbing, menilai dan meminta peserta didik
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan untuk melakukan suatu percobaan serta
adalah tes kreativitas yaitu berupa tes kreativitas memberikan lembar kerja kelompok. Selanjutnya
verbal (TKV) dan tes kreativitas figural (TKF). Tes fase terakhir yaitu presentasi hasil kerja kelompok.
kreativitas verbal berjumlah 5 soal dan tes Pada fase ini guru meminta perwakilan setiap
kreativitas figural sebanyak 5 soal. Indikator yang kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
digunakan dalam tes kreativitas ini adalah kelompok didepan kelas.
kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), Tes kreativitas diberikan sebelum dan sesudah
keaslian (originality), terperinci (elaboration) perlakuan dan selanjutnya dihitung peningkatan
(Munandar, 2012). kreativitas pada kedua kelas, baik secara umum
Instrumen tes kreativitas baik TKV dan TKF maupun pada setiap tes kreativitas verbal dan
sebelum digunakan pada tes awal dan tes akhir figural. Peningkatan kreativitas peserta didik
divaliditas ahli. Uji hipotesis menggunakan uji-t ditentukan dari besarnya skor gain yang
polled varian, setelah sebelumnya dilakukan uji dinormalisasi (N-gain) dengan persamaan
homogenitas dan uji normalitas sebaran data. (Sundayana, 2014).
Dalam pelaksanaan model CUPs berbantuan
LKPD di kelas peserta didik dihadapkan kepada
suatu lembar kerja individu yang diawali dengan
guru memberikan suatu permasalah dengan Dengan kategori perolehan N-gain berikut.
mengambil masalah sesuai dengan dunia nyata.
Tabel 1. Kriteria Perolehan N-gain
Guru meminta peserta didik membuat pertanyaan
No. Interval Kriteria
dan jawaban dari pertanyaan tersebut terkait
1 g > 70 Tinggi
demonstrasi. Selanjutnya guru bersama peserta 30 ≤ g ≤ 70 Sedang
2
didik membuat kelompok dan memberikan lembar 3 g < 30 Rendah
kerja kelompok. Guru membimbing, menilai dan
meminta peserta didik untuk melakukan suatu HASIL DAN PEMBAHASAN
percobaan, meminta peserta didik untuk berdiskusi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menyimpulkan secara kelompok hasil diskusi, pengaruh model conceptual understanding
eksperimen dan mengisi di lembar kerja kelompok. procedures berbantuan LKPD terhadap kreativitas
Guru meminta perwakilan masing-masing peserta didik dalam pembelajaran fisika. Kreativitas
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja
28
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

yang diukur meliputi kreativitas verbal dan figural. dan normalitas kreativitas awal peserta didik pada
Materi yang digunakan pada penelitian ini yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data tes awal
suhu dan kalor dengan sub materi kalor, pemuaian, menunjukkan bahwa kemampuan kreativitas awal
perpindahan kalor dan asas black. Sebelum pada kedua kelas hampir sama. Rata – rata nilai
diberikan ke peserta didik, tes kreativitas sudah di kelas eksperimen 32 dan kelas kontrol 31. Tes awal
validasi ahli dengan kategori baik. Data tentang peserta didik pada kedua kelas memiliki skor yang
hasil kemampuan peserta didik sebelum dan rendah. Dari uji homogenitas data tes awal yang
sesudah perlakuan diperoleh melalui tes awal dan telah dilakukan didapat hasil nilai Fhitung < Ftabel
tes akhir pada TKV dan TKF. Kemampuan yang berarti data tes awal kedua kelas adalah
kreativitas peserta didik sebelum dan sesudah homogen.
diberikan perlakuan terlihat dari skor tes awal dan Data kemampuan akhir yang diperoleh pada
tes akhir yang disajikan dalam Gambar1 berikut. penelitian ini adalah data setelah diberikan
perlakuan. Hasil tes mengalami peningkatan yang
ditunjukkan oleh rata-rata tes akhir yang lebih
tinggi dari sebelumnya. Rata – rata nilai kelas
eksperimen 61 dan kelas kontrol 51. Tes akhir
peserta didik pada kedua kelas mengalami
peningkatan dari tes awal. Hal ini dapat diketahui
dari nilai rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen
lebih tinggi dibanding kelas kontrol. Hal ini
disebabkan karena penggunaan model
pembelajaran CUPs berbantuan LKPD dapat
membantu peserta didik dalam mengintegrasikan
pengetahuan barunya dari pengetahuan sebelumnya
sehingga dapat membantu dalam berpikir kreatif.
Gambar 1. Perbandingan Kreativitas Peserta Didik Secara lebih terperinci terkait hubungan nilai antara
Data kemampuan awal yang digunakan dalam tes awal dan tes akhir untuk data nilai tertinggi,
penelitian ini adalah data hasil dari tes awal terendah dan nilai rata-rata digambarkan dalam
(pretest) peserta didik sebelum diberikan perlakuan. Gambar 2 berikut.
Tes awal diberikan untuk mengetahui homogenitas

Gambar 2. Perbandingan Peningkatan Kelas Eksperimen dan


Kelas Kontrol Setelah Pre-Test dan Post-Test

29
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Perbandingan peningkatan kelas eksperimen


dan kelas kontrol menunjukkan bahwa
kemampuan awal kedua kelas sama, dilihat dari
nilai tertinggi dan terendah yang didapatkan kedua
kelas. Setelah diberikan perlakuan kedua kelas
mengalami peningkatan, akan tetapi kelas
eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pengujian data kreativitas peserta didik untuk
kelas eksperimen dan kelas kontrol tes awal dan
tes akhir diawali dengan uji homogenitas kedua
data, yang dilanjutkan dengan uji normalitas, dan
terakhir uji hipotesis menggunakan uji-t polled
varians.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas data tes Gambar 3. Perbandingan Peningkatan Kreativitas
awal dan tes akhir pada masing – masing kelas Verbal dan Figural pada Kedua Kelas
pada kelas kontrol didapatkan bahwa
yakni 7,630 ,592, Dari gambar 3 dapat diketahui bahwa
peningkatan kreativitas verbal lebih tinggi
sedangkan pada kelas eksperimen didapatkan dibandingkan kreativitas figural. Hasil ini
bahwa yakni 5,860 . diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang
Dari hasil ini disimpulkan bahwa data tes dilakukan oleh Gunawan et al (2017) yang
kreativitas pada kedua kelas terdistribusi normal. menemukan bahwa hasil tes kreativitas verbal
Selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kemampuan
uji-t polled varian. Hasil uji hipotesis peserta didik lebih tinggi dalam berpikir secara
menunjukkan bahwa nilai thitung > ttabel (4,25 > 2,00) divergen untuk mengkombinasikan ide secara
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat verbal terhadap suatu persoalan yang tercermin
pengaruh model conceptual understanding dari kelancaran, kelenturan dan orisinilitas dalam
procedures berbantuan LKPD terhadap kreativitas berpikir dibandingkan dengan kemampuan peserta
peserta didik dalam pembelajaran fisika. Model didik untuk mengasosiasikan idenya melalui
conceptual understanding procedures yang bentuk atau gambar.
dipadukan dengan LKPD memberikan pengaruh Peningkatan kreativitas verbal yang lebih
positif terhadap peningkatan kreativitas peserta tinggi juga disebabkan karena tingkatan soal
didik pada kelas eksperimen. berbeda. Tes kreativitas verbal lebih mudah untuk
Selain melakukan uji hipotesis peneliti juga diselesaikan oleh peserta didik karena hanya
ingin mengetahui sejauh mana peningkatan yang membutuhkan kelancaran dalam mengajukan
dialami kedua kelas secara lebih terperinci terkait gagasan-gagasan. Sedangkan tes kreativitas figural
hubungan kelas kontrol dan kelas eksperimen. membutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk
Perbandingan persentase kenaikan kreativitas menjawab soal, karena peserta didik diminta untuk
peserta didik pada tes kreativitas verbal dan figural memberikan keterangan pada gambar dan
untuk kedua kelas dicari dengan menghitung skor melengkapi gambar menjadi suatu gambar tunggal
N-gain kedua kelas, sebagaimana yang yang bermakna.
ditunjukkan pada Gambar 3 berikut.

30
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

Kemampuan akhir pada kedua kelas LKPD. Hasil ini diperkuat oleh hasil penelitian
meningkat, akan tetapi peningkatan kelas sebelumnya yang dilakukan oleh Gunawan et al
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan (2017) yang menemukan bahwa peningkatan N-
kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena perlakuan gain pada kedua kelas berada pada kategori
yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas sedang.
kontrol berbeda. Pada kelas eksperimen diterapkan Hasil penelitian dengan menggunakan
model pembelajaran CUPs berbantuan LKPD, model CUPs ini memperkuat beberapa pendapat
sedangkan kelas kontrol menggunakan model sebelumnya. Makmur & Thahier (2015)
pembelajaran tanpa bantuan LKPD. Dimana pada menyatakan bahwa kreativitas adalah segala
pembelajaran CUPs peserta didik diaktifkan secara sesuatu yang dihasilkan oleh manusia yang
langsung melalui fase – fase CUPs yang ada yaitu menggunakan pemikiran dan tenaga fisik yang
mulai dari fase kerja individu, fase kerja kelompok dilakukan secara terus-menerus serta bermanfaat
dan fase presentasi hasil kerja kelompok. Pada fase bagi kehidupan manusia. Hasil penelitian Gummah
kerja individu peserta didik diminta untuk et al (2013) menemukan bahwa penerapan model
menjawab LKPD secara individu, kemudian duduk pembelajaran kooperatif teknik CUPs dapat
berdasarkan kelompok yang sudah dibagikan yang meningkatkan hasil belajar dan aktivitas peserta
terdiri dari sebanyak 4-5 orang, kemudian didik kelas VIII SMP 13 Mataram 2013 / 2014.
diberikan LKPD kelompok yang akan dijawab Baidowi et al (2014) menemukan bahwa
secara berkelompok, pada fase ini peserta didik penerapan model pembelajaran Conceptual
melakukan praktikum dan fase yang terakhir yaitu Understanding Procedures (CUPs) dapat
fase presentasi hasil kerja kelompok. Pada fase ini meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja matematika peserta didik kelas X MIA 1 SMA
kelompok di depan kelas. Hal ini dilakukan untuk Negeri 7 Mataram tahun ajaran 2014/2015.
lebih mengaktifkan peserta didik secara langsung Penelitian Hidayati & Sinulingga (2015) juga
dan mampu membantu peserta didik dalam menemukan bahwa ada perbedaaan siginifikan
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. akibat pengaruh model pembelajaran CUPs
Secara umum, terdapat peningkatan terhadap hasil berlajar peserta didik pada materi
kreativitas pada kedua kelas. Akan tetapi pokok listrik dinamis di kelas X. Menurut
kreativitas verbal lebih meningkat dibandingkan Siswanto et al (2013), implementasi CUPs dapat
kreativitas figural. Hal ini dilihat dari presentasi N- meningkatkan kemampuan kognitif C2 peserta
gain yang diperoleh untuk kelas eksperimen dan didik yang berpengaruh besar terhadap
kelas kontrol. Kelas eksperimen mengalami peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal ini
peningkatan lebih tinggi yaitu 65% pada tes ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata nilai
kreativitas verbal dan 53 % pada tes kreativitas peserta didik.
figural. Sedangkan kelas kontrol pada kedua tes
mendapatkan presentasi yang sama yaitu 39 %. KESIMPULAN
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan Kreativitas merupakan kemampuan
pada kelas kontrol sama untuk kedua tes. Besarnya kognitif peserta didik dalam menemukan begitu
peningkatan kreativitas pada kedua kelas ini juga banyak jawaban dari permasalahan yang diperoleh.
dapat dilihat dari rata-rata nilai N-gain yang Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
diperoleh. Kelas eksperimen memiliki nilai rata- dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model
rata sebesar 55 %, lebih tinggi dibandingkan kelas pembelajaran conceptual understanding
kontrol yang hanya mendapatkan rata-rata sebesar procedures (CUPs) berbantuan LKPD terhadap
39 %. Peningkatan pada kedua kelas berada pada berpikir kreatif peserta didik. Kelas eksperimen
kategori sedang. Peningkatan yang lebih tinggi yang diberi perlakuan berupa model pembelajaran
pada kelas eksperimen disebabkan adanya CUPs berbantuan LKPD memperoleh skor rata –
perlakuan berupa model CUPs berbantuan media rata kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan

31
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan Pendidikan Fisika dan Teknologi, 2(3),
berupa pembelajaran langsung tanpa bantuan 106-110.
LKPD. Kedua kelas mengalami peningkatan Guildford. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak
kemampuan kreativitas pada kategori sedang. . Jakarta: Rineka Cipta.
Kreativitas verbal dan figural pada kelas Gummah, S., Soraya, L., Ahzan, S., dan
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas Hardiyanti. 2013 . Penerapan Model
kontrol. Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat Pembelajaran Teknik Conceptual
dibuktikan bahwa terdapat perbedaan kreativitas Understanding Procedures untuk
fisika antara kelas eksperimen yang diberikan Meningkatkan Hasil Beljara dan Aktivitas
perlakuan berupa penggunaan model CUPs Siswa. Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran. 2 : 5.
berbantuan LKPD dengan kelas kontrol yang
diberikan perlakuan berupa penerapan model Gunawan, G., Harjono, A., & Sutrio, S. (2015).
pembelajaran langsung tanpa bantuan LKPD pada Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran
Konsep Listrik bagi Calon Guru. Jurnal
peserta didik kelas X MA NW Narmada tahun
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 1(1), 9-
ajaran 2016/2017. 14.
Gunawan, G., Setiawan, A., & Widyantoro, D. H.
PUSTAKA
(2014). Model Virtual Laboratory Fisika
Anggreni, K. R., Meter, I. G., & Wiarta, I. W. Modern untuk Meningkatkan Keterampilan
(2013). Model Pembelajaran Conceptual Generik Sains Calon Guru. Jurnal
Understanding Procedures Berpengaruh Pendidikan dan Pembelajaran (JPP), 20(1),
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa 25-32.
Kelas V SD Gugus VII Kompiang Sujana
Denpasar Barat. Mimbar Pgsd, 1, 12-21. Gunawan., Sahidu, H., Harjono,H., & Suranti, N.
M. Y. (2017). The Effect Of Project Based
Baidowi., Hikmah, N., Kurniawati, N. 2014. Learning With Virtual Media Assitance On
Penerapan Model Pembelajaran Student’s Creativity In Physics. Jurnal
Conceptual Understanding Procedures Cakrawala Pendidikan, Th, XXXVI, No.2.
(CUPs) untuk Meningkatkan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pijar Mipa. 1 Hermansyah, H., Gunawan, G., & Herayanti, L.
: 85. (2015). Pengaruh Penggunaan
Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan
Bashir, G. M. M., Hoque1, A. S. M. L., & Nath. B. Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif
C. D. 2016. E-learning of PHP Based on Siswa pada Materi Getaran dan
the Solutions of Real-Life Problems. J. Gelombang. Jurnal Pendidikan Fisika dan
Comput. Educ. 3(1): 105-129. Teknologi, 1(2), 97-102.
Chen, C. J., Keong, M. W. Y., Teh, C. S., & Hidayati, F., & Sinulingga, K. (2015). Pengaruh
Chuah, K. M. 2016. Web Text Reading: Model Pembelajaran Conceptual
What Satisfy Both Dyslexic and Normal Understanding Procedures (Cups) Terhadap
Learners?. J. Comput. Educ. 3(1): 47-58. Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Damayanti, D. S. (2013). Pengembangan Lembar Listrik Dinamis Di Kelas X Semester II
Kerja Siswa (LKS) Dengan Pendekatan SMA Negeri 1 Binjai TP
Inkuiri Terbimbing Untuk Mengoptimalkan 2014/2015. INPAFI (Inovasi Pembelajaran
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Fisika), 3(4), 59-66.
Pada Materi Listrik Dinamis SMA Negeri 3 Ismawati., Nugroho, P., dan Dwijananti. 2014.
Purworejo Kelas X Tahun Pelajaran Penerapan Model Pembelajaran
2012/2013. RADIASI: Jurnal Berkala Conceptual Understanding Procedures
Pendidikan Fisika, 3(1), 58-62. untuk Meningkatkan Curiosty dan
Ekasari, R. R., Gunawan, G., & Sahidu, H. (2016). Pemahaman Konsep Siswa. Jurnal
Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Pendidikan Fisika Indonesia. 10: 22-23.
Berbantuan Media Laboratorium Terhadap Lee, H. W., Lim, K. Y., & Grabowski, B. L.
Kreatifitas Fisika Siswa SMA. Jurnal (2008). Generative learning: Principles and
32
Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN. 2407-6902) Volume III No 1, Juni 2017

implications for making meaning. In M. Pembelajaran Generatif Berbantuan Media


Specter, M. D. Merrill, J. J. G. van Laboratorium Virtual Terhadap Penguasaan
Merrienboer & M. P. Driscoll (Eds.), Konsep Fisika Siswa pada Materi
Handbook of research on educational Momentum dan Impuls. Jurnal Pendidikan
communications and technology (3rd ed.). Fisika dan Teknologi, 2(2), 61-65.
New York, NY: Taylor & Francis Group.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian.
Loughran, J.,Berry, A., dan Mulhall, P.,2012. Bandung: Alfabeta.
Understanding and Developing Science
Sukmawati, N. A., & Lestari, R. (2017).
Teachers’ Pedagogical Content
Pengembangan Lembar Kerja Siswa
Knowledge 2nd Edition. Monash
Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Kelas
University: Sense Publishers.
VII SMP Muhammadiyah Rambah Pada
Lubis, R. R., & Lestari, R. (2017). Pengembangan Materi Pencemaran Dan Kerusakan
Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Lingkungan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kelas Viii Smp Negeri 5 Rambah Samo FKIP Prodi Biologi, 3(1).
Pada Materi Gerak Pada Tumbuhan. Jurnal
Sundayana, R. 2014. Statistika Penelitian
Ilmiah Mahasiswa FKIP Prodi
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Biologi, 3(1).
Suprijono, A. 2012. Cooperative Learnig Teori
Makmur., dan Thahier, R. 2015. Inovasi
dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Kreativitas Manusia. Makassar: PT Refika
Pelajar.
Aditama.
Suranti, N. M. Y., Gunawan, G., & Sahidu, H.
Mason, A., & Singh, C. 2016. Using
(2016). Pengaruh Model Project Based
Categorization of Problems as an
Learning Berbantuan Media Virtual
Instructional Tool to Help Introductory
Terhadap Penguasaan Konsep Peserta
Students Learn Physics. Physc. Educ. 50:
didik pada Materi Alat-alat Optik. Jurnal
1-6.
Pendidikan Fisika dan Teknologi, 2(2),
Mills, D., Mckittrick, B., Mulhall, P., dan Feteris, 73-79.
S. 1999. CUP: Cooperative Learning that
Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu.
Works. Physics Education. 34 (1): 11-16.
Jakarta: Bumi Aksara.
Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreativitas
Wu, L., Ye, X., & Looi, C. K. 2015. Teachers’
Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Preflection in Early Stages of Diffusion
Prastiwi, I., Soedjoko, E., dan Mulyono. 2014. of an Innovation. J. Comput. Educ. 2(1):
Efektivitas Pembelajaran Conceptual 1-24.
Understanding Procedures untuk
Yang, J., & Huang, R. 2015. Development and
Meningkatkan Kemampuan Siswa pada
validation of a scale for evaluating
Aspek Koneksi Matematika. Jurnal
technology-rich classroom environment.
Krean. 5(1): 42.
J. Comput. Educ. 2(2): 145-162.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sahidu, C. 2013. Pengembangan Program
Pembelajaran Fisika (P3F). Mataram:
FKIP PRESS Universitas Mataram.
Siswanto, B., Sriyono, dan Maftukhin, A. 2013.
Implementasi Model Conceptual
Understanding Procedures (CUPs) dalam
Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Kemampuan Kognitif C2 Siswa Kelas X
SMK YPT Purworejo. Radiasi. 4 (1): 38.
Sugiana, I. N., Harjono, A., Sahidu, H., &
Gunawan, G. (2016). Pengaruh Model

33

Anda mungkin juga menyukai