Anda di halaman 1dari 221

Sono Mono Nochi ni Arc 3 & 4

Penulis : ナハァト

Tipe : Web Novel

Penerjemah : Libra White

English : http://www.sabishiidesu.com/

Indonesia : http://librawhite.blogspot.com/

DILARANG KERAS UNTUK MEMPERJUAL-BELIKAN HASIL


TERJEMAHAN INI DALAM BENTUK APA PUN. INI ADALAH
TERJEMAHAN GRATIS, DAN BUKAN UNTUK KEGIATAN KOMERSIAL
APA PUN!!
Bab 41 – Yang Harus Dimiliki Adalah
Aku jatuh merangkak di depan tempat Garret-san yang tak ada penghuninya lagi. Aku perlahan
berdiri dan mulai berjalan sempoyongan menuju penginapan sambil menyaksikan kakiku
bergerak langkah demi langkah. Keyla-san mencoba memanggilku ketika dia melihat diriku
sampai, tapi waktu melihat kondisi depresiku, dia segera pergi ke kasir dan menyerahkan kunci
padaku.

「Ada apa dengan wajah itu? Aku tidak tau apa yang terjadi, istirahat saja hari ini!」 (Keyla)

Dia bilang begitu dan dengan ringan mendorong punggungku. Aku ringan mengangguk untuk
membalas dan memasuki kamar biasanya. Di dalam kamar, aku melemparkan tubuhku ke kasur
dan tidur....

Lula membawakanku makanan.


Aku makan sedikit.
Dia bilang untuk semangat.
Aku tidur.

Si Botak datang.
Dia bermuka yang kelihatannya terasa canggung.
Aku tidur.

Keyla-san membawakanku makanan.


Dia menepuk punggungku dengan *bashi-bashi*
Aku tidur.

Ketika aku menyadarinya, Meru menepuk kepalaku dengan *pon-pon*.


Apa kau mencoba meghiburku?
Terima kasih.
Aku tidur.

Lalu setelah dua hari, pintu terbuka dengan dahsyat. Aku perlahan menoleh ke pintu, di sana ada
Orlando yang berpakaian kasual memikul tas besar. Orlando masuk dengan *zuka-zuka* dan
meraih bahuku.

「Aku sudah dengar situasinya dari Regan-san!! Ayo pergi!!」 (Orlando)

Ke mana?
Orlando menarik dan membawaku keluar. Tunggu!? Apa sih yang kaulakukan!? Tolong
tinggalkan aku sendirian!! Atau tepatnya, apa yang si Botak itu seenaknya bicarakan!

Orlando membawaku ke tempat yang sedikit jauh dari kota, itu adalah dataran suram tanpa apa-
apa.

「Apa yang ingin kaulakukan dengan membawaku ke tempat seperti ini?」 (Wazu)

Setelah dia mengambil jarak yang tak masuk akal dariku, Orlando mengeluarkan pedang kayu
dari tas yang dia bawa dan mengarahkan ujungnya padaku.

「Apa? Apa kau meminta duel?」 (Wazu)

「Maa~, kurasa sesuatu seperti itu. Wazu, demi mengantisipasi kekuatanmu, aku ingin kau
berlatih denganku. Temani aku sebentar---

saja!!」 (Orlando)

Orlando maju untuk menebasku mengunakan pedang tetapi aku menghindari itu dengan setengah
hati. Meskipun aku tidak akan terluka bahkan jika serangan itu mendarat.

「Naa, sebenarnya apa yang ingin kaulakukan?」 (Wazu)

Aku bertanya sambil menghindari tebasan, tapi Orlando hanya memberi senyum menyegarkan.

「Terkadang ketika suasana hati sedang gelap, jika kaupergi keluar seperti ini dan menggerakkan
tubuhmu, biasanya akan membuat dirimu merasa baikan」 (Orlando)

「Fu~n....」 (Wazu)

Terutama, aku tidak merasa lebih baik. Selain itu, aku hampir tidak berpindah sejak ini dimulai.
Juga, apa aku boleh pulang?

「Selain itu, aku ingin memberitahumu sesuatu」 (Orlando)

「Memberitahuku sesuatu?」 (Wazu)

「Ah.... meskipun itu hanya pendapat pribadi」 (Orlando)

Kemudian, Orlando menghentikan gerakannya. Sebelum aku bisa bereaksi, sebuah tusukan
mendarat di dadaku.

「Wazu!! Kau, enggak keren lho!!」 (Orlando)

「Guhaaat!!!」 (Wazu)

Kritikal Hiiiiiit!!! Aku memegangi dadaku. O-Orang ini… … tiba-tiba berkata begitu… …Ugh…
… aku tau kalau mukaku itu biasa saja… aku tidak tampan sepertimu… tapi aku tak’ ingin
menangis…
「Kenapa kau terlihat seperti ingin menangis… apa kau salah paham tentang sesuatu?」
(Orlando)

「Apa!? … aku tau kalau mukaku tak’ setampan dirimu…」 (Wazu)

「Bukan begitu!! Bukan berarti aku bermaksud mengatakan hal seperti itu!! Tapi, terima kasih!!
」 (Orlando)

Yoshh, ayo bunuh dia. Jika aku bersungguh-sungguh memukulnya. Bintang saja bakal hancur.

「Dengar, apa yang ingin kukatakan adalah keadaanmu saat ini tidak keren!! Memang, telah
terbuang setelah digunakan oleh wanita yang kausukai, sebagai pria aku merasa iba padamu」
(Orlando)

Guhhaaa!!!

Sialan... bisa jadi kalau dia mencoba membunuhku dengan kata-katanya...

「Akan tetapi, dirimu yang sekarang itu apa!! Cuma depresi dan tiduran doang!! Itu, seharusnya
bukan begitu, ‘kan!!」 (Orlando)

「Hadapilah kenyataan jika kau pria!!」 (Orlando)

「Berbanggalah dengan apa yang telah kauselamatkan!!」 (Orlando)

「Tentu saja kau telah dibuang. Tapi dia menjadi tersenyum lagi. Begitu tak’ apa!! Biar kuberitau
ini---」 (Orlando)

「Kau seorang pria ‘kan!!」 (Orlando)

Bukannya dengan pedang kayu, Orlando malah memukulku dengan tinjunya. Aku menerima
tinjunya dan rasa nyeri menjalar pada pipiku. Aku mengerti kalau dia memukulku dengan serius
untuk menyampaikan kalau apa yang dia katakan juga serius.

Ah. . . . .

Kau beneran keren, Orlando....

Air mataku mulai meluap secara alami. Mengalir ke tinju Orlando melalui pipiku. Tapi tetap saja,
dia menatap lurus kepadaku.

「Apaan ini.... kenapa kaumengatakan kata-kata seperti itu kepadaku....」 (Wazu)

Orlando menarik tinjunya dan mengepalkannya dengan erat.

「Aku tidak tau apa yang kaupikirkan tapi---」 (Orlando)

Dia mengarahkan tinjunya kearahku.


「Bagiku, kau adalah temanku!! Itulah kenapa aku mengatakan ini kepadamu!!」 (Orlando)

Begitu ya... teman ya.....

「Teman yang buruk.... apa kau selalu memukul seseorang yang kauanggap sebagai teman?」
(Wazu)

「Karena kita teman!」 (Orlando)

Jangan tersenyum begitu, itu terlalu pas untukmu

「Begitu ya... jika itu teman, akankah kau tetap diam soal ini?」 (Wazu)

「Tentu saja!」 (Orlando)

Orlando berkata begitu dan memalingkan tubuhnya ke sisi lain.

Aku jatuh berlutut, dan terus menangis dengan keras.

Setelah menagis sebentar, anehnya aku merasa segar. Seperti yang Orlando katakan, karena aku
mampu menyelamatkan Tata, aku memutuskan kalau itu cukup. Masih terasa sakit ketika aku
memikirkan mengenai apa yang cewek bertelinga kucing itu katakan.... itu juga membuatku
mengingat soal Aria dan Sarona-san.... tapi temanku mendukungku. Aku berhasil berdiri dan
menatap ke depan. Ketika aku menyeka air mataku di belakang, 「Merasa baikan?」 kata
Orlando sambil tersenyum.

「Yah, aku merasa mendingan」(Wazu)

「Itu bagus」 (Orlando)

「Baiklah!! Kalau begitu, bagaimana kalau kita melanjutkan latihannya?」(Wazu)

「Tidak..... itu bukan maksudku membawamu kesini...」 (Orlando)

「Pikiranku sudah tenang! Sebagai teman, aku akan menemanimu berlatih secara menyeluruh!!
」 (Wazu)

Setelah itu, aku memaksanya untuk berlatih.


Bab 42 – Keberangkatan
Latihan dengan Orlando––– Meskipun aku bilang begitu, semua yang kulakukan hanyalah
menghindari tebasannya, kalau pun ada celah maka aku akan memukulnya dengan ringan.
Maksudku, aku tidak mengerti apa pun soal ilmu pedang––– tapi ada sesuatu yang telah ku
mengerti setelah mengulangi gerakan seperti itu. Orlando adalah seorang jenius secara naruliah.

Terutama aku tidak mengajarkan apa pun padanya, tapi setelah berlatih ayunan beberapa waktu
dia tiba-tiba mengatakan 「Aku mengerti!!」 dan sudah pasti bahwa setelah beberapa waktu
kemudian, aku bisa merasakan kalau serangannnya semakin membaik.

Kami mengulangi gerakan ini berulang-ulang. Kupikir kemampuannya telah melampaui sejumlah
petualang B-rank. Masih belum pada level yang sama dengan A-rank 『Black Flame』 tapi
bukan mustahil karena ilmu pedangnya hampir mencapai level yang sama dengan mereka. Maa~,
itu hanya penalaranku.

Orlando tergeletak di tanah. Karena kami telah menghabiskan cukup banyak waktu, dia
berkeringat deras dan terengah-engah sekarang. Di lain pihak, aku hanya duduk san~tai di
sampingnya.

「Haa~.... Haa~.... bagaimana bisa.... bahkan setelah bergerak.... begitu banyak.... cuma aku yang
berkeringat.... 」 (Orlando)

「Maa~, aku punya dasar kekuatan yang berbeda dengan dirimu」 (Wazu)

「Haa~.... sejujurnya.... perbedaannya terlalu jauh.... Haa~....」 (Orlando)

Sebagian matahari sudah terbenam, jadi ayo kembali setelah Orlando mendapatkan kembali
napasnya. Aku telah menyebabkan masalah kepada Meru, Keyla-san dan lainnya, aku harus
minta maaf nanti.

「....Naa~」 (Orlando)

「Nn?」 (Wazu)

「Aku ingin tahu apakah.... aku cukup kuat untuk menjadi seorang kesatria....」 (Orlando)

「Kenapa tidak? Kau kuat saat ini!」 (Wazu)

「Begitu ya....」 (Orlando)

Kau cukup kuat. Paling tidak jauh lebih baik dari rata-rata kesatria di luar sana.

「....Yoshh!! Sudah kuputuskan!!」 (Orlando)

Orlando yang bersemangat melihat ke arahku.

「Aku akan pergi ke kerajaan Mabondo untuk menjadi kesatria!!」 (Orlando)


「Oh~ Lakukan yang terbaik!!」 (Wazu)

「Itu benar, jika kau tidak keberatan, maukah kaupergi ke kerajaan bersamaku?」 (Orlando)

Kerajaan, ya? Tentunya, biarpun aku terus tinggal di kota Linnic seperti ini.... aku menatap langit
selagi aku memikirkan soal itu. Ketika aku melirik Orlando, dia memasang ekspresi serius.
Sepertinya dia menanyaiku dengan serius. Maa~, Orlando orangnya baik, dia itu teman yang bisa
kau andalkan, 「Baiklah, selamat tinggal!」 Aku tak' bisa mengatakan begitu saja.

Aku menghadap Orlando.

「Bukan ide buruk, kurasa. Aku ingin melihat sosok Orlando sebagai kesatria」 (Wazu)

「Tentu!! Tunggu saja dan aku akan menunjukkanmu!! Sosok gagahku sebagai kesatria!!」
(Orlando)

「Jadi, kapan kita berangkat?」 (Wazu)

「Sebetulnya aku siap kapanpun, hanya saja sulit untuk membulatkan tekad.... jadi aku ingin
pergi sesegera mungkin?」 (Orlando)

「Tak' apa. Terutama aku tidak punya apa pun untuk dilakukan, selain bilang selamat tinggal
kepada orang-orang yang telah merawatku di kota ini」 (Wazu)

「Kalau begitu, bagaimana kalau kaulakukan perpisahan besok, dan kita akan berangkat lusa
pagi hari. Bagaimana?」 (Orlando)

「Kedengarannya bagus」 (Wazu)

Orlando berdiri, 「Yossha~!! Ayo lakukan~!!」 dan berteriak.

「Ayo pergi jalan kaki. Kita akan berlatih sungguh-sungguh sampai tiba di kerajaan」 (Wazu)

「....O-ou~.... ayo lakukan....」 (Orlando)

Dia jelas merasa enggan. Tapi tak' apa, soalnya aku akan membantumu.

Kami kembali ke kota untuk bersiap. Sesampainya di penginapan, untuk Keyla-san dan Lula 「
Ini baik-baik saja sekarang. Terima kasih atas perhatian kalian」 berkata begitu sambil
menundukkan kepala.

Selagi memukul bahuku dengan *bashi-bashi* Keyla-san , 「Ada juga berbagai hal yang terjadi
kala aku seumuranmu dulu」 katanya tertawa terbahak-bahak.

Lalu, waktu aku memberitahu Lula soal aku meninggalkan kota ini lusa nanti, 「Aku tak akan
merindukanmu」 katanya sementara terlihat kesepian. Aku telah diberi tahu kalau besok mereka
akan membuat hidangan mewah untukku.
「Terima kasih banyak!」 Aku menundukkan kepalaku dan kembali ke kamarku tempat Meru
berada. Aku menundukkan kepala dan berterima kasih padanya dengan cara yang sama, tapi
entah kenapa itu terasa lucu. Tunggu, kau tidak melakukan apa pun.... Ma~ biarlah.

Setelah itu aku memberitahunya bahwa kami akan meninggalkan kota. Besok aku akan
mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang di sekitar dan membuat persiapan yang
diperlukan untuk perjalanan, untuk alasan itulah aku meminta Meru bersamaku soalnya aku bakal
menaruh apa pun ke dalam Sihir Ruang Waktu-nya nanti.

Pada hari berikutnya, aku menyapa semua orang yang aku kenal di kota ini. Kami membeli
makanan dalam jumlah besar dan menaruhnya ke dalam Sihir Ruang Waktu. Kau mungkin bakal
mengutil makanan tapi tolong jangan makan terlalu banyak, aku bakal memasang mata padamu,
Meru.

Kemudian, aku mampir ke guild petualang pada akhir perjalanan menyapa-ku. Emma-san dan
staf-staf lainnya 「Kekuatan tempur yang berharga telah. . . . . .」 bilang begitu. Hah? Apakah itu
yang kalian indahkan? Aku memasuki ruang master guild untuk menyapa Regan.

「Begitu ya, kau akan pergi ya....」 (Regan)

「Yeah, terima kasih sudah menjagaku」 (Wazu)

「Jangan pedulikan itu. Malahan, kaulah yang menjagaku jadi ini adalah hadiah perpisahan」
(Regan)

Regan melempar sesuatu yang kecil kepadaku. Aku menangkapnya dan memastikan kalau itu
adalah lencana kecil. Angin mengalir di dunia yang terang, desainnya memberikan perasaan
semacam itu.

「Itu adalah tanda untuk semua anggota party dari kala petualanganku. Tunjukan itu ke master
dari markas pusat guild petualang di ibu kota bersama dengan namaku dan kau akan menerima
beberapa kenyamanan. Mungkin....」 (Regan)

「Master dari guild petualang kantor pusat? Kenalanmu?」 (Wazu)

「....Dia adalah kakakku*. Tapi kepribadiannya buruk」 (Regan)


(*ane)

Regan menunjukkan muka kesal ketika dia mengingat soal kakaknya. Lalu kenapa kaucoba
mengenalkan orang seperti itu kepadaku.....?

「Maa~, pastikan untuk mengunjungi kota ini lagi di masa mendatang」 (Regan)

「Yeah tapi sebelum itu.... kauberitahu Orlando soal keadaanku tanpa izin dulu, jadi biarkan aku
memukulmu sekali?」 (Wazu)

「Guhh....」 (Regan)
Waktu dia mencoba kabur lewat jendela, aku menangkapnya dengan cepat dan melancarkan tinju
ringan kepadanya. Dengan ini aku dapat pergi tanpa penyesalan apa pun. Aku kembali ke
penginapan dan menikmati hidangan mewah seperti yang dijanjikan kemarin.

Hari berikutnya, kami berkumpul di gerbang pagi-pagi sekali. Meru sedang tidur di kepalaku. Di
tempat ini, Regan dan Keyla-san, Lula, Emma-san dan suaminya, dan selain mereka yang aku
temui di kota ini. Ada juga kolega dari tempat kerja Orlando dan kenalannya. 「Terima kasih~」
atau 「Semoga berhasil~」 keluar dari mulut semua orang. Mereka menyemangati kami. Di
dalam hujan semangat ini, kami memulai perjalanan ke ibu kota kerajaan Mabondo.
Bab 43 - Kami Tiba Di Desa Tapi...
Ada 2 desa yang terletak di jalan raya menghubungkan Linnic dan Ibu kota. Salah satunya adalah
desa Oishi, yang memakan waktu 5 hari dengan berjalan kaki dari kota Linnic. Aku
mendengarnya dari Orlando. Kami telah menghabiskan banyak waktu untuk berlatih sebelum
kami tiba di desa. Terkadang lawan kami adalah monster yang muncul, kami saling berhadapan
satu sama lain secara teratur, dan juga melakukan berbagai hal.

Namun, aku tidak dapat memahami apa pun, tidak ada hal seperti peningkatan dalam kasusku.
Yah, kupikir statistik VIT-ku terlalu tinggi soalnya aku sudah terlalu menderita sebelumnya,
bukan dari latihan. Dengan perasaan seperti itu, kami berjalan perlahan menuju desa Oishi. Kami
butuh 7 hari yang biasanya hanya perlu 5 hari.

Kami berdua memasuki desa Oishi. Meskipun desanya tidak terlalu luas, di sekeliling desa
dibentengi dengan dinding bata dan ada banyak penginapan dan kedai minum. Ini benar-benar
dibangun untuk orang-orang yang berpergian ke ibu kota. Akan tetapi aku tidak melihat siapa
pun. Tidak ada penjaga penginapan, tidak ada pelanggan, benar-benar tidak ada siapa pun.
Orlando dan aku menatap satu sama lain dan dengan hati-hati meninjau sekitar sembari waspada.
Orlando menarik pedang dari pinggangnya. Aku juga memperingatkan Meru yang merasa gelisah
di kepalaku untuk berjaga-jaga.

Kami berjalan perlahan dan mencapai tempat terbuka seperti alun-alun desa tempat orang-orang
berkumpul di tengahnya. Aku ingin tahu keributan apa ini.... yah, kita bakal melihatnya nanti.
Orlando menyarungkan pedangnya kembali dan mendekati kerumunan.

「Apa yang terjadi di sini?」 (Orlando)

「....!!!!」

Semua orang bergidik saat Orlando memanggil. Mereka menatap kami seolah menilai kami, lalu
seorang pria keluar dari kerumunan.

「....dan anda?」

「Ah maafkan aku. Kami pelancong yang di tengah perjalanan menuju Ibu kota dari kota Linnic
」 (Orlando)

「Begitukah.... maafkan aku, tapi kami tidak dalam keadaan menerima orang luar saat ini.
Silakan lanjutkan perjalanan anda」

「Namun, kelihatannya ada masalah serius, kami bisa meminjamkan kekuatan jika dibutuhkan」
(Orlando)

Orlando berbicara kepada pria itu dengan penuh senyum agar mendapatkan kesan baik. Wajah
tersenyum seperti itu mustahil buatku. Si pria kembali ke kerumunan untuk berkonsultasi dengan
kawan-kawannya. Sekilas mereka berkedip-kedip mengarah kepada Meru, bukan Orlando. Aku
merasakan hal yang tidak mengenakkan jadi aku memanggil Orlando.

「Hei, aku merasakan hal yang tidak mengenakkan, kenapa kita tidak lekas lewat?」 (Wazu)
「Apa yang kaubicarakan, Wazu? Jika seseorang dalam masalah, itu adalah pekerjaan kesatria
untuk membantu!!」 (Orlando)

Kau belum jadi kesatria, 'kan? Apa....? Kau sudah jadi kesatria dalam hatimu?

Haa~.... setelah menghela napas aku mencoba meyakinkan Orlando lebih kuat lagi tapi sebelum
itu terjadi, si pria kembali dan bicara ke Orlando.

「Maafkan aku membuat anda menunggu. Aku akan memberitahu anda mengenai situasinya,
sehingga jika mungkin bisakah anda meminjamkan kami kekuatan anda?」

「Yeah!! Serahkan padaku!!」 (Orlando)

Terserah! Ketika aku memalingkan mata ke kerumunan orang, beberapa orang melompat keluar
dan menghilang entah ke mana.

「Sebenarnya para pencuri telah menyerang beberapa waktu yang lalu, dan seorang gadis dari
desa telah diculik」

「Apa!? Itu masalah serius!!」 (Orlando)

「Jadi sekarang, aku berpikir untuk mengumpulkan pemuda-pemuda di desa untuk membawa
mereka kembali」

「Aku mengerti. Berhubung aku agak yakin dengan kekuatanku, biarkan aku membantu dengan
segala cara, kumohon!!」 (Orlando)

「Itu akan menjadi bantuan besar」

「Tentu saja Wazu juga akan pergi, 'kan?」 (Orlando)

Orlando meminta konfirmasi dariku, aku pura-pura berpikir tanpa menanggapi. Maa~....

Untuk sekarang aku akan menjawabnya seolah sedang bermasalah.

「Tidak, aku bakal tinggal disini」 (Wazu)

Mendengar balasanku Orlando menunjukkan muka 「Eh?」 dan pria di sampingnya


menunjukkan muka tidak puas sesaat. Aku bilang ke dia kenapa aku tidak pergi bersamanya.

「Menurutku para pencuri bakal datang lagi. Aku akan tetap di sini jadi kau bisa pergi ke sana.
Tak apa, itu bakal jadi hal simpel dengan dirimu yang sekarang」 (Wazu)

「Begitukah.... ini pasti berbahaya, ada baiknya kita membagi kekuatan tempur kita. Yoshh, aku
menyerahkan tempat ini kepadamu!! Ayo pergi sekarang!!」 (Orlando)

「Eh....!?」
Ketika Orlando bilang kepadaku 「Aku pergi」 dia membawa beberapa orang dan pergi keluar
desa. Lakukan yang terbaik soalnya itu juga bagian dari latihan. Selagi melihat ke arah Orlando
pergi, pria di belakangku bicara padaku.

「Eh? Kamu tidak pergi?」

「Hmm? Aku tidak mau pergi, soalnya para pencuri ada di sini juga」 (Wazu)

Aku ketawa tanpa takut ke arah pria yang tadi itu.

「Tidak, pencurinya----」

「Pertama-tama, meski memang benar kalau wanita dan anak diculik, mustahil tak ada yang
pergi. Apalagi aku tidak melihat ada pemuda atau orang tua di tempat ini」 (Wazu)

「Selanjutnya, tempat ini seharusnya punya banyak penduduk tapi yang ada hanya terlalu sedikit
orang di sini tidak peduli bagaimana kaumemikirkannya. Meskipun tempat ini adalah sebuah desa
penginapan tapi tak ada satu pelanggan pun sama sekali. Mungkin, kau menahan mereka semua
di suatu tempat di desa, 'kan?」 (Wazu)

「Ini adalah akhir dari spesikulasiku, ada beberapa kawanmu yang menuju ke sana tadi, 'kan?
Orang-orang yang meninggalkan kerumunan sebelumnya pergi buat ngasih kabar tersebut ke
orang lain jadi mereka bisa melancarkan serangan dari belakang. Dengan kata lain, ini adalah
rencana serangan penjepit. Bagaimana?」 (Wazu)

Tanpa menggumamkan kata, pria itu mendecakkan lidahnya dan memberi sinyal kepada
kawannya dengan tangan. Lalu sekelompok orang muncul dari mana saja, mengepung layaknya
membentuk lingkaran di sekitarku. Ada dua kali lebih banyak orang seperti sebelumnya.

「Hee!! Kau cukup pintar walau penampilanmu begitu, tapi ada hal di dunia ini yang lebih baik
tidak terucap. Apa kau pikir bisa mengalahkan kami jika orang di sini berkurang? Sayang
sekali!!」

Dia bilang begitu dengan wajah penuh kemenangan dan menerima sebuah pedang dari pria di
belakangnya. Sementara itu aku lagi streching (peregangan) ringan.

「Tu, wa, ...., ju, pan, ....」 (Wazu)

「....? Apa yang kaulakukan?」

「Eh? Pemanasan!」 (Wazu)

Ini untuk menerbangkanmu pergi.


Bab 44 - Walau Itu Terkenal, Aku Tidak Tau Apa Yang Tidak Kuketahui

Pria itu terus saja berbicara sambil mengabaikan ucapanku. Eh? Kapan kita mulai? Cepatlah dan
maju sini.

「Kelihatannya kau tidak tau siapa aku?」

「Oh, dia tidak tau siapa Aniki? Dia palingan cuma datang dari desa terpencil!!」

「Gyahahaha!!」

「?」 (Wazu)

Tidak, aku beneran tidak tau dan aku tidak peduli sama sekali.

「Aku akan memberitahumu jika kau tidak tau!! Aku adalah adik dari pemimpin bandit agung
Digondo Bersaudara, Gondo」 (Gondo)

「. . . . .」 (Wazu)

Aku memiringkan kepalaku. Memikirkannya lagi aku masih tidak tau, aku tak pernah dengar
nama dan semua tentang dirinya. Bandit lainnya menambahkan penjelasan dengan suara nyaring.

「Tidak, itu mustahil dia tidak tau!!」

「Ini soal Digondo bersaudara yang sedang kita bicarakan!!」

「Yang melakukan segalanya dari pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, dan tindak kriminal
lain!!」

「Ada bounty untuk kepalanya loh!!」

「Itu 100 koin emas tidak kurang loh!!」

「Bahkan petualang B-rank bukan tandingannya!!」

「Dan Gondo-sama ini adalah saudaranya」 (Gondo)

「Heee~」 (Wazu)

「「「「Ada apa dengan reaksi lemah itu!!!」」」」


Hah? Apakah itu mengejutkan? Cuma petualang B-rank, 'kan? Itu bukan masalah besar. Tapi
imbalan 100 koin emas.... apakah Orlando tau soal ini? Tunggu sebentar.... jika adiknya di sini,
apakah itu berarti Orlando lagi menuju ke kakaknya.... akankah dia baik-baik saja? Kurasa tak
ada masalah jika itu pertarungan 1 lawan 1, tapi jika ada banyak lawan, atau jika mereka
menjadikan penduduk desa sebagai sandera....

Yosshi, aku bakal membereskan orang-orang ini dengan cepat dan menyelamatkan penduduk
desa.

「Sudah cukup.... kalian semua singkirkan dia!! Tapi hati-hati menangani anak naga di kepalanya
karena kita bisa menjualnya untuk harga super tinggi nanti!!」 (Gondo)

「「「Ouu!!」」」

Bandit lainnya menyerang sekaligus. Pedang, pisau, hand axe, dll. mereka dipersenjatai dengan
berbagai jenis senjata. Aku mencoba untuk tidak menjatuhkan Meru dari kepalaku sembari
menghindari serangan mereka. Aku menyesuaikan kekuatanku sampai tingkat tertentu agar tidak
membunuh setiap orang dan memukul mereka semua dalam satu serangan.

「Hoi! Hoi! Hoi!」 (Wazu)

Bandit-bandit yang dikalahkan terkumpul di satu tempat dan menumpuk layaknya gunung.
Gundukan berangsur-angsur menjadi lebih besar sementara bandit-bandit yang mengepungku
mengalami penurunan. Menyadari situasi tidak normal, sisa bandit itu ragu-ragu untuk datang
kepadaku jadi sebagai gantinya aku mendatangi mereka.

Saat ini, hanya ada dua orang yang tertinggal berdiri di tempat ini, aku dan adik dari apalah. Saat
aku menyapu debu dari bahuku, adik ini mengangkat suaranya sementara gemetar.

「A-A-A-Apa-apaan kau ini.... bisa mengalahkan sejumlah orang sesingkat ini....」 (Gondo)

「Bahkan jika kaumenanyakan itu padaku.... Ah!! Untuk sekarang aku hanyalah petualang F-
rank, kurasa?」 (Wazu)

Kalau dipikir-pikir, di mana aku menaruh kartu guild-ku lagi. Ada berbagai hal untuk diingat dan
itu benar-benar jadi konflik di kepalaku. Ketika aku tiba di kerajaan, aku perlu mengisi aplikasi
untuk menaikkan rank-ku.

「I-Itu bohong!! Dengan kekuatan yang begitu besar, itu mustahil bahwa kau hanya petualang F-
rank!!」 (Gondo)

Tidak, aku berkata yang sebenarnya. Haruskah aku menunjukkan kartu guild-ku? Selagi aku
mencari kartu guild, si adik berbalik dan melarikan diri.

「Tunggu sebentar, aku bakal menunjukkannya padamu!!」 (Wazu)

Aku berpindah di depan si adik sepecepat kilat, tapi dia menyerangku dengan pedangnya sambil
berteriak sebelum aku bisa menunjukkan kartu guild-ku.
「Uwaaa~a~a~a!!!!」 (Gondo)

*pakiiiiin*

Karena pedangnya mengarah ke kepalaku, aku mencoba menangkapnya dengan jariku jadi tak'
akan mengenai Meru. Tapi itu malah pecah. Entah kenapa, aku merasa bersalah. Si adik
tercengang ketika melihat pedangnya pecah. Aku merasa tak mau menunjukkan kartu guild-ku
lagi jadi aku menghajarnya dan melemparnya ke gundukan bandit.

Aku merasa bermasalah di depan gundukan itu. Aku bisa meninggalkan mereka begitu saja tapi
bagaimana jika mereka terbangun terus kabur. Sementara aku memikirkan apa yang perlu
dilakukan, sebuah ide melintas di benakku. Tapi pertama, aku meminta Meru untuk mencari
penduduk desa yang seharusnya telah ditahan di suatu tempat. Selagi Meru terbang di sekitar
desa, Aku dengan ringan memukul tanah di alun-alun untuk membuat lubang yang muat buat 4-5
orang. Aku mengubur bandit itu ke dalam lubang sambil meninggalkan kepala mereka di luar.
Aku membuat lubang serupa untuk mengubur bandit lainnya.

Aku mengulangi hal yang sama beberapa kali. Akhirnya, aku selesai mengubur si adik di lubang
untuk satu orang. Saat Meru kembali, aku menengadah dan menunggu dirinya. Tapi dia malah
mendarat di wajahku, setelah sedikit berjuang memanjat ke atas kepalaku dia menunjukkan
tangan kecilnya ke satu arah.

「Haruskah aku pergi ke sana?」 (Wazu)

「Kyui~!」 (Meru)

Tempat yang ditunjuk Meru adalah aula pertemuan desa. Ada dua orang yang bertindak sebagai
penjaga, aku mengubur mereka seperti halnya bandit lain. Ada gembok besar yang disiapkan oleh
para bandit di pintu tapi dengan *eii* aku menjentikkannya menjadi dua. Ada banyak orang di
dalam saat aku membuka pintu. Perhatian semua orang tertuju padaku.

「Siapa kau....? Salah seorang bandit....?」

Karena itu sedikit aneh untuk melihatku memasuki Aula pertemuan sendirian, seorang tetua
bertanya untuk meminta konfirmasi dariku. Aku dengan ringkas menjelaskan situasi saat ini dan
membebaskan semua orang. Mereka mengucapkan terima kasih kepadaku dan aku mengetahui
bahwa tetua tadi adalah kepala desa. Aku memberitahu kepala desa kalau temanku masih
bertarung dengan bandit lain jadi aku bakal bergabung dengannya. Aku meminta beberapa
petualang untuk mengawasi bandit yang kukubur di tanah. Aku meminta Meru untuk menemukan
lokasi Orlando dari baunya. Aku segera bergegas saat Meru menunjuk ke satu arah.

Orlando, tolong tetap selamat....


Bab 45 - Bertahanlah!! Oralando!!
Kami menuju ke dekat hutan mengikuti bau Orlando. Saat kami tiba di dekat lokasi yang Meru
tunjukan, aku bisa lihat Orlando telah mengeluarkan pedangnya di tempat yang agak terbuka. Dia
berhadapan dengan sekitar 10 bandit. Orang yang paling besar diantara para bandit menahan
gadis sembari menekan pisau dari kapaknya ke leher gadis itu.

Sepertinya mereka memakai sandera untuk menyegel pergerakan Orlando. Di bahu kiri Orlando
terdapat luka di punggungnya dengan sedikit darah mengalir. Mungkin, dia terkena serangan
kejutan dari bandit yang pergi bersamanya. Untuk sekarang, untung tak ada yang serius terjadi
padanya. Orlando yang menyadari diriku, bertanya tentang situasi.

「Wazu!! Kenapa ke sini?」 (Orlando)

「Kenapa.... menunggu dan melihat?」 (Wazu)

「Siapa kau bangsat?」

「Ah! dia adalah orang yang bersama si bodoh di desa」

Salah satu bandit memanggil si pria besar yang membawa sandera sebagai boss, dan
memberiahunya mengenai diriku. Namun, jangan panggil temanku bodoh atau.... kubunuh lho.

「Fuu~.... jadi, kau pemimpin dari Bersaudara apalah itu, benar?」 (Wazu)

「『Digondo Bersaudara』!!」

「Bangsat, kau tidak tau siapa Digo-sama ini pemimpin dari 『Digondo Bersaudara』?」 (Digo)

Bandit di sekeliling mulai berkoar-koar.

「Oh, aku mendengarnya tadi. Bandit yang ada di desa memberitahuku itu dengan hati-hati. Yah,
meskipun saat ini mereka terkubur dalam tanah」 (Wazu)

「「「?」」」

Para bandit menatapku seolah tak memahami soal apa yang aku bicarakan. Di sisi lain, Orlando
tersenyum pahit sambil membayangkan keadaan mereka. Itu kerja keras, tau? Untuk mengubur
mereka semua.

「Aku tidak tau apa yang kau bicarakan.... lupakan itu, aku bisa memastikannya nanti. Tak satu
pun dari kalian, jangan berani menggerakkan tangan atau kaki dari tempat kalian berdiri」 (Digo)

Si pria besar menekan kapaknya ke gadis yang dia tahan. Gadis itu meneteskan air mata, dia tidak
bisa berteriak ataupun bergerak karena takut. Aku memanggil Orlando.

「Orlando, bisakah kau mengurusi pria besar itu? Itu baik-baik saja, kekuatanmu sudah cukup.
Pikirkan saja itu sebagai latihan」 (Wazu)
「....Baiklah!!」 (Orlando)

「Bangsat, jika kalian berani bergerak walau sedikitpun---」 (Digo)

Aku menghilang dari tempatku pada waktu yang sama saat Oralando mengangguk.

「Aku tidak bisa menjamin keselamatan gadis ini.... keselamatan gad...」 (Digo)

Pria itu melihat tangannya yang hanya meraih udara. Lalu dia melihat gadis dalam dekapanku
dengan ekspresi terkejut.

「Ap... mana mungkin.... skill apa itu....?」 (Digo)

Meskipun aku cuma bergerak agak serius. Si gadis yang tidak mengerti situasi tetap kaku. Aku
mengangkat gadis itu dan membelai punggungnya untuk menenangkannya.

「Sekarang baik-baik saja. Tunggu saja sebentar lagi」 (Wazu)

Orlando juga menunjukkan rasa lega melihat gadis dalam dekapanku. Dia mengatakan kata-kata
dengan ekspresi lembut saat menghadap si gadis untuk menenangkannya. Kemudian pipi gadis
itu memerah. Meskipun akulah orang yang menyelamatkanmu.... haaa.... aku tidak pernah
populer di kalangan wanita.

「Kalian semua, kepung dan bunuh mereka!!」 (Digo)

Para bandit mengepung kami, mengikuti kata-kata si pria besar. Aku memanggil Orlando sambil
menontonnya.

「Seperti yang aku bilang tadi, kau tangani saja si pria besar dan serahkan sisa bandit lain
kepadaku」 (Wazu)

「Baiklah!!」 (Orlando)

Orlando berlari menuju pria besar setelah memberikan balasan pendek. Bandit lainnya berlari
maju, mencoba menghalangi jalannya tapi si pria besar mengayunkan kapaknya untuk
menghentikan momentum Orlando, pedang dan kapak beradu.

「Dia adalah bagianku!! Kalian semua bunuh orang yang di sana itu!!」 (Digo)

Mengikuti perintah, sisa para bandit datang bersamaan untuk menyerangku. Aku menendang
mereka sembari menghindari serangan jadi si gadis tidak terkena serangan. Maksudku, aku lagi
merangkul gadis jadi kedua tanganku sibuk. Seperti para bandit yang ada di desa aku membuat
gundukan lain di sini.

Tak lama, semua bandit tertumpuk seperti gunung. Si pria besar tampak heran dengan hasilnya.

「Mustahil!!!」 (Digo)

「O-ii, apa kau yakin punya waktu melihat ke situ?」 (Orlando)


Tidak kehilangan kesempatan yang dibuatnya sendiri, pedang Orlando mencapai perutnya dan
membuat luka dangkal.

「Bangsat, aku akan membunuhmu!!!」 (Digo)

Si pria besar mengayunkan kapaknya, tetapi Orlando dengan tenang menangkisnya dengan
pedang. Tapi tetap saja, kadang-kadang Orlando juga berada di situasi berbahaya. Sepertinya
kemampuan mereka hampir seimbang. Meski begitu, rasanya seolah Orlando sedikit lebih kuat.

Si pria besar yang tidak bisa menentukan permainan, bertahap menunjukan ekspresi kesal pada
serangannya. Tanpa kehilangan kesempatan, Orlando memukul tubuhnya sambil menghindari
kapaknya yang menuju pada dia, sikap si pria besar hancur dan Orlando melepaskan serangan
tebasan lainnya.

Si pria besar berdiri untuk mendapatkan kembali sikapnya sambil melempar kotoran yang dia
pungut saat jatuh menuju Orlando. Bahkan dengan penglihatan yang dirampas, Orlando berhasil
menusuk dada si pria besar menggunakan pedangnya.

「Aaaa-.....」 (Digo)

Sewaktu Orlando menarik pedangnya, si pria besar jatuh seolah dia kehilangan semua
kekuatannya. Tanpa memikirkan darah yang menempel pada pedangnya, Orlando menyeka
keringat dari wajahnya sambil menunjukkan senyuman kemenangan.

「Apa kau merasa lebih kuat sekarang?」 (Wazu)

「Yeah.... fwuuh.... aku agak tidak yakin sebelumnya, karena aku bahkan tidak bisa membuat
kau serius untuk melawanku」 (Orlando)

Dengan sebuah senyum yang dipaksakan aku mempercayakan si gadis kepada Orlando. Aku
membiarkan dia menyelamatkan orang lain yang tertangkap. Karena ada kemungkinan kalau
tempat itu dijaga, aku memperingatkan dia untuk berhati-hati dan melihatnya pergi. Aku
mengangkat pria besar yang sudah mati itu dengan satu tangan dan menggabungkannya dengan
bandit lainnya. Setelah selesai mengangkut mereka, aku berjalan dengan pelan menuju desa.
Bab 46 - Cincin Dan Pedang
Ketika aku tiba di desa, ada kepala desa dan beberapa petualang yang menunggu di pintu masuk
desa. Aku memberitahu mereka kalau Orlando tengah membebaskan orang lain dan
mempercayakan pembersihan tubuh si pria besar ke mereka. Sepertinya kepala desa sudah
mengirim kuda cepat ke kota Linnic untuk meminta bala bantuan. Aku membawa bandit lain
yang masih hidup ke kawan mereka di alun-alun desa.

Sambutan melambung dari pintu masuk desa. Tampaknya Orlando telah kembali bersama orang-
orang yang ditawan. Aku mengubur para bandit yang kubawa dengan cara yang sama dan
berjalan menuju pintu masuk desa untuk bertemu Orlando dan Meru.

Orlando mendapat tepuk tangan dan di kelilingi oleh orang-orang, kata-kata apresiasi datang dari
mana-mana. Dia menerima sambutan besar sementara beberapa wanita melingkarkan lengan
mereka padanya. Aku melihat pemandangan dari luar kerumunan.

Umm.... kau tau, aku juga bekerja keras!!

Meru menepuk kepalaku dengan *peshi-peshi* begitu dia mengerti apa yang kupikirkan.

Uu, cuma Meru seorang yang mengerti diriku!! Ini adalah perbedaan karena wajah kami!!

Orlando yang memperhatikan diriku dihibur oleh Meru melambaikan tangannya. Khalayak
akhirnya menyadari keberadaanku dan datang untuk mengucap terima kasih sambil memukul
punggungku dengan *bashi-bashi*.

Aku dikelilingi oleh pria.... Orlando dikelilingi oleh wanita....

Sialan!!!!!!!!! Meski begitu aku lebih kuat darinya!!!!!!!!

Setelah itu, Orlando dan aku diundang ke pesta perjamuan yang diadakan di aula pertemuan.
Beberapa orang bersikeras mengajakku minum minuman keras tapi aku menolaknya dengan
sopan. Aku telah berjanji tidak akan meminumnya lagi.

Ada pembicaraan soal harta yang telah dikumpulkan para bandit jadi aku bertanya kepada
Orlando. Sepertinya kami mendapat kepemilikan itu karena kami mengalahkan mereka dan dia
menanyaiku kembali soal apa yang harus dilakukan. Bukan hanya harta, ada juga bandit-bandit
yang punya bounty untuk kepala mereka dan tampaknya jumlahnya cukup banyak. Orlando dan
aku menuju ke ruang kecil tempat harta disimpan untuk dikonfirmasi.

Di dalam ruangan, kami mengeluarkan dan menjajarkan isi dari tas untuk dikonfirmasi. Ada
berbagai benda di dalamnya, pedang, pisau, tombak, kapak, dll. Beberapa dari mereka berkarat
tapi ada juga perhiasan yang indah di dalam tas. Selain perhiasan ada koin perak, koin emas, dan
beberapa item sihir yang tidak aku ketahui fungsinya. Aku pelan-pelan memeriksa berbagai
barang satu demi satu. Setelah beberapa saat aku mengambil sebuah cincin yang menarik
minatku.

「Cincin apa ini?」 (Wazu)


「Aah....」 (Orlando)

Aku menatap cincin di telapakku. Meskipun bentuknya hanya seperti cincin biasa, Ada permata
hijau berbentuk setengah tertanam indah di bagian atas cincin. Aku heran tentang alasan kenapa
permata itu berbentuk setengah....

「Itu.... bisa jadi itu 『Cincin pasangan』」

「Cincin pasangan?」 (Wazu)

「Yeah, aku pernah melihat satu dulu. Dikatakan sebagai item sihir yang cacat. Ada permata
berbentuk setengah yang ditanamkan seperti ini jadi tidak ada keraguan....」 (Orlando)

「Cincin jenis apa ini?」 (Wazu)

Menurut penjelasan Orlando cincin ini dibuat dua pasang. Efeknya sepertinya kita bisa mengirim
dan menerima pesan melalui cincin yang sudah terdaftar satu sama lain.

Akan tetapi, alasan kenapa itu dikatakan item sihir cacat karena jumlah kekuatan sihir yang
dibutuhkan akan berubah tergantung jaraknya. Intinya itu mengkonsumsi kekuatan sihir yang
sangat besar jadi penyihir rata-rata tak bisa menggunakannya untuk mengirim pesan ke yang
jauh. Yap, itu item cacat. Tapi itu terlihat menarik.

「Baiklah, sudah diputuskan!! Aku hanya mau cincin ini. Aku tidak butuh hal lain jadi kau bisa
mengambil sisanya, Orlando」 (Wazu)

Aku tidak bisa menggunakannya bahkan jika aku mendapat senjata.

「Eh? Hanya itu?」 (Orlando)

「Yeah, Aku tidak punya masalah dengan uang, aku juga tidak butuh senjata, aku hanya perlu
menendang atau memukul semua lawan」 (Wazu)

「Tunggu sebentar. Ini merupan item cacat seperti yang kubilang tadi, juga hanya ada satu....」
(Orlando)

「Itu malah memberiku alasan lebih. Dengan kata lain, seseorang di luar sana punya cincin
lainnya, 'kan? Jika aku menyimpannya, barangkali beberapa pesan akan datang nanti. Jika itu
terjadi, aku bisa mengembalikan cincin ini ke pemilik sebenarnya. Bisa jadi itu kenang-kenangan
seseorang....」 (Wazu)

「Begitu, ya....」 (Orlando)

Orlando mengangguk pada ceritaku. Dia merenungkan sesuatu sembari melihat harta di
depannya. Apa yang salah? Semuanya milikmu.

「Baiklah, aku akan mengambil pedang ini dan beberapa koin emas」 (Orlando)

Katanya, dia mengambil sebilah pedang dengan ornamen seperti sayap dan beberapa koin emas.
「....Eh? Apakah itu saja?」 (Wazu)

「Yeah, aku akan memberikan sisanya ke orang-orang di desa ini. Mereka adalah orang-orang
yang mengalami kerugian di sini」 (Orlando)

Ugh!! Aku tidak pernah memikirkan tentang hal itu. Apakah ini perbedaan di antara kami?
Apakah ini pola pikir dari pria yang bercita-cita menjadi seorang ksatria? Kau terlalu
menyilaukan, Orlando.

Setelah memberitahu kepala desa kalau kami bakal memberikan harta yang tersisa pada semua
orang, perjamuan menjadi lebih meriah. Kami menginap di desa dan keesokan harinya, sambil
berterima kasih kepada semua orang kami berangkat dari desa.

Di masa depan, mereka yang melakukan kejahatan di desa ini akan dikubur hidup-hidup di pusat
desa sementara hanya menyisakan kepala mereka di luar. Di sisi mereka, papan tanda yang
menyatakan kejahatan mereka akan diletakkan. Hukuman ini dibuat untuk mempermalukan
penjahat. Kemudian kepala desa berkata 「Sewaktu aku melihatnya untuk pertama kalinya,
kupikir Ini nih!!!」 tetapi, sepertinya tak ada yang dapat mengingat apapun tentang siapa orang
pertama yang melakukannya.
Bab 47 - Suara Yang Mencapai Cincin
Orlando dan Aku perlahan menyusuri jalan raya menuju desa selanjutnya. Sepertinya kami akan
butuh lima hari lagi dengan berjalan kaki untuk sampai ke desa, kami maju terus sambil
meluangkan waktu untuk latihan, sesekali Orlando melakukan latihan berpedang untuk
membiasakan dirinya dengan pedang barunya.

Sepertinya bagian pedang dari pedang lamanya terkoyak di sana sini setelah pertarungan dengan
si pria besar dan umur pedang itu juga hampir mencapai batasnya. Tak perlu heran, soalnya dia
menggunakannya untuk menangkis kapak si pria besar.

Aku mengawasi Orlando menebas Goblin yang muncul di sepanjang jalan raya sambil membelai
Meru. Dia kembali sambil memiringkan kepalanya.

「Ada apa?」 (Wazu)

「Tidak, itu mungkin hanya imajinasiku tapi tubuhku terasa ringan ketika aku menggunakan
pedang ini」 (Orlando)

Aku tidak bisa bilang dari penampilan, tapi jika Orlando yang memakai pedang merasa seperti
itu, itu pasti benar. Kami tidak akan mendapatkan apapun dengan memikirkannya jadi kami mulai
berjalan lagi ke desa berikutnya.

Kami hanya berjarak satu hari dengan berjalan kaki ke desa selanjutnya. Selagi berjalan dan
mengobrol dengan Orlando, sebuah suara aneh mencapai telingaku.

「To.... ng.... ku....」

Hmm? Apa sekarang....? Aku memeriksa sekitar tapi tidak menemukan siapapun selain kami di
sini. Orlando menatapku dengan tatapan aneh karena perilakuku yang tiba-tiba. Meru hanya tidur
tanpa bereaksi. Kurasa itu hanya imajinasiku jadi aku terus berjalan begitu saja, tapi kali ini suara
itu menjadi jelas.

「.....mendegar.... tolong.... siapa...」

Eh? Aku mendengarnya. Aku melihat sekeliling lagi tapi tetap tidak bisa menemukan sosok
manusia.... hantu? Seperti yang diharapkan aku tidak mampu menendang atau memukulnya.
Selagi aku bertanya-tanya soal apa yang harus dilakukan, Orlando menunjuk ke tanganku.

「Bisa jadi itu dari cincin?」 (Orlando)

「Ah?」 (Wazu)

Begitukah, aku memakai cincin pasangan di jari telunjuk kiriku saat ini. Maka, suara wanita yang
kudengar mestinya datang dari cincin.

「Tolong aku.......」

*kabooooom!!!!!!!!!!!*
Sewaktu dia mengatakan itu, ledakan api naik dari arah hutan di depan kami. Orlando dan aku
menatap satu sama lain dan mengangguk. Kami berlari menuju hutan tempat ledakan berasal
yang terjadi sebelumnya.

Ada tiga pria di sana. Dua orang yang memegang pedang memakai zirah dan perisai merah. Satu
lainnya yang memegang tongkat mengenakan jubah merah. Aku tidak bisa melihat wajah mereka
dengan jelas dikarenakan helm dan tudung mereka.

Ada juga wanita yang menghadapi mereka bertiga. Dia terbungkus oleh setengah lingkaran tipis
dengan cahaya agak transparan yang telihat menjadi penghalang, sambil menatap kepada tiga pria
dengan tatapan yang memilukan. Meskipun dia mengenakan pakaian biara, cukup bagiku
mengerti kalau dia memiliki dada yang menggairahkan dari bagian atas pakaian karena siluet
tubuh langsingnya.

Meskipun dia memiliki tatapan yang memilukan, aku bisa membayangkan senyum lembutnya
yang akan menembak hati semua orang. Akan tetapi bagian yang paling mencuri perhatian adalah
mata merahnya. Itu memiliki warna yang sama seperti rambutnya yang diikat dengan angrek.
Entah mengapa, aku tidak bisa memalingkan mataku darinya.

Saat ini aku berdiri di antara seorang wanita dan tiga pria, sendirian. Orlando dan Meru
bersembunyi di suatu tempat di semak-semak. Apa boleh buat, soalnya aku berlari terlalu cepat,
aku tidak bisa berhenti tepat waktu. Meru terbang begitu saja ketika dia mengerti aku tidak bisa
berhenti berlari. Dragon penghianat itu....

Aku memberitahu Orlando agar tidak keluar dengan sebuah gerakan. Aku tidak tau situasi apa
yang sedang terjadi jadi aku tidak mau memberi stimulasi yang tidak perlu.

Karena aku masih berdiri di depan mereka tanpa menggumamkan kata apa pun, Si pria dengan
pedang menyerangku tanpa berpikir dua kali. Aku menghindari pedang mereka dengan banyak
waktu luang.

Pedang mereka datang kepadaku dengan serempak. Kurasa serangan mereka punya gaya yang
mirip, bisa dikatakan. Zirah dan perisai bagus, mereka mengenakan perlengkapan yang sama,
bisa kukatakan mereka merupakan anggota dari kelompok yang sama yang berada di suatu
tempat.

Aku mencoba berpikir soal itu sebanyak mungkin tapi.... mereka terlihat seperti Kesatria, hmm?
Bisa jadi mereka adalah orang baik dan wanita di dalam penghalang adalah seorang penjahat?
Tapi.... mereka dengan serius berupaya membunuhku.... aku bisa merasakan haus darah berasal
dari pedang yang mengarah kepadaku.... aku melirik ke wanita itu, dia melihatku dengan wajah
pucat seolah mencemaskan tentang diriku. Sudah jelas siapa orang jahat di sini.... haaa.... apa
boleh buat.

Aku menghindari serangan mereka dengan jarak setipis kertas dan sementara itu aku memukul
mereka satu demi satu untuk membuat mereka pingsan dengan rangkaian serangan yang cepat.
Aku mendekati penyihir yang kaget karena dua dari mereka jatuh dalam sekejap mata. Aku juga
membuatnya pingsan dengan satu serangan agar tidak memberinya kesempatan untuk merapalkan
sihir.

Fuu~.... karena aku tidak membunuh mereka, untuk saat ini aku tidak bakal mendapat masalah,
'kan? Tapi aku tidak tau jika itu bakal jadi masalah nantinya?
「Apa kau tidak membunuhnya?」 (Orlando)

「Tidak, aku cuma membuat mereka pingsan」 (Wazu)

Orlando keluar dari semak-semak dan menanyaiku. Meru melompat ke kepalaku lagi. Lebih
tepatnya, apa kau pikir apa pun bakal mati jika aku memukul mereka? Apa yang kau pikirkan
soal diriku.... yah~, meskipun aku bisa.... haaa.....

Wanita yang seharusnya berada di dalam penghalang telah mendekati kami dengan ekspresi lega.
Dalam jarak beberapa langkah dari kami, dia tiba-tiba menundukkan kepalanya.

「Terima kasih atas bantuanmu. Saat ini, aku tidak bisa memberikan kamu apa pun untuk
membalas selain kata-kata terima kasih ini」

Sewaktu dia mengangkat kepalanya, dia memiliki senyum yang sangat lembut seperti yang
kukira.

「Aku adalah sang putri kedua dari kerajaan Mabondo, Naminissa Mabondo」

Otto, sebuah firasat dari masalah....


Bab 48 - Permintaan Tidak Resmi Merupakan Pertanda Masalah
Saai ini, di depanku ada seorang wanita yang menyebut dirinya sebagai putri kedua dari Kerajaan
Mabondo. Hah? Tidak, Tidak, Tidak, itu tidak mungkin benar.... apa kau serius?

Aku menatap dengan bingung ke arah cincin di tangan kiriku. Wanita yang menamakan dirinya
sebagai Naminissa memperhatikan dan mengubah senyum lembutnya menjadi ekspresi terkejut.
Lalu dia mendadak meraih tangan kiriku dan menatapnya dengan tajam.

Eh? Apa ini? Ada apa? Aku tidak akan senang hanya karena wanita cantik memegang tanganku,
kau tau?

「Cincin ini.... .... kamu? Bagaimana bisa kamu mendapatkan cincin ini?」 (Naminissa)

Ah, cincin ya. Yeah tentu saja. Aku tau itu. Tak mungkin ada seorang wanita cantik bakal
mendadak memegang tanganku tanpa alasan.... aku tidak nangis kok.... aku tau banyak soal itu....
hiks....

「Ini.... ketika kami menaklukan para bandit, cincin ini termasuk diantara harta yang
dikumpulkan para bandit. Aku mendapatkan ini sebagai imbalan」 (Wazu)

「Maka, sang pemilik asli dari cincin ini....」 (Nami)

「Kemungkinan sudah....」 (Wazu)

「.... sepertinya begitu」 (Nami)

Umm.... karena aku sudah memberitahumu soal situasinya, bisakah kamu segera melepas
tanganku? Hatiku jadi gembira lho....

「Cincin itu sebenarnya diberikan ke orang yang kukirim untuk mengumpulkan beberapa
informasi. Cincin lainnya ada di sini, lihat~」 (Nami)

Akhirnya dia melepaskan tanganku. Ia menunjukanku cincin yang sama dengan yang saat ini
kupakai di jari telunjuk kiriku.

Itu berbahaya.... kupikir jantungku mau copot.

「Tetapi itu adalah hal bagus aku tidak menyerah. Terima kasih untuk cincin aku bisa selamat
dengan cara ini. Aku benar-benar berterimakasih kepada kamu」 (Nami)

「Tidak, tolong jangan dipikirkan, Naminissa-sama」 (Wazu)

「Naminissa saja tak apa. Bicaranya juga biasa saja aku tak keberatan」 (Nami)

「M-Mengerti」 (Wazu)

Dia meraih tanganku lagi~!! Tolong hentikan itu~!! Karena rasanya jantungku mau meledak, aku
ingin kau menghentikan itu, kumohon~!!
Dia lekas melepas tanganku kali ini. Saat aku mulai mengatur napasku, Naminissa berbalik
menuju Orlando.

「Pedang yang anda bawa juga merupakan benda yang kuberikan」 (Nami)

「Bila demikian.... haruskah saya mengembalikannya?」 (Orlando)

「Tidak, mohon gunakan apa adanya. Karena pedang itu telah diberkati dengan roh angin, bila
anda menggunakannya, maka nilai status AGL anda akan naik」 (Nami)

「Begitu ya, jadi itulah mengapa tubuhku terasa ringan ketika menggunakan pedang ini」
(Orlando)

Bagus kalau begitu, Orlando. Kau akhirnya mengerti mengenai efek pedang itu. Tapi aku
menyadari sesuatu, meski ia memanggilku menggunakan "anata", kenapa ia merujuk ke Orlando
menggunakan "anata-sama". Ughh, ada juga perbedaan di sini....

「Ah, mohon maaf karena terlambat memperkenalkan diri Naminissa-sama, nama saya adalah
Orlando dan dia adalah Wazu」 (Orlando)

Orlando mengenalkan diriku tanpa izin dulu. Ditambah, Naminissa menggumamkan namaku
berkali-kali.... apakah itu sulit baginya mengingat namaku? Umm, Aku bakalan nangis....

「Jadi, apakah kalian berdua Petualang?」 (Nami)

「Dia adalah seorang Petualang tapi saya bukan. Kami hendak menuju ke Ibu kota kerajaan
dikarenakan saya ingin menjadi seorang Ksatria, dia hanya menemani saya dalam perjalanan ini
sebagai seorang teman」 (Orlando)

「Begitu ya....」 (Nami)

Entah kenapa pembicaraan mereka tetap berlanjut tanpa diriku.... Hah? Apakah kalian lupa soal
diriku? Apakah aku diperlukan di sini?

Aku membelai Meru semenjak aku tidak punya apapun untuk dilakukan. Naminissa berbalik ke
arahku dengan wajah serius.

「Kalau begitu, Wazu-sama. Meskipun ini tidak resmi, tapi bisakah kamu menerima
permintaanku?」 (Nami)

「Yah.... jenis permintaan apa itu?」 (Wazu)

「Aku memiliki seorang kakak laki-laki dan seorang kembaran kakak perempuan, aku ingin
kamu berkerja sama denganku untuk menolong mereka berdua. Aku memiliki hadiah kecil untuk
diminta sekarang juga」 (Nami)

「Apa sebenarnya "hadiah" yang kamu bicarakan?」 (Wazu)


「Aku akan memberitahu detailnya jika kamu menerima permintaan ini. Aku ingin mengambil
tindakan untuk mencegah keterlibatan orang luar sebanyak mungkin」 (Nami)

Yah.... baunya seperti perselisihan.... apa yang harus dilakukan.... alangkah baiknya jika aku bisa
menyelesaikannya dengan kekuatan, aku tidak mengerti sesuatu yang politis.... pastinya apa yang
ia butuhkan saat ini adalah kekuatan militer tapi kenapa ia meminta seorang Petualang untuk
membantu.... tapi tetap saja....

Aku mengambil lirikan ke Orlando dan menjawab Naminissa.

「Aku punya kondisi. Seperti yang Orlando katakan tadi, impiannya adalah menjadi seorang
Ksatria. Karena tidak mungkin dia tiba-tiba menjadi Ksatria, setidaknya bisakah kamu
memberinya kesempatan untuk bertindak sebagai ksatriamu?」 (Wazu)

「Oi, Wazu!」 (Orlando)

「Aku tidak keberatan. Awalnya aku berpikir untuk mempersembahkan imbalan semacam itu
untuk kerja samamu nanti」 (Nami)

「Naminissa-sama.... terima kasih banyak. Orlando yang tidak layak ini akan melayani anda
sepenuhnya」 (Orlando)

「Terima kasih Orlando-sama」 (Nami)

Begitu ya. Bakalan ada hadiah karena pada awalnya permintaan ini untuk seorang Petualang, dan
ia merencanakan untuk membuat Orlando menjadi ksatria atas kerja samanya. Aku senang jika
aku bisa membantu Orlando....

「Bagus, terutama aku tidak punya kondisi lagi untuk diriku sendiri. Baiklah, aku akan menerima
permintaannya」 (Wazu)

Pada jawabanku, Naminissa membuat wajah bahagia.

「Kalau begitu, imbalan untuk Orlando-sama adalah kesempatan menjadi ksatria, dan untuk
Wazu-sama adalah "aku" itu saja」 (Nami)

「Dimengerti, Naminissa-sama....」 (Orlando)

「......」 (Wazu)

Eh? Ada sesuatu yang aneh dari kata-katanya tadi, 'kan? Tidak, aku yakin dia hanya berkata
imbalanku ialah "aku"!! Hah? Apakah itu normal? Kenapa Orlando tidak mengatakan apa pun?
Eh....? Mungkinkah aku salah dengar?

Itu benar. Pikirkan saja secara normal, tidak mungkin dia menawarkan dirinya sebagai hadiah.
Begitu ya, yeah tentu saja. Akan tetapi, apa yang jadi imbalanku tadi? Yah, jika Orlando bisa
menjadi ksatria, sebagai seorang teman aku tidak keberatan membantunya secara cuma-cuma.
Bab 49 - Keadaan Keluarga Kerajaan Mabondo Saat Ini
Kami memutuskan untuk membantu Naminissa, tetapi sebelum kami mendengarkan cerita
lengkapnya, kami akan bergerak ke tempat lain. Mengikuti instruksi Naminissa, kami menuju ke
tempat berbatu dekat desa Maima. Kami meninggalkan kelompok pria seperti Ksatria di jalan
begitu saja.

Di jalan, aku berjalan di depan memimpin perjalanan. Karena aku merasakan tatapan dari
punggungku, aku berbalik dan hanya menemukan Naminissa berbicara dengan Orlando dengan
antusias tetapi tak seorangpun melihat ke arahku. Hah? Aku terus maju tetapi aku merasakan
tatapan dari punggungku lagi....

Booo!!!

Aku tidak menemukan siapapun memperhatikanku bahkan ketika aku berbalik secara tiba-tiba.
Itu cukup memalukan karena keduanya memberiku tatapan aneh.

Setelah itu, aku mengabaikan tatapan yang kurasakan dari punggungku dan terus maju menuju
termpat berbatu sambil meminpin keduanya. Ini.... apa ada artinya bagiku berjalan di depan?

Kami tiba di tempat berbatu dan duduk di tempat yang sesuai selera untuk mendengar rincian
cerita dari Naminissa. Meru terbang ke sana-sini untuk mengerjar kupu-kupu kecil. Adegan itu
menenangkan hatiku.... Otto, aku harus mendengar ceritanya dengan benar....

-
-
-
-
-

Kerajaan Mabondo pada masa lalu disebut kerajaan "Bondo". Ada dua keluarga kerajaan di
kerajaan ini. Orang pertama yang menjadi Raja ialah "Gnarbondo". Adiknya "Mabondo", menjadi
raja selanjutnya setelah dia. Keturunan dari kedua keluarga kerajaan ini menjadi Raja berikutnya
secara bergantian. Sebagai tambahan, keluarga kerajaan didukung oleh kediaman Duke
"Flebondo" yang merupakan sepupu sedarah dari Raja pertama.

Melalui kedua keluarga kerajaan dan kediaman Duke Flebondo tersebut, kerajaan ini sudah
makmur. Akan tetapi, hanya ada satu keluarga kerajaan sekarang. Raja sebelumnya "Deo
Gnarbondo" meninggal dunia karena sakit tanpa meninggalkan anak.

Sang Raja saat ini ialah "Givirio Mabondo", dikenal sebagai raja baik yang dicintai oleh
rakyatnya. Sang Ratu adalah Mirellina Mabondo, dikatakan dia masih hot meski diusianya.

Bikin iri saja....

Pasangan tersebut memiliki tiga anak. Yang tertua bernama "Navirio Mabondo", Sangat bagus
dalam urusan domestik, diplomasi, strategi, dll. Dia dikenal sebagai "Sang Jenius" dia terkenal
karena pengetahuan bersiasatnya luas.
Putri tertua bernama "Narellina Mabondo". Karena kemampuan bertarugnnya yang superior,
dikatakan dia dapat membuat hujan darah di pertarungan. Dia dikenal sebagai "Putri Pertempuran
Hujan Darah".

Dan putri kedua mereka, Naminissa Mabondo. Tidak hanya penghalang, dia juga sangat bagus
dalam semua jenis seni* pertahanan. Dia dikenal sebagai "Putri Suci Tanpa Darah"*.
(*mungkin termasuk sihir seperti penghalangnya. *Bloodless mungkin mengacu mengenai
dirinya yang tak pernah terluka serius soalnya spesialis sihir pertahanan).

Ini merupakan bagian dari informasi terkait permintaan Naminissa. Namun, permasalahannya
dimulai dari sini, Di sinilah dia membutuhkan bantuan kami. Saat ini Sang Raja dan Ratu sedang
tak sadarkan diri dikarenakan penyakit yang tidak diketahui, sepertinya tidak ada tanda mereka
bakal bangun dalam waktu dekat. Terus, kakaknya Navirio dan Narellina menjadi bermusuhan
tanpa alasan. Saat ini, tampaknya mereka menyiapkan perang untuk saling membunuh.

Awalnya hubungan mereka sangat baik. Naminissa berpikir ada sesuatu yang aneh untuk mereka
tiba-tiba saling membenci jadi dia melakukan penyelidikan secara independen dengan tiga
pelayan dan kolaboratornya.

Salah satu pengikutnya adalah pemilik cincin dan pedang ini. Sembari mencari orang yang
mendadak kehilangan kontak, beberapa kelompok misterius menyerang dua pelayan lain dan
tertangkap.

Dia meminta kolaboratornya untuk mencari tempat dua pelayannya yang tertangkap. Dia
menemukan lokasinya dan menantangnya sendiri tapi gagal. Sepertinya dia bertemu kami selagi
melarikan diri dari mereka.

「Dengan kata lain, kamu mau kami menghentikan pertarungan dan menemukan penyebabnya,
dan membereskan itu?」 (Wazu)

「Iya....」 (Naminissa)

Naminissa memberitahuku dengan ekspresi pahit.

「Hmm.... Apa lagi ya.... itu benar, kenapa kamu tidak meminta kerja sama dari kediaman
Flebondo, mereka sudah mendukung keluarga kerajaan sejak waktu yang lama, 'kan?」 (Wazu)

「Memang.... kediaman Flebondo telah mendukung keluarga kerajaan sejak waktu yang lama.
Dan kepala keluarga mereka Zizu Flebondo-sama, adalah perdana menteri saat ini. Bukan berarti
aku tidak mempercayai beliau.... tentunya anak Zizu-sama, Denoga Flebondo-sama adalah
tunanganku, tetapi entah kenapa itu tampak mencurigakan*....」 (Naminissa)

Otto, tiba-tiba tunangan keluar. Jadi kurasa kata-kata soal dirinya sebagai imbalan benar-benar
kesalahanku.... aku heran kenapa.... entah kenapa aku merasa agak kecewa mendengarnya.

「Te-Tetapi, itu masih pertungan tidak resmi!! Pembicaraan ini diajukan dan secara paksa
dimajukan oleh perdana menteri, masih separuh jalan!! Jika aku meminta ayahanda, itu bisa
dibatalkan kapan saja!! Ini benar, sungguh!! Lebih tepatnya, aku tidak ingin menikahi orang itu!!
」 (Naminissa)
「Ah, iya....」 (Wazu)

Naminissa mendekatiku dengan ekspresi serius sambil menjelaskan soal pertunangannya.

Mengerti~!! Aku mengerti~!! Terlalu dekat~!! Wajahmu terlalu dekat~!! Jantungku takkan
bertahan kalau terus begini~!!

Jujur, aku terkejut soalnya ia tiba-tiba mendekat, aku hampir saja melompat tadi.

「Kalau begitu, Naminissa-sama. Bagaimana seharusnya kita bertindak dari sekarang?」


(Orlando)

Orlando masih bertindak dengan tenang. Oi, bagaimana bisa kau bicara biasa saja di situasi ini.
Naminissa mengambil jarak dariku dengan cepat. Ia membuat batuk kecil *kohon* dan
bertingkah seolah tak ada yang terjadi seraya menjawab pertanyaan Orlando.

「Pertama kita menuju desa Maima」 (Naminissa)

「Apakah kita tidak pergi ke Ibu kota?」 (Wazu)

「Iya, di desa Maima ada basis kelompok yang menyerangku. Karena kedua pelayanku ditahan
di sana, aku ingin menyelamatkan mereka dahulu. Tapi karena aku spesialis dengan pertahanan,
kekuatan seranganku tidak bagus sama sekali, karena itu aku telah gagal sebelumnya. Dengan
bantuan dari kalian berdua....」 (Naminissa)

「Saya mengerti, pastinya dengan kami berdua, tepatnya dengan Wazu di sini segalanya akan
baik-baik saja」 (Orlando)

Orlando tersenyum kepadaku dengan muka puas. Naminissa menatap ke arahku dengan wajah
penuh harapan. Oh? Apakah tergantung padaku?

「Meskipun dia hanya seorang Petualang F-rank, tapi dia menyelamatkan kota Linnic beberapa
kali dan dia dipanggil Hero di sana」 (Orlando)

「Wow~, itu menakjubkan」 (Naminissa)

「Meskipun diri ini memiliki kekuatan lemah, tetapi saya akan membantu juga. Kami akan
membantu keluarga anda, pasti」 (Orlando)

「Terima kasih banyak. Wazu-sama juga, aku mengandalkan kamu」

「Ah~ iya iya....」 (Wazu)

Dan kemudian kami menyusup ke dalam desa Maima di tengah malam.


Bab 50 - Ayo Serang
Larut malam, kami diam-diam memasuki desa Maima jadi kami tidak akan terlihat oleh siapapun.
Tempat yang ditunjukkan Naminissa adalah toko reyot yang terletak di pinggiran desa.
Sepertinya tidak mungkin mendekati sambil bersembunyi soalnya tempat itu diterangi cahaya
bulan dan tidak ada apapun di sekitarnya.

Saat ini, kami bersembunyi di balik bayang-bayang rumah kayu dekat toko reyot sambil
mengamati situasinya.

「Ada penjaganya」 (Orlando)

Seperti yang Orlando katakan, ada satu orang di depan pintu toko reyot dan dua orang lainnya
berjalan di sekitarnya. Semua orang mengenakan perlengkapan dengan pedang dan perisai merah
masing-masing.

Orlando yang sepenuhnya bersembungi di bayang-bayang rumah kayu menanyai Naminissa


setelah dia selesai memeriksa situasinya.

「Pada waktu Naminissa-sama pergi menolong. Berapa banyak orang di sana?」 (Orlando)

「Coba lihat.... Tampaknya ada sepuluh orang, dan tiga orang sudah dikalahkan oleh Wazu-sama
」 (Naminissa)

「Sisa tujuh orang. Dikarenakan ada tiga orang yang bertindak sebagai penjaga, berarti ada
empat orang di dalam bagunan.... Akan tetapi, ada kemungkinan mereka menerima kekuatan
tambahan, akan lebih baik berpikir ada orang lebih di dalam....」 (Orlando)

Oi, kenapa setelah percakapan berakhir, kalian berdua melihat ke arahku? Jangan melihatku
dengan mata berkilauan itu seolah mengharapkan sesuatu dariku!! Oke, Oke, aku ngerti.... kalian
mau aku pergi, 'kan.... haaa....

「Aku bakal pergi sendiri, tapi aku tidak tau apa yang bakal terjadi. Orlando, bisakah kau
melindungi Naminissa dengan benar?」 (Wazu)

「Yeah.... maaf, aku percaya diri jika itu pertarungan satu lawan satu, tetapi aku tidak yakin jika
ada banyak lawan, jadi aku takut akan menjadi beban bagimu」 (Orlando)

「Tak apa, kau masih bisa menjadi lebih kuat lagi jadi serahkan padaku sekarang, baik aku
pergi!!」 (Wazu)

Dengan suara kecil Naminissa menggumamkan 「Hati-hati...」 sembari membuat gerakan


seperti berdo'a ke sesuatu. Kepada siapa kamu berdo'a? Dewi-sama? Dewi Bumi-sama?
....hentikan itu kumohon. Aku takut mereka bakal muncul beneran....

Aku keluar dari bayang-bayang rumah dan perlahan berjalan menuju toko reyot. Kenapa kau
tidak menunggu di suatu tempat, Meru? Ketika aku bertanya, ia melekat di kepalaku dengan erat.

Apa kau mencemaskanku? Sungguh gadis yang baik~~~~~!!!


(Yeah... Meru is da bes gal 😘)

Aku mendekati toko reyot sambil membelai Meru. Ketiga penjaga menghalangi jalanku. Pria
yang di depan pintu sebelumnya, mendekatiku sambil mengacungkan pedangnya dan berbicara
dengan nada tinggi.

「Berhenti!!!」

Pria lainnya juga menarik pedang mereka.

「Kau tidak diizinkan untuk mendekati tempat ini. Balik saja dan langsung pergi」

Aku mengabaikan peringatannya dan terus berjalan begitu saja. Pria itu merubah pedangnya ke
arahku tanpa berusaha menyembunyikan niat membunuhnya. Dia memukulku dalam sekejap.

「Aku beri kau peringatan」

Pedang itu datang dari atas kepalaku. Karena aku takut itu akan mengenai Meru, aku melepas
tanganku yang lagi membelai Meru dan melancarkan serangan balik. Pedang hancur dan pria itu
terpental menuju dinding dan kemudian menghilang ke dalam bangunan melalui dinding yang
hancur.

Aku lanjut berjalan. Segera, aku memukul dua pria lain yang melihat ke dinding yang hancur dan
menerbangkan mereka bersama-sama, mengikuti pria sebelumnya. Kupikir pria pertama tadi
bakal kesepian jadi aku mengirim mereka ke arah yang sama.

Pintu terbuka, tiga pria yang berbeda dari orang sebelumnya berusaha keluar tetapi aku
menendang mereka kembali ke dalam ruangan. Aku pergi sembari menonton pria yang terbang
setelah menghancurkan dan melewati dinding ke sisi lain. Wanita dan pria muda yang
mengenakan setelan maid dan butler terikat, dua pria mengarahkan pedang kepada mereka
dengan segera. Otto ada tambahan orang....

「Siapa kau.....」

Seorang pria menekan pedangnya ke arah gadis maid sambil menanyaiku itu. Hmm.... haruskah
aku menjawabnya? Ketika aku bertanya-tanya tentang itu, tiba-tiba pria lain jatuh. Si pria butler
yang seharusnya terikat, terbebas dan menyapu kotoran dari pakaiannya.

「Sepertinya bantuan telah tiba.... Ma~, saya sudah mendengar apa yang perlu saya dengar....」

「Bangsat!!」

Pria terakhir marah dan mengirim tebasan ke butler tetapi dia menghindarinya dengan anggun.
Mustahil membayangkan pedang itu bakal mengenai sosoknya. Bahkan gerakan bajunya sembari
menghindari serangan, dia terlihat begitu alami. 「Ohh」 ketika aku bertepuk tangan dan
bergumam, si butler membungkuk dengan elegan meski di tengah menghindari pedang.

Sangat jelas perbedaan kemampuan mereka. Jika dia sekuat itu, kenapa dia membiarkan dirinya
ditangkap? Aku heran.... Oh aku ingat apa yang dia katakan barusan, 「Saya sudah mendengar
apa yang perlu didengar....」 dengan kata lain dia membiarkan dirinya ditangkap dengan tujuan
mengumpulkan informasi. Mungkin sesuatu seperti itu....

Selagi berpikir begitu, si butler melirik ke arahku. Aku ingin tau apa yang dia mau?.... dan
kemudian aku ingat tentang kondisi gadis maid. Dia berusaha terlepas dari tali sembari mengeliat.
Sepertinya dia butuh bantuan.

Untuk saat ini aku mendekati dia untuk melepas tali, dia sekutu, 'kan?

「Si-Siapa gerangan dirimu?」

「Umm.... aku datang membantu. Aku akan melepas talinya.... aku akan melepas talinya
sekarang juga.... aku akan melepas talinya,oke?」 (Wazu)

Kelihatannya dia tidak mempercayaiku dan menatapku dengan curiga. Setelah melepas talinya,
Aku mendesaknya untuk bersembunyi di belakangku. Si butler mangangguk dengan puas. Dia
menghindari pedang dengan gerakan yang mengalir dan memukul rahang pria itu untuk
membuatnya tidak sadarkan diri.

Si butler mendekatiku dan membungkuk.

「Saya menghargai bantuan anda. Dari penampilan anda, saya menganggap anda seorang
Petualang?」

「Aku seorang Petualang F-rank, Wazu. Aku datang ke sini untuk menanggapi permintaan dari
Naminissa.... apa aku dibutuhkan?」 (Wazu)

「Tentu saja. Itu sangat membantu, terima kasih banyak」

Mengikuti si butler, gadis maid juga membungkuk kepadaku. Setelah itu, menggunakan tali untuk
mengikat pria itu. Kami meninggalkan toko reyot untuk bergabung dengan Orlando dan
Naminissa.

Naminissa menyerahkan pria yang terikat di toko reyot kepada kepala desa sampai Ksatria dari
kerajaan datang. Kami menuju ke sebuah penginapan di desa.
Bab 51 - Butler Yang Serba Bisa Dan Maid Aneh
Kami sudah sampai di penginapan tetapi kami hanya dapat memesan 2 kamar soalnya tidak ada
kamar yang tersisa. Normalnya, kami akan membagi satu kamar untuk pria dan satu kamar untuk
wanita. Akan tetapi ketika memutuskannya di sebuah ruangan, entah mengapa si butler
mengusulkan untuk menempatkan diriku di ruangan yang sama dengan Naminissa.

Naminissa jadi marah begitu wajah gadis maid berubah merah matang dan sambil
membayangkan dirinya akan tidur di kamar yang sama dengan Orlando. Meskipun si butler
diomeli, aku heran kenapa dia tersenyum senang?

Si butler bilang padaku kalau aku harus bertindak lebih agresif tetapi aku tidak mengerti untuk
apa aku harus agresif. Sekarang kami semua berkumpul di kamar untuk membicarakan mengenai
kedepannya.

Di dalam kamar, dengan Orlando di sampingku, kami duduk berhadapan dengan Naminissa
sementara dipisahkan oleh meja. Si butler dan gadis maid berdiri di belakang Naminissa. Meru
duduk dikursi biasanya, kepalaku.

「Pertama-tama, saya akan memperkenalkan kedua pelayanku」 (Naminisssa)

「Dimengerti. Nama saya adalah Floyd, 18 tahun. Saya melayani sebagai butler pribadi putri
kedua, Naminissa-sama. Mohon panggil saya Floyd saja」 (Floyd)

Mengambil selangkah maju, butler Naminissa, Floyd, membungkuk dengan anggun. Dia
tersenyum, atau lebih tepatnya dia selalu tersenyum tipis di wajahnya sepanjang waktu. Dia tidak
terlihat seperti umur 18-an, dengan rambut hitam kebiruannya dia tampak sempurna dengan
pakaian butler. Sebagai butler Naminissa, pergerakan dan tingkah lakunya juga terlihat sangat
baik. Dan dari pertempuran sebelumnya, aku bisa bilang kalau dia punya beberapa skill
bertempur.

「E-Etto na-nama saya adalah Kumia. Saya adalah maid pribadi Naminissa-sama. Se-Senang
bertemu dengan handa~」 (Kumia)

Dia menggigit lidahnya dan kemudian mukanya jadi merah, Sepertinya dia merasa malu. Kumia
memiliki mata besar dan karakteristik kekanakan yang membangkitkan keinginan orang-orang
untuk melindungi dirinya. Tubuhnya kecil, tingginya mungkin hanya sekitar dadaku. Rambut
keriting keemasan yang terlihat mengembang, membentang ke punggungnya. Pakaian maid
dengan rok sepanjang lutut juga sangat cocok untuknya.

Kalau dadanya.... itu cukup tidak seimbang yang sepertinya akan meledak keluar dari pakaiannya.
Aku dibuat terkejut ketika melihat payudara itu lebih besar dari miliknya Naminissa. Apa dia
menyadari arah pandanganku? Dia menundukkan wajah merahnya.

Terus, aku dipelototi oleh Naminissa dengan tekanan luar biasa. Segera, aku memalingkan
mataku ke pandangan jauh. Itu menakutkan....

Setelah itu, Orlando dan aku mengenalkan diri kami masing-masing kepada Floyd dan Kumia-
san. Kami akan berdiskusi mengenai apa yang yang harus dilakukan mulai sekarang, aku
menunggu Floyd membuka diskusi.
「Saya minta maaf untuk mengganggu pembicaraan, tapi masih ada satu orang lagi yang belum
mengenalkan dirinya」 (Floyd)

「Satu orang lagi?」 (Wazu)

Hanya aku, Orlando, Naminissa, Floyd, Kumia-san, yang berada di dalam kamar.... aku tidak bisa
menemukan yang lain di sini.

Kumia tiba-tiba menundukkan kepalanya, tak lama dia mengangkat kepalanya sambil meraup
rambutnya yang menghalagi.

「Tch, jangan bicara tanpa izin!!」 (?????)

「Saya minta maaf, tapi karena kita hendak bekerja sama untuk sementara di masa depan, saya
pikir lebih baik jika mereka mengetahui tentang dirimu secepat mungkin」 (Floyd)

「Yeah, Yeah, aku sudah tau itu!!」 (?????)

「「Eeeh....?」」 (Wazu / Orlando)

Siapa orang ini? Meskipun itu Kumia-san yang berbicara, tapi matanya berubah ganas. Prilaku
malu-malunya tadi juga berubah menjadi bermatabat. Orlando dan aku kelihangan kata-kata
setelah melihat Kumia-san yang berubah drastis. Di lain pihak, Naminissa tersenyum dan
membuat cekikikan kecil sambil melihat wajah kami.

「Banyak orang akan terkejut seperti halnya Wazu-sama dan Orlando-sama」 (Naminissa)

「Jangan terkejut hanya karena hal kecil!! Tunjukan bolamu jika kau pria!!」 (?????)

Oh.... ucapannya jadi vulgar.

「Dia adalah Kumua. Itu disebut kepribadian ganda, bisa dibilang begitu. Meskipun kepribadian
utamanya adalah Kumia, adakalanya kumua keluar seperti ini, jadi mohon jaga dia bersama-
sama. Juga, sepertinya mereka berbagi ingatan」 (Naminissa)

「Senang bertemu 'ya~」 (Kumua)

Oi, meski masternya Naminissa menundukkan kepalanya saat dia mengenalkannya, kenapa maid
ini cuma melambaikan tangannya dengan santai, apakah itu baik? Namun, tidak ada yang peduli
dan pembicaraan terus berlanjut seperti biasa.

「Kalau begitu, mengenai apa yang kita harus lakuakan setelah ini, pertama-tama kita akan pergi
ke ibukota kerajaan untuk bertemu kaki tanganku. Wazu-sama, Orlando-sama, tiga dari kita.
Floyd dan Kumua pergi ke kastil dan mencari informasi tentang keadaan kakak-kakakku saat ini.
Mungkin sudah terlambat pada saat kita sampai di ibukota kerajaan, tapi aku mengandalkan
kalian」 (Naminissa)

「Baiklah」 (Wazu)
「Saya mengerti」 (Orlando)

「Dimengerti」 (Floyd)

「'kay, terus ayo tidur! Cepatlah!」 (Kumua)

Menakutkan.... maid ini menakutkan.... dia menjawab anggota keluarga kerajaan dengan nada
santai seperti itu. Ditambah dia menyeret Naminissa ke luar kamar.

「Sampai jumpa lagi besok. Selamat malam Wazu-sama, Orlando-sama」 (Naminissa)

Kami melihat kepergian Naminissa yang membungkuk dengan anggun selagi diseret keluar
kamar.

「Kalau begitu, dapatkah kita tidur untuk mempersiapkan perjalanan besok」 (Floyd)

Mengatakan itu, Floyd pergi tidur di sofa di dalam kamar. Dia tertidur tak lama kemudian.
Orlando dan aku juga naik kasur dan tidur.

Keesokan harinya kami berangkat pagi-pagi. Kami bersiap untuk perjalanan dengan cepat dan
menuju ke ibukota. Itu Kumia pas aku bangun, itu melegakan. Terutama tak ada yang terjadi
selama perjalanan. Tujuh hari kemudian kami tiba di ibukota kerajaan dengan aman.
Bab 52 - Ayo bertemu Kolaborator
Terima kasih kepada Naminissa kami dapat dengan cepat memasuki Ibu kota kerajaan. Di dalam
kota, kami terbagi menjadi dua kelompok seperti yang telah diputuskan sebelumnya. Aku, Meru,
Orlando dan Naminissa akan menemui kolaboratornya setelah mengirim Floyd dan Kumia-san
yang menuju ke istana. Di jalan, aku mendapat penjelasan mengenai ibu kota dari Naminissa.

Ibu kota kerajaan Mabondo merupakan kota yang paling makmur di benua timur. Adalah tempat
keluarga kerajaan tinggal. Kotanya di bagi menjadi tiga area, yang terluar adalah area perifer*
tempat aku berjalan sekarang. Adalah sebuah area dengan orang-orang dari kelas biasa tingga.
Toko besar, Kantor pusat guild petualang, dll. Berbagai fasilitas komersial tersebar di sekitar
untuk menunjang orang-orang yang tinggal di kota ini.
(*perifer/pe·ri·fer/ /périfér/ a terletak di tepi, jauh dari pusat. KBBI daring)

Dipisahkan oleh dinding, di dalam bagian lingkar luar, kawasan bangsawan. Ini adalah area untuk
aristokrat tinggal seperti namanya. Juga, ada dinding yang memisahkan area dalam. Ini adalah
area Istana kerajaan.

Ditambah, Ibu kota ini adalah salah satu basis untuk kegiatan ekspor dan impor yang menyebar
melelaui benua. Bermacam-macam produk dikumpulkan dan dikembangkan di kota ini.

Sepertinya bahwa Ibu kota mengalami perkembangan pesat sejak Raja Givrio Mabondo naik
takhta. Itu sendiri menunjukkan kemampuannya yang tinggi sebagai raja. Ia adalah orang yang
luar biasa.....

Namun Naminissa 「Memang dia raja yang luar biasa」 dia berkata dengan senyum pahit. 「
Kamu tidak akan mengerti kecuali jika kamu melihat beliau secara langsung, tapi beliau tidak
seperti raja sama sekali」 tambahnya. Yah~, aku tidak berpikir kalau aku akan punya wewenang
untuk bertemu dengannya sih....

Sepertinya kami sudah sampai di tempat yang dimaksud. Tempat yang dialamatkan Naminissa
adalah Guild petualang. Gedungnya tiga kali lebih besar daripada gedung guild di kota Linnic.
Oh? Kalau dipikir-pikir, aku juga punya urusan di sini.... yah~, ayo lihat apakah ada kesempatan
saat aku di sini.

Kami memasuki guild dan Naminissa langsung menuju ke resepsionis. Aku terkejut melihat
betapa banyaknya orang di dalam. Sepertinya di mana pun sama saja, ada papan pengumuman
untuk memasang permintaan yang tersedia.

Ada juga tempat yang mana kau bisa makan makanan ringan dan segalanya lebih luas daripada
yang ada di kota Linnic. Petualang yang berada di tempat ini juga terdiri dari bermacam-macam
orang, mulai dari pemula sampai veteran, jumlahnya begitu banyak tak bisa dihitung. Aku jadi
gugup melihat berbagai macam orang yang bermimpi menjadi seorang Petualang.

Dari pria tua dengan dengan bekas luka di wajahnya atau Onee-san dengan perlengkapan erotis....
sewaktu aku memfokuskan mataku padanya, tiba-tiba telingaku ditarik. Aduh!!

「Oke itu cukup, Wazu-sama ayo kita pergi」 (Naminissa)

Aduh, sakit!! Naminissa yang kembali dari resepsionis menarik telingaku. Kenapa dia terlihat
begitu marah? Orlando!! Apa yang kau lihat? Bantu aku!!
Aku pergi lurus ke belakang ruang tamu sembari telingaku ditarik.

Di depan mataku, ada plat nama yang menunjukkan ruangan apa ini. Di sana tertulis "Ruang
Master Guild". Otto, apakah kolaboratornya adalah orang top di markas pusat guild petulang ini?
Aku ingat kata-kata Regan untuk menemui kakaknya yang menjadi Master Guild di sini. Dia juga
memberiku lencana untuk ditunjukkan kepadanya.

Aku meminta Meru untuk mengeluarkan lencana yang aku simpan di sihir Ruang waktunya. Aku
memegangnya di tanganku jadi aku bisa menunjukkannya kapan pun. Naminissa akhirnya
melepas telingaku di depan pintu. 「Kamu pantas mendapatkannya」 katanya. Apa? Itulah yang
ingin kukatakan, tetapi karena Naminissa memasuki ruangan setelah mengetuk, aku dan Orlando
mengikutinya.

Ruang master guild telah ditata dengan indah sehingga terlihat seperti kamar terbaik dari
penginapan kelas tinggi, ada juga sofa dan meja yang terlihat mahal. Di ujung ruangan terdapat
meja kerja tempat dokumen diletakkan. Di sana ada seorang wanita yang menekan stempel pada
beberapa dokumen.

Kesan pertamaku tentang dirinya adalah "Onee-san". Celah mata panjang dengan kacamata,
sebuah tahi lalat kecil di sekitar mulutnya menigkatkan pesona feminimnya, rambut keemasan,
menekankan roman cantiknya lebih jauh. Itu benar-benar berbeda dari gambaran kakaknya Regan
dalam pikiranku.

Wanita itu tersenyum dengan lembut melihat Naminissa. Lalu, ia berdiri dan mendekati
Naminissa.

Celana kulit hitam dan sepatu dengan heel yang terlihat bagus untuknya. Aku bisa melihat ia
memiliki tubuh ramping dari pakaiannya. Ia melebarkan lengannya seraya mendekati Naminissa
dan memeluknya.

「Aku senang kamu aman. Aku khawatir karena aku tidak bisa menghubungimu」

「Saya baik-baik saja seperti yang anda lihat」 (Naminissa)

Ia memeluk Naminissa seraya memastikan keamanannya. Kemudian dia melepas Naminissa dan
mengeser pandangannya kepada Orlando dan aku.

「Jadi, siapa orang-orang itu? Aku tidak pernah melihat wajah mereka sebelumnya, apakah
mereka pelayanmu yang baru?」

「Tidak, mereka adalah kolaborator baru. Mereka menolongku ketika aku diserang oleh
sekelompok orang yang tidak dikenal」 (Naminissa)

「Hee~ Jadi mereka kuat terlepas dari penampilan mereka kah. Jika itu seseorang yang
menyelamatkan Naminissa, aku harus memperkenalkan diriku. Aku pikir kalian bisa mengerti
karena aku berada di tempat ini. Aku adalah master dari markas pusat guild ini, Leria」 (Leria)
Ia berkata begitu dan mengulurkan tangannya. Orlando dan aku menjabat tangannya dan
memperkenalkan diri kami. Di tengah-tengah itu aku menunjukkan padanya kartu guildku dan
lencana dari Regan.

「Kamu mendapat lencana ini tapi masih F-rank? Si adik bodoh itu, dia tidak melakukan
pekerjaannya sebagai master guild dengan benar. Aku akan menghukumnya lain kali ketika kami
bertemu. Aku menjamin rank guild-mu akan dinilai dengan benar olehku nanti」 (Leria)

Aku menghargainya, aku takkan mampu terus dengan F-rank selamanya. Aku mau menjadi B-
rank, paling tidak.

「Apakah ada hukuman yang kamu inginkan untuk adikku yang bodoh?」 (Leria)

Aku bertanya-tanya sejenak soal pertanyaan Leria-san dan bilang padanya apa yang ada dalam
benakku.

「Regan selalu mencukur rambutnya tapi tidak suka kalau anak-anak dari lingkungannya
menganggap dia botak. Jadi buat dia botak sungguhan」 (Wazu)

Leria-san sedikit tertawa mendengar balasanku.

「Oh, aku menyukaimu. Oke!! Serahkan padaku!!」 (Leria)

Karena dia memberiku jempol aku membalasnya dengan jempol juga. Leria-san berkata 「Kalau
begitu」 sambil ringan menepuk tangannya, dia berbalik ke Naminissa.

「Naminissa, aku telah menemukan penyebab saudara dan saudarimu saling bermusuhan」
(Leria)

「Sungguh!? Apa itu seb---」 (Naminissa)

*kon-kon*

Kata-kata Naminissa terhenti oleh ketukan pintu ruangan ini. Seorang wanita memanggil dari sisi
lain pintu. Aku terpaku kekita mendengar isinya.

「Saya Sarah dari meja resepsionis. Beberapa orang meminta kunjungan dengan master guild....
eng.... mereka Pahlawan selatan dan party-nya. Apa yang harus kami lakukan?」 (Sarah)
Bab 53 - Nyaris
Pikiranku berhenti sejenak ketika aku dengar perkataannya dar sisi lain pintu. Eee... siapa yang
datang.... Pahlawan-sama.... juga.... party-nya.... dengan kata lain.... jangan.... bilang.... padaku....
Ariaaaaaaaaaa!!! Awawawawawa!!! Kenapa mereka ada di sini? Tanganku mulai gemetar....

「Apa boleh buat. Naminissa, aku akan memberitahumu detailnya nanti.

Baik, bawa mereka kemari!!」 (Leria)

「Dimengerti」 (Sarah)

Mengikuti persetujuan Leria-san, aku bisa mendengar suara resepsionis Sarah-san berlari di
koridor dengan tergesa-gesa.

Hah? Kamu mau bertemu mereka? Di ruangan ini? Ga-Gawat a-a-apa yang harus kulakukan....

「Bagaimana mengenai Naminissa dan rekannya? Haruskah aku membawamu ke ruang lain?
Sepertinya urusan mereka takkan memakan waktu lama」 (Leria)

Y-Ya itu!!! Ayo lakukan itu!!!

「Tidak, aku tidak keberatan. Sepertinya menjadi hal penting bagi Pahlawan-sama untuk sengaja
datang menemui Leria-sama. Saya ingin tetap di sini kecuali bila saya menjadi gangguan bagi
mereka」 (Naminissa)

「Kami juga akan tinggal sebagai pelayan Naminissa-sama」 (Orlando)

「Baiklah. Yah, jika itu tidak berjalan dengan baik aku akan menyiapkan ruangan untuk kalian
semua untuk menunggu sementara itu」 (Leria)

Kenapa begitu? Ayo pindah sekarang juga!!! Aaaa~~~~!!! Ini adalah akhir!!!

Ketika aku memegang kepalaku dengan gelisah, semua orang memperhatikan dan menatapku
dengan wajah aneh. Mustahil bagiku untuk tenang sekarang. Aku tidak bisa membiarkan ini
berlanjut, haruskah aku pergi ke ruang lain sendirian?

Sebelum aku bisa bertanya pada Leria-san, suara ketukan pintu datang padaku tanpa ampun.

「Ini Sarah, Saya membawa Pahlawan-sama dan party-nya」 (Sarah)

Geg-Geg-Geg-Geg-Geg-Gawaaaaaaaat!!!

Aku buru-buru melihat ke sekitar ruang. Aku menyerahkan Meru ke Naminissa dan bersembunyi
di bayang-bayang meja kerja Leria-san. Semua orang melihat prilaku tiba-tiba-ku yang tanpa
sadar. Lalu Sarah-san memanggil lagi dari sisi lain pintu.

「Eng? Master guild?」 (Sarah)


「Ah.....!! Maaf!! Kamu bisa masuk!!」 (Leria)

「Permisi」 (Sarah)

Aku mendengar suara pintu terbuka. Karena tubuhku mulai gemetar, aku memeluknya erat-erat.
Tapi tetap saja, tak bisa berhenti. Aku menutup mataku sambil berharap ini akan segera berakhir.
Aku tidak mau dengar apapun jadi aku menutup telingaku dengan tangan. Tapi percakapan
mereka masih menggapai telingaku.

「Kamu telah datang. Yah, silahkan duduk」 (Leria)

「Persimi.... Naminissa-sama, sudah lama sekali」 (Luther)

「Iya, pahlawan selatan, Luther-sama sepertinya dalam keadaan sehat. Aria juga, lama tidak
berjumpa, tapi kamu kelihatan sedikit muram?」 (Naminissa)

「Kamu bisa melihatnya, Naminissa? Yah, ada berbagai hal tapi untuk saat ini aku baik-baik
saja. Mari kita tinggalkan itu untuk saat ini」 (Aria)

Glek! Tentu saja dia di sini.... uuu....

「Itu benar. Jadi, apa alasan kalian mengunjungiku?」 (Leria)

「Sebelum itu, siapa dia? Saya hanya ingin orang-orang yang dapat dipercaya mendengar ini」
(Luther)

「Dia adalah Orlando. Saat ini dia adalah pelayan Naminissa, kesatria magang. Jadi tak ada
masalah」 (Leria)

「Saya mengerti. Maaf karena meragukan anda」 (Luther)

「Tidak, ini sudah alami karena ini pertama kalinya kita bertemu. Jangan dipikirkan dan mohon
angkatlah kepala anda」 (Orlando)

「Terima kasih.... maka mari bicara mengenai subjek utama. Tentu saja, ada orang yang saya
ingin guild untuk menyelidikinya secara rahasia」 (Luther)

「Hou.... apakah orang ini benar-benar cukup berbahaya untuk membuatmu memintaku secara
pribadi?」 (Leria)

「....kemungkinan begitu, mempertimbangkan situasinya」 (Luther)

「Hmm? Sungguh jawaban yang ambigu」 (Leria)

「Setelah perayaan kemenangan kami untuk mengalahkan raja iblis, kami berkeliling dunia
karena ada banyak alat terkutuk berbahaya dan insiden monster di banyak tempat dengan skala
besar. Akan tetapi, selalu ada cerita penampakan orang tertentu di tempat hal seperti itu terjadi」
(Luther)
「Hou~」 (Leria)

「Aku tidak mengetahui wajahnya karena dia memakai tudung. Tetapi dikatakan seorang
pedagang yang mengenakan pakaian serba hitam, itulah semua yang kami tahu」 (Luther)

「....begitu. Dengan kata lain kamu ingin berkerja sama dengan guild untuk mencari penjaja yang
bersangkutan ini?」 (Leria)

「Yeah, bisakah anda membantu?」 (Luther)

「Tidak masalah.... aku tidak bisa membiarkan orang yang mungkin berbahaya bebas
berkeliaran. Guild akan mencari pedagang itu」 (Leria)

「Terima kasih banyak」 (Luther)

「Ke mana aku bisa mengirim hasil penyelidikannya?」 (Leria)

「Kami akan menuju ke selatan dan beristirahat sejenak, tepatnya ke kampung halaman Aria di
Ibu kota Kerajaan Isuca. Anda bisa mengirimkan laporan ke guild di sana」 (Luther)

「Aku mengerti. Yah, harapkan saja kabar baik dariku」 (Leria)

「Baik. Kami masih tidak bisa memutuskan apakah pedagang itu benar-benar berbahaya. Kalau
begitu, ini waktunya kami untuk undur diri」 (Luther)

Bagus, cepatlah pergi. Tubuhku jadi aneh dan tetap gemetar.... anggota tubuhku sudah kehilangan
semua kekuatannya....

「Saya harap kita bisa saling bertemu lagi dalam keadaan baik」 (Naminissa)

「Iya, tolong jaga diri anda」 (Luther)

「Sampai jumpa, Aria. Aku harap kita bisa ngobrol santai di lain waktu」 (Naminissa)

「Yeah itu benar.... Emm Leria-san....」 (Aria)

「Hmm? Ada apa Aria?」 (Leria)

「Pastinya.... tidak, bukan apa-apa. Pikirlah dengan seksama, itu akan mustahil baginya* untuk
menjadi Petualang.... sampai jumpa lagi, Naminissa. Kita akan ngobrol santai lain kali, ini janji
ya oke?」 (Aria)
(*LoL dia ada di sini, di dalam ruangan ini)

「Iya, aku akan menantikannya」 (Naminissa)

*batan*
「Mereka sudah keluar~」 (Leria)
Pada suara Leria, aku mengambil napas dalam-dalam. Aku baru sadar aku lupa bernapas sampai
saat lalu. Aku jatuh di tempat dan kesadaranku perlahan meninggalkanku.
Bab 54 - Senyum Naminissa
Kejadian paling buruk dalam hidupku menyebar di depan mataku. Anggota party harem yang
berpergian dengan Pahlawan-sama. Mereka adalah Aria, Sarona-san, Tata-san, bahkan Naminissa
pun muncul. Mereka bersenang-senang mengobrol bersama sementara kadang bertukar ciuman
dengan Pahlawan-sama. Aku menyaksikannya sambil menangis untuk melihat semua orang
berwajah bahagia---

Aku mendapatkan kembali kesadaranku dan perlahan membuka mataku. Aku memastikan
kondisiku, rupanya mereka membaringkanku di sofa. Aku melihat sekeliling selagi masih posisi
tidur. Karena mebel dan semuanya terlihat sama seperti sebelumnya, aku bisa mengira kalau aku
masih di dalam ruang master guild. Aku perlahan merubah tubuhku ke posisi duduk, sepertinya
kekuatanku telah kembali ke tubuhku dan aku tidak gemetar lagi. Aku hanya melihat kalau
Orlando duduk di sisi lain sofa. Dia bertanya padaku sambil sedikit tersenyum.

「Kau terlihat mendingan.... itu bagus」 (Orlando)

「Maaf.... berapa lama aku sudah tidak sadar?」 (Wazu)

「Coba kulihat.... sekitar 3 jam, kurasa」 (Orlando)

「Begitu ya.... hah?」 (Wazu)

Aku sekeliling ruangan tapi hanya ada Orlando di sini.

「Di mana Naminissa dan Leria-san? Meru juga tak ada di sini」 (Wazu)

「Ah, mereka ngobrol di kamar mandi. Leria-sama menyeret Naminissa-sama soalnya dia
bersikeras untuk tinggal di sini karena mencemaskan dirimu. Karena dia baru kembali dari
perjalanan panjang jadi seperti yang diharapkan dia membutuhkan istirahat. Meru juga diambil
begitu saja」 (Orlando)

「....seperti itukah」 (Wazu)

Leria-san menakjubkan, dia bisa mengambil Meru dariku.

Pintu terbuka saat Naminissa masuk. Aku menggoyangkan tanganku untuk menyatakan bahwa
kondisiku baik-baik saja. Aku menangkap Naminissa yang tiba-tiba terjun padaku, tu-tunggu!?

「Kamu akhirnya bangun!! Apa yang terjadi, Aku benar-benar mengkhawatirkanmu!!」


(Naminissa)

「Ah, Maaf. Sepertinya aku telah menyebabkan masalah」 (Wazu)

Ia memelukku~! Hentikan itu~! Tolong lepaskan aku~! Jantung takkan bisa menahannya~!! En-
Entah kenapa dia tercium begitu sedap~!!
Ada bau yang khas seseorang setelah mandi. Terutama rambutnya yang berbau harum. Saat aku
melihat rambutnya dengan hati-hati, itu rambut merah yang berkilau dan indah. Rambutnya yang
sedikit basah meningkatkan kilaunya. Aroma dari tubuhnya yang lembut dan rambutnya yang
berkilau merampas kesadaranku untuk memeluknya. Lalu Meru muncul dari pintu dan melompat
ke wajahku.

「Kyuii~!! Kyuii~!!」 (Meru)

「Mmm.... Mmm....」 (Wazu)

Aku tidak bisa bicara karena Meru melekat ke wajahku dengan erat. Aku juga tidak bisa
menggerakkan tubuhku karena Naminissa memelukku. Aku hanya tetap seperti itu sampai
mereka kembali tenang. Meru juga baunya harum. Aku mendengar suara Leria-san tapi tidak bisa
melihatnya karena Meru menghalangi wajahku.

「Oya Oya, sepertinya tak ada yang serius terjadi sejak kamu akhirnya bangun. Terima saja
perhatian mereka untuk sekarang karena kamu membuat mereka khawatir」 (Leria)

Aku menerimanya. Namun aku kalah di sini. Aku butuh bantuan bagaimanapun juga....

「Lihat, sudah saatnya kamu membiarkannya pergi. Kita tidak bisa melanjutkan pembicaraan
kita kalau begini」 (Leria)

Meru berpindah ke kepalaku dan Leria-san menarik Naminissa yang masih melekat padaku.
Sejenak kupikir Naminissa menunjukkan wajah enggan, itu hanya imajinasiku kurasa. Naminissa
duduk di sebelahku sementara Orlando dan Leria-san duduk di sisi lain meja. Rambut Leria-san
juga terlihat lebih bersinar daripada sebelumnya.

「Fu~.... jadi, apa semua itu?.... apakah sesuatu telah terjadi antara dirimu dan Pahlawan?」
(Leria)

*badump!!!!!!!*

「Tidak.... yah.... itu....」 (Wazu)

Aku berhenti dan menutup mataku, Aku perlahan merapatkan tanganku dan diam saja. Ingatan
masa lalu datang padaku dan membuat dadaku serasa ditikam secara terus-menerus. Aku tidak
bisa melepasnya dari pikiranku tak peduli seberapa keras aku berusaha.... Yeah, Aku tidak pernah
bisa melupakan hal itu....

Ada perasaan bahwa sesuatu menyentuh tanganku. Ketika aku membuka mataku untuk
memastikannya. Tangan Namnissa diletakkan di atas tanganku yang terkatup. Aku perlahan
mengangkat kepalaku dan melihat Naminissa tersenyum lembut yang membungkam dunia.

「Kamu tidak perlu memaksakan diri. Ada hal yang orang tak bisa katakan. Aku akan senang
jika suatu hari kamu bisa membagi cerita padaku, jadi aku tidak mau memaksa kamu untuk
memberitahuku sekarang. Jadi tolong berhenti memasang wajah yang seperti akan menangis
kapan saja, oke?」 (Naminissa)
Begitu ya.... aku sedang membuat wajah seperti itu sekarang.... kata-kata Naminissa menyejukkan
hatiku. Aku merasa lebih baik sampai-sampai bisa membuat senyum samar.

「Terima kasih....」 (Wazu)

Aku memberinya ucapan terima kasih.

「Itu salahku. Aku tidak berpikir itu topik yang sulit」 (Leria)

「Ini pertama kalinya aku melihat Wazu membuat wajah seperti itu~」 (Orlando)

「Diam!!」 (Wazu)

Mereka berdua mengatakan itu dengan entengnya. Itulah mengapa aku menyumpahi mereka
berdua. Walau begitu, aku bilang terima kasih kepada mereka untuk kebaikan hati mereka jauh
dari dalam lubuk hatiku.

「Omong-Omong Wazu-sama, tidakkah kamu berpikir rambut kami jadi tambah indah?」
(Naminissa)

「I-Itu benar」 (Wazu)

「Tentu saja, Ini karena beberapa barang impor dari toko populer tertentu yang dibuka di Ibu
kota Kerajaan Isuca di selatan dua tahun lalu sepertinya itu disebut "Sampo" dan "Kondisioner".
Itu digunakan ketika membasuh rambut. Itu menakjubkan, bukan? Itu membuat rambut kami jadi
lebih indah seperti ini~」 (Naminissa)

Hee~ Aku tidak pernah dengar toko seperti itu ketika aku tinggal di sana
(Ya iyalah lu ngilang 2 tahun lalu)

「Terlebih lagi, toko itu mengirimkan banyak produk menakjubkan lainnya satu demi satu. Hal
pertama yang mengejutkanku adalah bumbu yang disebut "Mayones"----」 (Naminissa)

*uhuk*

「Naminissa, aku mengerti kamu mau menghibur mood-nya, tapi apakah ini baik bagiku untuk
masuk ke topik utama?」 (Leria)

Leria-san menghentikan Naminissa yang tetap menjulang ke atasku. Karena jantungku berdetak
dalam tingkat yang mengkhawatirkan saat Naminissa ada di dekatku, itu melegakan.

「Itu benar. Aku sudah baikan jadi mari dengar cerita Leria-san」 (Wazu)

「Aku mengerti, tolong maafkan aku」 (Naminissa)

Namunissa membungkuk ke Leria-san, setelah mengangkat kepalanya, dia sudah memasang


wajah serius. Sambil melihat profil Naminissa yang seperti itu, kupikir 「Dia melakukannya
hanya untukku, Terima kasih banyak」.
Bab 55 - Alat Terkutuk
Setelah batuk sekali, Leria-san melanjutkan pembicaraan sambil melihat ke arah kami dengan
ekspresi serius.

「Penyebab utama Saudara dan Saudari Naminissa berubah aneh adalah.... alat terkutuk」
(Leria)

「Alat terkutuk?」 (Naminissa)

「Iya, alat terkutuk kakak laki-laki-mu disebut "Boneka Prematur" dan Alat terkutuk kakak
perempuan-mu disebut "Perjamuan Berserker"」 (Leria)

「Alat terkutuk jenis apa itu?」 (Naminissa)

Menurut penjelasan Leria-san, "Boneka Prematur" adalah alat terkutuk berbahaya yang ditujukan
untuk penghancuran dalam bentuk gelang. Pertama-tama, gelang itu akan menyerap kekuatan
sihirmu. Yang mungkin saja memanipulasi orang sejak awal tapi efeknya seketika, sama seperti
namanya itu prematur. Itu adalah penjelasan laporan yang telah beredar di seluruh dunia, faktanya
ada efek lebih jauh dari alat terkutuk ini. Jika seseorang menggunakan itu untuk waktu yang lama
maka efek manipulasinya juga bakal lama dan lebih kuat. Sepertinya masnya Naminissa telah
memakai gelang itu cukup lama....

"Perjamuan Berserker" juga sebuah alat terkutuk yang ditujukan untuk penghancuran dalam
bentuk kalung. Efeknya menghilangkan akal pemakainya, seperti namanya menyiratkan itu
membuat orang mengamuk. Satu alasan lagi kenapa kalung itu dikatakan ditujukan untuk
penghancuran, sepertinya alat ini bisa dipicu kapan saja dengan kekuatan sihir dari si pendaftar.
Itu terserah si pendaftar untuk menentukan sejauh mana akalnya bakal hilang.

Kemungkinan alat terkutuk itu digunakan untuk memanipulasi Navirio-sama untuk bertarung
dengan adiknya Narellina-sama yang kehilangan akalnya. Sepertinya dengan sedikit
keberuntungan, si dalang mengarahkan mereka berdua untuk jatuh bersama. Aku juga berpikir
begitu. Naminissa kelihatannya sudah menerima kenyataan ini dengan wajah sedih.

「Itu pastinya alat yang berbahaya, tapi itu juga mudah dielak. Jika kamu menyingkirkan alat itu
dari mereka, kutukannya juga akan menghilang」 (Leria)

「Dengan kata lain, kita hanya perlu mendekat ke kedua kakak saya untuk mengambil alat
terkutuk?」 (Naminissa)

「Yeah, mereka akan kembali normal」 (Leria)

「Begitu ya」 (Naminissa)

Aku melihat cahaya harapan penuh kekuatan kembali ke mata Naminissa. Entah menghancurkan
atau menyingkirkan.... itu tugasku untuk membereskannya dengan kekerasan.... dengan tulus aku
ingin menjadi kekuatan Naminissa pada saat seperti ini.
「Omong-omong, sumber informasi tentang kutukan itu.... tentunya aku sudah memanggilnya.
Aku ingin tahu apakah dia sudah sampai?」 (Leria)

「「「?」」」

Ketika kami berwajah kebingungan, suara ketukan terdengar dari pintu.

「Sepertinya dia telah tiba

Kamu boleh masuk!」 (Leria)

「Permisi」

Pintu terbuka setelah terdengar suara rendah hati. Yang muncul di sana ada pria dengan wajah
pemalu dan rambut merah yang terlihat gugup. Namun, aku bisa bilang dia adalah seorang
aristokrat dari pakaiannya yang terlihat bagus.

「Denoga-sama.......」 (Naminissa)

「Ha-Halo Naminissa-sama」 (Denoga)

Oh? Apa dia kenalan Naminissa? Maksudku, kupikir aku telah mendengar nama Denoga
sebelumnya.... itu benar, si tunangan!! Denoga adalah nama tunangan Naminissa.... itu benar,
Naminissa punya tunangan.... dia kan dari keluarga kerajaan.... cinta dengan perbedaan status
hanya mimpi dalam mimpi....

「Saya tidak pernah mengira informasinya akan datang dari Denoga-sama」 (Naminissa)

「I-Itu hanya kebetulan saja.... dari ayahanda.... beliau me-memberi hamba sebuah buku tentang
a-alat terkutuk sebelumnya.... ke-kemudian hamba melihat Navirio-sama dan Narellina-sama....
me-mengenakan alat terkutuk.... sebagai tu-tunangan anda.... hamba i-ingin membantu anda....」
(Denoga)

「Begitu.... terima kasih untuk kerja sama anda」 (Naminissa)

Cinta....?

Eh? Itu? Tidak Tidak Tidak.... Eh? Eeeh? Mana mungkin.... itu harusnya bohong kan?

Aku menutupi sudut pandanganku menggunakan tangan dengan cepat. Aku bisa melihat senyum
Naminissa melyang seperti sebelumnya dalam belakang benakku. Aku juga bisa melihat
wajahnya tersipu untuk sesaat. Aku bersyukur aku tidak melihatnya secara langsung dengan mata
kepalaku.

「A-Akan tetapi, itu mungkin akan sedikit kasar setelah ini....」 (Denoga)

Tapi.... Naminissa punya tunangan.... cintaku sudah berakhir di sini ya.... ini selesai.... bahkan
tidak punya kesempatan untuk mulai.... tapi.... aku bakal tetap menjaga perasaan ini di dalam
hatiku.... aku masih harus memberi yang terbaik untuk menolong mas dan mbak dia....
「Karena Denoga-sama tidak memiliki kemampuan untuk bertarung, mohon serahkan sisanya
pada kami. Aku benar-benar menghargai informasi ini」 (Naminissa)

「Ye-Yeah, hamba bersyukur bisa membantu」 (Denoga)

Aku menyingkirkan tangan dari wajahku.... hah? Sejak kapan bicaranya selesai? Itu
mengingatkanku, pria ini adalah tunangan Naminissa. Tapi aku heran kenapa? Dari sudut
pandangku, Naminissa terlihat seperti mengenakan topeng di wajahnya ketika bicara dengan
dia....

Kalau dipikir lagi, aku tidak bisa menerimanya~!!!

Aku membencinya!! Aku tidak berpikir bisa akrab dengan dia!! Biarkan aku jujur.... aku sangat
iri dengan tunangannya Naminissa!~~!!!!!!

*dotatatatatata!!!!!!*

Aku dengar suara seseorang berlari tergesa-gesa dari luar ruangan. Setelah suara itu berhenti di
depan ruangan ini, pintu terbuka dengan suara ketukan keras.

「Permisi」 (Floyd)

「Fuhi~ Pe-Permisi」 (Kumia)

Itu Floyd dan Kumia yang masuk. Kondisi Floyd sama seperti biasa tapi Kumia penuh dengan
keringat.

「Huu~.... Huu~....Floyd-san, setelah berlari dengan kecepatan itu.... mengapa bahkan tak ada
satupun keringat pada dirimu... Huu~.... Huu~....」 (Kumia)

「Karena Saya butler」 (Floyd)

「Tolong jangan selalu pakai kata-kata itu sebagai alasan....!!」 (Kumia)

Aku heran kenapa.... entah kenapa aku tau kedua orang tersebut akan selalu berprilaku seperti ini.

「Kalian berdua, apa yang terjadi?」 (Naminissa)

Naminissa menanyai mereka berdua.


「Naminissa-sama, sepertinya bahwa kami sedikit terlambat. Kedua pihak memimpin 1000
ksatria ke dataran Bondo sekarang. Kemungkinan, tempat itu akan menjadi medan pertempuran
」 (Floyd)

「Aku mengerti.... kita menuju ke sana sekarang juga」 (Naminissa)

Kami mulai bergerak dengan tergesa-gesa. Lerai-san meminta staf guild untuk menyiapkan kuda.
Aku dengan Meru di atas kepalaku, Orlando, Naminissa, Floyd, dan Kumia-san akan pergi
menuju dataran Bondo.

Dataran Bondo berjarak setengah hari dengan berjalan, itu seharusnya masih sempat jika kita
bergegas. Kami berpisah dengan tunangannya Naminissa, Denoga di guild. Leria-san pergi
mengumumkan permintaan penting untuk Petualang di dalam guild sebagai bala bantuan. Dia
bilang ke kami akan menyusul nanti.

Lalu kami tiba di dataran Bondo. Para Ksatria yang telah membentuk formasi menatap satu sama
lain.
Bab 56 - Demi Wajah Tersenyum Kekasihku
Kami mengamati bagaimana situasinya berubah di puncak bukit yang sedikit tinggi di mana kami
bisa mendapat pandangan mata burung dari dataran Bondo. Kuda dengan penunggang mereka
berbaris dalam kolom yang mencolok dengan hutan di belakang punggung mereka. Aku
menggerakkan mataku melalui formasi mereka pada dataran Bondo, itu situasi di mana perang
bisa mulai kapan saja.

Di belakang setiap formasi ada laki-laki dan perempuan yang dapat terlihat dari jarak jauh karena
rambut merah mereka. Kemungkinan, mereka adalah mas dan mbaknya Naminissa. Saat ini
masing-masing tampaknya memberikan pidato perang kepada prajurit mereka, meski aku tidak
dapat mendengarnya. Namun itu seperti perang akan dimulai setelah mereka menyelesaikan
pidato mereka masing-masing.

Aku melihat Naminissa di sebelahku. Dia menyaksikan adegan itu dengan wajah sedih.... Aku
tidak mau melihatnya dengan wajah seperti itu....

「Apa yang harus kita lakukan? Naminissa-sama. Sepertinya mustahil untuk mendekat ke
mereka berdua di dalam kerumunan tentara」 (Orlando)

Orlando juga melayangkan ekspresi sukar. Bukan hanya dia, Floyd dan Kumia keduanya
memiliki ekspresi yang sama.

「Coba kulihat.... pertama, seharusnya ada sekitar 100 kesatria suci di bawah masing-masing
komando kakanda dan ayunda 」 (Naminissa)

「「「....」」」

「Membujuk kesatria akan sulit.... mereka telah menjanjikan kesetiaan mereka kepada kakanda
dan ayunda secara langsung. Itu akan beda ceritanya jika kita bicara di masa damai tapi ketika
datang ke medan perang.... sejujurnya, aku tidak dapat memikirkan langkah apapun saat ini....
sementara dipanggil 'Putri Suci Tanpa Darah', aku tidak berdaya saat tiba waktunya untuk
bertarung.... kalau terus seperti ini, tidak hanya kakanda dan ayunda.... perang juga akan
membahayakan kesatria」 (Naminissa)

Naminissa menutupi wajahnya yang hampir menangis. Aku melihat kondisinya dan membulatkan
pikiranku. Aku dengan lembut mengambil tangan dari wajahnya dan menatapnya dengan ekspresi
serius.

「Wazu-sama....」 (Naminissa)

Aku ingin melihat senyum lembutnya yang menyejukkan hati orang-orang.

「Aku.... apa yang harus.... aku lakukan....?」 (Naminissa)

Jadi aku memutuskannya.... bahkan jika aku tidak bisa bersama dengan Naminissa....

「Orlando, aku akan pergi. Kemungkinan, kelompok itu akan datang untuk menyerang lagi dan
aku tidak tau apakah aku bisa kembali ke sini pada saat itu, jadi aku serahkan tempat ini padamu
」 (Wazu)
「Tolong.... dan berhati-hatilah」 (Naminissa)

「Siapa yang kau maksud? Floyd atau Kumia-san....? Aku akan melindungi Naminissa-sama
tanpa perlu diminta」 (Orlando)

「Itu hal alami untuk dilakukan」 (Floyd)

「Ye~」 (Kumia)

Aku membelai Meru dan meninggalkannya dengan Naminissa. 「Kyuii!!」 katanya. Oh apa kau
bilang semoga berhasil? Aku memindahkan tanganku yang membelai Meru menuju kepala
Naminissa dan menepuknya dengan ringan *pon-pon*

「Serahkan sisanya padaku. Aku pergi!」 (Wazu)

Aku bilang begitu dan melompat dari puncak bukit. Aku mendengar Naminissa berteriak dari
belakang tapi aku terus maju tanpa melihat ke belakang.

Aku turun ke dataran dan berjalan perlahan ke pusat Kesatria yang terbagi dalam dua kubu.
Begitu mereka melihatku, para Kesatria yang berada di formasi depan mulai membuat keributan.
Semua orang bertanya 「Siapa dirimu?」 tapi aku tetap diam dan terus berjalan.

Di posisi tengah antara dua kubu, aku menghentikan kakiku. Aku berada di situasi di mana aku
ditatap oleh dua kubu. Navirio dan Narellina akhirnya menyadari kehadiranku saat ini. Pidato
mereka berhenti dan sekitarnya menjadi sunyi. Dan kemudian....

「Semuanya!! Ketinggian setiap loyalitas pasti luar biasa, tetapi apakah pertarungan ini punya
arti? Seharusnya tidak semua dari kalian telah memerhatikan sudah ada sesuatu yang tidak biasa
dengan Tuan kalian masing-masing? Aku bisa menyingkirkan penyebab masalah ini!! Tolong
jatuhkan pedangmu dan bukalah jalan untukku!!」 (Wazu)

Aku mengajukan banding dengan suara nyaring tapi sepertinya tidak ada yang menjatuhkan
pedang mereka. Yah, aku sudah mengharapkan situasi ini soalnya aku hanya terlihat seperti
beberapa orang mencurigakan saat ini. Bahkan orang yang tidak diketahui ini berkata benar, tak
ada yang akan percaya dan mengikutinya begitu saja. Mungkin, mereka tau itu tidak benar tapi
masih tidak punya pilihan jadi mereka pergi sampai sejauh ini.

Jadi pada akhirnya, kedua belah pihak memutuskan untuk mengikuti sekaligus melindungi tuan
mereka dalam prosesnya. Itulah mengapa mereka berpartisipasi dalam perang ini.

Navirio-sama dan Narellina-sama masih mengambil tindakan apa pun terhadapku. Kemungkinan
orang yang memanipulasi mereka tidak memperhitungkan diriku. Jika Naminissa di posisiku,
mungkin keduanya akan memerintah kesatria untuk membunuhnya. Aku sekalipun takkan
membiarkannya. Para kesatria hanya memerhatikanku, tapi itu cukup baik untuk sekarang. Aku
tidak akan membiarkan pertarungan antara para kesatria terjadi, aku hanya perlu menjatuhkan
keduanya sebelum itu terjadi.

「Sepertinya kedua belah pihak tidak merasa ingin membukakanku jalan....」 (Wazu)
Para kesatria menarik pedang mereka dan bahkan memasang kuda-kuda. Mereka kelihatan mulai
marah dengan protes satu sisi-ku.

「Fu~....kalau begitu, apa boleh buat」 (Wazu)

Aku perlahan memusatkan kekuatanku. Jangan biarkan siapapun mati.... karena Naminissa akan
bersedih.... aku harus menahan kekuatanku dengan hati-hati tetapi juga harus sedikit serius. Aku
mengambil napas dalam-dalam dan mendekralasinya dengan lantang jadi semua orang di tempat
ini dapat mendengarnya.

「Aku akan dorong dengan paksa,ouuuuuuuu!!!!」 (Wazu)

Aku langsung melesat dengan dekralasi itu.


Bab 57 - Targetnya Adalah Alat Terkutuk

Aku berhasil mengalihkan perhatian mereka ke diriku. Ada alasan sederhana untuk semua ini,
yaitu mencegah para kesatria dari kedua belah pihak dari saling bertarung. Naminissa akan
tersakiti melihat itu terjadi. Aku mau membuat pertempuran ini menjadi aku melawan para
kesatria dari kedua belah pihak.

Karena itulah, aku memilih untuk menjadi musuh sama mereka dan membiarkan permusuhan
mereka diarahkan kepada diriku. Lagi pula aku takkan membunuh para kesatria. Aku hanya akan
menetralisir jumlah minimal orang sampai aku mencapai Navirio-sama dan Narellina-sama.
Alasan lainnya karena ada orang yang sedang menonton perang ini.

Aku menyadarinya ketika aku berdiri di tengah kedua kubu kesatria, aku merasakan beberapa
tatapan jahat. Tatapan itu bukan dari para kesatria, bukan Navirio-sama atau pun Narellina-sama,
tentu saja itu bukan dari kelompok Naminissa.

Itu datang dari hutan dan menuju ke arah bukit yang berlawanan arah dengan dataran Bondo
tempat Naminissa menunggu. Aku ingin tahu apakah mereka di sini? Mereka yang menyerahkan
alat terkutuk kepada Navirio-sama dan Narellina-sama. Juga kelompok tersebut dengan perisai
merah sebagai ciri khas. Kemungkinan ini semacam skenario saat mereka berencana
menghancurkan kedua kubu yang kelelahan setelah pertempuran berakhir nanti. Karena itu aku
ingin mengakhiri perang ini sembari meninggalkan potensi pertempuran semaksimal mungkin.

Aku berlari ke arah kubu Navirio-sama dulu. Narellina-sama hanya kehilangan akalnya
sementara Navirio-sama sedang dimanipulasi. Kupikir lebih baik membebaskan dia dulu jadi
segalanya tidak akan lepas dari tangan nanti.

Aku meraih dua kesatria terdekat dengan tangan masing-masing sebelum maju. Kesatria lainnya
menyiapkan diri mereka dalam formasi perisai sekaligus. Aku hanya akan mendorong maju dan
menyerahkan tugas ini ke status STR-ku.

「Uoooooo ~ ~ ~ ~」 (Wazu)

*dom~ dom~ dom~*

Navirio-sama di pusat formasi dan aku telah maju sekitar sepertiga ke pusat.

Aku melempar dua kesatria yang telah kugenggam sebelumnya ke udara dengan jarak yang
berbeda. Memanfaatkan momentum yang sedang berjalan, aku melompat maju sambil
menuggunakan perisai kesatria di depanku sebagai pijakan.

Aku menuju ke arah kesatria terdekat yang aku lempar barusan dan melompat lagi menggunakan
punggungnya sebagai pijakan kali ini.

Aku mendarat di perut kesatria kedua yang aku lempar sebelumnya dan melakukan lompatan
lain. Aku jatuh di dekat pusat formasi.

Aku melihat ke depan, ada kelompok kesatria yang jelas-jelas berbeda dengan kesatria saat lalu.
Perbedaannya adalah penampilan mereka. Mereka menggunakan zirah, pedang, dan perisai yang
berbeda. Ada juga jubah dengan beberapa hiasan pada punggung mereka.
Tapi tidak hanya penampilan mereka, mereka adalah keberadaan yang sama sekali berbeda dalam
artian tertentu. Aku bisa merasakan mereka adalah veteran soalnya di depanku sekarang adalah
kelompok kesatria suci.

Begitu aku jatuh, para kesatria suci di tanah mengarahkan pedang mereka serentak padaku. 「
Maaf tapi....」 aku meminta maaf dalam benakku. Aku berlari ke depan di kecepatan yang mana
bahkan kesatria suci tidak bisa bereaksi.

*dooooooooooom!!!!*

Aku mendorong semua kesatria suci di depanku sekaligus dengan sebuah tendangan yang takkan
membunuh mereka. Formasi mereka runtuh dan seseorang berambut merah panjang muncul di
pandanganku. Aku berasumsi dia adalah Navirio-sama.

Navirio-sama menarik pedangnya dan mencoba menusuk dirinya. Para kesatria suci di
sekelilingnya berusaha menghentikannya tapi kelihatannya takkan sempat. Aku menaruh semua
kekuatan pada kakiku dan berlari ke depan. Tolong sempatlaaaaaah!!!

Begitu aku berlari dengan kecepatan penuh untuk pertama kalinya, dunia serasa berhenti.

Bukan, itu berbeda. Aku hanya tidak bisa menggerakkan tubuhku seperti biasa tapi masih bisa
berjalan secara normal. ternyata semua orang juga bergerak sedikit saja. Aku menenggelamkan
telapak tanganku di antara ujung pedang dan tubuh Navirio-sama, begitu bersentuhan dengan
tanganku....

*bakkiiiin!!!*

Pedangnya jatuh terpisah. Seperti yang diharapkan dari status VIT-ku, bahkan tak ada goresan
pada telapakku. Aku meraih tangan Navirio-sama. Aku menyingkirkan dan menghancurkan
gelang yang dia pakai dengan tanganku.

Aku mendukung Navirio-sama yang kehilangan semua kekuatannya dan hampir saja jatuh ke
belakang. Para kesatria suci memutar pedang mereka kepadaku. Aku tetap di tempat untuk
melihat situasinya.

Dalam beberapa detik saja Navirio-sama mendapatkan kembali kesadarannya dan memerintahkan
kesatria di sekitar untuk menurunkan senjata mereka.

Aku bisa melihat kekuatan kembali ke tubuhnya jadi aku memisahkan tanganku. Navirio-sama
perlahan berdiri dengan kakinya sendiri dan berbalik mendekatiku.

Melihatnya lagi, Navirio-sama memiliki wajah yang sangat tampan. Rambut merah panjang yang
indah memanjang ke bahunya, rambutnya jelas berkilau-kemilau. Mata merah yang sama seperti
Naminissa tapi sudutnya agak sayu sementara memberi ekspresi lembut bagi orang yang melihat.
Setelah Navirio-sama mengkonfirmasi kehadiranku, dia menempatkan posisi satu lutut sambil
menundukkan kepalanya. Eh? Tuuunggu? Kenapa?

「Terima kasih, selagi dimanipulasi, ada sedikit kesadaran yang tersisa, meski tubuhku tidak mau
mendengar apa yang kukatakan. Namun terima kasih untuk kamu aku bisa terbebas dari kutukan
itu. Sekali lagi, terima kasih banyak」 (Navorio)
「Tidak, tu-tunggu!! Tolong angkatlah kepala anda!! Keluarga kerajaan tidak seharusnya
menundukkan kepala mereka, itu membuat saya tidak nyaman」 (Wazu)

「Itu tidak benar. Bahkan jika itu keluarga kerajaan, itu sayang sekali seseorang kurang berterima
kasih terhadap penyelamatnya」 (Navorio)

Kali ini semua kesatria dan kesatria suci meletakkan pedang mereka dan berlutut secara
bersamaan. Tu-Tungguuuu~~!!!

「Me-Mengerti!! Karena saya sudah mengerti, tolong angkatlah kepala anda, pertempuran belum
selesai」 (Wazu)

「Itu benar. Namun biarkan aku katakan ini sekali lagi, aku sangat berterima kasih untuk
bantuanmu」 (Navorio)

Dengan berkata demikian, Navirio-sama berdiri dan mengarahkan senyuman lembut padaku.
Untuk sekarang, Aku melihat ke arah Navirio-sama dengan wajah serius. Apakah dia tahu apa
yang ingin aku katakan? Navirio juga mengangguk dengan ekspresi serius.

「Selanjutnya....」 (Wazu)

「Narellina ya....」 (Navorio)


Bab 58 - Senyuman Yang Ingin Kulihat

「Seperti yang bisa kalian lihat, aku aman dan sudah mendapatkan indraku kembali」 (Navirio)

Navirio-sama mendeklarasikan dengan lantang kepada semua kesatria di sekitar. Sorakan bahagia
menggema dengan cepat dan para kesatria mengangkat pedang mereka tinggi-tinggi ke langit.

Navirio-sama mengangguk pada saat itu. Dia berjalan perlahan ke kesatria di sisi lain, lalu dia
mendeklarasikan....

「Kesatria Narellina!! Tak ada alasan bertempur lagi. Ada seseorang yang akan menyelamatkan
Tuan kalian di sini. Aku juga ingin menyelamatkan adikku. Jadi mohon bukalah jalan!!」
(Navirio)

Ketika kata-kata itu menyebar ke dataran Bondo, orde kesatria Navirio-sama dan orde kesatria
Narellina-sama bergerak serempak. Mereka terbelah menjadi dua guna membuat jalan. Itu
terbuka dari tempat Navirio-sama berdiri sampai tempat Narellina-sama.

「Kalau dipikir-pikir, aku belum mendengar nama kamu?」 (Navirio)

「Nama saya Wazu, Navirio-sama」 (Wazu)

「Navirio saja tak' apa. Kalau begitu, ayo pergi」 (Navirio)

「Ya」 (Wazu)

Navirio mulai berlari jadi aku mengejarnya. Di jalan, seorang pria tua yang berpakaian setelan
butler 「Saya bersyukur anda aman lebih dari apapun, tuan muda」 mendekat dan mengatakan
itu. Mungkin dia adalah butler pribadi Navirio. Mereka bicara dua tiga kata saat Navirio masih
berlari sambil menghadap ke depan.

「Sepertinya kesatriaku juga aman. Aku telah kembali ke diriku jadi mereka dapat menghela
napas lega sekarang. Meski mereka berusaha melindungiku, aku sangat menghargai kamu tidak
mengambil hidup mereka」

「Tidak, itu karena Naminissa bakal sedih jika seseorang mati karena insiden ini」 (Wazu)

「Hoho~.... Kamu tidak menggunakan sebutan kehormatan untuk memanggil adikku ya...
Apakah kamu sedang jatuh cinta?」 (Navirio)

「Ap-Aaaaaap!!!」 (Wazu)

Apa yang tiba-tiba kamu katakan? Dia menyeringai padaku karena suatu alasan. Kami telah
sampai di tujuan kami sebelum aku bisa bilang balasan.

Di depan kami, ada wanita berambut merah berperlengkapan dengan armor dan pedang yang
bagus, berdiri dalam penghalang yang membentang. Untuk wanita dia memiliki rambut pendek.
Namun di punggungnya, kepang ramping tergantung sampai pinggangnya.
Meskipun sedikit terbuka, tak ada cahaya dalam matanya karena dia kehilangan akalnya. Begitu
juga, ekspresi wajahnya terlihat artistik seperti topeng Noh. Dia bakal lebih cantik jika dia bisa
mendapatkan kembali kesadarannya dengan pasti.

「Apakah dia?」 (Wazu)

「Yeah, dia adalah adik kecilku dan kakak kembar Naminissa」 (Navirio)

Navirio melihat ke arah Narellina dengan wajah pilu. Itu pasti sulit baginya untuk melihat
Narellina di kondisi seperti ini.

Lalu, seorang wanita muda yang mengenakan seragam maid mendekati kami dan membicarakan
sesuatu dengan Navirio. Dia menjelaskan soal situasi saat ini padaku setelah percakapan selesai.

「Saat ini, unit penyihir menggunakan kekuatan penuh mereka untuk membatasi dia dalam
penghalang. Namun sepertinya penghalangnya takkan bertahan lama. Jika kamu mendekat, dia
akan segera menyerang kamu tanpa peringatan.... walau begitu, bisakah aku tetap mengandalkan
kamu?」 (Navirio)

「Ya, tak masalah, bisakah kamu menghilangkan penghalangnya?」 (Wazu)

Penghalang dihilangkan dengan sinyal dari Navirio dan aku perlahan mendekatinya. Begitu aku
pada jarak tempat pedangnya bisa mencapai, dia segera menyerangku tanpa jeda waktu.

Aku menghindari pedang dari atas kepalaku yang mau membelahku. Itu turun seperti apa adanya
dan berhenti di tempat aku berdiri sebelumnya. Dalam interval waktu, Aku segera meraih
tangannya yang memegang pedang dengan tangan kananku, dan menggunakan tangan kiriku
untuk merobek zirahnya dengan paksa.

Apa yang muncul dalam pandanganku adalah kalung yang dengan bentuk menyimpang
menghiasi dada yang begitu melimpah yang ditutupi oleh kaos putih. Selagi masih menyegel
pergerakannya dengan tangan kananku, aku melempar zirah di tangan kiriku dan meraih kalung
dekoratif kali ini.

Untuk sesaat percikan menyebar di tangan kiriku. Mungkin itu tindakan balasan bagi mereka
yang mencoba melepas kalung itu. Tak ada keabnormalan sehingga sepertinya tidak berguna
padaku. Aku menghancurkan kalung itu dengan tanganku.

Aku mengerti kalau kutukan telah menghilang dari tubuh Narellina-sama karena sensasi yang
menjalar melalui tangan kiriku.

Aku memeluk Narellina-sama yang hampir runtuh ke depan untuk mendukungnya. Kesadarannya
masih ada dan kekuatan perlahan kembali ke tubuhnya. Setelah beberapa saat dia tertawa kecil....

「Fufufu.... Aku berterima kasih padamu untuk menolongku」 (Narellina)


(hmm... bicaranya seperti riveria 'danmachi' bayangin sendiri aja :v)

「Apa ada yang lucu?」 (Wazu)


「Tidak, ini pertama kalinya seorang pria memelukku dan kupikir itu mengherankan tak buruk」
(Narellina)

「....Hah?」 (Wazu)

「Bolehkan aku tahu namamu?」 (Narellina)

「Aku Wazu」 (Wazu)

Sepertinya dia belum sepenuhnya mendapatkan indranya. Aku mencoba menganalisa dengan
tenang tapi jantungku mulai bersemangat karena perasaan dada Narellina-sama menekan dadaku.
Ayo lekas pergi setelah dia bisa berdiri dengan kakinya sendiri.

Aku merasa bermasalah, sepertinya entah kenapa dia bereaksi walau jika hanya menggerakkan
dadaku sedikit saja. Begitu aku bertanya-tanya mengenai apa yang harus dilakukan, sebuah suara
batuk terdengar dari dekat.

Merespon suara itu, Narellina memisahkan tubuhnya dariku. Aku berbalik untuk melihat sumber
suara dan ada Navirio yang mengacungkan jempol. Ada apa dengan respon itu?

「Aku sudah memberi kamu masalah, Onii-sama」 (Narellina)

「Itu juga berlaku untukku. Namun itu hal bagus bahwa kita sehat bugar sekarang」 (Navirio)

「Ya!」 (Narellina)

「Navirio nii-sama~~!!! Narellina ane-sama~~!!」 (Naminissa)

Hmm....? Barusan aku dengar suaranya Naminissa. Begitu aku berbalik dengan gelisah, aku bisa
melihat Naminissa berlari menuju tempat ini. Hah? Kenapa kau datang kemari?

Di belakang Naninissa ada Orlando, Leria-san, dan beberapa lusin petualang lainnya berlari
bersama untuk mengawal mereka. Para kesatria membuka jalan untuk Naminissa dan
kelompoknya untuk lewat. Setelah tiba di tempat ini, dia memeluk Navirio dan Narellina-sama.

「Aku bersyukur kalian kembali ke diri kalian yang semula dengan selamat!! Nii-sama! Ane-
sama!」 (Naminissa)

「Aku membuat kamu khawatir, Naminissa」 (Navirio)

「Aku juga. Aku minta maaf, Naminissa」 (Narellina)

Ketiganya tenggelam dalam kegembiraan karena keselamatan masing-masing. Di pihak lain,


Floyd dan para kesatria bergabung dengan petualang yang datang sebagai bala bantuan. Meru
melompat di udara sambil bilang 「Kyuii-Kyuii」 Orlando melihat adegan dari sisi sebelahku.

「Kau melakukannya」 (Orlando)


「Yeah」 (Wazu)

Adegan Naminissa, Navirio, dan Narellina-sama saling memeluk sambil meneteskan air mata
muncul ke pandanganku. Ketiganya tersenyum lebar di wajah mereka.

Itulah senyum yang ingin aku lihat....


Bab 59 - Dalangnya Adalah....
Karena orang-orang tersebut masih bersembunyi di hutan.... kurasa mereka tidak mau berakhir
seperti ini saja.

Naminissa, Navirio, dan Narellina-sama mendekatiku. Itu sedikit menggelikan menerima kata-
kata terima kasih dari mereka satu-satu. Terlebih, mereka itu keluarga kerajaan lo.

「Naminissa, Navirio, Narellina-sama, tolong angkat kepala kalian~~!!!」 (Wazu)

「Tunggu sebentar!! Meskipun kamu memanggil nama kakak dan adikku tanpa sebutan
kehormatan, kenapa hanya aku seorang yang berbeda?」 (Narellina)

Narellina-sama datang menekan padaku. Orang-orang berkata kalau wanita cantik yang sedang
marah itu menakutkan. Namun aku takut karena dia tidak hanya wanita cantik tapi juga seorang
wanita kuat. Apakah aku sudah melakukan sesuatu yang menggangunya?

「Yah soal itu.... itu karena mereka berdua bilang padaku untuk memanggil mereka tanpa
sebutan kehormatan....」 (Wazu)

「Hoho~.... aku bisa mengerti kalau itu soal Aniue, tapi Naminissa juga ya....」 (Narellina)
(TL : Aniue = Mas)

Ketika Narellina-sama melihat ke Naminissa, entah kenapa dia mengalihkan matanya ke tempat
yang jauh. Kelihatannya dia berusaha bersiul tapi apa yang keluar dari mulutnya hanyalah
suara *fuu~ fuu~*. Itu terlihat agak imut. Seteleh melihat Naminissa yang seperti itu, Narellina-
sama mengarahkan matanya padaku.

「Kalau begitu, aku mengizinkanmu untuk memanggilku Narellina saja....!!」(Narellina)

「Me-Megerti」 (Wazu)

Aku tidak bisa menolak!! Maksudku, ia memberikan tekanan yang luar biasa. Karena orangnya
sendiri menginginkan itu, tak ada alasan untuk menolak. Lebih penting lagi, kenapa Naminissa
menatapku dengan mata penuh dendam?

「Fufufu~.... kamu benar-benar melakukannya dengan baik!! Aku tidak pernah mengira akan
melihat seorang petualang belaka mampu menyelamatkan keluarga kerajaan sendirian」 (Leria)

Leria-san mendekatiku sembari tertawa gembira, lalu dia memukul punggungku dengan *ban-
ban*. Meski begitu, aku bisa merasakan ketegangan masih melekat di sekitarnya. Aku tak mau
mengatakannya di suasana seperti ini tapi....

「Eng.... ini belum selesai lho?」 (Wazu)

Pada ucapanku Orlando, Naminissa, Navirio, Narellina, dan Leria-san mengalihkan perhatiannya
padaku.

「Wazu-sama, apa yang kamu maksud ini belum berakhir?」 (Naminissa)


Naminissa bertanya.

「Aku bisa merasakan tatapan banyak orang dari dalam hutan di sebelah sana. Mungkin, itu
ada.... orang yang memanipulasi Navirio dan Narellina dengan alat terkutuk....」 (Wazu)

Melihat sekilas ke Navirio dan Narellina, keduanya melihat ke Naminissa. Ingatan dari orang
yang memberi mereka alat terkutuk masih membekas.... Pertama-tama, untuk mampu
memberikan barang mencurigakan pada keduanya, kupikir orang ini mesti punya posisi yang
layak dan cukup dekat dengan mereka.

Pertama, Naminissa dikecualikan dari kondisi ini. Butler dan maid pribadi mereka sangat bahagia
begitu mereka selamat jadi aku juga mengecualikan mereka. Leria-san adalah kolaborator
Naminissa dalam kasus ini, orang yang dekat dengan keduanya dan saat ini tak berada di tempat
ini.... dia adalah satu-satunya yang terlintas dalam pikiran, seperti yang diharapkan....

「Denoga, 'kan?」 (Wazu)

Aku memberikan nama tunangannya Naminissa dan mengkonfirmasi dengan keduanya.

「Yeah.... itu Denoga yang memberi diriku gelang. Dia bilang itu jimat」 (Navirio)

「Aku juga. Ketika Aniue mulai bertindak aneh, dia bilang ini kalung untuk perlindungan....」
(Narellina)

Orlando memiliki ekspresi terkejut di wajahnya dan Leria-san mendesah untuk melepaskan
ketegangannya. Mungkin selain Naminissa, Leria-san mencurigai semua orang di sekitar
keduanya. Mungkin itu adalah helaan lega karena dia menemukan pelakunya tidak berada di
antara orang-orang di sini.

「Dengan ini pertunanganku dibatalkan.... bagus....」 (Naminissa)

Selagi Naminissa menggumamkan sesuatu dengan suara pelan, aku bisa merasakan dia
memancarkan aura hitam karena alasan tertentu. Kali ini Leria-san bertanya padaku.
(Naminissa itu kepribadiannya buruk cuman dia sendiri belum sadar akan dirinya 😂)

「Namun, kenapa dia melakukan hal seperti ini?」 (Leria)

「Siapa yang tahu? Tapi ini benar-benar tak diharapkan? Pria seperti itu, Kupikir bahwa dia akan
dengan bangga menggunakan segala cara untuk memenuhi ambisinya. Keliahatanya mereka
datang」 (Wazu)

Aku bilang begitu dan menunjuk ke arah hutan, semua orang memalingkan wajah mereka menuju
arah itu. Ada kelompok dengan perisai merah sedang menuju ke tempat ini. Perkiraan kasarnya
sekitar 800an orang. Ada pria yang dimaksudkan, si Denoga di depan. Di sampingnya, ada
seorang pria besar yang berperlengkapan dengan knuckle pads* merah di kedua tangannya.
(*https://goo.gl/eqArR3)

「Orang itu!!」 (Leria)

「Apa kamu kenal dia?」 (Navirio)


Leria-san berteriak saat melihat pria besar itu. Begitu Navirio bertanya, Leria-san mengangguk
setelah membersihkan tenggorokannya sambil tetap memusatkan pandangannya pada pria besar
itu.

「Namanya Flugel Razor. Dia adalah seorang petualang S-rank yang berskill dengan pertarungan
jarak dekat seperti yang bisa kamu lihat dari perlengkapannya」 (Leria)

Pada kata S-rank, tekanan di tempat ini meningkat drastis. Akhirnya S-rank kah. Aku ingin tahu
seberapa kuat dirinya....

「Wahai Kesatriaku!! Ambil pedangmu!! Musuh telah datang!!」 (Narellina)

Atmosfir kegembiraan hilang pada ucapan Narellina dan para ksatria memakaikan diri mereka
sendiri dengan semangat bertarung dalam sekejap.

Mereka terlatih dengan baik ya....

Navirio memberi beberapa instruksi kepada kesatrianya juga. Leria-san pergi menjelaskan
situasinya pada para petualang. Ksatria bergerak dengan cepat.

Di tempat ini aku, Orlando, Naminissa, Floyd, dan Kumia-san tinggal kami saja. Aku meminta
Meru tetap di udara untuk berjaga-jaga.

「Katakan.... sebagai pria siapa mendambakan menjadi kesatria, haruskah aku juga melakukan
sesuatu di situasi ini? Aku bahkan tidak bisa mengimbangi pergerakan kesatria sih」 (Orlando)

「Oh yah, kupikir itu ide bagus untuk aju banding.... meski aku juga tidak tau bagaimana
kesatrianya bergerak」 (Wazu)

Ketika Orlando dan aku sedang bercakap seperti itu, Navirio dan Narellina mendekati kami.

「Ini mungkin jadi permintaan yang lancang karena musuhnya adalah S-rank, tapi aku ingin
meminta kerja sama dari kalian」 (Narellina)

「Aku ingin kamu meminjamkanku kekuatan lagi」 (Narellina)

Pada kata-kata mereka, Orlando dan aku menjawab dengan sambutan dan mengikuti Navirio dan
Narellina dari belakang.

Bab 60 - Identitas Denoga


Bagaimana ini bisa terjadi....? Saat ini, di belakangku tiga orang dari keluarga kerajaan, Orlando,
dan Leria-san berdiri bersebelahan. Di belakang mereka 2000 kesatria dan ratusan orang dari
asosiasi petualang.

Eeh? Ketika aku bilang tentang akan membantu Navirio dan Narellina, kupikir untuk mengikuti
mereka dan mendukung mereka dari belakang, tapi kenapa akunya yang memimpin?
Aku bilang pada mereka kalau aku memang mau kerja sama, tapi kenapa aku berdiri di depan
seorang keluarga kerajaan?

Itu hanya akan terlihat seperti aku orang paling atas di koalisi ini, 'kan? Tunggu sebentar....
mungkinkah mereka menggunakanku sebagai perisai? Bahkan jika ada insiden yang tidak
diprediksi, Aku bakal jadi satu-satunya orang yang akan menerima damage, atau sesuatu seperti
itu? Tidak Tidak.... itu takkan mungkin.... tapi.... bagaimanapun juga...

Selagi aku bertanya-tanya soal itu, Denoga dan Fluegel si petualang S-rank yang termasuk di
antara orang-orang dengan perisai merah telah tiba di depan mataku.

Oh!! Sejak kapan!?

Fluegel adalah seorang pria dengan otot besar, mata tajam, rambut pendek, dan banyak goresan di
wajahnya.

「Kau yang tadi, Wazu-san benar?」 (Denoga)

「Yeah, atmosfirmu agak berbeda, apakah ini sifat aslimu?」 (Wazu)

「Apakah ini sifat aslimu? Entahlah? Aku tidak menyukai diriku yang pemalu」 (Denoga)

Di tengah-tengah percakapan kami, dia menggeser pandangannya ke belakangku

「Bukankah ini hal bagus bahwa Navirio-sama dan Narellina telah kembali normal, Naminissa-
sama」 (Denoga)

「Berani juga ya kau bicara seperti itu, meskipun itu semua perbuatanmu」(Naminissa)

「Hahaha, Aku sudah ketahuan, ya? Yah mau bagaimana lagi. Aku merencanakan untuk
keduanya mati di sini jadi tak ada yang perlu disembunyikan lagi, Aku tidak sekalipun pernah
berpikir keduanya akan selamat. Itulah kenapa aku tidak punya pilihan tapi memakai maksud
langsung seperti ini」 (Denoga)

「Menggunakan orang-orang di belakangmu?」(Narellina)

Narellina memelototi Denoga dengan ekspresi marah tanpa menyembunyikan niat


permusuhannya.

「Benar, Narellina-sama. Mereka adalah kesatria yang kusiapkan sendiri, mereka juga cukup
bagus」 (Denoga)

「....jadi, kenapa tunangannya Naminissa melakukan semua ini? Apa yang kau incar?」
(Navirio)

「Incar? Bukankah sudah jelas? Aku ingin mengklaim hakku untuk menjadi raja」 (Denoga)

「Hak....?」 (Navirio)
「Yah, Aku tidak perlu menyembunyikannya. Tentu saja aku dipanggil Denoga Flebondo saat
ini, tapi nama asliku adalah Denoga Gnarbondo. Aku adalah anak biologis dari raja sebelumnya,
Deo Gnarbondo. Aku adalah seorang yang disebut anak haram」 (Denoga)

「「「Apaaa!?」」」

「Aku tidak bisa menjadi raja hanya sebagai tunangan Naminissa. Sejujurnya, keluarga kerajaan
saat ini menghalangi jalan」 (Denoga)

「Tidak mungkin.... orang tua kami yang sakit juga....」 (Navirio)

「Yeah, Aku akan membereskan mereka setelah membunuh kalian」 (Denoga)

「Kalau begitu, bila kami mengalahkanmu di sini, segalanya akan berakhir」 (Narellina)

Saat Narellina menarik pedangnya, para kesatria di belakangnya juga serempak mengikuti.
Kelompok perisai merah juga menarik pedang mereka sebagai respon. Dalam sekejap tempat itu
berubah menjadi medan pertempuran yang penuh dengan haus darah. Lalu, Leria-san mengambil
selangkah ke depan dan memelototi Fluegel.

「Begitu ya.... dia adalah anak dari raja sebelumnya. Itulah alasan kenapa kau berada di sini?」
(Leria)

「....itu benar」 (Fluegel)

Eh? Apa maksudnya ini? Itulah apa yang kupikir tapi Leria-san menjelaskan kepadaku dengan
suara pelan. Rupanya, Fluegel cukup dekat dengan raja sebelumnya dan telah menerima berbagai
bantuan darinya. kelihatannya dia bekerja sama dengan anaknya untuk membalas budi.

「Aku akan mengatakan ini sekali saja....」 (Navirio)

Kali ini Navirio bergerak selangkah maju.

「Seperti yang kau lihat, ada 2000 kesatria dan ratusan petualang bergabung bersama di pihakku.
Namun di pihakmu, aku bisa memperkirakan hanya sekitar 800 orang. Bahkan jika ada seorang
petualang S-rank di pihakmu, itu sudah jelas kalau kau tidak punya kesempatan menang jadi
menyerahlah dengan tenang!」 (Navirio)

「Itu benar.... seperti yang diharapkan ini jadi tambah sulit dengan perbedaan jumlah sebanyak
ini, aku perlu memanggil bala bantuan」 (Denoga)

Denoga mengambil sesuatu dari dalam bajunya. Aku tidak tahu apa yang bakal dia lakukan.

「Bisakah kalian bertahan dalam kekacauan?」 (Denoga)

Denoga menjulurkan lengannya yang memegang sesuatu kepada kami. Ada bola hitam yang
menumpang di atas telapaknya. Hah? Kupikir aku telah melihatnya di suatu tempat
sebelumnya.... itu benar, di desa Elf.... ini buruk!!!
「Oh alkitab kegelapan yang agung datanglah penuhilah hatiku」 (Denoga)

Merespon kata-kata Denoga, Bola hitam memancarkan cahaya hitam yang menutupi sekitarnya
tapi segera lenyap. Bola hitam pecah jadi serpihan dan menari-nari di langit.

*- - - - - - - - - - badump! - - - - - - - - - -*

Lagi ya! Aku bisa dengar suara seperti detak jantung dari suatu tempat yang jauh. Namun, itu
tidak penting sekarang.

「Hati-hati!! Gerombolan monster akan datang!!」 (Wazu)

「Oh? Kau bisa mengetahuinya. Meskipun penjaja itu bilang padaku ini merupakan barang
langka...」 (Denoga)

Karena aku memberi tahu semua orang soal apa yang akan terjadi dengan suara nyaring, Denoga
menegaskan dengan saksama. Percaya pada isi interaksiku dengan Denoga, Navirio
menyampaikan beberapa instruksi kepada para kesatria.

*dododo dododo dododo !!!!!*

Jika begini, kami akan terkepung antara kelompok yang di pimpin oleh Denoga dan gerombolan
monster, kami memasuki keributan.
Bab 61 - 「Arogansi」 Memanggil Yang Lain Serangga
Di belakang pihak kesatria dan petualang terlibat dalam pertempuran fana dengan gerombolan
monster. Untungnya, monster yang dikumpulkan dari sekitar kebanyakan rank rendah. Meskipun
kerja sama antara kesatria dan petualang terlihat tidak sempurna, entah bagaimana kelihatannya
mereka berhasil menahan serangan monster.

Di garis depan, kesatria suci dan kesatuan kesatria juga terlibat dalam pertempuran jarak dekat
dengan kelompok perisai merah di jalan yang sama. Karena kami memperuntukan banyak
kesatria untuk bertarung melawan gerombolan monster, kami kehilangan keunggulan jumlah dan
sepertinya perang takkan berakhir dengan mudah.

Lalu di area terbuka di tengah medan pertempuran, berdiri tiga orang dari keluarga kerajaan,
Leria-san dan aku yang menghadapi Denoga dan Fluegel. Orlando diajak untuk bergabung
dengan para kesatria.

「Di sekitar sudah memulai pesta mereka, haruskah kita mulai juga?」 (Denoga)

Denoga bilang begitu dengan nada riang.

「Apa kau mau bertarung dengan perbedaan jumlah ini?」 (Narellina)

「Tentu saja. Aku sekalipun tidak berpikir akan menang dengan pertarungan normal. Bahkan
dibanding Naminissa, kemampuan bertarungku lebih rendah darinya. karena itu aku akan
menggunakan barang ini」 (Denoga)

Denoga mengambil bola merah kali ini dan menelannya. Jadi dia juga punya itu seperti yang
kuduga. Mata Denoga berubah menghitam, bentuk tubuhnya juga berubah, tanda retak menyebar
melalui tubuhnya, kukunya memanjang layaknya pedang tajam, dan sayap hitam tumbuh dari
punggungnya.

「FUFUFU.... INI LUAR BIASA. KEKUATAN MELUAP-LUAP DALAM TUBUHKU」


(Denoga)

「A-Apa itu? Apa yang sebenarnya terjadi?」 (Navirio)

「PENASARAN? AKU JUGA INGIN TAHU. NAMUN, KEKUATAN INI SUDAH CUKUP
UNTUK MEMBUNUH SERANGGA SEPERTI KALIAN. DENGAN INI AKU BISA
MENJADI RAJA NEGERI INI. KEMUDIAN AYO MULAI!」 (Denoga)

Navirio terkejut oleh perubahan drastis penampilan Denoga dan gerakannya berhenti.

Denoga berusaha memotong Naminissa, yang pertahanannya turun dengan kukunya. Sebelum
aku dapat bereaksi, Narellina menangkis serangannya dengan pedang.

「Walaupun kau telah berubah, itu tidak merubah fakta tentang segala yang sudah kau lakukan
pada kami. Aku akan memotongmu dengan tangan ini」 (Narellina)
「BISAKAH KAU MELAKUKANNYA?」 (Denoga)

Pada kata-kata tersebut pertarungan antara Denoga dan Narellina telah dimulai. Meski mereka
bertukar serangan dengan sengit. Aku merasa keduanya belum serius. Masing-masing masih
berusaha memastikan kemampuan lawan mereka saat ini.

Perhatianku tertuju pada Fluegel yang masih belum bergerak dari tempatnya. Aku merasa suatu
kengerian dari dia untuk alasan tertentu. Lalu Naminissa, Navirio, dan Leria-san mendekatiku.

「Wazu-sama, kami akan melakukan sesuatu tentang Denoga sendiri karena ini masalah keluarga
kerajaan」 (Naminissa)

「Wazu, aku tidak tahu seberapa kuat kamu tapi aku ingin kamu untuk menjaga Fluegel tetap
sibuk selama mungkin. Bisakah kamu menanganinya?」 (Navirio)

「Jujur saja, aku melihat bagaimana kamu menyelamatkan Navirio-sama dan Narellina-sama
barusan, tapi biar kuberi tahu kamu ini, Fluegel itu kuat. Kami tidak bisa menang melawannya....
tapi, jika itu kamu mungkin....」 (Leria)

Begitu ya. Kelihatannya Fluegel tidak bergerak untuk mengantisipasi diriku. Kurasa dia
mewaspadai diriku karena dia juga melihat bagaimana aku menyelamatkan Navirio dan Narellina
sebelumnya. Meskipun kekuatan Denoga tentu telah berubah tapi kekuatan yang aku rasakan dari
Fluegel berbeda. Gimana bilangnya ya.... dia bisa dikatakan berada pada level yang sama sekali
berbeda.

「Aku mengerti. Aku akan mengurusnya entah bagaimana dengan Fluegel karena itu aku
serahkan Denoga pada kalian. Aku akan datang membantu jika keadaan terlihat berbahaya untuk
berjaga-jaga, tapi kalian ingin mengalahkannya sendiri, 'kan?」 (Wazu)

Naminissa dan Navirio mengangguk pada kata-kataku, mereka berlari ke tempat Narellina dan
Denoga bertarung didampingi Leria-san. Kurasa mereka bakal baik-baik saja. Aku berdo'a dalam
hatiku bahwa semua akan berakhir dengan aman. Aku perlahan mengalihkan mataku ke arah
Fluegel.

「Pembicaraanmu sudah selesai?」 (Fluegel)

「Yeah, kelihatannya aku bakal jadi lawanmu」 (Wazu)

「....kukuku.... terdengar bagus untukku. Itu juga yang kuinginkan. Aku melihat pergerakanmu
ketika menyelamatkan Navirio-sama dan Narellima sebelumnya, itu cemerlang. Aku tidak bisa
mengalihkan mataku darimu, itu membuat seluruh tubuhku menggigil」 (Fluegel)

Anehnya, Fluegel terlihat senang dan mulai tersenyum lebar.

「Setelah mendaki sampai ke titik ini apa yang menungguku hanyalah pertarungan yang
membosankan.... Aku akan bertarung dengan pria kuat setelah sekian lama!! Tolong hibur diriku
」 (Fluegel)
Dia mengepalkan knuckle padnya dengan *clank!-clank!* untuk mengungkapkan
kegembiraannya. apakah dia maniak pertarungan?

「Dengan kata lain, kau tidak memilih pihakmu karena kau ingin bertarung denganku?」 (Wazu)

「Itu benar. Tentu saja aku berkerja sama dengan Denoga-sama untuk membalas budi dari
almarhum ayahnya, tapi dia sekarang....」 (Fluegel)

Fluegel melihat ke Denoga yang berubah dengan mata menyedihkan dan aku juga mengikuti
pandangannya. Ada Narellina dan Denoga yang berubah berusaha saling memotong, Naminissa
menggunakan sihir penghalang untuk menahan serangan, Leria-san secara terampil menggunakan
cambuk dan serangan sihir dengan taktik hit and run, dan Navirio memberi instruksi dan sihir
pendukung. Mereka punya kerja sama yang baik di sana.

「Kalau begitu, bisakah kita juga mulai?」 (Wazu)

「Datanglah padaku kapanpun!」 (Fluegel)


Bab 62 - Petarung S-rank
Fluegel mengubah tubuh bagian atasnya menjadi posisi diagonal, Dengan satu kaki di depan dan
satu lagi di belakang, tangan kirinya terbuka menjulur ke depan, dan tangan kanannya mengepal
ditarik dekat ke tubuhnya, lalu ia menjatuhkan pusat gravitasinya sembari masih
mempertahankan postur berdirinya.

Di sisi lain, aku hanya perlahan mengepalkan tinjuku apa adanya. Maksudku.... aku tidak punya
skill bertarung apapun, atau lebih tepatnya aku tidak punya skill tempur apa pun. Aku hanya
menendang dan memukul lawanku sampai sekarang.... hmm, aku ingin tahu bagaimana
kemampuanku jika dibandingkan dengan lawan seorang S-rank?
「Nah, ayo mulai?」 (Fluegel)

Aku ingin tahu apakah aku bisa belajar skill bertarung disuatu tempat.... *bakon!!!*

Sebuah goncangan datang ke perutku!! Sial, ini bukan waktunya untuk.... *dogun!!!*

Aku ditendang di pipiku.... *dogon!!!*

Saat ini aku sedang berbaring di tanah setelah menerima serangan terus menerus dari pukulan →
tendangan → lemparan.

Tahi!! Karena Fluegel menurunkan kakinya dan berusaha menginjakku, aku menggulingkan
tubuhku sekaligus menghindarinya. Aku berdiri dengan cepat. Aku menaruh kekuatan ke
tanganku dan segera memukulnya tapi tinjuku hanya memotong udara.

Hah? Dia bisa menghindarinya?

Tendangan Flugel mendarat di perutku dan menerbangkanku ke udara. Setelah mendarat, Fluegel
mengirim tatapan bingung padaku.

「Apa-apaan kau ini?」 (Fluegel)

「Hmm?」 (Wazu)

「Bagaimana aku menjelaskannya, ini terasa tidak benar. Bahkan dengan kemampuan fisikku,
aku merasa seperti memukul sesuatu sebesar pohon seribu tahun. Pergerakanmu juga seperti
amatir, bukan itu malahan seperti hewan buas dari pada amatir.... mungkinkah kau tidak punya
skill tempur apa pun?」 (Fluegel)

Itu benar.... Oh? Kau bisa memahami sebanyak itu hanya dengan melihatku? Tentu saja, aku
bertarung mengandalkan kemampuan fisikku sendiri untuk mengalahkan lawan. Hanya ketika
aku hidup di Gunung bahwa aku bisa mendapatkan beberapa pengalaman pertempuran yang
layak. Apakah Fluegel melihat melaui itu....? Hanya dari melihat pergerakanku.... apakah ini
kemampuan dari seorang S-rank?

「Kurasa akhirnya aku dapat menikmati pertarungan yang bagus di sini.... oh yah.... ayo akhiri
ini dengan cepat」 (Fluegel)

Selagi Flugel menggaruk kepalanya untuk menunjukkan kekecewaannya, aku menembakkan


pukulanku ke wajahnya tapi juga dihindari dengan mudah.

「Dengan kamapuan fisikmu saja, kau bagus jika lawannya hanyalah seorang petualang A-rank
lemah paling banyak. Tapi tanpa teknik, seranganmu tak bisa menggapaiku」 (Fluegel)
Dia bilang begitu dan bagian bawah telapaknya memasuki sisiku. Pada saat itu, hanya seperti
setetes air menyebarkan riak di gelanggang air, aku merasakan sensasi yang sama melalui
tubuhku. Aku merasakan sakit yang hebat dari dalam tubuhku. Aku jatuh di tempat begitu saja.

Gah.... apa-apan ini....

Untuk sesaat, ada perasaan tak menyenangkan seolah benda asing masuk dan menyebar melalui
tubuhku.

Aku menjerit di dalam.

Aku punya rasa besi di mulutku, begitu aku menaruh jariku kedalam, ada cairan merah. Apa ini
darah....?

Perasaan tak menyenangkan telah menghilang tak lama kemudian. Aku bangun dan meludahkan
sisa darah dalam mulutku sembari memelototi ke Fluegel.

「Apa itu tadi....?」 (Wazu)

「Hah, apakah Leria tidak memberitahumu?」 (Fluegel)

「Soal apa....?」 (Wazu)

「Aku seorang petualang S-rank dengan nama panggilan "Sang Penghancur". Aku adalah
pemilik sihir unik yang bisa menghancurkan tubuh bagian dalam lawanku dengan melepas
kekuatan sihir melalui seranganku」 (Fluegel)

Begitu ya, itulah kenapa Navirio bilang untuk menjaga Fluegel tetap sibuk bukan
mengalahkannya. Seranganku tidak bisa menyentuhnya, aku bahkan tidak punya skill tempur
apapun untuk mengimbanginya, tapi di sisi lain Fluegel bisa mendaratkan kerusakan padaku....
sialan!!

「Ya ampun, aku benar-benar dikecewakan.... yah lakukan yang terbaik untuk tetap berdiri」
(Fluegel)

Fluegel mendekatiku dalam sekejap, tinju kirinya terbang ke arahku, aku melompat mundur
untuk menghindarinya, guh....!! Tiba-tiba tinju kanannya ditanamkan di perut kiriku.

*dokun!!!!!*

「Ughh........!!!!!」 (Wazu)

Aku merasakan sakit yang hebat di dalam tubuhku itu lebih kuat daripada sebelumnya. Aku jatuh
berlutut di tempat, berjuang dan memukul. Rasa sakit dengan cepat menghilang tak lama
kemudian.

Aku memelototi Fluegel dengan mata berair.

「Fu....Fu....」 (Wazu)
「Aku melempar serangan agak kuat dari sebelumnya tapi kelihatannya kau masih baik-baik saja
」 (Fluegel)

SIALAN!!!

Aku berdiri dalam sekejap untuk memukulnya. Meski ini tidak seperti waktu ketika aku
menolong Navirio, tapi aliran dunia melambat.

Tetap saja, Fluegel bisa menghindari pukulanku dan malahan dia memukulku jatuh. Sekali lagi
rasa sakit mejalar melalui tubuhku.

Rasa sakit menghilang saat aku mendapat kembali keseimbanganku. Aku meluncurkan tendangan
tapi itu juga dihindari dengan mudah. Kali ini dia mencengkram pakaianku dan membantingku ke
tanah.

Sakit menjalar melalui seluruh tubuhku dan dengan cepat menghilang.

Mengeratkan gigiku, aku menendangnya sembari memutar tubuhku tapi dia tidak berada di
tempatnya berdiri sebelumnya. Aku melihat ke sekitar tapi tak bisa menemukan sosoknya.

Lalu, tiba-tiba aku merasakan beberapa berat pada punggungku kali ini, tubuhku tenggelam ke
tanah begitu saja.

Aku merasa nyeri dan itu menghilang.

Sepertinya dia melompat ke langit dan menendangku begitu dia mendarat.

「Itu tidak berguna. Pergerakanmu itu terlalu monoton. Kau mudah dibaca, lihat? Tak peduli
seberapa kuat seranganmu, itu tidak berguna jika tidak bisa mengenai diriku」 (Fluegel)

Untuk menghancurkan keseimbangan Fluegel yang menaiki diriku, aku menempatkan


kekuatanku dan berusaha berdiri sambil memukulnya mengunakan tinju belakangku. Namun
sebelum itu terjadi, dia menendang wajahku dan tinjuku bahkan tidak merumputkannya.

Nyeri menjalar melalui tubuhku dan itu menghilang.

Fluegel berdiri di depanku setelah mengambil beberapa jarak.

SIALAN KAU....!!!

「Kau masih tidak dapat memahaminya? Kau tidak punya kesempatan untuk menang!」
(Fluegel)

SIAL.... SIALAAAAAAAAN.....!!!!!

Aku tidak bisa menang kalau begitu terus.... apa yang harus kulakukan....? Aku tidak bisa kalah di
sini!!

Aku mencoba berbagai serangan sembari mengamati pergerakan Fluegel tapi itu masih tidak
dapat menggapainya. Aku merasakan sakit di tubuhku berkali-kali dan berulang kali menghilang.
「Haa.... Haa....」 (Wazu)

Saat ini, Aku dan Fluegel berdiri berhadapan. Fluegel berdiri dengan tenang tanpa ada perubahan
seperti sebelum pertarungan dimulai. Sebaliknya, aku berdiri dengan kondisi lusuh karena terus
menerus dikirim ke tanah berkali-kali. Ini mulai sulit untuk bernapas dan aku juga muntah
berulang kali.

「Haa.... Haa.... Aku paham....」 (Wazu)


Bab 63 - Hal-Hal Yang Aku Pahami

Ada dua hal yang aku pahami setelah Fluegel memukul habis diriku.

Manusia.... bukan, hampir semua makhluk hidup mempunyai kekuatan penyembuhan alami.
Bahkan jika kau terluka, luka akan sembuh dengan sendirinya. Tentu saja itu masalahnya, tapi
ada juga hal-hal yang tidak bisa sembuh dengan sendirinya seperti penyakit atau luka fatal
misalnya. Apakah ada hal lain lagi? oh yah, bukan itu intinya.

Ambil saja sebuah contoh, katakan saja kalau jumlah pemulihan dari kekuatan penyembuhan
alami adalah 0.1% dalam satu jam. Itu artinya jika HP-mu 1000.... itu akan pulih 1 HP dalam satu
jam. Sekarang ayo tempatkan kondisi itu ke dalam statusku. Pertama-tama, "HP : Bagaimana aku
bisa mati, aku ingin tahu....?"

Jujur saja, aku benar-benar ingin protes kepada dewi dan dewi bumi.... lupakan itu!!

Itu artinya HP-ku terlalu tinggi jadi tidak bisa dihitung dan jumlah pemulihan dari kekuatan
penyembuhan alami juga sangat besar sesuai dengan itu. Dengan kata lain bahkan jika aku
menerima damage, itu bakal pulih dalam kecepatan luar biasa?

Ini adalah penyebab fenomena saat aku merasakan sakit tapi segera menghilang. Dengan kata lain
itu sembuh dalam sekejap, kukira? Meski jika luka itu masih sakit tak peduli apa.... tapi sekarang
aku sudah terbiasa dengan hal itu, terutama aku tidak merasa kerepotan. Ini adalah hal yang
pertama!

Hal kedua.... Aku penasaran apakah itu efek karena aku telah menonton pergerakan Fluegel untuk
waktu yang lama? Entah kenapa aku dapat memahami bagaimana cara menggerakkan tubuhku
lebih baik. Seperti bagaimana postur tubuh ketika memukul.... atau bagaimana bergerak ketika
menendang target.... atau sesuatu seperti itu?

Rasanya seperti aku memahami bagaimana memanfaatkan tubuhku dengan efisien selama
pertempuran saat ini. Aku ingin tahu apa? Berpikir mengenai bagaimana aku bertarung sampai
sekarang, sepertinya ada banyak gerakan yang sia-sia.

Seolah menghadapi monster, mata Fluegel memendam rasa takut saat menatapku.

「Ke-Kenapa? Setelah menerima serangan sihirku sebanyak itu.... kenapa kau masih hidup? Atau
sebaliknya, bagaimana kau masih bisa berdiri di sana dengan tenang? Apakah kau benar-benar
seorang manusia?」 (Fluegel)

Kasarnya!! Aku manusia tau!!

Mungkin....
「Eng....? Bagaimana bilangnya ya.... itu benar.... apa pendapatmu soal merubah daerah gurun?
」 (Wazu)

「Haa....?」 (Fluegel)

「Bagaimana cara membuatnya tidak jadi gurun lagi? Contohnya, bagaimana cara merubahnya
jadi danau?」 (Wazu)

「Haa....?」 (Fluegel)

「Ayo berasumsi kalau kau mau membuat danau. Seranganmu padaku sekarang seperti
menjatuhkan tetesan air ke gurun untuk mengubahnya jadi danau. Apa kau mengerti apa yang
coba aku katakan?」 (Wazu)

「....?」 (Fluegel)

「Intinya, itu sama sekali tidak berguna」 (Wazu)

「Apakah kau menjadi lebih kuat di tengah pertarungan denganku? Seperti cerita bodoh
semacam itu mungkin terjadi----!!!!!」 (Fluegel)

Antara selang waktu pertukaran kami, Fluegel mengisinya dengan serangannya. Namun, tidak
seperti sebelumnya aku bisa melihat gerakannya.

Menghindari tinjunya, aku menembakkan pukulanku menuju wajah Fluegel tapi itu bisa dihindari
dengan menggeser wajahnya, Sementara itu lutut Fluegel terbang ke arahku. Suara sesuatu patah
terdengar begitu aku memukul lututnya untuk menangkis serangan itu.

*bogiiin....!!!*

「Argggggghhhhhhh........!!!!」 (Fluegel)

Fluegel rutuh di tempat dengan kakinya yang patah.

Seperti biasa status STR-ku sangat mengerikan.

Setelah dipukuli satu demi satu sampai beberapa saat yang lalu, aku jadi kesal dan memukulnya
agak serius.... itu patah dengan satu pukulan meskipun pihak lain adalah S-rank ya?

Selagi aku berpikir mengenai itu, Flugel berdiri sambil goyah dan memasang sikapnya kembali.

「Fuh.... hahaha.... hahaha....!!!」 (Fluegel)

Apa-apaan itu? Itu membuatku kesal ketika dia mulai tertawa dengan ceria....

「Itu bagus.... benar-benar.... pertarungan harusnya seperti ini.... itu menarik karena kehidupan
seseorang dipertaruhkan! Hahaha....」 (Fluegel)
Aku bisa merasakan kekuatan Fluegel meningkat dari melihat. Ototnya membengkak dan dia
mengeluarkan udara yang lebih mengintimidasi daripada sebelumnya.

「....kau tidak menyembuhkannya? Kaki itu?」 (Wazu)

「Haa...!! Apakah aku terlihat seperti bisa menggunakan beberapa jenis sihir? Selain itu, ini
handikap* yang bagus untuk seorang lawan yang bertarung seperti amatir sampai sesaat lalu,
bukan?」 (Fluegel)
(*salah satu pihak yang sedang bertarung diberi posisi yang lebih tinggi(menguntungkan))

Hahou~ dia bilang sesuatu yang lucu....

Meskipun dia berkeringat deras karena kakinya sakit sekali, dia masih mengenakkan suasana....
Aku sama sekali tidak membenci sikap seperti itu....

Selagi memuncul senyum, aku mendekati Fluegel selangkah demi selangkah sampai jarak tempat
tinju satu sama lain bisa menggapai pihak lain. Tidak ada yang bisa kami lakukan selain
pertarungan tinju pada jarak ini.

「Maka ini handikap dariku untuk orang yang tak bisa bergerak dengan benar, ayo kita teruskan
dengan jarak ini」 (Wazu)

「Fuhaha.... hahaha.... hahaha....!!! Begitukah, kau memberiku handikap ya!! Lakukan!! Aku
tidak membenci orang seperti itu!!」 (Fluegel)

Kami menatap satu sama lain dengan senyum dan mulai bertukar tinju dengan ganas. Kami tidak
menghindarinya, tinju saling mendarat di wajah, tubuh, dan segala tempat.

Sejujurnya aku tidak punya kerusakan dan serangan penghancur internalnya juga tidak bekerja
padaku. Di sisi lain, aku memberi kerusakan besar pada Fluegel.

Tapi masih, Fluegel tidak runtuh dan terus memukulku. Meskipun aku bisa menghindarinya
kapanpun, tapi niat seperti itu tidak pernah terlintas dalam benakku.

Kami akan terus saling pukul sampai salah satu dari kami runtuh.

Berapa lama waktu telah berlalu?

Mungkin beberapa detik

Mungkin beberapa menit

Mungkin waktu yang cukup lama.

Kami hanya saling pukul sementara tidak bisa melihat akhirnya. Tinju Fluegel mendarat di
wajahku dan tinjuku tenggelam di perutnya.
「Guhh.... kau tetap utuh bahkan setelah aku melakukan sebanyak ini.... kau benar-benar seorang
monster....」 (Fluegel)

「Aku takkan senang menerima pujian seperti itu....」 (Wazu)

「Hee.... meskipun aku memujimu dari lubuk hatiku....」 (Fluegel)

「Memanggilku seorang monster bukanlah pujian」 (Wazu)

「....ma~.... kali ini kau menang.... ayo kita lakukan lagi lain kali....」 (Fluegel)

「Aku juga takkan senang menerima pujian seperti itu....」 (Wazu)

Fluegel jatuh ke depan begitu saja.


Bab 64 - Itu Meningkat
「Fuu~~~~」 (Wazu)

Aku mengambil napas dalam-dalam. Aku lelah.... terus terang, kukira kalau aku akan kalah.... aku
melihat Fluegel di kakiku.... dia tidur. Dia tidak pingsan tapi tertidur. Dan lagi dia mendengkur
dengan keras. Bagaimana bilangnya ya.... dia punya kulit tebal di mukanya.

Aku menghela napas dan melihat sekitar. Kelihatannya kalau pertempuran lain masih
berlangsung. Meskipun jumlah monster terus menurun, monster baru masih muncul dari
belakang. Sepertinya bahwa kelompok perisai merah juga memberikan pertarungan yang bagus
dengan gigih. Naminissa di tengah juga bekerja keras.

Begitu aku mengawasi sepanjang jalannya medan pertempuran, Meru turun dari langit ke arah
kepalaku. Setelah mendarat, Meru menepuk kepalaku dengan *peshi-peshi* memberi selamat
diriku. Aku Membelai kepala Meru dan mengeluarkan kartu guildku dari dadaku guna memeriksa
status. Itu karena kurasa kalau ada suatu alasan bagiku untuk mampu menandingi serangan
Fluegel.

Aku meneteskan setetes darah dan menatap ke kartu guild, ada beberapa perubahan. Aku melihat
ke bagian status dengan tatapan dan kelihatannya tidak ada perbedaan secara khusus, tapi
bagian skill telah berubah.

*****

Pertempuran level 3
Kanibalisme Ekstreme (Unik)
Kondisi Tidak Normal Hampir Tidak Berlaku
Dewi Bumi terlalu protektif (Unik)
Dewi Perang jatuh cinta pada pandangan pertama (Unik)
Dewi mulai jengkel (Unik)

By Dewi, Dewi Bumi, Dewi Perang.


*****

.............

Ughh, dewi-nya bertambah. Eh kenapa....? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatnya
muncul....? Te-Tenanglah.... itu tak berguna menangisi susu yang tumpah.... ayo lihat....!!

Pertama, skill Pertempuran itu bagus. Ini adalah skill penuh harapan. Namun, bagaimana bisa aku
mendapat skill ini? Berbicara mengenai apa yang kulakukan, aku hanya mengalahkan Fluegel
seperti biasa dan mengikuti pergerakannya dengan mataku.... emm, kurasa itu penyebabnya.

Aku penasaran apakah pertarunganku dengan Fluegel seperti sparring antara sepasang murid dan
guru? oh yah, mari kesampingkan itu untuk sekarang.

Ayo lihat selanjutnya.


*****

Dewi Bumi tertalu protektif (Unik)

Kyaaaaa---!!! Wazu-kun dipukuli dengan sangat buruk---!!! penghancur internal? Aku takkan
membiarkannya!! Dengan perlindungan superku, aku akan membuat tubuh bagian dalam lebih
kuat sesuai dengan status VIT!! E~Eiii!!!
*****

A-Apa yang dewi ini lakukan....? Apa yang telah dia lakukan? Pada tingkat ini, Aku akan
semakin.... dan semakin jauh.... dari kemanusiaan....

Aku terburu-buru memeriksa status ras.

Ras: Manusia (77%)

Itu menurun....!!! Itu semakin berkurang....!!! Bagian yang tak kuinginkan menurun telah
berkurang....!!! Apa yang kau lakukan, Dewi Bumi-sama....

Aku lihat skill selanjutnya.

*****

Dewi Perang jatuh cinta pada pandangan pertama (Unik)

Itu sudah lama sekali sejak aku melihat pertarungan semacam ini!!! Darahku mendidih untuk
pertama kali setelah sekian lama!!! Ayo kita bertaruh jika kau bertemu denganku!!! Kau bisa
memelukku jika kau menang!!! Aku akan memelukmu jika aku menang!!!
*****

Eeh....? Ada apa dengan dewi ini? Aku takkan melawannya, lebih lagi dengan logika bodoh
seperti itu.... maksudku.... dia bilang dia bakal memelukku atau membiarkanku memeluknya....
bukankah ini hal sama? Tidak, ini berbeda. Ini soal sisi mana yang akan mengambil inisiatif....
tapi itu bukan masalah di sini!!

Aku mendesah saat memeriksa skill terakhir.

*****
Dewi mulai jengkel (Unik)

Tunggu di sana nona-nona!!! Wazu adalah untukku!! Karena Wazu adalah milikku!!! Tolong
jangan ada pikiran aneh tentang dia!! Aku takkan memaafkan siapapun yang meletakkan
tangannya pada Wazu sebelum diriku!!! Tolong camkan itu!!!
*****

Aku heran sejak kapan aku jadi miliknya Dewi-sama.... Terlebih lagi dia memperingatkan dewi
lainnya.... kelihatannya kejengkelannya mulai bertambah kuat.... Aku ingin berpikir itu hanya
imajinasiku....

Fuu.... Aku sudah terbiasa dengan kalimat itu. Aku mengerti itu, tapi apa yang kalian mau? Demi
memperkuat diriku lebih jauh.... juga kartu guildku mulai agak seperti tempat meeting.... mungkin
saja anggotanya bakal bertambah nanti? Itu takkan benar? Iya 'kan?

Aku mengeluarkan desahan dan melihat sekitar kembali. Pertempuran masih berlanjut seperti
sebelumnya.

Sekarang, apa yang harus kulakukan....?

Aku tidak berpikir untuk ambil bagian dalam pertarungan kelompok Naminissa. Kelihatannya
mereka ingin menyelesaikannya dengan tangan mereka sendiri. Tentu saja itu beda masalahnya
jika aku melihat nyawa mereka dalam bahaya. Tapi melihat situasinya, sepertinya tak ada
perlunya untuk cemas.

Maka itu bakal lebih baik untuk membantu pertarungan lain. Monster? Kelompok perisai merah?
itu bermasalah.... jadi ayo hancurkan keduanya.

Aku melesat ke medan pertempuran.


Bab 65 - Orang Yang Terlalu Kuat.
Aku segera bergegas menuju medan pertempuran dengan Meru di kepalaku. Pertama-tama, Aku
meraih kepala monster berbentuk sapi yang memegang tongkat besi hitam yang kutemukan di
jalan. Aku melemparnya ke arah gerombolan monster yang masih muncul dari belakang.

*boooom------!!!*

Setelah monster berbentuk sapi yang aku lempar ke sana, ratusan atau lebih bangkai monster
tercerai-berai. Jalan terbuka telah dibuat melalui gerombolan monster. Monster berbetuk sapi
mati karena itu tak bisa menahan tekanan dan kecepatan.

Aku melompat ke udara. Seekor burung besar yang paruhnya keras dan tajam seperti besi, Aku
memukulnya ke bawah menuju tanah tempat para monster berkumpul sembari menghancurkan
paruhnya.

*boooom------!!!*

Tanahnya meluap dan meledak begitu burung itu jatuh. Monster-monster di sekitarnya terpental
oleh dampak itu sendiri, monster burung itu mati bersama dengan monster di sekitarnya.

Aku mendapatkan kembali keseimbanganku setelah mendarat. Aku menjatuhkan tumitku di atas
kepala seekor monster yang meneteskan air liur dari mulut hijaunya yang besar dan lebar.
Momentumnya tak bisa dihentikan, monster terbelah menjadi dua ketika aku menyentuh tanah.
Meru terlihat senang dan bertepuk tangan dengan *peshi-peshi*.

Kesatria, petualang, dan monster membeku di tempat karena tidak bisa memahami apa yang
sedang terjadi, tapi aku tidak berhenti sampai di situ saja. Aku menyapu monster-moster di
sekitar titik pendaratanku. Aku mencoba mempraktikkan skill pertempuran seperti cara
melakukan tendangan memutar saat itu masih segar dalam pikiranku.

Aku akan menghancurkan semua monster di bawah satu pukulan.

Banyak monster ketakutan begitu mereka melihat kawan mereka terhempas dengan mudah dan
melarikan diri di tengah kebingungan. Tapi tetap saja, Aku tidak akan berhenti.

Aku memanen nyawa dari monster yang tersisa seraya bergerak dalam kecepatan yang luar biasa.
Aku melihat monster yang hampir menyerang kesatria dan petualang yang menghentikan gerakan
mereka karena mereka menyaksikan diriku. Aku mengambil beberapa batu dan melemparnya ke
arah wajah mereka (monster). Batu-batu menusuk wajah mereka pada kecepatan yang tak bisa
dilihat.

Aku berlari di jalur setengah lingkaran sambil menyapu monster. Aku menendang mereka saat
aku melewatinya. Monster yang kehilangan wajah mereka atau monster dengan lubang di perut
mereka turun layaknya hujan. Aku maju sambil meninggalkan ratusan monster yang berserakan
di belakang. Monster yang tersisa sudah kabur sementara monster di tempat ini telah kehilangan
nyawa mereka.

Pergerakanku tidak berhenti di situ. Kali ini aku menuju ke arah kelompok perisai merah. Setelah
melihatku datang, mayoritas dari mereka menjatuhkan senjata mereka dan mengangkat tangan
mereka untuk menyerah.
Untuk menyerang orang-orang yang tidak punya keinginan untuk bertarung lagi hanya akan
mengundang hal yang tidak perlu jadi aku menyerahkan ke kesatria di sekitar.

Maksudku, mereka dengan alami membuka jalan begitu aku mendekat, dan mereka juga
meniarapkan diri mereka begitu mata kami bertemu.

Oi, aku belum melakukan apapun padamu....

Walau begitu, ada orang yang masih datang untuk menantangku. Mereka mendekatiku berusaha
membunuhku dengan pedang meraka tapi diam-diam mundur. Aku mematahkan pedang mereka,
dan menghancurkan perisai bulat mereka, memukul mereka sekali, dan selesai.

Tidak seperti pihak monster, ada sekutu dan musuh di sana-sini di tempat ini. Aku mendorong
maju seolah menjahit medan pertempuran.

Orang-orang yang menantangku telah terpental dengan pukulan dan tendangan. Orlando
bertarung dengan dua orang di tengah, ketiganya berusaha saling memotong di depan mataku.

Jika bicara soal skill pedang Orlando jauh lebih baik tapi orang-orang tersebut juga bagus
menggunakan perisai. Kelihatannya pertarungan takkan segera berakhir.

「Yo, Orlando! Perlu bantuan?」 (Wazu)

Aku menghentikan kakiku. Aku bicara ke Orlando dengan nada santai sementara aku
mengalahkan pria yang menggunakan kesempatan untuk mendekat dan menyerangku
menggunakan pedang tanpa melihat.

「Gahh.... tidak.... aku baik-baik saja.... jika aku tidak bisa melakukan semua ini.... aku tidak
cocok untuk jadi.... seorang kesatria!」 (Orlando)

Dia menjawab sambil melancarkan serangan pada lawan. Napasnya tidak teratur tapi aku yakin
dia akan menang. Orlando dengan tenang membaca gerakan lawannya dan mengirim serangan
yang akurat. Seperti yang kuduga Orlando lebih kuat daripada rata-rata kesatria.

「Lalu, aku serahkan tempat ini padamu!」 (Wazu)

「Yeah!! Serahkan padaku!!」 (Orlando)

Orlando melanjutkan pertarungannya dan aku maju untuk mengalahkan pria perisai merah
lainnya. Memukul, menendang, melempar, aku meninggalkan orang yang kalah kepada kesatria.
Aku akan mengusir mereka satu per satu.

Ada juga pria yang tampak sulit di antara mereka. Dia adalah pria besar dengan tinggi tubuh
sekitar 3m. Dia muncul sambil membuat suara *tumb-tumb*

「Guhehehe!! Ini adalah akhirmu----」

*zudooom*
Menghancurkan perisai dan zirah merahnya, tinjuku tenggelam di perutnya. Yah, dia hanya
punya badan besar. Aku pergi untuk membersihkan Pria perisai merah yang tersisa.

Tak lama kemudian pria perisai merah telah dibersihkan. Kau bisa mendengar suara erangan dari
mana saja. Orlando juga kelihatan sudah memenangkan pertarungan. Dia mendekatiku sambil
melihat sekitar.

「Wazu.... ini overkill, bukan?」 (Orlando)

「Aku juga berpikir begitu....」 (Wazu)

Pada akhirnya, aku mengalahkan hampir semua monster dan orang-orang dari kelompok perisai
merah sendirian.
Bab 66 - Penyelesaian Dan Perasaan Tak Menyenangkan
Semua monster telah dimusnahkan dan kelompok perisai merah telah dihancurkan. Para kesatria
yang masih mampu bergerak merawat rekan mereka yang cedera atau menangkap sisa-sisa
kelompok perisai merah. Tanpa mengambil tindakan apapun, kelihatannya mereka telah
memutuskan untuk menyaksikan pertempuran yang terjadi di pusat medan pertempuran. Para
kesatria juga memahami bahwa kelompok Naminissa ingin menyelesaikan pertarungannya
sendiri.

Para kesatria juga tak ada yang berani mendekatiku. Meski mereka terus melirikku seolah sedang
melihat beberapa pahlawan. Tolong jangan begitu menatapku.... ini agak memalukan.

Yah, memang benar kalau aku sudah melakukan sesuatu yang jauh melampaui apa yang orang
normal bisa lakukan.... haa.... ini nggak nyaman kalau ditatap....!!!

Aku mengalihkan pandanganku ke arah pusat medan pertempuran bersama dengan Orlando.
Meskipun itu belum diselesaikan, itu jelas bahwa kelompok Naminissa berada di atas angin.
Bahkan Denoga yang berubah, orangnya sendiri tidak punya pengalaman bertempur jadi itu
bukan masalah besar. Dia tak bisa memanfaatkan kekuatan barunya, dengan tingkat kemampuan
itu, mustahil untuk mengalahkan kelompok Naminissa. Ketidaksabaran bercampur dengan
kekesalan karena keadaan tidak bekerja seperti yang dia pikir dan serangannya menjadi
berantakan.

Pedang Narellina memotong sisi Denoga sembari menghindari serangannya. Dari belakang
Naminissa melindungi Narellina dengan sihir penghalang, cambuk Leria-san menghentikan
pergerakan Denoga, dan sihir api Navirio secara bertahap mengurangi kekuatan fisiknya.

Aku tercengang melihat betapa bagusnya Navirio mengatur gerakan kelompok ini. Aku
penasaran seberapa jauh di memprediksi kedepannya. Meski segalanya terlihat bagus sejauh ini,
Aku berkonsentrasi pada kakiku jadi aku bisa masuk kapan saja.

Pertempuran mereka sudah memasuki tahap akhir. Tubuh Denoga terselimuti sejumlah besar
luka. Kulitnya terbakar karena serangan sihir api yang juga bisa terlihat dari mana pun. Denoga
mengibaskan bahunya yang besar dengan napas yang tidak teratur. Menggunakan semangat yang
tersisa, dia menyerang secara ganas dengan cakar panjang dan tajam dibalut dengan kekuatan
sihir.

「GAAAAAAAAA!!!!! DASAR SERANGGA!!!!!」 (Denoga)

Denoga mengarahkan cakar itu bersamaan dengan raungan membelah bumi ke arah Narellina tapi
itu ditangkis oleh sihir penghalang Naminissa. Dia kehilangan keseimbangannya ketika cambuk
Leria-san menyimpuli kakinya dan jatuh di tempat.

Narellina mengangkat tinggi pedangnya dengan pengangan terbalik menuju Denoga yang jatuh
sambil menunjukkan punggungnya.

「Ini sudah berakhir Denoga!!!」 (Narellina)

Dalam sekejap, api menyelimuti pedang Narellina sebelum itu menusuk Denoga.

「GUHAAAAAAAAAAAAAAA........」 (Denoga)
Retakan besar terbuka pada tubuh Denoga. Cakar dan sayapnya yang panjang hancur dan
menghilang. Kehidupan Denoga berakhir dengan darah mengalir dari tenggorokannya dan
membentuk genangan merah di tanah.

「Ouuuuuuu.....!!!!!!」

Para kesatria melambungkan teriakan kemenangan. Orlando dan aku saling bertepuk tangan
sambil tertawa terbahak-bahak. Kelompok Naminissa mendekati kami dengan Navirio di depan.

「Itu telah berakhir.... Aku mau bilang itu tapi, sang raja dan ratu masih tetap tertidur」 (Wazu)

「Mereka akan baik-baik saja. Ada bagian ingatan dari saat aku masih dimanipulasi, tentang
Denoga membual penyebab ayahanda dan ibunda tidur. Jadi jangan khawatir karena aku tahu
cara melepasnya」 (Navirio)

「Seperti itu ya, baguslah kalau begitu」 (Wazu)

Navirio dan aku berjabat tangan. Naminissa dan yang lain melihat kami dengan senyuman di
wajah mereka.... tapi kemudian seseorang tiba-tiba bertepuk tangan untuk menarik perhatian
kami.

*plak-plak-plak*

Aku memalingkan mukaku ke arahnya. Ada seseorang yang menutupi seluruh tubuhnya dalam
pakaian hitam dengan sebuah tas punggung yang dua kali lebih besar daripada tubuhnya. Seorang
pria kurus yang menyembunyikan wajahnya dengan tudung hitam bertepuk tangan di sana.

Penjaja atau pelancong? Hanya senyumnya yang bisa terlihat tapi itu memberikan perasaan tak
menyenangkan.

「Itu benar-benar luar biasa!! Untuk mengalahkan kebangkitan iblis yang baru!! Seperti yang
diharapkan dari keluarga kerajaan!! Yah, karena aslinya hanya lalat dari sampah jadi itu tidak
begitu diharapkan」

Aku ingat di desa Elf ketika aku melihat sosoknya.... emm.... siapa ya namanya.... oh nah.... ayo
kalahkan orang ini dulu.... sepertinya bola-bola itu dari dia.... penjaja.... aku dengar itu
sebelumnya.... bisa jadi....

Selain itu, siapa orang ini? Tidak ada dari sosoknya yang sampai harus membuat diriku berjaga-
jaga, lalu kenapa.... aku merasakan perasaan tak menyenangkan ini hanya dari melihat penjaja ini.

「Itu sungguh pertarungan yang luar biasa~!! Te-ru-ta-ma pria dengan dragon di atas kepalanya
di sebelah sana!! Kekuatanmu bukan main!! Aku secara naruli menggigil!!」

Pria itu mendekatiku sambil berbicara dengan nada yang ceria. Perasaan tidak menyenangkan ini
mulai menjadi lebih dan lebih kuat dari setiap langkah dia mendekat.

「Kau.... ini?」 (Wazu)


Meski aku hanya mengatakan kata tersebut, apakah dia mengerti dengan benar pertanyaanku, pria
itu menghentikan langkahnya, membuka lengan secara gembira dengan mulut yang meringis.

「Hahahaha!! Itu benar!! Aku memberi sampah itu bola merah dan bola hitam!!」

Ketegangan Naminissa naik seketika itu juga karena pengakuan pria itu. Tapi tetap saja,
ekspresinya tidak berubah dan tetap tersenyum.

「Berbicara tentang itu, permasalahannya adalah.... baru-baru ini sebuah reaksi dari "Cemburu"
dan "Nafsu" telah menghilang jadi aku ingin tahu.... mungkinkah kau yang melakukannya」

「Aku tidak tau apa yang kau bicarakan tapi pastinya aku sudah mengalahkan 2 orang yang
berubah seperti ini」 (Wazu)

「Oh seperti itu ya!! Ini bukan seperti aku ingin membalas atau sesuatu, lihat? Karena itu tidak
masalah berapa pun sampah yang mati」

Pria itu tiba-tiba mengetuk dagunya sambil memikirkan sesuatu. Haruskah aku menyerang
sekarang....?

「Umu.... Aku ingin melihatnya!! Dibandingkan dengan gadis itu, mana yang lebih kuat?」

「Gadis itu?」 (Wazu)

「Untuk alasan tersebut, aku ingin dirimu mendapatkan dia.... meskipun segalanya dia adalah
"Malas" sih. Ma-ka-nya!!」

Pria itu mengeluarkan kristal hitam dari dadanya dan tiba-tiba menghancurkannya dengan tangan
kosong. Lalu, kabut hitam muncul dari tangannya dan menghilang ke udara.

Aku punya perasaan buruk saat tiba-tiba berat menghilang dari atas kepalaku. Aku mendongkak
dan menemukan Meru terjebak di dalam kristal hitam yang melayang di udara.

「kyui-kyui!!!!」 (Meru)

「Meru!!!」 (Wazu)

「bye-bye!!」
Pria itu melambaikan tangannya dan kristal hitam itu menghilang bersamaan dengan Meru ke
langit.

Emosi gelap mengelilingiku. Aku mencengkram kerah pria itu dengan paksa sambil mengambil
sikap dengan aku yang bisa memukulnya kapan saja, tapi senyumnya tidak berubah.

「Ke mana Meru pergi?」 (Wazu)

「Itu di tempat dia! Dirimu bisa mencarinya di kota sumber air panas utara, kemudian aku akan
terus maju~!! Sampai jumpa di sana~~」

*pakin*
Dengan kata-kata perpisahan itu pria itu terlepas dari tanganku dan menghilang ke udara ketika
aku berusaha menangkapnya kembali.

「Apa kau akan pergi?」 (Orlando)

Aku perlahan berbalik begitu aku mendengar suara Orlando.

「Yeah, Aku akan pergi menyelamatkan Meru.... maaf, walaupun aku bilang ingin melihat sosok
kesatriamu」 (Wazu)

「Aku tidak keberatan」 (Orlando)

Naminissa dan yang lain berkumpul di sekitarku.

「Tinggalkan dia padaku. Aku berjanji Aku akan menjadikannya kesatria dibawah perintah
langsungku」 (Navirio)

「Terima kasih banyak Navirio」 (Wazu)

Navirio berjanji untuk menjadikan Orlando kwsatria. Dia akan baik-baik saja jika aku
menyerahkan itu ke Navirio.

「Wazu-sama.... kami benar-benar berhutang budi padamu kali ini. Soal imbalannya aku akan....
aku akan memberikannya padamu tanpa gagal jadi tolong lihat ke depan nanti!!」 (Naminissa)

「Ye-Yeah」 (Wazu)

....imbalan? apa memang ada hal secamam itu? Oh yah, aku akan senang menerimanya jika ada
imbalan.

「*uhuk* Aku pasti akan menemuimu nanti」 (Narellina)

「Eh? Ye-Yeah....」 (Wazu)

Narellina membersihkan tenggorokannya dan bilang begitu sambil mengedipkan mata padaku.
Mukanya memerah. Apa dia kena flu?
「Kalau begitu, Sampai jumpa lagi!!」 (Wazu)

Aku mulai berlari menuju arah di mana Meru terbang menjauh.


Bab 67 - Cerita Senggang : Naminissa
Itu adalah cinta pada pandangan pertama.

Aku sedang diserang oleh kelompok misterius dan melarikan diri. Aku terpesona ketika dia
muncul dengan gagah berani setelah aku minta tolong melalui cincin dengan menyalurkan
kekuatan sihir ke dalamnya. Aku menyukai segalanya tentang dia dari kepala sampai kaki. Aku
benar-benar jatuh cinta padanya. Tunangan? Aku tidak ada hubungannya dengan orang seperti
itu. Ayah akan mengerti, pasti.

Dalam perjalananku ke desa Maima. Aku mencoba mengumpulkan informasi mengenai Wazu-
sama dari temannya Orlando. Seperti makanan favorit, hobinya dan sebagainya. Tapi yang paling
penting adalah apakah dia punya kekasih atau tidak. Jadi aku mengetahui kalau Wazu-sama tidak
memilikinya saat ini. Jika tak ada satupun di sini aku mungkin sudah mulai menari dengan
sukaria.

Apakah dia tahu aku sedang melihat punggungnya? Punggungnya juga luar biasa....

Di desa Maima Wazu-sama sedang menyerbu menuju musuh sendirian. Aku telah diminta untuk
bersembunyi dalam bayang-bayang bagunan dan menunggu. Aku gembira melihat kekuatan dan
kekerenan Wazu-sama, nafasku jadi kasar, terengah-engah dan menghembus. Orlando
melayangkan senyum masam ketika melihat penampilan seperti itu.

Aku bersyukur pada Wazu-sama yang telah menolong Floyd dan Kumia dalam sekejap mata.
Kemudian kami menuju ibu kota untuk bertemu Leria-sama yang merupakan kolaboratorku. Aku
kembali ke Wazu-sama setelah membuat janji tapi matanya telah dirampas oleh petualang
perempuan yang berpakaian tidak senonoh. Aku didorong oleh kecemburuan dan menarik telinga
Wazu-sama. Aku penasaran apakah aku juga akan mampu menyita perhatiannya jika berpakaian
seperti itu?

Sebuah keadaan yang serius terjadi.

Pahlawan selatan datang untuk berkunjung ketika kami yang sedang berbicara dengan Leria-
sama. Kemudian, Wazu-sama mendadak merasa resah dan menyembunyikan dirinya sendiri. Apa
masalahnya?

Itu sudah lama sejak aku bertemu Aria. Dia terlihat lelah untuk alasan tertentu, Aku ingin tahu
apakah dia baik-baik saja? Aria mencoba bertanya sesuatu dari Leria-sama tapi pada akhirnya dia
berubah pikiran.

Aku terkejut saat Wazu-sama tiba-tiba runtuh setelah Aria dan kelompoknya meninggalkan
ruangan. Aku menjadi cemas. Leria-sama menarikku untuk mandi begitu aku dirundung
kecemasan. Aku harus memoles tubuhku dengan hati-hati supaya mengesankan Wazu-sama
nanti.... sampo dan kondisioner adalah sesuatu yang menakjubkan.

Wazu-sama terbangun ketika aku kembali dari kamar mandi. Aku tidak bisa menahan diriku dan
melompat untuk sedikit memeluknya.

Ufufufu.... jadi ini bau Wazu-sama.... endus.... endus.


Hanya melihat wajah Wazu-sama yang hampir menangis membuat hatiku sakit. Aku perlahan
menggenggam tangannya dengan tanganku. Aku berharap kata-kataku dapat membuatnya lebih
baik walau hanya sedikit. Apakah do'aku terkabulkan, Wazu-sama tersenyum.

Kamu tahu, kamu dapat memelukku? Tolong jangan kuatir tentang tatapan dari sekitar!!

Aku merasa seperti Wazu-sama menatapku dengan penuh gairah. Hanya dengan tatapan darinya
tubuh bagian bawahku.... ups, itu tidak sopan.

Aku mengerti alasan soal kenapa Navirio nii-sama dan Narellina anee-sama berubah aneh.
Namun pada waktu yang sama aku mendengar mereka sudah akan memulai perang, kami lekas
menuju ke lokasi tersebut.

Di dataran Bondo, para kesatria sudah terbentuk dalam dua faksi dan akan memulai pertarungan.
Aku tentu ingin menyelamatkan anii-sama dan anee-sama, tapi aku tidak tahan melihat kesatria
terluka dalam prosesnya.

Sesuatu.... adakah seuatu yang bisa aku lakukan? Aku tidak berdaya....

Wazu-sama memanggil ketika aku dalam kondisi seperti itu. Mata seriusnya memberitahuku
kalau aku bisa mengandalkannya.

Wazu-sama berlari ke arah kesatria sendirian seusai memberitahu kami untuk menunggu. Aku
tahu kalau Wazu-sama itu kuat, tapi aku ingin berdiri di sampingnya untuk membantu walau
hanya sedikit tapi Orlando menghentikanku. 「Segalanya akan baik-baik saja jika anda
menyerahkannya pada Wazu」 dia mengatakan itu dan memberitahuku untuk tenang. Kami
menyaksikan Wazu-sama tanpa berpindah dari tempat itu.

....itu terjadi hanya dalam sekejap, Wazu-sama telah menyelamatkan Navirio nii-sama. Aku
terpana melihat kekuatan Wazu-sama melampaui imajinasiku. Kemudian Wazu-sama menuju ke
Narellina ane-sama bersama dengan Navirio nii-sama. Kami menuju ke tempat itu sambil berpikir
bahwa kami dapat membantu meski sedikit saja.

Sebagai hasilnya Narellina ane-sama telah diselamatkan sebelum kami sampai. Dia melekat pada
Wazu-sama setelah itu.... Narellina ane-sama.... tolong lekas menjauh darinya.... atau aku akan
marah.... Wazu-sama juga!! Aku tahu kalau payudara Narellina ane-sama lebih besar daripada
punyaku.... tapi aku juga punya payudara yang lumayan bagus!! Jika kamu ingin menikmati rasa
payudara, silahkan gunakan punyaku sebagai gantinya!!

Kami merayakan keselamatan Navirio nii-sama dan Narellina ane-sama dan berterima kasih
kepada Wazu-sama. Namun dia memberitahu kami bahwa semuanya belum berakhir.

Apa maksudmu?

Menurut cerita Wazu-sama, orang yang memberi Navirio nii-sama dan Narellina ane-sama alat
terkutuk sedang berada di dalam hutan.... aku diberitahu kalau pelakunya adalah Denoga. Cerita
tentang tunanganku hilang sekarang. Aku berpose berani dalam pikiranku. Aku ingin menjadi
milik Wazu-sama sekarang juga.

Dan kemudian mantan tunangan tersebut muncul di depan kami.


Bab 68 - Cerita Senggang : Narellina.
Hatiku telah dirampasnya dalam sekejap.

Bahkan jika aku kehilangan akal dan tubuhku tidak mendengarkan apa yang kukatakan, tapi
ingatan tetap ada. Aku tidak ingin mengarahkan pedangku kepada para kesatria (Navirio) dan
melukai mereka, semua yang mendekatiku terlihat seperti musuh. Aku merasa penuh syukur
kepada kesatriaku yang masih mengikutiku meskipun kondisiku seperti ini. Namun, dalam lubuk
hatiku aku juga takut kalau akan melihat dan menyerang mereka sebagai seorang musuh
nantinya. Ini salah, aku berteriak dalam pikiranku bahwa mereka bukanlah musuh tapi tubuhku
memaksa untuk melukai mereka.

Dalam situasi seperti itu, dia muncul di depan mataku dan menyelamatkanku. Aku menyerahkan
berat tubuhku pada tubuhnya dengan lega. Ini pertama kalinya aku di pegang oleh seorang
pria. *badump* Aku bisa dengar suara detak jantungnya itu membuatku tenang. Aku ingin tetap
berada dalam dekapannya selamanya seperti sekarang ini....

Wazu mengatakan bahwa Denoga yang memberiku alat terkutuk sedang berada di dalam hutan....

Dia adalah tunangan adik kecilku yang imut!!

Orang seperti itu tidak layak untuknya!!

Aku akan meminta ayah agar langsung membatalkannya!!

Hal yang membuatku cemas ialah Naminissa terlihat senang begitu dia dengar kalau Denoga
adalah dalang insiden ini.... meskipun dia itu tunangannya, kenapa dia terlihat begitu senang?

Naminissa dan aku adalah kembaran, sejak dulu kami sering menyukai hal yang sama....
mungkinkah.... apakah dia juga jatuh cinta dengan Wazu!!

Denoga muncul dihadapan kami. Setelah dia melakukan semua ini, lancang sekali dia. Aku
penasaran apa yang dia rencanakan kali ini.

Denoga memanggil segerombolan monster dengan sebuah bola hitam dan berubah dengan bola
merah. Walau jika kau telah jadi sesuatu yang misterius, apa kau pikir bisa mengalahkan
kemarahan kami dengan upaya seperti itu? Tidak masalah bahkan jika kau adalah putra almarhum
raja!!

Masalah mengenai Denoga adalah masalah keluarga kerajaan kami jadi kami harus
menyelesaikannya sendiri. Mengerti akan hal itu, Wazu akan menjaga Fluegel tetap sibuk untuk
kami. Kekuatannya sebagai seorang petualang S-rank itu luar biasa. Kami mungkin bisa
melakukan sesuatu jika kami menantangnya bersama. Fluegel adalah jenis lawan seperti itu.
Akan tetapi, sebelum itu kami harus menyelesaikan persoalan dengan Denoga yang berubah.

Saat kami bertarung dengan Denoga, aku melihat Wazu dipukuli dengan buruk oleh Fluegel.
Kau.... aku akan membunuhmu!!

Cakar Denoga datang mendekat ketika aku membiarkan pertahananku menurun karena
mengalihkan perhatianku ke Wazu. Entah bagaimana aku berhasil menangkisnya tapi itu sangat
berbahaya. Guhh, Aku harus berkonsentrasi bertarung dengan orang ini sekarang. Aku harus
cepat mengalahkannya dan membantu Wazu!!!

Kerja sama kami sangat menakjubkan. Kami memiliki kombinasi yang menakjubkan seperti
beberapa party petualang veteran. Wazu mengalahkan Fluegel ketika aku mengalihkan
pandanganku kepadanya kali ini.

Seberapa kuat Wazu!? Suami masa depanku memang hebat!! Seberapa banyak kamu akan
membuatku jatuh cinta!? Jatungku berdetak kencang hanya dari melihatmu!!

Hal yang tak dapat dipercaya terjadi lagi. Wazu yang telah mengalahkan Fluegel, juga
menghancurkan kelompok orang dengan perisai aneh dan gerombolan monster sendirian.

Luar biasa!! Tolong peluk aku!! ....ups, konsentrasiku terganggu oleh kekerenan Wazu.

Begitu orang-orang di sekitar takjub, kami juga berhasil mengalahkan Denoga. Menggunakan
kesempatan saat dia kehilangan keseimbangannya dan jatuh karena sihir penghalang Naminissa,
aku melepaskan serangan pedang yang mematikan.

「Pedangku membakar segalanya」 (Narellina)

Api dari sihir api berkobar pada pedangku. Aku menusukkannya ke tenggorokan Denoga dengan
pegangan terbalik. Nyawa Denoga berakhir begitu saja.

Tapi situasinya tidak berakhir di sana. Penjaja yang mengenakan pakaian hitam membawa anak
dragon yang berada pada kepala Wazu ke kota air panas utara. Tentu saja di sana.... jangan bilang
kalau cewek yang dia sebutkan barusan adalah....

Kelihatannya Wazu akan meninggalkan negeri ini untuk menyelamatkan Meru. Aku menangkap
kata "hadiah" dari Naminissa ketika bertukar percakapan. Karena itu, aku juga berjanji untuk
bertemu dengannya lagi. Tidak baik mencuri start, Naminissa.

Setelah itu kami kembali ke Ibukota. Kami membuat Ayah dan Ibu untuk meminum ramuan yang
disiapkan dibawah instruksi Navirio nii-sama, kesadaran mereka kembali tak lama setelah itu.
Seluruh keluarga saling berpelukan. Aku sangat lega dari lubuk hatiku bahwa ini sudah berakhir.

Perdana menteri terkejut mendengar bahwa Denoga adalah dalang dari insiden ini. Meski dia
menangis karena Denoga mati, tapi aku bertanya-tanya bagaimana perasaannya jauh di dalam
hatinya.... Aku yakin dia juga berusaha membereskan keluarga kerajaan dari balik layar.

Beberapa hari kemudian, Naminissa dan aku berbaris bersama di depan ayah dan ibu yang
akhirnya bisa bergerak. Kami akan menyampaikan hasil diskusi kami dari beberapa hari terakhir
ini.

Orlando yang sejatinya temannya Wazu telah menjadi kesatria eksklusif baru kakakku. Tentu
saja, sepertinya dia bergerak berkeliling sesuai instruksi dari kakak, karena itu mereka tidak ada
di sini.

「Ayah, pria muda yang telah membantu kami, kami berpikir untuk mengejarnya dan menikahi
dirinya, dapatkah anda membiarkan kami pergi?」 (Narellina)
「Ayah, Tolong kabulkan keinginan kami」 (Naminissa)

「Tentu, tidak masalah」 (Givirio)

Eh....? Bisa-bisanya anda mengizinkan kami pergi dengan mudah?

「Aku dengar tentang pria muda ini dari Navirio. Jika kalian berdua tidak keberatan dengannya,
mengapa tidak? Tentang ayah sialan (perdana menteri) dan Anak sialan (Denoga) itu, kita tidak
mengenali pertunangan dan sebagainya」 (Givirio)

「「Terima kasih banyak!!!」」] (Narellina / Naminissa)

Naminissa dan aku saling berpelukan dalam kebahagiaan.

「Namun, dia adalah rakyat biasa, Apakah itu tak apa?」 (Naminissa)

「Tidak masalah. Maksudku, kita sudah keluar dari keluarga kerajaan jadi jangan khawatir soal
itu. Itu bermasalah dan aku tidak ingin diganggu oleh perdana menteri sialan itu. Aku akan
menuju ke selatan dengan orang-orang yang bisa aku percaya dan orang-orang yang mau ikut
dengan kami. Karena itu kita bukan keluarga kerajaan lagi~」 (Givirio)

「Haa~a....」 (Narellina)

Aku tahu kalau ayah itu orangnya masa bodoh tapi aku tidak berpikir dia akan pergi sampai
sejauh ini.

「Bisakah aku juga menyampaikan kata-kata untuk kalian?」 (Mirellina)

「Apa itu, ibu?」 (Narellina)

「Kami belum bertemu Wazu jadi bawa dia untuk bertemu kami tanpa gagal, oke? Juga, aku
ingin melihat wajah cucuku segera!」 (Mirellina)

「「Mengerti!! Tentu!!」」 (Narellina / Naminissa)

Cucu kah!! Mengerti!! Ketika kami berjanji pada diri kami sendiri di dalam hati, maid Naminissa
datang ke dalam ruangan.

「U-Umm!! Permisi!! Leria-sama telah datang untuk melihat Naminissa-sama dan Narellina-
sama」 (Kumia)

Leria-san? Apa terjadi sesuatu?


Bab 69 - Cerita Lain 2 : Membersihkan
Aku, Tata-san, dan yang lain menuju ke kota Linnic secepat mungkin. Itu karena Wazu-san
mungkin sudah meninggalkan kota jika kami tidak buru-buru. Tata-san mengalami kesulitan
bernafas, dia pasti lelah. Tapi tetap saja, dia terus menggerakkan kakinya maju. Dia ingin
bertemu Wazu-san sesegera mungkin, itu juga berlaku untukku. Karena itu aku tidak lalai
membantunya. Aku menerapkan sihir angin pada kakinya jadi mereka dapat bergerak lebih
mudah walau sedikit. Itu perasaan yang aneh meskipun dia adalah seorang rival. Mungkin, Aku
tidak membencinya yang jujur dengan perasaannya terhadap Wazu-san. Kami mengobrol tentang
kisah masing-masing ketika Wazu-san menolong kami.

Kami tiba di kota Linnic dalam waktu singkat. Kami harus melewati pemeriksaan untuk melewati
kota. Pertama, kami para elf berada di depan dan kemudian di belakang kami Tata-san yang
mengenakan tudung yang melekat pada jubah pakaian pelancong untuk menyembunyikan
idetitasnya. Aku bertanya soal alasan dibalik itu, meskipun dia berasal dari kota ini.

Garret-san berkata bahwa ada kemungkinan kalau para idiot yang telah hidup dari menghisap
nektar manis dari lord sebelumnya akan mencarinya sebagai balas dendam terhadap Wazu-san.

Kami melewati pemeriksaan tanpa diperiksa begitu penjaga melihat wajah Garret-san. Terlebih
mereka juga tidak menanyai kami pertanyaan apa pun. Begitu saja, kami memasuki kota Linnic.

Pertama kami menuju ke guild petualang. Menurut Garret-san, Regan sang master guild
seharusnya tahu keberadaan Wazu-san. Namun, Yuyuna dan aku memiliki kekhawatiran lain
dalam benak kami.

Kami merasakan tatapan mengawasi kami sejak memasuki kota. Kurasa kalau Garret-san juga
menyadarinya, tapi dia berkata kami tak perlu memikirkannya saat ini. Terlebih kami sampai di
guild petualang tanpa bertemu masalah apa pun.

「Kau tahu keberadaan Wazu?」 (Garret)

Dipimpin Garret-san, kami sampai di sebuah ruang tempat seorang pria tanpa rambut pada
kepalanya di dalam. Orang itu adalah master guild petualang, Regan. Dia terlihat bermasalah
begitu mendengar mengenai keadaan kami.

「Sayang sekali.... dia sudah pergi. Dia seharusnya berada di kerajaan Mabondo sekarang.」
(Regan)

Kelihatannya dia sudah berangkat. Menurut cerita Regan, Wazu-san menuju ke ibu kota dengan
pria muda bernama Orlando. Aku lega soalnya dia bukan bersama wanita tapi di waktu yang
sama kecewa karena tidak bisa bertemu dengan dia.

Akan tetapi, karena dia berkata berjalan kaki, Kurasa masih mungkin bagi kami untuk bertemu
dia di ibu kota jika kami pergi ke sana dengan kereta kuda segera. Namun, kami memutuskan
menginap untuk menyembuhkan kelelahan kami dari perjalanan panjang dan menuju ke ibu kota
besok pagi.

Meski aku tetap tak apa tapi akan mustahil untuk Tata-san. Selain itu, jika aku meninggalkannya
dan bertemu Wazu-san sendirian, akan terlihat seperti aku mencuri start dari dia, dan aku tidak
menyukai itu. Kami harus bersama untuk menemuinya.
Saat mencari penginapan, kami diperkenalkan ke "Kaze no Hikaritei" yang dijalankan oleh istri
Regan-san, kami berencana menginap di sana. Wazu-san juga tinggal di penginapan itu
sebelumnya. Apa hanya aku yang ingin menggunakan kamar yang sama yang digunakan Wazu-
san sebelumnya?

Itu cerita untuk nanti saja, kami meninggalkan guild petualang untuk menuju ke penginapan.
Begitu kami keluar, kami dikepung oleh selusin orang yang berpenampilan kasar. Beberapa orang
juga menghalangi pintu masuk guild petualang guna memotong jalur lari.

「Yoo~ Garret!! Jika kau di sini, itu artinya Tata juga kembali? Berikan dia kepada kami jika kau
tak ingin merasakan pengalaman yang menyakitkan!!」

Apakah dia pemimpin dari orang-orang ini? Seorang pria yang berpakaian rapi berbicara pada
Garret-san. Meski dia berpakaian rapi, pakaiannya tak bisa menyembunyikan wajah vulgarnya.
Yang ada hanya perasaan tak menyenangkan dari tatapannya seolah menilai kami. Kemungkinan,
orang-orang ini merupakan orang yang telah hidup dari menghisap nektar manis dari mantan lord
yang Garret-san bicarakan sebelumnya.

「Apa yang akan kau lakukan pada Tata?」 (Garret)

「Bukankah sudah jelas? Kami akan mengacak-acak wajah cantiknya dan menyeretnya di depan
si bajingan sialan itu!!」

Bajingan sialan? apakah dia membicarakan Wazu-san.... tiba-tiba kemarahan bangkit dalam
tubuhku. Aku meletakkan tangan pada pegangan pedang pendek.

「Apa lagi ya!? ....ah benar, kami bakal membuat bajingan Wazu menderita dan menyesal karena
sudah hidup!!

Aku berjalan perlahan menuju orang itu begitu nama Wazu-san keluar.

「Haa? Siapa sih dirimu? Apa kau mungkin Tata?」

「Menyesal karena sudah hidup....」 (Sarona)

「Haa? Apa yang ingin kau katakan?」

Aku berhenti di depan orang itu dan menarik keluar pedang pendek dengan marah.

「ITU KAU YANG SEHARUSNYA MENYESAL KARENA SUDAH HIDUP!!!!!!」 (Sarona)

Orang yang terbunuh olehku menyemburkan darah dan jatuh seolah tenggelam di tempat. Aku
menghilangkan darah yang menempel pada pedang dan melepas tudungku. Aku mengalihkan
mataku yang penuh kemarahan pada orang lain.

「Kau seharusnya mengerti akibat dari tindakan bodohmu ini sekarang!!」 (Sarona)

Setalah itu, itu hanya permainan menindas. Nenya-san dan Ruruna bertarung sembari melindungi
Tata-san. Yuyuna menusuk orang-orang itu dengan tombak dan Garret-san memotong mereka
dengan pedang. Aku berkeliling sembari membunuh orang-orang itu satu demi satu dengan
pedang pendek dan sihir. Para petualang yang mendengar keributan juga keluar. Regan-san juga
bergabung dalam pertarungan dengan senang hati.

Mereka yang masih bisa bertarung menghilang dalam sekejap mata. Mereka semua diciduk oleh
penjaga keamanan kota ini. Para petualang dari kota ini semuanya senang karena mereka dapat
membalas sedikit bantuan kepada penyelamat mereka dengan cara ini. Tepuk tangan juga
melambung dari warga kota yang menyaksikan pertarungan. Kami menyerahkan sisanya pada
Regan-san dan Garret-san dan pergi menuju penginapan. Demikian kami menghabiskan malam di
sana.

Pada hari berikutnya, Tata-san dan aku keluar dari ruangan tempat Wazu-san menetap
sebelumnya dan sarapan pagi. Setelah itu kami Menuju ke ibu kota dengan kereta kuda yang
Garret-san siapkan. Kami akan bertemu mbaknya Regan-san, Leria-san yang mungkin tahu
informasi mengenai keberadaan Wazu.

Jujur saja, 'Jalan Penginapan' itu terlalu dalam....

---------------------------------------
Di waktu nanti, Regan menjadi lord baru kota Linnic dengan bantuan dari warga kota. Sebagai
seorang mantan master guild, dia membuat kerja sama yang baik dengan para petualang guild
untuk menjaga kedamaian di kota Linnic. Setelah lepas dari kerajaan Flebondo, kota ini akan
menjadi negara peringkat menengah terkecil di dunia sebentar lagi....
---------------------------------------
Bab 70 - Orang Yang Diikuti
Beberapa menit setelah aku berlari ke arah Meru terbang, aku merasakan kehadiran orang yang
mengikutiku. Meskipun aku berlari pada kecepatan luar biasa, aku tak bisa benar-benar melepas
kehadirannya. Ini agak mengganggu jadi aku berhenti di tempat dan melihat ke belakang, ada....

「Oh? Mengapa anda menghentikan kaki anda? Kita harus buru-buru untuk menemukan Meru-
sama」 (Floyd)

「....apa yang kau lakukan di sini?」 (Wazu)

Ada butler pribadi Naminissa, Floyd dengan senyum busuk biasanya. Dia masih menjaga wajah
tenangnya walau aku memelototinya.

「Alasan mengapa saya di sini adalah sederhana. Dibawah perintah Naminissa-sama, saya akan
berkerja sama dengan Wazu-sama」 (Floyd)

「....berkerja sama? Aku tidak meminta bantuan」 (Wazu)

「Apakah anda tahu mengenai lokasi ke mana Meru-sama dibawa?」 (Floyd)

「Tidak. Lalu aku mengandalkanmu!」 (Wazu)

Akan kuterima niat baiknya dengan patuh kali ini. Aku tak boleh melupakan tujuanku. Yang
terpenting sekarang adalah mengembalikan Meru ke kepalaku.

「Jadi, Meru dibawa ke mana? Ke kota air panas di utara, 'kan?」 (Wazu)

「Ya, sepertinya tidak diragukan lagi, dan mengenai gadis yang dibicarakan penjaja itu, kalau dia
ingin membuatnya bertarung dengan Wazu-sama yang berhenti menjadi manusia, hanya ada satu
orang yang muncul dalam benak saya. Kemungkinan, ia adalah "Haosui Sang Pahlawan Utara".
Dikarenakan kota air panas di utara merupakan tempat Haosui-sama tinggal」 (Floyd)

「Oi, siapa orang yang kau panggil berhenti jadi manusia?」 (Wazu)

Kasar sekali!! Aku masih manusia.... untuk sekarang!! Apakah kau mau aku menunjukan kartu
guild-ku? Aku takkan menunjukannya karena ada terlalu banyak orang bermasalah pada
kolom skill.

「Terus, Haosui Hero Utara ini? Meskipun dia adalah seorang hero, apakah dia beneran rekan
penjaja semacam itu?」 (Wazu)

「Bagaimana saya mengatakannya ya, Haosui-sama tidak tertarik dengan baik atau buruk.
Namun, orang kuat memiliki kecenderungan untuk mencari orang kuat lainnya.... saya penasaran
apakah itu yang terjadi saat ini」 (Floyd)

「....haaa」 (Wazu)

「Yah, kita akan mengerti ketika bertemu orangnya sendiri」 (Floyd)


Floyd membungguk dengan elegan. Itu gerakan butler yang sempurna tapi entah kenapa aku
merasakan motif tersembunyi setiap kali dia melakukannya.

「Jadi, bagaimana cara aku bisa menuju ke kota air panas dari sini?」 (Wazu)

「Mari kita lihat.... jika anda melanjutkan pada kecepatan sebelumnya, maka akan ada sebuah
desa di seberang sungai di depan, mari menginap di sana terlebih dahulu. Karena ada beberapa
pilihan (jalur) dari sana, mari berbicara mengenai detailnya di penginapan」 (Floyd)

「Aku mengerti, ayo pergi」 (Wazu)

Dan begitulah aku mengikuti sugesti Floyd. Aku berlari pada kecepatan yang sama seperti
sebelumnya. Aku bertahap meningkatkan kecepatanku karena aku mendadak ingin tahu seberapa
cepat dia bisa lari. Tak lama kemudian Floyd mengejar tanpa meneteskan setetes keringat.

Hah? Mungkinkah dia secepat diriku?

「Walaupun aku mempecepat lariku, kau bisa mengejarku dengan mudah, ya」 (Wazu)

「Karena saya seorang butler」 (Floyd)

Kalau dipikir lagi dia memang orang yang mecurigakan....

Aku sampai di sisi lain sungai dengan kecepatan yang menakutkan.... aku berlari terlalu cepat jadi
aku berlari melalui permukaan sungai begitu saja. Tentu saja Floyd juga.... kami menuju ke desa
pada kecepatan itu.

Ada orang yang menumpahkan darah dari bahunya yang telah ambruk di pinggir jalan. Begitu itu
memasuki pandangan kami, kami dengan cepat menurunkan kecepatan kami dan ke sana untuk
membantu.

「Apakah kau tak apa?」 (Wazu)

Saat kami mendekati orang yang ambruk itu, kami mengetahui bahwa dia adalah seorang pria tua.
Aku memanggilnya tapi tak ada jawaban darinya dan dia juga tidak terlihat sadar. Frued
memeriksa kondisi pria tua itu.

「....dia masih hidup」 (Floyd)

Floyd mengambil perban entah dari mana untuk mengobati luka dengan cara yang tepat. Aku
membawa pria tua itu ke tempat teduh di dekatnya dan membiarkannya beristirahat.

「Apakah dia mungkin dari desa di depan? Kalau begitu, sesuatu mungkin terjadi di sana」
(Wazu)

「Yah.... kita akan mengetahuinya ketika orang ini bangun」 (Floyd)

Ada dua perasaan yang bercampur aduk dalam diriku saat ini. Tentu saja aku ingin
menyelamatkan Meru sesegera mungkin tapi di waktu yang sama aku tidak bisa mengabaikan
orang yang ada di depanku ini. Aku mulai tidak sabar karena aku tidak bisa menangani kedua
perasaan tersebut dengan baik. Aku menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diriku.
Lalu, Floyd yang melihat kondisiku memanggil.

「Jangan khawatir. Tujuannya adalah membuat Wazu-sama pergi ke kota air panas, bukan untuk
menyakiti Meru-sama」 (Floyd)

「Aku tahu itu....」 (Wazu)

Meskipun tak ada jaminan apa yang penjaja katakan benar.... tapi itu sedikit melegakan
frustasiku.... aku merasa menyedihkan sekarang.... fwuh.... mari percaya pada Meru.... untuk
bertemu Meru dengan diriku yang biasanya.... mari berpikir positif....

「Ughh, tempat ini....」

Floyd bertanya soal keadaan ketika pria tua ini bangun. Pria tua ini adalah Buff-san. Dia adalah
seorang penghuni desa di depan. Adapun kenapa dia terluka dan pingsan, sepertinya desanya
diserang oleh bandit sesaat lalu. Mereka berhasil mengusir bandit karena jumlahnya sedikit.

Kelihatannya bahwa dia sedang mencari sapinya yang ketakutan dan lari. Dia tidak sadarkan diri
saat mencarinya dikarenakan dia pergi mencari sapinya tanpa mengobati lukanya dulu.

Aku berunding sama Floyd dengan suara kecil karena ada kemungkinan bahwa para bandit itu
menyerang desa kembali.

Aku memutuskan menuju ke desa dengan Buff-san sementara Floyd pergi mencari sapi yang lari
untuk membawa mereka kembali.

Floyd masuk ke dalam hutan terdekat untuk mencari sapi. Aku menggendong Buff-san di
punggungku dan menuju ke desa.
Bab 71 - Desa Nidi
Menurut cerita Buff-san, desa Nidi adalah sebuah desa pertanian dan gembala yang terkenal
dengan produk susu-nya. Terlebih, Sapi di besarkan dengan teliti dan dicintai oleh semua orang
di desa. Dia tampaknya sangat terluka karena tidak bisa menemukan sapinya yang lari.
Maksudku, dia berkuliah kepadaku soal "Jalan Sapi" dari punggungku.

Sapi-sapi di desa ini imut, sapi menghasilkan susu lezat, dll. Cintanya untuk sapi terlalu
berlebihan. Aku tidak ingin memerhatikan tapi dia bicara di balik telingaku. ini sebuah rahasia
tapi aku benar-benar ingin kabur sekarang, "Jalan Penginapan" atau "Jalan Sapi", kumohon
jauhkan aku dari semua itu.

Aku menanggapi kuliahnya dengan 「Begitu~」 atau 「Ya」 tapi kemudian, 「Jawaban
semacam itu sangat tidak sopan untuk orang yang mengejar jalan sapi」 Aku dimarahi. Sejak
awal aku tidak ingat memasuki jalan tersebut....

Kemudian, dibawah petunjuk Buff-san kami tiba di desa Nidi, tapi tak ada figur penduduk desa
sama sekali. Buff-san juga menyadari situasi aneh ini, lalu jeritan melambung dari suatu tempat
dalam desa.

Kami buru-buru menuju ke arah tempat jeritan terdengar. Pria dan wanita dari segala umur
membuat keributan di sebuah tempat terbuka di desa. Semua orang sepertinya tidak melihat
kedatangan kami soalnya mereka menghadap ke arah yang berlawanan. Aku bicara ke pemuda
terdekat sembari menggendong Buff-san.

「Permisi, apa yang sedang terjadi? Apa yang kalian semua lakukan di tempat ini?」 (Wazu)

「Oh, tentu.... eh siapa kau? Tunggu, Pak tua Buff!! Apa yang terjadi? Apakah anda mencari sapi
anda?」

Orang yang sibuk sekali....

「Berisik.... Aku baik-baik saja seperti yang bisa kau lihat」 (Buff)

Selagi masih digendong oleh diriku, Buff-san mengibaskan lengannya sampai berdengung.
Tolong berhentilah karena itu berbahaya.

「Jadi Morph, ribut-ribut apa ini?」 (Buff)

Buff-san memanggil pemuda tersebut Morph, Dia menunjukkan wajah tegang saat mendengar
pertanyaan Buff-san. Lalu dia mendekati kami dan berbisik.

Tunggu, berapa lama lagi aku mesti menggendong Buff-san....?

「Ya.... para bandit kembali lagi.... mereka menyerang dalam jumlah besar kali ini dan Fluff
disandera beberapa waktu lalu.... orang-orang itu bilang berikan semua uang kalian dan barang-
barang berharga kalau kami tidak ingin nyawa Fluff dalam bahaya....」 (Morph)

「Apa kau bilang!!!!」 (Buff)


Hoi tenanglah!! Kau akan jatuh kalau begini terus!!

「Emm, apakah penduduk desa mengumpulkan uang sekarang?」 (Wazu)

「Tidak, kami tidak punya uang, kami telah menggunakan itu semua untuk sapi tercinta.... lebih
penting lagi, siapa kau?」 (Morph)

「Oh, namaku Wazu. Aku datang ke desa ini untuk memulangkan Buff-san yang aku temukan
pingsan di jalan」 (Wazu)

「Begitu ya, pak tua Buff telah kau rawat, terima kasih banyak karena menyelamatkannya. Itu
bakal bagus kalau kita tidak di situasi semacam ini....」 (Morph)

「Aku datang di situasi yang buruk ya?」 (Wazu)

「Yeah, kami tak dapat melawan balik karena Fluff disandera, orang-orang itu juga tidak percaya
tak peduli berapa banyak kami bilang bahwa kami tidak punya uang」 (Morph)

「Fwuh.... untuk saat ini, coba lihat apakah aku bisa melakukan sesuatu tentang situasi ini」
(Wazu)

Aku menurunkan Buff-san dan menuju ke depan keributan dengan Morph-san yang memimpin.
Sementara itu, aku bertanya mengenai gadis Fluff ini. Rupanya Fluff adalah gadis berusia dua
belas tahun dan dia juga cucu imut Buff-san. Oleh karena itu dia marah sebelumnya.

Kami berdiri di depan keributan sembari melihat ke sisi lain, kami bisa melihat sekitar tiga puluh
bandit di sebelah sana.

Apakah orang yang berdiri di tengah itu pemimpin mereka?

Seorang pria besar dengan jenggot kasar meneriaki penduduk desa untuk menyerahkan uang
mereka. Dia mengarahkan ujung pisau di tangannya ke leher gadis yang tertangkap dan tampak
hampir menangis itu. Kurasa dia adalah Fluff. Bedebah di sekitarnya juga mempersiapkan pedang
dan belati mereka untuk mengancam pihak sini.

「Ayolah, bawakan kami uang sekaligus!!」

「Juga, sementara itu bawakan wanita cantik!!」

「Itu benar, ayo bersenang-senang sama kami!!」

Aku tak tahan mendengarnya. Aku maju selangkah demi lekas mengakhiri huru-hara ini, tapi
Buff-san di sampingku berlari maju sebelum aku bisa mengambil tindakan.

「Bangsat~ lepaskan cucuku sekarang juga!!」 (Buff)

Tu~Tunggu!! Kau terlalu sembrono pak tua!!

「Siapa sih kau? Apakah kau mengerti situasinya?」


「Kakek!!!」 (Fluff)

Buff-san menghentikan langkahnya ketika bandit tersebut menunjukan pisaunya yang mengarah
ke leher cucunya. Morph-san dan aku yang datang kemudian, berpindah di depan Buff-san untuk
melindunginya.

「Berhenti di sana!! Kalau kau bergerak dari tempat itu, kehidupan anak nakal ini akan
berakhir!!」

Sejujurnya, Aku mungkin bisa menyelamatkan Fluff dengan kecepatanku. Namun, aku tidak bisa
menjamin itu bakal aman. Sebab pisau itu menyentuh lehernya, dia akan terluka bahkan jika aku
bergerak sedikit saja. Aku ingin menghindarinya dengan segala cara.

Ketika aku bingung soal apa yang harus dilakukan, aku merasakan tanah bergoncang. Bukan, ini
bukan cuma imajinasiku tapi tanahnya benar-benar begoncang. Bersamaan dengan gempa, aku
mendengar sejumlah besar sesuatu berlari menggema di sekitar.

*dododododododoodododododododododododododododododododododododododododododododo
dodododododododoododododoodododododoodododooddoododododododo!!!!!!*
Bab 72 - Pahlawan?
「Mooooooooooo!!!!」

Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi.
Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi.
Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi.
Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi. Sapi...

Sapi dalam jumlah besar sedang mendekat dengan momentum yang luar biasa, sambil
berteriak *moo* mereka berlari ke arah tempat ini. Bukan, tepatnya ke arah bandit.

Dan kemudian, ada sapi besar yang dua kali lebih besar dari sapi lainnya yang memimpin mereka
di depan. Satu mata yang tertutup karena bekas luka meningkatkan tampilan bengisnya.

Namun, bukan sapinya yang menyita perhatianku tapi malah orang yang menunggang sapi itu.
Hitam dan putih dengan jubah corak sapi, topeng berbentuk sapi yang menutupi seluruh
wajahnya selain bagian mulut, wajahnya tersembunyi tapi....

Dia mengenakan setelan butler.... Floyd? Dia Floyd, 'kan?

Pria itu berteriak lantang dengan tawa besar.

「WAHAHAHAHA!! Jika ada raja iblis sapi, maka aku juga ada!! Aku adalah "Pahlawan
Sapi"!! Aku mencintai sapi, demi mereka orang-orang yang juga mencintai sapi, aku akan
memberi penghakiman atas kejahatan di tempat ini untuk kalian!!」 (Pahlawan Sapi)

Hah....? Aku heran kenapa.... entah kenapa kepalaku sakit....

「Uooooooooooooooooo!!!!!」

Mata penduduk desa berkilauan terlepas dari usia dan jenis kelamin mereka, mereka berteriak
dalam kegembiraan. Ada juga beberapa orang yang bersiul dengan suara *phi-phi*.

Di sisi lain, aku dan para bandit yang tidak bisa mengikuti situasi menjatuhkan rahang kami.

Aku tidak dapat memahami situasinya, aku hanya melihat pada sapi yang menuju tempat ini
dengan pusing. Aku memerhatikan pandangan Pahlawan Sapi, ah benar juga!!

Aku langsung bergerak dan menyambar pisau dari bandit yang masih linglung sebelum
menyelamatkan Fluff.

Fluff dan para penghuni desa ini memaku mata mereka yang berkilauan ke arah gerombolan sapi.
「Yahoo....!!」 lalu dia mulai melompat gembira melihat adegan itu. Ke mana perginya wajah
menangismu barusan? dan sepertinya dia juga tidak menyadari bahwa dia telah diselamatkan....

Sang Pahlawan Sapi mengangguk padaku dan kemudian dia memimpin gerombolan sapi untuk
menyerbu menuju para bandit dengan kecepatan yang luar biasa.

*dododododododododododododododododo!!!!*
Para bandit terinjak oleh sapi. Aku tidak bisa melihat ujungnya tapi banyak sapi bergegas
mengarah kemari dari kejauhan. Itu mengerikan, tapi meski melihat pemandangan seperti itu,
penduduk desa sangat bersemangat.

Sapi-sapi tersebut yang berlari di depan keributan memutar tumit mereka dan sekali lagi
menginjak para bandit. Para bandit itu menjerit kesakitan, bahkan kalau mereka berusaha kabur,
sapi-sapi akan mengejar mereka dengan kecepatan yang menakutkan dan sebagai hasilnya
mereka mulai dipentalkan.

Kemudian sang Pahlawan Sapi melompat dengan *hap!!*, dia berputar-putar di udara sebelum
mendarat ke tanah dengan sangat baik. Penduduk desa semakin bersemangat.

Diwarnai dengan kemarahan, para bandit itu bertujuan mengincar Pahlawan Sapi yang baru saja
mendarat di tanah untuk membalasnya. Tapi tidak peduli berapa banyak pedang yang datang
bersamaan untuk memotongnya, Pahlawan Sapi menghindarinya dengan gerakan lincah. Satu
demi satu kesadaran mereka dirampas oleh chop satu tangan menuju leher mereka sebagai
balasan.

Itu terlihat seperti aku menyaksikan sebuah adegan pertarungan yang hebat dari drama tertentu....
itu sangat menakjubkan.

Para bandit jatuh satu demi satu seakan merespon gerakan Pahlawan Sapi. Semua penduduk desa
mulai bertepuk tangan terhadap aksi Pahlawan Sapi, yang dewasa berteriak dengan 「Habisi
mereka semua!!」 atau 「Aku sudah menunggu untuk ini!!」 dan yang kecil 「Keren lo!!」

Itu keren?

Tapi kalau mataku tidak menipu diriku, kelompok yang paling berbahaya adalah kelompok
wanita. Dari gadis kecil sampai yang tua, semua wanita melihat ke Pahlawan Sapi dengan wajah
seolah mereka tertembak di hati mereka. 「Menawan sekali....」 ketika aku mendengar itu, aku
heran apakah pendengaranku sudah mulai jadi aneh.

Ke tingkat itu.... ya? Aku ingin tahu apakah aku yang aneh di sini.... tidak tidak, aku hampir
dengan berbahaya dibawa masuk. Penampilannya bukan keren atau apapun tak peduli bagaimana
aku melihatnya. Aku duduk di atas tunggul didekatku dan membaktikan diri untuk menonton dari
samping.

Segera setelah drama menginjak dari sapi-sapi dan Pahlawan Sapi berakhir, kemudian Buff-san
menjerit 「Juliaaaa~~~~」. Dia memeluk wajah sapi raksasa yang memimpin gerombolan sapi.
Apa itu sapi betina....? Sapi raksasa mengekspresikan kebahagiannya dengan sebuah raungan 「
Moooooo~o~o!!!」.

Pahlawan Sapi berdiri di atas atap rumah. Dia berdiri tegak seperti waktu dia muncul sembari
melihat dengan sikap tenang. Penduduk desa menghujani sosok itu dengan ucapan syukur.

「Terima Kasih~~~!!!」

「Kamu menyelamatkan kami~~~!!!」


「Itu keren sekali~~~!!!」

「Kyaaa~~~!!! Kumohon Nikahi aku~~~!!!」

「Menawan sekali~~~!!!」

「Pahlawan Sapi!!!」 「Pahlawan Sapi!!!」 「Pahlawan Sapi!!!」

Aku menghela napas panjang saat melihat itu. Sang Pahlawan Sapi berpose dan meneriakkan
sesuatu dengan suara nyaring agar mencapai semua orang di tempat ini.

「Mereka yang mencintai sapi!! Kejahatan telah binasa!! Semua orang minumlah susu untuk
menjadi kuat dan sehat bugar sepertiku!!」 (Pahlawan Sapi)

Apa yang orang ini bicarakan dengan mengacungkan jempol? Hanya meminum susu, tidak bakal
membuatmu sekuat itu. Tapi penduduk desa mulai lebih bersemangat mendengarnya.

「Kalau begitu sampai jumpa lagi!!!!」 (Pahlawan Sapi)

Sang Pahlawan Sapi mengibaskan mantelnya dan meninggalkan tempat ini dengan berlari. Tapi
tetap saja, sorakan penduduk desa tidak pernah berhenti.

「Pahlawan Sapi!!!」 「Pahlawan Sapi!!!」 「Pahlawan Sapi!!!」

Lakukan sesukamu, aku sudah tidak tahan dengan orang-orang ini.


Bab 73 - Bagaimana Caranya Ke Sana?
「Pahlawan Sapi.... sepertinya orang yang luar biasa telah datang membantu」 (Floyd)

「Uaaah....!?」 (Wazu)

Aku terkejut saat tiba-tiba mendengar suara dari belakang. Melihat ke belakang, ada
Floyd dengan wajah tersenyum biasanya. Hah? Itu? Barusan.... bagaimana bisa dia berdiri di
belakangku? Maksudku, aku sama sekali tidak bisa merasakan kehadirannya mendekat dari
belakang!!

「Bukan, itu kau, 'kan?」 (Wazu)

「Tidak mungkin, saya adalah seorang butler!! Berhubung saya tidak bisa menemukan sapi-sapi,
saya berpikir mengenai apa yang harus dilakukan dan kembali ke desa untuk berkonsultasi,
kemudian Pahlawan Sapi telah menyelamatkan desa pada waktu saya tiba」 (Floyd)

「Tidak, itu mesti suaramu」 (Wazu)

Oh, dia menunjukkan wajah yang bermasalah. Ini pertama kalinya aku melihat ekspresi semacam
ini dari dia.

「Saya mengerti, sepertinya ada orang yang menyerupai diri saya di dunia ini, wajah yang mirip
dengan milik saya di balik topeng Pahlawan Sapi, mungkin」 (Floyd)

「Hee.... dengan kata lain itu bukan kau~?」 (Wazu)

「Karena saya seorang butler」 (Floyd)

「Yeah.... itu mesti baju butler」 (Wazu)

「Oh....」 (Floyd)

Floyd menunjukkan wajah yang sangat bermasalah. Hah? Apakah kau ingin menyembunyikan
idetitasmu sampai segitunya? Oh yah.... ini bukan seperti aku ingin mengganggu Frued dengan
masalah ini. Atau tepatnya, AKU TIDAK PEDULI!!!

「Lupakan itu. Ini bukan seperti aku ingin tahu identitas Pahlawan Sapi. Jadi, akankah kita
menghabiskan malam di desa ini? Apa yang kita akan lakukan mulai dari sini?」 (Wazu)

Floyd kembali ke wajah biasanya ketika dia mendengar kata-kataku, lalu dia berdehem dengan
batuk.

「Dari desa ini kita bisa pergi ke kota air panas menggunakan 3 rute yang berbeda, yang pertama
adalah proses yang paling aman dan paling memakan waktu dengan mengikuti jalan utama
seperti yang kita lakukan sekarang. Yang kedua adalah melintasi gunung yang terletak di antara
desa dan kota air panas. Ini yang paling cepat dan paling berbahaya. Meskipun gunung ini tidak
serimbun Gunung Pusat, lingkungannya masih sulit untuk dilewati. Yang ketiga adalah
melakukan perjalanan di sepanjang rute dengan kapal dari kota pelabuhan terdekat, dari sana kita
akan menuju kota pelabuhan dekat kota air panas. Yang satu ini memiliki kecepatan sedang dan
risiko sedang」 (Floyd)

「Ayo pilih opsi yang ketiga」 (Wazu)

「Dimengerti」 (Floyd)

Alasannya sederhana. Karena kita sedang buru-buru jadi memutar jalan tidak mungkin lagi. Aku
tidak punya masalah melintasi gunung tapi aku tidak tahu soal Floyd. Aku tidak memilihnya
karena itu bakal jadi masalah misal terjadi sesuatu pada Floyd yang satu-satunya yang tahu
jalannya. Jadi aku memilih rute laut yang mana memiliki kecepatan dan risiko sedang.

Setelah itu kami memutuskan untuk menginap di rumah Buff-san.

Berhubung jamuan makan sudah dimulai di tengah desa, kami memutuskan untuk berpartisipasi.
Menurut cerita yang kudengar di sana, sepertinya bahwa sapi-sapi dirawat lebih baik dari
biasanya karena kejadian ini.

Omong-omong para bandit yang selamat dikubur di lubang di luar desa dengan cara yang sama
seperti yang kulakukan sebelumnya. Kelihatannya bahwa ksatria akan datang membawa mereka
dalam beberapa hari.

Masakan yang disajikan pada jamuan makan itu luar biasa. Produk susu adalah yang terbaik dan
sangat lezat itu sama seperti yang diharapkan dari spesialisasi mereka. Susu, keju, dan mentega
semua disajikan dan aku memakan semuanya sampai kenyang.

Tentu saja di tengah waktu makan, Buff-san berkuliah soal lanjutan Jalan Sapi. Hah? Apa ini....
ketika memikirkan itu, aku tidak bisa mengingat rasa hidangan yang kumakan.... ayo lupakan
itu....

Topik dari penduduk desa selama jamuan makan adalah Pahlawan Sapi. Semua orang memuji
dia, bocah-bocah laki-laki juga mengatakan hal yang menyeramkan seperti mereka ingin menjadi
Pahlawan Sapi nantinya. Hentikan itu atau kalian bakal jadi orang yang meragukan sepeti orang
di sampingku ini.

Lebih penting lagi, apakah Floyd tidak malu mendengar penduduk desa memujinya? Aku
memeriksa wajahnya, itu senyum tenang biasanya, dia punya semangat yang kuat. Atau lebih
tepatnya, dia bergabung dengan percakapan penduduk desa untuk memuji Pahlawan Sapi. Aku
tidak ingin mempelajari kekuatan mentalnya itu, aku ingin berkata kalau dia seharusnya sedikit
berhati-hati.

Hari berikutnya, Floyd dan aku melanjutkan perjalanan kami. Penduduk desa memberi banyak
produk susu tapi aku hanya mengambil sebanyak yang bisa kubawa. Kami bergerak pada
kecepatan normal karena kami tahu kalau itu takkan memakan waktu lama untuk mencapai tujuan
kami.

Kami tiba di kota pelabuhan tanpa masalah. Kami buru-buru soalnya kapal hampir meninggalkan
pelabuhan. Sewaktu aku mau membeli tiket untuk menaiki kapal, aku baru ingat kalau hampir
seluruh propertiku disimpan dalam sihir Spasial Meru.
Aku berpikir mengalahkan monster untuk menghasilkan uang tapi kapal akan segera berangkat
jadi Floyd membayarnya dulu untuk berjaga-jaga. Sial!! Memikirkan kalau aku meminjam uang
dari orang ini.... ini memalukan.... ah lupakan saja....

Kemudian, kami naik kapal dan menuju ke kota pelabuhan selanjutnya tapi masalah terjadi lagi di
kapal.

-----------------------------
Desa Nidi awalnya terkenal sebagai desa yang menghasilkan produk susu terbaik di dunia, tapi
setelah kejadian ini desa menjadi lebih terkenal lagi. Buku bergambar dengan judul "Kisah
Pahlawan Sapi" telah dibuat oleh penduduk desa. Pada awalnya itu tersebar di desa-desa
perternakan lainnya, kota-kota, dan kemudian melalui keluarga kerajaan yang mana
menyebabkan gerakan besar dengan kata-kata misterius "Jika hal-hal buruk terjadi, Pahlawan
Sapi akan datang menginjaknya dengan susu di tangannya". Lalu, orang-orang dari seluruh dunia
yang ingin melakukan pemeliharaan ternak dikumpulkan di desa ini. Desa ini berubah menjadi
kota perternakan hewan yang menyembah sapi-sapi dan Pahlawan Sapi tapi itu cerita untuk masa
depan.
-----------------------------
Bab 74 - Cerita Lain 3 : Pertemuan
Menurut cerita Leria-san ada orang-orang yang ingin bertemu diriku dan kakakku. Sepertinya dia
datang untuk membawa kami karena mereka menunggu di ruang master guild saat ini. Wazu-
sama.... ini tidak mungkin, aku penasaran siapa orang-orang tersebut? Waktu di jalan aku
memberitahu Leria-sama bahwa ayah akan meninggalkan negeri ini, selagi tertawa dia bilang 「
Kalau begitu, haruskah aku juga memindahkan markas pusat guild petualang ke selatan?」,
apakah anda serius?

Saat kami memasuki ruangan guild master, di dalam, ada 5 orang. Ada 3 elf, aku ingin tahu
apakah mereka berdua adalah kakak beradik? Mereka memiliki wajah yang mirip. Keduanya
adalah wanita yang cantik dan seorang pria tampan.

Orang elf lainnya ialah kecantikan tiada tara yang biasanya hanya ada di lukisan saja. Rambut
perak sangat cocok untuknya, bahkan aku yang juga wanita terpesona melihatnya.

Selanjutnya adalah beastwoman bertelinga kucing dengan mata tajam yang memberikan tekanan
yang kuat. Yang terakhir adalah wanita yang sangat cantik dengan senyum lembut yang
mengheningkan segalanya.

Mereka berlima berdiri dan membungkuk untuk menyambut kami, dia melayangkan senyum
yang benar-benar bahagia karena suatu alasan.... aku ingin tahu untuk apa itu? Dari senyuman itu,
aku bisa merasakan sesuatu seperti seorang anak kecil yang menemukan sesuatu yang menarik.
Leria-sama menepukkan tangannya untuk mengumpulkan perhatian kami sembari mengamati
reaksi kami.

「Dengan ini seluruh anggota lengkap. Pertama-tama ada putri dari negeri ini Naminissa
Mabondo dan Narellina Mabondo」 (Leria)

「Kemudian, dari pihak ini ada Nenya, Tata, Sarona, Yuyuna, dan Ruruna」 (Leria)

Pihak lain juga kembali membungkuk.

「Jadi, mengenai alasan kenapa orang-orang ini datang kemari mencari Wazu adalah....」 (Leria)

Pikiranku berhenti bekerja sebentar.... mencari Wazu-sama.... wanita cantik ini adalah? Mu-
Mungkinkah....!!!

「Jadi sederhananya, sepertinya Wazu telah menembak Sarona dan Tata ini」 (Leria)

Yeah, ledakan akan datang~!!!! Aku kira begitu!!! Ini seperti yang kupikirkan!!! Kedua orang itu,
wajah mereka berdua memerah, tapi masih cantik.... bukan itu!!! Kakakku dan aku kehilangan
kata-kata.

「Omong-omong Naminissa dan Narellina juga punya rasa terhadap Wazu」 (Leria)
Dia mengatakannya~!!!! Bagaimana anda bisa tahu itu? Aku tidak pernah memberitahunya soal
itu. Uguu, wajahku mendadak mulai panas. Jika aku mengalihkan pandanganku ke arah Sarona-
sama dan Tata-sama, aku akan melihat senyum canggung masing-masing di wajah mereka.

Tentu saja, ini bukan seperti aku tidak pernah memikirkan kemungkinan wanita lain jatuh cinta
dengan dia, tapi ini semua terlalu mendadak. Pertemuan dini ini melampaui harapanku. Setelah
itu, kami mengobrol soal kejadian masing-masing saat kami bertukar informasi. Wazu-sama telah
menolong mereka, itulah suatu kesamaan yang kami miliki....

「Kami mau membereskan kesalahpahaman dan mengungkapkan perasaan kami....」 (Sarona)

Iri b~a~n~g~e~t~~~!!!!!

Aku iri terhadap mereka, Wazu-sama belum melakukan itu pada kami. Sial, Sarona-sama dan
Tata-sama berada selangkah di depan kami. Namun aku takkan kalah!! Aku pasti akan merebut
hati Wazu-sama!!

....tapi mereka benar-benar orang baik. Satu dari kami akan terpilih, apa yang akan orang tidak
terpilih rasakan di hati mereka nanti? Itu mungkin saja diriku. Dan lagi, selain kami, Wazu-sama
telah menembak mereka. Aku merasa sedih ketika aku memikirkan itu.

Kami saling mengenal karena kami menyukai orang yang sama....

Sepertinya kami akan yakin bisa rukun. Tidak, aku ingin rukun dengan mereka, kami sama dan
juga memiliki perhatian yang sama mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya pada kami. Aku
yakin semua orang memikirkan hal yang sama juga.

Jawabannya di ucapkan oleh Narellina ane-sama yang duduk di sebelahku.

「Fumu.... jadi, untuk sekarang kita adalah semua anggota harem Wazu, tapi itu hanya jika dia
menerima harem」 (Narellina)

Narellina ane-sama mengatakan itu dengan senyuman.

Benar juga!! Itu dia!! Tentu saja hanya satu istri yang diakui tapi poligami itu diizinkan. Namun
itu juga ada di sebaliknya (TN: Naniiiii!!!). Kenapa ide itu tidak muncul dalam benakku? Bodoh,
idiot, aku idiot!!

Kami mendapat pencerahan. Tentunya, dengan sebuah harem kami semua akan mampu membagi
kebahagiaan. Melihat ke arah Sarona-sama dan Tata-sama, mereka pasti mengangguk.
Kelihatannya tidak ada penolakan untuk harem. Narellina ane-sama KERJA BAGUS!!

Aku mengulurkan lenganku menuju Sarona-sama yang di depanku.

「Apakah kamu berpikir kita bisa rukun?」 (Naminissa)

「....tentu」 (Sarona)

Sarona-sama tersenyum dan berjabat tangan denganku. Di sebelah Narellina ane-sama juga
memegang Tata-sama dengan jabat tangan yang kuat.
「Ayo buat Wazu-sama menerima harem dan bahagia bersama」 (Naminissa)

「「「Yaa!!」」」

Empat orang bersamaan menyelaraskan tangan mereka. Bahkan jika ada orang lain, aku akan
mengajak orang tersebut dan membuat harem. Tolong persiapkan dirimu suami masa depanku!!!
Bab 75 - Pertemuan Di Kapal.
「*orororororororororororo*」

Aku melihat sesuatu yang jatuh ke laut, bercampur dengan keindahan, dan mengalir. Sebuah
pelangi kecil juga terbentuk. Dia muntah dengan indah.... Floyd.

Di tepi dek kapal yang kami naiki, Floyd muntah karena mabuk laut.

Sebagai layanan karena dia meminjamiku uang untuk naik kapal, aku dengan lembut menggosok
punggung mereka.... Yeah "mereka", karena terdapat dua orang di sini.

「「*orororororororororororo*」」

「Ya. Ya. Muntahkan semua biar merasa mendingan」 (Wazu)

Satu tangan menggosok punggung Floyd dan tangan lainnya menggosok punggung pria yang
muntah di sebelahnya.

「Saya minta maaf Wazu-sama, berpikir bahwa saya ini bagitu lemah terhadap kapal---」
(Floyd)

「Maaf nak, Aku tidak bagus dengan laut---」

「「*orororororororororororo*」」

Aku heran bagaimana bisa jadi begini.... dari awal Floyd baik-baik saja, tapi sebelum aku
memerhatikannya dia muntah di sebelah pria ini di tepi dek kapal.

Menurut ceritanya, sepertinya ini pertama kalinya dia menaiki kapal dan berkata sesuatu seperti
dia tidak pernah mengira akan mabuk laut. Aku menggosok punggungnya sambil mendengarkan
cerita seperti itu. Aku meminta kru untuk memberiku beberapa air supaya membantu membilas
mulut mereka.

Aku tidak mabuk laut walaupun ini pertama kalinya naik kapal, Aku penasaran apakah itu karena
skill?

Pria yang muntah di sebelah Floyd, dia adalah seorang pria dengan rambut hitam panjang yang
berpakaian ringan, tubuhnya tampak dilatih dengan baik kerena otot dapat terlihat di sana-sini.
Dua pedang yang saling menyilang mengantung di pinggangnya. Menilai dari wajahnya, dia
merupakan pria paling tampan yang pernah kulihat sejauh ini, tapi kini wajahnya yang tampan
diredupkan oleh ekspresinya yang menyakitkan.

Pemandangan seperti ini berlanjut untuk beberapa saat sampai akhirnya tenang dan raut wajah
mereka juga perlahan kembali.

「Terima kasih banyak sudah menggosok punggung saya」 (Floyd)

「Kau menyelamatkanku nak」


「Yeah, itu bukan masalah besar」 (Wazu)

Kedua orang tersebut berterima kasih kepadaku pada waktu yang sama. Setelah itu Floyd
mengamati wajah pria di sampingnya untuk memastikan identitasnya.

「Mungkinkah anda "Grave-sama Sang Badai Petir*"?」 (Floyd)


(*TN: eng-nya The Whirlwind | 疾風迅雷 (shippuujinrai). nah kalau rawnya diartikan secara
harfiah jadi badai petir, tapi aku sendiri juga meragukan ini)

「Oh! Sudah cukup lama sejak aku dipanggil dengan nama itu tapi tolong buang "-sama"-nya
sebab itu agak menggelikan, lagian kita kan kawan pemuntah, 'kan?」 (Grave)

「Itu kebiasaan saya karena saya seorang butler, mohon maafkan saya」 (Floyd)

「Sang Badai Petir?」 (Wazu)

Siapa dia? Floyd menjelaskan ketika aku memiringkan kepala karena aku tidak bisa mengerti
maksudnya.

「Grave-sama sang badai petir merupakan seorang petualang S-rank, beliau adalah orang yang
memiliki banyak kisah heroik tentang dirinya」 (Floyd)

「Oo~」 (Wazu)

「Nama lain beliau yang terkenal adalah "Raja Harem". Dikatakan bahwa istri Grave-sama
berada di seluruh penjuru dunia」 (Floyd)

「Ouu, saat ini aku punya 195 istri」 (Grave)


(TN: Teach me Master!!)

「Haa......?」 (Wazu)

Mau bilang apa ya, dia pria yang luar biasa....

「Aku dalam perjalanan untuk bertemu wanitaku yang bekerja di kota air panas, Sepertinya hero
Haosui-chan juga di sana, aku menanti-natikannya~」 (Grave)

「Kami juga dalam perjalanan ke kota air panas」 (Floyd)

「Oh, ayo pergi bersama」 (Grave)

Eh? Apakah kita pergi bersama? Padahal kita cuma menyebrang dengan kapal ini, bisa-bisanya
dia memutuskan itu dengan mudahnya? Dia orang yang percaya diri terlepas dari penampilannya.

「Perkenalan memang terlambat tapi saya seorang butler dan nama saya Floyd. Orang ini yang
merawat kita sampai akhir---」 (Floyd)

「Aku Wazu, petualang F-rank」 (Wazu)


Aku mengatakannya. Ini mengingatkanku kalau aku masih seorang petualang F-rank. Aku benar-
benar harus berurusan dengan ini entah bagaimana.

「Oh, sesama petualang! Senang bertemu denganmu!」 (Grave)

Lambung kapal tiba-tiba terguncang dengan hebat ketika kami berbicara mengenai satu sama
lain. Karena guncangan Floyd dan Grave-san langsung ke kondisi mabuk laut lagi.

「「*orororororororororororo*」」

「Ada apa dengan tubuh kalian?」 (Wazu)

Aku menggosok punggung keduanya dan bertanya situasi ke kru kapal yang lewat di dekat.

「Ini buruk!! Sang lord laut telah muncul!! Kita harus cepat melarikan diri!!」

Dia berkata begitu dan aku mengalihkan perhatianku ke arah yang dia tunjuk. Di sana ada ular
besar yang keluar dari permukaan laut. Aku tidak tahu pastinya karena jauh, tapi lingkar
pinggangnya mesti berdiameter sekitar 3 meter. Seolah ular besar tersebut menemukan beberapa
mangsa, ia mendekati haluan kapal sambil menyebabkan gelombang besar.

Aku berhenti menggosok punggung kedua orang ini. Dalam sekejap, aku berlari menuju haluan
kapal tempat yang diincar ular besar itu dan melompat.

「Kau datang di waktu yang salah~!!」 (Wazu)

*baaaam*!!

Lalu aku kembali dengan berlari di atas permukaan laut. Aku menerima kata-kata pujian dari
aggota kru, 「Terima kasih」 atau 「Kamu menyelamatkan kami」 dikatakan. Dan begitulah
aku melanjutkan perjalanan sambil menggosok punggung mereka lagi.

Omong-omong, bagian tubuh ular besar itu terikat pada lambung kapal. Itu bakal dibawa menuju
tujuan kami kota pelabuhan karena bisa dijual dengan harga tinggi.

「Seperti yang diharapkan, Wazu-sama」 (Floyd)

「Kau kuat nak~」 (Grave)

Berhentilah dengan memuji. Floyd dengan ekspresi biasa tapi dengan wajah pucat. Walau raut
wajahnya buruk, Grave-san menunjukkan wajah seolah mengagumi. Namun, mereka segera
mengalihkan wajah ke arah laut lagi soalnya mual masih belum hilang. Aku menghela napas
panjang dan mengusap punggung mereka lagi.
「Itu kapal bajak laut~~!!!」

Lagi.... berapa kali lagi dengan ini semua? Meski setelah itu ular besar muncul, aku tidak ingat
berapa kali monster menyerang kapal ini, dan sekarang ini bajak laut.... aku berhenti mengusap
punggung keduanya dan lari dengan perasaan yang akrab.

「Pikir-pikir lagi soal timing ketika datang!!!」 (Wazu)

Di bawah satu pukulan, aku menghancurkan kapal bajak laut dan berlari kembali di atas laut
menuju kapal kami. Kalian bakal bertahan hidup kalau kalian beruntung.
Bab 76 - Pertempuran Di Laut
Tak ada yang istimewa terjadi setelah kapal bajak laut menyerang. Kapal berlayar dengan mulus
di laut yang tenang.

「Aku mengerti.... kau adalah butler putri Naminissa dan Wazu adalah pahlawan kerajaan ya....
keluarga kerajaan adalah tempat yang penuh dengan konspirasi!! Itu tidak cocok untukku seperti
yang diharapkan. Pilihan terbaik adalah tidak pernah terlibat dengan tempat semacam itu」
(Grave)

「Ya, Saya tidak pernah mendengar Grave-sama menyokong suatu negeri」 (Floyd)

「Tentulah!!」 (Grave)

Floyd dan Grave-san mulai akrab. Tapi Floyd, aku ingin tahu apakah bagus mengungkapkan
masalah dalam negeri begitu banyak.

「Nak Wazu cukup kuat sehingga mampu mengalahkan Fluegel, tapi kenapa dia masih petualang
F-rank?」 (Grave)

「Yah.... bagaimana saya mengatakannya ya, beliau tidak pernah mempunyai waktu untuk
menaikkan rank-nya, atau sesuatu seperti itu?」 (Floyd)

「F-rank mengalahkan S-rank, omong kosong apaan itu!! Bahkan aku tidak yakin bisa menang
jika bertarung melawan Fluegel. Dia berada di posisi paling atas di antara sesama petualang S-
rank jika kita berbicara soal kekuatan murni」 (Grave)

「Hou~~」 (Wazu)

Kami mengobrol soal topik semacam itu di tepi kapal, pada saat yang sama ada sedikit
guncangan pada kapal dan suatu suara yang mencapai telingaku.

----------*dokun-dokun*----------

Suara ketukan seperti suara detak jantung dapat terdengar lebih jelas dari sebelumnya, dan
sepertinya hanya diriku seorang yang bisa mendengarnya. Hal pertama yang muncul dalam
benakku ketika mendengar suara ini adalah sejumlah besar monster akan datang....

Meski aku berpikir itu mustahil, Aku mencondongkan tubuhku di atas pagar kapal untuk
memeriksa laut sekitar. Floyd dan Grave menunjukkan tatapan bingung karena tindakanku, sesaat
kemudian kapal tersebut bergoyang-goyang. Keduanya langsung memposisikan wajah mereka ke
tepi kapal, beralih ke posisi tempat mereka bisa muntah kapan saja. Orang-orang ini tidak
berguna.

Ada alasan kenapa kapal bergoyang hebat. Begitu aku mengalihkan mataku ke arah bagian bawah
kapal, ada sejumlah besar ikan yang cukup untuk menutupi laut dengan gigih berenang ke arah
yang sama, seolah melarikan diri dari sesuatu....

Jika aku mengalihkan pandanganku ke arah laut yang berlawanan dengan tempat ikan-ikan
berenang, maka terdapat sejumlah besar monster mendekat akan bisa terlihat bahkan dari
kejauhan. Perihal mereka mengincar kapal ini atau tidak, sepertinya mereka secara aktif
menghabisi ikan yang tidak bisa kabur.

Kurasa kapal bisa keluar dengan selamat dari area ini dengan kecepatan saat ini, tapi melihat ikan
yang dibantai itu tidak enak disaksikan. Floyd berkata padaku dengan wajahnya yang pucat
ketika aku sedang mendistorsi wajahku.

「Wazu-sama, lebih baik tidak menahan dirimu---

*orororororororororororo*」 (Floyd)

「Yeah.... lakukan apa yang sesuai dengan dirimu」 (Grave)

Aku berhenti menggosok punggung mereka, Aku meletakkan kakiku di pagar kapal dan
melompat ke laut. Aku berlari menuju arah tempat monster berada sambil berhati-hati untuk tidak
menginjak ikan.

「Satu demi satu, aku sudah cukup dan mulai lelah dengan semua itu!!」 (Wazu)

Menggunakan momentum aku mengirim pukulan menuju permukaan laut.

*baaaaaaaaaam!!!*

Percikan besar yang mana berkali-kali lebih besar daripada manusia naik dan monster-monster
terlempar ke udara. Aku menendang permukaan laut dan melompat menuju monster di udara.

Satu demi satu monster ditendang dan dipukul sambil menggunakan reaksi rekoil* untuk
bergerak di udara, tapi monster yang terlempar di udara tidak signifikan dibandingkan dengan
jumlah monster di laut.
(*Rekoil adalah hentakan yang disebabkan oleh senjata api ketika ditembakan. Menurut hukum
ketiga Newton, rekoil akan mengarah ke arah belakang, atas, atau samping atau ketiganya yang
berbanding terbalik dengan meluncurnya peluru ke arah depan senjata api. Wikipedia bahasa
indonesia)

Aku mendecakkan lidahku. Begitu aku mencoba pukulan kosong menuju permukaan laut untuk
memperlambat momentum jatuh, sebuah harpun* terbang datang ke arahku. Aku merubah
posisiku dan mengahancurkan itu.
(*TN: har.pun noun: tombak untuk berburu ikan besar atau paus. KBBI Daring)

Tubuh bagian atas adalah humanoid tapi terdapat sirip punggung dan sisik, tubuh bagian bawah
mereka mirip dengan ikan atau lebih tepatnya itu benar-benar tubuh ikan. Masing-masing dari
mereka memasang kuda-kuda untuk melempar sebuah tulang seperti harpun di tangan mereka ke
arahku.

Monster-monster melempar semua harpun sekaligus kepadaku yang ada di udara begitu saja.

Harpun sudah cukup benar-benar menutupi pandanganku yang mulai terbang. Aku
menghancurkan serangan pertama dengan mengibaskan lenganku. Aku memutar tubuhku yang
masih jatuh dan mengahancurkan satu demi satu harpun dengan tendangan dan pukulan.
Begitu aku mencoba mengatur postur tubuh ketika sudah mendekati permukaan laut supaya bisa
berpindah dari tempat ini bersamaan dengan pendaratan, gerakanku berhenti sejenak. Seekor
monster menerobos dari air seolah ditujukan untuk saat ini, itu menggigit dan menyeretku ke
dalam laut.

*doboooon*

「Ughh....」 (Wazu)

*gobobobo*

Aku menutup mulutku dengan tangan, dan memukul monster yang melekat ke tubuhku dengan
tangan lain yang bebas dan mundur. Aku berenang menuju permukaan laut tapi terhalang oleh
sejumlah besar monster.

(Sialan, napasku....)

Monster datang sekaligus. Aku berusaha bertahan, tapi aku tidak bisa menggerakkan tubuh di
dalam air dengan benar. Pakaianku yang menyerap air laut membuat gerakan tambah lebih buruk.

Aku berusaha memukul mereka, tapi gerakan mereka jauh lebih cepat dariku. Meski tidak ada
serangan yang megenai monster, aku terus memukul air laut sambil maju menuju permukaan.
Seekor monster mendekat untuk menggigitku lagi, Aku berhasil menyerang balik dan
membunuhnya tapi dari belakang sejumlah besar monster mendekat padaku, Aku kalah oleh
jumlah mereka dan terseret lebih dalam di bawah laut.

Aku akan kehilangan kesadaran kalau begini terus....

Aku terus ke depan menuju permukaan laut lagi. Namun aku tidak bisa bergerak karena sesuatu
menahan kakiku. Aku mengalihkan mataku ke arah kaki, tentakel tebal putih terlilit di seluruh
kakiku. Tentakel itu terus ke laut dalam. Begitu aku meringkukkan tubuhku dan berusaha
melepas itu, beberapa tentakel putih lain mengelilingi dan melilit seluruh tubuhku.
Bab 77 - Mereka Yang Bukan Manusia

Tentakel yang melilit tubuhku berasal dari monster cumi-cumi raksasa. Tentunya itu memiliki
kekuatan mengikat yang kuat tapi aku tidak punya masalah dengan itu.... bila mana diriku tidak di
bawah laut. Aku tidak bisa mengerakkan tubuhku dengan baik di sini, oleh karena itu aku tidak
bisa melepas tentakel dan tetap terlilit.

Sedangkan monster dengan bagian bawah tubuh ikan, menusukkan harpun mereka ke arahku. Itu
tidak memberi damage bahkan ketika serangan mereka mengenaiku, tapi kini aku sudah benar-
benar menjadi bebek duduk di sini.

Aku tidak menerima damage dari serangan monster tapi terdapat masalah yang berbeda secara
terpisah. Aku tidak bisa bisa bernapas karena aku sedang di bawah laut Aku bakal mati
tenggelam kalau begini terus. Aku terus menggeliat agar terbebas tapi tentakel mengikatku erat-
erat.

Aku hampir mencapai batasku segera. Aku berusaha menggunakan kekuatan terakhirku untuk
menciptakan celah dengan merentangkan tanganku, tapi itu gerakan yang buruk soalnya aku
terlalu fokus pada itu. Begitu aku melakukannya, sebuah tubuh datang menyeruduk sebelum aku
memerhatikannya.

「Guhooo....」 (Wazu)

Udara yang terhimpun dari mulutku keluar sekaligus. Aku buru-buru menutup mulutku tapi udara
yang keluar takkan kembali. Ini buruk.... Aku tidak bisa lagi mengumpulkan kekuatan. Terlebih
lagi kesadaranku bertahap memudar..... ini benar-benar buruk.... Aku penasaran apakah aku bakal
mati di sini seperti ini.... pandanganku juga mulai kabur.

Sial.... aku tidak bisa melakukan apapun....

Inilah akhirnya....

Tubuhku kehilangan kekuatannya....

Udara yang tersisa meninggalkan mulutku, naik layaknya gelembung....

Begitu aku melihat ke gelembung yang naik dengan pandangan yang kabur, aku melihat orang-
orang yang seharusnya tidak berada di sana....

Sarona-san.... Tata-san.... Naminissa.... Narellina....

dan.... Aria....
Tidak.... Aku tidak bisa mati.... Aku tidak mau mati....

Siapa..... Siapa yang.... Siapa yang mencoba membunuhku!!

Tiba-tiba kekuatan datang meluap-luap dari dalam tubuhku seperti sebuah semburan.

Pikiranku terjernihkan.

Aku tidak butuh udara sekarang.

「Berapa lama lagi aku bakal terikat oleh tentakel jelek ini?」 (Wazu)

Aku mencengkram tentakel dari dalam dan merobeknya seperti kertas tipis. Si monster cumi jelek
mulai beringas karena kesakitan. Aku terbebas. aku melihat monster-monster di sekitar berenang
dan berputar-putar, entah kenapa aku jadi kesal.

「Kelihatannya mereka bersenang-senang di sana.... Bisakah mereka melakukan hal yang sama
kalau tidak ada air?」 (Wazu)

Aku menekankan tubuhku dan melepas pukulan ke dasar laut.

*baaaammmmm!!!*

Air laut di sekitar area ini terpantul karena daya kejut dari pukulan yang aku lepaskan. Kurasa
jika kau bisa melihat itu dari langit, sepetinya ada lubang yang sempurna di permukaan laut. Dari
segi ukuran, ini kira-kira sebesar dua pulau, akankah ukurannya sesuai 3 pulau? Tidak, akankah
ukurannya sesuai 4 pulau.... oh baik.

Dasar laut muncul ke pandanganku, Gurita besar dan monster dengan tubuh bagian bawah ikan
meronta-ronta karena air laut yang mengelilingi telah tiada. Monster lain juga sama. Oppss, air
laut kembali.

「Aku datang!」 (Wazu)

Aku mengerti apa yang harus dilakukan seperti hal yang alami. Ini seolah aku mengetahui itu
sejak awal. Aku memutar tanganku menuju permukaan laut, dan ketika kekuatan digunakan,
ombak dan air laut berhenti di tempat. Lalu akhirnya, Aku menyadari ada kehadiran non-iblis di
sekitar.

Ikan-ikan yang melarikan diri sampai barusan sekarang memantul-mantul dengan *pichi-pichi*
tapi hal yang aneh adalah mereka di tempat ini yang berlawanan dengan arah mereka lari
sebelumnya.
Kenapa begitu? Aku berpikir begitu, tapi aku segera mendapat jawaban. Kurasa mereka mencoba
membantuku sembari mengetahui mereka bakal terbunuh oleh monster dalam sekejap.... aku
tersenyum lembut ke ikan-ikan dan menghargai keberanian mereka dalam lubuk hatiku.

「Kalian semua harusnya tidak mati」 (Wazu)

Aku memutar tanganku menuju ikan-ikan dan mengaktifkan kekuatan. Ikan-ikan menghilang dari
tempat ini dan kembali ke laut terbuka. Aku mengalihkan mataku menuju monster yang tersisa di
sini.

「Kalau begitu.... waktunya memberikan palu besi」 (Wazu)

Aku menempatkan kekuatanku ke kaki dan menginjak dasar laut dengan *kon-kon*. Dengan
hanya itu, tanah bergemuruh dan naik. itu bertransformasi menjadi tombak yang tak terhitung
terbuat dari tanah dan membunuh monster satu demi satu.

Aku berjalan perlahan sambil menyaksikan adegan dan berdiri didepan gurita raksasa. Ia
menggunakan tentakel yang tersisa untuk menyerangku tapi itu tidak akan bekerja kali ini.

Aku menangkap tentakel-tentakel tersebut yang mendekat dan menarik gurita ke depan. Gurita itu
kehilangan keseimbangannya, jatuh, dan terbang ke arahku karena kekuatan tarikan. Aku
merubah tangan kosongku menjadi tinju dan memukul tubuh gurita raksasa dengan kekuatan
penuh menuju langit.

*kaboooooommmmm!!!!!!!*

Dalam sekejap tubuh gurita raksasa menghilang dari dunia ini, awan di langit membuka lubang
besar, Semua gangguan menghilang dan cahaya matahari bersinar kuat menuju tempat ini.

Hanya diriku yang hidup di tempat yang diterangi ini. Aku melihat sekeliling dan menemukan
sesuatu seperti tangga di sana. Aku naik selangkah demi selangkah sampai mencapai permukaan
laut.

「Benar juga, Apakah akan menjadi masalah jika aku tidak mengubahnya kembali?」 (Wazu)

*ctik*

Saat aku menjentikkan jari, air laut dibubarkan dan tempat aku berdiri tadi telah terkubur dengan
air laut lagi. Setelah memastikan itu kembali normal, aku meninggalkan tempat itu dan kembali
ke kapal.

Aku kehilangan kesadaranku di sana....


Bab 78 - Berkembang Lebih Jauh.
Aku menyadari kalau aku masih di atas kapal. Ini adalah cuaca cerah dengan langit biru ketika
aku membuka mataku. Tubuhku bergoyang mengikuti gerakan kapal. Aku teringat kejadian tadi
sambil merasakan goyangan tersebut.

Aku ingin tahu apa itu? Itu pasti diriku. Namun, di saat yang sama aku tidak yakin.... aku merasa
tidak seperti diriku.... itu memalukan untuk diingat. Aku ingin menyembunyikan wajahku dengan
sesuatu sekarang, aku punya dorongan untuk berguling-guling sambil berteriak 「Aaaaaaaaaaa!!
」. Tidak, aku tidak akan melakukan itu.

Aku penasaran apakah itu sungguhan.... aku merasa seperti menggunakan suatu jenis sihir....
namun normalnya aku seharusnya tidak bisa menggunakan sihir.... itulah kenapa aku tidak bisa
menjelaskan fenomena tersebut yang terjadi di tempat itu.... hmm? Aku dapat merasakan
kekuatan sihir? Aku ingin tahu kenapa aku dapat merasakannya? hmm.... hmm....

Oh! Itu dia. Aku akan mengerti ketika memeriksa kartu guild-ku, 'kan?

Tapi.... aku takut melihat itu.....

Tidak!! Tidak ada yang salah!! Aku yakin itu hanya imajinasiku saja!! Aku merasa menggigil
tapi aku yakin itu hanya imajinasiku!! Aku tidak akan mengerti kalau aku tidak memastikannya
sendiri!! Jika aku melihatnya, aku yakin akan mengerti berbagai hal dan meluaskan
pemahamanku.

Aku meneteskan setetes darah pada kartu guild-ku untuk mengonfirmasi statusku.

Nama : Wazu
Ras : Manusia (51%.... bisakah dia disebut seorang manusia?)
Usia : 17

HP : Eng.... tidak bisa dihitung lagi


MP : Itu nol~!! Untuk sekarang

STR : Pukulanku meremukkan bintang


VIT : Tidak bisa dipotong bahkan dengan Divine Sword
INT : Tidak bisa menggunakan sihir untuk sekarang
MND : Itu sia-sia
AGL : Tolong tunggu untuk lain kali
DEX : Seniman dewa.... kau tidak harus teliti dalam membuat sesuatu

Skill:

「Asli - Kanibalisme Ekstrem」 (Unik)


「Kondisi Tidak Normal Hampir Tidak Berlaku」
「Pendewaan」 (Unik) (saat ini tidak dapat digunakan)
「Sihir Unik*: Dewa」 (Unik) (saat ini tidak dapat digunakan)
「Cinta Dewi Laut seluas lautan」
「Dewi Perang bersenang-senang, mau gimana lagi」
「Dewi Bumi "M"」
「Dewi kemungkinan bakal jadi Yandere」

By Dewi, Dewi Bumi, Dewi Perang, Dewi Laut.

Aku seharusnya tidak melihatnya....

Aku menghembuskan napas panjang dan memeriksa detail seperti biasa.

Nama tetap seperti apa adanya.... tentu saja ini faktanya.

Ras-nya buruk.... merosot dengan jumlah yang cukup banyak. Itu berkata apakah aku bisa disebut
manusia atau tidak.... tidak, itu masih tertulis sebagai ras manusia!! Bagaimanapun juga aku
adalah manusia!!

Umur tetap seperti apa adanya.... tentu saja ini faktanya.

Aku ingin tahu seberapa tinggi HP-ku.... aku tidak ingin memikirkan soal itu lagi....

Teks di kolom MP telah berubah. Namun apanya "untuk sekarang" pada akhir teks tersebut? Aku
yakin bakal paham kalau aku melihat ke detail skill....

STR.... itu berubah sedikit jika aku melihatnya lebih dekat.... meremukkan bintang bukan hanya
menghancurkannya.... ini tambah lebih buruk....

VIT tidak berubah. Hah? Aku merasa lega karena suatu alasan. Aku harap itu tetap seperti
sekarang ini... untuk kedamaian hatiku.

INT juga punya "untuk sekarang" pada akhir teksnya. Aku bakal paham ini nanti juga.

MND berkata itu sia-sia. Begitu ya, itu sia-sia ya.... orang yang menyerangku dengan sihir cuma
melakukan hal yang tidak berguna....

AGL.... ini masalah besar kali ini.... haaa....

Apanya "untuk lain kali"!!!!!!!!!

Mungkin mereka tidak bisa menemukan kata yang bagus, apakah ini berarti telah berubah?
Apakah begitu?

DEX. Kurasa aku akan patuh mengikuti peringatan atau sesuatu yang buruk bakal terjadi....

Kalau begitu.... Akhirnya giliran skill.... Itu bakal baik-baik saja, Wazu..... Percayalah pada
dirimu.... Kau pasti bisa menahannya....

Bakalan bagus kalau itu masalahnya....


「Asli - Kanibalisme Ekstrem」
Kemampuan konvensional, kau juga bisa memakan kekuatan sihir sekarang. Kekuatan sihir
kualitas tinggi, terasa lebih baik. Karena alasan itulah, kau bisa merasakan kualitas dan kuantitas
dari kekuatan sihir sekarang.

Oh, aku terkejut mengetahui bisa merasakan kekuatan sihir dengan pengaruh skill ya? Namun,
apa maksud memakan kekuatan sihir? itu bukan sesuatu yang manusia bisa lakukan.... mari tidak
makan sebanyak mungkin....

「Kondisi Tidak Normal Hampir Tidak Berlaku」 Tidak berubah. Aku suka skill terbaik ini.
Kumohon tetap seperti apa adanya.

「Pendewaan」
Berkembang menjadi lebih dekat dengan dewa. Kau tidak bisa mengaktifkannya dengan
kemauanmu sendiri saat ini.

Ini menakutkan, Kurasa ini menjelaskan mengenai fenomena tadi. Apakah aku akhirnya akan
menjadi tidak manusiawi?.... tapi medekati ranah dewa.... aku ingin tahu apakah bakal sama
seperti sejenis dewi.... aku tidak begitu mengerti.... namun aku tidak bisa mengendalikan itu
dengan kemauanku sendiri ya? Kurasa ini diaktifkan sendiri karena nyawaku dalam bahaya di
pertempuran sebelumnya.

「Sihir Unik : Dewa」


Penciptaan langit dan bumi. Kau bisa menyebabkan semua jenis fenomena. Status saat ini, kini
tidak dapat digunakan.

Kupikir ini sihir yang kugunakan untuk menghentikan air laut sebelumnya. Status saat ini tidak
dapat digunakan, kemungkinan itu dapat digunakan hanya dalam kondisi pendewaan. Apakah aku
bisa menggunakannya atau tidak, bukan masalah sekarang. Aku tidak punya waktu untuk
menguatirkan soal itu, terutama sekarang.

Hal yang bisa kulihat sejauh ini adalah aku telah diperkuat secara menyeluruh. Tolong jangan
bilang padaku kalau aku akan jadi lebih kuat dari ini nanti....

Yoshh!! Ayo lihat sisanya dalam sekejap!!

「Cinta Dewi Laut seluas lautan」


Terima kasih telah menolong penduduk laut tercintaku. Aku akan membalas kebaikanmu dengan
tubuh ini ketika kita bertemu. Untuk sekarang, aku akan memberimu banyak berkah sebagai rasa
terima kasih.

Yeah, seperti yang kuduga.

「Dewi Perang bersenang-senang, mau gimana lagi」


Aku ingin lekas bertemu dan bertarung denganmu!! Kau menjadi lebih kuat lagi.... uughhh~~~....
aku sepenuhnya akan menang dan membuat kau jadi milikku!! Tubuhku terasa enak disentuh
karena memiliki otot lunak, jadi harap tunggu sebentar lagi!!

Dia adalah maniak pertempuran seperti namanya. Dewi ini.... apakah itu benar-benar merasa enak
saat disentuh.... glek....

「Dewi Bumi "M"」


Aah.... Uuh.... tatapan dinginnya Wazu-sama dalam mode pendewaan.... serangan tanpa ampun....
aaaaa.... nggak nahan!! Tolong lecehkan aku dalam mode pendewaan!!

Aku penasaran apa yang dia katakan.... dewi ini.... lebih penting lagi apa "M" ini? Aku benar-
benar tidak mengerti....

「Dewi kemungkinan bakal jadi Yandere」


KuKuKu.... kaLiaN sEmuA.... beRApa Lama laGi kaliAN aKan ikUt cAMpur anTarA Wazu-san
daN diriKU? ApaKah peRAng HaBis-habIsaN teRDengAr bAguS UntUk KaliaN?

Aku heran apaan ini.... aku tidak tahu arti kata Yandere tapi aku merasa takut karena suatu
alasan.... aku bisa merasakan sesuatu yang berbayaha mendekat....

Tiba-tiba terlintas dalam benakku.

(Dewi-sama adalah nomor satu untukku~)

Aku mencoba berpikir begitu dan menatap ke kartu guild-ku sekali lagi.

Skill:

「Dewi Laut merajuk」 : Enggak adil~!!

「Dewi Perang merajuk」 : Enggak adil~!!

「Dewi Bumi merajuk」 : Enggak adil~!!

「Dewi Menang」 : HO~HO~HO!!

Yap, ayo lupakan itu....

Aku segera menaruh kartu guild ke saku.


Bab 79 - Aku Merasa Lega Menginjakkan Kaki Di Tanah
Aku menyimpan kartu guild dan mengangkat tubuhku untuk pergi ke tempat Floyd berada untuk
sekarang.

*bikibikibiki*

Saaaaaaakkkkkkkkkkkiiiiiiiiiittttttt!!!

Tubuhku menjerit kesakitan. Meskipun aku hanya sedikit menggerakkan tubuh bagian atas, tapi
sakit dimana-mana. Apakah ini karena skill Pendewaan? Sepertinya jadi efek samping karena aku
baru saja kembali dari mode pendewaan. Ugh.... sudah cukup lama sejak aku merasakan sakit
seperti ini. Aku jadi sedikit menangis karena begitu sakit.

Aku menggerakkan tubuhku sambil menahan sakit untuk mencari Floyd. Itu mengerahkan
apapun hanya untuk berjalan.

Floyd dan Grave-san menyodokkan hidung mereka menuju laut dari tepi kapal. Mereka
mengobrol dengan posisi dimana mereka bisa muntah kapan saja. Aku menggerakkan tubuh dan
kepala yang sakit menuju tempat itu.

「Wazu-sama. Apakah tak apa untuk bergerak?」 (Floyd)

「Yeah, aku tak apa」 (Wazu)

「Memikirkan kau tiba-tiba pingsan setelah kembali ke kapal, aku benar-benar terkejut」
(Grave)

「Sepertinya aku membuat kalian kuatir....」 (Wazu)

Floyd memeriksa kondisiku. Rautnya pucat tapi segera berubah menjadi senyuman. Atau
tepatnya, kalianlah orang yang terlihat seperti akan mati....

「Namun, Apa yang terjadi? Rambutmu telah sedikit berubah....」 (Grave)

「Berubah?」 (Wazu)

Hah? Apakah ada sesuatu yang aneh? Aku tidak bisa bilang karena tidak bisa melihatnya. Aku
penasaran bagaimana itu berubah.... Aku harap tidak jadi aneh. Aku tidak bisa memastikannya
sendiri....

「Nih, lihat dirimu

Cermin air tunjukanlah rupaku」 (Grave)

Ketika Grave-san merapalkan sihirnya, sebuah air pipih seukuran wajah muncul dari ujung
jarinya. Aku mengerti bagian yang telah berubah saat aku mengantar wajahku mendekati itu.

Awalnya warna rambutku hitam kelam, tapi sekarang rambut hitam tersebut sudah berubah putih
di sana-sini. Bagaimana bilangnya ya, terlihat seperti sejenis corak.
「Apa yang terjadi terhadap rambutku?」 (Wazu)

「Itu telah dalam keadaan seperti itu sejak anda kembali ke sini.... ada gambaran mengenai
penyebabnya?」 (Floyd)

「Ada sih tapi....」 (Wazu)

Kurasa ini efek Pendewaan.... akankah itu kembali seperti semula?

「Kau tidak perlu kuatir, bukankah itu bagus? Kupikir itu terlihat keren!!」 (Grave)

「Begitukah?」 (Wazu)

Grave-san begitu positif.... yah, sepertinya mustahil bahkan jika aku ingin itu kembali seperti
semula saat ini. Haruskah aku menjaga penampilan ini? Karena aku tidak tahu cara
mengembalikannya.

「Ngomong-ngomong, sudah berapa lama aku tidur sejak aku kembali」 (Wazu)

「Hmm? Tak lama waktu berlalu, benarkan?」 (Grave)

「Coba saya lihat, ini bahkan tidak sampai satu jam, saya rasa?」 (Floyd)

Grave-san enteng menjawab dan Floyd menjawab dengan sebuah perkiraan. Sepertinya aku
takkan bisa bergerak lama setelah memasuki mode Pendewaan. Apakah akan menjadi seperti ini
setiap waktu? Aku tidak berpikir akan seringkali menghadapi situasi di mana nyawaku berada
dalam bahaya, tapi aku harus sedikit lebih berhati-hati.

Setelah itu kami bertiga lanjut mengobrol untuk membunuh waktu. Ini terutama berbicara soal
hubungan harem Grave-san. Aku ketakutan oleh luasnya prefensi wanitanya.

Terlepas dari usia mereka, sepertinya dia betul-betul merayu setiap wanita yang dia sukai. Dari
seorang warga kota biasa hingga ksatria, ada juga bajak laut wanita dari laut selatan.

Namun seperti kata Grave-san sendiri, dia tidak ingin berurusan dengan keluarga kerajaan.
Sepertinya dia juga tidak pernah mengejar wanita yang punya pasangan.

Tetapi, apakah mereka tidak saling bertengkar dengan begitu banyak istri? Atau, bukankah dia
bakal jadi target beberapa pria yang cemburu gila di luar sana?

Ternyata istri-istri Grave-san berada dalam hubungan yang sangat baik. Mereka mendirikan
"Asosiasi Istri Grave" untuk bertukar informasi setiap hari. Mereka juga melindungi Grave-san
dari serangga jelek di balik layar.

「Tapi Grave-san kau seorang petualang S-rank, bukan? Bagaimana mungkin, kau di posisi yang
dilindungi?」 (Wazu)
「Tidak. Tidak. Tidak. Aku tidak selalu waspada dengan lingkungan sekitarku. Apa yang akan
terjadi jika aku diserang sewaktu-waktu? S-rank atau bukan, Aku masih bisa terpotong oleh
pedang」 (Grave)

Itu benar. Mungkin aku adalah pengecualian.

「Kau tidak bisa meremehkan jaringan informasi asosiasi istri-istriku!! Karena mereka ada
diseluruh dunia!! Hahaha!!!」 (Grave)

「Begitu ya, kau benar-benar bersembunyi di balik pantat mereka ya?」 (Wazu)

「Tentu saja!! Aku bukan tandingan melawan istriku!! Tapi jika ada orang yang menyakiti
istriku.... kematian akan datang kepada mereka.... tidak peduli siapa mereka 」 (Grave)

Atmosfir Grave-san yang mengatakan itu tiba-tiba berubah. Udara si sekeliling menjadi berat.
Menjadi tidak mungkin bergerak dalam tekanan yang begitu kuat. Bisa dikatakan kalau dia dalam
penampilan sempurna petualang S-rank sekarang. Yah, meskipun aku baik-baik saja.

「Aku tahu!! Aku tidak pernah berpikir menjadi musuh Grave-san」 (Wazu)

「Yah, Itu juga sama untukku」 (Grave)

Atmosfir berat menghilang dalam sekejap dan Grave-san melayangkan senyum lemah lembut.
Ada juga orang seperti itu ya.... Aku dan Grave-san mantap berjabat tangan.

Tapi harem....

Yah, itu mustahil untukku. Lagi pula, aku tidak punya pasangan.

Lalu kami bertiga melanjutkan percakapan, tak lama kemudian kapal tiba di pelabuhan. Pada saat
tibanya, Floyd melompat dari kapal dan terlentang di tanah, dia mulai mengelus-elus tanah bak
kekasih.

「Haa~ luar biasa, ini tidak berguncang!! Aku tidak akan meninggalkan kamu lagi!!」 (Floyd)

Aku dan Grave-san tercengang melihat perilaku eksentrik Floyd. Grave-san perlahan menunjuk
Floyd.

「Apakah dia selalu seperti ini? Walaupun dia butler putri? Yah, aku masa bodoh karena dia
kawan(pemuntah) yang menarik....」 (Grave)

「Nggak tahu.... Aku bertemu dia baru-baru ini....」 (Wazu)

Untuk sekarang, aku mencoba tidak berpikir mendalam mengenai Floyd. Atau tepatnya, biarkan
dia sendirian....
Bab 80 - Cerita Lain 4 : Kengerian Yang Ruruna Rasakan.
Ini adalah cerita horor yang kurasakan hari itu.

Ya, hari itu. Itu adalah hari setelah beberapa hari berlalu kami bertemu Naminissa-sama dan
Narellina-sama, keluarga mereka memutuskan turun dari tahta kerajaan. Sepertinya mereka akan
menuju selatan dengan mereka, orang-orang yang ingin mengikutinya. Tentunya kami juga
bertemu raja, beliau adalah seorang yang mudah bergaul.... maksudku, orang yang ramah.

Ketika orang melihat elf, sebagian besar biasanya memikirkan bagaimana menangkap dan
menjual kami. Oh! Ada juga pilihan untuk membuat kita sebagai mainan, ada bukan? Tetapi
orang-orang di keluarga kerajaan ini tidak memiliki atmorfir itu sama sekali dan santai
berinteraksi dengan kami, aku begitu senang.

Ups, aku melenceng dari cerita.

Pada tiga hari yang lalu kami tinggal dengan keluarga mereka. Alasannya sederhana, untuk
membantu persiapan perjalanan Naminissa-sama dan Narellina-sama. Sejumlah tas bahu dan item
sihir yang telah diilhami sihir spasial tingkat rendah, disebut "Item Bag" segera disiapkan, kami
akan menggunakan itu untuk membawa benda. Tas ini dapat menyimpan bagasi lebih banyak
daripada penampilannya sehingga memungkinkan membawa banyak barang, dengan ini
perjalanan kami akan menjadi lebih mudah. Seperti yang diharapakan keluarga kerajaan, pikirku.

Kemudian, Orlando memperkenalkan diri ketika kami memersiapkan perjalanan. Dia adalah
seorang ksatria eksklusif Navirio, kakak Naminissa-sama dan Narellina-sama. Orlando adalah
pemuda yang datang dari kota Linnic bersama dengan Wazu-san. Kami mendengar cerita tentang
Wazu-san dalam perang sebelumnya.

Aku begitu terkejut, meskipun aku tahu kalau Wazu-san kuat. Dia menginjak-injak monster yang
datang ke desa kami sendirian, dan kali ini lawannya adalah monster + ksatria + petualang S-
rank.... aku ingin mengeluh soal seberapa kuat dia. Aku dengar dia membuat kartu guild, aku
harap dia membiarkanku melihatnya nanti.

Omong-omong, sepertinya baru-baru ini Sarona mencurigai diriku memiliki perasaan spesial
terhadap Wazu-san. Aku harus mengatakan itu nanti kalau tak ada perasaan semacam itu.... aku
hanya ingin menjadi temannya. Idamanku adalah keren, kaya dan pria rupawan seperti pangeran,
orang yang kuat dan namun lembut yang akan menyayangiku selamanya. Kesampingkan jika
orang seperti itu benar-benar ada....

Hubungan kami menjadi lebih dekat selama persiapan. Dengan kenalan yang sama dipanggil
Wazu-san sebagai sebuah kelompok, kami mengobrol soal berbagai hal. Akhirnya, sampai pada
titik di mana mereka berbicara tentang bagian Wazu-san apa yang mereka sukai, apa mereka mau
menembak Wazu-san saat mereka bertemu, atau bagaimana bakal menyenangkannya
menghabiskan malam pernikahan bersama. Aku ingin mereka sedikit mempertimbangkan diriku
yang juga berada di tempat ini.

Dalam percakapan panas seperti itu, "kuliah malam" Tata-san menarik sebagian besar minat
kami. Dia adalah satu-satunya orang yang berpengalaman di antara anggota harem Wazu-san.
Meski itu pengalaman yang menyakitkan, namun demi kami dan agar mereka menyenangkan
Wazu-san, dia mangajarkan kami pengetahuan itu. Aku sangat percaya bahwa waktu aku akan
membutuhkan pengetahuan ini akan datang di masa depan, jadi aku juga mendengarnya dengan
seksama.

Akhirnya, besok adalah harinya. Raja dan pengikutnya akan menuju selatan, dan kami akan
menuju utara untuk mengejar Wazu-san, karena persiapan kami harusnya juga selesai pada saat
itu.

Hari horor....

Kami makan malam di aula dalam istana untuk merayakan keberangkatan kami. Menurut cerita
raja, ordo ksatria Narellina-sama dan ordo ksatria Navirio-sama telah bersatu dan mereka juga
akan mengikuti mereka ke selatan. Kira-kira setengah dari kesatria yang bertugas di negeri ini
dan sekitar 70% warga terlihat merencanakan pergi. Kantor pusat guild juga akan bergerak ke
tempat lain. Aku mengerti dengan baik seberapa banyak raja dan keluarganya dicintai oleh
rakyatnya.

Masih menurut cerita, kelihatannya perdana menteri sangat senang karena dia sendiri akan
menjadi raja berikutnya. Kurasa negeri ini sudah berakhir.... tapi itu cerita untuk lain waktu.
Kami mengobrol dengan bahagia untuk menikmati waktu kami sebelum perpisahan sementara.
Tetapi kemudian percakapan kami terhenti ketika pintu terbuka dengan kasar.

Horor akan segera dimulai.

Di depan pandangan semua orang, ada perdana menteri yang kami bicarakan beberapa waktu
lalu. Seorang pria botak mengenakan pakaian yang dihiasi perak dan emas dengan selera buruk,
ada senyum vulgar melayang di wajahnya. Sekelompok ksatria dibelakangnya mengamati kami
dengan tatapan tanpa pandang bulu, mereka mungkin orang-orang yang berpihak padanya.
Perdana menteri melihat orang-orang sekitar di dalam aula, lalu dia membungkuk dengan
berlebihan seolah berakting.

「Selamat malam semuanya, apakah kalian menikmati jamuan di dalam istanaku?」 (Zizu)

「....Kau bakal resmi jadi raja setelah keberangkatan kami besok, mengerti?」 (Narellina)

Putri menjawab tanpa menyembunyikan kekesalannya kepada pernyataan perdana menteri.

「Tidak, aku tidak salah. Karena raja saat ini akan mati di sini!!」 (Zizu)

Para ksatria mengangkat pedang mereka dibawah perintah perdana menteri. Ketika kami
dikepung, Orlando-an dan ksatria lain dari pihak kami melangkah maju melindungi kami,
menjaga lawan tetap terkendali.

「Fufufu.... akan berjuang sampai akhir ya.... mengganggu sekali, aku juga akan mengajarkan
rakyat yang notabene budakku, untuk mengetahui tempat mereka nanti」 (Zizu)

「Bangsat.... berani sekali kau memanggil rakyat kita sebagai budak」 (Givirio)

「Kenapa kau begitu marah....? Yah, itu bukan masalah karena kau akan mati di sini tidak peduli
apa」 (Zizu)
Dia berkata begitu dan ksatrianya serentak bergerak selangkah maju.

「Bangsat....」 (Givirio)

「Fufufu.... banar juga, putrimu akan jadi mainan untuk ksatria di istana ini, mereka akan
menerima banyak cinta jadi yakinlah」 (Zizu)

「Hehehe.... tuanku, tolong juga beri kami elf yang ada di sebelah sana」

「Tentu」 (Zizu)

Para ksatria menjilati seluruh tubuh kami dari bawah hingga atas dengan tatapan penuh nafsu
mereka. Lalu, perdana menteri berkata sesuatu yang seharusnya tidak pernah dikatakan.

「Setelah aku mengacak-acak wajah cantik mereka, ayo lihat.... hero negeri ini yang orang-orang
bicarakan, Wazu bukan? Aku akan membawa kalian di depannya dan bilang 「Lihatlah
bongkahan sampah ini yang pernah dipuja oleh warga」 aku akan menyuruhnya mati setelah itu
」 (Zizu)

*snap!!!!!!!!!!!*

Horor dimulai.

「Wahai musuhku, dengarkanlah suara angin yang menyerukan kematian」 (Sarona)

Dengan sihir Sarona, pedang dan armor para ksatria menjadi potongan-potongan. Senyumannya
membeku. Kelihatannya dia tidak berniat membunuh mereka dengan sihir yang mudah.

Sedangkan para ksatria yang kehilangan perlengkapan mereka ketakutan, seorang wanita
berambut merah menerobos maju, Narellina-sama. Dia mengirim tendangan melompat menuju
ksatria dan mulai mengalahkan para ksatria di sekitarnya dengan gila.

「Fu~mu.... bela diri-ku sepertinya jadi sedikit menunpul.... yah, itu karena aku kurang memiliki
pasangan berlatih yang sesuai」 (Narellina)

Di sana, dia lanjut bertarung dengan pertempuran jarak dekat melawan para ksatria yang
memihak perdana menteri. Orlando-san dan ksatria lain dari sisi kami juga bergabung dalam
pertempuran di sisi sini. Aku juga bergabung sementara merasakan kemarahan yang bergejolak,
karena orang yang menyelamatkan desa kami dihina.

Kalau memikirkan itu, bagaimana dengan perdana menteri? ketika aku melihat sekitar, aku
menemukan perdana menteri terjepit antara dinding transparan dan dinding aula. Hmm? Apa
yang sebenarnya terjadi.... begitu aku memperluas pandanganku, aku melihat Tata-san dan
Naminissa-sama di depannya.
「Guge-ge....」 (Zizu)

「Begitu ya, ada juga cara seperti itu dalam menggunakan sihir penghalang」 (Tata)

「Yeah, berhubung ini juga sejenis dinding, kamu juga bisa menggunakan itu untuk menangkap
lawan seperti ini」 (Naminissa)

Mereka mengobrol dengan senyuman tetapi.... aku merasa dingin menjalar tulang belakangku.

「Aku ya-ya-yang salah!!! To-Tolong bantu aku~~~~」 (Zizu)

「Bisakah aku mempelajarinya?」 (Tata)

「Tentu, Aku akan mengajari kamu nanti!!」 (Naminissa)

Mereka tidak mendengar permohonan perdana menteri dan melanjutkan percakapan mereka
dengan tenang.... Aku merasakan teror merayap di dalam hatiku karena suatu alasan, aku berjanji
untuk tidak membuat mereka marah berapapun harganya.

Dalam sekejap mata, perdana menteri dan ksatrianya kalah dan ditahan di penjara bawah tanah.
Hari berikutnya, setelah menyerahkan kunci kepada ksatria yang tinggal, kami memulai
perjalanan kami ke tujuan kami masing-masing.
Bab 81 - Percakapan Terbuka.
Kami tiba di kota pelabuhan dan menuju ke penginapan dengan fasilitas pemandian air panas di
kota pelabuhan ini untuk bermalam seperti yang sudah kami putuskan sebelumnya. Biaya
penginapan akan dibayar Grave-san sebagai terima kasih karena merawatnya selama perjalanan.

Terima kasih banyak. Lihat, jangan hanya mengangguk Floyd, bilanglah terima kasih kepada
Grave-san!

Berhubung kami semua pria, kami menyewa satu ruangan untuk dibagi bersama jadi itu akan
sedikit lebih murah. Meski jika kami akan tinggal untuk sementara, aku tidak punya hal khusus
untuk dilakukan di sini jadi aku menuju pemandian air panas.

Floyd menghilang ke dalam kota berkata ada sesuatu yang harus dilakukan, sementara Grave-san
segera jalan-jalan karena dia menemukan wanita yang menarik perhatiannya. Tolong sedikit lebih
tenang, kalian berdua orang dewasa kan.

Sepertinya giliran mandi dibagi berdasarkan jenis kelamin dan waktu. Waktunya tepat, giliran
pria baru mulai tak lama ketika aku datang. aku dapat masuk dengan lancar begitu saja tanpa
harus menunggu. Tak ada pelanggan lain ketika aku memasuki tempat itu, aku melepas
pakaianku di dalam ruang ganti dan dengan santai merendam tubuhku ke dalam air panas setelah
selesai membasuhnya.

「Fu~i....」 (Wazu)

Terlihat seperti kelelahan yang tertinggal di setiap sudut tubuhku perlahan larut ke dalam air
panas, itu terasa benar-benar enak. Aku mendengar suara seseorang memasuki pemandian saat
aku sedang memanjakan tubuhku, ada Grave-san ketika aku melihat menuju pintu masuk. Dia
memiliki tubuh yang kencang, seperti yang diharapkan petualang S-rank. Aku tidak bisa
melihatnya sebagai seseorang yang muntah tak berdaya selama perjalanan. Lebih penting lagi,
tolong sembunyikan depanmu.

「Yoo~, nak Wazu!」 (Grave)

「Hmm? Kau cepat Grave-san. bagaimana soal urusanmu?」 (Wazu)

「Nah tentu saja, dia sudah jadi yang terindah nomor 196!!」 (Grave)

Grave-san bilang begitu. Dia membasuh tubuhnya sambil bersenandung sebelum merendam
dirinya ke dalam air panas. Untuk menaklukan wanita dalam waktu sesingkat ini.... dia adalah
musuh para pria dalam hal tertentu.... yah, dia punya rupa yang tampan.... kepribadiannya juga
tidak buruk.... dia juga membayar biaya penginapanku.... dan petualang S-rank jadi tak diragukan
lagi kalau dia kuat.... sial, dia sempurna!!

「Fui~ pemandian air panas memang bagus.... di sini, aku bisa melupakan tentang bagian dunia
yang tidak menyenangkan」 (Grave)
「Kau adalah petualang S-rank dan punya banyak istri, apakah ada sesuatu yang membuat kau
tidak puas?」 (Wazu)

「Tentulah!! Tidak ada batas untuk keserakahan manusia~ Ada berbagai hal yang aku ingin
lakukan, dan berbagai hal yang akan terjadi.... yah, inilah yang namanya hidup」 (Grave)

「....?」 (Wazu)

Bicara apa orang ini?

「Kau tidak mengerti? Nah, Wazu akan mengerti itu dalam waktu dekat.... aku juga perlu
bertahun-tahun untuk mendapat jawabannya」 (Grave)

「Aku tidak cukup mengerti, itu terdengar seperti pemikiran orang dewasa」 (Wazu)

「Hahaha!! aku ngerti, aku ngerti!! Aku adalah orang dewasa!! Lalu sebagai orang dewasa,
bisakah aku menanyakan sesuatu?」 (Wazu)

「Hmm? Apa itu?」 (Wazu)

「Aku minta maaf jika aku membuat kesalahan tapi bagaimana aku harus menjelaskan hal ini,
aku bisa membaca isi hatimu? Kelihatannya kau hidup terburu-buru, orang yang tidak sabaran」
(Grave)

「Eh?」 (Wazu)

「Aku masih seorang suami dari 196 istri. Aku memiliki mata yang bisa membaca orang dan aku
mendapat perasaan semacam itu dari Wazu」 (Grave)

Orang yang tidak sabaran....? Pastinya, kepalaku dipenuhi pikiran soal Meru saat ini. Grave-san
bukan orang jahat, dia bakal jadi sekutu yang meyakinkan jika ia mau bekerja sama. Aku jujur
memberitahu soal Meru. Alasan di balik ini, tujuan, dan aku juga memberitahunya mengenai
penjaja yang berpakaian keseluruhan hitam untuk berjaga-jaga.

「Begitu ya.... kau menuju ke kota air panas untuk menyelamatkan anak dragon? Baiklah, aku
mengerti situasinya. Lalu, aku akan membantu hal itu」 (Grave)

「Eh? Sungguh?」 (Wazu)

「Tak masalah!! Aku awalnya berencana ke kota air panas. Selain itu, bukankah kita sudah jadi
teman?」 (Grave)
「Teman!!.... benar!! Terima kasih banyak」 (Wazu)

Teman!! Sudah sekaian lama sejak seseorang bilang itu padaku. Setelah Orlando, ini adalah
teman baruku. Sejujurnya, aku sangat bahagia!!

「Akan tetapi, aku merasa ada hal lain selain masalah tentang Meru ini. Apakah ada hal lain yang
bisa kaupikirkan?」 (Grave)

「Hal lain? ....hmmm.... adakah hal seperti itu? Tak ada yang melintas ke pikiranku khususnya....
」 (Wazu)

Aku.... hmmm.... Aku tidak bisa memikirkan apapun.

「Bila tidak ada yang melintas ke benak anda, mungkin Wazu-sama sendiri tidak sadar akan hal
itu sehingga beliau tidak bisa memikirkannya」 (Floyd)

「Fumu.... Aku ingin tahu apakah itu yang sedang terjadi....」 (Grave)

「....」 (Wazu)

「....」 (Grave)

「....」 (Floyd)

*byur*

Floyd tiba-tiba di sini jadi aku berdiri tanpa sadar.

「Kau!! Bagaimana kau masuk?」 (Wazu)

「Ya? Saya masuk pemandian seperti biasa setelah saya membasuh tubuh dengan normal, tapi
kenapa dengan hal itu?」 (Floyd)

「Tidak, Tidak, aku benar-benar tidak menyadarinya!!」 (Wazu)

「Karena saya seorang butler」 (Floyd)

「....apa kau mencoba menjawab segalanya dengan kalimat itu?」 (Wazu)

「Fufufu.... karena saya seorang butler」 (Floyd)


「Itu benar, karena butler adalah sesuatu seperti itu」 (Grave)

「Aku tidak setuju dengan Grave-san」 (Wazu)

「Wazu terlalu peduli dengan hal-hal kecil」 (Grave)

「Itu benar!!」 (Floyd)

「Itu bukan masalah di sini~~~~~~~!!!」 (Wazu)

Jeritanku dan dua tawa menggema di dalam pemandian air panas.


Bab 82 – Ke Kota Air Panas, Osen!!
Kami meninggalkan kota pelabuhan dan memulai perjalanan kami ke kota air panas pada hari
berikutnya. Distrik air panas kota Osen terletak di arah barat daya kota ini, Grave-san
memberitahuku kami perlu lima hari untuk sampai ke sana.

Ikan-ikan sangat menyolok ketika kami mencari persediaan makanan untuk perjalanan, seperti
yang diharapkan dari kota pelabuhan. Tapi kami meninggalkan ide itu dan membeli daging
kering yang akan bertahan lebih lama. Sepertinya sayuran tidak diproduksi secara lokal di sini.

Sayang sekali. Aku bisa saja membeli banyak ikan dan menyimpannya di sihir ruang waktu Meru
jika saja ia ada di sini.

Perjalanan ke kota Osen tidak mempunyai malasah tertentu, dua hari berlalu dan sekarang hari ke
tiga. Sekitar siang, lima pria tiba-tiba muncul di depan kami saat kami mengikuti jalan menuju
kota Osen.

「Berhenti!! Jangan bergerak dari tempat itu!!」 (bandit 1)

「Apa ini?」 (Wazu)

「Eee, maukah kau menyerahkan seluruh uang dan barang bawaan kalian kepadaku?」 (bandit 2)

Itu bandit. Pedang dan pisau, pria di tengah kelompok yang memegang tombak berbicara pada
kami. Pakaian mereka tidak mirip bandit sama sekali, itu adalah pakaian biasa penduduk desa
yang membuatmu merasakan nuansa kebersihan. Meski wajah mereka benar-benar mirip bandit.

「Saya takut kami tidak bisa melakukan hal tersebut」 (Floyd)

Selagi Floyd memberikan balasan yang sopan, Grave-san menunjukkan wajah seolah bertanya
soal apa yang harus kami lakukan. Namun, pihak lain tidak menunggu.

「Apa boleh buat, kalian akan telanjang bulat meninggalkan tempat ini. Kupikir aku akan
berhenti dengan barang bawaan dan uang jika kalian tidak menolak awalnya!!」 (pemimpin
bandit)

Sepertinya bandit tersebut tidak berniat mengambil nyawa kami, aku tidak tahu apakah itu nurani
atau bukan. Kelima bandit itu mendekati kami. Oke, pertempuran dimulai?

Begitu kami bersiap mencegat serangan itu, seseorang tiba-tiba berlari menuju sisi kami dan
mendekati pria yang di tengah. Ia adalah wanita cantik dengan badan gemuk.

Karena tidak punya waktu berhenti ketika itu terlihat bahaya, si wanita yang semakin mendekat
ke bandit malah melompat dengan posisi menendang menuju pria yang di tengah.
Pria yang di tengah kelompok itu tidak menghindari tendangan dan terhempas ke belakang. Eh?
Apa artinya ini?

「Kau!! Kau punya anak sekarang, kenapa kau tidak bekerja dengan benar!!」 (istri pemimpin
bandit)

「「「「Anego!!」」」」 (bandit 1,2,3,4)

Hmm?

「Tidak, bahkan aku saja ingin melakukan pekerjaan yang benar, tapi bos di tempat kerjaku
adalah pria jahat jadi aku memukulnya tanpa berpikir dan berhenti!! Karena itulah, supaya
mendapat uang susu Angel-ku aku menjadi bandit....」 (pemimpin bandit)

「Beralasan bodoh seperti itu!! Apa kaupikir anak kita akan tumbuh jadi orang baik dari uang
yang kaudapatkan sebagai bandit!?」 (istri pemimpin bandit)

「Tidak, tapi....」 (pemimpin bandit)

「Jangan beri aku alasan bodoh!!」 (istri pemimpin bandit)

Mereka sepertinya adalah pasangan suami istri yang mungkin baru melahirkan bayi pertama
mereka. Sang ayah menjadi bandit untuk mendapatkan uang susu.... aku ingin memberi beberapa
uang untuk sosok tersebut.

Meskipun dia bilang anaknya adalah angel sesaat lalu, aku penasaran apakah nama anak mereka
benar-benar Angel atau hanya sebuah metafora. Kalau itu adalah namanya, maka bakal jadi
masalah di kemudian hari. Apalagi jika anak mereka mirip dengan ayahnya, masalah lebih lanjut
kemungkinan besar akan timbul.

「ngomong-ngomong, bagaimana dengan Angel?」 (pemimpin bandit)

「Aku mempercayakan ia kepada ayah, aku datang setelah mendengarkan ibu bahwa kau
mungkin akan bermain banditisme lagi!! Aku malu dan tidak bisa bilang pada ayah」 (istri
pemimpin bandit)

「Apanya yang memalukan....?」 (pemimpin bandit)

「Terus, bisakah kau bilang pada anak kita bahwa dia tumbuh dari uang yang ayahnya hasilkan
sebagai bandit?」 (istri pemimpin bandit)

「..........」 (pemimpin bandit)

「A-Anego!! Aniki tidak punya pilihan lain-----」 (bandit 1)

「Kau diam saja!! Ini adalah masalah keluargaku!!」 (istri pemimpin bandit)

「Y-Yaa.....」 (bandit 1)
Oh, dia langsung diam dalam sekali bentakan. Wanita ini memakai kekuatan yang mengerikan.
Aku ingin tahu apa yang harus kita lakukan. Aku ingin langsung meninggalkan tempat ini.

「Anda sekalian yang di sana bisa pergi sekarang!! Maaf karena suami idiotku mengganggu
perjalanan kalian」 (istri pemimpin bandit)

「T-Tidak masalah....」 (Wazu)

K-Kalau begitu ayo pergi, itulah apa yang ingin kukatakan tapi aku tidak bisa menemukan di
mana dua kawanku. Grave-san berdiri di sebelah wanita dan Floyd berdiri di sebelah pria.

「Seperti yang nona ini katakan!! Kau harus mendapat pekerjaan yang benar untuk membesarkan
anakmu!! Aku setuju dengan wanita ini!!」 (Grave)

「Anda.....」 (istri pemimpin bandit)

「Tidak, Tidak, saya tidak bisa menerimanya. Lagi pula, penting untuk mendapatkan uang
sehingga anak bisa tumbuh dengan baik. Anda bisa mengajari anak dengan ketat sehingga mereka
tidak menyusuri jalan yang sama dengan orang tuanya nanti. Saya berada di sisi pria ini.」
(Frued)

「K-Kau.....」 (pemimpin bandit)

Huh? Apakah kalian ikut-ikutan? Kenapa tidak membiarkan mereka saja? Bahkan aku tidak
merasa ingin berurusan pada masalah rumah tangga orang lain.
Empat bandit yang tersisa berbisik membicarakan sesuatu dengan satu sama lain dan memisahkan
diri mereka menuju pria yang dipanggil aniki dan wanita yang dipanggil anego, masing-masing
dua orang.

Hah? mungkinkah.... seketika delapan orang di depanku mengalihkan mata mereka kepadaku.

「Tentu saja Wazu adalah sekutu wanita, bukan?」 (Grave)

「Tiada keraguan Wazu-sama akan memilih sisi ini, kan?」 (Floyd)

Ups, keputusan sepertinya diputuskan dengan siapa yang kupilih. Kalian semua pengecut!! Ayo
kita coba kabur.

「Tidak, Tidak, Tidak, itu tak ada hubungannya denganku. Katanya kita bisa pergi, jadi kenapa
kita tidak pergi sekarang?」 (Wazu)

「Tidak baik!! Tentunya ini adalah masalah yang seharusnya tidak kau hindari!! Kita harus
membereskan masalah itu di sini dan sekarang!!」 (Grave)

「Saya setuju!! Ini bukan lagi hanya masalah mereka!! Jadi, sisi mana yang menurut anda benar,
Wazu-sama?」 (Floyd)

Aku gagal kabur. Orang-orang ini sedang antusiasnya. Aku rasa Grave-san hanya ingin
mendukung perempuan, dan di lain pihak Floyd hanya menyukai upaya laki-laki.
Tidak mungkin, kenapa kau mendorong masalah mereka padaku? Apa yang harus kulakukan
sekarang.... kita tidak akan ke mana-mana kalau begini terus. Aku menghembuskan napas
panjang dan memajukan langkahku menuju sisi wanita.

「Ja~, jika dipikir secara normal sisi sini」 (Wazu)

「Yoshaa~~~~~!!! Seperti yang diharapkan, nak Wazu!!! Kau mengerti mana yang benar!!!」
(Grave)

「Mustahil~~~~~!!!!! Saya dikhianati Wazu-sama~~~~~!!!!!」 (Floyd)

Reaksi Floyd terlalu dibesar-besarkan, sudah kelihatan. Kelompok wanita mengangkat tangan
mereka dengan sukacita sedangkan kelompok pria berkecil hati tapi tentu saja Floyd sendiri yang
beda. Aku menghela napas panjang setelah sedikit berbincang dengan Floyd.

Aku berkata pada si wanita 「Aku harap dia menjadi anak yang baik」 kepada pria 「Lakukan
yang terbaik」 dan diam-diam menyerahkan beberapa koin emas yang aku pinjam dari Floyd
beberapa saat lalu.

Setelah itu, berhubung kami tidak lagi punya urusan di tempat ini, kami sekali lagi melanjutkan
perjalanan ke kota Osen. Melihat ke belakang, wanita itu melambaikan tangannya dengan hebat
sementara si pria membungkukkan kepalanya dalam-dalam dengan rasa syukur tapi....

Aku harap nama anak mereka bukanlah "Angel".


Bab 83 – Tinggal Sedikit Lagi Ke Kota Osen
Sekarang adalah hari keempat perjalanan kami menuju kota Osen. Selagi kami mengatur
peralatan kemah, Floyd melihat seorang pria mendekati tempat ini. Aku menghentikan tanganku
dan mengalihkan perhatianku ke pria itu. Dia berjalan ke sini dengan santai dan berhenti pada
titik di mana serangan masing-masing bisa mencapai.

Begitu dia semakin mendekat, aku bisa lihat dia mengenakan pakaian seringan mungkin, celana
hijau ketat dan pedang pendek di pinggangnya, perasaan muak datang dari mata sipitnya, meski
wajahnya cukup tampan. Aku ingin tahu apakah itu adalah kebiasaannya memainkan poni. Selagi
berprilaku begitu, dia melihat kami dengan mata menilai.

「Kalian juga datang untuk Itu? Apa kalian pikir kalian bisa menang?」

「Apanya yang itu....?」 (Wazu)

「Aree~? Apa kau pura-pura bodoh? Aku tahu, Tuh? Kau juga penantang, bukan? Dengan kata
lain kalian adalah rivalku, ngerti?」

Untuk sekarang ini, aku pengen sekali saja memukulnya.

「Apanya yang "penantang"....?」 (Wazu)

Ketika aku menanyakan soal apa sebenarnya itu semua, sebuah respon datang dari Grave-san.

「Kau tidak tahu Wazu? Haosui-chan sang pahlawan utara yang saat ini tinggal di kota sumber
air panas --Osen, telah bersumpah menjadi pengantin untuk pria yang bisa menang melawannya.
Maka dari itu, mereka yang percaya diri dengan kekuatannya di seantero benua telah datang
untuk menantang Haosui-chan, tapi tak seorang pun yang bisa menang meski banyak orang sudah
menantangnya sejauh ini」 (Grave)

「Jadi begitu....」 (Wazu)

Haosui belum pernah kalah sejauh ini. Ia cukup kuat, kurasa?

「Jadi~, dengan kata lain~, kalian datang untuk hal seperti itu~, kan?」

Aku ingin bilang sesuatu seperti apa adanya. Seketika aku melupakan dia, atau lebih tepatnyanya
apa kau masih di sini? Enyah sana!!

「Seperti yang kubilang~ Kalian semua tidak punya kesempatan~ Karena aku akan mengalahkan
Haosui~ Aku akan melakukannya!! Ngerti? Jadi, bisa kalian memberiku uang? Ngerti」

(TL : Beginilah cara dia bicara, dan juga ada beberapa bagian yang aku tidak yakin maknanya)
(Libra: English selalu benar V)

Orang ini ngeselin, ya!!


Intinya, dia berprilaku seperti yang bandit lakukan, bukan? Menargetkan para penantang, Aku
ingin tahu apakah dia cukup kuat? Meski aku tidak bisa menilainya. Apalagi, di pihak sini ada
aku, Grave-san yang petualang S-rank, dan Floyd seorang butler palsu.

Aku tidak berpikir kami bakal kalah, kecuali untuk Floyd. Namun, pemikiran seperti itu tidak
menyebar ke pria tersebut.

Pria di depan kami sambil tetap memutar-mutar rambutnya, mengeluarkan pedang pendek dengan
tangannya yang bebas dan mengarahkan ujungnya pada kami.

Kupikir aku bakal langsung membereskan ini, tapi Floyd menyela sebelum aku bisa melangkah
maju.

「Orang ini, tidak ada gunanya bagi Wazu-sama untuk melayangkan tangannya kepada dia,
hohon serahkan ini pada saya」 (Floyd)

「Hmm? Tidak, aku tidak keberatan. Karena aku bakal membereskannya dalam sekejap」
(Wazu)

「Ma~, tunggu saja Wazu. Mari kita serahkan orang ini pada Floyd. Aku sudah lihat kekuatan
Wazu di kapal beberapa waktu lalu, tapi aku belum pernah lihat kekuatan bertarung Floyd」
(Grave)

Tentu.... Aku tidak ingat pernah melihat Floyd bertarung dengan kekuatan penuh. Oh, aku mulai
tertarik sekarang.

「Kalau begitu, aku serahkan dia padamu」 (Wazu)

「Terima kasih banyak」 (Floyd)

Floyd membungkuk dengan elegan dan berbalik ke pria tersebut.

「Saya akan menjadi lawan anda」 (Floyd)

「Oke~ ayo mulai dengan dirimu~ aku akan membuatku menjadi mangsa pedangku~!!」

Ujung pedang menerjang ke arah Floyd dengan tusukan tajam pada saat yang sama sewaktu dia
berkata begitu, namun Floyd menghindari itu dengan sedikit gerakan.
(T/N: agak susah nih kalimat)

Karena pria tersebut tidak bisa menghentikan lajunya, dia menjatuhkan pedang pendek ketika
Floyd memukul tangannya dengan potongan* sebelum mereka bisa saling berpapasan.
(*T/N: kayak gerakan motong genteng itu lho :v)

Floyd memutar tubuhnya perlahan, itu telah menjadi situasi di mana posisi berdiri saling bertukar.

Lebih penting lagi, tangannya tidak berhenti memainkan poni selama waktu itu, atau lebih
tepatnya dia lebih peduli dengan rambutnya ketimbang pertarungan.

「Itu tadi serangan yang luar biasa」 (Floyd)


「Kau juga~ cukup bagus~ .... Aku tidak pernah mengira~ kau menghindari serangan pertamaku
dengan brilian」

「Karena saya adalah seorang butler」 (Floyd)

Oi, kenapa kalian saling memuji tanpa mengindahkan sekitar? Bergegaslah dan lekas bereskan
dia!! Maksudku, orang ini cuma bermain-main dengan rambutnya sejak mulai. Aku mulai kesal
hanya karena melihat dia, juga cara dia ngomong sambil memutar poninya itu menyebalkan.

「Fumu.... serangannya sangat mengesankan. Floyd juga melakukannya dengan cukup baik」
(Grave)

Orang di sampingku sedang menganalisis pertarungan dengan tenang. Tidak, Tidak, Tidak, apa
yang dikatakan Grave-san mungkin benar tapi.... aku tidak peduli lagi apakah Floyd itu kuat atau
tidak, aku cuma terganggu oleh orang ini yang tidak berhenti memainkan poninya sedari tadi.

「Kalau begitu, kini giliran saya menyerang!!」 (Floyd)

Floyd akan menyerang pria tersebut....

「Tu-Tunggu sebentar!!」

Floyd menempatkan tangannya pada pedang pendek di depannya, tapi kata-kata pria tersebut
menghentikan langkah Floyd. Floyd menunggunya dengan patuh.

「Ada apa? Apakah ada masalah?」 (Floyd)

「Yea, sebuah masalah besar!! Karena gerakan sebelumnya~ poniku jadi berantakan. Tolong
tunggu sebentar karena aku akan membetulkannya segera~」

Floyd mengangguk dan menunggu di tempat untuk sementara. Eh? Apa yang kau lakukan?
Tidak, sudah cukup. Ayo bereskan dia dan pergi dari sini.

Namun, bertentangan dengan pemikiranku yang seperti itu, pria tersebut mulai membetulkan
poninya dengan teliti.

「Hei, kau sedang di tengah pertarungan, kan? Jangan hentikan pertarungan cuma karena ponimu
jadi berantakan」 (Wazu)

Ketika dia mendengar protesku, dia menatapku dengan tatapan serius dan berteriak. Tentu saja
tangannya tidak berhenti menyentuh poni. Dia masih melakukannya, hentikan, tolong hentikan
itu sekarang juga!!

「Aku tidak akan populer di kalangan wanita bila rambutku kusut!!!!!!!!」

Ngomong apa kau? lagipula, tidak ada wanita di sini, kau tak perlu mengkuatirkan hal itu.
Namun, aku mencoba bertanya pada orang tampan di sebelahku untuk jaga-jaga.

「Begitukah?」 (Wazu)
「Tidak, kurasa hal itu penting, tapi aku tidak berpikir sekarang adalah waktu yang tepat untuk
itu」 (Grave)

「Iya, kan?」 (Wazu)

Aku punya pemikiran yang sama dengan Grave-san. Jadi, ada apa dengan orang ini? begitu kami
mengalihkan mata untuk melihat kebodohannya, dua bayangan melompat dari pohon di belakang
menuju kepada kami.

「Hi yahha~!! Punggungmu terbuka!!」

Tidak, dari awal aku sudah tahu kalau ada orang di sana, hal yang sama juga berlaku pada Grave-
san, kurasa. Kami membungkam mereka berdua dengan satu pukulan.

Jadi begitu, dengan kata lain pria menyebalkan ini menarik perhatian kami sebagai umpan, dan
dua orang lainnya akan menyerang kami dari belakang.

Ma~, mereka memilih lawan yang salah kali ini.

Jika kau lihat dengan seksama, pria yang masih memainkan poninya meski situasinya begini
menjadi pucat.

「Eeh..... Aah..... Erm? Mungkinkah aku dalam situasi yang mengerikan sekarang?」

Berhentilah bermain dengan rambutmu!!!!!

Setelah itu, pria yang telah dibuat botak, dua orang lainnya, dan sebuah kertas tulis yang berisi 「
↑ Orang-orang ini adalah penjahat」 digantung pada pohon. Berbahagialah, dia tidak perlu kuatir
poninya berantakan lagi jadi aku ingin dia mengucapkan terima kasih pada kami nantinya.

Pada akhirnya, kekuatan Floyd tetap menjadi misteri tapi aku putuskan untuk tidak pikir panjang
soal itu lagi....
Bab 84 - Osen Kota Air Panas
Kami sampai di kota Osen pada sore hari keempat. Sepertinya kita telah bergerak lebih cepat dari
yang diharapkan. Supaya bisa memasuki kota, aku menunjukkan kartu guild-ku dengan status
tersembunyi kepada penjaga gerbang.

Dulu pernah sekali, mereka sepertinya menggunakan beberapa jenis relic kuno untuk memastikan
identitas orang yang memasuki kota.

Aku, eh? Apakah itu perlu?

Aku melihat ke sekitar, kelihatannya tidak ada orang yang bertindak seperti itu selain diriku.
Penjaga gerbang mengirimiku senyum kecut.

Hanya ada pagar sederhana yang mengelilingi kota ini, tidak ada tembok tinggi seperti halnya
kota lain. Aku menanyakan alasannya kenapa, sepertinya karena pemandangan kota air panas ini
akan hancur jadi mereka menghilangkan dinding. Namun, dia memberi tahuku bahwa terdapat
penghalang sihir tak terlihat yang selalu melindungi kota.

Hal lain yang dia kasih tau, kota ini dibagi menjadi tiga bagian. Ketiganya sepertinya disebut
"distrik pemandian campuran", "distrik pemandian pria", "distrik pemandian wanita". Perbedaan
ketiganya seperti yang sebagaimana itu terdengar.

Sebagian besar orang pergi ke distrik mengikuti jenis kelamin mereka sendiri, hal itu seperti yang
diharapkan. Sepertinya adanya tentara yang memasuki distrik pemandian campuran sangat
jarang, tapi sebagian besar waktu hanya ada pria di dalamnya.

Meskipun distrik pemandian campuran di masa lampau hanya digunakan untuk mandi, baru-baru
ini di sana, meminjam pengetahuan dari toko tertentu di selatan, sebuah tempat yang hanya
didedikasikan sebagai tempat umum bagi pria dan wanita untuk merendam kaki yang disebut
pemandian kaki dibuat. Sepertinya tempat itu jadi populer dan banyak orang datang ke distrik
pemandian campuran.

Memang, sepertinya penghalang sihir itu juga pengetahuan dari toko itu, warga di kota ini sangat
menghormati pemilik toko tersebut. Untuk sesaat, aku teringat penjaja yang berpakaian hitam
ketika aku mendengar soal toko ini. Tapi berpikir kembali soal mengubah kota ini, kemungkinan
itu orang yang berbeda.

Maksudku, pemilik toko ini berpikir sesuatu yang menakjubkan. Kalau kebetulan aku pulang ke
kampung halamanku, aku ingin mengunjungi toko itu.

Aku meminta mereka mengembalikan kartu guild-ku ketika mengobrol, setelah itu kami masuk
ke kota sumber air panas, Osen.

Kelihatannya tempat yang kami masuki adalah pintu masuk distrik pemandian campuran.
Sekarang sudah larut malam jadi kami berencana mencari penginapan untuk bermalam.
Aku ingin langsung pergi mencari Meru, tapi kota asing, apalagi waktu malam, aku tidak tahu di
mana aku harus mulai tanpa petunjuk sedikit pun. Aku meninggalkan ide itu untuk besok.
Kuharap Meru tetap aman.

Semua penginapan di distrik pemandian campuran ini telah dipesan semua jadi kami menuju
distrik pemandian pria. Tapi setelah dipikir lagi, kami semua memutuskan kembali lagi dan
tinggal di gudang distrik pemandian campuran.

Karena di distrik pemandian pria, pria berotot yang sepertinya menjadi penantang Haosui tersebar
di seluruh tempat. Ada kala ketika panas dari air panas menjalar ke kepala mereka dan
perkelahian pun pecah. Distrik tersebut berubah menjadi tempat lebih hidup(ribut).

Kurasa keputusan kami tidak salah. Kami meminta izin dari penjaga penginapan dan
menghabiskan malam di dalam gudang.

Pada hari berikutnya, kami diizinkan menggunakan pemandian karena kebaikan hati penjaga
penginapan. Aku memutuskan untuk mencari Haosui sebagai langkah pertama dalam mencari
keberadaan Meru.

Aku bertanya pada penjaga penginapan, ternyata tantangan bertarung Haosui telah menjadi
hiburan nomor satu di kota ini jadi lokasinya bisa segera ditemukan.

Haosui bertarung melawan penantang di atas panggung megah di tengah kota. Sepertinya
beberapa orang mengkhususkan datang ke sini untuk melihatnya. Berdasarkan informasi tersebut
kami semua menuju ke tempat itu.

Terdapat dua orang di atas panggung, pria dan wanita. Si pria memamerkan tubuh indahnya yang
terlatih dengan bangga untuk memanaskan penonton. Dia mempunyai pedang besar yang
tampaknya dapat memotong pohon dengan serangan tunggal. Dengan satu tangan, dia
mengayunkan pedang besarnya dari atas kepala sambil membuat suara dengungan untuk lebih
memanaskan penonton.

Di sisi lain, berdiri menghadap pria tersebut adalah seorang gadis dengan tinggi sedang sekitar 14
tahun. Rambutnya berwarna hijau cerah. Sebagian rambutnya diatur berdiri dengan jepit rambut
sedemikian rupa menyerupai dua tanduk.

Apakah itu piama? Itu seperti yang kukatakan. Ia mengenakan pakaian yang seluruhnya longgar,
kedua tangannya tersembunyi di dalam lengan baju yang terlalu panjang. Ini adalah benar-benar
penampilan seseorang yang baru saja bangun, dan bukanlah seseorang yang akan memasuki
pertempuran.

Namun, apa yang paling menarik perhatianku adalah matanya. Pada wajah mungilnya yang
menyisakan sifat kekanakan, terdapat mata mengantuk yang setengah terbuka dengan warna
marah gelap. Kupikir dia telah menelan bola merah, tapi aku tidak melihat retakan di mana pun
pada tubuhnya. Bagaimana bisa?

Penjala itu berkata dia ingin aku bertemu "gadis itu", tidak diragukan lagi. Dan dari perkataannya,
aku memahami bahwa dia berbicara soal gadis kecil yang kulihat sekarang ini, Haosui sang
pahlawan utara.

Pertempuran di depan mataku berakhir dengan kemenangan besar untuk gadis Haosui ini.

Seiring dengan teriakan perang, pria itu mengayunkan pedang besarnya menuju Haosui. Namun
Haosui tidak bergerak seinci pun, terlihat mengantuk dan menguap.

Para penonton yang tidak mengetahui tentang Haosui akan berpikir pertempuran berakhir dengan
serangan itu. Namun, pedang besar itu tidak pernah memotong Haosui. Begitu pedang menyentuh
tubuhnya, pedang besar hancur dan remuk.

Para penonton menjadi bersemangat karena pertunjukan tersebut, sedangkan pria itu mengalihkan
matanya ke Haosui seolah dia sedang melihat ilusi.

Yah, bahkan aku juga bisa melakukan hal yang sama.

Tidak ada sosok Haosui pada akhir pandangan pria itu karena dia telah berpindah di sebelahnya.
Kemudian, dengan sebuah pukulan yang Haosui lepaskan dengan santai, tubuh pria itu terbang ke
suatu tempat yang tidak diketahui di luar kota.

Para penonton mengerti bahwa kemenangan Haosui sudah tak bisa di pungkiri, mereka
melambungkan teriakan selebrasi bahkan tanpa tahu tentang apa yang baru saja terjadi.

「Tidak ada kekurangan dari "Terkuat Di Dunia" ....Kekuatannya nyata. Bahkan aku tidak yakin
bisa menang dari dia」 (Grave)

「Terkuat di dunia」 (Wazu)

Aku sembarangan menanggapi gumaman Grave-san.

「Yea, itulah julukan Haosui-chan. Seperti halnya "Badai Petir" punyaku」 (Grave)

「Begitu」 (Wazu)

Pastinya, itu adalah salah satu kekuatan yang tidak manusiawi. Pedang biasa akan hancur hanya
dengan menyentuhnya.... Mari kita tidak berpikir tentang diriku.

Lebih penting lagi, di mana Meru sekarang? Apakah itu berarti dia di tempat Haosui?

Aku gelisah melihat-lihat daerah sekitar tapi tidak bisa menemukan sosok Meru. Kupikir apakah
aku harus bertanya pada Haosui secara langsung.

Pandangan kami bertemu ketika aku mengalihkan mataku ke Haosui. Dia menatap sejenak dan
perlahan mendekatiku. Dia mengatakan kata-kata sambil berdiri di atas panggung di depanku.

「....apakah kamu orang yang dibicarakan anak itu?」 (Haosui)


Bab 85 - Reuni Dengan Meru.
Aku mengikuti Haosui. Ia bilang akan membawaku ke Meru. Aku telah dipandu ke kediaman
sementaranya di kota Osen ini.

Ini bagus bahwa dia bersedia memanduku.... aku bersyukur.... ooh tempat yang bagus!!
Maksudku, kediaman sementaranya adalah di distrik pemandian wanita!!

Tempat ini normalnya terbatas bagi pria, wanita di sekitar pastinya berpikir 「kenapa ada pria di
sini?」 tatapan mereka menggores HP-ku.

Maaf sekali! Maafkan aku! Tolong maafkan aku! Haosui lah membawaku ke tempat ini!!

Si penjaga gerbang di pintu masuk distrik pemandian wanita memberiku izin masuk karena satu
kata dari Haosui. Seperti yang diharapkan dari yang terkuat di dunia.

Aku tidak ingin mengakuinya tapi aku merasa sedikit gembira ketika menginjakkan kaki di taman
perempuan. Tidak, itu normal, 'kan?, setiap pria pasti akan jadi gembira.

Tapi pada saat yang sama perasaan menyesal menguasaiku. Entah kenapa, aku merasa asing. Aku
baru masuk tapi tidak bisa lebih lama. Aku ingin meninggalkan tempat ini segera.

Ngomong-ngomong, Grave-san memberitahuku bahwa istrinya bekerja di sini, aku tidak tahu di
mana dia sekarang. Freud telah pergi ke suatu tempat karena dia memiliki beberapa jenis tugas.
Jadi, aku adalah satu-satunya pria di tempat ini.

Aku benar-benar minta maaf. Tolong jangan tatap aku dengan mata seperti itu. Kumohon!!

Aku mengikuti Haosui dari belakang dengan perasaan seperti itu. Tak lama, kami sampai di
tempatnya, kelihatan seperti penginapan. Uap dari air panas itu naik dari balik gedung,
pemandangan khas penginapan di kota ini.

Haosui dengan normal memasuki penginapan dan aku juga mengikuti sesudahnya. Staf-staf
penginapan dan tamu-tamu di dalam mengarahkan perhatian mereka pada kami, aku tidak bisa
tenang sama sekali.

Staf-staf penginapan menundukkan kepala mereka ketika Haosui lewat dan tamu-tamu mulai
membuat keributan. Sikap mereka segera berubah setelah menyadari kalau aku berada di
belakangnya.

Orang di sekitar memiliki ekspresi wajah yang sama seolah berkata 「Siapa pria ini?」 .
Sebagian dari mereka mendecakkan lidahnya. Aku ingin bertemu Meru dan lekas meninggalkan
tempat ini. Tempat ini bukanlah surga sama sekali.

Haosui berhenti di depan pintu kamar tertentu kemudian ia mendorongku masuk ke dalam.

Apakah Meru benar-benar di dalam?

Maksudku, kami baru bertemu. Bisakah aku percaya padanya? Mungkin saja sebuah perangkap....
ma~, bahkan jika itu perangkap, aku tidak punya pilihan selain masuk ke dalam. Aku membuka
pintu dan mengintip ke dalam, di sana ada....
Meru yang sedang dimanjakan oleh sejumlah besar wanita layaknya raja di sana.

Kristal hitam sejak waktu itu tampaknya sudah hilang. Meru sedang diurus oleh wanita di
sekelilingnya. hanya membuka mulutnya dan wanita di sekitarnya akan memberinya makan.
Tubuhnya seperti telah sepenuhnya dipoles.

Lebih penting lagi, Apa yang kaulakukan? Maksudku, Meru kan perempuan? Aku bisa lihat
komposisi ini jika kau seorang laki-laki, tapi kenapa wanita.... oh jadi begitu, ia dicintai sebagai
peliharaan, 'kan?

Aku ingin tahu perasaan apa ini? Aku senang dia aman, tapi apa yang harus aku lakukan dengan
perasaan tak terlukiskan ini....? Sebelum aku datang ke sini.... kupikir Meru telah melakukan ini
sejak lama.... sial!! Aku tidak iri sama sekali!! SIALAN!!

Ketika aku menenggelamkan diri di tempat dengan pikiran gelap seperti itu, Haosui
mendorongku dari belakang.

Apalah dia menyuruhku agar cepat masuk ke dalam?

Aku memasuki kamar sambil didorong oleh Haosui, Meru yang melihat figurku melompat dari
sana, terbang dan bertabrakan dengan wajahku.
(flew, and collided with my face. padahal belum sampai lo, tapi english selalu benar.)

Aku mencoba menengadah dan menerima Meru tapi ia melaju langsung ke wajahku seperti yang
diharapkan. Ia memanjat ke atas kepalaku dan dengan 「kyu~iii....」 ia mulai merilekskan
dirinya di sana. *phesi-peshi* dia mulai memukuli wajahku dengan kaki depannya sebagai tanda
protes karena aku terlambat menjemputnya.

Tidak, bukanlah kau menikmati dirimu di tempat ini?

Wanita di sana yang melihat situasi ini menatapku dengan mata iri. Aku menikmati perasaan di
kepalku setelah ketidakhadiran lama sambil menerima tatapan itu. Aku akhirnya menyadarinya.

「Hah? Apakah kau sedikit tambah berat?」 (Wazu)

「KYUIIII~~~」 (Meru)

Meru memprotes gumamanku dengan memukul wajahku lebih keras dari pada sebelumnya.

「Maaf! Maaf! Kau sudah tumbuh!!」 (Wazu)

Meru berhenti memukulku, sepertinya dia percaya. Ia mulai merilekskan dirinya lagi di kepalaku.
Aku membelai kepala Meru. Haosui melangkah maju dan berkata pada wanita di kamar ini.
「Perlu bicara dengan orang ini.... tolong keluar....」 (Haosui)

「Ya~」

Para wanita mengangguk pada kata-kata Haosui dan patuh meninggalkan kamar sambil
melambaikan tangan mereka ke arah Meru. Hanya ada aku, Meru dan Haosui yang tetap di
tempat ini.

Haosui menegaskan mereka telah pergi dari tempat ini. Haosui duduk di karpet yang disebut
Zabuton* dengan gerakan lambat dan memanggilku untuk duduk juga.
(T/N: di eng-nya cushion, aku ganti Zabuton karena itu memang namanya)

「Seperti yang anak ini katakan.... sepertinya kamu adalah walinya」 (Haosui)

「Meru bilang begitu? Apakah kamu mengerti perkataannya?」 (Wazu)

「....Karena aku seorang keturunan naga "Ryuujin"」 (Haosui)

Jadi begitu, dua rambut menonjol yang berdiri di kepalanya itu mewakili tanduk naga.

「....ada lagi?」 (Haosui)

「....kalau begitu, kamu tahu apa yang terjadi sekarang?」 (Wazu)

「....soal bola? Aku menelannya.... untuk memahami semua」 (Haosui)

Ia paham tapi tetap menelannya? jadi kenapa dia melakukan....

「....sudah selesai? Kalau begitu, masalah utama」 (Haosui)

「Masalah utama?」 (Wazu)

「....bertarunglah denganku」 (Haosui)


Bab 86 - Kekuatan Haosui
Haosui bilang padaku untuk bertarung dengannya.

「Kenapa begitu?」 (Wazu)

「Itu karena....」 (Haosui)

Dari poin itu Haosui bicara dengan pelan, atau lebih seperti bergumam tentang tujuannya.
Singkatnya, ketika melatih diri sendiri, ia menyadari dirinya tidak bisa lagi menemukan
seseorang yang lebih kuat darinya di sekitarnya. Ia tidak bisa memberi tahu alasan mengenai
kenapa dia terobsesi dengan kekuatan.

Sambil terus mencari kekuatan yang lebih besar, ia menantang mereka yang mengatakan menjadi
kuat di seluruh tempat dan terus menjadi pemenang, dari sana orang-orang mulai memanggilnya
Pahlawan Utara.

Orang-orang yang datang menantangnya mulai muncul kali ini. Ia berada di kota ini dengan
harapan menemukan lawan yang bagus. Dalam rangka untuk mengumpulkan lebih banyak
penantang, ia menambahkan kondisi untuk menjadi pengantin orang yang bisa mengalahkannya.
Misal ada orang yang bisa menang, sepertinya dia benar-benar tidak keberatan untuk menikah
dengannya. Tapi seseorang yang bisa mengalahkan ia tidak pernah muncul.

Ia menghabiskan hari-harinya tanpa apa-apa tapi yang ada hanyalah kebosanan, dia bertanya-
tanya apakah ini adalah batasnya.

Suatu hari, seorang penjaja yang berpakaian hitam menyajikannya bola merah yang konon dapat
membuatnya lebih kuat lagi.

Haosui yang serakah akan kekuatan menelannya. Ia menjadi lebih kuat, tapi karena hal itu tak
satu pun yang sepadan dengan Haosui.

Dikatakan bahwa ia mulai banyak menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan lebih dari
sebelumnya. Ia terlihat tidak pernah keluar dari kamarnya selain ketika menuju panggung. Nah,
pada saat itulah Meru muncul. Lalu ia dengar soal diriku dari Meru.

「Dengar dari anak ini.... sangat kuat.... lebih kuat dari ayahnya....」 (Haosui)

「Ma-Maa~....」 (Wazu)

Aku tentunya kuat.

「Aku tidak tahu seberapa kuat ayahnya.... namun, kupikir aku lebih kuat.... tapi anak ini bilang
kamu lebih kuat dari aku.... karena itu, aku tidak akan mengharapkannya.... tapi lawanlah aku」
(Haosui)

「Enn~~」 (Wazu)
Bertarung melawan gadis kecil seperti ini, hal itu cukup.... tapi aku tidak ingin meninggalkannya
yang telah menelan bola merah dari penjaja itu sendirian. Kalau aku mengalahkannya, aku ingin
tahu apakah tubuhnya juga bakal retak? Aku tidak ingin melihat itu.

Tapi aku tidak tahu cara menyembuhkan itu.... apa yang harus kulakukan.... ketika aku tenggelam
dalam pikiranku, Haosui memperingatkan diriku.

「Pokoknya aku akan menang.... kamu akan mengerti jika melihat ini.... lihatlah demi dirimu」
(Haosui)

Berkata begitu, Haosui menyerahkan kartu guild keluar dari bajunya.

Hah? Ini? Dari mana kamu mengambilnya? Ini cukup hangat.... h-hentikan!! Lebih baik tidak
memikirkan itu.

Kartu guild-nya dalam keadaan yang sudah bisa terlihat, status Haosui tertulis di sana jadi aku
membacanya.

Nama : Haosui Tsurugi


Ras : Ryuujin (Raja Iblis)
Usia : 14

HP : 9999
MP : 9999

STR : 999
VIT : 999
INT : 627
MND : 871
AGL : 953
DEX : 538

Skills:

「Raja Pertempuran」 Lv.Max (Kompleks)


「Raja Taktik」 Lv.Max (Kompleks)
「Penagaan」 (Unik)
「Sihir Unik: Naga」 Lv.Max (Unik) (saat ini tidak bisa digunakan)
「Pemulihan Super」 (Kompleks)
「Penguatan Tubuh」 Lv.7
「Daya Tahan Total」 Lv.8
「Kondisi Abnormal Tidak Berlaku」
「Pahlawan」 Lv.6 (saat ini tersegel)
「Raja Iblis」 Lv.1
Muncul jugaaaaa!! Aku bisa bilang statusnya tinggi tapi aku tidak tahu perbedaan dibanding
dengan statusku. Maksudku, statusku ditulis dalam teks bukan angka. Jadi, ayo lihat penjelasan
skill-nya.

「Raja pertempuran」 Lv.Max (Kompleks) : Bisa menggunakan teknik bela diri dan
mempergunakan semua jenis senjata dengan skill ini. Kau bakal mampu menggunakan variasi
senjata dan seni bela diri lebih baik. Memungkinkan untuk menjadi pengguna senjata tingkat
pertama atau master seni bela diri seiring levelnya naik.

Hah? Apa ini?

「Raja taktik」 Lv.Max (Kompleks): Seketika memahami semua jenis situasi perang dan
menemukan jalan untuk menjebolnya. Pemahaman situasi, persepsi indera, dan skill akan bekerja
sama menggunakan skill ini. Proses tersebut akan semakin cepat seiring levelnya naik. Menjadi
mungkin untuk membuat keputusan tepat berdasarkan pengetahuan sendiri.

.........

「Penagaan」 (Unik): Menjelma menjadi seekor naga dengan status naik secara signifikan.

Apakah ini skill unik seorang Ryuujin?

「Sihir Unik: Naga」 Lv.Max (Unik): Sihir yang hanya bisa digunakan dalam bentuk naga. Bisa
menembakkan berbagai serangan napas seiring levelnya naik.

Sihir unik-ku 「Dewa」 juga tampak punya kondisi yang sama dengan ini.

「Pemulihan Super」 Lv.Max (Kompleks): Meningkatkan kecepatan pemulihan alami HP dan


MP. Kecepatan akan menjadi lebih cepat seiring levelnya naik.

Hah? Apakah kamu mungkin tidak pernah lelah dengan skill ini?

「Penguatan tubuh」 Lv.7: Meningkatkan kinerja otot seperti kekuatan, kecepatan, dll. untuk
membantu gerakan tubuh. Akan diperkuat seiring levelnya naik dan gerakan kompleks juga
menjadi mungkin.

Hmm? Jadi kenapa bisa aku bertarung dengan kekuatan sebanyak ini meskipun aku tidak punya
skill.... ini hanya perkiraan, mungkin saja status dasarku sudah terlalu tinggi? Seperti yang
diharapkan aku bukan lagi manusia .... tidak, ayo hentikan itu.... jangan pikirkan itu terlalu dalam.

「Daya Tahan Total」 Lv.8: Daya tahan meningkat pada semua atribut serangan. Daya tahan
lebih besar seiring levelnya naik.

Aku tidak harus berpikir mengenai kesanggupan ini karena status VIT dan MND dalam kasusku.

「Kondisi Abnormal tidak berlaku」 : menghapuskan semua jenis kondisi abnormal.

Aku ingin ituuuuuuu!!! Punyaku kan " hampir tidak berlaku", aku sangat menginginkan skill
ini!!!!
「Pahlawan」 Lv.6: Mereka yang menyelamatkan dunia. Status naik dengan signifikan.
Perbaikan statusnya akan meningkat lebih lauh seiring levelnya naik.

Seperti yang diharap dari skill Pahlawan.... tapi itu sudah di segel....

「Raja Iblis」 Lv.1 : Mereka yang menghancurkan dunia. Perbaikan kenaikan status maksimal.
Perbaikan kenaikan status akan menjadi lebih tinggi seiring levelnya naik dan kau akan mampu
menggunakan skill khusus.

Mungkin ini karena pengaruh bola merah.

Jika disatukan.... ia tidak sekuat itu, 'kan? Tapi ada sesuatu seperti Raja Iblis pada rasnya. Ia
bukanlah seorang lawan yang orang-orang normal dapat menang. Apalagi, status dasar dan skill-
nya terlalu dikhususkan untuk pertarungan.....

Meski aku tidak berpikir akan kalah melawannya....


Bab 87 - Aku Tidak Bilang Tidak Akan Melakukannya
Haosui berbicara dengan suara kecewa seolah ia telah kehilangan minat ketika melihatku
memeriksa kartu guild-nya secara mendalam.

「....jadi? Sekarang paham? Tak ada yang bisa menang melawanku.」 (Haosui)

「....Terus, kenapa kamu masih ingin melawanku?」 (Wazu)

Haosui mendongak dengan pandangan kosong saat dia berpikir, perlahan memandangku kembali
dan sedikit memiringkan kepalanya.

「....karena tak ada hal lain untuk dilakukan?」 (Haosui)

Pengaruh iblisasi.... ma~, itu tidak mungkin. Mungkin karena ia jadi terlalu kuat dan tak seorang
pun di sekitarnya yang cukup kuat untuk bersaing dengannya, ia merasa seperti kehilangan
tujuannya.... ia hanya ingin bertarung karena tidak ada yang dilakukan.

Melihat Haosui yang seperti itu, dia tentunya tampak sudah kehilangan semangat hidupnya.

「....kamu juga tidak bisa menolak」 (Haosui)

「Kenapa begitu?」 (Wazu)

「Hmm....」 (Haosui)

Haosui menunjuk Meru.

「....aku melindungi anak itu. Merawatnya. Memberinya makan」 (Haosui)

Aku tidak bisa membalasnya ketika dia membawa masalah itu.... aku tidak bermaksud menolak
tapi aku tidak yakin jika ini akan aman untuknya....

Karena dia merawat Meru, aku ingin menyelamatkan gadis kecil di depanku ini. Namun, aku
tidak bisa memikirkan rencana bagus untuk mewujudkan itu saat ini.

「....Aku mengerti. Aku akan menerimanya, tapi bisakah kamu memberiku waktu?」 (Wazu)

「....kalau begitu 10 menit」 (Haosui)

「....Mengerti. Itu terdengar bag---- tu-tunggu!! terlalu cepat!! Kenapa hanya sepuluh menit?」
(Wazu)

「....satu jam?」 (Haosui)

「Tak ada bedanya!!! Maksudku, ayo atur itu di lain hari!!!」 (Wazu)

「....kalau begitu, besok?」 (Haosui)


「Beri aku waktu lebih?」 (Wazu)

「Muu.... kamu bilang sesuatu yang sulit....」 (Haosui)

「Kubilang tak ada yang sulit~~~!!!」 (Wazu)

Pada akhirnya.... kami menentukan untuk bertarung pada siang dua hari berikutnya.... haa~a....

Untuk sekarang, aku harus menemukan strategi jalan keluar selama dua hari ini. aku
meninggalkan kamar sambil memikirkan hal itu. Di luar, seorang wanita dengan senyum seksi
menatapku.

Ia mengenakan kain tipis yang seluruhnya tumpang tindih, terdapat ikat tebal yang melilit bagian
perutnya, ini adalah pertama kalinya aku melihat pakaian semacam ini.

Rambutnya diikat ke belakang, ada juga beberapa hiasan emas disisiplan dibeberapa bagian di
sana. Tahi lalat di bawah matanya menekankan wajah mempesonanya.

Karena ditatap oleh wanita yang begitu cantik, tanpa sadar aku membuat suara tegukan. Wanita
tersebut perlahan berjalan menuju diriku.

Hah? Aku? Kemudian, dia anggun membungkuk dan memperkenalkan dirinya.

「Senang bertemu denganmu Wazu-san. Aku tuan dari kota Osen ini dan juga istri Grave,
namaku Selena」 (Selena)

Shuu~~~ aku ingin tahu kenapa, aku langsung tenang.

「Senang bertemu dengan kamu juga, namaku Wazu. Jadi.... apakah istri Grave-san butuh
sesuatu dariku?」 (Wazu)

「Ya, ada juga permintaan dari Grave. Berhubung penginapan untuk menginap sudah ditentukan,
aku datang ke sini untuk memandu Wazu-san ke tempat itu」 (Selena)

「Oh begitu! Jadi, eng, tolong pandu aku」 (Wazu)

Aku menuju penginapan dibawah bimbingan Selena-san. Di jalan, Aku mendengar pria menjerit
di suatu tempat yang jauh.

「Apakah kamu dengar jeritan barusan?」 (Wazu)

「Ya, sepertinya beberapa pria bodoh berusaha memasuki distrik pemandian wanita untuk
mengintip」 (Selena)
Eh....? Tidak.... Tapi itu jeritan lho....

「Berhubung tidak ada tembok di kota ini, beberapa orang berpikir keamanan di kota ini kurang
dan mereka pikir bisa mengintip wanita sampai ke isi hatinya. Faktanya, terdapat sejumlah besar
jebakan, penghalang tak terlihat, penghambat kesadaran dari pihak luar, dll. berbagai cara telah
digunakan. Bahkan jika penyusupnya adalah pahlawan selatan, dia tidak akan bisa memasuki
distrik pemandian wanita tanpa izin dulu. Toko yang memasangnya bilang begitu.」 (Selena)

「Itu benar-benar ketat....」 (Wazu)

「Yea.... ketika memasangnya orang itu berkata "Search & Destroy tukang intip" kata yang
sangat mengesankan」 (Selena)

「Search & Destroy? Apa itu?」 (Wazu)

「Hmm, tampaknya sesuatu seperti bunuh di tempat ketika ditemukan.....」 (Selena)

「N-G-E-R-I!!」 (Wazu)

Apa sebenarnya kata-kata yang terdengar menakutkan itu? Maksudku, aku penasaran apa yang
terjadi pada pria yang menjerit tadi.... ma~, itu salahnya sendiri sih.

Kami kembali ke distrik pemandian campuran. Aku dipandu ke penginapan lantai tiga yang
megah dan paling mewah di distrik ini.

「Eh? Apakah ini tempatnya?」 (Wazu)

「Ya, ini adalah penginapan yang kukelola, aku menyiapkan ruangan terbaik di tempat ini. Aku
sungguh menyesal untuk kemarin karena tidak ada ruangan yang tersedia. Grave juga bilang
kalau aku harus memprioritaskan tamu, tapi aku tidak pernah berpikir kalian semua akan
menginap di gudang」 (Selena)

「Tidak, tidak masalah. Aku tidak memedulikan itu.」 (Wazu)

「Aku merasa lega jika kamu bilang begitu. Kalau begitu, aku akan menunjukkan ruangmu」
(Selena)

Setelah memasuki penginapan, staf-staf membungkuk pada Selena-san sebelum kembali ke


pekerjaan mereka. Ada juga beberapa tamu yang mengenalnya kadang menyapa. Selena-san
membalas dengan seksama sambil memanduku.

Ruangan yang kami masuki sangat luas dan permai, ruangan itu juga menggunakan perabotan
yang tampak mahal. Sejujurnya, apakah sungguh tidak apa bagi seorang sepertiku menggunakan
ruangan ini?
Namun, tampilan dari ruangan ini juga memukau, kurasa ini benar-benar layak untuk tinggal di
ruangan dengan tampilan yang begitu bagus.

Pada meja di tengah ruangan itu, Grave-san sedang minum dengan santai sendirian. Melihatku
datang, dia mengangkat satu tangan untuk mengundangku.

「Yo~ Wazu!! Apa urusanmu dengan Haosui sudah selesai? Maksudku, apakah itu Meru di atas
kepalamu?」 (Grave)

「Yea, aku akan bertarung dengannya setelah 2 hari. Meru, itu Grave-san temanku. Ayo, katakan
halo padanya」 (Wazu)

「Kyuii~」 (Meru)

「Ou~ Aku temannya Wazu, Grave. Salam hormat!」 (Grave)

Benar juga, mungkin Grave-san bisa memberitahuku sesuatu untuk memecahkan masalah ini.

Aku berpikir begitu dan bicara soal situasi Haosui, bola merah, dan apa yang terjadi pada orang
yang menelannya. Grave-san yang mendengar itu mendongak berpikir setelah 「Hmm....」 dia
mengalihkan matanya kembali padaku.

「Sesuatu yang seperti itu terjadi ya.... maaf tapi aku tidak bisa memikirkan apa pun. Bagaimana
denganmu Selena?」 (Grave)

「Mari lihat, Haosui-san tidak menyebabkan masalah tentunya, di sisi lain, bisnis jadi lancar dari
hasil penantang yang datang ke kota ini. Aku ingin dia kembali normal dengan aman jika
mungkin.... tapi mohon maafkan aku. Aku juga tidak tahu cara apa pun untuk membantunya. Aku
tidak bisa membantu apa pun, tolong maafkan aku」 (Selena)

「Tidak, tolong tak usah dipikirkan. Aku juga tidak bisa menemukan apa pun」 (Wazu)

Keduanya tidak bisa membantuku. Aku ingin tahu apakah Floyd tahu sesuatu. Dia tidak di sini,
tapi ayo tanya dia untuk jaga-jaga. Namun, aku tidak tahu kapan dia kembali. Tapi bahkan Grave-
san tidak tahu apa pun jadi aku tidak berpikir dia akan tahu.

Aku sudah tidak bisa memikirkan apa pun. Aku bahkan merasa ingin bertanya pada Dewa untuk
membantuku sekarang....

Hmm....? Dewa....? Dewi....?


Bab 88 - Tanyalah Dewi Jika Kau Sedang Dalam Masalah
Itu dia!! Kan ada Dewi!! Karena mereka dewa, mereka seharusnya tau segalanya. Aku berpikir
begitu dan mengeluarkan kartu guild-ku dari saku. Grave-san memanggil ketika melihat
tingkahku yang tiba-tiba.

「Ada apa, kau tiba-tiba mengeluarkan kartu guild-mu?」 (Grave)

「No, itu lo eng....」 (Wazu)

Mustahil bilang padanya kalau kartu guild-ku telah berubah menjadi sesuatu seperti aula
pertemuan bagi dewi-dewi, jadi aku menjawabnya dengan tidak jelas. Aku menjabarkan soal
situasi saat ini dan memeriksa kartu guild tersebut.

Skill:

「Dewi Laut sedang tidur di dasar laut tenang」 : ....zzZZ ....zzZZ ....ehehe ....ih geli~~~

「Dewi Perang sedang tenggelam dalam latihannya dan tidak menyadarinya」 : Ora! Ora! Ini
baru mulai, beri aku lebih!!

「Dewi Bumi sedang sibuk menanam pohon」 : Fufufu.... tumbuhlah semakin besar~~

「Dewi sedang menikmati waktu ngemilnya」 : Hmm, kue ini rasanya enak!! Kurasa tak apa
kalau memakan sebanyak ini.... tapi aku harus olah raga nanti.

??????????????

A-P-A-I-N-I-~~~~~!!!

Apa yang kalian lakukan? Dewi-dewi ini!! Aku selalu merasa seperti mereka mengawasiku lebih
dari yang diperlukan, tapi kenapa mereka mengabaikanku sekarang!?

Meskipun aku mencoba menolong Haosui, lalu kenapa? Jangan bilang, kalau kalian tidak tertarik
padanya?

Meskipun dia seorang pahlawan? Normalnya, ini adalah pekerjaan mereka untuk membimbing
dan membantu pahlawan, bukan?

Itu....? Apakah mereka marah karena aku kadang meninggalkan mereka? Kira-kira apakah dewi-
dewi berusaha mengatakan bahwa mereka bukanlah wanita gampangan.... tidak, itu.... mustahil....

Mu-Mungkin.... tadi itu timing yang buruk, mari kita coba cek lagi. Aku menjabarkan situasi saat
ini dan memeriksa kartu guild-ku sekali lagi.
Skill:

「Dewi Laut sedang tidur」: ....zzZZ ....zzZZ

「Dewi perang mencari batasannya」: Lagi! Lagi! Aku harus bisa melakukan lebih dari ini!!

「Dewi Bumi bernyanyi dengan bunga-bunga」: Lalala~ ♪ Lalala~ ♪ Lalala~ ♪

「Dewi dilanda masalah serius」: Gimana ini.... aku akan gemuk jika makan kue lagi.... tapi...
seharusnya tak apa memakan satu lagi....

*baaaaaaaaam!!!!!!!*

Aku membanting kartu guild ke lantai. Asap mengepul dari tempat kartu guild mendarat. Grave-
san yang terlihat kuatir berseru.

「O-Oii!! Kau tak apa? Apa yang terjadi?」 (Grave)

「Tidak.... hanya hal kecil yang tidak diharapkan telah terjadi.... tapi tak apa, aku merasa
mendingan setelah membanting kartu guild-ku」 (Wazu)

「Be-Begitu....」 (Grave)

Sialan.... karena dewi-dewi itu, sepertinya Grave-san berpikir kepalaku agak aneh. Yo-Yosh, ayo
tenangkan diri dulu. Tarik napas dalam-dalam.... huu~ haa~

Fuu~ aku sudah tenang. Baiklah, ayo coba sekali lagi. Dewi-dewi pasti tau sesuatu. Aku akan
terus mencoba sampai dapat jawabannya, tapi.... bukan berarti cara ini akan bekerja.

Aku akan bertarung dengan Haosui tanpa mendapat jawaban apa pun kalau begini terus. Itu
artinya aku tidak punya pilihan selain membunuhnya.... tidak, jangan menyerah, ayo coba lagi.

Ini agak memalukan, aku sebenarnya tak ingin melakukannya tapi.... aku tidak punya pilihan lain.
Aku perlahan menenangkan pikiranku dan bergumam di hatiku.

(Apakah ada dewi di luar sana.... seorang dewi yang akan membantu dan membimbingku, yang
tersesat.... lembut, kuat, cerdas dan cantik.... dewi yang begitu jelita....)

Aku memungut kartu guild dan memeriksanya lagi.


Skill:

「Dewi Laut terbangun」

「Dewi Perang menghentikan tangannya」

「Dewi Bumi menjawab panggilan」

「Dewi buru-buru menjawab」: Air mata dari White Dragon kelas Milenium* memiliki
kekuatan suci dan penyembuhan tinggi. Karena dia seorang ryuujin, Aku rasa efeknya akan
tinggi. Biarkan dia memuntahkan bola merah dahulu, maka mungkin untuk menyelamatkannya
dengan air mata tersebut.
(*T/N: masa atau jangka waktu seribu tahun; KBBI Daring)

Jabawannya datangggggg~~~~!!!! Memang benar kalian mengawasiku!! Kalian seharusnya


menjawab sejak awal....

「Dewi Laut tersenyum lembut」

「Dewi perang tertawa terbahak-bahak」

「Dewi Bumi tersenyum」

「Dewi mengangkat sudut mulutnya」: Dengan ini Wazu-san jatuh padaku....

Uuu, ma~.... terima kasih Dewi-sama!! Aku mencintaimu!!!

Aku berpikir sesuatu yang seharusnya tak kupikirkan. Kalimat dalam kartu guild berubah lagi.

Skill:

「Dewi Laut siap bertempur」

「Dewi Perang dalam mode bertempur」

「Dewi Bumi dalam posisi menyerang」

「Dewi siap terjun ke pertempuran」: Ya, Wazu-san milikku~!!


Ayo hentikan itu.... Ayo jangan terlalu memikirkan hal itu. Untuk sekarang ayo lupakan saja. Aku
menghargainya tapi.... aku mengembalikan kartu guild-ku ke dalam saku dengan tenang. Semoga
dunia tidak akan terpengaruh karena ini....

Tapi masalah baru muncul sekarang. Di mana aku bisa mendapatkan air mata white dragon
milenium? Aku tidak tau hal semacam itu. White dragon di gunung sana seharusnya tidak hidup
selama itu. Ibu Meru, Meral juga seharusnya tidak hidup selama itu. Aku mengalihkan mataku ke
pandangan kosong sambil berpikir mengenai apa yang harus dilakukan.

Apakah ia menunjukkan ketertarikan dengan bunga yang menghiasi ruangan? Pikirku kala aku
menyaksikan Meru yang terbang ke sana-sini dengan senangnya.

Tunggu.... nenek Meru, Megil kan white dragon juga. Jika itu ia, mungkin ia sudah hidup ribuan
tahun. Namun, di mana ia sekarang?

Meral seharusnya tahu keberadaan ibunya. Tak ada petunjuk lain. Kenapa kita tak
mengunjunginya saja? Aku ingin tahu apa yang terjadi dengan pasangan tersebut, Meru pasti juga
rindu mereka. Terdengar bagus, ayo panggil Meru.

「Meru!! Ayo kita keluar!!」 (Wazu)

「Kyuii~~」 (Meru)

Meru kembali kembali ke posisi biasanya di atas kepalaku dalam merespons kata-kataku.

「Hmm? Mau pergi ke mana?」 (Grave)

Grave-san memanggilku yang tiba-tiba akan pergi.

「Aah!! Aku akan pergi melakukan beberapa tugas sebentar. Aku bakal kembali dalam dua hari
sebelum pertarungan dengan Haosui」 (Wazu)

「Mau kubantu?」 (Grave)

「Tidak, tidak usah. Ini seperti mengunjungi rumah orang tua setelah menikah. Kalau begitu, aku
pergi!! Tolong beri tahu Floyd tentang ini」 (Wazu)

「Aku mengerti. Hati-hati di jalan!!」 (Grave)

「Ya!!」 (Wazu)

Aku bilang begitu dan pergi keluar kamar, meninggalkan penginapan, pergi dari kota dan menuju
gunung yang berdiri di pusat benua.
Bab 89 - Ayo Bertemu Orang Tua Meru.
Aku menuju ke istananya Ragnil di puncak gunung. Aku lari tergesa-gesa karena tidak bisa
membuang banyak waktu, jadi kecepatanku relatif lebih cepat dari biasanya. Aku memegangi
Meru yang menempelkan cakarnya pada kepalaku dengan satu tangan jadi dia tidak akan jatuh.

Setelah berlari sekitar satu jam, kami sampai di hutan yang luas di kaki gunung. Berhubung kami
menemukan tumbuhan kacang di sana-sini saat di jalan, kami memetik itu dan memutuskan rehat
di tempat terbuka untuk sementara.

Kelompok sekitar 15 orang keluar dari balik pohon dan mengepung kami. Mereka memegang
pedang, pisau, kapak dll. Mereka adalah bandit, tidak peduli berapa kali pun kau melihatnya. Pria
kasar dengan perlengkapan terbaik dan fisik bagus dari kelompok tersebut, melangkah maju dan
mengancam kami.

「Hahaha!!! Aku yang hebat ini adalah bandit yang memerintah hutan ini!!!」

「Aku dan Meru sedang dalam---

*baaamm*

---waktu ngemil!!」 (Wazu)

*bam-bam-bam-bam*

Aku mengirim bandit terbang ke suatu tempat yang jauh dengan pukulan dalam sekejap mata. Ya
ampun, mereka mengganggu waktu penyembuhan antara aku dan Meru setelah sekian lama. Aku
tidak keberatan sih memberi mereka porsi kedua jika mereka masih hidup. Oh, aku akan
membiarkan Freud jadi lawan mereka.

Tidak ada masalah yang terjadi setelah itu. Aku mulai mendaki gunung yang berdiri di pusat
benua. Aku terus melangkah maju meski cuaca terus berubah-ubah. Hal itu tidak berpengaruh
pada diriku.

Aku lega Meru juga tidak tampak punya masalah apa pun dengan cuaca ini. Melakukan ini-itu
sambil terus maju, aku bertemu mereka lagi.

Dua monster seperti kucing dan monster seperti ikan....

Mereka mengelilingi api unggun di bawah pohon besar, sepertinya mereka sedang makan
sekarang. Monster seperti kucing memakan ikan kecil bakar, sedangkan monster seperti ikan
memakan ikan besar bakar dan beberapa macam daging bergantian di masing-masing tangan.

Ini salah. Ini adegan surealisme. Atau lebih tepatnya, Berjuanglah monster seperti kucing. Jangan
terlihat begitu menyedihkan. Karena ada monster seperti ikan besar di sampingmu, makan itu!!
Selagi memikirkan hal seperti itu, mereka melihat kehadiran kami di tempat ini. Meru dan aku
menghentikan gerakan sambil menatap mereka. Keduanya dalam diam melirik kami kembali
sambil terus menggerakkan mulut mereka pada makanan dengan tidak sabaran.

Terus, karena makanan monster seperti kucing aslinya hanya ikan kecil, dia menyelesaikannya
dengan segera. Di lain pihak, monster seperti ikan masih makan karena awalnya dia punya
banyak makanan. Monster seperti kucing menatap monster seperti ikan itu dengan iri.

Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku seketika menerjang dan menendang mereka begitu saja.

*baaaam!!!*

「Kucing seharusnya jadi predator ikan!!」 (Wazu)

Mereka yang tertendang olehku terbang ke suatu tempat yang jauh sampai tidak terlihat lagi.
Karena mereka monster, mereka mungkin tidak akan mati. Aku tidak bermaksud membunuh
mereka pada awalnya.

Karena kurasa aku ingin monster seperti kucing itu bekerja keras. Yakinlah untuk mengalahkan
monster seperti ikan itu dan berdirilah di puncak. Tunjukkan padaku bahwa kau bosnya. Pasti,
kau bisa melakukannya. Aku mendukungmu!!

Aku menatap ke arah kedua orang itu menghilang. Aku juga berpikir harus melakukan yang
terbaik sendiri dan berlari menuju istana lagi.

Monster menyerang beberapa kali sebelum kami sampai, tapi mereka semua jatuh dengan satu
pukulan. Namun aku merasa gelisah. Entah kenapa aku merasa seperti ada yang ganjil ketika
memasuki gunung.... begitulah perasaanku.

Meru dan aku mencapai kastil dalam sehari. Sepertinya lebih baik menginap di sini nanti malam.
Aku ingin Meru menghabiskan waktu yang berharga dengan orang tuanya juga. Selagi berpikir
begitu, aku perlahan membuka pintu istana.

Di sisi lain pintu, ada Ragnil yang teliti membersihkan istana dengan kemoceng.

Aku perlahan menutup pintu kembali.

Hmm? Aku ragu apakah aku terlalu lelah? Kurasa aku telah melihat Ragnil melakukan sesuatu
tidak tepat bagi raja naga. Aku yakin itu hanyalah imajinasiku. Aku perlahan membuka pintu lagi.
「Meskipun aku tidak selingkuh.... kenapa aku harus dihukum....?」 (Ragnil)

Selagi bilang begitu, dia menggunakan kemoceng untuk membersihkan sekitarnya dengan
*wush-wush*. Kau belum dimaafkan....? Selagi bertanya-tanya mengenai apa yang harus
kulakukan di situasi ini, aku merasa berat di kepalaku pergi. Meru terbang menuju Ragnil.

Ragnil menyadari Meru yang makin mendekat padanya sambil mengepakkan sayapnya dengan
riang.

「Hmm? Ooh, Meru!! Bagaimana kabarmu? Apa kau makan dengan benar?」 (Ragnil)

「Kyuii~! Kyuii~!」 (Meru)

「Itu bagus!! Kalau dipikir lagi, bagaimana dengan Wazu....」 (Ragnil)

Mata kami bertemu. Sepertinya dia baru menyadariku. Kami saling melihat mata masing-masing
dalam diam untuk sesaat....

「............」 (Ragnil)

「............」 (Wazu)

「....Yang penting, masuk dulu!」 (Ragnil)

「....Ye-Yea jangan kuatir!! Aku takkan bilang pada siapa pun!! Aku akan melupakan segalanya
yang kulihat barusan」 (Wazu)

「....maaf, tolong lakukan itu!」 (Ragnil)

Aku tidak ingin melihat raja naga dalam situasi yang menyedihkan.... Ragnil memanduku
memasuki istana dengan Meru yang menempel perutnya dengan ceria.
Bab 90 - Air Mata White Dragon.
Ragnil memanduku ke tempat yang merupakan aula besar di istana. Ada Meral yang sedang
rebahan dengan nyaman di tempat itu. Meru, yang melihat sosok Meral, lekas memisahkan
dirinya dari Ragnil dan terbang menuju tempat Meral. Ragnil yang melihat Meru meninggalkan
dirinya tampak kesepian.

Tabahlah papa dragon!!

Meru melayang di atas Meral sebelum ia terjun menuju wajah Meral dan mulai mengusapkan
wajahnya ke Meral.

「Oh Meru? Fufufu.... sepertinya kamu pulang untuk berkunjung. Aku senang akhirnya bisa
bertemu kamu. Apakah kamu jadi sedikit bertambah besar?」 (Meral)

「Kyuiii~!! Kyuii~!!」 (Meru)

「Bagitu. Kamu bersenang-senang ya. senang mendengarnya.」 (Meral)

Aku perlahan mendekati keduanya.

「Sudah lama ya, Meral」 (Wazu)

「Yea, Wazu juga sepertinya sehat-sehat saja. Tampaknya kamu sudah merawat Meru dengan
baik, aku merasa lega」 (Meral)

「Begitulah, meski berbagai hal telah terjadi. Karena kami akan bermalam di sini, kalian harus
menikmati waktu keluarga kalian secara maksimal」 (Wazu)

「Aku mengerti. Terima kasih!!」 (Meral)

Meral mengangkat sudut mulutnya dan menunjukkanku sebuah senyum dragon yang bahagia
ketika aku berkata begitu.

「Aku senang dengan tawaran itu, tapi kenapa Wazu ke sini? Apakah kamu ke sini hanya untuk
membiarkan kami melihat Meru?」 (Meral)

「Tidak, sebenarnya....」 (Wazu)

Aku memberitahunya alasan kenapa aku datang kemari. Aku melewatkan detail seperti
mendengar informasi ini dari dewi-dewi untuk jaga-jaga.

「Begitu ya, kamu mencari ibu dengan situasi semacam itu. Kalau begitu, kenapa kamu tidak
langsung tanya ibuku saja? Kurasa dia akan mendengarkan jika itu Wazu yang meminta」
(Meral)

「Oh, beliau ada di sini?」 (Wazu)


「Yea, beliau di sini untuk mengawasi Ragnil. Kurasa beliau sedang baca buku di ruang belajar
sekarang, Tempatnya berada di ruang paling dalam di lantai atas」 (Meral)

「Kyuui~ Kyuui~」 (Meru)

Aku menuju ke ruang terdalam di ujung koridor setelah mengetuk pintu besar. Di sana terdapat
sebuah aula luar biasa megahnya yang lebih besar dari aula besar tadi.

Rak buku besar yang mencapai langit-langit, dengan tinggi yang tidak dapat dicapai kecuali naga
terbang, ditutupi oleh dinding di sekitarnya. Tiap rak buku dipenuhi oleh buku tanpa menyisakan
sela sama sekali. Buku-buku itu tertata secara rapi.

Di dalam ruangan ini terdapat sejumlah meja dan kursi seukaran manusia yang membuatmu
bertanya siapa yang akan membaca di sana. Di tengah itu, ada meja dan kursi naga berukuran
besar. White dragon, Megil sedang membaca sambil mengenakan kaca mata di sana.

Megil, yang melihat kehadiranku, perlahan menutup bukunya dan mengalihkan perhatiannya
kepadaku.

「Oh? Kalau tidak salah Wazu, 'kan? Tapi Meru sepertinya tidak bersamamu」 (Megil)

「Etto~, lama tidak bertemu, aku Wazu. Meru dengan orang tuanya di bawah」 (Wazu)

「Fumu, baguslah selama dia sehat. Aku juga harus pergi dan melihatnya nanti. Jadi, aku
penasaran ada alasan apa sampai datang jauh-jauh ke sini?」 (Megil)

「Anda bisa tahu?」 (Wazu)

「Karena aku sudah hidup lama bukan tanpa alasan. Meski aku akan senang walau kau datang
begitu saja jadi Meru dapat bertemu orang tuanya, tapi baru-baru ini aku merasa atmosfir di
gunung ini berubah agak aneh」 (Megil)

Sepertinya Megil juga merasakan perasaan ganjil yang aku rasakan ketika aku memasuki gunung
ini.

「Maaf, ini bukan soal gunung tapi jika memungkinkan, aku ingin meminta bantuan anda....」
(Wazu)

Dan kemudian, aku menjelaskan tentang situasi pahlawan utara, Haosui. Seperti sebelumnya, aku
melewatkan detail mengenai dewi-dewi....

「....aku mengerti. Tapi Wazu, dari mana informasi ini kau dapatkan?」 (Megil)

「Eh?」 (Wazu)

*glek!!* kenapa ia menanyakannya?

「Ada apa? Kau tidak bisa memberitahukannya?」 (Megil)


「.......」 (Wazu)

Tidak ada pilihan lain.... aku di posisi peminta bantuan sekarang ini. Memang sih aku tidak
terlalu akrab dengan Megil, tapi ayo bicara jujur untuk mendapat kepercayaannya. Meski aku
tidak tau apakah ia bisa percaya padaku. Ma~, jika tidak berjalan lancar aku akan menunjukkan
kartu guild-ku padanya.

Aku bilang padanya aku dapat informasi ini dari dewi-dewi. Wajahnya mengendur dan dia mulai
tertawa terbahak-bahak.

「Ha-Ha-Ha-Ha!!! Begitu ya, kau mendengarnya dari dewi-dewi!!」 (Megil)

「Eh? Apakah anda percaya?」 (Wazu)

「Yea, aku mempercayaimu sejak pertama aku mempercayakan Meru padamu. Namun, hanya
segelintir orang yang diberi tahu tentang kekuatan air mata white dragon, bahkan di antara ras
ryuujin. Kupikir dari mana kau mendengarnya.... jadi hal itu dari dewi-dewi, membuatnya sedikit
masuk akal. Sepertinya kau sangat disukai oleh mereka」 (Megil)

「Ha-hahaha....」 (Wazu)

Aku tidak bisa bilang mereka menyukaiku sejauh menginginkan hubungan fisik.

「Namun, jadi nostalgia ya.... aku tidak dengar apa pun dari waktu itu.... tapi sepertinya mereka
baik-baik saja」 (Megil)
(T/N: aku ngak tahu yang disebut 'mereka' itu siapa)

「....Eh? Apakah itu kenalan anda?」 (Wazu)

「Cuma cerita saat dulu」 (Megil)

「He~e....dulu?」 (Wazu)

「Tak baik menggali lebih dalam rahasia wanita, bukan?」 (Megil)

「Maafkan aku....」 (Wazu)

Hal itu terlintas seketika, "Seberapa lama dulu itu?" Tapi aku langsung berkecil hati kala
memikirkan hal itu. Mungkin hanya imajinasiku saja, tapi aku punya perasaan bahwa dewi dalam
kartu guildku mulai ribut. Ma~, aku tidak akan memeriksanya.

「Jadi, tentang cerita dari pahlawan ini....」 (Megil)

「Ya?」 (Wazu)

「Apa warna rambut gadis Haosui ini?」 (Megil)

「Warnanya hijau」 (Wazu)


「Oh begitu.... kurasa darah naga yang dia warisi itu akan membuatnya cukup kuat untuk
menjadi pahlawan.... begitu ya....」 (Megil)

「........」 (Wazu)

Emm~ ada banyak hal yang ingin kutanyakan sejak tadi, tapi ayo tahan saja.

「Baiklah, Tenang saja. Aku adalah White Dragon kelas seribu tahun, jika kau bisa
menyelamatkan anak ini menggunakan air mataku, maka kau bisa mengambilnya sebanyak yang
kau mau!!」 (Megil)

「Terima kasih banyak」 (Wazu)

Kami turun ke lantai pertama untuk mengambil botol kosong guna menyimpan air mata.

Meru melekat ke Megil dengan erat begitu kami tiba di lantai pertama. Sepertinya ia senang
bertemu dengan neneknya.

Megil yang membelai punggung Meru dengan bahagia, Meral yang puas menyaksikan mereka,
Ragnil yang terlihat iri, adegan ini membuatku ingat betapa kuat ikatan keluarga ini.
(T/N: hmmm.... wait, something went wrong...)

Megil menaruh air mata ke dalam botol kosong yang di siapkan Meral dan setelah itu, kami
menikmati waktu di istana ini.
Bab 91 - Bermalam Di Istana
Aku bermalam di istana pada malam itu. Tapi sekarang, aku sendirian di balkon, Karena itu
adalah waktu keluarga yang berharga, aku tidak mau mengganggu mereka jadi aku diam-diam
keluar dari aula besar ke tempat ini.

Aku minum sambil menatap ke langit berbintang sendirian. Aku membawa minuman dari kota,
tentu minumannya bukanlah alkohol yang seharusnya cocok dengan situasi ini. Aku sudah cukup
dengan alkohol.

(Haa~ ini nikmat~)

Aku tidak mau menyentuh alkohol lagi. Aku tidak menginginkannya karena kepalaku akan sakit
sehari setelah meminumnya. Aku tidak punya daya tahan terhadap alkohol. Mungkin aku bakal
bisa menahannya jika aku terus meminumnya, tapi hal tersebut sangat menyakitkan jadi ayo
hentikan saja.

Aku melihat langit sambil memikirkan hal itu, bintang-bintang bersinar terang, layaknya langit
malam yang luar biasa.

Kuharap aku bisa melihat langit malam seperti ini bersama dengan seorang kekasih. Tapi
sayangnya aku tidak punya....

Aku sendirian.... kuharap suatu hari aku bisa menemukan seseorang yang benar-benar
mencintaiku.... tapi melihat dari kejadian di masa lalu, kemungkinan akan sulit.... aku ingin tahu
apakah aku akan sendirian selama sisa hidupku....

Ayo hentikan itu, hanya memikirkannya saja membuatku depresi. Pemikiran semacam itu hanya
akan merusak rasa minuman yang nikmat ini. Jadi ayo nikmati malam ini dan lupakan semuanya.

Ketika aku menenggelamkan diriku dengan berpikir begitu, aku mendengar langkah kaki
seseorang mendekat dari belakang. aku memutar kepalaku menuju suara tersebut. Ada Ragnil
yang datang sambil membawa tong kecil.

「Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?」 (Ragnil)

「Kenapa kau datang kemari, Ragnil? Ketika aku mempertimbangkan memberimu waktu luang
bersama keluarga....」 (Wazu)

「Fuhahaha~ Berhubung kau di sini, aku berpikir mau minum dengan Wazu!!」 (Ragnil)

「Aku tidak minum alkohol」 (Wazu)

「Aku tak peduli!! Karena yang penting kita bersama」 (Ragnil)

Mengatakan itu, Ragnil duduk di sampingku dan mulai minum dari tong yang dipenuhi dengan
alkohol.

「Puhaa~!! Sake lebih nikmat malam ini karena ada teman di sampingku!! Benar juga, aku minta
maaf karena memberimu masalah atas Meru dan segalanya」 (Ragnil)
「Tak usah dipikirkan, aku menikmati perjalanan dengan Meru!!」 (Wazu)

「Senang mendengarnya」 (Ragnil)

Dengan itu, gelas dan tong bertumbukan.

「Kudengar soal pahlawan utara. Akan bagus jika ia bisa diselamatkan menggunakan air mata
ibu mertua-ku」 (Ragnil)

「Kuharap juga begitu.... hmm? Apa kau tertarik dengan Haosui? Meskipun kau belum pernah
bertemu dengannya secara langsung」 (Wazu)

「Tentunya ryuujin tersebut masih tergolong sebagai keluarga manusia, masa hidup atau
kekuatan mereka jauh dari kami, para dragon. Tapi tetap saja, darah dragon yang sama bercampur
di dalam tubuh mereka. Makanya kami (para dragon) mengenal mereka sebagai kerabat」
(Ragnil)

「Begitu ya.... akan kulakukan yang terbaik」 (Wazu)

「Bagus, aku akan menyerahkannya padamu」 (Ragnil)

「....jadi, apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan?」 (Wazu)

「Ibu mertua belum memaafkan diriku....」 (Ragnil)

Kurasa juga begitu. Kalau tidak, aku takkan melihat raja naga membersihkan istananya sendiri.

「Jadi, bisakah kau memberi kata-kata manis untukku....?」 (Ragnil)

「Ada perasaan seperti aku mau membantu sebagai seorang teman, tapi itu mustahil. Karena ini
masalah keluarga jadi aku ingin menghindari keterlibatan. Jadi sabarlah menghadapinya!」
(Wazu)

「Kau teman yang tidak punya hati....」 (Ragnil)

「Kalau aku dalam situasi yang sama sepertimu, maukah kau membantuku?」 (Wazu)

「Yah, aku akan melihatnya dari jauh dan mendo'akanmu」 (Ragnil)

Jadi kau mengerti posisiku sekarang.

「Kalau dipikir lagi, aku menyuruhmu untuk mengenalkan red dragon bermasalah ke seseorang,
gimana masalahnya sekarang?」 (Wazu)
「Oh, aku mengenalkannya ke blue dragon bujang yang notabene salah satu ajudanku. Mereka
saling tertarik ketika aku mempertemukan mereka. Mereka bercumbu setiap hari dan hal tersebut
mulai menjengkelkan」 (Ragnil)

「.......」 (Wazu)

Bagaimana bisaaaaaa!?!?

Bagaimana bisa semua orang begitu mujur kecuali diriku!? Tidak adil!! Bilang padaku itu
bohong!! Sialan!! Kenapa nasibku juga tidak begitu!? Kenapa aku masih lajang!? Apa salahku?
Apakah aku melakukan sesuatu yang salah sehingga pantas menerima ini!? Sialan!!

AKU IRI~~~!!!!!

AKU JUGA MAU BAHAGIA~~~!!!!!

Aku putus asa menuang minuman yang kugenggam di tanganku ke mulut dalam sekali teguk.

「Ada apa, Wazu? Kau tahu, suasana di sekitarmu tiba-tiba berubah gelap?」 (Ragnil)

「Aku merasa seperti bisa menghancurkan dunia jika itu diriku yang sekarang」 (Wazu)

「K-Kau bercanda!!」 (Ragnil)

Aku bisa melakukannya, kan? Dengan berkat dewi-dewi dan sebagainya, haruskah aku
mencobanya? Fufufu.... dunia seperti ini.... harus binasa sekali!! Setelah itu, dunia yang ramah
padaku bakal dibuat!!

「FU~HAHAHAHAHA.....」 (Wazu)

「Ada apa Wazu? Berhentilah jangan menakutiku!?」 (Ragnil)

Aku melihat sosok Ragnil yang tampak khawatir saat aku jatuh ke lantai sambil tertawa. Lantai
batunya dingin dan terasa enak. Lalu, aku melihat botol yang kubawa terbaring di samping
wajahku. Di bagian bawah botolnya terdapat kertas yang menempel, tertulis sebagai berikut.

※ Minuman ini mengandung sedikit alkohol sebagai perisa ※

Apa ini.... mengandung alkohol.... katamu.... zzzzz


Pada hari berikutnya, aku terbangun dengan sakit kepala. Aku lekas minum air dan mengatur
napasku dengan segera. Aku benar-benar ingin memukul diriku yang kemarin. Aku akan periksa
dengan teliti sebelum meminum apa pun lain kali.

Aku keluar dari ruangan dan mencari Meru. Di jalan, aku bertemu Ragnil yang sedang
membersihkan istana dan menjelaskan tentang keadaan kemarin.

Meru berada di aula dengan Meral dan Megil, mereka terlihat mengobrolkan sesuatu. Meru
melompat ke wajahku setelah menyadari kehadiranku dan mulai memanjat ke atas kepalaku. Hal
itu agak tidak nyaman karena Meral dan Megil tersenyum melihat kejadian itu.

「Wazu-san, aku menyerahkan Meru dalam pengawasanmu」 (Meral)

「Yea, tentu!!」 (Wazu)

「Wazu, aku menyerahkan masalah mengenai Haosui padamu. Tolong selamatkan ia」 (Megil)

「Akan kulakukan apa yang kubisa. Kalau begitu, aku akan berkunjung lagi kapan-kapan」
(Wazu)

Aku santai bertukar salam dan kembali ke kota Osen bersama Meru.
Bab 92 - Mimpinya Besar.
Meru dan aku berlari kembali ke kota Osen. Yah, sebenarnya ia cuma menempel di kepalaku.
Meru tampak senang setelah akhirnya dapat bertemu orang tua dan neneknya lagi. Aku membelai
kepala Meru sambil berlari dan sebagai tanggapan ia main-main menggigit tanganku yang
kugunakan untuk membelainya, hei geli.

Di jalan, kami rehat di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Itu karena kami mengambil rute
yang berbeda dari arah kami datang.

Aku penasaran apakah aku punya sesuatu menarik mereka.

Saat kami menikmati waktu sembari berjemur di bawah matahari, mereka(wanita) muncul.

「Ayolah!! Dia kan sendiri, rampok dia selagi dia tidur」

「Ta-Tapi, dia bersama anak dragon, gimana kalau dia bangun dan melawan balik?」

「Tidak apa-apa!! Lihat wajahnya, itu hanya wajah pria biasa yang bisa kau temukan di mana
pun. Bahkan jika dia melawan, tak kan jadi masalah besar!!!」

Kasar sekali!! Tapi seperti yang dia katakan. Aku tidak bisa menyangkal kalau wajahku ini rata-
rata. Sepertinya aku tidak akan pernah jadi populer karena wajahku biasa saja.

Tidak, itu salah, pria selalu tentang kepribadian, kau harus lembut sama wanita.

Makanya, pertama-tama ayo tunjukkan pada mereka kalau aku terbangun.

Pura-pura saja aku tidak menyadari mereka dan langsung pergi dari sini.

Aku bangun~! Aku lekas meluruskan tubuhku~! Aku meletakkan meru ke kepalaku~!

Aku mencoba pergi dari sini, tapi kedua wanita yang keluar dari balik pohon tersebut
menghadang jalanku.

Tolong biarkan aku pergi untuk kebaikan kalian sendiri~~!

「Kau, tunggu sebentar!!」

「To-Tolong tu-tungguu~uu!!」

Dari dua wanita yang muncul di hadapanku, yang pertama yang mengeluarkan suara bagus
dengan semangat tinggi adalah wanita dengan rambut pirang sebahu, mata yang gigih dan
berparas cantik.

Ia mengenakan rompi kecil yang tidak cukup menutupi daerah sekitar pinggangnya, celana
pendek dan sepatu bot yang menekan paha rampingnya, sangat cocok dengan penampilannya.
Aku merasakan kecantikan alami darinya. Namun, ia memegang pedang panjang di tangannya.
Di sisi lain, wanita dengan rambut ungu panjang dan halus, mata lembut dan berparas cantik.
Berbeda dengan temannya, ia mengenakan gaun cantik panjang yang tidak menunjukkan banyak
kulit. Ia mengarahkan pisau dengan tangan gemetar ke arahku. Ia tampak begitu manis yang
membuatku ingin melindunginya. Keduanya masih remaja, kurasa umur mereka hampir sama
denganku.

「Ayolah, pertama beri tahu dia tuntutanmu」

「I-Iyaa!! Emm.... Aku bandit!! Beri aku uangmu~! desu....!!」

(T/N: jadi ingat Hifumi-senpai~ 'new game' :v )

「"desu" tidak tepat. 1 poin dikurangi」

「Uu~.... maafkan aku!!」

「Jangan minta maaf!!」

Apaan ini....? Eh? Apa yang harus kulakukan?

「Ayo, sekali lagi!!」 ()

「Aku ba-bandit~! Beri aku uangmu~!」

「........」

Beneran, apa yang harus kulakukan sekarang? Ketika aku dalam masalah dengan bagaimana
menanggapinya, si wanita pirang bicara padaku.

「Maaf~!! Saat ini, gadis ini berada di tengah ujian lapangan bandit-nya yang ke-5. Maaf atas
masalahnya, bisakah kau mendampinginya?」

「Mo-Mohon bantuannya~!!」

Begitulah, si wanita pirang berkedip padaku dan mengajukan tangannya dengan isyarat memohon
sedangkan si wanita berambut ungu dengan putus asa menundukkan kepalanya. Kurasa aku bakal
akrab dengan mereka, tapi....

「A-Apa boleh buat~! Kalau kau tidak keberatan, aku bakal jadi lawanmu」 (Wazu)

(T/N: malah jadi tsundere nih si wazu :v)

Kurasa ada sesuatu yang pria harus hindari, jangan kalah cuma karena pihak lain itu imut. Tapi
apa sebenarnya ujian lapangan bandit ini?

「Jadi apa yang harus kulakukan?」 (Wazu)

「Kau bisa melakukannya seperti biasa」


「Yah, seperti biasa ya.... Aku tidak punya uang untuk diberikan kepada bandit!!」 (Wazu)

Begitu aku menolak dengan tegas, wanita berambut ungu tersebut terkejut dan kembali menyusut.

Tidak Tidak Tidak!! Aku tidak bermaksud menakutimu!! Suer!! Aku hanya melakukannya
seperti biasa, seperti yang temanmu bilang!!

「Ayolah, sudah alami dia menolakmu, jangan langsung takut cuma karena ini」

「Maafkan aku~」

「Kau tidak akan lulus kalau begini terus, tau?」

「Aku ak-akan berjuang~!!」

Si wanita berambut ungu menguatkan dirinya dan mengarahkan pisau padaku lagi sambil
bertindak tangguh, tapi tangannya masih gemetar.

「Ayolah, tunjukan padaku apa yang sudah kau pelajari. Apa yang harus kaulakukan ketika
lawanmu menolak?」

「Emm.... ka-kalau begitu, aku akan mengambil nyawamu!! desu~」

「Kau menambahkan "desu" lagi.... 1 poin lagi dikurangi」

「Haa~u....」

Eh kenapa ini? Ia terlalu imut.... tidak, bukan itu!! Barangkali ini salahku? AMaafkan~ Aku tidak
berencana melakukan itu!!

「Kita masih belum selesai」

「Y-Ya!! Ka-Kalau begitu, mulai dari sini akan jadi pertarungan. A-Aku maju~」

Ia bilang begitu dan wanita berambut ungu menyerangku dengan pisaunya. Matanya tertutup.

「Whoa~ Bahaya!!」 (Wazu)

Aku secara naluri menghindari pisau. Itu berbahaya. Jangan maju dengan mata tertutup karena
kau terlalu takut. Maksudku, hentikan saja melakukan hal-hal yang berbahaya.

「Berhenti!! Sepertinya kebiasaan buruk menutup matamu belum disembuhkan」

「Ma-Maafkan aku~! Habisnya menakutkan sih」

Aku juga takut karena masalah yang beda. Maksudku, bagaimanapun kau melihatnya menjadi
bandit itu tidak cocok untuknya, pikirku.
「Kau masih belum siap, sepertinya masih terlalu dini untukmu. Kau harus melakukannya lagi
dari tempat latihan」

「Fuee~ Ta-Tapi aku tidak mau menyerah walau bagaimanapun, jadi tolong jangan tinggalkan
aku~」

Tidak, orang memiliki sesuatu yang cocok untuk mereka lakukan, dan kurasa wanita berambut
ungu tersebut tidak cocok menjadi bandit.

「Kita akan pulang ke rumah hari ini. Aku minta maaf soalnya kau harus menemani kami selama
ini....」

「Tidak, aku sama sekali tidak keberatan. Emm, semoga berhasil?」 (Wazu)

「I-Iya!! Aku akan bekerja keras!! Aku akan melakukan yang terbaik untuk menjadi bandit
perempuan terhebat di dunia!! Terima kasih atas bantuannya!!」

Itu sepenuhnya mustahil. Kurasa peran dengan ia dilindungi orang-orang akan lebih cocok
untuknya.

Kemudian, wanita pirang dan wanita berambut ungu pergi ke dalam hutan. Si wanita berambut
ungu terus menatap diriku yang dibelakang dari waktu ke waktu sebelum keduanya benar-benar
menghilang dari pandanganku.

Kupikir ia harusnya menyerah menjadi bandit soalnya itu tampak mustahil untuk dirinya.

Setelah itu, tak ada masalah apa pun dan kami tiba di kota Osen pada malamnya hari itu.
Bab 93 - Serangan Pertama
Ketika aku kembali, entah kenapa Floyd menunggu di pintu masuk kota Osen. Dia membungkuk
dengan elegan ketika melihat sosokku muncul.

「Saya merasa lega dari lubuk hati saya karena melihat anda kembali dengan selamat, Wazu-
sama. Anda telah menghilang kala saya kembali ke penginapan. Saya dengar bahwa anda terbang
ke suatu tempat untuk melaksanakan beberapa urusan. Saya sangat, sangat khawatir bahwa tidak
ada makanan yang bisa melewati tenggorokan saya selama 3 jam terakhir ini」 (Floyd)

「....kapan kaumakan malam? Apa yang kaumakan?」 (Wazu)

「Sekitar tiga jam yang lalu, Saya makan hidangan yang disebut sukiyaki. Yang menggunakan
daging kualitas tinggi, berbagai jamur, dan sayuran liar yang sudah dimasak di dalam pot yang
disebut nabe, itu benar-benar lezat. Oh iya, saya juga makan telur air panas」 (Floyd)

「Jadi.... karena kaumakan banyak, kau tidak bisa makan lagi sekarang?」 (Wazu)

「Hmm.... saya kira anda bisa mengatakannya seperti itu~」 (Floyd)

「Kaulah yang mengatakannya dengan cara yang aneh」 (Wazu)

Memang, tak ada gunanya berbebat dengan dia. Aku mengeluarkan helaan dan menuju ke
penginapan yang istri Grave-san tunjukkan padaku sebelumnya.

Begitu aku sampai di penginapan, aku dipandu ke ruang yang sama ketika pertama kali datang ke
sini. Di dalam ruangan ada Grave-san dan istrinya, Serena-san yang dengan elegan meminum teh.

Ketika dia melihatku, Grave-san mengangkat tangannya dan memanggilku.

「Ou~ selamat datang~!! Cepat juga, kau sudah menyelesaikan urusanmu?」 (Grave)

「Yea, dengan ini aku mungkin bisa melakukan sesuatu besok」 (Wazu)

「Senang mendengarnya, kalau begitu kau hanya perlu mengembalikan energimu untuk
pertarungan besok!! Serena, tolong!!」 (Grave)

「Ya~」 (Serena)

Setelah itu, Serena-san menyiapkan sukiyaki yang Floyd sebutkan sebelumnya. Ia juga
menyiapkan cemilan untuk Meru. Aku makan sendirian sedangkan Meru disuapi oleh Serena-san

Aku nggak iri sama sekali lho~!!


Setelah menyembuhkan kelelahanku di dalam pemandian air panas, aku langsung tidur.

Pada hari berikutnya, aku bangun pagi buta. Aku dengan lembut meletakkan Meru yang masih
tidur di kepalaku dan perlahan keluar dari penginapan untuk berjalan-jalan keliling kota.

Jika kau lihat lebih dekat, meski ada banyak penginapan di kota ini, bukan berarti tidak ada
rumah pribadi di sini. Tentu beberapa orang benar-benar tinggal di sini.

Aku hanya melihat fakta biasa seperti sekarang. Tentunya ketika aku datang ke sini pada saat
malam hari dan di hari berikutnya suasananya sangat sibuk, berbagai hal telah terjadi dan aku
tidak bisa melihat-lihat kota dengan benar.

Aku berjalan-jalan di sekitar kota, sambil menghindari distrik pemandian laki-laki tentunya. Aku
memberi Meru makan telur air panas yang dijual di stan jalanan, sembari melihat produk-produk
yang ditampilkan di tempat seperti ruang terbuka toko suvenir.

Aku membunuh waktu sebelum pertarungan yang akan diadakan pada siang hari.

Waktunya untuk janji. Aku berdiri di atas panggung di pusat kota. Meru menyaksikan dari atap
suatu tempat. Sudah ada banyak penonton di sekitar panggung. Aku tidak tahu dari arah mana
Grave-san dan Floyd menonton karena terlalu banyak orang yang berkumpul.

Haosui berdiri di depan mataku. Ia tampak tidak memiliki motivasi sama sekali. Kedua tangannya
diturunkan dengan lesu dan mata mengantuknya mengarah padaku. Ia tidak mengenakan baju
longgar yang ia kenakan waktu pertama kami bertemu. Itu adalah pakaian yang kelihatannya
banyak dikenakan penduduk kota sebelah.

「....kalau begitu, bisa kita mulai?」 (Wazu)

Begitu aku melontarkan kata-kata tersebut, meski tak ada perubahan di ekspresi wajahnya.
Kekuatan yang kurasakan dari Haosui berangsur-angsur meningkat.

Namun, tidak ada pergerakan darinya, dia tidak melakukan apa pun kecuali mengamatiku. Saat
aku memiringkan kepala dalam kebingungan, Haosui berbicara.

「....Kamu bisa menyerangku duluan. Aku selalu memberi lawan serangan pertama」 (Haosui)

Jadi begitu. Tentunya, saat ia bertarung sebelumnya, pihak lawanlah yang pertama bergerak.
Selagi memiliki status spesialisasi pertarungan yang begitu tinggi, aku penasaran dengan apa
yang ia tunggu. Jadi ia hanya menyerahkan serangan pertama ke lawannya.

Kalau begitu, ayo langsung kalahkan dia dan membiarkannya minum air mata dragon.... tidak,
tunggu sebentar.

Dalam percakapan dewi-dewi sebelumnya, aku yakin itu mengatakan kalau dia harus
memuntahkan bola merah dulu. Ayo pastikan hal tersebut dulu untuk jaga-jaga.
「Aku ingin bertanya satu hal sebelum kita mulai」 (Wazu)

「...apa?」 (Haosui)

「Bisakah kamu memuntahkan bola merah yang kamu telan, sesuai kehendakmu?」 (Wazu)

「....Hmm? Aku tidak tau. Aku tidak merasa ingin memuntahkannya juga」 (Haosui)

Kurasa begitu. Aku mengharapkan jawaban ini. Tapi tetap saja, masih masalah, aku tidak tahu
cara mengeluarkan bola merah darinya. Aku ingin tahu apakah aku bisa bertarung dengan cara
yang sama seperti biasanya? Terus, bagaimana kalau dia kehilangan kesadarannya? Hmm....
pertama-tama, aku harus bertarung melawannya dengan benar dan melihat situasinya.

「Aku mengerti.... kalau begitu, aku akan menyerangmu」 (Wazu)

「Lakukan dengan cepat.... lagian aku juga yang akan menang」 (Haosui)

Oh cara bicara yang angkuh. Yah mau gimana lagi, dengan status-nya saat ini dan sebagainya,
mungkin ia berpikir jadi terkuat di antara manusia....

Tidak, bukan itu. Bukannya ia angkuh, ia hanya tidak tertarik, ia tidak merasa termotivasi, ia
tidak peduli lagi.

Ia hanya ingin menyelesaikan ini dengan cepat karena tidak ada orang yang bisa mengalahkan
dirinya lagi. Ia tidak mengharapkan apa pun. Wajahnya agak tidak termotivasi karena ia berpikir
dirinya sudah tahu hasil pertarungan ini.

Jika begitu.... ayo buat dirinya sedikit termotivasi.

「Baiklah, ayo mulai. Aku akan maju lurus dan melancarkan tendangan menuju kepalamu」
(Wazu)

「....kenapa menjelaskan----」 (Haosui)

Setelah memberi tahu dirinya mengenai bagaimana aku akan menyerang, aku langsung menutup
jarak dengan Haosui dan menembakkan tendangan sementara menahan diri menuju kepalanya.
Dalam sekejap, Haosui menunjukkan ekspresi terkejut tapi segera kembali ke wajahnya yang
biasa.

Ia segera mengangkat lengannya untuk menghadang seranganku sedangkan tangan lainnya


digunakan untuk menyerang balik diriku.

Aku menaruh sedikit kekuatan pada kaki yang kugunakan untuk menendang Haosui. Ia
terhempas tapi mendarat normal dengan kedua kakinya seolah tidak ada yang terjadi. Ia
memfokuskan matanya ke arahku. Mata itu adalah mata mengantuknya yang biasa tapi aku bisa
merasakan sedikit antusiasme di dalamnya.
Bab 94 - Pertarungan Dengan Haosui
Haosui menyapu lengannya yang terkena tendanganku. Ia membuka-tutup telapaknya berulang
kali untuk memeriksa kondisinya. Selagi aku dalam diam melihat situasinya, para penonton di
sekitar panggung mulai membuat kebisingan.

「O~o!! Orang itu, ini adalah pertama kalinya aku melihat Haosui kewalahan oleh serangan
lawannya!!」

「Pertahankan~!! Pria bermuka biasa~!!」

「Wazu-sama~!! Saya tidak habis pikir anda adalah pria yang tega menendang gadis kecil~!!」
(Floyd)

「Haosui-chan~!! Hari ini kau imut lho~!!」

Barusan, aku yakin mendengar suara Floyd yang bercampur dengan para penonton. Aku
menyipitkan mataku dan melihat sekitar tapi aku tidak bisa menemukan Floyd yang diam-diam
dalam lautan penonton di tempat ini.

Aku akan mengingat ini!!

Sepertinya Haosui selesai memastikan kondisi lengannya ketika aku sedang gelisah mencari
Floyd. Ia memanggilku lagi.

「Jadi begitu.... Kamu memang cukup kuat seperti yang anak itu katakan.... tapi aku bahkan lebih
kuat lagi」 (Haosui)

Setelah mengatakan semua itu, seolah seperti sudah ditentukan sebelumnya, kali ini Haosui
berganti menyerangku. Ia mendekatiku dengan kecepatan tinggi, ia melemparkan tinjunya
menuju wajahku secara biasa.

Aku secara naluri menghindari itu, tapi kemudian ia membuka tinjunya dan meraih bajuku. Ia
menarikku ke bawah seraya lututnya mendekati wajahku dari bawah.

Aku menyilangkan tanganku untuk menerima itu, tapi Haosui tidak berhenti sampai di situ, ia
melancarkan tendangan lututnya padaku berkali-kali.

Kupikir tangannya masih mencengkeram bajuku saat aku menerima tendangan lututnya berulang-
ulang, tapi ada perasaan seperti sesuatu menghantam punggungku, kurasa itu mungkin sikutnya.

Aku jatuh begitu saja. Di sela momentum itu, aku mencoba menendang Haosui dengan sol
sepatuku tapi dia menangkapnya dan melemparku menggunakan kekuatannya.

Aku mengatur kembali posturku di udara. Aku mendarat di tanah dan menatap lurus ke Haosui.
Wajahnya tampak menunjukkan sedikit keterkejutan.

「....Ini cukup menyenangkan. Namun, kamu tidak bisa menang melawanku kalau cuma segitu」
(Haosui)
Haosui menghilang dari pandanganku dan aku terhempas tak lama kemudian. Aku menatap ke
tempat berdiriku tadi, ada Haosui yang dalam sikap menendang di sana tapi tak lama kemudian ia
menghilang lagi.

Tubuhku terpukul ke udara kali ini. Ada Haosui yang dalam sikap menendang seperti
sebelumnya, tapi sosoknya menghilang lagi.

Ia muncul di atas diriku yang masih melayang di udara, Aku menyilangkan lenganku untuk
menerima tendangannya dan tubuhku terbanting jatuh ke lantai panggung di bawah.

Akibat benturan itu debu naik di atas panggung dan sebagian lantai retak. Para penonton
melambungkan suara mereka hampir seketika, mereka menyoraki Haosui.

Permisi, aku masih belum kalah tau~!!

Selagi aku membersihkan debu dan tanah yang menempel di bajuku, aku mendengar suara
Haosui mendarat di panggung, ia tidak bergerak dari tempat itu.

「Aku terkejut.... memikirkan bahwa kamu masih bisa berdiri setelah menerima rentetan
seranganku. Sepertinya kamu lebih kuat dari yang kuduga」 (Haosui)

Yah, habisnya bahkan divine sword takkan melukaiku....

Ketika debu tersapu, ia menatapku seolah sudah tahu aku ada di sana. Mata Haosui mulai lebih
panas daripada sebelumnya seolah temperatur di sekitarnya naik. Aku bisa lihat kekuatan
membengkak dari matanya.

Namun, aku bingung sekarang. Aku ingin tahu gerakan apa yang membuatnya menghilang tadi.
Di tepi pandanganku, itu tampak seperti ia melakukan sesuatu dengan kakinya.

Mungkin.... kurasa gerakan tersebut mungkin saja karena skill-nya yang dimaksimalkan untuk
tujuan bertarung. Aku iri.

Tapi sekarang, aku harus mengesampingkan perasaan semacam itu. Meski aku tidak menerima
damage apa pun tak peduli seberapa banyak ia menyerangku, tidak ada artinya selain jika
seranganku mengenainya.

Selain itu, Haosui adalah pahlawan, jadi mungkin ada beberapa metode atau yang lain untuk
memberikan damage padaku.

Tidak, ia adalah raja iblis sekarang. Untuk saat ini, ayo memprioritaskan mengejar gerakannya.

「Kalau begitu, ayo lanjutkan」 (Haosui)

Haosui mendekatiku lagi dengan pergerakan yang tidak bisa kulihat.

Aku bertarung dengan defensif melawan rentetan serangan Haosui yang terlihat layaknya
gelombang yang melonjak. Tidak, itu sama sekali tidak benar.

Pukulan, tendangan, lemparan, aku saja pihak yang diserang sejak dari tadi. Tentu saja aku tetap
utuh.
Namun, itu sepadan karena aku mulai melihat pergerakan Haosui yang sebelumnya tidak bisa
kulihat.

Apakah aku mulai terbiasa dengan itu? Aku mengerti Haosui terlihat seperti menghilang karena
gerak kaki yang khusus. Hal ini membuat dia bisa mendekatiku dalam sekejap.

Mengerti akan hal itu, tubuhku bisa bereaksi dengan sendiri setelahnya. Hal itu memungkinkan
untuk menghindari serangan Haosui sedikit demi sedikit. Juga memungkinkan untuk mengikuti
pergerakannya dengan mataku.

Aku ingin tahu kenapa. Aku merasa skill bertarungku naik dengan stabil. Mungkin, aku merasa
seperti bisa melakukan gerak kaki yang sama seperti Haosui jika aku menginginkannya.

Menyadari gaya bertarungku telah berubah, aku bisa melihat wajah Haosui menunjukkan sedikit
ekspresi yang tidak sabar.

Haosui dan aku berdiri dan saling menatap di posisi yang sama seperti ketika kami mulai.

「Mengapa itu tidak bekerja...? Mengapa....? Karena aku lemah....?」 (Haosui)

Haosui menggumamkan sesuatu seolah menanyai dirinya daripada menanyai diriku.

「Tidak berguna.... lemah tidak berguna.... mengapa.... aku tidak tau....」 (Haosui)

Aku merasa atmosfirnya berubah aneh. Kurasa mataku sedang mencerminkan hal-hal yang belum
pernah kulihat sebelumnya saat ini.

Semula, Haosui dikelilingi oleh semacam kabut hijau gelap, tapi sekarang kabut itu terus-
menerus berubah menjadi warna merah dan hitam. Pusat dari perubahan tersebut dari daerah di
sekitar perutnya.

「Yang lemah tidak bisa melindungi.... apa... siapa.... AK-U TI-DAK T-AU L-AG-I」 (Haosui)

Begitu semua kabut di sekelilingnya berubah hitam kemerahan, dua tanduk kecil asli tumbuh dari
kepalanya. Kukunya juga berubah tajam dan meregang sedikit.

Namun, tubuhnya tidak retak dan tidak ada sayap yang tumbuh dari punggungnya, ini berbeda
dari semua orang yang menelan bola merah sejauh ini. Mata Haosui yang melihatku, bersinar
dengan ragu.

「KELEMAHAN TIDAK BERGUNA!! TAPI.... AKU TIDAK LEMAH!!」 (Haosui)


Bab 95 - 「Kemalasan」 Adalah Hal Yang Ia Idamkan.
Haosui berubah di depanku. Aku tidak tau apa yang terjadi, tapi kurasa pengaruh bola merah
yang telah ia telan mulai menunjukkan efeknya.

Haosui menyadari perubahan pada tubuhnya. Ia membuka-tutup kedua telapak tangannya untuk
memastikannya. Akhirnya ia mengepalkan tangannya kuat-kuat dan mengangkat sudut mulutnya
sedikit menjadi tersenyum.

「KEKUATAN YANG LUAR BIASA INI.... INILAH KEKUATAN YANG SUDAH LAMA
KUCARI....」 (Haosui)

Tidak, ini salah. Ia berkata sebelumnya bahwa ia ingin melindungi seseorang. Kalau begitu, apa
yang ia cari adalah kekuatan untuk melindungi seseorang, tapi kurasa kekuatan yang ia miliki
sekarang berbeda. Dari kabut yang mengelilingi Haosui, aku hanya bisa merasakan kejahatan.
Makanya....

「Apakah ini benar-benar kekuatan yang kamu inginkan?」 (Wazu)

「DIAM.... DENGAN KEKUATAN INI.... AKU TIDAK AKAN KALAH DARI SIAPA PUN
LAGI」 (Haosui)

Haosui berlari ke arahku pada waktu yang sama saat ia bilang begitu dan pergerakannya lebih
cepat daripada sebelumnya. Pergerakannya benar-benar seperti kilat.

Tapi tetap saja, itu terasa begitu lambat di mataku, mungkin karena aku sudah menjadi terbiasa
dengan pergerakannya. Aku tidak berpikir harus menghindarinya. Aku akan menerima serangan
Haosui secara langsung untuk menolak kekuatan yang dimikinya.

Tinju penuh kekuatan Haosui mencapai perutku, tapi aku baik-baik saja. Aku tidak bergeming
seinci pun dan dengan tenang berdiri di tempat.

「BOHONG.... INI MUSTAHIL....」 (Haosui)

Haosui tidak percaya aku masih baik-baik saja setelah menerima serangannya. Ia memukul dan
menendangku berkali-kali seolah kehilangan kendali, tapi aku hanya berdiri di tempat yang sama
tak terluka seperti tidak ada yang terjadi.

「MENGAPA!?.... MENGAPAAA!?....」 (Haosui)

Haosui mulai putus asa karena ia tidak bisa percaya dengan apa yang ada di depan matanya. Ia
melompat mundur dan mengangkat tangannya menuju langit seolah ada sesuatu di sana.

「DATANGLAH.... PEDANGKU....」 (Haosui)

Dengan kata-kata itu, langit berubah gelap dan petir mulai menderu. Salah satu sambaran petir
jatuh ke tangan Haosui dan dari sana, sebilah pedang muncul.
Meski itu tampak seperti pedang biasa yang hanya memiliki panjang setara atau bahkan lebih
besar daripada tinggi Haosui, tapi pedang itu membuat suara pecah seolah pedang itu adalah
guntur itu sendiri.

Haosui perlahan mengambil sikap, ia mengarahkan ujung pedang ke arahku. Namun, ekspresinya
yang terlihat dari atas pedang agak gelisah, pupilnya berguncang.

「DENGAN KEKUATAN INI.... DENGAN PEDANG INI....」 (Haosui)

Haosui melompat ke arahku lagi. Target pedang itu sudah jelas, dia menargetkan jantungku.

Tapi tetap saja, aku tidak bergeming seinci pun dari sana.

Haosui memiliki ekspresi terkejut untuk sesaat tapi dia lekas beralih ke kebulatan tekad. Ia
menaruh momentum lebih untuk menusukkan pedang ke jantungku.

Begitu pedangnya menyentuhku, pedang itu hancur berkeping-keping.

Petir yang bersemayam di dalam pedang juga mengalir ke tubuhku, tapi aku tidak merasakan apa
pun pastinya.

Unn~ Aku tidak merasakan apa pun karena aku telah tersambar beberapa kali dengan petir yang
lebih berat daripada ini di gunung.

Ekspresi Haosui runtuh, semangatnya benar-benar hancur. Ia menangis tersedu-sedu di depanku.

「....*hiks* ....*hiks* ....MENGAPA ....MENGAPA AKU TIDAK BISA MENANG


....MESKIPUN AKU PUNYA BEGITU BANYAK KEKUATAN DI TANGANKU
SEKARANG....」 (Haosui)

Haosui perlahan mendekatiku. Sosok tersebut bukan lagi raja iblis tapi hanya gadis berusia 14
tahun.

「MENGAPA.... MENGAPA....」 (Haosui)

Kulihat Haosui masih goyah. Itulah alasan kenapa ia tidak sepenuhnya berubah bahkan setelah
menelan bola merah sampai sekarang.

Ada sesuatu yang masih bertarung di dalam Haosui. Aku bisa lihat kabut hijau yang kulihat
sebelumnya berusaha menekan kembali kabut kemerahan yang mengelilingi dirinya.

Mungkin, kabut hijau itu adalah kekuatan sihir dragon yang sebenarnya dipunyai Haosui. Kabut
itu melindungi Haosui sampai sekarang.

Meski jumlahnya kecil, dikarenakan pengaruh tranformasi dan bola merah, kabut itu masih
melawan dengan putus asa.

Mungkin, di dalam lubuk hatinya, Haosui sendiri juga berpikir kekuatan ini bukanlah kekuatan
yang ia inginkan.

「MENGAPA....」 (Haosui)
Haosui memukul dadaku dengan tinjunya yang tidak memiliki kekuatan sama sekali.

「MENGAPA....」 (Haosui)

Haosui menatap ke mataku dengan wajahnya yang kusut karena air mata.

「TOLONG AKU....」 (Haosui)

Aku dengan lembut menangkap tinju Haosui yang ia gunakan untuk memukulku. Aku tersenyum
untuk membuat dirinya merasa aman.

「Yea, Aku akan menyelamatkanmu sekarang!!」 (Wazu)

Bersamaan dengan kata-kata itu, aku memukul perut Haosui dengan tanganku yang bebas. Aku
membuat itu sedikit lebih kuat atau itu tidak akan berguna mengingat status-nya. Haosui
menunjukkan ekspresi kesakitan karena pukulan dan memuntahkan bola merah. Aku lekas
mengeluarkan botol dengan air mata dragon....

Eh....? Haosui kehilangan kesadarannya setelah memuntahkan bola merah.

Kalau begini, aku tidak bisa membuatnya minum air mata dragon. Apa yang harus kulakukan?
Selagi berpikir begitu, bola merah itu jatuh ke tanah hancur menjadi partikel dan menghilang.

Kekuatan sihir merah-hitam yang mengelilingi Haosui berubah menjadi warna hijau, tapi itu
mulai meninggalkan tubuh Haosui sedikit demi sedikit ke udara.

Eh? Mungkin ini akan berbahaya? Kurasa ini akan berubah benar-benar buruk kalau aku
meninggalkan ia begitu saja!! Apakah ini artinya ia akan mati? Buruk.... ini benar-benar
buruk....!!

Tanganku sibuk mendukungnya, tak ada waktu lagi, hanya ada satu hal yang bisa kudapatkan.

Pertama-tama aku minta maaf. Maafkan aku!! Tak ada jalan lain, tolong maafkan aku!! Kalau ini
berjalan dengan baik, aku akan mempersiapkan diri bahkan jika kamu akan mengutukku.

Lalu aku membuka botol. Aku menahan air mata dragon di dalam mulutku dan perlahan menarik
tubuh Haosui lebih dekat. Aku menempatkan bibirku ke miliknya, aku membuka mulutnya
menggunakan lidahku dan dengan paksa menuangkan air mata dragon ke dalam mulutnya agar
membuat dirinya meminum itu.

Aku mendengar suara tegukan pelan dan tenggorokannya juga tampak sudah bergerak.
Sepertinya aku sudah berhasil membuat dirinya meminum air mata dragon. Aku mengamati
kondisi Haosui sambil merasa lega. Kekuatan sihir hijau yang sudah menghilang, bertahap
meningkat dan kembali normal.

Haosui perlahan membuka matanya. Matanya hijau tua dan cantik yang cukup membuatku
merasa tersedot masuk. Mata tersebut menatap kepadaku dan dia membuka mulut mungilnya.

「....Terima kasih sudah menolongku, Danna-sama 」 (Haosui)

「....Mmm?」 (Wazu)

Mulutku terhadang oleh ciuman panas dari Haosui


Bab 96 - Cerita Senggang : Haosui
Aku punya ingatan yang menyakitkan. Aku hidup bersama ibu manusia dan adik kecilku yang
sama sepertiku, ryuujin. Kami bertiga hidup harmonis dan bahagia meskipun miskin.

Kami tidak memiliki ayah. Karena menjadi satu-satunya Ryuujin yang tinggal di desa,
terlebih dengan asal-usul yang tidak diketahui, adikku dan diriku tidak diterima oleh orang-
orang. Ibuku juga dibenci karena beliau telah melahirkan anak seperti itu. Beliau juga tidak
pernah memberi tahu kami mengenai ayah kami.

Karena tidak ada tempat bagi kami untuk tinggal di desa, kami tidak punya pilihan lain
kecuali memutuskan untuk meninggalkan desa pada akhirnya.

Karena tidak ada hal yang bisa kami lakukan. Tidak peduli berapa banyak aku bilang aku
akan berguna bagi desa, tidak ada yang mendengarku. Anak-anak meniru orang tua mereka
dan tidak pernah mencoba mendekati kami.

Kupikir hal itu tidak salah pergi dari desa, hanya waktu kami pergi saja yang buruk....

Waktu ketika kami pergi dari desa tepat saat tentara raja iblis mengamuk di seluruh dunia.

Tanpa kekuatan untuk bertarung atau pun persiapan, semua orang akan tiba di akhir yang
sama ketika berjalan di hutan.

Kami telah di serang oleh monster dan melarikan diri secara serempak seperti keluarga yang
saling mengerti....

kiri ke kanan, ke depan dan belakang. Tempat kami berlari yang kami bisa adalah jalan buntu
yang dikelilingi oleh bebatuan.

Kami dikepung oleh banyak monster dengan tanpa tempat untuk bersembunyi, lalu ibuku
berdiri guna melindungi diriku dan adikku.

Punggungnya terlihat gemetar. Tapi agar bisa melindungi anaknya dari monster-monster, hal
seperti itu tidak ada sangkut pautnya.

Ibu terbunuh seketika.

Aku ketakutan melihat itu, aku tidak bisa bergerak, tubuhku bergetar, bernapas pun sangat
sulit, tapi aku menahannya sembari memikirkan adikku yang kondisinya tidak lebih baik
daripada diriku.

Monster-monster perlahan mendekati kami sembari menjilati bibir mereka seolah memberi
tahu bahwa waktunya giliran kami.

Aku langsung maju ke depan adikku tetapi kemudian terpental menabrak batu di belakang dan
kehilangan kesadaran.
Hal pertama yang kulihat setelah mendapat kembali kesadaranku adalah monster yang
menyorotkan tawa kotor, menginjak-injak tubuh yang sudah mati milik ibu dan adikku.

Aku menjerit sampai-sampai tak ada suara yang keluar.

Mengapa kami, seorang ibu dan anaknya mendapat perlakuan semacam ini?

Aku tidak menginginkan sesuatu yang tidak sepadan.... aku hanya ingin hidup sederhana
bersama ibu dan adikku.... mengapa takdir seperti ini yang harus menimpa kami?

Mengapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa......?

Aku mengutuk takdirku dan pada saat yang sama aku juga mulai membenci dunia.

Dalam menanggapi tangisku, monster-monster mengalihkan perhatian mereka padaku seolah


menemukan mainan baru.

Pada saat itu kupikir,

Aku ingin kekuatan.......

Aku ingin kekuatan sehingga aku bisa menunjukkannya kepada orang-orang di desa........

Aku ingin kekuatan untuk membunuh monster-monster yang membunuh ibu dan adikku.....

Kalau tidak ada orang yang mau melindungiku, Aku ingin kekuatan untuk melindungi
diriku.....

Aku ingin kekuatan untuk melindungi ibu dan adikku.......

Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah itu.

Di depan mataku, mayat-mayat monster yang telah terpelintir tanpa daya ke posisi aneh
berserakan.

Hal pertama yang aku sadari adalah adanya banyak darah di tanganku. Sekali lagi aku
memeriksa seluruh tubuhku, basah oleh darah seakan hujan darah telah mengguyur.

Kupikir aku yang telah melakukan itu. Pikirku begitu karena ada perasaan aneh kekuatan
meluap dalam tubuhku.

Aku menyadari bahwa darah naga yang mengalir dalam tubuhku bangkit karena insting.

Apakah ini kekuatan yang kuinginkan?


Aku tidak bisa berpikir dengan baik dengan kesadaranku yang kabur. Tapi tetap saja, aku
mengerti apa yang harus aku lakukan pada saat itu.

Aku membawa tubuh ibu dan adikku dengan hati-hati ke tempat terdekat yang bagus dengan
pemandangan indah. Aku menggali tanah dan mengubur mereka, aku membuatkan mereka
kuburan.

Aku ingin ibu dan adikku bahagia kalau dunia akhirat itu benar-benar ada....

Setelah itu aku berkeliling dan menginjak monster-monster yang menangkap perhatianku.
Mereka bukanlah monster yang membunuh ibu dan adikku tapi tetap saja.... aku tidak bisa
memaafkan mereka.

Aku berjalan terus tanpa tujuan dan membunuh setiap monster sesegera setelah aku
menemukannya.

Sementara itu aku terus mencari kekuatan dengan rakus. Aku mulai memperlajari berbagai
bela diri dan senjata secara acak.

Setahun berlalu sejak saat itu. Orang-orang di sekitarku mulai memanggilku Pahlawan.

Aku bukanlah manusia yang sebaik itu.

Pada saat itu aku membuat kota Osen menjadi basis operasiku. Aku mulai merasakan batas
dari kekuatanku. Aku telah bertarung melawan orang lain yang dibilang kuat untuk mencari
berbagai bentuk kekuatan.

Aku bertarung lagi dan lagi, tetapi tidak ada yang mendekati kekuatanku, tidak ada yang bisa
menang melawanku.

Apakah ini adalah kekuatan yang kucari? Aku tidak tahu jawabannya. Aku mulai bosan
bertarung.

Suatu hari, aku menerima bola merah dari penjaja. Katanya aku bisa mendapat kekuatan baru
kalau aku menelannya.

Kurasa itu tidak jujur tapi aku ingin tahu jawaban dari kekuatan yang selama ini telah aku
cari, sehingga aku menelan bola merah itu.

Dari situ, aku tidak tahu mengenai diriku lagi. Aku adalah diriku, tapi aku tidak merasa
seperti diriku. Aku tidak bisa melepaskan perasaan kedua sisi diriku bertarung diantara
mereka sendiri, tapi aku terus bertarung.

Ada pria yang menetapkan kondisi sebelum bertarung 「Jadilah istriku jika aku menang!!」
katanya. Ketika aku melihat penonton yang mulai memanas, aku menerimanya.

Kalau aku bertarung dibawah kondisi seperti ini, kurasa lawan yang lebih kuat dari diriku
mungkin muncul. Aku terus bertarung dibawah kondisi seperti itu sejak saat itu.
Tapi tentu saja, Aku sangat menginginkan menjadi pengantin dari seseorang yang cukup kuat
untuk mengalahkanku. Karena orang itu akan juga cukup kuat untuk melindungiku.

Aku tidak mempermasalahkan penampilan, tapi jika mungkin, aku ingin orang yang lembut.
Tapi tak ada yang bisa menang melawanku meskipun aku menetapkan kondisi seperti itu.

Aku terus bertarung dengan perasaan kosong setiap hari.

Tiba-tiba seekor dragon kecil muncul di depanku. Kristal hitam yang menjebak dragon kecil
tersebut menghilang secara alami seolah tugasnya telah berakhir.

Aku dapat berbicara dengan dragon kecil itu karena pengaruh darah naga yang mengalir
dalam tubuhku.

Ia tampaknya telah diculik dan dibawa ke tempat ini. Kupikir aku akan melindungi anak ini
untuk sementara waktu.

Melindungi.... aku ingin tau apa yang ingin kulindungi....

Aku mengobrol banyak dengannya, ia banyak berbicara mengenai orang tertentu yang ia
temukan. Ia berkata orang itu super kuat, tapi memperlakukannya begitu lembut.

Aku bilang padanya kalau aku lebih kuat dari dia, tapi ia bersikeras bahwa dia lebih kuat
dariku dan sedikit marah.

Jika begitu, aku ingin mencoba bertarung dengannya begitu dia datang untuk menjemputnya.
Aku sedikit tidak sabar mengharapkan hari yang akan datang.

Orang itu akhirnya datang menjemputnya. Aku memberi beberapa alasan jadi aku dapat
bertarung dengan dia.

Di hari yang dijanjikan. Dia jelas membuktikan kalau dia lebih kuat dari siapapun yang telah
menantangku sejauh ini, tapi aku lebih kuat lagi.

Pikirku begitu saat itu.

Tentunya pada awal dia tidak dapat mengikuti pergerakanku sama sekali, dia hanya bertarung
secara defensif.

Akan tetapi, tidak peduli berapa kali pun aku menyerangnya, dia tetap tidak terluka. Dan tiba-
tiba saja dia dapat mengejar pergerakan superku, seranganku tidak dapat mengenainya lagi.
Aku mulai melupakan diriku dan bertahap menjadi tidak sabar dihadapan seseorang dengan
kekuatan tak terkira di hadapanku.

「Mengapa itu tidak bekerja.....?」 (Haosui)

Aku tidak tau....

「Karena aku lemah......?」 (Haosui)

Itu salah. Aku tidak mau mengakuinya....

「Yang lemah tidak berguna....」 (Haosui)

Itu benar, lemah tidak berguna. Namun, aku tidak tahu mengapa lemah tidak berguna....

「Yang lemah TIDAK DAPAT MELINDUNGI....」 (Haosui)

Aku ingin tahu apa yang ingin kulindungi....

Aku merasakan sesuatu yang panas dari perutku, sebuah perasaan tak nyaman dari
ketidaknyamanan lonjakan.

「YANG LEMAH TIDAK BERGUNA.....」 (Haosui)

Itu benar. yang lemah tidak berguna. Aku mengerti akan hal itu....

「TAPI AKU TIDAKLAH LEMAH....」 (Haosui)

Aku tidak lemah. Aku kuat. Selama aku memiliki kekuatan.... kekuatan....

「Apakah ini benar-benar kekuatan yang kamu inginkan?」 (Wazu)

Aku tidak ingat setelah itu. Namun, aku ingat sesuatu mengenai apakah serangan yang
kulakukan, tidak pernah melukainya.

Ah, apakah aku akan kalah padanya?

Aku teringat saat aku mengakui ketidakberdayaan. Aku ingin kekuatan untuk melindungi.
Kekuatan untuk menyelamatkan ibu dan adikku. Bukan kekuatan untuk bertarung, tapi
kekuatan untuk menyelamatkan seseorang....

Kini, aku ingin tau kenapa aku dalam dekapannya.... apakah dia benar-benar
menyelamatkanku dengan cara ini? *badum* ada suara kecil datang dari dalam dadaku.
Aah~ aku ingin dia selalu memperhatikanku, aku ingin menjadi wanitanya. Itulah kenapa
tubuhku bergerak secara tidak sadar....

「....terima kasih sudah menolongku, Danna-sama」 (Haosui)

「....Mmm?」 (Wazu)

Aku menghadang bibirnya dengan bibirku.


Bab 97 - Cerita Rahasia : Konferensi Super Kartu Guild 1

Author: Cerita ini dikutip sebagai bagian dari percakapan yang terjadi dalam kartu guild Wazu,
sang MC dalam cerita ini. Aku akan mengirimimu gambaran kasar karakater yang muncul di sini.

Keempat pilar dewi itu diabadikan mengelilingi meja bundar.

「Yah, sepertinya semua orang sudah hadir sekarang」 (Dewi)

Salah seorang yang berbicara pertama adalah dewa pertama yang menolong Wazu, Dewi.
Rambut merah muda dengan bentuk tubuh indah yang tersembunyi di bawah gaun mirip
biarawati. Kulitnya tampak transparan karena gaunnya terbuat dari kain tipis dengan
ketransparanan yang tinggi. Tetapi, bagian penting-nya tak terlihat karena suatu alasan.

※ Berhubung ini hanya karakater, nih gambarnya ※

「Apa ini sebenarnya? Kami tiba-tiba dipanggil kemari」 (Dewi Bumi)

Dia adalah Dewi Bumi yang membuka mulut setelahnya. Rambut coklat bercampur dengan
warna hijau, seorang dewi dengan mata lembut. Senyumannya seperti akan membungkam
segalanya*. Gaunnya sangat sederhana, dada dan pantatnya cukup besar untuk membuat gaunnya
tampak akan robek. Dia menyangga dadanya dengan dengan satu tangan untuk menekankan
ukurannya.
*(TL: well gini, ketika lu liat senyumannya, lu tertegun)

※ Ini dia gambarnya ※

「Ya ampun, apa yang kau rencanakan?」 (Dewi Perang)

Ini Dewi perang. Rambutnya semerah api yang membara, mata tajam yang menusuk lawannya.
Meskipun dia mengenakan singlet untuk memudahkan pergerakannya, sayangnya daerah dadanya
sedikit mengecewakan, karna datar. Dia berkedip-kedip ke arah Dewi Bumi dan mengeluarkan
helaan panjang setelah menatap dadanya sendiri.

※ Ini dia gambarnya ※

「Apakah terjadi sesuatu?」 (Dewi Laut)


Ini Dewi Laut. Rambut panjang sebiru samudra. Dia memiliki tampilan lebih agak dewasa
daripada Dewi Bumi tapi, matanya hanya tampak seperti garis karena hanya terbuka sedikit.
Meski tak sebagus ketimbang Dewi Bumi, dia memiliki tubuh ideal seperti model. Dia
mengenakan gaun biru dengan pernak-pernik yang berkilau hitam. Dia entah kenapa
memancarkan aura erotis.

※ Gambar ※

Melipat tangan di depan mulutnya, Dewi mengangguk dan membuat pernyataan.

「Segera ketika pahlawan Haosui terbebas dari pengaruh bola merah, dia mencuri bibir Wazu-
san!!」 (Dewi)

*kret!!* *kret!!* *kret!!*

「Bikin iri!!」 (Dewi Bumi)

「Apa sih dia itu!?」 (Dewi Perang)

「Padahal cuma pendatang baru!!」 (Dewi Laut)

「「「Gadis itu, padahal dia cuma seorang pahlawan!!!!!」」」 (Bumi, Perang, Laut)

Bersama, tiga dewi mengungkapkan kemarahannya.

Dewi Bumi menggigit kukunya karena iri.

Dewi Perang tenggelam dalam kemarahan dan mulai memukul-mukul meja dengan suara *bashi-
bashi*.

Dewi laut tampak senyum-senyum dan sepertinya merencanakan sesuatu yang jahat.

Dewi perlahan mengamati reaksi mereka sebelum melanjutkan kata-katanya.

「Sudah, sudah, tolong kalian tenang. Karena kita tidak bisa ikut campur dalam kondisi saat ini,
hal seperti ini telah terjadi. Faktanya, kita bisa berkumpul di dalam kartu guild-nya Wazu-san itu
saja sudah mukjizat.」 (Dewi)

「Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan? Bukankah kau punya perasaan yang sulit mengenai
ini!?」 (Dewi Perang)
Dewi Perang mencibir Dewi. Dewi Bumi dan Dewi Laut segera setuju. Namun, ekspresi Dewi
tidak berubah.

「Akan jadi kebohongan bila aku berkata tidak merasakan apa pun.... Namun, aku dalam posisi
yang berbeda daripada kalian」 (Dewi)

「Apa!?」 (Dewi Perang)

「Maksudku.... bagaimanapun kalian memikirkan ini, Aku nomer satu-nya Wazu-san sekarang!!
」 (Dewi)

Karena kata-katanya, atmosfir di sekitar Dewi Bumi, Dewi Perang, dan Dewi Laut berubah jahat
dalam sekejap.

「「「Haaah!?」」」

Antara Dewi dan ketiga pilar dewi lainnya, percikan mulai menyebar.

「Tidak, Tidak, Wazu-sama sangat menyayangiku.... karena, dia normalnya tidak akan meminum
rawa beracun kalau dia tidak punya cinta untukku (bumi)!!」 (Dewi Bumi)

「Salah!! Dia tidak akan berpikir begitu bila dia awalnya tidak memiliki perlindungan superku!!
」 (Dewi)

「Ketika kau bilang begitu....」 (Dewi Bumi)

Dewi Bumi langsung layu~

「Tidak, itu karenaku!! Karena statusnya.... dia akan mencari lawan yang kuat, bukan? Akulah
orang yang benar untuk itu!!」 (Dewi Perang)

「Dewi Perang.... kau tentunya tidak melakukan sesuatu yang spesial untuk Wazu-san, bukan?」
(Dewi)

「Tidak.... Maksudku.... dia sudah kuat ketika aku menemukannya!! Jadi perlindungan ilahiku
berubah menjadi sesuatu yang tidak signifkan!!」 (Dewi Perang)

Dewi Perang kalah~

「Fufufu~.... kurasa ini kemenanganku. Karena dia mengaktifkan pendewaan untuk melindungi
penduduk laut」 (Dewi Laut)

「Salah. Itu karena dia sedang terdesak kala itu, atau tepatnya itu kesalahan laut」 (Dewi)

「Fu.... fu.... f....」 (Dewi Laut)

Dewi laut tenggelam~


Dewi tertawa *hohoho* dengan tampilan kemenangan di wajahnya karena dia pikir dia sudah
menang.

Ini adalah rencana Dewi. Dia mengumpulkan ketiga dewi di tempat ini dengan maksud
menghancurkan hati mereka sehingga mereka tidak akan berani mencampuri dengan Wazu lagi
nantinya.

Namun, Dewi Bumi, Dewi Perang, dan Dewi Laut tidak akan menyerah. Mereka bangkit dan
memasang perlawanan terakhir.

「Aku akan menggaetnya dengan dadaku!!」 (Dewi Bumi)

「Wazu-san tidak bisa melihatnya~」 (Dewi)

「Dengan otot ini!!」 (Dewi Perang)

「Maniak~」 (Dewi)

「Dengan tubuh proporsional ini!!」 (Dewi Laut)

「Sudah kubilang dia tidak bisa melihat kita~」 (Dewi)

「Aku akan menerima semua kemurkaan Wazu-sama!!」 (Dewi Bumi)

「Itu keinginanmu~」 (Dewi)

「Kami akan bertarung dengan senja sebagai latar belakangnya!!」 (Dewi Perang)

「Kurasa persahabatan yang akan tumbuh oleh itu」 (Dewi)

「Aku ingin tahu apa yang harus kulakukan?」 (Dewi Laut)

「Coba kulihat.... tidak, tidak, jangan tanya aku!!」 (Dewi)

Keempat pilar dewi-dewi, semuanya terengah-engah. Mereka kembali duduk di atas kursi
bersamaan, menghirup napas dalam-dalam dan memutuskan untuk beristirahat.

「Untuk sekarang, mau ngeteh?」 (Dewi Bumi)

Ketika Dewi Bumi mengajukan usul, ketiga pilar dewi yang tersisa seketika mengangkat tangan
mereka.

「「「Silahkan!!」」」

Seusai dengan anggun menikmati waktu ngeteh, Dewi mulai bicara lagi.

「Bisa kita masuk ke poin utama segera?」 (Dewi)


Bab 98 - Cerita Rahasia: Konferensi Super Kartu Guild 2
Tempat itu segera diselimuti ketegangan begitu Dewi menitahkan kata-kata tersebut.

「Masuk ke poinnya.... Maksudmu orang itu?」 (Dewi Bumi)

「Orang itu ya....」 (Dewi Perang)

「Benar-benar gigih....」 (Dewi Laut)

Semuanya di tempat ini mengingat hal yang sama dan menghela napas pada waktu yang sama.

「Kebenarannya kita, empat pilar dewi telah berkumpul.... yang tersisa hanya gadis itu, ya....」
(Dewi)

「Yah, ini adalah tugas yang mustahil untuk kita dan kita tidak bisa secara langsung ikut campur
juga....」 (Dewi Perang)

「Kita juga kemungkinan besar akan kalah dalam sembilan dari sepuluh hal....」 (Dewi Bumi)

「Kurasa juga begitu....」 (Dewi Laut)

「Aku tidak mengiranya, orang itu akan sanggup menghancurkan segel dewa dan tujuh segel
tambahan yang kita pasang sendiri....」 (Dewi)

「Ini benar-benar masalah....」 (Dewi Perang)

「Aku tidak menyukai itu....」 (Dewi Bumi)

「Meskipun kita memasang segel dengan kekuatan penuh kita....」 (Dewi Laut)

「Mungkin mustahil dengan segelnya. Aku merasa bahwa kekuatan orang itu mulai lebih kuat
daripada sebelumnya」 (Dewi)

「Bisa kita melakukan sesuatu soal penjaja itu dulu? Atau meminta Wazu-sama
membereskannya untuk kita?」 (Dewi Bumi)

「Takkan membantu. Karena ini tinggal masalah waktu. Segel akan hancur akhirnya tidak peduli
apa pun yang kini kita lakukan」 (Dewi Laut)

「Aku setuju. Kini, kita perlu mempertimbangkan tindakan yang harus kita ambil setelah orang
itu hidup lagi」 (Dewi Perang)

「Kurasa juga begitu. Karena bahkan Wazu-san tidak akan sanggup menang dengan kondisinya
saat ini, pertama-tama kita harus menemukan cara untuk berwujud di dunia....」 (Dewi)

「「「........」」」 (Bumi, Perang, Laut)


Keheningan berlalu untuk sebentar, dan kemudian Dewi menggumamkan kata-kata ini.

「Akan Tetapi, ketika gadis itu kembali.... Aku penasaran apakah dia juga akan jatuh cinta pada
Wazu-san....」 (Dewi)

Ketiga pilar lain menanggapi komentar itu.

「Tidak, Tidak, itu mustahil tidak peduli apa pun itu, bukan?」 (Dewi Bumi)

「Itu benar, mustahil!!」 (Dewi Perang)

「Yeah, hal itu tidak mungkin terjadi....」 (Dewi Laut)

Semuanya memiliki ekspresi yang baik, tetapi itu tidak dapat menyembunyikan kegelisahannya.
Tidak ada yang dapat mengatakannya dengan percaya diri dan hanya mengalihkan mata dari yang
lain.

「「「「........Tidak bisa dipungkiri!!」」」」

Sebuah jawaban spontan yang sependapat.

「Tapi tetap saja, Wazu-san akan memilihku!!」 (Dewi)

「Tidak, tapi aku. Wazu-sama pasti akan mencari tempat penyembuhan kepadaku!!」 (Dewi
Bumi)

「Bukan, Bukan, pasti aku. Dia mencari seseorang yang bisa bertarung dengan setara, itulah
diriku!!」 (Dewi Perang)

「Itu salah. Dia mencari seseorang yang akan menerima dia apa adanya seperti halnya lautan,
pasti diriku!!」 (Dewi Laut)

Semua orang berdiri seraya menyebarkan percikan dari mata mereka. Kemudian, Dewi
meletakkan tangannya yang terbuka di depan dan dengan lantang mendeklarasikan.

「Jika begitu, maka ini perang!!!!!」 (Dewi)

Dewi-dewi memasuki mode pertempuran. Cara menentukan kemenangan atau kekalahan


diputuskan menggunakan permainan kartu Babanuki.

(T/N: lebih dikenal sebagai permainan kartu Old Maid. Tujuan dari permainan adalah untuk
menghabiskan kartu ditangan dan menghindari memegang kartu queen (Perawan Tua) di akhir
permainan.)

Duduk di semua sisi di sekitar meja, terdapat banyak kartu yang berpasangan di tengahnya. Tidak
akan lama sampai pertempuran diselesaikan.
Karena Dewi Bumi dan Dewi Laut sudah menghabiskan kartu, sisanya hanya pertempuran antara
Dewi Perang melawan Dewi.

Dewi Bumi dan Dewi Laut yang selesai dalam permainan itu, berdiri dari kursi mereka dan
menonton kedua dewi yang berjuang dengan senyum cerah di wajah mereka.

「Semoga berhasil, kalian berdua~」 (Dewi Bumi)

「Fufu~.... betapa nikmat teh kemenangan ini....」 (Dewi Laut)

「「*gununu....*」」 (Dewi, Dewi Perang)

Dewi Bumi dan Dewi Laut dengan riang menikmati teh mereka sebagai pemenang.

Karena ditunjukan adegan seperti itu, Dewi dan Dewi Perang hanya bisa menggertakkan gigi
mereka dengan jengkel. Tapi tetap saja, kedua dewi tersebut tidak pernah berpaling dari lawan
mereka.

Jadi, oleh karena itu berikut, jumlah kartu yang tersisa adalah 2 di tangan Dewi dan 1 di tangan
Dewi Perang.

Dewi perang membuat suara tegukan. Tangannya perlahan menggapai salah satu kartu di tangan
Dewi, dia menggenggam kartu di sisi kiri dan menyeringai saat melihat reaksi Dewi.

「Aku mengerti kebiasaanmu. Ini adalah kartu yang benar, bukan?」 (Dewi Perang)

Itu cuma pura-pura.

Mengatakan kata-kata tersebut dia berupaya memperoleh jawaban yang benar dari reaksi Dewi.
Itulah kenapa, Dewi Perang tidak pernah mengalihkan matanya dari Dewi. Tapi Dewi menatap
kembali ke mata Dewi Perang dan tertawa terbahak-bahak.

「Pemikiran yang bodoh. Aku tidak punya kebiasaan seperti itu」 (Dewi)

「Pemikiran bodoh? Kau menyadarinya? Aku bilang apa adanya lo」 (Dewi Perang)

「Bodoh sekali.... aku bisa lihat kau berbohong」 (Dewi)

「........」 (Dewi Perang)

「Alasanku mencari tahu apakah kata-kata tersebut adalah kebohongan itu sederhana. Kurasa kau
akan gugup ketika berbohong, karena ada keringat yang mengalir dari pipi kirimu」 (Dewi)

Bingung karena kata-kata ini, Dewi Perang melepaskan tangannya dari kartu dan bergegas
menyentuh pipi kirinya. Tapi, tidak ada apa pun di sana.

「Fuh.... siapa si pembohong di sini?」 (Dewi Perang)


Dewi Perang merasa lega karena dia tidak berkeringat. Dia menjulurkan tangannya menuju kartu
Dewi sekali lagi, tapi berhenti di tengah jalan. Itu karena Dewi menunjukkan senyum gembira
kepadanya karena suatu hal.

「Fufufu..... kukuku..... hahahaha.....!! Apa kau mengigau? Bodoh sekali!! Apakah kepalamu itu
terbuat dari otot? Bagian pentingnya bukanlah kau berkeringat atau tidak!! Tingkah lakumu
barusan menunjukkan bahwa kata-kataku benar!! Tingkah lakumu adalah bukti bahwa kau telah
berbohong!」 (Dewi)

Kata-kata terakhir dari Dewi membuat Dewi Perang akhirnya menyadari kesalahanya. Seperti
yang Dewi bilang, tingkah lakunya memperlihatkan kebohongannya. Itu adalah perangkap yang
dipasang oleh Dewi.

Dewi Perang tidak akan memeriksa pipi kirinya kalau dia berkata jujur. Tetapi bohong sehingga
dia bergerak tanpa berpikir setelah mendengar kata-kata Dewi, karena menurutnya
kebohongannya telah terungkap.

Namun, itu juga taruhan untuk Dewi. Dia meragukan dirinya sendiri apakah dia benar-benar
memiliki kebiasaan seperti itu. Jantungnya berdenyut-denyut, tapi dia menang taruhan pada
akhirnya.

Dia menang karena dia beruntung. Makanya, Dewi yakin dengan kemenangannya dan
menyatakannya dengan percaya diri.

「Sekarang, tolong tarik kartunya!! Lalu kalahlah!!!」 (Dewi)

「Sial~~~!!!」 (Dewi Perang)

Dewi Perang menyadari kekalahan sendiri, dia menarik satu kartu dengan perasaan mengabaikan
dirinya.

Gambar di kartu yang dia tarik sama dengan gambar di kartu ditangannya.

「Whoa, aku berhasil!!」 (Dewi Perang)

「Ma-Mana mungkin....!!!!」 (Dewi)

Dewi ambruk di tempat. Di sisi lain Dewi Perang, Dewi Bumi, dan Dewi Laut merayakan
kemenangannya.

「Ini kemenangan kita!!」 (Dewi Bumi)

「Kita berhasil!!」 (Dewi Perang)

「Ini hasil yang alami」 (Dewi Laut)

Terlepas dari ketiga pilar dewi yang saling berbahagia karena kemenangan mereka, Dewi tertawa
jahat ketika dia pulih dari posisi ambruknya.

「Fufufu....」 (Dewi)
「Oh? Apakah pecundang ingin mengatakan sesuatu?」 (Dewi Bumi)

「Oi-Oi, apakah anjing pecundang akan melolong sekarang?」 (Dewi Perang)

「Ini tidak sedap dipandang~」 (Dewi Laut)

「Begitu ya.... memang benar aku kalah di permainan ini....」 (Dewi)

「「「???」」」

Ketiga pilar tersebut memiringkan kepala mereka karena mereka tidak mengerti ucapan Dewi.

「Tentu.... seperti namanya, hilangkan "baba" dan yang tersisa hanyalah aku, seorang dara
muda!!」 (Dewi)

(T/N: ババ抜き= Babanuki, bisa diterjemahkan secara litteral sebagai hilangkan wanita tua(old
hag / baba) atau tanpa wanita tua))

「「「Kau!! Majulah, kita benar-benar akan berperang kali ini!!」」」

Dewi-dewi memulai lagi permainan yang dinamakan perang....


Bab 99 - Cerita Peringatan : Dunia Pararel?
Namaku Wazu. Aku adalah pelajar tahun kedua di SMA swasta "Sono Nochi". Sekarang, aku
tengah terburu-buru dari asrama siswa.

「Aduh!!」 (Wazu)

Aku menabrak tiang telepon.

Aku ceroboh dan ketiduran. Kupikir akan baik-baik saja tidur sedikit lebih lama karena aku
tinggal di asrama yang dekat.

Oleh sebab itu aku tidak memiliki waktu untuk sarapan. Keyla-san yang berkerja di aula makan,
membuat makanan yang lezat. Sangat disayangkan bahwa aku tidak bisa memakannya.

Aku menyadari bahwa aku akan terlambat seketika aku bangun. Aku bergegas mengenakan jas
dan langsung meninggalkan asrama.

Aku seharusnya masih sempat bila aku berlari. Sepertinya akan sempat karena aku sudah melatih
badanku cukup banyak baru-baru ini. Aku juga mendapat undangan dari klub lari sekolah akhir-
akhir ini karena kecepatanku.

Namun, aku ingin terbebas dari kegiatan klub apa pun. Aku tidak ingin waktu mainku sepulang
sekolah berkurang.

Aku terus berlari dan berhasil sampai di sekolah sebelum bel berbunyi entah bagaimana. Aku
melewati gerbang sekolah di mana anggota seksi ketertiban menunggu.

Sepertinya, hari ini anggota seksi ketertiban melakukan pemeriksaan mendadak di gerbang
sekolah. Aku akan terlambat kalau begini jadi aku berusaha melewati mereka tanpa menarik
perhatian.

「Wazu-san, tunggu sebentar!」 (Sarona)

Sarona-san ketua seksi ketertiban memanggilku karena suatu alasan. Aku enggan menghentikan
kakiku di tempat seraya melayangkan senyum masam kepadanya.

「Maaf, Sarona-san. Boleh aku pergi? soalnya sudah sangat terlambat ini」 (Wazu)

「Tidak boleh」 (Sarona)

Sarona-san mendekatiku. Rambutnya begitu harum. Sarona-san perlahan mengangkat tangannya


dan meraih dasiku yang longgar.

「Tolong perhatikan dirimu tetap rapi ya!」 (Sarona)

「Ya~a.... melakukan hal seperti ini dari pagi, kayak pasangan yang baru nikah saja」 (Wazu)

Aku menggumamkan bagian lanjutan kalimatku tapi sepertinya Sarona-san mendengarnya.


Wajah Sarona-san berubah merah. Dia menaruh lebih banyak kekuatan di tangannya yang
digunakan untuk mengencangkan dasiku. aku tercekik.

「Aduh, sakit~」 (Wazu)

「M-Maaf, kamu bisa pergi sekarang!」 (Sarona)

「B-Baik」 (Wazu)

Aku terkejut karena tiba-tiba tercekik olehnya. Aku perlahan berjalan ke gedung sekolah seraya
memeriksa leherku.

Menengok ke belakang, kurasa mata kami saling bertemu, tetapi kemudian dia mengalihkan
pandangannya dariku dengan momentum yang luar biasa*.

(*T/N: gampangnya langsung mengos kepalanya :v)

Emm, apakah aku telah dibenci karena mengatakan hal yang aneh?

Aku memasuki gedung sekolah. Aku menyadari jariku sedikit berdarah begitu aku mau
mengambil sepatu indoor (dalam ruangan).

Sepertinya aku telah melukai jariku entah di mana sebelum aku menyadarinya. Kemungkinan itu
sudah terjadi pada waktu ketika aku menabrak tiang telepon.

Aku menuju ke UKS untuk mendapatkan plester luka.

Tapi, aku benar-benar akan terlambat kalau begini.... tidak, merawat luka bakal jadi sebuah alasan
yang cukup bagus untuk itu.

Begitu aku memasuki UKS, perawat sekolah Tata-san duduk di atas kursi dengan anggun.

「Hmm? Ada apa, Wazu-kun? Kamu akan telat lo. Atau mungkin kamu sebegitunya ingin
bertemu denganku?」 (Tata)

「Tolong jangan bercanda. Sepertinya aku telah melukai jariku di suatu tempat jadi aku datang
kemari untuk memperoleh plester luka」 (Wazu)

「Oh, itu tidak bagus!! Bahkan luka kecil saja, bakteri bisa masuk lewat sana. Kemarilah, aku
akan mensterilkannya dengan benar!!」 (Tata)

Aku duduk berhadapan mengikuti intruksi Tata-san. Tangannya dengan lembut memegang
tanganku seraya merawat lukaku. Ini rahasia tetapi suhu wajahku bertahap naik karena tindakan
tersebut.

「Sepertinya hanya goresan kecil. Itu akan lekas sembuh~」 (Tata)


「Terima kasih. Tapi memegang tangan dengan posisi ini, itu seperti aku akan membuat
pengakuan cinta」 (Wazu)

Aku membuat gurauan untuk menyembunyikan rasa maluku, tetapi wajah Tata-san memerah
karena suatu hal.

Hmm? Kupikir, kenapa jadi begini!?

Tata-san dengan ceroboh menuangkan penyeterilnya lebih dari yang dibutuhkan lukaku.

「Aduh~~~~~!!!」 (Wazu)

「Ah, maafkan aku!!..... ya ampun, itu karena Wazu-kun tiba-tiba membicarakan pengakuan
cinta, aku jadi agak senang....」 (Tata)

Aku tidak bisa mendengar bagian kedua setengah karena rasa sakit.

Aku meninggalkan UKS setelah mendapat plester dan menuju ke ruang kelas. Begitu aku
menutup pintu UKS, aku melihat penampilan Tata-san yang menggumamkan sesuatu dengan
wajah memerah yang sangat mengesankan.

Aku sampai di ruang kelas dan menuju ke kursiku. Itu kursi kedua dari belakang, dekat jendela.
Orlando sahabat baikku yang duduk di belakang, bicara padaku tepat setelah aku duduk.

「Yoo~! Wazu. Kau telat juga hari ini. Apa yang terjadi? Ketiduran?」 (Orlando)

「Orlando, jangan menanyakan pertanyaan yang sudah kauketahui jawabannya!!」 ()

Orlando sudah jelas seorang pria tampan. Banyak gadis yang menyukainya. Tidak di sekolah ini
saja, ketampanan wajahnya juga terkenal di kalangan gadis dari sekolah lain. Kepribadiannya
juga baik.

Ya ampun, seorang pria tampan dengan pribadi baik, memangnya seberapa sempurnanya dia ini!?
Baik atau buruknya, aku telah terjebak dengan pria seperti ini.

Yah, kami punya cerita di masa lalu tapi kesampingkan itu sekarang, kuharap dia cepat-cepat
dapat satu atau dua pacar. Tetapi entah entah kenapa, dia memprioritaskan untuk bergaul
denganku.

Alasannya : 「Aku tidak tertarik dengan yang begituan sekarang. Menyenangkan bergaul dengan
Wazu, terlebih cinta adalah sesuatu yang bisa saja runtuh sewaktu-waktu, bukan?」 (Orlando)

Yap. Ketika aku mendengar kata-katanya, kupikir dia harus meminta maaf pada semua pria di
seluruh dunia yang tidak populer seperti dirinya. Yah, aku memaafkannya karena dia sahabat
baikku.......
Lalu, ketika aku dan Orlando sedang ngobrol enggak jelas, seorang pria yang duduk di depanku
akhirnya datang.

「Pagi, Wazu-kun」 (Floyd)

「Bukankah itu agak.... tidak beralasan?」 (Wazu)

Dia Floyd.

「Begitukah? Kurasa aku cukup rapi kan?」 (Floyd)

「Tidak, aku merasa kau tidak seharusnya di sini. Kita tentunya bukan di umur yang sama」
(Wazu)

「Apa yang dari tadi kalian bicarakan?」 (Orlando)

「「Itulah apa yang ingin kuketahui」」 (Floyd/Wazu)

Dia adalah pria yang mencurigakan seperti biasa. Tidak ada cara untuk memahami cara
berpikirnya sama sekali.

Regan-san, Wali kelas kami masuk ketika kami sedang di tengah percakapan.

Yap! Hari ini juga kepala botak yang bagus. Kepalanya memantulkan cahaya.

Sepertinya dia menargetkan Keyla-san yang bekerja di aula makan. Mari berdoa semoga dia tidak
berhasil.

Sekarang waktu istirahat makan siang. Orlando memiliki janji untuk makan siang bersama
beberapa gadis.

Orlando sendiri tidak begitu antusias, tetapi sepertinya sejumlah gadis akan menimbulkan
kerusuhan bila dia terus menolak.

Floyd selalu menghilang entah ke mana ketika waktu makan siang.

Duduk di kursi kosong, aku menaruh nampan berisi makanan di meja. Tak lama kemudian, Dua
nampan lain ditempatkan di depanku dengan kasar.

Kulihat sisi lain meja, ada si kembar ketua OSIS ganda yang terkenal, Naminissa dan Narellina
dengan wajah tersenyum.

「Seperti yang diduga kamu ke sini」 (Naminissa)

「Bagaimana kalau kamu menerima undangan kami kali ini?」 (Narellina)


「Undangan untuk bergabung OSIS lagi?」 (Wazu)

Adik-kakak ini selalu mengajakku untuk bergabung dengan OSIS setiap kali kami bertemu.
Mereka bahkan terus mempertahankan posisi wakil ketua terbuka hanya demi diriku. Tetapi aku
terus menolaknya karena aku tidak merasa menginginkannya.

「Sudah kukatakan berkali-kali, tapi aku tidak punya niatan untuk bergabung dengan OSIS」
(Wazu)

「Jangan begitu dong. Kalau kamu masuk OSIS, kamu bisa makan kayak begini bareng kami
tiap hari, gimana?」 (Narellina)

「Bukankah kita sudah makan barengan tiap hari?」 (Wazu)

「I-Itu mungkin benar.... kalau begitu, aku juga akan memberi layanan "Aan~!" sebagai bonus」
(Naminissa)

「Itu juga sudah dilakukan, bukan?」 (Wazu)

Itu benar. Kedua orang ini selalu muncul pada waktu istirahat makan siang untuk makan bareng
diriku. Mereka selalu secara paksa menyuapiku begitu tidak ada yang melihat. Aku tidak
mengetahui maksudnya sama sekali. Tetapi seseorang bakal salah paham kalau mereka
melihatnya.

「Itu benar, tapi.... ugh, sulit mengatakannya」 (Naminissa)

「Namun, hati-hati ya. Orang-orang bakal berpikir kita pacaran atau yang lain bila kita terus
melakukan ini setiap hari」 (Wazu)

「「Eeh?」」

Sesegera ketika aku bilang begitu, wajah kedua gadis itu memerah. Mereka menggumamkan
sesuatu seperti 「Memang.... tidak buruk sih....」 atau 「Ini adalah fakta yang tidak bisa
dipungkiri....」 seakan tenggelam dalam dunianya sendiri. Aku tidak mengerti mereka sama
sekali.

Yah, kedua orang ini memiliki nilai bagus jadi mereka mungkin berpikir mengenai sesuatu yang
sulit yang tidak kupahami.

Seraya memikirkan hal seperti itu, aku menggeser pandanganku ke arah jam yang digantung di
dalam kafetaria. Aku menyadari bahwa waktu istirahat makan siang hampir habis.

Aku memakan makanan yang tersisa di depanku dengan lahap. Aku berdiri dan memanggil
keduanya yang masih tenggelam dalam pikiran mereka.

「Maaf. Aku harus ganti baju untuk kelas penjas berikutnya, jadi aku pergi dulu!」 (Wazu)

「「Eh? Apa!? Tungguuu!!」」


Aku langsung meninggalkan kafetaria.

Begitu sekolah berakhir, aku sendirian menunggu Orlando dan Floyd di depan loker sepatu untuk
main bareng mereka. Saat ini mereka sedang dipanggil Regan-sensei. Sepertinya ada hal yang
ingin beliau pinta pada mereka berdua tentang acara sekolah.

Seraya menunggu, ada sebuah suara yang memanggilku dari belakang.

「Wazu-senpai....」

Dalam merespon suara tersebut aku membalikkan badan. Di sana Haosui seorang adik kelas yang
juga anggota dari klub lari, datang mendekatiku.

Dari pakaiannya, sepertinya dia akan melakukan kegiatan klubnya.

「Yoo~ Haosui. Kamu selalu bekerja keras dalam kegiatan klub setiap harinya. Apakah kamu
suka lari sebegitunya?」 (Wazu)

「Aku menyukainya.... terasa enak ketika berlari. Jadi, kapan Wazu-senpai akan bergabung
dengan klub lari?」 (Haosui)

「Maaf, tapi aku tidak punya niatan untuk bergabung」 (Wazu)

「Sangat disayangkan soalnya Wazu-senpai jago berlari」 (Haosui)

(T/N: lari? aku juga jago berlari lo, kayak lari dari kenyataan :v)

Aku memenangkan game lari jarak dekat melawan Haosui sekali sebelumnya dan kami sering
berbicara setelah itu. Dia juga dengan antusias mengajakku bergabung ke klub lari. Yah, aku
tidak merasa ingin memasukinya sih.

「Bukankah kamu harus pergi berlatih? Kompetisinya sudah dekat, bukan?」 (Wazu)

「......Iya, tapi aku tidak memiliki cukup motivasi~」 (Haosui)

「Kalau begitu jika kamu menang, kamu dapat meminta apa pun sebagai hadiahnya. Tapi tentu
saja permintaan yang masih dalam kemampuanku」 (Wazu)

「Mengerti.... kamu sebaiknya bersiap-siap」 (Haosui)

「Siap-siap?」 (Wazu)

Haosui terlihat begitu bahagia karena suatu alasan setelah aku mengatakan itu. Dia menuju ke
kegiatan klubnya dengan wajah berseri.
Siap-siap? Apa yang harus kupersiapkan?

Karena Orlando dan Floyd datang ketika aku tenggelam dalam pikiranku, aku mengesampingkan
masalah itu untuk sekarang dan pergi bermain bersama mereka.

Beginilah aku biasanya menghabiskan hari-hari.

Aku masih belum punya pacar.

Aah~ aku pengen punya pacar....

***

Anda mungkin juga menyukai