PUSKESMAS KAWAL
Jl. Wisata Bahari Km. 26, Kawal, Kecamatan Gunung Kijang
2016
0
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS KAWAL
Nomor : / SK / PKM / IV / 2016
TENTANG
PENETAPAN KERJA DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
IGD – PUSKESMAS KAWAL
Menimbang : a. Bahwa upaya peningkatan mutu pelayanan merupakan salah satu tujuan
penting pembangunan kesehatan
b. Bahwa dalam upaya menuju peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Kawal
perlu adanya arah sebagai petunjuk pelaksanaan berupa standar operasional
prosedur
c. Bahwa dalam penggunaan standar operasional prosedur yang dimaksud pada
poin ‘b’ perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Puskesmas
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Menetapkan Standar Operasional Prosedur Instalasi Gawat Darurat Puskesmas
Kawal sebagaimana terlampir
Kedua : Standar Operasional Prosedur sebagaimana tersebut pada diktum pertama,
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali akan dilakukan evaluasi dan
penyesuaian kondisi yang ada
Ketiga : Surat keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkannya dengan
ketentuan, apabila terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kawal
Pada tanggal :
Kepala Puskesmas,
1
KATA PENGANTAR
Puskesmas Kawal adalah salah satu puskesmas di Kabupaten Bintan yang tidak hanya
melakukan pelayanan di poliklinik saja, tetapi juga memiliki pelayanan rawat inap serta
Intalasai Gawat Darurat (IGD).
IGD merupakan salah satu unit terdepan dalam pelayanan kesehatan di puskesmas maupun
rumah sakit. Tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal pada pasien dengan cepat, tepat,
ramah, serta terpadu (CTRT) dalam penanganan tingkat kegawatdaruratan sehingga mampu
mencegah risiko kecacatan dan kematian adalah tujuan dari sistem penanggulangan pasien
gawat darurat di IGD.
Demi tercapainya peningkatan pelaksanaan pelayanan yang optimal secara CTRT, maka telah
disusun Standar Operasional Prosedur (SOP) semua kegiatan dan tindakan yang dilakukan di
IGD Puskesmas Kawal.
Kami menyadari bahwa SOP IGD – Puskesmas Kawal ini masih banyak kekurangan, sehingga
kami sangat menerima saran dan kritik dari berbagai pihak, agar SOP IGD – Puskesmas Kawal
yang terbentuk dapat optimal.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
proses pembuatan SOP ini.
i
DAFTAR ISI
ii
SOP Injeksi Intramuscular (IM) ......................................................................... 47
SOP Injeksi Intravena (IV) ................................................................................. 49
SOP Injeksi Subcutan (SC) ................................................................................ 52
SOP Injeksi Intracutan (IC) ................................................................................ 54
SOP Pemasangan Naso-gastric Tube (NGT) ..................................................... 56
SOP Pemberian Obat per Oral ............................................................................ 59
SOP Pemberian Obat per Injeksi ........................................................................ 60
SOP Perawatan Luka .......................................................................................... 62
SOP Heacting ..................................................................................................... 64
SOP Insisi Abses ................................................................................................ 66
SOP Ekstraksi Kuku ........................................................................................... 68
SOP Pembuatan Visum ...................................................................................... 70
SOP KASUS MEDIK DAN NON MEDIK .............................................................. 71
SOP Resusitasi Jantung Paru .............................................................................. 72
SOP Penurunan Kesadaran ................................................................................. 75
SOP Penanganan Asma Bronkial ....................................................................... 76
SOP Penanganan Gastritis Akut ......................................................................... 77
SOP Krisis Hipertensi......................................................................................... 79
SOP Angina Pectoris .......................................................................................... 80
SOP Kejang Demam pada Anak ........................................................................ 81
SOP Syok............................................................................................................ 83
SOP Angioedema dan Anafilaktik ..................................................................... 85
SOP Gigitan Binatang (Mamalia) ...................................................................... 88
SOP Gigitan Serangga ........................................................................................ 90
SOP Gigitan/Sengatan Hewan Laut ................................................................... 92
SOP Penanganan Luka Bakar ............................................................................. 94
SOP Cedera Kepala ............................................................................................ 97
SOP Fraktur ........................................................................................................ 99
SOP Tension Pneumotoraks ............................................................................... 101
iii
FALSAFAH DAN TUJUAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1
SOP ALUR PASIEN IGD
2
SOP Penerimaan Pasien dan Triase
No. Dokumen No. Revisi Halaman
3
3
SOP Pasien yang Tidak Tergolong Akut atau Gawat
Tetapi Berobat ke IGD
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4-5
4
3. Pasien ditempatkan sesuai dengan triase. Kemudian dilakukan
pencatatan data pasien, anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
sesuai. Hasil pemeriksaan ditulis di rekam medis.
4. Kemudian pasien ditatalaksana sesuai dengan diagnosa yang
telah ditegakkan.
KETERKAITAN SOP Poliklinik; SOP KIA; Rekam Medis
5
SOP Pasien yang Berobat Jalan / Pulang
No. Dokumen No. Revisi Halaman
6
6
SOP Pasien yang Dirawat Inap
No. Dokumen No. Revisi Halaman
7
7
SOP Pasien yang Meninggal di IGD
No. Dokumen No. Revisi Halaman
8
8
SOP Pasien yang Datang Sudah Meninggal (DOA)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
9
9
SOP Cara Pembayaran
No. Dokumen No. Revisi Halaman
10
10
SOP Pasien yang Perlu Dirujuk / Alih Rawat ke RS lain
No. Dokumen No. Revisi Halaman
11-12
11
6. Pasien dengan kondisi kurang baik dan/atau terpasang alat – alat
kesehatan akan didampingi oleh dokter atau perawat dalam
perjalanan merujuk. Sedangkan pasien yang kondisinya cukup
baik dan tidak terpasang alat – alat kesehatan boleh tidak
didampingi oleh dokter maupun perawat.
KETERKAITAN Informed consent: SOP Penggunaan Ambulans Rujukan; SOP
Pendampingan Pasien yang Ditransportasikan
12
SOP Pendampingan Penderita yang Ditransportasi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
13
13
SOP Pemakaian Ambulans Rujukan
No. Dokumen No. Revisi Halaman
14-15
14
8. Petugas unit layanan IGD / rawat inap mempersiapkan pasien
yang akan dirujuk, dan menghubungi sopir ambulans.
9. Sopir menyiapkan ambulans.
10. Pasien dirujuk dengan ambulans sampai ke RS tujuan.
KETERKAITAN SOP Rawat Inap; SOP Pasien yang Akan Dirujuk; SOP
Pendampingan Pasien
15
SOP Pemakaian Ambulans Jenazah
No. Dokumen No. Revisi Halaman
16
16
SOP Penggunaan Brancard
No. Dokumen No. Revisi Halaman
17-18
17
3. Dua atau tiga perawat menghadap ke pasien.
4. Silangkan tangan pasien ke depan dada.
5. Masukkan tangan petugas ke bawah tubuh pasien.
6. Perawat pertama meletakkan tangan di bawah leher / bahu dan
bawah pinggang, perawat kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan panggul pasien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan di bawah pinggul dan kaki.
7. Lakukan gerakan mengangkat pasien dengan gerakan yang
anatomis.
8. Posisikan pasien pada posisi yang nyaman di tempat tidur.
9. Rapikan pasien dan bereskan alat – alat.
KETERKAITAN SOP Penerimaan Pasien
18
SOP TINDAKAN IGD
19
SOP Anamnesis
No. Dokumen No. Revisi Halaman
20
20
SOP Pemeriksaan Fisik
No. Dokumen No. Revisi Halaman
21-22
21
3. Stetoskop
4. Tensimeter
5. Spatel lidah
6. Senter
7. Palu refleks
8. Rekam medis untuk dokumentasi hasil pemeriksaan
22
SOP Informed Consent
No. Dokumen No. Revisi Halaman
23
23
SOP Pemberian Oksigen
No. Dokumen No. Revisi Halaman
24-25
Alur tindakan :
7. Siapkan nasal kanul dan 1 set tabung oksigen
8. Hubungkan nasal kanul dengan flowmeter pada tabung oksigen
9. Cek fungsi flowmeter dengan memutar pengatur konsentrasi
oksigen dan mengamati adanya gelembung udara dalam
humidifier
10. Cek aliran oksigen dengan cara mengalirkan oksigen melalui
nasal kanul ke punggung tangan tenaga kesehatan
11. Pasang nasal kanul ke lubang hidung pasien dengan tepat
12. Tanyakan pada pasien, apakah aliran oksigen sudah terasa atau
tidak
24
13. Atur pengikat nasal kanul dengan benar, jangan terlalu kencang
dan jangan terlalu longgar
14. Pastikan nasal kanul terpasang dengan aman
15. Atur aliran oksigen sesuai dengan program
16. Alat – alat dikembalikan di tempat semula
17. Mencuci tangan
KETERKAITAN Informed consent
25
SOP Pemakaian Ambu Bag
No. Dokumen No. Revisi Halaman
26-27
Pelaksanaan:
1. Sambungkan masker dan ambu bag yang akan digunakan
2. Masker dipasang dimuka pasien (menutupi hidung dan mulut
pasien)
26
3. Masker ditekan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk kemudian
angkat dagu bawah dengan jari tengah, jari manis dan jari
kelingking
4. Gunakan tangan yang lain untuk menekan ambu bag sekitar 10-15
kali per menit
5. Apabila ada 2 petugas yang dapat memberikan bantuan napas
dengan ambu bag, maka 1 orang bertugas memegang masker
sambil mempertahankan posisi jalan napas, dan 1 orang lainnya
bertugas menekan ambu bag sekitar 10-15 kali per menit.
KETERKAITAN Informed consent
27
SOP Pemakaian Suction
No. Dokumen No. Revisi Halaman
28-29
Persiapan pasien :
1. Bila pasien sadar, siapkan dengan posisi setengah duduk
2. Bila pasien tidak sadar ;
a. Posisi miring
b. Kepala ekstensi agar penghisap dapat berjalan lancar
28
1. Jelaskan pada pasien/keluarga mengenai tindakan yang akan
dilakukan, serta meminta pasien/keluarga menandatangani
informed consent
2. Alat didekatkan pada pasien dan perawat mencuci tangan
3. Perawat memakai sarung tangan
4. Pasien disiapkan sesuai dengan kondisi
5. Slang dipasang pada mesin penghisap lendir
6. Mesin penghisap lendir dihidupkan
7. Sebelum menghisap lendir pada pasien, cobalah terlebih dahulu
pada air bersih yang tersedia untuk memastikan slang tidak
tersumbat
8. Tekan lidah dengan spatel
9. Hisap lendir pasien sampai selesai
10. Setelah selesai, mesin dimatikan
11. Bersihkan mulut pasien dengan kassa
12. Membersihakan slang dengan air dalam kom
13. Slang direndam dalam cairan desinfektan yang tersedia
14. Perawat mencuci tangan
KETERKAITAN Informed consent
29
SOP Intubasi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
30-32
30
Pada bayi digunakan bilah lengkung ukuran 1 atau bilah
lurus/miller 1-2.
Untuk neonatus digunakan ukuran miller 0-1.
31
(beberapa jenis ETT di lengkapi dengan garis hitam yang
melingkar di tepi cuff sebagai tanda atau batas dalamnya
pemasukan).
13. Hubungkan ETT dengan bag valve mask
14. Kembangkan cuff dengan spiut 20cc, berikan udara 5-10 cc atau
hingga tidak terdengar kebocoran udara saat dilakukan ventilasi
kendali
15. Pastikan posisi ETT telah tepat dengan melihat pengembangan
dada yang simetris saat ventilasi
16. Lakukan auskultasi di kedua lapangan paru dan di atas lambung.
17. Bila bunyi nafas hanya terdengar di satu sisi paru, ETT harus di
tarik sampai terdengar bunyi nafas di kedua paru
18. Catat panjang ETT yang masuk dengan melihat tanda ukuran
pada posisi gigi atau bibir pasien
19. Segera transportasikan pasien ke RS rujukan dengan
didampingi oleh petugas kesehatan
KETERKAITAN Inofrmed Consent
32
SOP Kanulasi Intravena Perifer / Infus
No. Dokumen No. Revisi Halaman
33-35
33
Alur tindakan :
1. Mencuci tangan
2. Memakai sarung tangan
3. Membuka daerah yang akan dipasang infus
4. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
5. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
6. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian
mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk
mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
7. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
8. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup ( ke arah
bawah )
9. Menggantungkan selang infus pada standar infus
10. Buka abocath dari bungkusnya
11. Potong 3 lembar plester
12. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat :
pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak
bercabang, pembuluh darah tidak di area persendian
13. Bendung bagian proksmal / atas dari pembuluh darah yang akan
dipasang infus dengan torniquet
14. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengan ibu jari pasien di
dalam genggaman
15. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
16. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum
menghadap keatas dengan sudut 150 – 300, Pastikan darah
mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah,
temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum dan
abocath
17. Torniquet dilepas bila darah sudah masuk
18. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh
darah
34
19. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung selang infus set ke abocath
20. Fiksasi secara menyilang menggunakan plester
21. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka
roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang
benar
22. Fiksasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara
terbalik dibawah selang infus, kemudian disilangkan
23. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan di
plester
24. Mengatur / menghitung jumlah tetesan
25. Mengatur posisi anggota tubuh yang di infus, bila perlu diberi
spalk
26. Merapikan alat dan pasien
27. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
KETERKAITAN Informed consent
35
SOP Pemasangan Neck Collar
No. Dokumen No. Revisi Halaman
36-37
36
7. Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain
37
SOP Pemeriksaan Elektrokardiografi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
38-39
Persiapan Pasien :
1. Pasien diberitahu maksud dan tujuan tindakan pemeriksaan EKG
2. Pakaian atas pasien dibuka
3. Pasien dibaringkan dalam posisi telentang dengan tungkai lurus
tidak bersentuhan, kedua lengan disamping tubuh tidak
bersentuhan dengan tubuh (dalam keadaan rileks)
4. Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti:
1.Jam tangan
2.Ventilator
3.Tremor
4.Bergerak
5.Batuk
38
Langkah-langkah:
1. Periksa alat EKG (harus dalam keadaan siap)
2. Menempatkan elektroda:
a. Elektroda ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan
kanan dan kiri dan searah telapak tangan.
b. Pada ekstremitas bawah dipasang pada pergelangan kaki
kanan dan kiri sebelah dalam
c. Posisi pada pergelangan bukan mutlak, bila diperlukan dapat
dipasang sampai ke bahu kiri / kanan dan ke pangkal paha
kiri / kanan
3. Hubungkan kabel-kabel elektroda ekstremitas
- Merah (RA) : lengan kanan
- Kuning (LA) : lengan kiri
- Hijau (LF) : tungkai kiri
- Hitam (RF) : tungkai kanan
4. Hubungan elektroda dada
- V1 : sela iga IV di sebelah pinggir kanan sternum
- V2 : sela iga IV di sebelah pinggir kiri sternum
- V2 : di tengah-tengah antara V3 dan V4
- V4 : sela iga V pada garis midklavikula kiri
- V5: garis axilaris anterior kiri setinggi V4
- V6 : garis mid axilaris kiri setinggi V4
5. Cetak rekaman EKG ke dalam kertas EKG, dan lakukan
interpretasi hasil EKG
KETERKAITAN Informed consent
39
SOP Pemasangan Kateter Urin
No. Dokumen No. Revisi Halaman
40-42
40
Adapun prosedur yang dalam pemasangan kateter urin adalah
sebagai berikut :
1. Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang prosedur dan
tujuan tindakan yang akan dilakukan
3. Pasien atau keluarga pasien mengisi lembar informed consent
4. Menjaga privasi pasien dengan menutup tirai saat melakukan
tindakan
5. Meminta pasien melepaskan pakaian bagian bawah dan mengatur
posisi pasien
6. Menutup area pinggang dengan selimut pasien serta menutup
bagian ekstremitas bawah dengan selimut mandi sehingga hanya
area perineal yang terpajan
7. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
8. Menyiapkan cairan antiseptik ke dalam kom
9. Gunakan sarung tangan bersih
10. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptik
11. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang ke
kantong plastic yang telah disediakan
12. Buka bungkusan luar set kateter dan urine bag dan kemudian
simpan di alas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri,
maka siapkan lubricant di dalam bak sterik. Jangan menyentuh
area steril
13. Gunakan sarung tangan steril
14. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter dan
berikan lubricant pada ujung kateter (dengan meminta bantuan
atau dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan teknik
steril
15. Pada pasien pria, posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh
pasien. Sedangkan pada pasien wanita, buka labia minora dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk atau telunjuk dengan jari
tengah tangan yang tidak dominan
41
16. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan
kateter perlahan – lahan hingga ujung kateter. Anjurkan pasien
untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan. Kaji kelancaran
pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian
dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan
17. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berada di ujung kateter
agar urine tidak tumpah. Setelah urin mengalir, ambil specimen
urin bila diperlukan. Lalu segera sambungkan kateter dengan
urine bag
18. Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl steril sesuai
volume yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
19. Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikan balon
kateter sudah terfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria.
20. Bersihkan lubricant yang tersisa pada kateter dengan kassa
21. Fiksasi kateter:
Pada pasien laki – laki difiksasi dengan plester pada
abdomen
Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester pada
pangkal paha
22. Menempatkan urine bag di tempat tidur pada posisi yang lebih
rendah dari kandung kemih
23. Rapikan kembali pasien dan lepaskan sarung tangan
24. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula
25. Mencuci tangan
KETERKAITAN Informed consent
42
SOP Penggunaan Nebulizer
No. Dokumen No. Revisi Halaman
43-44
Alur tindakan :
1. Mencuci tangan
2. Memakai handscoen bersih
3. Memasukkan obat ke wadahnya (bagian dari alat nebulizer)
4. Menghubungkan nebulizer dengan listrik
5. Menyalakan mesin nebulizer dan mengecek out flow apakah
timbul uap atau embun
6. Menghubungkan alat ke mulut atau menutupi hidung dan mulut
(posisi) yang tepat
43
7. Menganjurkan agar pasien menarik nafas dalam, tahan sebentar
lalu ekspirasi
8. Setelah selesai, cek keadaan umum pasien, tanda vital, dan
melakukan auskultasi paru secara berkala selama prosedur
9. Alat – alat di kembalikan di tempat semula
10. Lepaskan handscoen dan mencuci tangan
KETERKAITAN Informed consent
44
SOP Pemasangan Bidai
No. Dokumen No. Revisi Halaman
45-46
45
6. Memasang papan bidai pada minimal 2 sisi tulang yang
mengalami fraktur. Panjang bidai minimal melewati 2 sendi (1
proksimal dan 1 distal fraktur)
7. Lakukan ikatan dengan menggunakan kassa gulung / kain pada
minimal 2 sendi tersebut dan di bagian tengah papan. Jangan
mengikat bidai terlalu kencang.
8. Berikan bantalan pada penonjolan tulang yang bersinggungan
dengan papan bidai. Bantalan diletakkan diantara penonjolan
tulang dan papan.
9. Mengevaluasi kekencangan bidai dengan menanyakan kepada
pasien apakah terlalu kencang, kesemutan, mati rasa, atau nyeri
yang mungkin disebabkan oleh terlalu kencangnya balutan
bidai.
10. Segera siapkan rujukan ke rumah sakit dengan dokter spesialis
bedah.
11. Bersihkan dan rapikan kembali peralatan yang sudah digunakan.
KETERKAITAN Informed consent
46
SOP Injeksi Intramuscular (IM)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
47-48
Alur Tindakan :
1. Identifikasi pasien
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau
keluarga pasien
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan spuit sesuai kebutuhan, letakkan di bak instrumen
5. Membaca kembali daftar obat kemudian melakukan desinfektan
dengan kapas alkohol pada leher ampul atau karet penutup
flakon
47
6. Melarutkan lebih dulu obat yang perlu dilarutkan
7. Spuit diisi obat sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan
8. Cocokan nama obat dan identitas pasien
9. Baca sekali lagi sebelum menyuntikan pada pasien
10. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik. Pilih area
penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan
nyeri yang berlebihan.
11. Menggunakan handscoen
12. Desinfeksi area penusukan dengan menggunakan kapas
alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan
diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
13. Jarum disuntikkan pada daerah yang akan disuntik dengan arah
90 derajat
14. Penghisap ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan
dimasukkan
15. Obat dimasukkan perlahan-lahan
16. Setelah obat masuk seluruhnya jarum ditarik dengan cepat
17. Kulit tempat ditusuk ditekan dengan kapas alkohol sambil
melakukan masase
18. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang
diberi povidon iodine
19. Merapikan alat dan pasien
20. Melepas handscoen dan mencuci tangan
21. Mengevaluasi respon pasien
22. Mendokumentasikan tindakan dan hasil
KETERKAITAN Informed consent
48
SOP Injeksi Intravena (IV)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
49-51
Alur Tindakan :
1. Identifikasi pasien
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau
keluarga pasien
3. Mencuci tangan
49
4. Menyiapkan spuit sesuai kebutuhan, letakkan di bak instrumen
5. Membaca kembali daftar obat kemudian melakukan desinfektan
dengan kapas alkohol pada leher ampul atau karet penutup
flakon
6. Melarutkan lebih dulu obat yang perlu dilarutkan
7. Spuit diisi obat sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan
8. Cocokkan nama obat dan identitas pasien
9. Baca sekali lagi sebelum menyuntikan pada pasien
10. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik. Pilih area
penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan
nyeri yang berlebihan.
11. Pasang pembendung vena (tourniquet)
12. Menggunakan handscoen
13. Desinfeksi area penusukan dengan menggunakan kapas
alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan
diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
14. Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non
dominan.
15. Buka tutup jarum. Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm di
bawah area penusukan dengan tangan non dominan. Membuat
kulit menjadi lebih kencang dan vena tidak bergeser,
memudahkan penusukan. Sejajar vena yang akan ditusuk
perlahan dan pasti. Pegang jarum pada posisi 30 derajat.
16. Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke
dalam vena
17. Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel
dari spuit dan tangan dominan menarik plunger.
18. Observasi adanya darah pada spuit. Jika ada darah, lepaskan
terniquet dan masukkan obat perlahan-lahan.
19. Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan
50
menggunakan kapas alkohol pada area penusukan sambil
melakukan masase.
20. Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang
diberi povidon iodine
21. Merapikan alat dan pasien
22. Melepas handscoen dan mencuci tangan
23. Mengevaluasi respon pasien
24. Mendokumentasikan tindakan dan hasil
KETERKAITAN Informed consent
51
SOP Injeksi Subcutan (SC)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
52-53
Alur Tindakan :
1. Identifikasi pasien
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau
keluarga pasien
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan spuit sesuai kebutuhan, letakkan di bak instrumen
5. Membaca kembali daftar obat kemudian melakukan desinfektan
dengan kapas alkohol pada leher ampul atau karet penutup
flakon
6. Melarutkan lebih dulu obat yang perlu dilarutkan
7. Spuit diisi obat sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan
8. Cocokkan nama obat dan identitas pasien
52
9. Baca sekali lagi sebelum menyuntikan pada pasien
10. Atur posisi dan tentukan tempat yang akan disuntik. Pilih area
penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan, atau
rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan
nyeri yang berlebihan.
11. Menggunakan handscoen
12. Desinfeksi area penusukan dengan menggunakan kapas
alkohol, dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan
diameter sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering.
13. Jarum umumnya disuntikkan di area perut periumbilikus. Cubit
lemak di sekitar area yang akan ditusuk dan lakukan penusukan
dengan sudut terhadap kulit 90º sampai jarum terbenam penuh
ke dalam lemak. Masukkan obat sampai habis.
14. Tutup area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol
15. Merapikan alat dan pasien
16. Melepas handscoen dan mencuci tangan
17. Mengevaluasi respon pasien
18. Mendokumentasikan tindakan dan hasil
KETERKAITAN Informed consent
53
SOP Injeksi Intracutan (IC)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
54-55
Alur tindakan :
1. Mencuci tangan
2. Siapkan obat
3. Mengidentifikasi pasien dengan prinsip 5B ( Benar obat, dosis,
pasien, cara pemberian, dan waktu )
4. Memberitahukan tindakan yang akan dilakukan
5. Mengatur posisi senyaman mungkin
6. Letakkan perlak dan pengalas di bawah daerah yang akan di
injeksi
7. Pilih area penyuntikan
54
8. Pakai sarung tangan
9. Bersihkan area penusukan dengan kapas alkohol dengan gerakan
sirkuler
10. Pegang kapas alkohol pada jari tangan non dominan
11. Buka tutup jarum
12. Tempatkan ibu jari tangan non dominan 2,5 cm di bawah area
penusukan
13. Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan dengan tangan
dominan masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 150
14. Masukkan obat perlahan – lahan, perhatikan sampai adanya bula
15. Cabut jarum sesuai sudut masuknya
16. Usap pelan daerah penusukan dengan kapas alkohol (jangan
ditekan)
17. Buat lingkaran pada bula dengan menggunakan pena / spidol
dengan diameter ± 5 cm
18. Observasi kulit terhadap kemerahan dan bengkak atau reaksi
sistemik (10 – 15 menit)
KETERKAITAN Informed consent
55
SOP Pemasangan Naso-gastric Tube (NGT)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
56-58
56
Alur Tindakan :
1. Identifikasi pasien
2. Menjelaskan tujuan pemasangan NGT pada keluarga pasien
3. Membawa alat-alat ke dekat pasien
4. Mengatur posisi pasien sesuai dengan keadaan pasien
5. Memasang perlak dan pengalas pada daerah dada
6. Mencuci tangan
7. Buka kemasan steril NGT dan taruh dalam bak instrumen steril
8. Memakai handscoen steril
9. Mengukur dan memberi tanda pada NGT yang akan dipasang
lebih kurang 40-45 cm (diukur dengan cara menempatkan ujung
selang dari hidung pasien ke ujung telinga atas lalu dilanjutkan
sampai processus xypoideus)
10. Mengolesi NGT dengan aqua jelly sepanjang 10-20 cm dari ujung
NGT
11. Memasukkan NGT melalui lubang hidung dan pasien dianjurkan
untuk menelan (jika pasien tidak sadar tekan lidah pasien dengan
spatel) masukkan NGT sampai pada batas yang sudah ditentukan
sambil perhatikan keadaan umum pasien.
12. Cek posisi NGT (apakah masuk di lambung atau paru-paru)
dengan 3 cara :
a. Aspirasi cairan lambung dengan spuit 10 cc jika cairan
bercampur isi lambung berarti NGT sudah masuk ke lambung
b. Memasukkan ujung NGT (yang di hidung) ke dalam kom
berisi air, bila ada gelembung berarti NGT dalam paru-paru
c. Petugas memasukkan gelembung udara melalui spuit
bersamaan dilakukan pengecekan perut dengan stetoskop
untuk mendengarkan gelembung udara di lambung
13. Memasang spuit/corong (yang sudah dibilas dengan air hangat)
pada pangkal selang apabila sudah yakin selang masuk ke
lambung
14. Memfiksasi NGT pada hidung dengan plester
15. Membantu pasien mengatur posisi yang nyaman
57
16. Merapikan dan membereskan alat
17. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
18. Mengevaluasi respon pasien
19. Mendokumentasikan tindakan dan hasil
58
SOP Pemberian Obat Peroral
No. Dokumen No. Revisi Halaman
59
59
SOP Pemberian Obat Perinjeksi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
60-61
60
5. Ambil obat dalam tempatnya dengan spuit sesuai dengan dosis
yang akan diberikan. Jika obat dalam bentuk bubuk, larutkan
dengan pelarut aquades steril.
6. Untuk injeksi intravena, injeksi dilakukan pada lengan (vena
basilika dan vena sefalika).
7. Lakukan pengikatan dengan tourniquet pada bagian lengan
pasien.
8. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan
sudut terhadap kulit 15º-30º.
9. Lakukan aspirasi. Jika sudah ada darah, lepaskan karet
pembendung dan langsung masukkan obat sampai habis.
10. Untuk injeksi intramuskular, injeksi dilakukan pada bahu (m.
deltoid), bokong (m. gluteus), atau paha (m. vastus lateral).
Lakukan penusukan dengan sudut terhadap kulit 90º sampai
jarum terbenam penuh ke dalam otot. Lakukan aspirasi. Jika
tidak terdapat darah, masukkan obat sampai habis.
11. Untuk injeksi subkutan, injeksi dilakukan di daerah perut
periumbilikus. Cubit lemak di sekitar area yang akan ditusuk
dan lakukan penusukan dengan sudut terhadap kulit 90º sampai
jarum terbenam penuh ke dalam lemak. Masukkan obat sampai
habis.
12. Sesudah selesai, ambil spuit dengan menarik dan lakukan
penekanan pada daerah penusukan dengan kapas alkohol. Tutup
dengan plester jika perlu.
13. Rapikan alat yang digunakan dan buang spuit pada tempatnya.
KETERKAITAN Informed consent
61
SOP Perawatan Luka
No. Dokumen No. Revisi Halaman
62-63
62
5. Menggunakan handscoen steril.
6. Membuka plester searah tumbuhnya rambut dan membuka
balutan dengan cara hati-hati, masukkan balutan kotor ke dalam
kantong plastik yang telah disediakan.
7. Mengevaluasi adanya tanda-tanda alergi terhadap plaster.
8. Mengevaluasi kondisi luka dan jahitan. Jika terdapat infeksi,
pertimbangkan untuk melepaskan jahitan.
9. Pada luka dengan jahitan, jika luka sudah tertutup dan tidak ada
tanda infeksi, pertimbangkan untuk membuka jahitan.
10. Membersihkan luka dan sekitarnya dengan povidone iodine dari
arah luka melingkar keluar dan menunggu sampai kering (± 1
menit).
11. Membersihkan darah, pus, dan jaringan nekrotik pada daerah
luka. Jika nyeri, pertimbangkan untuk memberikan anestesi
lokal.
12. Mengoleskan krim/salep antibiotik di daerah luka dan
sekitarnya jika perlu.
13. Menutup luka dengan kasa steril dan lakukan fiksasi dengan
plester pada area pinggiran kasa pembalut.
14. Bersihkan dan rapikan kembali peralatan.
15. Menjelaskan kepada pasien kapan harus kembali untuk
perawatan luka selanjutnya. Jika terdapat banyak pus,
pertimbangkan untuk kontrol perawatan luka tiap hari.
16. Memberikan obat antibiotik peroral jika terdapat infeksi pada
luka dan obat antinyeri jika perlu.
KETERKAITAN Informed consent
63
SOP Heacting
No. Dokumen No. Revisi Halaman
64-65
64
5. Olesi dengan kapas alkohol, lalu suntikkan lidocaine sekitar 2 cc
di sekitar luka, dan tunggu sekitar 5 menit
6. Dep lagi luka dengan kassa steril. Jika ada pembuluh darah yang
terpotong lakukan ligasi dengan benang catgut
7. Pegang pinggir luka dengan pinset chirurgis, dan jika ada kotoran
ambil dengan pinset anatomis
8. Pasang Jarum dan benang di needleholder, lalu jahit bibir luka
dengan rapi. Setelah luka ditutup, olesi dengan betadine.
Kemudian olesi sufratul dan tutup dengan kasa steril dan verband
9. Bersihkan daerah bekas luka
10. Edukasi pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas daerah luka,
serta kapan harus kembali untuk perawatan luka jahitan
selanjutnya)
KETERKAITAN Informed consent
65
SOP Insisi Abses
No. Dokumen No. Revisi Halaman
66-67
66
6. Lalu buatlah sebuah sayatan, dan lakukan drainase pus/nanah
sampai benar – benar bersih
7. Rendam kasa gulung povidon iodin dan masukan ke dalam luka,
mulai dari bagian yang paling dalam dan berlanjut keatas
8. Letakkan pembalut ringan di atas luka dan fiksasi dengan plaster
9. Konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas di
daerah luka, serta kontrol luka)
10. Bersihkan dan bersekan kembali peralatan
KETERKAITAN Informed consent
67
SOP Ekstraksi Kuku
No. Dokumen No. Revisi Halaman
68-69
68
6. Anastesi bagian kuku yang akan diekstraksi dengan lidocain
7. Pastikan pasien telah merasa baal pada daerah kuku yang
disuntikkan lidocain
8. Angkat kuku dengan bantuan klem dari tepi kiri ke kanan, atau
sebaliknya
9. Bersihkan bagian atas jari yang kukunya telah diangkat secara
perlahan dengan menggunakan kassa steril
10. Letakkan supratule di atas permukaan tersebut, kemudian
tempelkan kassa steril. Balut daerah kuku dengan kassa gulung
dan berikan plester
11. Rapikan alat – alat yang telah digunakan
12. Lepaskan handscoen dan petugas mencuci tangan
KETERKAITAN Informed consent
69
SOP Pembuatan Visum
No. Dokumen No. Revisi Halaman
70
70
SOP KASUS MEDIK -
NONMEDIK
71
SOP Resusitasi Jantung Paru
No. Dokumen No. Revisi Halaman
72-74
Pasien:
1. Keluarga diberi penjelasan tentang apa yang akan dilakukan
2. Posisi pasien diatur telentang di tempat datar dan alas keras
3. Baju bagian atas pasien dibuka
Pelaksanaan
1. Petugas menggunakan pelindung diri (masker, handscoen)
2. Mengecek kesadaran pasien dengan cara memanggil nama,
menanyakan keadaan, menggoyangkan bahu / mencubit pasien
3. Jika pasien tidak sadar segera aktifkan SPGDT
72
4. Buka jalan napas dengan headtilt chinlift dan bersihkan jalan
napas dari sumbatan
5. Menilai pernapasan dengan cara: melihat pergerakan dada atau
perut, mendengar suara keluar masuk udara dari hidung,
merasakan udara keluar masuk mulut atau hidung dengan
punggung tangan
6. Jika pasien tidak bernapas berikan napas buatan dengan ambu bag
sebanyak 2 kali secara perlahan
7. Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis,
jika teraba cukup berikan napas buatan setiap 5 detik sekali
8. Jika arteri karotis tidak teraba kombinasikan napas buatan dan
kompresi jantung luar dengan perbandingan 15:2 untuk dewasa
baik 1 penolong maupun 2 penolong dan 3:1 untuk neonatus
9. Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek
pernapasan
10. Jika napas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai
dengan kompresi jantung luar
73
b. Anak
Penekanann menggunakan satu pangkal telapak tangan
Kedalaman tekanan 2-3 cm
Frekuensi penekanan 80-100 kali permenit
c. Neonatus
Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri
penolong sedangkan tangan kiri memegang lengan atas
bayi sambil meraba arteri brakhialis sebelah kiri
Jari tangan dan telunjuk tangan penolong menekan dada
bayi pada posisi sejajar putting susu 1 cm ke bawah
Kedalaman tekanan 1-2 cm
Perbandingan kompresi jantung : bagging adalah 3:1
KETERKAITAN Informed consent; SOP Pemakaian Ambu bag
74
SOP Penurunan Kesadaran
No. Dokumen No. Revisi Halaman
75
75
SOP Penanganan Asma Bronkial
No. Dokumen No. Revisi Halaman
76
76
SOP Gastritis Akut
No. Dokumen No. Revisi Halaman
77-78
77
6. Selanjutnya pasien dipulangkan atau rawat inap, tergantung
keadaan pasien.
KETERKAITAN SOP Pemasangan NGT; SOP Pemberian Obat Peroral, SOP
Pemberian Obat Injeksi; SOP Pemasangan Infus
78
SOP Krisis Hipertensi
No. Dokumen No. Revisi Halaman
79
79
SOP Angina Pectoris
No. Dokumen No. Revisi Halaman
80
80
SOP Kejang Demam pada Anak
No. Dokumen No. Revisi Halaman
81-82
81
mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg / menit atau
dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.
6. Bila masih kejang, berikan fenobarbital secara intravena dengan
dosis awal 20-30 mg/kgBB secara intravena dalam 30 menit.
7. Persiapkan pasien untuk dirujuk ke pelayanan sekunder.
KETERKAITAN Informed consent; SOP Pemberian Oksigen; SOP Pemasangan Infus;
SOP Pasien yang Akan Dirujuk
82
SOP Syok
No. Dokumen No. Revisi Halaman
83-84
83
Tentukan defisit cairan
Berikan cairan kristaloid 20 ml/kgBB dalam ½-1 jam (dapat
diulang)
Sisa defisit : 50% dalam 8 jam pertama, 50% dalam 16 jam
berikutnya
Cairan RL atau NaCl 0,9%
3. Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin. Syok teratasi
apabila produksi urin 0,5-1 ml/kgBB/jam.
4. Apabila kondisi pasien membaik, maka pasien akan dirawat inap
untuk diobservasi lebih lanjut.
5. Apabila kondisi pasien tetap atau memburuk, maka rujuk pasien
ke pelayanan sekunder.
KETERKAITAN Informed consent; SOP Pemasangan Infus; SOP Pemasangan Kateter
Urin
84
SOP Penatalaksanaan Anafilaktik dan Angioedema
No. Dokumen No. Revisi Halaman
85-87
85
2. Menegakkan diagnosis angioedema atau syok anafilaktik
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik segera. Pastikan jenis
alergen (bahan pemicu alergi) yang terpapar pada pasien (misal:
makanan/minuman, obat-obatan, sengatan lebah)
3. Menjelaskan kepada pasien kondisi saat ini dan tatalaksana yang
akan dilakukan.
4. Menyiapkan obat-obatan dan alat-alat yang akan digunakan.
Obat injeksi yang diperlukan adalah epinefrin, dexamethasone/
methylprednisolone, ranitidine. Obat oral yang diperlukan
adalah dexamethasone / methylprednisolone / prednisone,
ranitidine / cimetidine, CTM / cetirizine / loratadine, dan
salbutamol. Obat nebulisasi yang diperlukan adalah ventolin /
combivent.
5. Dosis epinefrin yang dipakai adalah 0,1 – 0,25 ml IM untuk
dewasa. Dosis untuk anak-anak adalah 0,01 ml/kg SC.
6. Mencuci tangan dan menggunakan handscoen.
7. Melakukan penilaian terhadap Airway dan Breathing. Jika
terdapat gangguan penyempitan jalan napas (wheezing, stridor,
sesak, penggunaan otot bantu napas, sianosis, saturasi O2 < 95%)
segera lakukan tatalaksana dengan pemberian obat-obatan
injeksi dan nebulisasi.
8. Jika tidak terdapat gangguan Airway dan Breathing, lanjutkan
ke penilaian terhadap Circulation, Dissability, dan Exposure
dan berikan terapi obat tanpa nebulisasi. Berikan oksigen jika
perlu.
9. Jika terdapat gangguan sirkulasi (nadi tidak teraba, tekanan
darah rendah atau tidak terukur, capillary refill time melambat,
sianosis). Pasang akses intravena / infus set dengan cairan
intravena dan berikan 500-1000 ml untuk dewasa dan 20 ml/kg
untuk anak-anak loading segera (pertimbangkan pemasangan 2
akses IV).
10. Jika terdapat gangguan penurunan kesadaran, tatalaksana sesuai
SOP penurunan kesadaran.
86
11. Segera bersihkan / singkirkan paparan terhadap alergen jika
masih tersisa. Misal: sengatan lebah dengan sabun dan air
mengalir.
12. Segera rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas ICU (tergantung
kondisi pasien) untuk kasus anafilaktik.
13. Jika diagnosis pasien hanya angioedema tanpa
kegawatdaruratan, berikan obat-obatan secara peroral.
Pertimbangkan terapi lain jika perlu.
14. Bersihkan dan rapikan alat-alat yang telah digunakan.
KETERKAITAN Informed consent; SOP Pemberian Obat Injeksi (IM, IV, SC); SOP
Pasien yang Akan Dirujuk
87
SOP Luka Gigitan Mamalia
No. Dokumen No. Revisi Halaman
88-89
88
3. Membersihkan luka dan melakukan prosedur yang sama dengan
penatalaksanaan / perawatan luka. Namun, meskipun terdapat
luka yang cukup lebar, luka gigitan hewan tetap dibiarkan
terbuka tanpa dijahit untuk menghindari infeksi bakteri anaerob.
4. Pada pasien yang tidak pernah mendapat imunisasi tetanus atau
terakhir kali mendapatkan imunisasi / booster tetanus > 5 tahun,
berikan serum antitetanus sebagai profilaksis.
5. Jika gigitan terjadi karena mamalia yang berisiko tinggi
menularkan rabies (anjing, kelelawar, monyet), pertimbangkan
untuk mendapatkan serum antirabies.
6. Berikan pasien obat antibiotik dan antinyeri. Dan jelaskan kapan
pasien harus datang untuk perawatan luka selanjutnya.
7. Pasien diminta kontrol luka maksimal 3 hari setelah tatalaksana
awal. Saat kunjungan tersebut, perhatikan ada tidaknya tanda-
tanda luka terinfeksi. Jika tidak ada infeksi, pertimbangkan
untuk menutup luka dengan jahitan.
8. Rujuk ke rumah sakit sejak pertama kali ke IGD atau saat
kunjungan ulang jika luka yang terjadi perlu penanganan lebih
lanjut.
KETERKAITAN Informed consent
89
SOP Gigitan Serangga
No. Dokumen No. Revisi Halaman
90-91
Alur Tindakan :
1. Dokter melakukan identifikasi, anamnesis, dan pemeriksaan
fisik pada pasien.
2. Prinsip penanganan kasus ini adalah dengan mengatasi respon
peradangan baik yang bersifat lokal maupun sistemik. Reaksi
peradangan lokal dapat dikurangi dengan sesegera mungkin
mencuci daerah gigitan dengan air dan sabun, serta kompres es.
3. Atasi keadaan akut, bila disertai obstruksi saluran napas
diindikasikan pemberian epinefrin subkutan (tatalaksana reaksi
anafilaktik). Dilanjutkan dengan pemberian kortikosteroid
prednison 60-80 mg/hari selama 3 hari, dosis diturunkan 5-10
mg/hari.
4. Dalam kondisi stabil, terapi yang dapat diberikan yaitu :
90
a. Antihistamin sistemik golongan sedatif, misalnya :
Chlorpheniramine Maleat 3 x 4 mg selama 7 hari atau
Loratadine 1 x 10 mg per hari selama 7 hari
b. Topikal Kortikosteroid potensi sedang-kuat, misalnya :
krim mometasone furoat 0,1% atau krim betametasone
valerat 0,5% diberikan selama 2 kali sehari selama 7 hari
5. Konseling dan edukasi agar minum obat secara teratur, menjaga
kebersihan lingkungan tempat tinggal, memakai baju berlengan
panjang dan celana panjang, pada beberapa kasus boleh
memakai mosquito repellent jika diperlukan agar terhindar dari
gigitan serangga
6. Mengevaluasi respon pasien
7. Mendokumentasikan tindakan dan hasil
8. Kriteria rujukan : Jika kondisi memburuk, yaitu dengan makin
bertambahnya patch eritema, muncul bula, atau disertai gejala
sistemik atau komplikasi.
KETERKAITAN SOP Pemberian Obat Peroral; SOP Pemberian Obat Injeksi; SOP
Pasien yang Akan Dirujuk
91
SOP Gigitan/Sengatan Hewan Laut
No. Dokumen No. Revisi Halaman
92-93
92
dan diindikasikan pemberian epinefrin subkutan (tatalaksana
syok anafilaktik).
2. Dalam kondisi pasien stabil lakukan identifikasi, anamnesis,
dan pemeriksaan fisik pada pasien.
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan kepada pasien atau
keluarga pasien
4. Menyiapkan alat-alat yang akan digunakkan, letakkan di bak
instrumen
5. Mencuci tangan dan memakai handscoen.
6. Cuci bersih daerah luka pada kulit yang tersengat racun
menggunakan air hangat dan sabun antisepstik.
7. Berikan anestesi lokal untuk mengurangi nyeri pada pasien.
Lalu, singkirkan duri, tentakel, atau sisa sengat yang menempel
pada kulit menggunakan pinset sampai bersih. Dan berikan obat
analgetik sistemik untuk membantu mengatasi nyeri yang
sangat hebat.
8. Cuci kembali sampai bersih menggunakan larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%), lalu cairan antiseptik, kemudian bilas
kembali menggunakan larutan NaCl 0,9% sampai bersih.
9. Lakukan penjahitan luka apabila diperlukan.
10. Berikan salep antibiotik pada daerah kulit yang tersengat.
11. Dianjurkan untuk memberikan profilaksis tetanus pada pasien.
12. Mengevaluasi respon pasien, jika kondisi pasien sudah stabil
pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat-obatan.
13. Konseling dan edukasi untuk perawatan luka dan minum obat
secara teratur.
14. Mendokumentasikan tindakan dan hasil
15. Kriteria rujukan : Jika kondisi memburuk, yaitu keadaan syok
tidak teratasi atau disertai gejala sistemik atau komplikasi.
KETERKAITAN Informed consent; SOP Tindakan di IGD; SOP Anafilaktik; SOP
Syok
93
SOP Perawatan Luka Bakar
No. Dokumen No. Revisi Halaman
94-96
94
2. Jika terdapat gangguan pada jalan napas dan curiga terjadi
trauma inhalasi (sesak, riwayat terjebak api dalam ruang
tertutup, terbakarnya bulu hidung-kumis-atau alis, batuk
berdahak kehitaman) berikan O2 dengan simple mask, jaga
supaya saturasi O2 > 95%.
3. Menegakkan diagnosis dan tipe luka bakar yang dialami pasien
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Luka bakar derajat 1
(sunburn), derajat 2, 3 atau 4.
4. Menjelaskan kondisi pasien saat ini dan tatalaksana yang akan
dilakukan.
5. Menyiapkan peralatan dan obat-obatan yang akan diberikan.
Cuci tangan dan gunakan handscoen.
6. Untuk luka bakar derajat 1, aliri luka dengan air mengalir atau
NaCl 0,9%. Luka tidak perlu ditutup dengan kassa.
7. Untuk luka bakar derajat 2, aspirasi vesikel dan bullae serta
bersihkan kulit dari jaringan nekrotik. Setelah itu, luka bakar
dioleskan krim / antibiotik yang diperlukan. Luka kemudian
ditutup dengan kassa basah (NaCl 0,9%) dan dilapisi / dibalut
kassa kering.
8. Untuk luka bakar derajat 3 dan 4, lakukan tatalaksana awal sama
dengan luka bakar derajat 2.
9. Hitung persentase area yang terkena luka bakar menggunakan
rule of nine.
10. Pada luka bakar luas, pasang akses intravena dan berikan cairan
kristaloid maintenance ditambah dengan cairan sesuai
perhitungan formula Parkland (1/2 x 4 cc/kg x persentase area x
100) untuk 8 jam pertama.
11. Rujuk ke rumah sakit pada kasus luka bakar yang perlu
penanganan dokter bedah atau pasien yang perlu penanganan
khusus.
12. Jika tidak ada indikasi rujuk, pasien dengan luka bakar dapat
dipertimbangkan untuk rawat jalan. Beritahukan kapan pasien
harus datang untuk perawatan luka.
95
13. Untuk perawatan luka rawat jalan, balutan kassa dibuka dengan
menuangkan NaCl 0,9% supaya kassa tetap basah saat dilepas.
Perawatan luka untuk rawat jalan sama dengan perawatan luka
saat pertama kali datang ke IGD.
14. Jika luka bakar sudah membaik, pertimbangkan untuk untuk
melepas balutan.
KETERKAITAN Informed consent
96
SOP Cedera Kepala
No. Dokumen No. Revisi Halaman
97-98
97
Jika pasien stabil Rawat Jalan
Jika pasien belum stabil Rawat Inap
Jika pasien memburuk Rujuk
b. Apabila pasien CKS, maka observasi tanda vital dan segera
rujuk
c. Apabila pasien CKB, maka observasi tanda vital dan segera
rujuk
KETERKAITAN Informed consent; SOP Pemasangan Infus; SOP Pemasangan Kateter
Urin; SOP Pemasangan Neck Collar; SOP Pemberian Oksigen
98
SOP Fraktur
No. Dokumen No. Revisi Halaman
99-100
99
5. Rujuk pasien ke pelayanan sekunder
KETERKAITAN Informed consent; SOP Pemasangan Bidai; SOP Pemasangan Infus;
SOP Pemberian Oksigen; SOP Pasien yang Dirujuk
100
SOP Tension Pneumotoraks
No. Dokumen No. Revisi Halaman
101-102
101
4. Alat yang perlu dipersiapkan dalam tindakan dekompresi adalah
sebagai berikut :
a. Needle/jarum atau IV-cath dengan ukuran terbesar, biasanya
digunakan ukuran 14 – 16
b. Spuit 20 cc
c. Handscoen/sarung tangan
d. Kassa steril
e. Povidon iodine
f. Plaster
5. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Petugas medis mencuci tangan dan menggunakan sarung
tangan.
b. Asepsis dan antisepsis area yang akan ditusuk dengan jarum
atau IV-cath (sela iga II, yaitu antara iga II dan iga III, di regio
midklavikula).
c. Susuri jarum di bagian atas iga III, dan tusuk dengan jarum
atau IV-cath. Jika menggunakan IV-cath maka tarik keluar
jarumnya.
d. Bantu keluarkan udara dengan aspirasi menggunakan spuit
hingga udara di rongga pleura diperkirakan telah habis.
e. Keluarkan jarum atau IV-cath.
f. Kemudian pasang kassa yang diplester 3 sisi (bawah, kanan,
kiri), agar tidak ada udara luar yang masuk ke rongga pleura.
6. Setelah pasien stabil, rujuk pasien ke pelayanan sekunder
KETERKAITAN Informed consent; SOP Anamnesis; SOP Pemeriksaan Fisik; SOP
Pemasangan Infus; SOP Pemberian Oksigen
102