Anda di halaman 1dari 4

DISKUSI EKSTRAKSI (J) Proses pengontakan berulang pada operasi Dietil eter dipilih sebagai solven dengan alas an

I. TUJUAN PERCOBAAN ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: berikut :
Tujuan dari percobaan ini adalah: caraaruslawanarah (counter-current multiple contact) dan 1. Dietil ether tidak beraksi dengan komponen lain yang
1. Memahami prinsip kesetimbangan fasa cair-cair. caraarussilang (cross- current multiple contact). Ekstraksi terdapat pada proses.
2. Mampu menerapkan perhitungan jumlah stage pada arus lawan arah sering digunakan dalam industri karena 2. Dietil ether memiliki titik didih yang rendah yaitu
ekstraksi multistage. pelarut yang digunakan relatif sedikit dan konsentrasi 74,6oC.
3. Menentukan efisiensi overall dari operasi ekstraksi. solute dalam ekstrak cukup tinggi. Sedangkan ekstraksi 3. Kemungkinan dietil ether menguap juga kecil pada
4. Menentukan persentase recovery dari operasi arus searah membutuhkan pelarut yang cukup banyak dan suhu percobaan karena memiliki tekanan uap yang
ekstraksi. selalu segar, dan konsentrasi solute dalam ekstrak sangat tidak tinggi.
5. Menentukan jumlah stage teoretis secara grafis encer, lagi pula kebanyakan operasi arus silang dilakukan 4. Dietil ether melarutkan asam asetat namun tidak
untuk dibandingkan dengan jumlah stage percobaan secara batch sehingga dari segi penghematan waktu melarutkan aquadest.
sehingga efisiensi overall dapat dihitung belum efisien (Treybal, 1981). Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA Pada keadaan ideal, diluent dan solvent tidak memilih solvent antara lain :
Ekstraksi adalah proses pemisahan larutan saling melarutkan, maka akan terbentuk dua lapisan. 1. Selektivitas
menjadi komponen-komponen penyusunnya Lapisan atas merupakan diluent dengan solute yang Menyatakan efektivitas dari solvent dalam
berdasarkan beda daya larut komponen terhadap media tersisa disebut rafinat, lapisan bawah mengandung memisahkan komponen dari umpan. Dengan
pemisah atau zat pelarut tertentu, baik yang bersifat solvent dengan solut yang terambil serta diluent dalam selektivitas harus lebih dari satu, semakin besar
saling melarutkan (miscible) ataupun yang tidak saling jumlah sedikit (yang larut dalam solvent) disebut ekstrak semakin baik. Jika selektivitas bernilai satu maka
melarutkan (immiscible). Larutan umpan terdiri dari zat layer. Diluent memiliki densitas yang lebih kecil tidak ada pemisahan (plait point).
yng terlarut (solute) dan pelarut (diluent), sedang media daripada solvent, sehingga fase rafinat terdapat di atas 2. Koefisien Distribusi
pemisah yang berupa cairan yang diharapkan dapat dan ekstrak berada di bawah(Foust,1980). Menyatakan rasio fraksi berat solute dalam ekstrak
melarutkansolutetetapi tidak melarutkan diluent disebut Untuk titrasi, indikator yang digunakan adalah dan rafinat pada kesetimbangan. Nilai koefisien yang
solvent(Brown, 1950). Proses ekstraksi dihentikan phenol phtalein yang bekerja pada daerah pH 8,2-10. besar sangat diharapkan karena berarti diperlukan
ketika tercapai kesetimbangan. Pemilihan indikator ini cocok karena garam yang solvent dalam jumlah sedikit.
Operasi pemisahan ekstraksi dipilih jika: terbentuk pada titrasi ini adalah garam CH3COONa atau 3. Ketidaklarutan solvent
1. Larutan terdiri dari komponen-komponen yang garam basa sehingga pHnya di atas 7, dan otomatis Solvent yang tidak larut akan lebih berguna, karena
kurang volatile. indikator pp yang kisarannya 8,2-10 cocok untuk titrasi tidak akan terlarut dalam campuran yang dipisahkan.
2. Komponen yang akan dipisahkan memiliki range titik ini. Perubahan warna yang terjadi adalah dari bening ke 4. Recoverability
didih yang tinggi sehingga tidak dimungkinkan merah muda. Volume larutan NaOH untuk menitrasi Solvent sebaiknya dapat diambil lagi untuk digunakan
dilakukan pemisahan secara distilasi ekstrak dipakai untuk menghitung normalitas solute lagi (recover), biasanya dilakukan dengan proses
3. Komponen-komponen penyusun larutan mempunyai dalam ekstrak sehingga dapat dihitung berat solute dalam distilasi setelah ekstraksi.
volatilitas yang hampir sama. ekstrak. 5. Densitas
4. Kompenennya sensitif terhadap suhu. Pemilihan aquadest sebagai diluent didasarkan Semakin besar perbedaan densitas, semakin baik,
5. Larutan hanya mengandung sedikit komponen yang pada : karena pemisahan semakin mudah dilakuakn antara
volatile. 1. Aquadest mudah didapatkan ekstrak dan rafinat.
6. Komponen yang akan dipisahkan memiliki kelarutan 2. Aquadest cukups tabil secara kimia dan 6. Tegangan antar muka
yang tinggi pada solven tertentu cenderunginert erhadap komponen lain dalam sistem. Antara fase ekstrak dan rafinat harus mempunyai
Ekstraksi terdiri atas dua langkah proses: 3. Kelarutan aqudest dalam diethyl ether sangat kecil . tegangan yang besar, sehingga masing-masing fase
1. Pencampuran (mixing) 4. Aquadest melarutkan asam asetat. dapat menahan gaya tarik dan membentuk lapisan
Pada tahap ini terjadi perpindahan masssa solute dari 5. Densitas aquadest lebih besar daripada densitas diethyl pemisah antara ekstrak dan rafinat.
umpan ke fase solvent. Dalamwaktu yang lama akan ether sehingga menunjang proses percobaan. 7. Kereaktifan
terjadi kesetimbangan atau kecepatan perpindahan massa Pemilihan asam asetat sebagai solute didasarkan Solvent harus stabil (inert) terhadap komponen lain
solute dari fase diluent ke fase solvent dan sebaliknya pada : dalam sistem dan juga terhadap bahan konstruksi dari
sama. 1. Asam asetat dapat larut dalam aquadest dan diethyl tempat ekstraksi.
2. Pemisahan (settling) ether sehingga harus dipilih kombinasi solvent dan 8. Viskositas, tekanan uap dan titik beku
Langkah pemisahan antara fase yang banyak diluent sedemikian rupa sehingga asam asetat lebih Ketiganya harus bernilai rendah untuk memudahkan
mengandung diluent /rafinat dengan fase yang banyak larut dalam solvent daripada diluent. penanganan dan penyimpanan. Viskositas yang
mengandung solvent/ekstrak (Brown,1950). 2. Asam asetat merupakan larutan yang kurang volatil rendah akan mempermudah transportasi zat, tekanan
dalam suhu lingkungan dan suhu percobaan. uap rendah menandakan solvent tidak mudah
menguap (titik didih tinggi), dan titik beku yang lapisan ekstrak (fase atas) dan lapisan rafinat (fase Pada percobaan yang dilakukan, larutan yang
rendah mempermudah penyimpanan dan transportasi. bawah). akan dipisahakan adalah asam asetat dan air. Sementara
9. Murah, tidak mudah terbakar dan tidak beracun b. Lapisan rafinat (fase bawah) dipisahkan dari fase solven yang digunakan adalah dietil eter. Pemilihan dietil
Memperbesar efisiensi pemisah (terutama bila solvent ekstraknya. eter sebagai solven dikarenakan dietil eter dapat
diperlukan dalam jumlah besar), mengurangi resiko c. Fase ekstrak yang berada di corong pemisah melarutkan asam asetat namun tidak dapat larut di air.
terbakar, dan juga tidak mencemari hasil ekstraksi dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam botol sehingga campuran asam asetat air dapat dipisahkan.
(terutama dalam produksi makanan dan minuman penampung. Setelah proses ekstraksi dilakukan, akan
(Treybal,1981). d. Rafinat stage 1 dimasukkan kembali ke dalam didapatkan ekstrak dan rafinat. Pada percobaan ini,
Aplikasi ekstraksi dalam dunia industri antara lain: corong pemisah dan ditambahkan lagi dietil eter ekstrak merupakan campuran solven yaitu dietil eter dan
1. Ekstraksi methanol dari LPG dengan air (solven) sebanyak 50 mL yang telah diukur asam asetat. Rafinat merupakan air dan sisa asam asetat
2. Ekstraksi sari jamudaridauntanamandengan air massanya. yang belum terambil.
3. Ekstraksisenyawakafeindaridaun the dengan air e. Corong pemisah digojog, didiamkan, dan dipisahkan Proses pemisahan dengan cara ekstraksi
4. Ekstraksipenisilindarilarutankaldufermentasideng fase ekstrak dan fase rafinatnya dengan cara yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan proses
an metal keton sama seperti pada stage 1. pemilihan lainnya. Salah satunya adalah konsumsi energi
III. METODOLOGI PERCOBAAN f. Rafinat stage 2 kemudian dimasukkan kembali ke yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan proses
a. Bahan dalam corong pemisah dan ditambahkan lagi dietil pemilihan lainnya seperti distilasi. Namun hanya
1. Asam asetat eter pada fase rafinat stage 2 sebanyak 50 mL yang beberapa campuran saja yang dapat dipisahkan dengan
2. Aquadest telah diukur massanya. cara ekstraksi.
3. Asam Oksalat g. Corong pemisah digojog, didiamkan, dan dipisahkan Pada proses ekstraksi digunakan proses
b. Rangkaian Alat fase ekstrak dan fase rafinatnya. Larutan rafinat akhir multistage dikarenakan pada satu stage ekstraksi, solven
diukur volume dan massanya. hanya mampu mengambil zat terlarut dalam umpan
1 Keterangan : 4. Standardisasi larutan NaOH 2 N dengan larutan dalam jumlah tertentu dan sudah dalam keadaan
1. Corongpemisah H2C2O4 2 N setimbang. Maka dari itu dibutuhkan solven lain yang
2 2. Rafinat a. Larutan NaOH 2 N dibuat dengan melarutkan 8 gram belum setimbang.
3 3. Ekstrak NaOH dalam 100 mL aquadest. Asumsi yang digunakan selama percobaan:
4. Gelasbeker b. Larutan H2C2O4 2 N dibuat dengan melarutkan 1. Digunakan solven murni pada setiap stage.
H2C2O4 12,6 gram dalam 100 mL aquadest. 2. Proses transfer massa saat ekstraksi berjalan
4 5. Statif
c. Ambil 5 mL larutan H2C2O4 2 N, kemudian dengan baik.
ditambahkan indikator phenolphthalein. 3. Dietil eter tidak larut dalam aquadest.
d. Titrasi larutan H2C2O4 2 N dengan NaOH 2 N, 4. Terjadi kesetimbangan untuk setiap stage
titrasi dilakukan sebanyak 3 kali dan dicatat hasilnya. ekstraksi.
c. Cara Kerja 5. Menentukan Kadar Asam Asetat 5. Pemisahan antara ekstrak dan rafinat
1. Pembuatan Larutan Umpan a. Larutan asam asetat 96% diambil sebanyak 2 mL, berlangsung sempurna.
a. Campurkan asam asetat dengan aquadest dengan lalu ditambahkan indikator phenolphthalein. 6. Tidak ada larutan yang hilang ke lingkungan.
perbandingan 1:2 (25 mL asam asetat dan 50 mL b. Larutan asam asetat 96% dititrasi dengan larutan Dalam percobaan yang dilakukan, didapatkan
aquadest). NaOH 2 N, dilakukan sebanyak 2 kali dan hasilnya stage teoritis sebesar 2,4805 stage. Sehingga efisiensi
b. Ukur massa larutan umpan yang telah dibuat dan dicatat. stage overall adalah 82,68%. Efisiensi stage overral
dicatat hasilnya. 6. Menentukan Normalitas Larutan Rafinat Akhir didapatkan dengan membandingkan stage teoritis dengan
c. Larutan umpan yang telah diukur massanya a. Titrasi sampel dari rafinat stage 3 dilakukan dengan stage percobaan. Pada percobaan yang dilakukan
kemudian dimasukkan ke dalam corong pemisah. mengambil 2 mL rafinat stage 3 lalu ditambahkan digunakan 3 stage percobaan. Perhitungan efisiensi stage
2. Persiapan Solven indikator phenolphthalein. overall dilakukan untuk mengetahui seberapa efisien
a. Dietil eter sebanyak 50 ml diukur massanya dan b. Larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,2 N dan pengambilan asam asetat dengan solven dietil eter pada
dicatat hasilnya. dilakukan sebanyak 2 kali dan hasilnya dicatat. semua stage.
b. Dietil eter yang telah diukur massanya kemudian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Percent recovery untuk percobaan yang dilakukan
dicampurkan dengan larutan umpan dengan Ada dua langkah dalam proses ekstraksi, yaitu adalah 77,18%. Percent recovery yang didapatkan tidak
memasukkan solven ke dalam corong pemisah. mixing dan settling. Proses mixing merupakan mencapai 100% dikarenakann masih ada asam asetat
3. Proses Ekstraksi pencampuran antara larutan yang akan dipisahkan dengan yang ada di rafinat
a. Larutan umpan dan solven yang ada di dalam corong solven sehingga terjadi perpindahan massa dari zat V. KESIMPULAN
pemisah digojog selama 10 menit dan didiamkan terlarut ke solven. Proses settling merupakan pemisahan Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
selama 5 menit sampai terbentuk dua lapisan yaitu antara ekstrak dan rafinat.
1. Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan untuk
memisahan satu komponen secara selektif,
dalam praktikum ini digunakan cara kimiawi
yaitu pemisahan suatu komponennya
berdasarkan perbedaan daya larut dengan
penambahan separating agent (solven).
2. Jumlah stage teoritis didapatkan sebanyak
2,4805 Stage
3. Efiisiensi overall didapatkan sebesar 82,68%
4. Hasil perhitungan tiap stage sebagai berikut :
a. Stage 1 :
E1=49,2564 gram
R1= 62,5494 gram
b. Stage 2 :
E2=46,3368 gram
R2= 52,8283 gram
c. Stage 3 :
E3=41,7820 gram
R3= 47,5994 gram
5. Persentase recovery padapercobaan ini sebesar
77,18%
6. Semakin banyak stage maka jumlah solut
terambil untuk setiap kenaikan jumlah stage
berkurang tetapi jumlah solut terserap dan
persentase recovery meningkat.
7. Percent recovery dapat diperbesar dengan
pertimbangan jumlah stage dan lamanya
penggojogan.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Brown, G.G.,1950, “ Unit Operations”, pp.297-298, 301-
305, John Willey and Sons,Inc.,New York.
Perry, R.H. and Green, D.W., 1984, “Perry’s Chemical
Engineers’ HandBook”, 6 ed., pp. 3-71, 3-82, 3-88, 3-
92, 3-137, Mc. GrawHill Book Company, Inc., New
York.
Treybal, R.E., 1981, “Mass Transfer Operation”, 3 ed.,
pp. 483-484, 488-489, Mc.Graw Hill Book Company,
Inc., Tokyo.

Anda mungkin juga menyukai