Anda di halaman 1dari 25

EXTRACTIVE DISTILLATION

SYSTEMS

Extractive
distillation is a
vapor liquid
process
operation that
uses a third
component, or
solvent, to affect
a chemical
separation.
Distilasi Ekstraktif (extractive
distillation)

Prinsip dasar dari distilasi ekstraktif adalah


dengan menambahkan suatu zat (solvent) ke
dalam campuran cairan tertentu yang sedang
dipisahkan dengan metode distilasi, guna
memperoleh kemurnian lebih tinggi tanpa
menyebabkan terbentuknya titik azeotrop baru.
(Huang dkk, 2008).
Skema Distilasi sederhana
Sistem distilasi ekstraktif digunakan untuk
memisahkan 2 jenis campuran :
1. Campuran yang memiliki titik didih yang berdekatan
2. Campuran azeotrop.

Sama seperti sistem distilasi lainnya, pada sistem


distilasi ektstraktif, produk dengan kemurnian tertinggi
didapat dengan menambahkan komponen tambahan
atau entrainer, biasanya berupa pelarut.
Konfigurasi proses distilasi ekstraktif
Umpan berupa campuran cairan yang dapat
dipisahkan dengan metode distilasi ekstraktif
Bila sistem campuran memiliki relative
volatility (1.00 < < 1.05), dengan relative
volatility yang rendah proses pemisahan
dengan distilasi sederhana menjadi sulit dan
mahal karena banyaknya jumlah tray yang
harus digunakan dan biasanya memerlukan
rasio refluks yang tinggi.
Parameter yang ditinjau pada
umpan

volatility
volatilitas (volatility) merupakan perbandingan tekanan
parsial komponen terhadap fraksi mol pada fase cairan.

relative volatility
volatilitas relatif () merupakan rasio dari kedua nilai
volatilitas (untuk campuran biner).
Proses pemisahan ini membutuhkan dua kolom
distilasi:

1. Kolom pertama (disebut ekstraktif atau kolom


distilasi azeotrop homogen), menghasilkan unsur
azeotrop sebagai produk murni, sementara produk
lainnya mengandung entrainer dan komponen
azeotrop lainnya. Ketika umpan entrainer dan umpan
azeotrop ditempatkan pada trays yang berbeda,
bagian diantara dua umpan ini disebut bagian
ekstraktif.

2. Kolom kedua (disebut kolom entrainer recovery),


memisahkan unsur azeotrop yang kedua dari
entrainer. Kemudian entrainer biasanya dikembalikan
lagi ke kolom ekstraktif.
PEMILIHAN ENTRAINER PADA
DISTILASI EKSTRAKTIF

Solven
Solven merupakan zat ketiga yang
ditambahkan ke dalam proses distilasi
guna merubah nilai relatif volatilitas
awal sehingga pemisahan dapat lebih
mudah dicapai1..
1. Selektivitas , S : rasio koefisien
aktivitas komponen kunci ketika masing-
masing terdapat dalam pelarut pada
pengenceran tak terbatas
PEMILIHAN ENTRAINER PADA
DISTILASI EKSTRAKTIF

-2. Miscibility with feed components,

ada 2 fase cairan di plat distilasi


bisa menyebabkan operasi yang
tidak stabil dan bermasalah.
perlu dipastikan konsentrasi solut
di fase cair tidak pernah melewati
batas solubility nya
PEMILIHAN ENTRAINER PADA
DISTILASI EKSTRAKTIF

-3. Volatility,
* mempengaruhi jumlah stage
dibutuhkan di kolom recovery solven
* mempengaruhi jumlah stage
dibutuhkan di kolom distilasi
* suhu operasi kolom extractive
distillation
Semakin volatile solven, separation
factor semakin tinggi karena selektivitas
naik
Higher selectivity yielding a higher relative
volatility of propane to propylene.
An increasing selectivity therefore results in a
smaller reflux ratio and fewer equilibrium stages
required for the separation.
A higher selectivity requires a thinner but taller
tower. It also requires a smaller solvent cooler
because of the lower solvent circulation rate and
smaller cooler and reboiler heat duties
Karakterisitk solven

Harus tetap larut dalam komponen umpan


Harus mudah dipisahkan
Harus stabil pada suhu distilasi dan pemisahan pelarut
Tidak reaktif
Mempunyai panas laten rendah
Dalam disitlasi ekstraktif, a heavy entrainer (titik didih tinggi,
volatility rendah) digunakan untuk memisahkan campuran
azeotrop yang memiliki titik didih rendah. Entrainer distilasi
ekstraktif memiliki titik didih yang lebih tinggi dari komponen
murninya.
Perbedaan distilasi ekstraktif
dengan proses lain
Keunggulan distilasi ekstraktif
produk distilat lebih murni dibanding dengan
metode distilasi sederhana.
solven dapat di-recovery lebih banyak
karena solven non-volatile sehingga solven yang
teruapkan sangat kecil.
tidak membentuk azeotrop baru
tidak memerlukan proses lebih lanjut untuk
recovery solven.
membutuhkan lebih sedikit unit apabila
dibandingkan dengan proses ekstraksi sederhana
(liquid liquid extraction), sehingga lebih hemat
pengoperasiannya.
Kekurangan distilasi ekstraktif
1. Tidak semua campuran yang akan
dipisahkan akan lebih menguntungkan
menggunakan metode ini bisa jadi solven
yang dipakai mahal sehingga tidak
ekonomis
2. Apabila dibandingkan dengan distilasi
konvensional metode ini memerlukan
solven lagi
3. Tidak terlalu ekonomis bila campuran yang
dipisahkan mempunyai relative volatility
yang besar
Perbandingan ditilasi ekstraktif
dan distilasi sederhana
Contoh aplikasi distilasi
ekstraktif di industri
Contoh kasus :
pemisahan toluen (boiling point 384 K) dari
parafin hidrokarbon, misal iso-okatana (boiling
point 372,5 K). Campuran tersebut memiliki
titik didih yang cukup dekat sehingga akan
sulit apabila dipisahkan dengan distilasi
sederhana, guna mendapatkan toluen yang
lebih murni dilakukan pemisahan dengan cara
DISTILASI EKSTRAKTIF. Dimana solven yang
digunakan yaitu phenol (boiling point 454,6 K).
Dengan adanya penambahan phenol 83% mol
tersebut dapat menaikkan relatif volatilitas iso-
oktana seperti ditunjukka gambar berikut.
Pemisahan campuran azeotropik
benzena dan sikloheksana,
terjadi pada 150 kPa ,
sikloheksana dan benzena akan
mempunyai titik didih 94,34C
dan 93,49C. Solven yang
digunakan Propylene Glycol (titik
didih 200,35 C)
= 1,02 (menggunakan distilasi
sederhana)

Anda mungkin juga menyukai