1. DISTILASI AZEOTROP
Azeotrop adalah campuran
komponen tersebut memiliki titik didih yang konstan atau sama, sehingga ketika
campuran azeotrop dididihkan, maka fasa uap yang dihasilkan memiliki titik didih yang
sama dengan fasa cairnya. Campuran azeotrop ini sering disebut sebagai constant boiling
mixture karena komposisinya yang senantiasa tetap jika campuran tersebut dididihkan,
maka dari itu campuran azeotrop ini sulit untuk dipisahkan dengan metode destilasi
biasa, sehingga hasil dari destilasi yang didapatkan yaitu ethanol dengan campuran
dengan entrainer. Fungsi dari entrainer adalah untuk mempengaruhi volatilitas salah
azetrop maka akan terbentuk ternary azetrope yang kemudian didistilasi sehingga akan
didapatkan salah satu komponen murninya. Prinsip yang digunakan pada metode ini
yaitu pada tekanan yang berbeda, komposisi azeotrop suatu campuran akan berbeda pula.
yang beroperasi pada tekanan yang berbeda. Kolom distilasi pertama memiliki tekanan
Kelemahan dari metode pemisahan ini adalah biaya modal konsumsi energi yang
tinggi, serta ketergantungan pada bahan kimia beracun seperti benzena (karsinogenik)
dan sikloheksana (mudah terbakar). Hal ini menyebabkan proses ini menjadi kurang
kompetitif.
2. DISTILASI EKSTRAKTIV
ekstraksi. Metode
ekstraksi terjadi
melalui pelarutan
pelarut yang dapat memisahkan berdasarkan tipe molekul, dan dilain pihak metode
distilasi terjadi dengan pendidihan dan perubahan fase komponen menjadi gas.
Walaupun demikian, tipe distilasi ini tidak terlalu menguntungkan sehingga jarang
Distilasi ekstraktif mirip dengan distilasi azeotropik dalam hal penambahan senyawa
lain untuk mempermudah proses pemisahan. Dalam hal ini entrainer disebut juga pelarut
yang melakukan ekstraksi karena senyawa yang ditargetkan dapat larut dengan baik
dalam pelarut yang dipilih. Pelarut yang diberikan dimaksudkan untuk mengubah
volatilitas relatif salah satu komponen dan mengubah titik didih campuran. Namun,
volatil dan mempunyai interaksi spesifik dengan salah satu dari komponen campuran,
dengan kata lain, pelarut sanggup melarutkan senyawa komponen dengan baik. Dengan
bagian bawah karena massa jenis lebih besar sehingga mudah dipisahkan.
Salah satu contoh penggunaan distilasi ekstraktif ini adalah untuk memisahkan
Contoh lain yang sering digunakan untuk contoh metode distilasi spesifik ini adalah pada
pemisahan hidrokarbon pada campuran biner. Campuran n-heptana (titik didih 98,4°C)
dan metil sikloheksana (titik didih 100,8°C) mempunyai volatilitas relatif normal, a
=1,07. Dengan menggunakan anilin 85% sebagai pelarut dalam distilasi ekstraktif ini,
volatilitas relatif naik menjadi 1,4 yang akan sangat memudahkan pemisahan. Di lain
pihak, eampuran toluena (titik didih 110,6°C) dan n-oktana (titik didih 127,7°C)
mempunyai volatilitas relatif 1,4 yang akan turun sampai 0,6 jika digunakan pelarut
dingin, karena komponen yang menguap tidak dapat dikondensasioleh air. Untuk
mengurangi tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai
menyebabkan kolom banjir cesara umum variabel-variabel sulit diatur. Pada tekanan
4. DESTILASI UAP
Proses penyaringan suatu campuran air dan bahan yang tidak larut sempurna atau
Destilasi uap digunakan untuk memurnikan zat/senyawa cair yang tidak larutdalam
air, dan titik didihnya cukup tinggi, sedangkan sebelum zat cair tersebutmencapai titik
Destilasi uap adalah istilah yang secara umum digunakan untuk destilasicampuran air
dengan senyawa yang tidak larut dalam air, dengan cara mengalirkanuap air ke dalam
campuran sehingga bagian yang dapat menguap berubah menjadi uappada temperatur
yang lebih rendah dari pada dengan pemanasan langsung. Untukdestilasi uap, labu yang