Anda di halaman 1dari 6

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan

perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang
timbul,. sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media supuratif
kronis dapat terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna2.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya
tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk2. Gejala otitis media supuratif kronis
antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia,
tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo1.
Perforasi sentral adalah pada pars tensa dan sekitar dari sisa membran timpani atau
sekurang-kurangnya pada annulus. Defek dapat ditemukan seperti pada anterior, posterior,
inferior atau subtotal. Menurut Ramalingam bahwa OMSK adalah peradangan kronis lapisan
mukoperiosteum dari middle ear cleft sehingga menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan patologis yang ireversibel2
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada
OMSK1,2 :
 Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret
telinga purulen berlanjut.
 Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada
perforasi.
 Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme
migrasi epitel.
 Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan
dari perforasi.

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba
Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada
saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang
dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal
seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas
pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya
peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena
stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.1
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu lapisan,
epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak
lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel
yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel
sederhana.1

Gambar 4. Perjalanan Penyakit OMSK


Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :
1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom

Pemeriksaan Radiologi.
1. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini
berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen7.
2. Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-
tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur-struktur7.
3. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas
memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis.
Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat
menunjukan adanya pembesaran akibat2,7.
4. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan
kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat
menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom7.

Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H.
influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid,
Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp1,2.

A. Teori Polip
Jawab :

Beberapa hipotesis dari keadaan tersebut antara lain :


1. Alergi
Alergi merupakan faktor yang banyak menjadi sorotan karena tiga hal, yaitu karena
sebagian besar polip hidung terdiri dari eosinofil, berhubungan dengan asma, serta temuan
klinis pada nasal yang menyerupai gejala dan tanda alergi. Paparan alergen udara
menahun, diduga berperan dalam terjadinya polip hidung melalui inflamasi yang terus-
menerus pada mukosa hidung.1
Ditemukan sekitar 7 % pasien dengan asma memiliki polip hidung.7 Akan tetapi
ditemukan bahwa pada pasien non atopik angka kejadian polip hidung juga lebih tinggi
yaitu 13%. Akan tetapi studi lain menunjukkan bahwa asma dengan onset yang telat
(late onset asthma) akan berkembang menjadi nasal polip sekitear 10-15%
2. Ketidakseimbangan Vasomotor
Teori ini dikemukakan karena pada banyak kondisi tidak ditemukan adanya tanda-
tanda atopi dan tidak ada riwayat pajanan alergen yang ditemukan. Akan tetapi pasien
cenderung mengalami rinitis prodromal sebelum pada akhirnya berkembang menjadi polip
hidung. Polip hidung bisanya memiliki vaskularisasi yang kurang dan berkurangnya
inervasi vasokonstriktor. Selanjutnya gangguan dalam regulasi vaskular dan peningkatan
permeabilitas dapat menyebabkan edema dan pembentukan polip.
3. Bernouli Fenomena
Fenomena Bernoulli terjadi karena adanya penurunan tekanan yang selanjutnya
menyebabkan konstriksi. Hal ini akan menimbulkan tekanan negatif dalam KOM, yang
mempengaruhi mukosa disekitarnya. Karena tekanan negatif ini kemudian akan terjadi
inflamasi mukosa yang selanjutnya menjadi awal terbentuknya polip.
4. Terori Ruptur Epithel
Rupturnya epitel dari mukosa nasal karena alergi atau karena infeksi dapat
menyebabkan prolaps dari lamina propria, yang selanjutnya akan membentuk polip. Defek
dari faktor ini mungkin semakin membesar karena pengaruh gravitasi atau drainase vena
mengalami obstruksi. Akan tetapi dari scanning dengan pengamatan mikroskopik tidak
ditemukan adanya defek epitel yang bermakna pada pasien dengan polip hidung.
5. Intoleransi Aspirin
Banyak konsep yang menjelaskan bagaimana patogenesis dari intoleransi aspirin
serta hubungannya dengan polip hidung. Terdapat sindrom klinis yang jelas, bagaimana
obat-obatan NSAID khusunya aspirin dapat memicu terjadinya rinitis dan serangan asma.
Respon Cyclooxygenase (COX) umumnya sangat berbeda pada pasien dengan intoleransi
aspirin dibandingkan normal. Dapat dibuktikan bahwa terjadi perubahan pada COX1 dan
COX2 yang menghasilkan metabolit tertentu yang akan menstimulasi cysteinyl leukotriene
(Cys-LT). Perubahan ini selanjutnya menyebabkan metabolisme asam arachidonat menjadi
jalur leukotriene inflamasi tinggi, yang selanjutnya akan mengurangi kadar PGE2 (yang
merupakan PG antiinflamasi). Eksperi berlebihan dari LTC4 synthase selanjutnya akan
meningkatkan jumlah cysteinyl LTs, menyebabkan respon inflamasi tak terkontrol dan
inflamasi kronis.
6. Cystic Fibrosis
Cystic Fibrosis merupakan salah satu penyakit autosomal resesif pada kelompok
orang kulit putih. Cystic fibrosis disebabkan karena mutasi gen tunggal pada kormosom
7 yang disebut cystic fibrosis transmembrane regulator (CFTR). Hal ini menyebabkan
tidak adanya cyclic AMP-regulated chloride chanel yang menyebabkan impermeabilitas
klorida dan peningkatan absorpsi natrium. Peningkatan absorpsi natrium dan penurunan
sekresi klorida menyebabkan pergerakan air ke sel dan ruang interstitial, selanjutnya
menimbulkan retensi air, pembentukan polip. Defek migrasi protein CFTR juga
menyebabkan terjadinya inflamasi kronis skunder.

7. Nitric Oxide
Nitric Oxida merupakan gas radikal bebas, yang memainkan peran besar dalam
terjadinya reaksi imunologis nonspesifik, regulasi dari tone vaskular, pertahanan host, dan
inflamasi pada berbagai jaringan. Radikal bebas biasanya dipertahankan dalam keadaan
seimbang oleh antioxidan defense system superoxide dismutase , catalase dan glutahione
peroxidase. Ketika radikal bebas ini dapat melebihi kemampuan pertahanan d ari
antioxidant, maka akan terjadi defek seluler, defek jaringan, dan penyakit kronis.
Ditemukan laporan akan meningkatnya kadar nitric oxide dan penurunan scavangeing
enzim pada pasien polip hidung dibandingkan dengan kontrol, yang menunjukkan adanya
penumpukan radikal bebeas pada polip hidung.
8. Infeksi
Bagaimana infeksi dapat menjadi faktor yang juga penting terhadap pembentukan
polip, diduga terkait dengan adanya gangguan pada epitel dengan proliferasi jaringan
granulasi. Hal ini biasanya terjadi pada infeksi Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus
aureus, atau Bacteroides fragilis (semua jenis patogen yang sering ditemukan pada
rinosinusitis). Bagaimana granuloma menginduksi terjadinya polip hidung masih belum
benar-benar dipahami.
9. Superantigen Hypotensis
Staphylococcus aureus ditemukan sekitar 60-70% pada daerah mukus didekat polif
masif. Organisme ini selalu memproduksi toxin, staphylococcus enterotoxin A (SEA),
staphylococcus enterotoxin B (SEB) dan toxic shock syndrome toxin-1 (TSST-1) yang
akan berperan sebagai supetantigen, menyebabkan aktifasi dan ekspansi klonal dari
limfosit pada lateral hidung. Aktifasi dari limfosit ini, akan menghasilkan sitokin Th1
dan Th2 (IFN-gama. IL-2, IL-4, IL-4), hal ini akan menyebabkan chronic lymphocytic-
eosinophil muchosal disease. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya antibodi spesifik
IgE terhadap SEA dan SEB sebanyak 50% pada penderita polip hidung.

1. Budesonid; Budesonide Nasal 32 mcg/spray 120 dosis spray


2. Nasacort; mengandung Triamcinolone acetonide 55 mcg/spray 120 dosis
3. Nasalin; mengandung sea water
4. Iliadin; mengandung Oxymetazoline hydrochloride 0,25 mg/ml (sediaan nasal drops) dan
0,5 mg/ml (sediaan nasal spray)
5. Avamys; fluticasone furoate 27,5 mcg; Dosis: dewasa dan remaja - 12 th dosis awal 2
sprays sekali sehari. dosis pemeliharaan: 1 spray sekali sehari. anak 2-11 th 1 spray sekali
sehari, dosis pemeliharaan: 1 spray sekali sehari
6. Nasonex; Mometasone furoate 50 mcg/dosis x 60 dosis; Dewasa dan anak-anak : 2
semprotan (50 mcg/semprot) pada masing-masing lubang hidung sekali sehari (dosis total
200 mcg)
7. Respimer hipertonik; Sea water setara dengan NaCl 22 g/L, Dekongestan, mukolitik pada
dewasa dan anak > 2 tahun
8. Respimer Normal, Sea water setara dengan NaCl 9 g/L): Membersihkan, melembabkan dan
melegakan hidung tersumbat pada dewasa dan anak > 2
9. Marimer; Isotonik 100% steril, seawater setara dengan NaCL 9 g/l
10. Otrivin; tiap ml drops mengandung Oxymetazoline Hcl 0,1%
11. Propolis; mengandung pure propolis
12. Sterimar; sea water 31,82 ml; purified water qsp 100 ml
Obat Tetes Telinga
1. Colme; Komposisi: Chloramphenicol 10% ; Lidocaine 4%
2. Terivid; Ofloxacin 3 mg/mL tetes telinga
3. Akilen; Ofloxacin 3 mg/mL tetes telinga
4. Erlamycetin; Chloramphenicol 1% base
5. Vital; thymol 10 mg, menthol 20mg, camphor 600mg, paraffin liquid ad 10 ml; Indikasi:
otitis eksterna, otitis media, radang telinga
6. Otopain; Polymyxin B sulfate 50000 iu, neomycin sulfate 25 mg, fludrocortisone acetate
5 mg, lidocaine HCl 200 mg; Indikasi: Otitis eksterna akut, otitis media kronis; Dosis: 2-4
x sehari 4-5 tetes
7. Otopraf; Setiap ml mengandung fludrokortison asetat 1 mg, polimiksin B sulfat 10.000 UI,
Neomisinsulfat 5 mg, lidokaina-HCl-40 mg, Dosis: Dewasa : 4-5 tetes 3-4 kali dalam
sehari; anak-anak : 2-3 tetes 3-4 kali dalam sehari
8. Otozambon; Tiap mL mengandung Polymyxin B sulfate 10,000 IU, neomycin sulfate 3,390
IU, betamethasone base 1 mg, lidocaine HCl 40 mg; Dosis 4-5 tetes larutan ke dalam liang
telinga bagian luar, 2-4 kali sehari
9. Otolin; Komposisi: Chloramphenicol 5%; Polymixin 10.000 IU; Benzocaine 1%; Nipagin
1%; Indikasi: Otitis eksterna akut dan kronik.; Dosis: 3-4 tetes untuk telinga yang terinfeksi
3-4 kali sehari
10. Reco; Chloramphenicol; Dosis Teteskan 2-3 tetes pada telinga

Anda mungkin juga menyukai