KAJIAN TEORI
Caple (2009), menyatakan bahwa pelatihan merupakan upaya yang sistematis dan
terencana untuk mengubah atau mengembangkan pengetahuan/keterampilan/sikap
melalui pengalaman belajar dalam rangka meningkatkan efektivitas kinerja kegiatan atau
berbagai kegiatan. (Donni, 2018:175)
Werter dan Davis (2008), menyatakan bahwa manfaat dari pelatihan mampu
meningkatkan jenjang karir pegawai dan membantu pengembangan untuk penyelesaian-
penyelesaian tanggung jawabnya di masa yang akan datang. (Donni, 2018:178)
1. Faktor internal, Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam organisasi,
yang menyangkut :
a. Visi organisasi.
b. Misi organisasi.
c. Strategi pencapaian tujuan.
d. Sifat dan jenis kegiatan.
e. Teknologi yang digunakan.
2. Faktor eksternal, Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar organisasi
namun memberikan pengaruh terhadap pengembangan SDM yang dilakukan oleh
organisasi
a. Kebijakan pemerintah.
b. Sosio-budaya masyarakat.
c. Perkembangan ilmu pengetahuan.
d. Perkembangan teknologi. ( Donni, 2018: 159-161 )
Menurut Neo ( 2006:385 ), ada empat pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan karyawan, yaitu: pendidikan formal, penilaian, pengalaman kerja, dan
hubungan interpersonal. ( Kaswan, 2012:3 )
Menurut Flippo (2002), menyatakan bahwa pengembangan SDM merupakan suatu
proses dari pendidikan dan pelatihan:
1. Pendidikan
Berkaitan dengan pengetahuan secara umum. Terdapat dua level utama yang perlu
mendapatkan perhatian dalam pendidikan, yaitu manajer organisasi dan tenaga
operasional.
a. Manajer Organisasi ( manajerial )
Pendidikan bagi manajer organisasi ditujukan dengan berfokus pada peningkatan
kemampuan pengetahuan manajer serta kemampuan manajer organisasi untuk
terampil dalam mengambil keputusan.
b. Staf Pegawai ( operasional )
Pendidikan bagi staf pegawai operasional dapat dilakukan melalui pelatihan kerja
dan apprenticeship, dimana pendidikan tersebut bertujuan agar dapat meningkatkan
produktivitas kerja, mengurangi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh organisasi,
meningkatkan moral, serta mempromosikan stabilitas dan fleksibilitas organisasi.
2. Pelatihan
Pelatihan untuk meningkatkan keterampilan pegawai dalam mengemban pekerjaan
tertentu sesuai dengan pekerjaan terakhir yang di emban oleh pegawai. Pelatihan juga
dilakukan dalam rangka updating pegawai. ( Donni, 2018: 147 )
3. Pengalaman
Pegawai berpengalaman tentu saja akan diprioritaskan untuk menduduki jabatan yang
lebih tinggi karena pengalaman yang dimilikinya akan sangat bermanfaat bagi
organisasi. Organisasi tentu saja akan lebih terbuka kepada pegawai-pegawai yang
memiliki pengalaman yang lebih tinggi. ( Donni, 2018: 164 )
C. Manajemen Kinerja
Kinerja adalah apa yang dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas-tugas dan
fungsinya. Dari balasan-balasan yang ada, dapat dirumuskan bahwa kinerja
(performance) adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang
karyawan. ( Soekidjo, 2015:124 ).
1. Hal-hal yang berkaitan dengan keorganisasian seperti aktivitas kerja, hubungan kerja,
tanggung jawab kerja, standar kerja, dan kualitas kehidupan kerja.
2. Penilaian kerja yang terdiri dari perencanaan dan tujuan kinerja, bimbingan, dan
evaluasi.
3. Struktur imbalan seperti kompensasi dan pembagian keuntungan. (Donni, 2018:60 )
Manajemen kinerja pada dasarnya menangani dua hal, yaitu bagaimana
memperbaiki kinerja karyawan yang dibawah standar, dan bagaimana memelihara
kinerja yang sudah sesuai dengan standar atau harapan dan/atau mendorong kinerja
superior. Dan coaching merupakan cara yang efektif untuk menangani dua hal tersebut:
memperbaiki kinerja yang bermasalah, dan mendorong dan meningkatkan kinerja yang
efektif. (Kaswan, 2012:242 )
1. Sarana dan prasarana, tersebut karyawan akan merasa dipermudah tugasnya, sehingga
dapat mendorong semangat kerja karyawannya.
2. Metode kerja, ada dua metode kerja, yakni:
a. Metode langsung, pemberian materi atau non materi kepada karyawan secara
langsung untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan merupakan cara langsung
dapat meningkatkan motivasi kerja.
b. Metode tidak langsung, adalah suatu kewajiban memberikan kepada karyawan
organisasi berupa fasilitas atau sarana dan prasarana penunjang kerja atau
kelancaran tugas. ( Soekidjo, 2015: 129)
a. Individu (input), adalah seorang karyawan atau pegawai yang memiliki SDM,
pendidikan, dan keterampilan.
b. Action (process), ada terjadinya proses transformasi seperti kegiatan manajemen
SDM, rekruitmen, seleksi, dll.
c. Results (output), ada hasil yang dimiliki seoraang karyawan atau pegawai seperti
kontribusi SDM, tenaga yang cakap, tenaga yang bermotivasi.
d. Outcome, terjadinya umpan balik didalam sebuah perusahaan seperti ada karyawan
atau pegawai yang pergi. ( Soekidjo, 2015:92 )
Menurut Stoner (1981), kinerja seorang karyawan atau tenaga kerja dipengaruhi
oleh: motivasi, kemampuan, faktor persepsi. ( soekidjo, 2015: 125 )
Penjelasan di atas oleh Victor Vroom dinyatakan dalam hubungan formula (rumus)
matematika yaitu:
Atau
Rivai dan Sagala (2009), menyatakan bahwa manajemen SDM merupakan salah
satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. ( Donni, 2018: 21 )
a. Memfasilitasi perubahan
b. Mengembangkan dan menghargai budaya organisasi
c. Membantu pegawai untuk mengendalikan budaya organisasi (menemukan makna dari
pekerjaan mereka, mengelola kesinambungan pekerjaan dengan kehidupan serta
mendorong inovasi). ( Donni, 2018:42)
E. Manajemen Konflik
Konflik adalah suatu gejala ketika individu atau kelompok manunjukukan sikap
atau perilaki “bermusuhan” terhadap indiidu atau kelompok lain sehingga memengaruhi
kinerja dari salah satu atau atau semua yang terlibat (Umam, 2012 : 323-324). (Arif
Yusuf Hamali, 2016 : 235)
a. Konflik hirarki, yaitu konflik yang terjadi pada tingkat hirarki organisasi. Contohnya :
konflik antara komisaris dengan direktur utama, manajer dengan bawahannya.
b. Konflik fungsional, yaitu konflik yang terjadi dari bermacam-macam fungsi
departemen dalam organisasi. Contohnya : antara departemen produksi dan
departemen pemasaran
c. Konflik staf dengan kepala unit, yaitu konflik yang terjadi antara pemimpin unit
dengan stafnya, terutawa staf yang berhubungan wewenang/otoritas kerja.
d. Konflik formal-informal, yaitu konflik yang terjadi yang berhubungan dengan norma.
(Arif Yusuf Hamali, 2016 : 239-240)
Stressor adalah penyebab stress yaitu apa saja kondisi lingkungan tempat tuntutan
fisik dan emosional pada seseorang. Menurut Sopiah (2008 : 87-89) lingkungan kerja
berarti seperti masalah bising, peneraangan lampu kurang baik, rancangan ruangan
kantor yang buruk dan kualitas udara yang buruk.
a. Lingkungan fisik, seperti suasana bising, penerangan lampu yang kurang baik,
rancangan ruangan kantor yang buruk, ketiadaan privasi, dan kualitas udara yang
buruk
b. Stress karena peran atrau tugas yaitu karyawan mengalami kesulitan memahami apa
yang menjadi tugasnya dan peran yang dimainkan terlalu berat.
c. Penyebab stress antar pribadi, berupa perbedaan karakter, kepribadian, latar belakang,
dan persepsi karena adanya kompetisi untuk mencapai target kerja
d. Organisasi, adanya pengurangan karyawan, restrukturisasi perusahaan, privatisasi,
dan merger merupakan kebijakan perusahaan yang berpotensi yang memunculkan
stress.
Stress kerja dapat diatasi dengan tiga pola sebagai berikut (Mangkunegara, 2007:
158) :
a. Pola sehat, yaitu pola menghadapi stres yang terbaik dengan kemampuan mengelola
perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, tetapi
menjadi lebih sehat dan berkembang
b. Piola harmonis, pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan
kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan kesibuakn dan tantangan, dengan
cara mengatur waktu secara teratur.
c. Pola patologis, yaitu pola menghadi tress dengan berdampak pada berbagai gangguan
fisik maupun sosial-psiko-logis. (Arif Yusuf Hamali, 2016 : 244-247)
Tujuan perencanaan SDM menurut Rivai dan Sagala terdiri dari sejumlah hal
penting, yaitu:
a. Untuk menentukan kualitas dan kuantitas pegawai yang akan mengisi semua jabatan
dalam perusahaan.
b. Untuk menjamin tersedianya pegawai masa kini maupun masa depan, sehingga setiap
pekerjaan ada yang mengerjakannya.
c. Untuk menghindari terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan
tugas.
d. Untuk mempermudah koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) sehingga
produktivitas kerja meningkat
e. Untuk menghindari kekurangan atau kelebihan pegawai.
f. Menjadi pedoman dalam menetapkan program rekrutmen, seleksi, pengembangan,
kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian pegawai.
g. Menjadi pedoman dalam melakukan mutasi (vertikal atau horizontal) dan pensiun
pegawai.
h. Menjadi dasar dalam melakukan penilaian pegawai. (Donni,2018:50)
Salah satu faktor penyemangat pegawai dalam bekerja adalah adanya promosi
jabatan. Organisasi harus mampu dan memberikan kesempatan kepada siapapun pegawai
yang ada didalam organisasi untuk meningkatkan karirnya melalui program promosi.
Rivai dan Sagala (2009) menyatakan bahwa promosi terjadi apabila pegawai dipindahkan
dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang lebih tinggi dalam pembayaran, tanggung
jawab dan ataupun levelnya. Promosi jabatan dapat dipahami sebagai pemberian tugas,
tanggung jawab, serta wewenang baru yang lebih tinggi dan luas kepada pegawai yang
diiringi oleh kenaikan kompensasi dan unsur penunjang lainnya bagi pegawai sehingga
selain beban kerjanya meningkat, kesejahteraan yang diperoleh oleh pegawai juga
meningkat.
Promosi jabatan yang ada didalam organisasi didasarkan atas sejumlah aspek,
antara lain mempertimbangkan faktor:
Demosi adalah perpindahan dalam organisasi dari suatu posisi ke posisi lainnya
yang melibatkan penerimaan gaji/bayaran atau status yang baru (Sikula,2001). Demosi
adalah perpindahan pegawai dari suatu jabatan tertentu didalam organisasi kepada
jabatan baru yang posisinya relatif lebih rendah dari sebelumnya.
Indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur demosi antara lain adalah:
Komunikasi kerja dalah suatu proses penyampaian ide-ide dan informasi berupa
perintah dan petunjuk kerja dari seorang pimpinan kepada karyawan atau para
bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugas kerja yang sebaik-baiknya (Arif Yusuf
Hamali, 2016 : 224)
a. Gangguan
Gangguan dapat berbentuk mekanik dan semantik. Gangguan mekanik disebabkan
oleh saluran komunikasi kegaduhan yang bersifat fisik, sedangkan gangguan semantik
adalah gangguan yang berkenaan dengan pesan komunikasi sehingga pengertiannya
menjadi berubah dari yang dimaksudkan semula.
b. Kepentingan
Seseorang hanya akan memerhatikan pesan yang ada hubungan dengan
kepentingannya. Kepentingan tidak hanya memengaruhi perhatian saja, tetapi juga
menentukan daya tangkap, perasaan dan tingkah laku.
c. Motivasi
Suatu komunikasi dapat berlangsung baik jika pesan yang disampaikan sesuai dengan
motivasi dari penerima.
d. Prasangka
Seseorang yang memiliki prasangka terhadap pengirim pesan dapat menyebabkan
proses komunikasi berlangsung tidak efektif karena dalam prasangka, emosi memaksa
seseorang menarik kesimpulan tanpa menggunakan pikiran rasional. (Arif Yusuf
Hamali, 2016 : 231-232)