Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nusa Tenggara Barat (NTB) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang berada pada bagian
barat Kepulauan Nusa Tenggara, provinsi ini beribu kota di Mataram dan memilliki 10
Kabupaten dan Kota. Nusa Tenggara Barat (NTB) terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau
Lombok dan Pulau Sumbawa yang memiliki luas area sebesar 20153,15 km 2 dan memiliki
total populasi sebanyak 4.500.212 Jiwa. Nusa Tenggara Barat (NTB) juga memiliki beragam
kekayaan budaya dan tradisi yang memberikan identitas dan ciri bagi masyarakat sebagai
komunitas pemiliknya. Memiliki tiga suku, Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa, Sumbawa
Barat), dan Mbojo (Bima, Kota Bima, dan Dompu) yang kini terkenal dengan Sasambo
(Sasak, Samawa, Mbojo), dengan berbagai tradisi dan kebiasaannya, dapat dikatakan sebagai
salah satu daerah yang sangat kaya akan budaya, masing-masing suku memiliki tarian-tarian
daerah yang menjadi ciri khas suku tersebut.

Suku sasak di Lombok memiliki beberapa tarian daerah, yaitu Tari Gandrung, Tari
Jangger, Tari Jaran Pejanggik, Tarian Rudat. Tari Gandrung adalah tarian perang suku
sasakyang menggambarkan keperkasaan dan perjuangan, di mainkan oleh belasan orang
dengan berpakaian dan membawa alat-alat keprajuritan lengkap, seperti kelewang (pedang),
tameng (tombak) dan diiringi dengan hentakan gendang belek serta pembacaan syair- syair
perjuangan. Tarian Jangger adalah sebuah tarian di sasak yang pola tariannya tidak mengikuti
pola gerak serta iringan gending yang sesuai dengan patokan yang lazim. TariJaran
Pejanggikadalah tari dalam upacara Khitanan di desa Pejanggik yangdibawakan dengan
gerak yang sederhana, penarinya terdiri atas pemuda danpria dari segala umur.Tarian rudat
adalah sebuah tari tradisional suku sasak yang gerakan tariannya seperti gerak seni bela diri
pencak silat yang menggambarkan sikap waspada dan siap siaga prajurit islam tempo dulu.
Suku Samawa memiliki beberapa tarian daerah yaitutarian nguri, tarian pasaji, tarian
rabinnter. Tarian nguri, dibawakan secara berkelompok oleh penari wanita yang
menggambarkan keramah-tamahan masyarakat suku Samawa yang dicurahkan dalam bentuk
gerakan tarian. Tarian pasaji merupakan tarian yang dilakukan dengan gerakan nyema
(persembahan) yang penuh santun, dibawakan oleh penari perempuan dengan terampil
1
mempersiapkan pasaji atau makanan yang sudah dimasak akan dipersembahan kepada Sultan
Sumbawa. Tarian rabinter merupakan tari kreasi baru. Mencerminkan suatu rangkaian
kegiatan penyelenggaran uapacara adat seperti gunting bulu, khitan, tama lamongan,
perkawinan dan lain-lain.
Suku Mbojo juga memiliki beberapa Tarian daerah yang dibagi menjadi dua jenis tarian
daerah yaiu Tarian dalam Istana (Tarian yang diciptakan oleh kerajaan bima) dan taarian
yang berasal dari luar Istana Bima (Tarian yang diciptakan oleh Rakyat Bima). Tarian dalam
Istana antara lain Tarian Sere, Tarian Lenggo, dan Tarian Bongi Monca. Tarian Sere,
merupakan tarian klasik Istana Kerajaan Bima. Tarian ini kerap melakukan lompat dan lari
sebagai makna sedang melindungi Kerajaan Bima dari serangan musuh. Tarian Lenggo
merupakan tarian klasik yang tumbuh dan berkembang ddi Istana Bima dan hanya
ditampilkan di acara tertentu kerajaan Bima. Tarian Bongi Monca merupakan tarian selamat
datang atau penyambutan tamu. Sedangkan yang merupakan Tarian dari Luar Istana adalah
Tarian Buju Kadanda dan Tarian Sarembe Tembe. Tarian Buju Kadanda menggambarkan dua
prajurit yang sedang berperang. Sedangkan Tarian Sarembe Tembe mengingatkan tentang
masyarakat Bima dan Dompu tempo dulu yang kesehariannya menggunakan Tembe Nggoli
sebagai gaun atau pakaian.
Berdasarkan latar belakang tersebut, alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah
karena peneliti ingin menjabarkan tarian-tarian daerah yang indah dan juga unik pada tiap
suku-suku di daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), sehingga Penelitian yang Berjudul
“Tarian-Tarian Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat” perlu dilakukan.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana macam-macam tarian daerah provinsi NTB ?
1.3. Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan macam-macam tarian daerah provinsi NTB.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

2
Nusa Tenggara Barat (disingkat NTB) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang berada
pada bagian barat Kepulauan Nusa Tenggara. Provinsi ini beribu kota di Mataram dan
memiliki 10 Kabupaten dan Kota. Total populasi penduduk provinsi NTB adalah 4.500.212
Jiwa, sebagian besar penduduk Lombok berasal dari suku Sasak, sementara masyarakat Bima
(suku Mbojo) dan Samawa merupakan kelompok etnis terbesar di Pulau Sumbawa.
Mayoritas penduduk Nusa Tenggara Barat beragama Islam yaitu sekitar 94%, agama Hindu
sekitar 2,62%, agama Buddha sekitar 0,62%, agama Kristen Protestan sekitar 0,31%, agama
Katolik sekitar 0,20%.

Menurut peraturan daerah provinsi nusa tenggara barat nomor 3 tahun 2010, Luas
wilayah perencanaan adalah 49.312,19 km2 terdiri dari luas daratan sekitar 20.153,15 km2 dan
luas perairan laut sekitar 29.159,04 km2. Wilayah daratan terdiri dari Pulau Lombok lebih
kurang seluas 4.738,70 km2 dan Pulau Sumbawa lebih kurang seluas 15.414,50 km2. Dan
batas wilayah perencanaan adalah :

a. Sebelah barat : Selat Lombok;


b. Sebelah timur : Selat Sape;
c. Sebelah utara : Laut Flores dan Laut Jawa, dan
d. Sebelah selatan : Samudera Hindia.

Nusa Tenggara Barat (NTB) juga memiliki beragam kekayaan budaya dan tradisi
yang memberikan identitas dan ciri bagi masyarakat sebagai komunitas pemiliknya.
Memiliki tiga suku, Sasak (Lombok), Samawa (Sumbawa, Sumbawa Barat), dan Mbojo
(Bima, Kota Bima, dan Dompu) yang kini terkenal dengan Sasambo (Sasak, Samawa,
Mbojo), dengan berbagai tradisi dan kebiasaannya, dapat dikatakan sebagai salah satu daerah
yang sangat kaya akan budaya, masing-masing suku memiliki tarian-tarian daerah yang
menjadi ciri khas suku tersebut.

2.2. Tarian Daerah

Tari adalah perwujudan dari kekuatan-kekuatan yang aktif, suatu citra dinamis. Setiap
yang dilakukan oleh penari sesungguhnya membantu dalam menciptakan apa yang
sebenarnya kita lihat namun sebenarnya apa yang kita lihat adalah suatu eksistensi virtual.

3
Apa yang kita lihat, dengar, serta kita rasakan adalah realita kekuatan, yaitu kekuatan gerak
dan ini merupakan elemen-elemen yang tercipta dan tidak semata-mata bersifat fisik, namun
merupakan sebuah kreasi artistik.

Tari terbagi ke dalam 5 macam yaitu: (1) Tarian Sosial; (2) Tarian Rakyat; (3) Tarian
Etnis; (4) TarianSpektakuler; (5) Tarian Sebagai Ekspresi Seni.

Berdasarkan Fungsinya tari dibedakan menjadi tiga, yaitu tari Ritual


(upacara), tari Pergaulan (hiburan), dan tari Pagelaran (tontonan).

a. Sebagai sarana ritual (Upacara)

Pengertian tari sebagai sarana upacara dapat dilihat dari berbagaibentuk


upacara adat yang ada di Indonesia yang masih menggunakan senipertunjukan tari di
dalam ritual-ritualnya. Fungsi seni pertunjukan diIndonesian banyak berkembang di
kalangan masyarakat yang dalam tatakehidupanya masih mengacu pada nilai-nilai
budaya agraris serta masyarakatpemeluk agama yang dalam kegiatan ibadahnya
melibatkan seni pertunjukan.

b. Sebagai pergaulan (Hiburan)

Sebagai sarana pergaulan tari juga dapat diartikan sebagai tari hiburanatau tari
gembira. Pada umumnya tari hiburan tidak bertujuan untuk ditonton,tetapi lebih
dipentingkan untuk kepuasan individu dan keindahan. Sifat tari hiburan adalah
spontanitas dan improvisasi.

c. Sebagai Seni Pertunjukan (Tontonan)

Seni pertunjukan dalam penyajiannya lebih mengutamakan artisticdengan


konsep yang matang dan cermat serta tema dan tujuan yang jelas, jugakoreografinya
yang berkualitas karena untuk dipertontonkan. Dalam penyajiantari pertunjukan
diperlukan tempat penyajian khusus (teater), berupa pangingterbuka atau tertutup.

Fungsi tari yang bersifat profane yang paling menonjol dan memberikan andil
terbesar di dalam perkembangan tari ialah fungsinya sebagai tari pertunjukan, atau
dengan perkataan lain tari sebagai cabang seniatau sebagai karya seni. Tari

4
memberikan sajian rasa yang dengan sengaja diciptakan untuk menimbulkan
keindahan, dalam arti berbeda dengan peristiwa keseharian, dan memerlukan
tanggapan penonton atau pengamat.

Tarian daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari Tarian Suku Sasak
berasal dari Lombok, Tarian Suku Samawa berasal dari Sumbawa, dan Tarian Suku
Mbojo berasal dari Bima. Tiap tarian memiliki ciri khas dalam menampilkan
tariannya.

2.3. Tarian Suku Sasak

Tarian daerah Suku Sasak berasal dari Pulau Lombok yang pada umumnya digunakan
ketika upacara adat seperti upacara pernikahan. Acara pernikahan adat Suku Sasak yang lebih
dikenal dengan sebutan Nyongkolan, upacara Nyongkolan itu sendiri dilakukan dijalan raya
sambil menari biasanya ada beberapa penari inti yang bertujuan memicu masyarakat yang
menonton acara Nyongkolan (pernikahan) ikut menari,tarian biasanya diiringi dengan
gendang beleq (gendang besar) nama gendang beleq diambil dari salah satu alat musik yang
digunakan yaitu dua buah gendang berukuran besar dan panjang,kesenian Gendang Beleq
hanya terdiri atas sebuah Jidur (gendang besar yang berbentuk beduq), sebuah gong dan
sebuah suling. Selain tarian daerah suku Sasak, ada pula tarian suku Samawa yang
merupakan tarian daerah provinsi NTB.

2.4. Tarian Suku Samawa

Dalam tarian daerah yang dibuat oleh nenek moyang kita dahulu selain sebagai suatu
kesenian, juga terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya seperti halnya tarian daerah di
Sumbawa, terdapat nilai historis, dan pedoman bagi setiap orang dalam menjalankan
kehidupan. Tarian daerah Sumbawa mengandung nilai dan norma pada tiap tarian contohnya,
Tarian nguri memiliki nilai kesopanan, keramahan dan kelembutan. Selain tarian suku
Samawa, adapula tarian daerah provinsi NTB lainnya yaitu suku Mbojo yang berasal dari
Bima.

2.5. Tarian Suku Mbojo

5
Tarian suku Mbojo dibagi menjadi dua jenis yaitu Tarian yang berasal dari dalam
istana Bima (Tarian yang diciptakan oleh kerajaan Bima) dan tarian yang berasal dari luar
Istana Bima ( Tarian yang diciptakan oleh Rakyat Bima).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian

6
Jenis penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara utuh dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian khusus objek yang tidak dapat diteliti
secara statistic atau cara kuantifikasi. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif
berupa ucapan, tulisan dan prilaku orang-orang yang diamati. Melalui penelitian kualitatif
peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan pengalaman mereka dalam kehidupan
sehari-hari. Penelitian kualitatif didasarkan upaya membangun pandangan mereka yang
teliti secara terperinci dan dibentuk dengan kata-kata, gambaran, dimana penelitian
kualitatif ini memandang suatu upaya membangun pandangan subyek penelitian yang
rinci.

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan,


menggambarkan dan menjelaskan masalah yang diteliti secara sistematis. Dalam
penelitian ini metode yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi yang
bertujuan untuk mendeskripsikan tentang Tarian Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat
(Suku Sasak, Samawa, Mbojo).

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan diskriptif kualitatif. Dipilihnya


pendekatan penelitian diskriptif kualitatif karena gejala-gejala informasi atau keterangan
dari hasil pengamatan selama proses penelitian berlangsung mencirikan naturalistic
yang menunjukan bahwa pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya
dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya. Kemudian
dikumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa
dipengaruhi dengan sengaja

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk


mendeskripsikan bentuk-bentuk Tarian Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Suku Sasak,
Samawa, Mbojo).

7
3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan


menggunakan teknik kondisi yang dialami, sumber data primer dan lebih banyak pada
teknik observasi berperanserta, wawancara mendalam dan dokumentasi. Pada penelitian
ini teknik pengumpulan data dilakukan melalui.

3.3.1 Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu


dilakukan oleh duapihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara mengenai jenis-jenis
tarian daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

3.3.2 Observasi

Metode observasi (pengamatan) merupakan sebuah titik pengumpulan data yang


mengharuskan peneliti turun kelapangan mengamati hal-hal yang berkaitan
dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan
dan perasaan. Dalam penelitian ini menggunakan jenis observasi partisipan, yaitu
pengamatan ikutserta dalam kegitan yang sedang berlangsung.

3.3.3 Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, buku, majalah, prasasti, dan sebagainya. Dokumentasi sudah
lama digunakan dalam penelitian sebagai sumberdata karena dalam banyakhal
dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan,
bahkan untuk meramalkan. Dalam penelitian ini menggunakan dokumentasi
berupa foto dan video.

3.4 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Hal ini dikarenakan pada
observasi dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti itu sendiri.

8
1.Panduan Observasi

Lembar pengamatan (observasi) dugunakan peneliti pada saat pengamatan,


tentang apa saja yang di lihat dan diamati secara langsung

2.Panduan Dokumentasi

Panduan dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa foto–foto dan


video yang menggunakan alat bantu kamerafoto ataupun handphone.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiranatau
interprestasiartinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau
katagori. Data padaawal penelitian dan berlanjut terus sepanjang penelitian.
Dalam penelitianini, data–datayang terkumpul selanjutnya dianalitis secara
deskriptif kualitatif. Hasil analisis disusun untuk mendeskripsikan Tarian Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Barat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

a. Tari Gandrung

9
Tari Gandrung merupakan sebuah tarian yang kini berkembang di tiga daerah,
yaitu Banyuwangi, Bali, dan Lombok. Meskipun memiliki kemiripan, Tari Gandrung
ketiga daerah ini memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dimiliki di daerah yang lain.
Demikian pula dengan yang terjadi pada Tari Gandrung yang ada di Lombok. Meskipun
Lombok dan Bali memiliki kemiripan budaya, tetapi Tari Gandrung di Lombok memiliki
ciri khas tersendiri yang berbeda dengan Tari Gandrung yang ada di Bali. Inilah ciri khas
dari Lombok yang tidak dimiliki di Pulau Bali. ”Lombok sering digambarkan oleh orang
luar sebagai versi kecil Bali. Tetapi penduduk Lombok sendiri akan mengatakan bahwa,
`Anda akan melihat Bali di Lombok, tetapi tidak akan melihat Lombok di Bali`.” (Sepora
Nawadi, 1995:14). Tulisan berikut ini secara khusus akan berbicara tentang Tari
Gandrung yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat beserta unsur simbolis yang
tersaji dalam sebuah pertunjukkan Tari Gandrung.

Gandrung dalam pemahaman masyarakat Lombok, khususnya masyarakat Sasak


adalah nama sebuah pertunjukan yang dilakukan seorang penari wanita yang diiringi
seperangkat gamelan (sabarungan dalam istilah suku Sasak), puisi, dan nyanyian (dalam
bahasa suku Sasak disebut lelakaq, sandaran). Pertunjukan Gandrung ini dilakukan dalam
perayaan desa setelah masa panen padi. Gandrung menunjukkan suka cita dan harapan
bersama masyarakat Sasak. Gandrung sekaligus juga merupakan ekspresi simbolis
masyarakat Sasak di Lombok.

Ekspresi simbolis lewat Gandrung bagi masyarakat Sasak diwujudkan melalui


dunia makna yang secara signifikan berada dalam sistem ideasional yang juga
terefleksikan dalam interaksi sosial. Ditambah lagi adanya artefak yang melegitimasi
keberadaan pertunjukan itu di tengah-tengah para penikmatnya. Dalam perspektif ini,
Gandrung dipakai sebagai media untuk melepaskan harapan dan suka cita. Alam yang
terefleksi melalui harapan akan melimpahnya panen padi, berusaha untuk dapat dikuasai
dengan sebuah keharmonisasian melalui ungkapan suka cita dalam seni pertunjukan ini.
Dalam pemikiran ini, alam dan manusia sebagai elemen kebudayaan mampu membentuk
suatu harmoni. Dilihat dari asal-usul, Tari Gandrung yang terdapat di Lombok
kemungkinan bukan berasal dari kebudayaan asli Lombok (masyarakat Sasak). Hal ini
bisa dilihat dari adanya Tari Gandrung yang juga terdapat di beberapa daerah lainnya,

10
misalnya saja di Banyuwangi dan Bali. Beberapa budayawan atau peneliti akhirnya
mencoba menelusuri dan menafsirkan asal-usul Tari Gandrung sehingga menjadi sebuah
kebudayaan yang cukup sakral bagi masyarakat Sasak di Lombok.

a. Langkah-Langkah Tarian Gandrung


- Bagian pertama adalah gerak Bapangan, penari wanita menari hingga
selesai gending.
- Babak kedua adalah Gandrangan, penari menari dengan gerakan lincah
menggunakan kipas dan sambil melirik penonton dan sesekali
melemparkan kipasnya kepada penonton untuk diajak menari atau
ngibing.
- Babak ketiga adalah Parianom, kelanjutan dari Gandrangan hanya pada
iringan musiknya lebih sederhana dan penari menyanyi yang disebut
dengan bersandaran hingga selesai pertunjukan.
b. Musik Pengiring Tarian Gandrung
Iringan yang digunakan dalam tarian ini adalah alat musik tradisional seperti
saron, gong, galung, jegogan, terompong, gender, redep, rincik, petuk,
gendang, dan suling. Setelah masuk Parianom para penari diiringi redep
suling, gendang, petuk, rincik dan gong.
c. Kostum Tarian Gandrung
Kostum Tarian Gandrung menggunakan busana bervariasi beruapa kain
kemben, baju lengan pendek dan kain panjang. Sedangkan pada kepala
menggunakan mahkota dan gelungan. Aksesoris lain yang digunakan adalah
11
sabuk dan penutup dada yang terikat di leher penari. Kostum penari pada tari
ini bebas dan ada juga dengan pakaian adat masyarakat Lombok.
b. Tari Jaran Pejanggik

Tari Jaran Pejanggik merupakan salah satu kekayaan tari yang ada di suku Sasak,
dimana pelakunya adalah masyarakat suku Sasak itu sendiri. Tari Jaran Pejanggik adalah
tari dalam upacara Khitanan di desa Pejanggik yang dibawakan dengan gerak yang
sederhana, penarinya terdiri atas pemuda dan pria dari segala umur, dimaksudkan pria
yang masih remaja sampai dengan yang sudah berumur karena dalam tari Jaran
Pejanggik tidak ada batasan umur. Dalam tarian ini si penari akan menari sambil
mengangkat anak yang akan dikhitan dengan menggunakan jaran-jaranan. Tari Jaran
Pejanggik merupakan salah satu kesenian tradisional yang kaya akan nilai-nilai budaya
yang tumbuh berkembang sejak dulu hingga sekarang. Tari Jaran Pejanggik merupakan
salah satu rangkaian yang ada pada Upacara Khitanan di desa Pejanggik. Selain pada
Upacara Khitanan Tari Jaran Pejanggik sering dilakukan dalam upacara adat seperti
upacara pernikahan.

Dalam upacara Khitanan tari Jaran Pejanggik merupakan salah satu rangkaian
acara yang termasuk dalam susunan acara sebagai hiburan bagi masyarakat terutama
kedua orang tua si anak yang akan dikhitan yang menandai bahwa si anak yang akan
dikhitan sudah siap untuk dikhitan. Pada saat tarian ini dibawakan semua masyarakat
berkumpul menyaksikannya dan ikut menikmati hiburan yang disajikan.

a. Langkah-Langkah Tarian Jaran Pejanggik


Tarian ini sangat sederhana sehingga bisa di mainkan oleh siapapun. Biasanya
dimainkan oleh empat orang penari. Gerakannya terdiri dari empat ragam
gerakan, sehingga gerakan secara keseluruhan menjadi: mundur tiga langkah
bergerak kekiri dan kekanan, berjalan lurus kedepan, dan membuat gerakan
bergelombang.
b. Musik Pengiring Tarian Jaran Pejanggik
Pemain musik pada Tarian Jaran Pejanggik berjumlah tujuh orang pemain,
adapun alat musik yang digunakan dalam tarian ini yaitu: suling, preret,
gendang, jidur, rencek, gong, dan kepong. Dalam penyajian Tarian Jaran
Pejanggik diawali dengan instrumen musik preret.

12
c. Kostum Tarian Pejanggik
Kostum yang digunakan oleh para penari dan pemusik tarian ini yaitu: sapuk,
kelambi, sabuk anteng, dan kain olong.

c. Tarian Rudat

Tari Rudat adalah sebuah tari tradisional yang masih banyak terdapat di Pulau
Lombok. Dibawakan oleh 13 penari yang berdandan mirip prajurit. Berbaju lengan
panjang warna kuning, celana sebatas lutut warna biru, berkopiah panjang mirip Aladin
warna merah yang dililit kain warna putih atau biasa disebut tarbus. Mereka dipimpin
oleh seorang komandan yang mengenakan kopiah mirip mahkota, lengkap dengan
pedang di tangan. Biasanya tarian ini dibawakan pada saat upacara khitanan, katam Al
Quran, Maulid Nabi peringatan Isra Mi’raj, dan peringatan hari-hari besar Islam
lainnya.Tari Rudat ditarikan sambil menyanyi dengan lagu yang melodi dan iramanya
seperti lagu melayu. Syairnya ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang berbahasa
Indonesia. Tari Rudat diiringi sejumlah alat musik rebana yang terdiri dari jidur, rebana,
dap, mandolin dan biola. Gerak tarian rudat merupakan gerak seni bela diri pencak silat
yang menggambarkan sikap waspada dan siap siaga prajurit Islam tempo dulu. Itulah
sebabnya, mereka banyak menggunakan gerakan tangan dan kaki. Kadang tangan diayun
kiri kanan, kadang mirip gelombang, tapi di saat lain mereka melakukan gerakan
memukul dan menendang. Sesungguhnya asal-usul kesenian rudat sampai saat ini masih
belum begitu jelas.

Sebagian berpendapat, bahwa kesenian rudat ini merupakan perkembangan dari


zikir zaman dan burdah, yaitu zikir yang disertai gerakan pencak silat. Burdah adalah

13
nyanyian yang diiringi seperangkat rebana ukuran besar. Pendapat lain mengatakan,
konon tari ini berasal dari Turki yang masuk bersama penyebaran agama Islam di
Indonesia pada abad XV. Itulah sebabnya, tarian ini kentara sekali warna Islamnya,
terutama dalam lagu dan musiknya. Di Lombok Timur dapat kita jumpai dan saksikan
hampir di semua Kecamatan.

a. Kostum Tarian Rudat


Dalam pertunjukan tari rudat ini biasanya para penari menggunakan kostum
seperti para prajurit. Kostum penari tersebut biasanya terdiri dari baju lengan
panjang, celana panjang, kain songket Lombok dan kopiah karbus. Selain itu
juga terdapat beberapa atribut seperti pangkat prajurit pada bahu, kain
selempang dan ikat pinggang. Untuk kostum pemimpin penari biasanya dibuat
sedikit berbeda, perbedaan tersebut bisa dari kopiah, warna baaju, dan ada
juga yang membawa pedang.

2.1. Tarian Suku Samawa


a. Tarian Nguri

Tarian Nguri dibawakan secara berkelompok oleh penari wanita. Tarian ini
menggambarkan keramah-tamahan masyarakat suku Samawa yang dicurahkan dalam
bentuk gerakan tarian. Tarian Nguri merupakan tarian sebagai bentuk penghormatan dan
dukungan rakyat kepada Raja Sumbawa yang telah memimpin dan menciptakan
kemakmuran bagi rakyat Sumbawa.

14
Terinspirasi dari tradisi rakyat Sumbawa maka seniman yang berasal dari Sumbawa
yaitu H. Mahmud Dea Batekal menciptakan sebuah tarian yang bernama tarian Nguri.
Tarian ini dikemas dengan penuh khas dari masyarakat Sumbawa kemudian tarian ini
mulai dikenal oleh masyarakt Sumbawa melalui acara budaya yang diselenggarakan
disana.

a. Musik Pengiring Tarian Nguri


Tarian ini diiringi dengan alat music tradisional Sumbawa yaitu alat music gong,
rebana kebo, (rebana besar), genang (gendang), serunai (semacam seruling),
palampong (seperti gambang), dan satung serek (bamboo yang dipadu dengan
besi).
b. Kostum Tarian Nguri
Para penari nguri menggunakan busana tradisional asli daerah Sumbawa yaitu
busana yang juga digunakan oleh putrid para bangsawan. Busana tersebut yaitu
baju dengan lengan pendek pada bagian atas (lamung pene dan sapu kidasangi).
Pada bagian bawah mengenakan kain panjang (saya’) dan rok pendek (tope).
Selain busana para penari juga dihiasi oleh asesoris di kepala (berupa bando
berbentuk mahkota), dada, tangan dan bagian perut.

b. Tarian Pasaji

Tarian Pasaji dengan gerakan nyema (persembahan) yang penuh santun dibawakan
oleh penari perempuan dengan terampil mempersiapkan pasaji. Pasaji atau makanan yang

15
sudah dimasak akan dipersembahan kepada Sultan Sumbawa. Gerakan dasar tarian ini
memperlihatkan bagaimana tata cara mempersiapkan pasaji, tatacara meletakan pasaji,
dan menyerahkannya pasaji kepada Sultan. Gerakan nyema (sembah) menjadi bagian
penting dalam tarian ini. Hampir setiap perpindahan gerak diawali dan diakhiri dengan
nyema. Tarian ini sangat dikenal oleh masyarakat dikecamatan Alas yang mendiami
wilayah bagian barat dari kabupaten Sumbawa.

c. Tarian Rabinter

Upacara rabinter adalah manipestasi rasa pengakuan, rasa peona terhadap


ahlaq. Perpaduan antara unsur budaya local dan magis akhirnya berkembang menjadi
tradisi yang hingga kini tetap mengakar mengakar dalam hidup dan kehidupan tau
Sumbawa.

Tarian rabinter memperagakan gerak-gerak hidup penuh misteri katakanlah


kini suatu praktek pengobatan tradisional yang sangat sugesti. Hal ini merupakan
upaya pemantapan semangat dalam rangka membentuk manusia Indonesia (tau
samawa) seutuhnya. Dalam tarian ini Nampak dengan jelas lahir dan hadir gerakan-
gerakan dasar tari Sumbawa.

16
2.2. Tarian Suku Mbojo

Tarian suku Mbojo dibagi menjadi dua jenis yaitu Tarian yang berasal dari dalam istana
Bima (Tarian yang diciptakan oleh kerajaan Bima) dan tarian yang berasal dari luar Istana
Bima ( Tarian yang diciptakan oleh Rakyat Bima).

A. Tarian Dalam Istana

Tarian dalam istana adalah tarian yang berasal dari dalam kerajaan Bima. Berikut ini
daftar tarian khas kerajaan Bima, yaitu:

1. Tarian Sere
Tarian Sere merupakan tarian klasik Istana Kerajaan Bima yang diciptakan oleh
Sultan kedua Kerajaan Bima (menjabat pada tahun 1640 – 1682 M) yakni Sultan
Abdul Kahir Sirajuddin. Tari ini terdiri dari dua orang penari pria yakni perwira
Kesultanan yang bersenjatakan perisai dan tombak. Pada pertunjukkan tarian ini
kerap melakukan lompat dan lari sebagai makna sedang melindungi Kerajaan
Bima dari serangan musuh. Arti nama Sere dalam bahasa Mbojo yakni lari sambil

17
melompat-lompat. Tarian ini biasanya dipertunjukan saat acara Hanta Ua Pua atau
acara Pemerintahan baik kota/kabupaten maupun propinsi.

2. Tarian Lenggo

Tarian Lenggo dibagi menjadi dua yakni tarian Lenggo Melayu dan tarian Lenggo
Mbojo, tarian Lenggo Melayu dibawakan oleh penari pria dan tarian Lenggo
Mbojo dibawakan oleh penari wanita. Tarian Lenggo merupakan tarian klasik
yang tumbuh dan berkembang di Istana Bima dan hanya ditampilkan diacara
tertentu kerajaan Bima. Tarian Lenggo yang pertama kali diciptakan yakni tarian
Lenggo Melayu, dinamakan tarian Lenggo Melayu karena tarian ini diciptakan
oleh seorang Mubaliq dari suku Melayu yang berasal dari Sumatra Barat yakni
bernama Datuk Raja Lelo. Tarian Lenggo Melayu dibawakan oleh penari pria
dalam acara Hanta Ua Pua. Terinspirasi dari tarian Lenggo Melayu maka Sultan
Abdul Kahir Sirajuddin (Mantau Uma Jati) yang merupakan Sultan Bima kedua
dan menjabat pada tahun 1640 – 1682 M menciptakan tarian Lenggo Mbojo yang
dibawakan oleh penari wanita.

18
a. Musik Pengiring Tarian Lenggo
Dalam pertunjukannya, Tari Lenggo di iringi oleh music tradisional dari
Bima. Alat musik pengiring tersebut biasanya terdiri dari gendang besar
(gendang na’e), silu sejenis serunai), gong dan tawa-tawa. Untuk mengiringi
Tari Lenggo ini biasanya diiringi dengan musik berirama lembut atau pelan
selaras dengan gerakan para penari.
b. Kostum Tarian Lenggo

Dalam pertunjukannya, penari Tari Lenggo biasanya menggunakan busana


khas Bima, baik penari pria maupun wanita. Untuk warna kostum Tari Lenggo
ini biasanya lebih di dominasi oleh warna cerah.

Pertunjukan Tari Lenggo Dalam pertunjukannya, Tari Lenggo biasanya di


mainkan oleh 4 sampai 6 penari, baik Tari Lenggo Melayu maupun Tari
Lenggo Mbojo memiliki jumlah penari yang sama. Dalam pertunjukannya,
konsep tarian ini cenderung lebih mengarah pada tarian penyambutan, dimana
penari menari mengiringi kedatangan tamu atau para Penghulu Melayu saat
acara adat Hanta Ua Pua. Gerakan Tari Lenggo didominasi dengan gerakan-
gerakan pelan dan lemah gemulai mengikuti iringan musik pengiringnya.
Musik Pengiring Tari Lenggo Dalam pertunjukannya, Tari Lenggo di iringi
oleh musik tradisional dari Bima. alat musik pengiring tersebut biasanya
terdiri dari gendang besar(gendang na’e), silu (sejenis serunai), gong dan

19
tawa-tawa. Untuk mengiringi Tari Lenggo ini biasanya diiringi dengan musik
berirama lembut atau pelan selaras dengan gerakan para penari. Kostum Tari
Lenggo Dalam pertunjukannya, penari Tari Lenggo biasanya menggunakan
busana khas Bima, baik penari pria maupun wanita. Untuk warna kostum Tari
Lenggo ini, biasanya lebih didominasi oleh warna cerah. Perkembangan Tari
Lenggo Dalam perkembangannya, Tari Lenggo ini masih sering dipertunjukan
sebagai bagian dari upacara Hanta Ua Pua. Selain itu, Tari Lenggo juga sering
ditampilkan di berapa acara seperti penyambutan tamu penting dan festival
budaya. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari usaha pelestarian dan
memperkenalkan budaya dan tradisi yang ada di Bima, NTB.

3. Tarian Wura Bongi Monca

Tarian Bongi Monca merupakan tarian selamat datang atau penyambutan tamu,
tarian ini dilakukan secara berkelompok oleh penari wanita dengan gerakan yang
lembah lembut sambil menerbakan beras kuning sebagai simbol penghormatan
dan pengharapan. Tarian ini biasa ditampilkan untuk menyambut kedatangan
tamu Istana Kerajaan Bima. Nama Bongi Monca berasal dari bahasa Mbojo yakni
Bongi atau “Beras” dan Monca “Kuning” karena saat melakukan tarian ini

20
ditaburkan beras kuning maka tarian ini dinamakan tarian Bongi M

a. Musik Pengiring Tarian Wura Bongi Monca

Dalam pertunjukan Tari Wura Bongi Monca ini, para penari menari seirama
dengan musik pengiringnya sehingga menghasilkan gerakan yang indah.
Musik pengiring tarian ini diantaranya seperti gendang besar, gong, sarone
dan tawa-tawa. Dalam mengiringi Tari Wura Bongi Monca ini, para pemusik
biasanya memainkan irama yang terkesan lambat dipadukan dengan gerakan
para penari.

b. Kostum Tarian Wura bongi Monca

Dalam pertunjukannya, para penari dibalut dengan busana tat arias cantik khas
Bima. Busana tersebut seperti baju asi paada bagian atas dan sarung songket
pada bagian bawah. Pada bagian kepKL,ala, rambut digelung dan
menggunakan bando atau hiasan bunga-bunga. Selain itu juga terdapat
aksesoris seperti gelang dan kalung sebagai pemanis dan selendang yang
digunakan untuk menari.
21
B. Tarian Luar Istana

Tarian luar istana adalah tari tradisional yang diciptakan oleh rakyat Bima. Berikut ini
daftar tarian tradisional luar istana Bima, yaitu:

1. Tarian Buja Kadanda


Tarian Buja Kadanda (Mpa’a Buja Kadanda) menggambarkan dua prajurit yang
sedang berperang, dimana tarian ini akan dibawakan oleh dua pria yang
mengenakan pakaian prajurit dengan bersenjata tombak dan perisai. Tarian ini
awalnya tumbuh dan berkembang diluar Istana, artinya tarian ini murni diciptakan
oleh Rakyat. Berkat dukungan dari para seniman dan kerajaan Bima sehingga
tarian Buja Kadanda dapat dikenal oleh masyarakat luas khusunya masyarakat
Bima dan Dompu. Tarian ini dinamakan Buja Kadanda karena berasal dari dua
kata yakni Buja dan Kadanda. “Buja” berarti Tombak sedangkan “Kadanda”
berarti berumbai bulu ekor kuda, artinya Tombak yang digunakan oleh para penari
terbuat dari berumbai bulu ekor kuda.

a. Musik Pengiring Tarian Buja Kadanda

Dalam pertunjukan Tari Buja Kadanda ini diiringi oleh alunan musik
tradisional seperti gendang, gong, serunai dan tawa-tawa. Iringan musik
tersebut dimainkan dalam dua irama yang berbeda yaitu irama lambat dan
irama cepat. Irama lambat untuk mengawali dan mengakhiri pertunjukan
dan irama cepat untuk mengiringi peanri saat bertarung.

b. Kostum Tarian Buja Kadanda

Kostum yang digunakan penari saat pertunjukan tari Buja Kadanda ini
merupakan kostum para prajurit. Kostum yang digunakan biasanya adalah
baju lengan panjang, celana panjang, dan ikat atau penutup kepala. Selain
itu tidak lupa menggunakan atribut menari yaitu tombak atau tongkat Buja
kadanda dan perisai.

22
2. Tarian Saremba Tembe

Tarian kolosal Saremba Tembe ini sebenarnya merupakan tarian garapan baru
yang dipadukan dengan menggunakan kain (Tembe) sebagai aksesorisnya. Tarian
Saremba Tembe mengingatkan tentang masyarakat Bima dan Dompu tempo dulu
yakni dalam kesahariannya masyarakat Bima dan Dompu menggunakan Tembe
Nggoli sebagai gaun atau pakaian yaitu Rimpu (bagi kaum perempuan) dan
Katente dengan Saremba (bagi kaum laki-laki). Dimana Rimpu, Katente, dan
Saremba adalah jenis pakaian pertama masyarakat Bima dan Dompu saat kaum
wanita Bima dan Dompu telah mengetahui Medi Ra Muna (Menenun Kain) yang
dilakukan secara tradisional. Tarian Saremba Tembe juga menggambarkan suka
cita sekaligus rasa syukur atas keberhasilan melimpahnya hasil pertanian
masyarakat Bima dan Dompu.

23
Daftar Pustaka

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2009–2029.

Decy, Ogy. 2015. Wawasan Budaya Nusantara Suku Sasak. Makalah. Dalam :
https://sipadu.isi-ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_4257151122161652.pdf diunduh pada 23
Agustus 2019.

Nuari, Sovia Dinariyati. 2015. Makna Simbolis Tari Jaran Pejanggik Dalam Upacara
Khitanan Suku Sasak Di Desa Pejanggik Kecamatan Praya Tengah Kabupaten Lombok Tengah
Nusa Tenggara Barat [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta, dalam
“https://eprints.uny.ac.id/16424/ diunduh pada 23 Agustus 2019.

24
Firmansyah, Hidayat. 2018. Makna Penanda Dalam Kesenian Masyarakat Sumbawa
Dikecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat. [Skripsi]. Mataram (ID): Universitas
Mataram.

Ramdani, Dita Deviona. 2015. Fungsi Tari Wura Bongi Monca dalam Masyarakat Bima.
[Skripsi]. Yogyakarta (ID): Institut Seni Indonesia Yogyakarta, dalam
“http://digilib.isi.ac.id/684/1/BAB%201.pdf diunduh pada 23 Agustus 2019.

25
LAMPIRAN

(Kegiatan wawancara di Museum Provinsi NTB)

26
(Kegiatan Mencari Referensi di Perpustakaan Museum Proveinsi NTB)

27

Anda mungkin juga menyukai