PENCAHAYAAN ARSITEKTURAL
( Pencahayaan Alami )
Perpustakaan Soeman HS
NAMA ARIANTO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN S1 ARSITEKTUR
A.T 2019
Pencahayaan atau lighting adalah salah satu elemen penting yang perlu
dipertimbangkan dalam perancangan interior maupun arsitektur. Pencahayaan
atau lighting, selain berfungsi sebagai penerangan juga dapat dijadikan sebagai
aksesoris untuk memberi nilai estetika sebuah ruang maupun fasad. Untuk merancang
penataan cahaya yang baik, mari kita ketahui terlebih dahulu 2 kalisifikasi utama
pencahayaan.
Pencahayaan terbagi menjadi dua berdasarkan sumbernya. Yaitu:
Pencahayaan alamiah atau daylighting dan pencahayaan buatan atau biasa disebut
dengan artificial lighting.
A. Pencahayaan Alamiah (Daylighting)
Pencahayaan alamiah adalah pencahayaan yang bersumber dari sinar matahari
yang muncul dari pagi menjelang siang hingga sore hari. Kelebihan dari pencahayaan
ini adalah hemat biaya, karena tidak bergantung kepada energi listrik, serta tidak
membutuhkan perawatan instalasi seperti pencahayaan buatan. Namun kerugiannya
ada pada intensitas cahaya yang tidak dalam kendali manusia. Akibatnya, hasil
pencahayaan kerapkali tidak konsisten. Pada umumnya pencahayaan alamiah
diperoleh melalui pintu, jendela, atau dengan cara memasang jendela kaca di
atap (skylight).
B. Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)
Pencahayaan buatan merupakan pencahayaan yang memanfaatkan teknologi
buatan manusia atau energi olahan seperti lampu. Pencahayaan buatan bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan cahaya pada siang maupun malam hari, dan terutama
untuk kebutuhan cahaya di dalam ruang. Tujuannya adalah, untuk membantu indra
visual manusia melakukan aktivitasnya dengan tepat.
1) Menyesuaikan lebar jendela yang akan digunakan dengan lebar ruangan, agar
cahaya yang diserap tidak terlalu banyak ataupun sedikit.
2) Menghindari peletakan jendela di sisi barat dan timur. Hal ini dikarenakan
indonesia terletak pada kawasan tropis, dimana sinar matahari dapat menjadi
terlalu terang dan terlalu panas.
3) Bila memang terpaksa membuat jendela yang menghadap ke sisi tersebut,
sebaiknya diberikan pembatas atau filter seperti kisi-kisi, pepohonan,
ataupun overhang.
4) Untuk penggunaan skylight, pastikan bahwa skylight tersebut tidak memiliki
celah yang memungkinkan masuknya air hujan.
Dengan desain gedung yang sangat unik tentu saja Pustaka Soeman HS
mampu menarik perhatian tiap orang yang melewatinya. Tidak salah Predikat
gedung pustaka terbaik se-ASEAN disematkan ke pustaka ini. Untuk
masyarakat Pekanbaru, gedung ini juga sangat bermanfaat, buktinya kita akan
selalu melihat keramaian disetiap ruang di Pustaka Soeman HS.
Pustaka Soeman HS pertama kali diresmikan di Tanjung Pinang dengan
nama Pustaka Wilayah, tepatnya tahun 1958. Setelah itu berpindah
ke Pekanbaru di Jalan Soetomo. Akhirnya, pada tanggal 28 Oktober 2008,
menempati gedung di Jalan Sudirman Nomor 462, lokasinya persis di samping
gedung Bank Indonesia. FYI, pada tahun 2004 – 2008, lokasi yang ditempati
Pustaka Soeman HS saat ini dulunya merupakan gedung DPRD.
Desain gedung mencerminkan dua simbol yang terintegrasi,
yaitu rehal (alas membaca Al-Qur'an) di bagian atas, yang mengingatkan kita
akan buku terbuka dan perintah membaca atau iqra'. Lalu simbol -simbol
rumah adat Melayu, yakni tiang-tiang tinggi yang menyangga atap rehal.
Dinding-dinding pada pustaka juga dihiasi oleh relief Gurindam 12 dari
Raja Ali Haji dan juga relief pendidikan.
Lantai 1
Masuk ke lantai dasar, kita akan disambut oleh bagian informasi di
gedung pustaka.
Di lantai 1, terdapat beberapa ruang yang bisa disinggahi. Tapi sebelum
itu pengunjung dapat meletakkan barang-barangnya di loker yang telah
disediakan oleh Pustaka Soeman HS.
Children Library
Lantai 2
Buku-buku di Pustaka Soeman HS
berjumlah 400.000an koleksi dengan 59.000 judul buku.
Di lantai ini, banyak fasilitas kursi dan juga meja yang sangat nyaman
untuk membaca. Terdapat ruangan bulat dari kaca yang bisa digunakan
sebagai tempat diskusi.
Bilik Melayu
Dan ternyata di sini ada ruang bedah buku yang bisa di gunakan untuk
berbagai kegiatan, seperti presentasi atau seminar dari penulis buku dengan
kapasitas sekitar 70 orang.
Ruang Pertemuan
Di Pustaka Soeman HS terdapat 3 ruangan yang bisa digunakan dengan
kapasitas yang berbeda-beda. Yang pertama adalah Ruang Bedah Buku,
berkapasitas sekitar 70 orang. Kemudian di Gedung A terdapat Gedung H.
Ismail Suko, berkapasitas 100 orang;
Dan yang terakhir adalah Gedung Wan Ghalib dengan kapasitas
hingga 300 orang.