Anda di halaman 1dari 8

MENGOPTIMALKAN PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN MENGGUNAKAN CLT

KAYU SENGON PADA KOS PUTRA KIDUNG


M. Arbi Rizkiawan1, David Hendri2, S.T., M.T., IAP, Isyrin Fauziah3
1
Jurusan Arsitektur, Universitas Islam Indonesia
1
Surel : 21512013@students.uii.ac.id

LATAR BELAKANG
Sistem pencahayaan dalam ruang dapat dibagi menjadi dua bagian besar berdasarkan
sumber energi yang digunakan, yaitu sistem pencahayaan alami dan sistem
pencahayaan buatan. Kedua sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda, dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pencahayaan alami adalah sumber
pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak
keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh kuman.
Pencahayaan alami dalam sebuah bangunan akan mengurangi penggunaan cahaya
buatan, sehingga dapat menghemat konsumsi energi dan mengurangi tingkat polusi.
Tujuan digunakannya pencahayaan alami yaitu untuk menghasilkan cahaya berkualitas
yang efisien serta meminimalkan silau dan berlebihnya rasio tingkat terang. Selain itu
cahaya alami dalam sebuah bangunan juga dapat memberikan suasana yang lebih
menyenangkan dan membawa efek positif lainnya dalam psikologi manusia. Oleh
karena itu, sebelum ingin merancang sebuah bangunan, harus menghitung pencahayaan
alami tersebut dengan pas, tidak kurang ataupun tidak berlebih. Penghawaan alami
adalah proses pertukaran udara di dalam bangunan melalui bantuan elemen-elemen
bangunan yang terbuka seperti ventilasi (lubang angin), jendela dan pintu yang dapat
dibuka-tutup sesuai kebutuhan. Menurut rekomendasi pemerintah untuk rumah tinggal
sederhana, ruang-ruang minimal mendapatkan ventilasi seluas 5% dari luasan ruang.
Kost merupakan sebuah tempat tinggal sementara yang berfungsi hamper sama dengan
rumah, yaitu sebagai tempat pelepas penat, sebagai tempat berbincang, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, tentunya kost sebagai tempat yang aman dan nyaman
sebagai tempat pulang setelah melakukan aktivitas seharian. Pada kasus yang diambil,
merupakan sebuah kost-an saya sendiri, yang terletak di Jalan Pandanaran, Sleman, DI
Yogyakarta. Pada kost ini merupakan tipe kos yang tertutup, karena digabungkan
dengan rumah pemilik kost dan kamar-kamar kost. Jarak antara rumah penghuni kost
dan kamar kost sekitar lebih kurang 3,5 meter, namun di antara 2 bangunan tersebut
merupakan parkiran, dan terdapat skylight pada langit-langit atap pada parkiran
tersebut. Pada kost ini memiliki bentuk letter L, dimana kamar nomor 1 berada di barat,
dan kamar nomor 9 berada di utara. Karena tertutup dengan rumah pemilik kost dan
penggunaan skylight yang kurang maksimal, membuat pencahayaan alami pada
beberapa kamar menjadi berkurang yang mengakibatkan kamar tersebut menjadi
gelap, dan juga membuat sirkulasi udara kurang lancar, sehingga tidak jarang pemilik
kamar nomor 1 hingga 4 membuka kamar mereka agar cahaya dan udara alami masuk
ke kamar mereka.
Berdasarkan faktor-faktor diatas, penelitian ini dilakukan untuk menyelaraskan dengan
konsep efisiensi energi dan konsumsi karbon dari bangunan itu sendiri. Seperti kita
ketahui, ada beberapa kegiatan Konsumsi energi pada bangunan seperti: ventilasi,
penerangan. Agar tidak terjadi pemborosan energi maka menggunakan pencahayaan
dan penghawaan alami merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Oleh karena itu, penggunaan CLT kayu sengon ini dapat dijadikan sebagai bukaan alami
untuk pencahayaan dan penghawaan sekaligus, yang diharapkan agar dapat
mengoptimalkan dan mengatasi permasalahan tersebut

PERMASALAHAN
 Pada jam 10 keatas, kamar nomor 1 hingga 4 menjadi gelap karena kurang nya
pencahayaan alami.
 Penggunaan skylight yang tidak optimal sehingga fungsi dari ventilasi kamar
juga tidak berfungsi dengan baik.
 Pada siang hari, kamar nomor 1 hingga 4 menjadi panas karena minim nya udara
yang masuk secara alami, dan membuat kamar tersebut menjadi pengap.
 Kurangnya penghawaan, mengakibatkan minim-nya udara alami yang masuk,
sehingga tidak jarang penghuni kamar nomor 1 hingga 4 menjadi gerah.

TUJUAN PENELITIAN
 Untuk mengoptimalkan pencahayaan dan penghawaan alami pada kamar kost,
serta memberi rasa nyaman kepada penghuni kamar tersebut. Dengan material
CLT kayu sengon, akan dimanfaatkan sebagai bukaan yang dapat memberi
masuk udara dan cahaya matahari ke kamar tersebut.
 Mendesain bukaan, dimana bukaan tersebut dapat digeser untuk membuka dan
menutupi, serta terdapat lubang yang nantinya akan dijadikan sebagai jalurnya
udara untuk masuk ke dalam kamar, dan juga untuk menjaga privasi penghuni
kamar jika tidak ingin membuka bukaan tersebut.
 Agar sinar matahari yang terpancar pada skylight dapat optimal dan digunakan
sebagai pencahayaan alami pada kamar tersebut.

SASARAN
 Mendesain selubung pada bangunan untuk memaksimalkan pencahayaan secara
alami yang masuk, serta tidak mengganggu kenyamanan pengguna untuk tidak
gerah.
 Mendesain bukaan agar pencahayaan alami dapat masuk secara maksimal dan
mendapatkan penghawaan secara alami agar pengguna tidak merasa gerah
 Material kayu sengon clt dimanfaatkan sebagai bukaan yang berfungsi untuk
memaksimalkan cahaya matahari yang masuk serta sepoi angin juga masuk ke
dalam kamar tersebut.

BATASAN
Penelitian ini dilakukan pada kamar nomor 1 hingga 4 tersebut pada jam 10 Pagi, 12
Siang, dan 3 Sore.

METODE SIMULASI
Dalam studi ini, metode kuantitatif digunakan dengan penerapan strategi pemodelan
dan simulasi komputer. Proses penelitian dimulai dengan mengumpulan data,
pemodelan, simulasi, analisis, dan kesimpulan. Sebelum menganalisis pencahayaan,
ArchiCAD digunakan karena aplikasi ini dalam melakukan pemodelan bangunan kost,
lalu untuk mengukur pencahayaannya yaitu menggunakan lux meter. Model yang
dibuat kemudian di lanjutkan ke aplikasi simulasi pencahayaan yaitu software Dialux.
DIalux adalah aplikasi untuk simulasi pencahayaan. Simulasi akan dilakukan dalam
beberapa tahapan dengan mempertimbangkan posisi matahari di jam yang berbeda
beda. Mengambil sampel posisi matahari dari tanggal 31 Oktober 2023 pada 3 waktu
pukul 10.00 - 12.00 - 15.00. Untuk pengukuran keseluruhan simulasi akan di asumsikan
cuaca dengan kondisi yang cerah.

MODUL 1
ISLAMIC VIEW ON SUSTAINABLE DEVELOPMENT

QS. Al Mulk : 3
‫اَّلِذ ۡى َخ َلَق َس ۡب َع َس ٰم ٰو ٍت ِطَباًق‌ا ؕ َم ا َتٰر ى ِفۡى َخ ۡل ِق الَّر ۡح ٰم ِن ِم ۡن َتٰف ُوٍت‌ ؕ َفاۡر ِج ِع اۡل َبَص َۙر‬

‫َهۡل َتٰر ى ِم ۡن ُفُطۡو ٍر‬


Artinya : Yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu
yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi,
adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?

Surat Al-Mulk (Surah ke-67) dalam Al-Quran, khususnya ayat 3, menggarisbawahi


keagungan penciptaan Allah dan menegaskan bahwa tidak ada kekurangan atau
kecacatan dalam penciptaan-Nya. Meskipun ayat ini tidak secara langsung membahas
lingkungan dan bangunan berkelanjutan, pemahaman konsep-konsep tersebut dalam
konteks Islam dapat dihubungkan dengan ayat ini.
Pada prinsipnya, konsep lingkungan yang berkelanjutan dan pemeliharaan alam adalah
bagian integral dari ajaran Islam. Ini terkait dengan pemahaman tentang tanggung
jawab manusia (khalifah) untuk menjaga dan merawat bumi yang diberikan oleh Allah.
Beberapa prinsip Islam yang relevan termasuk:
Khalifah (Penjaga Bumi): Manusia dianggap sebagai khalifah di bumi, yang berarti
mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga, merawat, dan menjalankan tadbir
(pemeliharaan) terhadap alam. Ini mencakup keberlanjutan lingkungan.
Israf (Pemborosan): Islam melarang pemborosan dan mengajarkan pemakaian sumber
daya secara bijak. Konsep israf adalah penting dalam konteks lingkungan yang
berkelanjutan.
Keadilan: Prinsip keadilan sosial dan lingkungan penting dalam Islam. Manusia diberi
tanggung jawab untuk menjaga agar tidak terjadi ketidakadilan terhadap alam atau
makhluk Allah lainnya.
Pemeliharaan Alam: Islam mendorong pemeliharaan alam, termasuk sumber daya air,
hutan, dan tanah. Ini tercermin dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan
untuk tidak merusak alam.
Meskipun ayat 3 dalam Surat Al-Mulk tidak secara eksplisit mengatakan tentang
lingkungan dan bangunan berkelanjutan, ayat ini menekankan keagungan penciptaan
Allah. Dari sudut pandang Islam, hal ini mengingatkan manusia akan pentingnya
menjaga dan merawat lingkungan dan menciptakan bangunan yang berkelanjutan
untuk memastikan bahwa kita menjalankan peran kita sebagai khalifah di bumi.

MODUL 2
SUSTAINABLE AREA
Dengan menggunakan CLT (Cross Laminated Timber) sengon untuk bukaan pada kamar
kost untuk menciptakan penghawaan dan pencahayaan alami yang maksimal. CLT
adalah material konstruksi yang terbuat dari lapisan-lapisan kayu yang disusun
bersilangan, sehingga memiliki kekuatan dan stabilitas yang tinggi. Di samping itu,
penggunaan kayu sebagai bahan bangunan juga dapat memberikan tampilan yang
estetis dan ramah lingkungan.

MODUL 3
SUSTAINABILITY ON ADAPTIVE REUSE
Adaptive reuse adalah proses menggunakan kembali bangunan dengan melakukan
perbaikan, perubahan, atau penambahan, dengan tetap mempertahankan fitur-fitur
arsitektur yang berharga. Dalam permasalahan yang dialami di kamar nomor 1-4 pada
Kost Putra Kidung adalah pencahayaan dan penghawaan, dalam kamar tersebut
mendapatkan kurangnya pencahayaan dan penghawaan alami sehingga tidak jarang
penghuni kamar tersebut sering membuka kamar mereka dimana tentunya akan sedikit
mengganggu privasi. material CLT kayu sengon dijadikan bukaan sebagai upaya untuk
mendukung pencahayaan dan penghawaan alami yang baik

MODUL 4
TECHNOLOGY INNOVATION IN SUSTAINABILITY
Inovasi teknologi dalam penerapan CLT (Cross Laminated Timber) dari kayu sengon
sebagai bahan bukaan dalam konteks keberlanjutan dapat berdampak positif dalam
berbagai aspek. Dengan menerapkan inovasi teknologi dalam penggunaan CLT sengon
sebagai bahan bukaan, Anda dapat menciptakan bangunan yang lebih berkelanjutan,
ramah lingkungan, dan efisien energi, yang merupakan langkah penting dalam
mendukung tujuan keberlanjutan dan perlindungan lingkungan.

KAJIAN PUSTAKA
 PENCAHAYAAN
Penelitian ini menggunakan variable standar pencahayaan alami rumah tinggal yang
sudah ditetapkan oleh BSN (Badan Standarisasi Nasional) yang dimuat pada SNI. No.
03-2396-1991 : Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari untuk rumah dan
gedung. Diharapkan dengan standar ini dapat dimanfaatkan oleh para perencana,
pelaksana, pengawas, dan pengelola bangunan gedung dalam menerapkan konsep-
konsep tata cara perancangan sistem pencahayaan alami bangunan gedung, sehingga
sasaran konservasi energi dan kenyamanan dalam bangunan gedung dapat tercapai.
 PENGHAWAAN
Penelitian ini menggunakan variable standar penghawaan rumah dan gedung, yang
sudah ditetapkan oleh BSN (Badan Standarisasi Nasional) yang dimuat pada SNI. No.
03-6572-2001: Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada
Bangunan Gedung.
 CLT KAYU SENGON
Cross-laminated timber (CLT) adalah salah satu jenis kayu laminasi dikembangkan
untuk mengeliminasi kelemahan yang sebelumnya ada pada material kayu. Dalam
proses fabrikasi, CLT ditekan sedemikian rupa sehingga lebih padat hingga pori-pori
pada kayu menjadi sangat kecil. Hal ini membuat CLT tidak mudah terbakar. Pada
dasarnya di Indonesia, terutama pada bangunan tingkat menengah, kayu laminasi
umumnya dipakai sebagai komponen non-struktural seperti dinding partisi maupun
fasad. Pada penelitian ini, kegunaan kayu laminasi CLT dipelajari secara lebih lanjut
sebagai komponen struktural yang mampu menahan gaya lateral sesuai dengan standar
bangunan tahan gempa di Indonesia. Keunggulan CLT sejalan dengan kecenderungan
pembangunan di masa depan yang fokus pada kecepatan konstruksi, pengurangan
emisi karbon dan pemilihan material yang ringan, serta pembangunan dengan sistem
prafabrikasi (Lehmann, 2012). Ukuran CLT yang cukup besar mempermudah aplikasi,
selain itu CLT juga mudah dikerjakan serta fleksibel dalam pemakaiannya bahkan pasar
penggunanya meluas untuk diterapkan pada astiktektur dan pondasi bangunan.

VARIABEL PENELITIAN
Variabel Independen : Bukaan
Variabel Dependen : Pencahayaan, Penghawaan

VARIABEL PARAMETER INDIKATOR REFERENSI


Peraturan Menteri
Pencahayaan Intensitas Cahaya 250 Lux Energi dan Sumber
daya Mineral No. 13
Tahun 2012, Pasal 5

Penghawaan Suhu Ruang

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Pengukuran data
dilakukan dengan cara memakai aplikasi Luxmeter pada jam 10.00 sampai dengan jam
15.00. Pengujian desain dilakukan dengan memakai aplikasi Velux untuk menguji
intensitas cahaya.
DATA PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
Ika Rahmawati Suyanto. (2020). PERILAKU CROSS-LAMINATED TIMBER (CLT)
SEBAGAI
MATERIAL UTAMA BANGUNAN TINGKAT MENENGAH TAHAN GEMPA DI
INDONESIA
Ratri Yuli Lestari. (2017). CLT (Cross Laminated Timber): Produksi, Karakteristik dan
Perkembangannya. Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru.

Anda mungkin juga menyukai