Konsep Ekonomi Islam
Konsep Ekonomi Islam
A. Tujuan Hidup
Pada dasarnya setiap manusia selalu menginginkan kehidupannya di dunia ini
dalam keadaan bahagia, baik secara material maupun spiritual, individual maupun
sosial. Namun, dalam praktiknya kebahagiaan multi dimensi ini sangat sulit diraih
karena keterbatasan kemampuan manusia dalam memahami dan menerjemahkan
keinginannya secara komprehensif, keterbatasan dalam menyeimbangkan antara aspek
kehidupan, maupun keterbatasan sumber daya yang bisa digunakan untuk meraih
kebahagiaan tersebut. Masalah ekonomi hanyalah merupakan satu bagian dari aspek
kehidupan yang diharapkan akan membawa manusia kepada tujuan hidupnya. Oleh karena
itu, ada tiga hal pokok yang diperlukan untuk memahami bagaimana mencapai tujuan
hidup.
[19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah
mengusahakannya.
Untuk kehidupan dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan hidup,
kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan. Sedangkan untuk kehidupan
akhirat, falah mencakup pengertian kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi,
kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi (bebas dari segala kebodohan).
Dari tabel 1.1 tampak bahwa falah mencakup aspek yang lengkap dan menyeluruh
bagi kehidupan manusia. Aspek ini secara pokok meliputi spiritualitas dan moralitas,
ekonomi, sosial dan budaya, serta politik. Misalnya, untuk memperoleh suatu kelangsungan
hidup, maka dalam aspek mikro manusia membutuhkan: (a) pemenuhan kebutuhan biologis
seperti kesehatan fisik atau bebas dari penyakit; (b) faktor ekonomis, misalnya memiliki
sarana kehidupan; dan (c) faktor sosial, misalnya adanya persaudaraan dan hubungan antar
personal yang harmonis. Dalam aspek makro, kesejahteraan menuntut adanya keseim-
bangan ekologi, lingkungan yang higienis, manajemen lingkungan hidup, dan kerja sama
antar`anggota masyarakat. Faktor-faktor ini baru akan lengkap jika manusia juga terbebas
dari kemiskinan serta memiliki kekuatan dan kehormatan
Tabel 1.1.
Aspek Mikro dan Aspek Makro dalam Falah
Ketiga aspek konsumsi, produksi, dan distribusi merupakan suatu kesatuarn integral
untuk mewujudkan mashlahah kehidupan. Kegiatan konsumsi, produksi, dan distibusi
harus menuju pada satu tujuan yang sama, yaitu mencapai mashlahah yang maksimum
bagi umat manusia. Konsumsi harus berorientasi kepada mashlahah maksimum
sehingga tetap menjaga keseimbangan kebutuhan antarindividu dan keseimbangan
antaraspek kehidupan. Produksi dilakukan secara efislen dan adil sehingga sumber
daya yang tersedia bisa mencukupi kebutuhan. seluruh umat manusia. Distribusi
sumber daya dan, output harus dilakukan secara adil dan merata sehingga
memungkinkan setiap individu 'untuk memiliki peluang mewujudkan mashlahah bagi.
kehidupannya. Pada akhirnya, apabila mashlahah dapat tercapai, maka kehidupan
manusia yang bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat, atau falah, akan tercapai.
Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya mashlahah atair falah ini akan
mendorong setiap individu untuk berperilaku ekonomi yang menuju ke arahnya
sehingga bisa dituliskan suatu lemma seperti di bawah ini.
Lemma 1. Jika manusia menyadari pentingnya falah, maka ia akan selalu berusaha
mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai falah tersebut.
Lemma 2. Falah hanya akan diperoleh jika ajaran Islam dilaksanakan secara kaffah.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam bukan
hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu dan komunitas
Muslim yang ada, namun juga merupakan perwujudan perilaku ekonomi yang
didasarkan pada ajaran Islam. la mencakup cara memandang permasalahan ekonomi,
menganalisis, dan mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan ekonomi.
Ekonomi Islam merupakan konsekuensi logis dari implementasi ajaran Islam secara
kaffah dalam aspek ekonomi. Oleh karena itu, perekonomian Islam merupakan suatu
tatanan perekonomian yang dibangun atas nilai-nilai ajaran Islam yang diharapkan, yang
belum tentu tercermin pada perilaku masyarakat Muslim yang ada pada saat ini.
Ekonomi Islam mempelajari perilaku individu yang dituntun oleh ajaran
Islam, mulai dari penentuan tujuan n hidup, cara memandang dan menganalisis
masalah ekonomi, serta ptinsip-prinsip dan nilai yang harus dipegang untuk
mencapai tujuan tersebut. Berbeda dengan ekonomi Islam, ekonomi konvensional
lebih menekankan pada analisis terhadap masalah ekonomi dan alternatif solusinya.
Dalam pandangan ini, tujuan ekonomi dan nilai-nilai dianggap sebagai hal yang sudah
tetap (given) atau di luar bidang ilmu ekonomi. Dengan kata lain, ekonomi Islam
berbeda dengan ekonomi konvensional tidak hanya dalam aspek cara penyelesaian
masalah, namun juga dal am aspek cara memandang dan analisis terhadap masalah
ekonomi. Ekonomi Islam melingkupi pembahasan atas perilaku ekonomi manusia
yang sadar dan berusaha untuk mencapai mashlahah atau falah, yang disebut sebagai
homo Islamicus atau Islamic man. Dalam hal ini, perilaku ekonomi meliputi solusi
yang diberikan atas tiga permasalahan mendasar tersebut di atas dan masalah-masalah
turunannya.
Definisi: Ekonom Islam adalah ilmu, yang mempelajari usha manusia untuk
mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk mencapai falah
berdasarkan perinsip- perinsip dan nilai-nilai Alquran dan Sunnah.
Lemma 3. Ekonomi Islam hanya akan dihasilkan melalui integrasi norma dan ilmu
ekonomi.
Rangkuman
1. Pada dasarnya tujuan hidup setiap manusia adalah untuk mencapai kesejahteraan,
meskipun manusia memaknai 'kesejahteraan' dengan perspektif yang berbeda-beda.
Sebagian besar paham ekonomi memaknai kesejahteraan sebagai kesejahteraan material
duniawi. Islam memaknai 'kesejahteraan' dengan istilah falah yang berarti kesejahteraan
holistik dan seimbang antara dimensi materialspiritual, individual-sosial dan kesejahteraan
di kehidupan duniawi dan di akhirat. Sejahtera dunia diartikan sebagai segala yang
memberikan kenikmatan hidup indrawi, baik fisik, intelektual, biologis ataupun
material. Sedangkan kesejahteraan akhirat diartikan sebagai kenikmatan yang akan
diperoleh setelah kematian manusia. Perilaku manusia di dunia diyakini akan
berpengaruh terhadap kesejahteraan di akhirat yang abadi. Informasi mengenai
kesejahteraan ini hanya dapat diperoleh dari Tuhan, yaitu melalui ajaran yang
diwahyukan dalam Alquran dan Sunnah.
2. Dalam upaya mencapai kesejahteraan manusia menghadapi masalah, yaitu kesenjangan
antara sumber daya yang ada dengan kebutuhan manusia. Allah telah menciptakan
alam semesta ini dengan berbagai sumber daya yang memadai untuk mencukupi
kebutuhan manusia. Namun, adanya ketidakmerataan distribusi sumber daya, berbagai
keterbatasan manusia, serta munculnya konflik antara tujuan duniawi dan ukhrawi
menyebabkan terjadinya kelangkaan relatif. Ilmu ekonomi Islam lahir untuk
menyelesaikan permasalahan kelangkaan relatif ini.
3. Falah dapat terwujud apabila terpenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup manusia secara
seimbang sehingga tercipta mashlahah. Mashlahah adalah segala bentuk keadaan,
baik material maupun non material, yang mampu meningkatkan kedudukan manusia
sebagai makhluk yang paling mulia. Mashlahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri
dari lima hal, yaitu agama (died), jiwa (nafs), intelektual(agl), keturunan (nasl), dan
material (maw).
4. Terdapat tiga aspek utama harus diselesaikan oleh ekonomi agar falah tercapai,
yaitu (1) konsumsi; output atau komoditas apa dan berapa yang diperlukan agar
kemaslahatan maksimal tercapai; (2) produksi; bagaimana output dihasilkan agar
kemaslahatan maksimal tercapai; dan (3) distribusi; bagaimana 'sumber daya dan
output didistribusikan agar setiap individu mendapatkan mashlahah yang maksimal.
5. Ekonomi merupakan bagian integral dari ajaran Islam, dan karenanya ekonomi
Islam akan terwujud hanya jika ajaran Islam diyakini dan dilaksanakan secara
menyeluruh. Ekonomi Islam mempelajari perilaku ekonomi individu-individu yang
secara sadar dituntun oleh ajaran Islam Alquran dan Sunnah dalam memecahkan
masalah ekonomi yang dihadapinya. 6. Secara umum, ekonomi Islam didefinisikan
sebagai suatu cabang ilmu• pengetahuan yang berupaya untuk memandang, meneliti, dan
akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan ekonomi dengan cara-cara yang
Islami. Yang dimaksudkan dengan cara-cara Islami di sini adalah cara-cara yang
didasarkan atas Alquran dan Sunnah. Jadi, ilmu ekonomi Islam mendapatkan segala aspek
tujuan, metode penurunan ilmu, dan nilai-nilai yang terkandung pada agama Islam.
7. Ekonomi Islam tidak mendikotomikan antara aspek normatif dan positif dalam ilmu.
Dalam pandangan positivisme, ekonomi (konvensional) hanya mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang ada, dan memisahkan aspek 'petunjuk' yang datang dari selain
individu pelaku ekonomi, seperti kebijakan pemerintah ataupun etika sosial. Aspek ini
dipandang sebagai sesuatu yang normatif. Ekonomi Islam mempelajari apa yang (akan dan
telah) terjadi pada individu dan masyarakat yang perilaku ekonominya diilhami oleh nilai-
nilai Islam.
.8. Ekonomi Islam dibangun atas dasar perilaku individu yang rasional Islami. Rasional
Islami dalam hal -ini tidak dimaknai sebagai rasional sempit, melainkan perilaku logis bagi
setiap individu yang sadar dan perhatian untuk memperoleh fa1ah. Hal ini menuntut manusia
untuk bervisi dan berprinsip jangka panjang. Dalam hal tertentu, manusia akan
mengorbankan kepentingan duniawinya untuk mendapatkan kesejahteraan akhirat atau
melakukan tindakan etis yang mengorbankan kepentingan individu atau material demi
memperoleh mashlahah yang lebih besar. Perilaku etis dipandang sebagai perilaku rasional
ketika sejalan dengan nilai-nilai falah.
9. Kebenaran ilmiah dalam ekonomi Islam didasarkan atas dua hal, yaitu kebenaran mutlak
dan kebenaran relatif. Kebenaran mutlak hanya berasal dari wahyu Aiquran dan Sunnah-
dan turunannya, sedangkan kebenaran relatif bersumber dari fenomena alam semesta.
Ketika kebenaran ditemukan dari wahyu, maka tetap dianggap sebagai kebenaran ilmiah
meskipun tidak dijumpai fakta
yang cukup mendukung. Namun, kebenaran yang diperoleh dari pengamatan fakta baru
dapat dikatakan sebagai kebenaran ketika tidak bertentangan dengan kebenaran wahyu. Jika
kebenaran faktual ini belum didukung oleh kebenaran wahyu, maka belum dapat dianggap
sebagai ilmu ekonomi Islam melainkan sebagai bukti sementara dan sebatas proses untuk
mendapatkan kebenaran ilmiah.
Konsep-konsep Penting
Falah
Mashlahah
Masalah dasar ekonomi
Kaffah
Ekonomi normatif
Ekonomi positif
Rasionalitas Ekonomi Islam
Syariah Islam
Figh Mu'amalah
Kaidah Figh
Kebenaran dan kebaikan