Metabolisme Otot

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Metabolisme Otot

METABOLISME OTOT

A. Metabolisme Umum

Pemecahan ATP oleh ATPase pada miosin menyediakan energy untuk power stroke (tarikan
filament tipis ke posisi dimana diikat). Pengikatan molekul ATP yang baru pada miosin
menyebabkan pelepasan jembatan silang dari filament aktin pada akhir power stroke, sebagai
bagian dari siklus (ATP ini dipecah bertahap). Transport aktif kalsium ke SR selama relaksasi
memerlukan ATP. ATP yang tersedia pasa otot dalam jumlah yang terbatas. Keratin fosfat,
merupakan energy simpanan otot, yaitu ATP yang mengandung fosfat berenergi tinggi.
Kekurangan kreatin fosfat menyebabkan pemecahan simpanan glikogen menjadi glukosa dan
glikolisis. Dalam kondisi aerob, oksidasi fosforilasi terjadi pada mitokontria otot.
Perbedaan tipe serabut otot skelet telah digambarkan sebelumnya, pada umunya serabut otot
skelet berkontraksi lambat, serabut ekonomis dengan metabolism aerobic dari sumber lipid
dan serabut berkecepatan tinggi menggunakan energy karbohidrat hanya jika diperlukan
ketika kebutuhan meningkat. Otot polos sangat ekonomis karena mempunyai rasio miosin-
aktin yang rendah, aktivitas ATPase rendah dan kecepatan kontraksi rendah. Hal ini cocok
untuk otot spinkter dan otot pemeras yang lambat.
Otot jantung berkontraksi cukup pelan, tetapi ini digunakan secara terus menerus dan
konsumsi energy total cukup tinggi. Hal ini sepenuhnya untuk produksi energy dan mencapai
laju metabolism tertinggi (dan ekstraksi oksigen arteri-vena tertinggi) dari beberapa jaringan
di dalam tubuh. Mitokondria menunjukkan 30-40% dari massa ventrikel jantung. Laju
metabolic yang tinggi ini menyebabkan masalah difusi yang serius di dalam otot jantung.
Terdapat densitas kapiler yang tinggi dan sel berukuran kecil, dengan permukaan tinggi untuk
rasio volume. Jaringan banyak mengandung mioglobin (untuk transport oksigen) dan keratin
fosfat (untuk transport energy). Organ jantung menunjukkan preferensi yang berbeda untuk
asam lemak bebas, badan keton dan laktat, tetapi memerlukan insulin untuk efisiensi ambilan
dan penggunaan glukosa.

B. Metabolisme Nukleotida

Linear 5’ AMP (bukan 3’5’ cyclic AMP) merupakan activator alosterik utama fosforilasi
glukosa dan fosfofruktokinase dan juga merupakan precursor immediate untuk hormone
adenosine local (vasodilator yang kuat yang dapat meningkatkan aliran darah untuk
mempercepat metabolism jaringan). Kosentrasi nukleotida adenine (AMP, ADP, ATP)
berhubungan dengan enzim myokinase yang mengkatalis reaksi reversible secara bebas.
ATP + AMP = ADP + ADP
Keseimbangan myokinase berarti bahwa [AMP] = [ADP]*[ADP]/[ATP]. Konsentrasi ADP
sitosolik secara normal sangat rendah, karena secara aktif diambil oleh mitokondria dalam
pertukaran ATP. Hal ini membuat 5’AMP sangat baik sekali sebagai indicator suplai energy
selular yang sangat sensitive pada semua jenis otot, termasuk di dalamnya semua jaringan
lainnya.
Linear 5’ AMP merupakan activator untuk protein kinase yang diaktivasi AMP (AMP-
activated protein kinase [AMPK]) yang merangsang ambilan glukosa oleh otot skelet selama
aktivitas dan di bawah kondisi stress metbolik. Hal ini tampaknya berperan penting pada
diabetes tipe-2. Jangan bingung AMPK denga protein kinase A (yang berespon terhadap 3’5’
cyclic AMP) karena fungsinya sangat berbeda. AMPK melindungi sel dari stress yang
menyebabkan kekurangan ATP oleh pemadaman jalur biosintesis yang membutukan ATP,
dimana PKA merupakan bagian system second messenger hormonal.
Siklus nukleotida purin merupakan gambaran otot skelet yang tidak seperti biasanya yang
melayani mengisi siklus Krebs dan zat antara pada glikolisis ketika kebutuhan energy sedang
tinggi. AMP dideaminasi untuk menghasilkan inosine monophosphate (IMP) yang dikonversi
menjadi adenilsuksinat dan kemudian kembali menjadi AMP. Efek total adalah konversi
aspartat yang tergantung AMP menjadi fumarat dan ammonia sewaktu beban kerja mekanik
meningkat. Proses dapat diulang karena simpanan aspartat kadang-kadang lebih besar
dibanding simpanan zat antara pada siklus Krebs, dan secara konstan diisi dari darah atau
simpanan protein otot internal.

C. Metabolisme Asam Amino

Otot skelet merupakan simpanan asam amino utama di dalam tubuh selama periode
kelaparan. Jaringan ini didegradasi sesuai kondisi, dan dilepaskan terutama berupa alanin dan
glutamine ke dalam darah. Asam amino ini membantu mempertahankan gula darah selama
kelaparan/puasa melalui proses glukoneogenesis di hepar, ginjal dan usus. Otot skelet kurang
aktif dalam menjalankan siklus urea (siklus Krebs), tetapi dapat melakukan transaminasi
hamper semua asam amino dan mendegradasi atom rangka karbonnya sejauh perantara siklus
Krebs, seperti siksinil KoA dan fumarat. Kelebihan senyawa antara, dikonversi melalui enzim
alosterik malat yang terikat NAD (NAD-linked “malic” enzyme), menjadi piruvat, yang akan
ditransaminasi menghasilkan alanin. Beberapa asam amino seperti serin dideaminasi menjadi
piruvat dan ammonia, yang didetoksifikasi menghasilkan glutamine. Dengan jalan ini,
kelebihan nitrogen akan dieksport dari otot ke hepar, ginjal dan usus untuk proses
selanjutnya.

D. Oksidasi pada otot merah dan glikolisis pada otot putih

Sebagai tambahan pada transfer fosforil seperti yang digambarkan di atas, ATP otot juga
dihasilkan oleh glikolisis dan fosforilasi oksidatif. Otot yang tergantung terutama pada
fosforilasi oksidatif untuk membentuk ATP memerlukan oksigen yang banyak. Untuk
menjamin ketersediaannya, otot dapat menyimpan oksigen sebagai oksimyoglobin. Otot
Oksidatif, otot yang mengandung myoglobin berwarna merah karena kandungan
myoglobinnya tinggi. Sedangkan otot yang glikolitik, kurang banyak mengandung myoglobin
sehinga berwarna putih. Otot ini umumnya mengandung simpanan glikogen yang melimpah
dan menghasilkan semua ATPnya berasal dari reaksi glikolisis. Perbedaan fungsional yang
utama antara sel otot merah dan putih adalah bahwa serabut yang putih menghasilkan ATP
melalui jalur reaksi yang pendek antara substrat (glukosa) dan ATP yang dihasilkan,
sedangkan pada otot merah jalur dari substrat (glukosa juga) menjadi ATP disertai banyak
tahapan reaksi (Glikolisis, siklus Krebsm dan transport electron) dan memerlukan proses
panajng. Sebagai konsekuensinya, otot skelet yang bekerja cepat tersusun dari terutama otot
putih glikolitik, sedangkan otot yang bekerja lambat seperti yang berfungsi untuk
mempertahamkan tonus otot umunya merupakan otot merah oksidatif.
Selama aktivitas otot, pamas akan dihasilkan sebagai prosuk sampingan dari metabolism.
Hanya 40% energy yang dilepaskan pada aktivitas otot yang berguna sebagai kerja, sisanya
60% dibuang sebagai panas, kadar panas yang berbahya dicegah dengan cara
radiasi/penyebaran panas dari kulit dan berkeringat.

E. Kekuatan Kontraksi Otot

Kekuatan kontraksi dipengaruhi oleh berbagai factor. Jumlah serabut otot yang berkontraksi,
semakin banyak serabut motor pada otot, semakin kuat kontraksi. Ukuran relative otot,
semakin besar ukurannya, semakin besar kekuatannya. Derajat regangan otot, kontraksi otot
yang paling kuat adalah ketika serat otot mencapai 80%-120% dari panjang normal saat
istirahat. Factor-faktor yang menentukan kekuatan otot adalah :
1. Jumlah persentase unit motot yang berperan dalam kontraksi
2. Jumlah relative unit yang tidak sinkron terhadap arah gerakan
3. Ukuran unit motorik
4. Aliran darah melalui jaringan
5. Panjang serabut (myofilament overlap)
6. Diameter serabut, jumlah serabut di dalam otot
7. Lama aktivitas (tingkat kelelahan)
8. Jenis serabut pada otot (serabut merah, putih, intermediate)
9. Adanya summation, tetanus dll
10. Factor intrinsic (ATPase, densitas jembatan-x)
Kecepatan kontraksi ditentukan dengan kecepatan ATPase memecah ATP. Ada dua jenis
serabut otot yaitu tipe cepat dan tipe lambat. Jalur pembentukkan ATP ada dua macam yaitu
serabut oksidatif (menggunakan jalur aerobic) dan serabut glikolitik (menggunakan glikolisis
anaerob). Dari kedua definisi tersebut bias dibedakan 3 jenis otot yaitu:
1. Serat oksidatif lambat; berkontraksi pelan, mempunyai aktivitas ATPase myosin yang
lambat dan tahan kelelahan.
2. Serat oksidatif cepat; berkontraksi cepat, mempunyai ATPase myosin yang cepat dan
mempunyai resistensi terhadap kelelahan yang moderate (pertengahan).
3. Serat glikolitik cepat; berkontraksi cepat, mempunyai ATPase myosin yang cepat dan
mudah lelah.
Latihan aerobic menghasilkan peningkatan jumlah kapiler ototm jumlah mitokondria dan
sintesis mioglobin. Latihan tahanan/beban (khususnya anaerobic) menghasilkan hipertrofi
otot dan peningkatan mitochondria, myofilamen, dan simpanan glikogen. Beban pada otot
unutk bekerja mendukung peningkatan kekuatan otot. Otot dapat beradaptasi terhadap
peningkatan kebutuhan. Otot harus diberi beban berlebih untuk menghasilkan peningkatan
kemampuan selanjutnya.
Hubungan kekuatan dan perlakuan berbagai kondisi
Kekuatan kontraksi dipengaruhi oleh ukuran otot dan susunan otot. Ukuran unit motorik dan
perekruitan unit motorik, dan panjang otot saat awal kontraksi. Latihan beban atau
hambatan/tahanan (angkat beban), akan merangsang pembesaran sel akibat sintesis
miofilamen yang banyak. Latihan daya tahan (senam aerobic) menghasilkan peningkatan
mitokondria, glikogen dan densitas kapiler. Atrophy; penurunan ukuran otot. Otot yang tidak
digunakan atau digunakan hanya dalam kontraksi lemah dapat mengalami atrophy. Hal ini
akibat serabut otot secara progresif memendek, bagian tubuh dibiarkan kontraksi pada posisi
berpilin. Hipertrofi terjadi jika kontraksi otot sedikitnya 75% dari tegangan maksimum.

Sumber : Saryono, 2011. BIOKIMIA OTOT. Yogyakarta:Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai