Anda di halaman 1dari 2

Aqidatul Iman sebagai Benteng Akidah di Jaman Fitnah

Oleh : Rifki Septian


Mahasiswa Teknik Sipil UNS

“Wujud qidam baqo mukhalafatullil hawadits kiyamuhu binafsihi………….”

Sayup-sayup terdengar dari toa masjid bersahutan lantang suara anak kecil dengan
semangat mengumandangkan puji-pujian kepada Allah SWT menjelang pelaksanaan
salat fardu’. Begitulah gambaran masa kecil penulis di kampung halaman di Kota
Tasikmalaya. Pada masa itu, penulis sekedar hafal dan senang menyanyikan nadhom
tersebut, sebab membuat semangat dan ada kesenangan tersendiri apabila diberi
kesempatan memegang mikropon masjid.

Belasan tahun berselang, banyak ilmu diperoleh dari berbagai sumber baik pendidikan
formal maupun non-formal. Dari situlah penulis mendapati lingkungan sosial yang
beragam. Lingkungan sosial tersebut memunculkan pemikiran dari berbagai isi kepala
yang berbeda yang mengantarkan pada pemikiran-pemikiran dan aliran baru sesuai
dengan latar belakang masing-masing.

Belakangan, semenjak merantau ke kota Surakarta, banyak ditemui berbagai macam


aliran yang berbeda dalam hal furu’ (cabang) tidak sedikit hal tersebut dibumbui oleh
urf’ (Adat kebiasaan) sebagai kearifan lokal yang menyimpan corak khas kebudayaan
sekitar. Namun demikian, alangkah mengejutkan ketika faktanya ternyata ikhtilaf
(Perbedaan) itu tidak hanya ditemui dalam hal furu’ ada juga perbedaan dalam hal
Akidah. Beberapa rekan yang ditemui ternyata memiliki perbedaan pandangan pada
sifat-sifat allah bagaimana mengimaninya serta cara implementasinya dalam ibadah.
Sulit dipercaya, rasa penasaran membuat penulis akhirnya mencoba mengikuti kajian
akidah bersama rekan tersebut di tempat di mana ia memperoleh ilmu tersebut. Dan
benar saja, banyak sekali ikhtilaf dengan pandangan penulis.
Imam syafi’i pernah berkata “Nanti di akhir zaman akan banyak Ulama yang
membingungkan umat, sehingga umat bingung dalam memilih mana yang Warosatul
Anbiya dan mana yang Ulama Suu’ yang menyesatkan ummat”

Muncullah kebingunan dalam diri. Namun demikian, sayup-sayup nadhom tadi


kembali terngiang-ngiang dan mengingatkan pada masa lalu. Mungkin ini adalah ilham
atau petunjuk dari Allah S.W.T dalam rangka menyelesaikan kebingungan yang
dirasakan penulis.

Kemudian penulis berkesimpulan bahwa ternyata nadhom Aqidatul Iman adalah


langkah Tarbiyyah yang paling tepat dalam mendidik generasi muda maupun anak-
anak sehingga pemahaman akidah tersebut mengakar dalam pikiran dan tidak akan
mudah lepas. Kitab Tijan Ad-Daruri karangan As-Syaikh Ibrahim Al-Bajuri telah
memberikan pemahaman sejelas-jelasnya dari yang ada di dalam Aqidatul Iman
sehingga kita tidak tersesat dan terjebak oleh argumentasi di luar pemahaman tersebut.

Maka dari itu, di jaman fitnah seperti ini mendasari diri, anak-anak, keluarga maupun
sanak saudara dengan Nadhom Aqidatul Iman adalah hal penting agar kita tidak tersesat
ataupun disesatkan oleh pihak manapun.

Semoga diri kita maupun keluarga kita senantiasa ada dalam lindungan Allah dari
berbagai fitnah zaman.

Anda mungkin juga menyukai