Anda di halaman 1dari 7

KH. AHMAD SIRAJ PENDIRI THORIQOH NAQSYABANDIYAH.

DI UNDAAN,
KUDUS

Maulana Ibrahim, Bakhrun Nafais, Zulfaidzah Khoirun Nisa’, Fadila Salsabela

Institut Agama Islam Negeri Kudus

Zulfaidzah27@gmail.com, fadillabella456@gmail.com, maulanaibrahim69685@gmail.com,

ABSTRAK

Tujuan penulis menulis artikel ini adalah, menjelaskan pendiri thoriqoh naqsyabandiyah di
Undaan, Kudus yang dijadikan pedoman di kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Mengenai
pembahasan yang akan dibahas dalam artikel ini adalah, Sejarah dan Pengamalan Thoriqoh
Naqsyabandiyah di Undaan, Kudus. Kemudian, metode penelitian yang akan digunakan
dalam menulis artikel ini adalah penelitian lapangan (field search) yang berbentuk studi kasus
yang bersifat deskriptif analisis. Penelitian ini berupaya mencari dan menggunaan data-data
yang bersifat kulitatif yaitu kata-kata ata ungkapan, pendapat-pendapat, dari subyek
penelitian baik berupa kata-kata secara lisan maupun tulisan. Kemudian hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa munculnya tarekat naqsabandiyah bisa dikatakan bahwa tarekat ini
muncul bukan karena adanya keinginan masyayikh namun juga keinginan masyarakat serta
niatan untuk belajar tariqhoh.

Kata Kunci : Thoriqoh Naqsabandiyah

ABSTRACT

The author's purpose in writing this article is to explain the founder of thoriqoh
naqsyabandiyah in Undaan, Kudus which is used as a guide in everyday life by the
community. Regarding the discussion that will be discussed in this article, the History and
Practice of Thoriqoh Naqsyabandiyah in Undaan, Kudus. Then, the research method that will
be used in writing this article is field research in the form of case studies with descriptive
analysis. This study seeks to find and use qualitative data, namely words or expressions,
opinions, from research subjects in the form of words orally and in writing. Then the results
of this study conclude that the emergence of the Naqsabandiyah tarekat can be said that this
tarekat emerged not because of the desire of the community but also the desire of the
community and the intention to learn tariqhoh.

Keywords : Thoriqoh Naqsabandiyah

PENDAHULUAN

Salah satu ajaran tarekat yang banyak diikuti pengikut di Indonesia adalah Tariqhoh
Naqsyabandiyah al-Khalidiyah. Tarekat ini berhulu pada diri Nabi Muhammad SAW yang
kemudian mengalir kepada sayyidina Abu Bakar as-Siddiq R.A, sahabat kesayangan Nabi
Muhammad SAW dan khalifah yang pertama, yang telah menerima ilmu istimewa seperti
diterangkan Nabi Muhammad SAW sendiri, “Tidak ada sesuatu pun yang dicurahkan Allah
ke dalam dadaku, melainkan aku mencurahkan kembali ke dalam dada Abu Bakar”. Pada
abad 1 Hijriyah orang islam belum mengenal istilah tasawuf, tetapi benih-benihnya sudah
tampak, seperti pada diri Abu Bakar. Dan pada masa itu banyak sekali ditemui perilaku atau
sifat-sifat yang dimiliki Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, yang mencirikan
pengajaran dan amalan ilmu tasawuf.

Thariqah berasa dari kata bahasa Arab yang berarti “jalan”, setara dengan kata “path” atau
“way” dalam bahasa Inggris. Tariqhoh, atau tarekat, dalam konteks agama Islam, berarti jalan
pertaubatan untuk kembali kepada Allah melalui jalan penyucian jiwa dan penyucian hati.

Keberadaan thariqhoh Naqsyabandiyah sudah ada sebelum periode tahun 1960 an. Ini
terbukti dengan adanya KH. Muhammad Arwani berguru ilmu tarekat Naqsyabandiyah
adalah kepada kyai Sirajuddin di Undaan Kudus. Hal ini menandakan bahwa tariqhah
tersebut sudah ada, hanya saja perkembangan yang cukup pesat terjadi adalah pada masa
beliau pulang dari menimba ilmu tariqhoh di Solo .Sebenarnya munculnya tariqhoh
Naqsyabandiyah di Kudus ini yang mempelopori adalah kyai Hambali Sumardi. Dimana pada
saaat itu di Kudus dan sekitarnya sangat membutuhkan adanya sentuhan thariqhoh, hal ini
terbukti dengan banyaknya masyarakat yang saat itu selalu datang ke kediaman kyai Arwani
dan kyai Hambali. Dengan banyaknya desakan dari masyarakat kepada kyai Arwani untuk
mendirikan thariqhoh Naqsyabandiyah yang tujuannya untuk menyelamatkan masyarakat
awam, terutama mereka yang sudah tua agar terhindar dari suul khotimah, dimana
masyarakat awam sangat membutuhkan bekal untuk berpandang ukhrowi (spiritual), untuk
mengimbangi hal-hal keduniawian dan untuk menguatkan atau meuwujudkan ukhuwah
Islamiyah. Karena adanya kenyataan tersebut, maka simbah KR. Arwani meminta petunjuk
kepada syekh Mansur (Solo). Dan mengutaraan hal tersebut ternyata didukung sepenuhnya
oleh syaikh Mansur dan di anjurkan untuk segera mendirikan thariqhoh Naqsabandiyah di
Kudus. Setelah tarekat Naqsyabandiyah berdiri didaerah tersebut beranggotakan kurang
lebihnya ada 25 orang yang mula-mulanya mereka kebanyakan berasal dari daerah Kudus,
dan juga berasal dari beberapa anggota yang pernah menyantri pada beliau. Dari 25 orang
inilah kemudian mereka ikut berperan serta menyebar luaskan keberadaan kegiatan thariqhoh
Naqsyabandiyah dan sampai sekarang pengikut dari thariqoh Naqsyabandiyah sudah lebih
dari 1000 orang anggota.

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tarekat Naqsabandiyah Kholidiyah merupakan salah satu dari sekian banyak tarekat
yang ada di Indonesia dan sudah dikenal oleh masyarakat di daerah Kudus dan
sekitarnya.Tarekat Naqsabandiyah sebenarnya sudah ada sebelum periode tahun 1960 an. Ini
terbukti dengan adanya KH Muhammad Arwani berguru ilmu tarekat Naqsabandiyah
Kholidiyah adalah kepada kyai Syirojuddin di Undaan Kudus. Hal ini menandakan bahwa
tarekat tersebut sudah ada, hanya saja perkembangan yang cukup pesat terjadi adalah pada
masa beliau pulang dairi menimba ilmu di solo. Sebenarnya munculnya tarekat
Naqsabandiyah Kholidiyah di kudus ini yang mepelopori adalah kyai Hambali. Dengan
banyaknya desakan dari masyarakat kepada kyai Arwani untuk mendirikan tarekat
Naqsabandiyah Kholidiyah yang tujuannya adalah untuk menyelamatlam masyarakat awam.

Selain tawajuhan, para pengikut tarekat Naqsabandiyah kholidiyah juga melaksanakn


kegiatan khalwat atau suluk. Khalwat adalah mengandung pengertin belajar menetapkan hati,
melatih jiwa dan hati itu berkekalan ingat kepada Allah dan dengan demikian tetap
memperhambakan diri kepada Allah SWT. Biasanya di kalangan pengikut tarekat, mereka
sering mengartikan sama saja antara khalwat dengan suluk. Namun berbeda halnya dengan
adanya tarekat Naqsabandiyah mereka mengartikan khalwat itu lebih umum di bandingkan
dengan suluk. Suluk adalah memisahkan diri (menyendiri) dari keluarga dan melakukan
wirid.

Landasan pokok ajaran yang thoriqoh adalah alqur’an dan hadits.

‫َوأَن لَّ ِو ا ْستَقَا ُموا َعلَى الطَّ ِر‌يقَ ِة أَل َ ْسقَ ْينَاهُم َّما ًء َغ َدقًا‬
Dan sekiranya mengkokohkan diri di atas thariqah, sungguh Kami akan benar-benar
memberikan pada mereka air yang menyegarkan. – QS. Al-Jin [72]: 16 6

Sumber ajran thariqoh dari Rasulullah dan turun kepada sahabat kemudian para tabiin
dan para masyayech sesuai dengan thariqoh mu’tabarah. Pokok ajaran dalam thariqoh adalah
berdikir kepada Allah. Dalam berthoriqoh tidak ada paksaan untuk masuk atau ikut thoriqoh
hanya saja yang terpanggil hatinya. Ajaran thariqoh bersifat tertutup hanya terbatas yang
sudah ikut baiat thoriqoh saja karena pada waktu itu Rasulullah menyampaikan thoriqoh tdk
kepada semua masyarakat umum namun hanya disampaikan kepada shahabat tertentu saja
seperti sahabat Abu Bakar As-Shiddiq dan sahabat Ali bin Abi Thalib.

Ibnu Taymiyah seorang ulama besar fiqih yang dijuluki “Syaikhul Islam”, menulis
dalam Majmu’a Fatwa: “Istilah ‘tasawuf’ ditujukan kepada ilmu-ilmu yang terkait dengan
penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan Al-Ihsan”. Kemudian lanjut beliau, “ As-Sufi huwa fil
haqiqa nau’un min as-siddiqin. Fa huwa as-siddiq alladzi ikhtassa bil zuhadi wal’ibada”. Sufi
pada hakikatnya adalah termasuk siddiq, yakni siddiq yang mengkhususkan diri zuhud dan
ibadah. Istilah-istilah seperti “sufi”, “tasawuf”, “irfan”, “tazkiyatun-nafs”, “darwis”,
“thariqah”, semua itu hanyalah label (penamaan) yang hadir setelah masa Rasulullah SAW
— untuk menunjuk khazanah-khazanah yang lahir dari aspek Ihsan dalam agama itu sendiri.
Jika kita mengatakan bahwa ilmu tasawuf atau thariqah tidak ada tuntunannya di jaman
Rasulullah SAW dan merupakan bid’ah, maka itu seperti halnya mengatakan bahwa ilmu
hadits adalah bid’ah dan sesat, karena pada jaman Rasulullah SAW tidak ada ilmu hadits —
bahkan penulisan hadits sendiri pada masa itu dilarang oleh Rasulullah SAW karena
dikhawatirkan akan tercampur dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Janganlah kalian menulis sesuatu
dariku kecuali Al-Qur’an. Barangsiapa menulis sesuatu dariku kecuali Al-Qur’an, hapuslah.
— (HR. Muslim, Ahmad).

Demikian juga berbagai aspek dari disiplin-disiplin ilmu lain seperti ilmu tajwid
(teknik membaca Al-Qur’an), ilmu tafsir, dan ilmu tauhid, tidak serta merta dapat dianggap
bid’ah dan sebuah kesesatan hanya lantaran pada jaman Rasulullah hal-hal semacam ini tidak
ada. Sehingga kita, kaum Muslim, memandang konsep bid’ah lebih kepada tujuan, dan bukan
cara dalam pencapaiannya. Imam Syafi’i mengatakan, “Sesuatu yang memiliki landasan
(mustanad) dari syari’at (Al-Quran dan Sunnah) maka itu bukanlah bid’ah, sekalipun Kaum
Muslim awal tidak melakukannya”. Setiap muslim diharapkan dapat menegakkan ketiga
aspek besar Diin Al-Islam dalam dirinya, yaitu: Iman (tauhid), Islam (syari’at), dan Ihsan
(tasawuf). Rasulullah SAW bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-
akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka Dia melihat engkau.” — (HR.
Muslim). Tidaklah menjadi muslim yang kaffah (yang sesungguhnya, yang seutuhnya) jika
hanya berpegang kepada salah satu atau dua dari ketiga aspek itu — mustilah ketiga-
tiganya.Thariqah adalah sebuah jalan pertaubatan, melalui jalan penyujian jiwa (tazkiyatun
nafs) dan pembersihan hati (qalb), meruntuhkan aspek-aspek buruk di dalam diri demi
memunculkan kesejatian diri yang haqq. Hingga hatinya pun takut, rindu dan berharap agar
langkahnya senantiasa selaras dengan kehendak-Nya, karena “seakan-akan ia melihat-Nya”.
Ini semua, tak lain tak bukan, harapan demi sebuah perjumpaan dengan-Nya.

‫صـلِ ًحا{ َواَل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َد ِة َربِّ ِٓۦه أَ َح ۢ ًدا‬ ۟ ‫ان يَرْ ج‬


َ ‫ُوا لِقَآ َء َربِِّۦه فَ ْليَ ْع َملْ َع َماًل‬ َ ‫فَ َمن َك‬
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal
shalih dan janganlah ia mempersekutukan apapun dalam beribadah kepada Tuhannya. —
(Q.S. Al-Kahfi [18]: 110)

Perjalanan menuju Allah adalah perjalanan mentransformasi diri—termasuk seluruh


pemikirannya, syahwat dan hawa nafsunya, cara pandangnya, akhlak dan sikapnya. Ketika
seseorang mencapai kematangan tertentu, mengalami manis dan pahitnya kehidupan di dunia,
akan muncul kebutuhan akan sesuatu yang lebih esensial dari sekedar memutar roda
kehidupan berulang-ulang, dari pagi dan petang, mengukur jalanan, mengisi perut dan
kebutuhan-kebutuhan yang tidak kunjung membahagiakannya. Di titik ini, seseorang akan
merasakan sebuah panggilan untuk bergerak mencari sesuatu yang justru dekat dengan
dirinya sendiri.

۟ ‫ك ِعبَا ِدى َعنِّى فَإنِّى قَريبٌ ۖ أُ ِجيبُ َد ْع َوةَ ٱل َّداع إ َذا َد َعان ۖ فَ ْليَ ْستَ ِجيب‬
‫ُوا‬ َ َ‫َوإِ َذا َسأَل‬
ِ ِ ِ ِ ِ
۟ ُ‫لِى َو ْلي ُْؤ ِمن‬
َ ‫وا بِى لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ُش ُد‬
‫ون‬
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. – (Q.S.
Al-Baqarah [2]: 186)

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Achyar, Eldin, Dakwah Stratejik (Jakarta: Pustaka Tarbiatuna, 2003),72. UIN Suska
Riau,terakhir di akses tanggal 17 Juni http://repository.uin-suska ac.id
Sri, Mulyati, Tarekat-tarekat Muktabarah, 91. UIN Suska Riau, terakhir di akses tanggal 17
Juni. http://repository.uin-suska ac.id

Wikipedia. Undaan Kudus .https://id.wikipedia.org/wiki/Undaan,_Kudus(Terakhir di akses


tanggal 16 Juni)

Wikipedia, Undaan Kudus .https://id.wikipedia.org/wiki/Undaan,_Kudus . (Terakhir di akses


tanggal 16 Juni 2021)

Muslihin, S.Pd.I. M.Pd.I profil tarekat Naqsyabandiyah,


https://www.referensimakalah.com/2012/11/profil-tarekat-naqsabandiyah-kholidiyah.html
(erakhir di akses tanggal 17 juni 2021)

Qudsiyah, Thariqoh Dalam Islam. https://www.qudusiyah.org/id/tarekat/konsep-


thariqah/thariqah-islam/ (diakses pada 17 Juni 2021)

Qudsiyah, FAQ: Pertanyaan Umum. https://www.qudusiyah.org/id/faq/ (diakses pada 18 Juni


2021)

Anda mungkin juga menyukai