Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 7

- ELMA DAMAYANTI ( 18020124045 ) PSR B 18


- TRI WIDYA WATI ( 18020124047 ) PSR B 18

BAB X
ESTETIKA ASKIOLOGIS
A. Nilai
Nilai merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur sifat positif atau
negatif dari sesuatu. Positif /negatif dapat berupa baik atau buruk sebagaimana ukuran
etika; atau indah/jelek seperti untuk estetika pada umumnya ; atau menarik atau tidak
menarik. Karena nilai berkutub positif/negatif , tinggi/ rendah, atau banyak/sedikit, maka
suatu objek dapat bernilai positif atau negatif. Dengan demikian objek bisa dikatakan
menarik atau tidak menarik.
Saussure beranggapan bahwa benda memiliki nilai jika dapat dipertukarkan
untuk hal lain yang berbeda, atau dibandingkan dengan hal lain yang serupa.
Risieri Frondizi menyatakan bahwa nilai tidak ada untuk dirinya sendiri, ia
membutuhkan pengemban untuk berada. Nilai bukan merupakan benda atau unsur dari
benda, melainkan sifat atau kualitas yang dimiliki objek tertentu.
Max Scheler berpendapat bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung
pada pembawaannya. Ia membedakan konsep tentang nilai dengan nilai itu sendiri.
Benda bernilai adalah pembawa nilai. Seperti benda pembawa warna.

B. Nilai antara Objektif dan Subjektif


Diskusi panjang aksiologis dalam estetika terjadi untuk menentukan letak
keindahan, apakah ada di objek atau subjek. Tiga pendapat muncul dalam wacana
ini:keindahan objek, keindahan subjektif, dan keindahan subjektif –objektif.
Keindahan objektif melihat keindahan sebagai sifat yang melekat pada objek,
terlepas dari pengamat; spectator hanya menemukan atau menyingkap sifat indah yang
sudah ada pada suatu benda yang sama sekali tidak mampu mempengaruhi atau
mengubahnya. Dengan kata lain keindahan objektif, keindahan terletak pada objek
estetik. Contohnya, dalam sebuah lukisan, keindahan terletak pada garis,warna, bentuk,
tekstur, komposisi, proporsi atau hal-hal kebentukan lainnya. Keindahan objektif antara
lain dijumpai pada pendapat Plato, Thomas Aquinas, dan Muhammad Iqbal.
Sebaliknya, keindahan subjektif menyatakan bahwa ciri-ciri keindahan pada
suatu suatu objek sesungguhnya tidak ada; keindahan hanayalah tanggapan perasaan
dalam diri subjek yang mengamati objek tersebut; keindahan semata-mata tergantung
pada penyerapan pengamat. Dengan demikian bersifat relative. Contohnya, sebuah film
akan menjadi indah karena seseorang mengalami perasaan keindahan ketika menonton
film tersebut; jika ia tidak mengalaminya maka film itu tidak dikatakan indah. Keindahan
subjektif disampaikan oleh John Locke, Jonathan Edwards, Immanuel kant, dan
Bennedetto Croce.
Sementara itu, kubu campuran subjektif-objektif merangkum kedua pendapat
diatas . keindahan muncul karena subjek mengalami pengalaman keindahan yang
dibangkitkan oleh property keindahan pada objek. Contohnya, desain tekstildikatakan
indah karena subjek mengalami pengalaman keindahan saat melihat bentuk desain tekstil
tersebut.

c. Upaya Perumusan Nilai Estetis


1. Kesatuan , Keragaman, dan Intensitas
Monroe Beardsley mengajukan tiga unsur yang menjadi sifat keindahan karya
seni, yaitu:
a. Kesatuan (unity) , ialah ikatan antara suatu nsur bentuk dengan unsur bentuk
lainnya untuk menimbulkan harmoni. Kesatuan suatu karya seni tergantung
pada relasi unsur pembentuknya. Elemen atau unsur artistik tersebut dalam
seni rupa disebut elemen visual yang terdiri dari garis, warna bidang, bentuk,
maupun tekstur. Elemen-elemen tersebut disusun dalam komposisi-komposisi
tertentu.

Gambar 10.1 Ornamen di Madrasah Ulugh Beg, Samarkand, awal abad ke-15; kesatuannya
diperoleh dengan pengulangan pola dan warna.

b. Intensitas (intensity),ialah penekanan afek estetis atau artistic pada suatu


objek. Intensitas karya seni dapat terjadi pada tataran bentuk maupun ekspresi.
Intensitas pada bentuk merupakan penekanan pada bentuk tertentu diantara
seluruh bentuk yang ada dalam suatu komposisi. Penekanan menimbulan
pusat perhatian ( center of interest ). Pusat perhatian dapat dibentuk dengan
cara membuat sesuatu yang berbeda, seperti membuat persegi diantara
lingkaran; warna panas diantara warna dingin dll.
Intensitas ekspresi merupakan penekanan emosi yang igin ditampilkan karya
seni, seperti kesedihan atau kelucuan. Suatu karya seni dapat menimbulkan
keriangan, kesuraman, atau kekerasan dalam tingkatan yang berbeda.
Gambar 10.2 Sudjana Karton, Leisure Time, 1986, cat minyak di kanvas, 110 x 140 cm;
menampilkan intensitas keriangan.

c. Keragaman ( diversity ), ialah variasi unsur yang termuat dalam karya seni.
Keragaman dan kesatuan merupakan hal yang saling terkait. Jika karya seni
menjadi kompleks dengan berbagai elemen yang berbeda, kesatuannya
mungkin akan berkurang; sebaliknya, jika tema atau elemen diulang,
perbedaannya akan semakin berkurang. Misalnya, harmoni pada lukisan hitam
putih akan lebih mudah dicapai dari pada berwarna.

Gambar 10.3 Krisna Murti,digital print di kanvas mengangkat ompleksitas tema

Digital print karya Krisna Murti, menunjukkan kompleksitas tema, yaitu


mencampurkan bentuk tradisional dengan modern.

2. Enam Asas Bentuk Estetis


De Witt Henry Parker merumuskan enam asas bentuk estetis ( a logic of aesthetic
form ), yaitu : asas kesatuan organis ( the principle of organic unity ), asas tema ( the
principle of theme ), asas variasi tematik ( the principle of thematic variation ), asas
keseimbangan ( the principle of balance ), asas perkembangan ( the principle of
evulotion), dan asas tata jenjang ( the principle of hierarchy ).
Pertama, asas esatuan organisasi merupakan kesatuan dari berbagai unsur ; jika
dibandingkan dengan rumusan Beardsley berarti mencakup kesatuan dan keseragaman
sekaligus. Kedua, asas tema terkait dengan pokok dominan dalamkarya seni. Ketiga asas
variasi tematik merupakan variasi atau kembangan tema disamping tema dominan tadi.
Keempat, asas keseimbangan merupakan distribusi tiap unsur secara tepat pada suatu
komposisi. Kelima, asas perkembangan dimadsudkan sebagai keutuhan suatu proses
bagian yang lebih awal menentukan bagian-bagian berikutna dan bersama-sama
menciptakan arti keseluruhan. Kelima, asas tata jenjang adalah pembedaan peran antara
tiap unsur , unsur satu dibuat lebih penting ketimbang unsur lain. Keenam, asas diatas
dapat dilihat dalam luisan Penangkapan Diponegoro (gb. 10.4)

Gambar 10.4 Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857, cat minyak dikanvas; memenuhi
enam asas bentuk esttetis

3. Golden Section
Golden section adalah perbandingan ( ratio ) dalam sebuah garis dengan rumus: a
ditambah b dibagi a sebanding dengan a di bagi b (gb. 10.5) . Jumlah pembagian tersebut
adalah phi atau 1.618

Gambar 10.5 Golden section Gambar 10.6 Golden rectangle


Perbandingan garis tersebut muncul dalampersegi panjang keemasan ( golden rectangle )
(gb. 10.6). cara membuatnya adalah sebagai berikut: pertama. Membuat persegi ( a-b-c-d
); kedua membagi sisi bawah persegi. ( a-b ) pada bagian tengah (g); ketiga, menarik
garis g-c lalu memindahkannya menjadi garis g-e ( g-c dan g-e sama panjang); keempat,
membentuk persegi panjang eemasan (a-e-f-d). Pada persegi panjang itu, garis a-b dibagi
garis b-e akan menghasilkan angka phi . Dengan demikian, garis a-b-e adalah golden
section.
Golden section banyak dijumpai di alam. Contohnya adalah proporsi daun (gb
10.7), proporsi daun (gb 10.7), proporsi kupu-kupu (gb. 10.8), bahkan letusan gunung
berapi (gb 10.9). Golden section juga terdapat pada berbagai perbandingan organtubuh
manusia (gb 10.10), termasuk bentuk DNA dan ritme detak jantung.

Gambar 10.7 Golden section pada daun Gambar 10.8 Golden section pada upu-kupu

Gambar 10.9 Golden section pada manusa Gambar 10.7 Golden section pada Parthenon
4. Deret Fibonacci
Golden section dikembangkan oleh Leonardo Pisanoyang lebih dikenal dengan
Fibonacci. Rumusnya disebut Deret Fibonacci. Pria kelahiran Pisa Italia 1175 itu
membuat dereta angka yang jika angka yang ada di depandibagi dengan angka yang ada
dibelakangnya akan menghasilkan angka phi 1.618. Deret angka tersebut adalah
1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377,610, dan seterusnya. Semakin besar pembagian
da angka yang berdekatan akan semakin mendekati angka phi. Berikut ini perhitungan : 2
/ 1 = 2.0; dan lain-lainnya.

Gambar 10.8 Golden section pada bunga Dendelion Gambar 10.9 Golden section pada telinga

Gambar 10.10 Golden section pada ombak Gambar 10.11 Golden section pada spiral

Anda mungkin juga menyukai