BAB X
ESTETIKA ASKIOLOGIS
A. Nilai
Nilai merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur sifat positif atau
negatif dari sesuatu. Positif /negatif dapat berupa baik atau buruk sebagaimana ukuran
etika; atau indah/jelek seperti untuk estetika pada umumnya ; atau menarik atau tidak
menarik. Karena nilai berkutub positif/negatif , tinggi/ rendah, atau banyak/sedikit, maka
suatu objek dapat bernilai positif atau negatif. Dengan demikian objek bisa dikatakan
menarik atau tidak menarik.
Saussure beranggapan bahwa benda memiliki nilai jika dapat dipertukarkan
untuk hal lain yang berbeda, atau dibandingkan dengan hal lain yang serupa.
Risieri Frondizi menyatakan bahwa nilai tidak ada untuk dirinya sendiri, ia
membutuhkan pengemban untuk berada. Nilai bukan merupakan benda atau unsur dari
benda, melainkan sifat atau kualitas yang dimiliki objek tertentu.
Max Scheler berpendapat bahwa nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung
pada pembawaannya. Ia membedakan konsep tentang nilai dengan nilai itu sendiri.
Benda bernilai adalah pembawa nilai. Seperti benda pembawa warna.
Gambar 10.1 Ornamen di Madrasah Ulugh Beg, Samarkand, awal abad ke-15; kesatuannya
diperoleh dengan pengulangan pola dan warna.
c. Keragaman ( diversity ), ialah variasi unsur yang termuat dalam karya seni.
Keragaman dan kesatuan merupakan hal yang saling terkait. Jika karya seni
menjadi kompleks dengan berbagai elemen yang berbeda, kesatuannya
mungkin akan berkurang; sebaliknya, jika tema atau elemen diulang,
perbedaannya akan semakin berkurang. Misalnya, harmoni pada lukisan hitam
putih akan lebih mudah dicapai dari pada berwarna.
Gambar 10.4 Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857, cat minyak dikanvas; memenuhi
enam asas bentuk esttetis
3. Golden Section
Golden section adalah perbandingan ( ratio ) dalam sebuah garis dengan rumus: a
ditambah b dibagi a sebanding dengan a di bagi b (gb. 10.5) . Jumlah pembagian tersebut
adalah phi atau 1.618
Gambar 10.7 Golden section pada daun Gambar 10.8 Golden section pada upu-kupu
Gambar 10.9 Golden section pada manusa Gambar 10.7 Golden section pada Parthenon
4. Deret Fibonacci
Golden section dikembangkan oleh Leonardo Pisanoyang lebih dikenal dengan
Fibonacci. Rumusnya disebut Deret Fibonacci. Pria kelahiran Pisa Italia 1175 itu
membuat dereta angka yang jika angka yang ada di depandibagi dengan angka yang ada
dibelakangnya akan menghasilkan angka phi 1.618. Deret angka tersebut adalah
1,1,2,3,5,8,13,21,34,55,89,144,233,377,610, dan seterusnya. Semakin besar pembagian
da angka yang berdekatan akan semakin mendekati angka phi. Berikut ini perhitungan : 2
/ 1 = 2.0; dan lain-lainnya.
Gambar 10.8 Golden section pada bunga Dendelion Gambar 10.9 Golden section pada telinga
Gambar 10.10 Golden section pada ombak Gambar 10.11 Golden section pada spiral