Saat ini industri bangunan komersial berkembang terus mengikuti perkembangan di dunia
usaha seperti contohnya Mall, Minimarket, Restoran, Ruko Dan lain-lain. Bangunan komersial
adalah bangunan yang sengaja di dirikan untuk menghasilkan keuntungan dari aktifitas
komersial bangunan tersebut dari pemiliknya. Didefinisikan dengan adanya kegiatan-kegiatan
yang berhubungan langsung dengan jual, beli, dan sewa. Faktor pencitraan dari bagunan tersebut
yaitu memiliki citra yang kuat dan bagus untuk daya tarik terhadap calon konsumen.
Salah satunya di daerah Bekasi mayoritas masyarakatnya adalah pekerja industri yang
berpotensi terhadap perkembangan ekonomi yang begitu pesat, karena sebagai salah satu daerah
penyangga DKI JAKARTA, di tambah dengan urbanisasi masyarakat dari berbagai daerah untuk
mengadu nasib, karena dearah Bekasi di tunjang oleh Kawasan Industri, berbagai macam
Hunian, missal Hotel, Apartemen, Perumahan, dan lain – lain. Pergerakan ekonomi yang cepat
ini membuat para investor bergerak cepat, kami sebagai salah satu investor juga ingin
membangun mall yang menggabungkan berbagai macam penunjang untuk memeriahkan suasana
pengunjung.
Konsep sebuah mall, sebagai bangunan pusat perbelanjaan telah membentuk ‘komunitas
budaya’ masyarakat perkotaan yang tunduk pada ‘hukum-hukum modernitas’ yang dibungkus
dalam pranata ekonomi. Seragam-seragam modernitas dapat menjadi tameng aman masyarakat
perkotaan dengan aksesoris-aksesoris modernitas yang ditawarkan dunia. Fenomenologi, sebagai
suatu metode melihat suatu objek, cukup berhasil menghadirkan penampakan-penampakan
gejala sosial masyarakat dunia mall. Secara sadar maupun tak sadar, fenomena kehidupan
manusia modern yang tampak dalam kehidupan mall memunculkan ciri-ciri cacat modern,
berupa kekaburan makna karena tumpukan keseolah-olahan. Lalu, bagaimana masyarakat
modern melakukan ‘self-healing’ terhadap cacat-cacat modern jaman ini? Sebuah ide penyadaran
masyarakat dengan cara komunikasi intersubjektif dalam masyarakat modern itu sendiri, kiranya
menjadi jalan untuk penyadaran manusia modern atas kepungan kepura-puraan.
Konsep pusat perbelanjaan seperti mall, sudah tidak asing lagi, terutama bagi kita yang
hidup dalam lingkungan kota besar seperti Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya. Kehadiran mall di
kota-kota besar tidaklah sulit untuk dicari, ditandai dengan mudahnya kita menyebut dan
menemukan pusat-pusat perbelanjaan yang tersebar luas di seluruh penjuru kota. Pembangunan
pusat perbelanjaan dari waktu ke waktu berjalan sangat pesat. Hampir semua wilayah
konsentrasi keramaian dan tempat tinggal masyarakat minimal memiliki satu pusat perbelanjaan.
Konsep pusat perbelanjaan sudah menjadi ‘pengawal’ hidup masyarakat modern saat ini. Tanpa
‘pengawal’ dengan ‘seragam’ budaya mall, seakan akan kehidupan masyarakat kota menjadi
kurang ‘aman’ dan terkesan mengisolasi kita (kembali) ke kebudayaan kuno, lawas, tidak up to
date. Maka tak heran, masyarakat modern perkotaan saat ini mengidentifikasikan kehidupan mall
menjadi bagian dari budaya kesehariannya.
Menilik dengan jeli sebuah ‘ekosistem sosial’ dalam sebuah pusat perbelanjaan seperti
mall adalah sesuatu yang menarik. Dengan memakai kacamata seorang fenomenolog dengan
pemahaman fenomenologi, kita dapat melihat penampakan-penampakan gejala dalam komunitas
STUDY LITERATUR
Perkembangan Pusat Perbelanjaan di Indonesia
Ritel merupakan salah satu industri paling dinamis. Kondisi sosial, ekonomi, demografi,
dan perubahan gaya hidup adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran dalam
tema dan konsep industri ritel. Oleh karena itu, seiring dengan perubahan keadaan ekonomi,
berbagai macam pusat perbelanjaan telah bermunculan di Indonesia.
Pusat Perbelanjaan
Pemilik dan pengelola pusat perbelanjaan harus mampu mengantisipasi perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam pasar dan dengan tanggap mengadaptasinya ke dalam pusat
perbelanjaan mereka sehingga selalu sesuai dengan gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan
berbelanja dari target pengunjung. Hubungan dan kerja sama yang dekat antara pengembang,
operator, pengelola, desainer, serta pemilik toko sangatlah penting untuk menciptakan dan
menjaga keberhasilan pusat perbelanjaan.
Elemen-ElemenPusat Perbelanjaan
a. Anchor (Magnet)
adalah transformasi dari "nodes", dapat juga berfungsi sebagai "landmark",
perwujudannya berupa plaza dan mall.
b. Secondary Anchor
adalah transformasi dari "district", perwujudannya berupa toko-toko pengecer, retail,
supermarket, superstore, bioskop, dll.
c. Street Mall
adalah transformasi bentuk "paths", perwujudannya berupa pedestrian yang
menghubungkan magnet-magnet.
d. Landscaping (Pertamanan)
adalah transformasi bentuk "edges", sebagai pembatas pusat pertokoan dengan tempat-
tempat luar.
KEBUTUHAN FUNGSI
Lokasi Perencanaan
Pemukiman
Area Industri
Tempat setrategis, arah utara dekat dengan SPBU kota deltamas, marketing office kota
deltamas, pintu tol cikarang timur.
Ke arah selatan daerah pemerintahan
Ke arah timur perumahan claster, GTV hotel
Ke arah barat kawasan industry
Tapak berada di daerah Deltamas, cikarang pusat. Disekitar lokasi terdapat marketing
galeri icon city, perumahan cluster hawai, berdekatan juga dengan kentor pemerintahan Bekasi.
IDENTIFIKASI LOKASI
Kriteria lokasi
Fungsi mall berpengaruh pada kegiatan masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi mall berdasarkan beberapa factor, kriteria, dan
pertimbangan:
Lokasi berada ditempat strategis dan dapat mendukung kebutuhan masyarakat.
Berada dijalur utama kota deltamas dan memiliki pencapaian yang mudah dengan sistem
transportasi dan kondisi jalan yang baik dan lancar,
Berada di kawasan industry kota Bekasi.
Memiliki jaringan utilitas yang baik, seperti air bersih, telepon, listrik, dan pembuangan
limbah,
Bentuk tapak yang besar dan mempermudah proses perancangan,
Memiliki nilai komersil didukung dengan adanya potensi sekitar tapak.
ANALIS FISIK
1
4. Pom Bensin
5. Perumahan Hawaii
2. Rumah Makan Alam Sari
6. Icon city
3. Kantor Pemasaran
4 2
KLIMATOLOGI
Arah Matahari
Arah Angin
: Bangunan Mall
: Tempat parkir