Anda di halaman 1dari 26

Fenomenologi Masyarakat

Saat ini industri bangunan komersial berkembang terus mengikuti perkembangan di dunia
usaha seperti contohnya Mall, Minimarket, Restoran, Ruko Dan lain-lain. Bangunan komersial
adalah bangunan yang sengaja di dirikan untuk menghasilkan keuntungan dari aktifitas
komersial bangunan tersebut dari pemiliknya. Didefinisikan dengan adanya kegiatan-kegiatan
yang berhubungan langsung dengan jual, beli, dan sewa. Faktor pencitraan dari bagunan tersebut
yaitu memiliki citra yang kuat dan bagus untuk daya tarik terhadap calon konsumen.
Salah satunya di daerah Bekasi mayoritas masyarakatnya adalah pekerja industri yang
berpotensi terhadap perkembangan ekonomi yang begitu pesat, karena sebagai salah satu daerah
penyangga DKI JAKARTA, di tambah dengan urbanisasi masyarakat dari berbagai daerah untuk
mengadu nasib, karena dearah Bekasi di tunjang oleh Kawasan Industri, berbagai macam
Hunian, missal Hotel, Apartemen, Perumahan, dan lain – lain. Pergerakan ekonomi yang cepat
ini membuat para investor bergerak cepat, kami sebagai salah satu investor juga ingin
membangun mall yang menggabungkan berbagai macam penunjang untuk memeriahkan suasana
pengunjung.
Konsep sebuah mall, sebagai bangunan pusat perbelanjaan telah membentuk ‘komunitas
budaya’ masyarakat perkotaan yang tunduk pada ‘hukum-hukum modernitas’ yang dibungkus
dalam pranata ekonomi. Seragam-seragam modernitas dapat menjadi tameng aman masyarakat
perkotaan dengan aksesoris-aksesoris modernitas yang ditawarkan dunia. Fenomenologi, sebagai
suatu metode melihat suatu objek, cukup berhasil menghadirkan penampakan-penampakan
gejala sosial masyarakat dunia mall. Secara sadar maupun tak sadar, fenomena kehidupan
manusia modern yang tampak dalam kehidupan mall memunculkan ciri-ciri cacat modern,
berupa kekaburan makna karena tumpukan keseolah-olahan. Lalu, bagaimana masyarakat
modern melakukan ‘self-healing’ terhadap cacat-cacat modern jaman ini? Sebuah ide penyadaran
masyarakat dengan cara komunikasi intersubjektif dalam masyarakat modern itu sendiri, kiranya
menjadi jalan untuk penyadaran manusia modern atas kepungan kepura-puraan.
Konsep pusat perbelanjaan seperti mall, sudah tidak asing lagi, terutama bagi kita yang
hidup dalam lingkungan kota besar seperti Jakarta, Bekasi, dan sekitarnya. Kehadiran mall di
kota-kota besar tidaklah sulit untuk dicari, ditandai dengan mudahnya kita menyebut dan
menemukan pusat-pusat perbelanjaan yang tersebar luas di seluruh penjuru kota. Pembangunan
pusat perbelanjaan dari waktu ke waktu berjalan sangat pesat. Hampir semua wilayah
konsentrasi keramaian dan tempat tinggal masyarakat minimal memiliki satu pusat perbelanjaan.
Konsep pusat perbelanjaan sudah menjadi ‘pengawal’ hidup masyarakat modern saat ini. Tanpa
‘pengawal’ dengan ‘seragam’ budaya mall, seakan akan kehidupan masyarakat kota menjadi
kurang ‘aman’ dan terkesan mengisolasi kita (kembali) ke kebudayaan kuno, lawas, tidak up to
date. Maka tak heran, masyarakat modern perkotaan saat ini mengidentifikasikan kehidupan mall
menjadi bagian dari budaya kesehariannya.
Menilik dengan jeli sebuah ‘ekosistem sosial’ dalam sebuah pusat perbelanjaan seperti
mall adalah sesuatu yang menarik. Dengan memakai kacamata seorang fenomenolog dengan
pemahaman fenomenologi, kita dapat melihat penampakan-penampakan gejala dalam komunitas

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 1


mall. Penampakan-penampakan tak terduga muncul dikala kita melihat dengan jeli dengan kaca
mata fenomenologi. Ada sebuah kesepian dalam keramaian. Ada kepalsuan keramahan yang
tersungging di setiap mulut penjaga gerai dan perempuan-perempuan yang memegang setumpuk
lembar aplikasi kartu kredit yang gigih ditawarkan pada pengunjung. Ada gambar-gambar
manusia-manusia ideal yang sudah menjadi konstruksi ‘indah dipandang’ bagi sebuah
masyarakat modern (gagah, berkulit putih, bersih, langsing, tinggi, berambut agak pirang dan
sebagainya). Ada tatapan mata seseorang yang tekun melihat-lihat barang dagangan di gerai, tapi
anehnya mulut orang itu menceracau seperti orang bicara sendiri yang diarahkan pada sebuah
telepon genggam! Ada dua orang yang berhadapan, tatapan mata mereka berpalingan. Ada apa
dengan dua orang itu? ternyata mereka sedang tidak bicara satu sama lain. Mereka bicara dengan
‘handphone’ mereka! Ada sekelompok perempuan muda yang bergegas-gegas mengaduk aduk
tumpukan baju di sebuah peti gerai, dengan tulisan “discount 70% for all items”. Seakan-akan
orang yang tak mau kehilangan kesempatan langka, atau jika tidak memanfaatkan kesempatan
yang ditawarkan itu, ada kematian yang segera melanda mereka, maka bergegaslah mereka
mengaduk aduk dengan bersemangat!! Semua itu (antara lain) adalah penampakan yang muncul
dalam lorong-lorong mall yang dapat kami amati.
Demikian pula aroma-aroma budaya modern mulai merasuk dalam kehidupan dunia mall.
Simbol-simbol yang dihadirkan dalam budaya mall menjadi simbol-simbol yang sangat
bermakna bagi manusia perkotaan. Lingkungan budaya mall memberi kepenuhan kebutuhan
akan eksistensi seseorang yang menyandang status ‘masyarakat kota’. Tidak perlu melakukan
transaksi pembelian di gerai-gerai. Cukup berpakaian ‘pantas’ dan (mungkin) sedikit berpura-
pura dan memantas-mantas diri, melihat-lihat barang-barang yang ditawarkan, berjalan-jalan
seperti orang mencari-cari sesuatu, menatap tegak kerumunan orang-orang yang juga sedang
berjalan-jalan. Cukuplah sudah seseorang bisa memperoleh identitas ‘baru’ nya sebagai
masyarakat modern.
Dengan kesadaran ini, manusia diajak untuk tidak terseret arus konsumerisme dan
hedonisme yang mengintip di sela-sela tembok ruang peradaban manusia modern abad ini.
Setidaknya, manusia tidak menjadi budak modernisme, tapi bisa menjadi ‘tuan’ akan kesadaran
penuh dirinya sebagai manusia yang memiliki kehendak bebas.
Akhirnya, biarlah ruang-ruang mall dan manusianya penuh dengan tumpukan keseolah-
olahan. Namun, manusia perkotaan kiranya perlu menyadari hal tersebut sebagai ‘panggung’
modernitas dengan skenario zamannya. Dengan cara inilah, manusia tidak menjadi obyek
peradaban, namun dapat menggunakan peradaban modern sebagai kendaraan menuju kehidupan
manusia bebas, tanpa jajahan zaman.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 2


Fenomenologi Arsitektur
Sejarah perkembangan pusatperbelanjaandi mulai pada abad pertengahan. Pada waktu itu
orang melakukan jual beli di bawah pohon yang membentuk suatu deretan atau garis
memanjang. Karena jumlah penduduk semakin bertambah, maka kualitas dan kuantitas barang
yang diperdagangkan juga semakin meningkat. Akibat dari hal tersebut bertambah luasnya
tempat-tempat yang menjadi tempat perbelanjaan.cPerkembangan fisik tempat-tempat tersebut
menyesuaikan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada masa itu. Jalan-jalan yang semula hanya
diteduhi oleh pohon-pohon yang berderet lalu berubah menjadi suatu jalan dengan gedung-
gedung disebelah kanan dan kirinya.
Perkembangan fisik ini dapat dilihat pada pusat perdagangan di Cologne, Jerman Barat,
yang menutup suatu jalan untuk kegiatan berbelanja, sehingga orang dapat berbelanja dengan
berjalan kaki tanpa adanya gangguan dari kendaraan. Di sini terlihat bahwa perkembangan
tingkat ekonomi, sosial, dan budaya sangat berpengaruh pada urban design-nya.
Dengan kemajuan teknologi, khususnya dibidang transportasi, keamanan dan
kenyamanan berbelanja tersebut sulit dicapai oleh masyarakat perkotaan. Hal ini disebabkan
karena jalan-jalan yang digunakan sebagai pedestrian way dan kegiatan berbelanja sudah
dipenuhi oleh kendaraan bermotor. Akhirnya orang menjadi jenuh dengan suasana kota yang
tidak lagi bersahabat dengan alam. Jalan-jalan yang dulu dipakai bersantai sambil berbelanja
tidak dapat ditemuai lagi. Hampir semua jalan tersebut dipadati oleh berbagai macam alat
transportasi. Dengan adanya fenomena tersebut, maka orang akan rindu suasana yang dulu
pernah ada, sehingga timbul gagasan untuk mengembalikan bentuk pusat perbelanjaan tersebut
ke dalam pusat perbelanjaan.
Perkembangan pertama terjadi pada abad ke-19 yaitu dengan dibangunnya Barton Arcade
di kota Manchester. Bangunan berlantai empat yang memiliki arcade ini sebenarnya mempunyai
satu koridor yang bagian atasnya ditutupi kaca. Sebelum bentuk arcade ini muncul, koridor yang
terdapat dalam suatu pusat pertokotaan merupakan koridor terbuka/ pusat perbelanjaan terbuka.
Bentuk ini biasanya digunakan di negara-negara Eropa, menggunakan landscape untuk menutup
jalan yang akan digunakan sebagai pedestrian way yang terletak diantara toko-toko. Tetapi
bentuk ini tidak menguntungkan bila dilihat dari faktor iklimnya. Sebagai langkah
pemecahannya, timbul shelter sebagai pelindung dari panas, dingin, dan hujan. Untuk semi-
shelter digunakan sebagai kios, cafe, dsb, yang memberikan kenyamanan dimusim gugur.
Pusat perbelanjaan tersebut ditutup dengan bahan yang tembus cahaya matahari (sky
light), sehingga orang yang berada di dalam pusat perbelanjaan tersebut merasa seperti berada di
alam bebas / alam terbuka. Dengan didukung alat pengontrol iklim dan keamanan, maka pembeli
dan pengunjung benar-benar dapat berbelanja dengan santai. Konsep inilah yang mendasari
adanya pusat perbelanjaan.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 3


Perkembangan Pusat Perbelanjaan

STUDY LITERATUR
Perkembangan Pusat Perbelanjaan di Indonesia
Ritel merupakan salah satu industri paling dinamis. Kondisi sosial, ekonomi, demografi,
dan perubahan gaya hidup adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pergeseran dalam
tema dan konsep industri ritel. Oleh karena itu, seiring dengan perubahan keadaan ekonomi,
berbagai macam pusat perbelanjaan telah bermunculan di Indonesia.

Pusat Perbelanjaan
Pemilik dan pengelola pusat perbelanjaan harus mampu mengantisipasi perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam pasar dan dengan tanggap mengadaptasinya ke dalam pusat
perbelanjaan mereka sehingga selalu sesuai dengan gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan
berbelanja dari target pengunjung. Hubungan dan kerja sama yang dekat antara pengembang,
operator, pengelola, desainer, serta pemilik toko sangatlah penting untuk menciptakan dan
menjaga keberhasilan pusat perbelanjaan.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 4


Sebelum tahun 1980-an, pasar-pasar tradisional, ruko-ruko, dan took-toko yang berdiri
sendiri merupakan konsep dan bentuk utama dari industri ritel di Jakarta. Dengan perkembangan
ekonomi yang cukup baik saat itu, pusat perbelanjaan pertama di Jakarta, seperti Gajah Mada
Plaza dan Ratu Plaza, telah menikmati masa kejayaannya. Pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi akibat deregulasi perbankan di akhir tahun 1980-an itu ditambah dengan meningkatnya
kemakmuran masyarakat mengakibatkan pembangunan pusat perbelanjaan berkembang pesat.

Klasifikasi Pusat Perbelanjaan


a. Berdasarkan Aspek Perkotaan
1) Neighborhood Centre (Pusat Perbelanjaan Lokal) Melayani kebutuhan sehari-hari yang
meliputi supermarket dan toko-toko yang luas. Lantai penjualan (Gross Leasable Area
/GLA) antara 30.000-100.000 square feet (2787-9290 m2). Jangkauan pelayanan antara
5.000-40.000 jiwa penduduk (skala lingkup). Unit terbesar berupa supermarket, dan luas
site yang dibutuhkan antara 3-10 Ha.
2) Community Centre (Pusat Perbelanjaan Distrik) Melayani jenis barang yang lebih luas,
meliputi Department Store, Variety Store, Shop Unit dengan GLA antara 100.000-
300.000 square feet (9290-27.870 m2). Jangkauan pelayanan antara 40.000150.000 jiwa
penduduk.Unit penjualan berupa Junior Department Store, Supermarket, dan toko-toko.
Luas site yang diperlukan antara 10-30 Ha.
3) Main Centre / Regional Centre (Pusat Perbelanjaan Regional) Pusat perbelanjaan dengan
skala kota yang memiliki jangkauan pelayanan diatas 150.000 jiwa penduduk, dengan
fasilitas-fasilitas meliputi pasar, toko, bioskop, dan bank yang terletak pada tempat
strategis dan bergabung dengan perkantoran, tempat rekreasi dan kesenian. Luas lantai
penjualan / GLA antara 300.000-1.000.000 squarefeet (27.870-92.900 m2).Pusat
perbelanjaan tersebut terdiri atas dua atau lebih Department Store dan berbagai jenis
toko.

b. Berdasarkan Cara Pelayanan


1) Shopping Existing Personal Services Pembeli dilayani langsung oleh para pelayan.
Setelah transaksi, pelayan langsung meminta pembayaran dan membungkus barang
tersebut.
2) Self Selection Pembeli dapat memilih dan membeli barang-barang, kemudian
mengumpulkan ke pelayan dan meminta bon pembayaran, lalu ke kasir untuk membayar
dan mengambil barang.
3) Self Services Pembeli dapat memilih dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan,
kemudian diletakkan pada keranjang / kereta dorong yang telah disediakan, lalu langsung
dibawa ke kasir untuk pembayaran dan pembungkusan.
STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 5
c. Berdasarkan Bentuk Fisik
1) Market Rangkaian petak (stall) yang diatur berderet-deret pada ruang terbuka atau
tertutup. Merupakan bentuk sarana fisik yang tertua dari suatu tempat perbelanjaan.
2) Shopping Street Toko-toko berderet di kedua sisi jalan, dengan pencapaian langsung dari
jalan utama.
3) Shopping Precint Toko-toko yang membentuk sebuah lingkaran yang bebas dari
kendaraan, dan khusus untuk pejalan kaki.
4) Department Store Kumpulan beberapa toko yang berada di bawah satu atap bangunan.
5) Supermarket Toko dengan ruangan yang luas dan menjual bermacam-macam barang
yang diatur secara berkelompok dengan sistem self service.
6) Shopping Centre Bangunan atau kompleks pertokoan yang terdiri dari stan-stan toko
yang disewakan atau dijual.
7) Shopping Mall Bangunan atau kompleks pertokoan yang memilih sistem selasar atau satu
koridor utama disepanjang toko-toko yang menerus.

d. Berdasarkan Luas dan Macam-Macam Desain


1) Full Mall
Full mall terbentuk oleh sebuah jalan, di mana jalan tersebut sebelumnya digunakan
untuk lalu lintas kendaraan, kemudian diperbaharui menjadi jalur pejalan kaki, plaza
(alun-alun) yang dilengkapi paving, pohon-pohon, bangku-bangku, pencahayaan dan
fasilitas-fasilitas baru lainnya seperti patung dan air mancur.
2) Transit Mall
Transit mall atau transit way dikembangkan dengan memindahkan lalu lintas mobil
pribadi dan truk ke jalur lain dan hanya mengijinkan angkutan umum seperti bus dan
taksi. Area parkir direncanakan tersendiri dan menghindari sistem parkir pada jalan (on-
street parking), jalur pejalan kaki diperlebar dan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas
seperti: paving, bangku, pohon-pohon, pencahayaan, patung, air mancur dan lain-lain.
Transit mall telah dibangun di kota-kota dengan rata-rata ukurannya lebih besar dari full
mall maupun semi mall.
3) Semi Mall
Semi mall lebih menekankan pada pejalan kaki, oleh karena itu areanya diperluas dan
melengkapinya dengan pohon-pohon dan tanaman, bangku-bangku, pencahayaan dan
fasilitas buatan lainnya. Sedangkan jalur kendaraan dan area parkir dikurangi.

Bentuk Pusat Perbelanjaan


Dengan meninjau bentukan arsitekturnya, pusat perbelanjaan dapat dibagi atas 3, yaitu :
a) Pusat perbelanjaan terbuka Semua jalan yang direncanakan mengutamakan kenyamanan
pejalan kaki, letaknya dapat di pusat kota, sistem penghawaannya dengan sistem
penghawaan alami. Pusat perbelanjaanterbuka cocok untuk daerah beriklim sedang.
Berjalan-jalan di dalamnya menjadi suatu keistimewaan tersendiri dan lebih menghemat
energi.
STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 6
Pusat Perbelanjaan Terbuka

b) Pusat perbelanjaan Komposit


Pusat perbelanjaan dengan bagian yang terbuka dan tertutup. Bagian yang tertutup
diletakkan di tengah sebagai pusat dan menjadi magnet yang menarik pengunjung untuk
masuk ke pusat perbelanjaan.
c) Pusat perbelanjaan tertutup
Pusat perbelanjaan tertutup adalah mal dengan pelingkup atap. Keuntungannya berupa
kenyamanan dengan kontrol iklim, dan kerugiannya adalah biaya menjadi sangat mahal
dan terkesan menjadi kurang luas.

Gambar 2.3 Pusat Perbelanjaan Tertutup

Karakteristik Fasilitas Pusat Perbelanjaan Secara Umum


A. Karakteristik Kegiatan Fasilitas Perbelanjaan
a) Adanya variasi kegiatan, dengan pola umum, convinience shopping, comparismshopping
(membandingkan harga barang dengan pusat perbelanjaan lain sebelum membeli).
b) Kegiatan berlangsung terus menerus, tidak menetap.
c) Beban kegiatan relatif sama pada setiap waktu.
d) Pelaku kegiatan: individu, small group.

B. Karakteristik Fisik Shopping Mall


STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 7
Koridor : Tunggal Lebar
Koridor : 8 - 16 meter
Jumlah Lantai : Maksimal 3
lantai Parkir : Mengelilingi bangunan pusat perbelanjaan
Pintu masuk : Dapat dicapai dari segala arah
Atrium : Di sepanjang koridor
Magnet : Di setiap ujung koridor (hubungan horisontal)
Jarak antar magnet : 50 - 100 meter

Variasi Barang yang Dijual


a. Speciality Shop : Toko yang menjual barang sejenis seperti sepatu, pakaian, dan
sebagainya.
b. Variety Shop : Toko yang menjual bermacam-macam barang dengan skala kecil

Elemen-ElemenPusat Perbelanjaan
a. Anchor (Magnet)
adalah transformasi dari "nodes", dapat juga berfungsi sebagai "landmark",
perwujudannya berupa plaza dan mall.
b. Secondary Anchor
adalah transformasi dari "district", perwujudannya berupa toko-toko pengecer, retail,
supermarket, superstore, bioskop, dll.
c. Street Mall
adalah transformasi bentuk "paths", perwujudannya berupa pedestrian yang
menghubungkan magnet-magnet.
d. Landscaping (Pertamanan)
adalah transformasi bentuk "edges", sebagai pembatas pusat pertokoan dengan tempat-
tempat luar.

Fungsi dan Kegiatan


a. Murni: “pusat perbelanjaan” yang tidak hanya sebagai tempat berbelanja saja tetapi juga
suatu “Community Centre”,
b. Multi Fungsi: merupakan fungsi sama dengan “pusat perbelanjaan” murni, tidak hanya
kegiatan berbelanja dan rekreasi, tetapi juga mempunyai kegiatan perkantoran atau
apartemen.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 8


ANALISIS LOKASI

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 9


LOKASI 1 LOKASI 2 JARAK 1-2 JARAK 2-1

Lahan Pintu Tol Cikarang Timur 1,9 km 1,9 km


(6 menit) (6 menit)

Lahan Gerbang tol Cibatu 4,2 km 5,4 km


(10 menit) (15 menit)

Lahan Gerbang Tol Cikarang 11 km 11 km


Utama
(16 menit) (16 menit)

KEBUTUHAN FUNGSI

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 10


Lokasi tapak dengan pemukiman, Kendala perkembangan area ini salah
perkantoran, dan beberapa tempat- satunya adalah, lambatnya laju
tempat publik lainnya. konsumsi hunian. Orang cenderung
Tidak adanya pusat perbelanjaan mengambil hunian dekat dengan area
menjadikan lokasi ini memiliki potensi perkotaan dan dengan cicilan lebih
bagus untuk bisnis. murah.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 11


Keterangan:

Lokasi Perencanaan

Pemukiman

Area Industri

Area Kantor Pemerintahan

Area Lahan Kosong


Lokasi Perencanaan terletak di Kawasan Deltamas, tepatnya di area Icon City – Sebuah area
bisnis baru. Deltamas adalah wilayah berkembang yang memiliki potensi tinggi. Kawasan
industri yang sedang diperluas, Pemukiman yang dekat dengan Area Kantor Pemerintahan.
Sedangkan di sisi lain, Kawasan Meikarta dibangun dekat dengan wilayah ini.
Akses Tol 5-10 menit.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 12


STATISTIK TEMPAT

 Tempat setrategis, arah utara dekat dengan SPBU kota deltamas, marketing office kota
deltamas, pintu tol cikarang timur.
 Ke arah selatan daerah pemerintahan
 Ke arah timur perumahan claster, GTV hotel
 Ke arah barat kawasan industry

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 13


Exsisting vs Rencana

Rencana Pola Ruang RTRW kabupaten Bekasi 2011-2031

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 14


Keterangan:

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 15


STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 16
PETA KOTA BEKASI

Merah menentukan Lokasi pembangunan komersial


kuning merupakan wilayah sekitar yang menjadi objek konsumen

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 17


IDE BANGUNAN
Lokasi : Jl. Deltamas Boulevard, Cikarang Pusat, Bekasi
Ukuran lahan : 30.000 𝑚2
KDB : 50%
KLB : 1,5
GSB : 6m
TB : 8 lantai
RTH : 20%

Tapak berada di daerah Deltamas, cikarang pusat. Disekitar lokasi terdapat marketing
galeri icon city, perumahan cluster hawai, berdekatan juga dengan kentor pemerintahan Bekasi.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 18


Hasil survey:

IDENTIFIKASI LOKASI

 Kriteria lokasi

Fungsi mall berpengaruh pada kegiatan masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi mall berdasarkan beberapa factor, kriteria, dan
pertimbangan:
 Lokasi berada ditempat strategis dan dapat mendukung kebutuhan masyarakat.
 Berada dijalur utama kota deltamas dan memiliki pencapaian yang mudah dengan sistem
transportasi dan kondisi jalan yang baik dan lancar,
 Berada di kawasan industry kota Bekasi.
 Memiliki jaringan utilitas yang baik, seperti air bersih, telepon, listrik, dan pembuangan
limbah,
 Bentuk tapak yang besar dan mempermudah proses perancangan,
 Memiliki nilai komersil didukung dengan adanya potensi sekitar tapak.

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 19


 Potensi Sekitar Lokasi
Fasilitas – fasilitas yang ada disekitar lokasi akan menunjang kegiatan perbelanjaan dan hiburan,
seperti :
 Pada sekitar lokasi terdapat banyak bangunan pusat pemerintahan kota Bekasi, kawasan
industry & perumahan, dikarenakan pemilihan lokasi disesuaikan dengan peruntukkan
lahan yang diatur dalam peraturan daerah setempat.
 Fasilitas hiburan di dalam mall,
 Fasilitas Infrastruktur tersedianya ATM CENTER, parkira, dll

ANALIS FISIK
1

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 20


KETERANGAN:

4. Pom Bensin

1. Gerbang Tol Cibatu

5. Perumahan Hawaii
2. Rumah Makan Alam Sari

6. Icon city
3. Kantor Pemasaran

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 21


7. Gedung Pemerintahan Bekasi 8. Kawasan industry

ANALISIS VIEW (In-Out dan Out-In)

4 2

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 22


Mall akan menghadap ke arah timur, karna langsung ke jalan utama DeltaMas.
Keterangan:
1. Pertama adalah arah Utara,
Ketika pengunjung mall melihat ke arah utara, akan terlihat pohon-pohon rindang dan
juga perdesaan cibatu, yang berada di sekita mall. Sehingga pengunjung akan merasa
kealamian daerah tersebut.
2. Kedua adalah arah Timur,
arah timur adalah arah utama mall yang langsung menghadap ke jalan utama Deltamas
dan juga perumahan Hawaii. Sehingga akses masuk ke mall lancer dan juga nyaman bagi
pengunjung.
3. Ketiga adalah arah Barat
Ke arah Barat langsung bersampingan dengan gedung Icon City, yang merupakan tempat
karyawan bekerja, sehingga memudahkan mereka untuk refresing menghilangkan rasa
lelah dengan berbelanja ke dalam mall.
4. Keempat adalah arah Selatan
Terdapat kawasan industry delta silicon, di dalamnya berbagai macam perusahaan di
bidangnya masing-masing. Sehingga karyawan dengan mudah ke mall.

KLIMATOLOGI
Arah Matahari

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 23


Keterangan:
Mall menghadap kearah terbitnya matahari, karena sinar matahari pagi baik untuk kesehatan dan
juga sinar mentari pagi membuat manusia lebih bersemangat dalam menjalani aktifitas.
Sehingga ketika sore hari mall tidak terlalu panas karna matahari berada di belakan mall.
Sehingga mall ini menjadi efektif bagi pengunjung terhadap rotasi matahari.

Arah Angin

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 24


Keterangan:
 Arah datangnya mata angin dari berbagai arah, bias dilihat pada gambar di atas. Yang
membedakan yaitu arah tekanan angin yang dihasilkan atau yang datang. Tekanan angin
yang datang dari arah barat yang lebih besar karena sebelah barat terdapat kawasan
industry dan juga minimnya pepohonan sehingga daya saring angina berkurang.
 Dari sebelah utara tidak terlalu besar angina yang datang, karena sebelah utara terdapat
banyak pohon yang dapat meminimalisir datangnya angina, dan angina terasa sesjuk.
 Dari arah timur masih banyak pepohonan dan juga perumahan, sehingga dapat
meminimalisir angina yang datang.
 Dari arah icon city, angin sangatlah kecil karena terdapat gedung Icon City yang
meminimalisir angina yang datang dari arah Selatan.

ZONING KEBUTUHAN FUNGSI

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 25


Lokasi : Jl. Deltamas Boulevard, Cikarang Pusat, Bekasi
Ukuran lahan : 30.000 𝑚2
KDB : 50%
KLB : 1,5
GSB : 6m
TB : 8 lantai
RTH : 40%
PARKIR : 10%

: Bangunan Mall

: Ruang Terbuka Hijau

: Tempat parkir

STT PELITABANGSA, ARSITEKTUR 26

Anda mungkin juga menyukai