Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH LISTRIK MAGNET

“PERISTIWA TERJADINYA PETIR”

Kelompok 4:
Fingken Stevanus Sagai
17101104013
Meidy Rosalie Pulu
171011040
Tesalonika Karepouwan
171011040
Sonia Yohana Rompas
171011040

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2019
Petir
Petir merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit
memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan, sementara suara menggelegar yang datang
sesudahnya disebut dengan guruh. Petir dan guruh datang beriringan, namun terkadang jeda waktu
antara kilatan dan juga suara gemuruh terbilang sesaat. Perbedaan waktu datang ini disebabkan karena
perbedaan antara kecepatan suara dan juga kecepatan cahaya. Petir merupakan simbol dari listrik alam.
Gejala alam petir ini bisa dianalogikan dengan sebuah kondensator raksasa. Dalam kasus ini lempeng
pertama adalah awan yang bisa menduduki sebagai lempeng negatif maupun positif, dan lempeng yang
kedua adalah Bumi yang dianggap sebagai lempeng netral. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa
kapasitor merupakan sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat.
Tidak hanya awan ke bumi saja, namun petir juga dapat terjadi antara awan dengan awan. Hal ini terjadi
apabila ada salah satu awan bermuatan listrik negatif dan awan lainnya bermuatan listrik positif. Petir
merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik ( electrical discharge ) yang terjadi di
atmosfer.
Petir yang banyak kita jumpai adalah petir jenis CG (cloud to ground), yaitu petir yang mengalir
dari awan ke tanah. Besar arus listrik yang dihasilkan satu kilatan petir ini berkisar antara 30.000 ampere
sampai 120.000 ampere. Namun, dalam satu kali kemunculan petir rata-rata terdapat 3 – 4 kilatan. Lama
aliran arus pada tiap kilatan sekitar 200 mikrodetik. Dengan demikian, besar muatan yang dialirkan tiap
kali kemunculan berkisar antara 25 - 100 C.

Gambar 1. Contoh petir CG (cloud to ground). Besar muatan yang dialirkan tiap kilatan antara 25 – 100 Coulomb.

Sumber terjadinya petir adalah awan Cumolonimbus atau awan guruh yang berbentuk
gumpalan dengan ukuran vertikal lebih besar daripada ukuran horizontal. Ukuran vertikal dapat
mencapai 14 km dan ukuran horizontal berkisar 1,5 sampai 7,5 km. Karena ukuran vertikalnya yang
cukup besar terjadi perbedaan temperature antara bagian atas dan bagian bawah. Ketinggian antara
permukaan atas dan permukaan bumi pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperature
bagian bawah sekitar 13℃ dan temperature bagian atas sekitar -65℃. Akibatnya di dalam awan tersebut
akan terjadi kristal-kristal es. Karena didalam awan terdapat angin ke segala arah, maka kristal-kristal
es tersebut akan saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif dan
muatan negatif. Pemisahan muatan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya sambaran petir.
Pengosongan Muatan Listrik
Timbulnya petir akibat adanya loncatan muatan listrik statis di ionosfir. Loncatan muatan listrik
terjadi pada saat muatan listrik bergerak secara bersama-sama. Kejadian ini disebut pengosongan listrik
statis. Pengosongan itu ditunjukkan oleh sambaran petir. Muatan listrik dapat hilang dengan
pengosongan. Pengosongan terjadi apabila tersedia suatu jalan bagi elektron-elektron untuk mengalir
dari suatu benda bermuatan ke benda lain. Perpindahan muatan listrik statis dari satu benda ke benda
lain disebut penetralan atau pengosongan muatan statis. Pengosongan itu lazim juga disebut pentanahan,
karena muatan itu sering dikosongkan dengan cara menyalurkan ke tanah. Pengosongan muatan statis
di udara dapat terjadi sangat besar sehingga menimbulkan suara dahsyat yang kita sebut guntur.
Mekanisme Terjadinya Petir
Secara fisika, petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor
raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng
kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti kita ketahui, kapasitor adalah sebuah komponen pasif
pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari
awan ke awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan lainnya bermuatan
positif. Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya.
Proses terjadinya muatan pada awan yaitu karena partikel-partikel penyusun awan bergerak
terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya
sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan
positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar,
maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk
mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah
udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara.
Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air
yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan
bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda
muatan.
Keadaan muatan positif dan muatan negatif di awan kebanyakan muatan positif yang lebih
sedikit berada di atas. Kemudian muatan negatif yang jumlahnya sangat banyak berada di bagian bawah.
Karena jumlah proton dan elektron di awan berbeda atau lebih banyak jumlah elektronnya, maka harus
dinetralkan. Kondisi dinetralkan adalah jumlah proton dan elektron sama. Untuk menetralkan awan di
atas maka awan tersebut akan membuang elektronnya. Pembuangan elektron ini pada akhirnya jatuh ke
bumi. Mengapa jatuh ke bumi? Karena di bumi kebanyakan benda di bumi bermuatan positif.
Sedangkan muatan positif dengan muatan negatif akan bersifat tarik menarik. Untuk itulah elektron
akan jatuh ke bumi dalam jumlah yang sangat banyak.
Kekuatan dielektrik udara kurang lebih adalah 30 kV/cm, apabila medan listrik antara awan
dan tanah melebihi kekuatan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan muatan. Distribusi muatan di
awan pada umumnya bagian atas bermuatan positif dan bagian bawah bermuatan negatif. Aliran muatan
listrik yang terjadi antara awan dan tanah disebabkan oleh adanya kuat medan listrik. Semakin besar
muatan diawan, maka semakin besar pula medan listrik yang timbul. Apabila kuat medan listrik ini
melebihi kuat medan tembus udara maka akan terjadi aliran muatan dari awan ke tanah yang terlihat
bercahaya yang disebut dengan petir.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa apabila medan listrik antara awan dan tanah
melebihi kekuatan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan muatan. Hal ini dapat dilihat pada
rumusan berikut.
Kuat Medan Listrik
𝑄
𝐸=𝑘
𝑟2
Untuk: Q adalah muatan listrik dalam petir (C), r adalah jarak sambaran petir ke tanah (m), k adalah
konstanta.
Potensial Listrik
Potensial listrik dari suatu muatan listrik q di suatu titik berjarak r dari muatan tersebut dapat dinyatakan
sebagai berikut:
𝑞
𝑉=𝑘
𝑟
Persamaan di atas hubungannya dengan kuat medan listrik.
𝑄
𝐸=𝑘 →𝑉=𝐸𝑟
𝑟2
Semakin besar muatan maka beda potensial antara awan dan tanah akan bertambah sehingga semakin
besar pula medan listrik yang terjadi. Jika medan listrik yang ditimbulkan melebihi kuat medan tembus
udara ketanah maka akan terjadi pelepasan muatan listrik (discharge) pada saat itulah terjadi kilat atau
sambaran petir.
Hubungan antara besarnya arus petir dengan jarak sambar dapat dijelaskan sebagai berikut:
bila arus petir yang terjadi bernilai kecil, artinya mengandung jumlah muatan kecil sehingga
jangkauan sambar juga berjarak pendek. Jika arus petir yang terjadi bernilai lebih besar, artinya
mengandung jumlah muatan yang lebih banyak sehingga jangkauan sambar juga berjarak lebih
jauh.
Dampak Terjadinya Petir
Petir ini sifatnya akan memperpendek jarak atau lintasan sehingga mudah menyambar benda
atau bangunan yang tinggi, misalnya pohon yang tinggi sering terkena petir atau bangunan yang tinggi
sering terkena petir. Untuk mencegah bangunan atau rumah kita dari terkena petir. Sebaiknya atas
bangunan gedung atau rumah dipasang penangkal petir. Jadi fungsi penangkal petir adalah untuk
mencegah petir mengenai bangunan kita atau rumah kita. Karena petir ini tegangannya sangat tinggi
yang bisa merusak seluruh alat eletronik kita di rumah seandainya rumah kita terkena petir.
Petir mempunyai banyak dampak yang bisa terjadi karenanya. Beberapa dampak yang dapat
ditimbulkan akibat sambaran petir dapat dikelompokkan dalam beberapa efek. Beberapa efek dari
sambaran petir antara lain sebagai berikut:
1. Efek Listrik
Petir dapat menimbulkan efek listrik untuk manusia. Ketika arus petir melalui kabel penyalur
(konduktor) menuju resistansi elektroda bumi instalasi penangkal petir, akan menimbulkan tegangan
jatuh resistif. Arus petir juga akan menimbulkan tegangan yang tinggi disekitar elektroda bumi yang
sangat berbahaya bagi makhluk hidup.
2. Efek Tegangan Tembus – Samping
Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang lebih tinggi terhadap unsur
logam didekatnya, sehingga hal ini dapat menimbulkan resiko tegangan tembus dari sistem proteksi
petir yang telah terpasang menuju struktur logam lainnya. Efek tegangan tembus ini dapat menyebabkan
resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan juga kerangka struktur perangkat bangunan.
3. Efek Thermal
Sambaran petir juga menyebabkan efek thermal. Efek thermal pelepasan muatan petir terbatas pada
kenaikan temperatur konduktor yang dilalui arus petir yang besar, waktunya sangat singkat dan
pengaruhnya pada sistem proteksi petir juga diabaikan.
Efek- efek tersebut memberikan dampak yahg tidak baik bagi makhluk hidup yang ada di Bumi.
Selain efek- efek yang ditimbulkan di atas, masih ada dampak langsung yang dapat dirasakan manusia.
Beberapa dampak sambaran petir yang dapat dirasakan antara lain sebagai berikut:
 Menimbulkan konsleting listrik
 Menimbulkan kebakaran
 Mengganggu sistem komunikasi
Itulah beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya sambaran petir. Sambaran petir ini tidak
hanya membahayakan makhluk hidup saja, namun juga dapat merusak bangunan dan lain sebagainya,
terlebih bangunan yang tinggi atau gedung-gedung pencakar langit.
Sistem Proteksi Petir
Berdasarkan tempatnya sistem proteksi terhadap sambaran petir dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Sistem Proteksi Eksternal, yaitu instalasi dan alat-alat diluar suatu struktur untuk menangkap dan
menghantarkan arus surja petir ke sistem pembumian. Proteksi eksternal petir berfungsi sebagai
proteksi terhadap tegangan lebih petir jika terjadi sambaran langsung ke sistem atau bangunan yang
dilindungi.
b. Sistem Proteksi Internal, yaitu perlindungan terhadap sistem elektronika didalam bangunan/gedung
akibat tegangan lebih yang ditimbulkan oleh induksi elektromagnetik akibat sambarah petir tak
langsung. Walaupun bangunan sudah dilindungi terhadap sambarah petir, beberapa kerusakan pada
peralatan listrik khususnya peralatan elektronika dapat disebabkan karena masuknya surja imbas petri
melalui kabel listrik dan kabel komunikasi atau masuknya arus petir pada waktu terjadi sambaran
langsung.
Daftar Pustaka

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Nopelisa, Nia. 2016. Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya
Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan.

http://fismath.com/penyebab-dan-proses-terjadinya-petir-secara-fisika-beserta-gambarnya/

https://www.studiobelajar.com/proses-terjadinya-petir/

https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/petir

Anda mungkin juga menyukai