Anda di halaman 1dari 1

Bangunan di Solo jika dilihat dari segi arsiteknya kental perpaduan Jawa dan Belanda.

Itu kita bisa lihat di


berbagai bangunan yang hingga saat ini masih ada di Solo.

Loji Gandrung yang saat ini menjadi Rumah Dinas Walikota Kota Solo, merupakan bangunan yang
arsiteknya bergaya indis, karena perpaduan kuat buadaya Jawa-Belanda. Rumah milik Yohanes
Agustinus Dezentye itu berdiri pada 1797-1839, sejak zaman Paku Buwono IV.

Gaya arsitek indis banyak ditemukan di Kota Solo seperti bangunan Pasar Gedhe (Hardjonagoro), Pasar
klewer sebelum terbakar, serta bangunan cagar budaya lainnya. Termasuk, bangunan bank Indonesia
yang merupakan bangunan neoklasik yang dibangun oleh colonial belanda sebagai pusat kegiatan.

Banyaknya bangunan berga indis pada bangunan di sol, tak lepas dari proses akulturasi budaya jawa dan
belanda, sehingga melahirkan ekologi budaya yang sangat kuat hingga kini. Hal itu tak lepas dari kuatnya
budaya jawa dari pura mangkunegaran dan kraton kasunanan Surakarta. “bangunan indis ini bisa kita
lihat komposisinya, dimana bangunan itu berdiri, menjadi salah satu ciri khas dari ekologi cultura.
Misalnya, bangunan loji gandrung, ekologi budayanya lebih kuat arsitek belanda. Beda lagi dengan
bangunan kraton Surakarta dan pura mangkunegaran, itu ekologinya kuat budaya jawa.”

Melihat gaya bangunan di Solo yang dipengaruhi dari aspek budaya, meposisikan Solo bukan sebagai
kota yang dijadikan pusat pemerintahan Kolonial Belanda. Adanya dua hukum yang berkalu pada zalam
kolonial Belanda, karena adanya hukum adat dari Pura Mangkunegaran dan Kraton Surakarta,
menjadikan keweangan Belanda pada saat itu terbatas. “Karena adanya sisiran pemerintahan antara
Belanda dengan Kraton itu menjadikan masyarakat campuran dan majemuk yang sangat kuat”,
imbuhnya.

Keberadaan abngunan bernilai sejarah di Solo sangat banyak, namun yang menjadi kendala adalah
Pemerintahan Kota harus mampu mempertahankan dan melindungi keberadan bangunan tersebut.
Sebab, bukan tidak mungkin bangunan bersejarah di Solo akan hilang dan beraling fungsi menjadi
bangunan modern. “Harapan saya, pemerintah bisa menjaga dan melindungi bangunan haritage.
Jangan sampai alih fungsi. Termasuk keberadaan rumah sakit kadipolo itu harus dilindungi. Jangan
sampai seperti rumah sakit mangkubumen yang dibangun pada 1907 di masa PB C yang saat ini sudah
menjadi mall. Saya kira itu kegagalan pemerintah, jangan samapi terulang”

Anda mungkin juga menyukai