Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kepanitraan Klinik Bagian Ilmu Saraf
Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
Disusun Oleh :
09711058
Penguji :
FAKULTAS KEDOKTERAN
YOGYAKARTA
2015
1. Jelaskan mekanisme batuk dan bersin dapat menyebabkan nyeri pada HNP?
Nyeri radikuler menjalar secara tegas, terbatas pada dermatoma dan sifat nyerinya lebih
keras dan terasa pada permukaaan tubuh. Nyeri radikuler timbul karena perangsangan
terhadap radiks, baik yang bersifat penekanan, sentuhan, peregangan, tarikan atau jepitan.
Hal ini berarti proses patologik yang menimbulkan nyeri radikuler harus berada di sekitar
foramen intervertebralis. Batuk dan bersin menimbulkan nyeri radikuler jika ada
proses patologik yang menekan atau menyentuh atau meregang radiks dorsalis.
Fenomen ini disebabkan karena pada batuk dan bersin, tekanan ruang
subarakhnoidal melonjak sejenak dan memperhebat penekanan atau sentuhan atau
peregangan terhadap radiks dorsalis yang sedang terganggu. Lonjakan tekanan
didalam ruang subarakhnoidal dapat ditimbulkan juga dengan penekanan pada
kedua vena jugularis selama 1 sampai 2 menit. Berdasarkan pada tindakan ini maka
test dari Naffziger dianggap sebagai diagnostikum yang paling tepat untuk menentukan
adanya nyeri radikuler. Test tersebut dilakukan sebagai berikut. Pada penderita yang
menderita iskhialgia dilakukan penekanan pada kedua vena jugularis interna selama 1
sampai 2 menit. Pada akhir masa penekanan ia diminta untuk mengejan sejenak.
Bilamana nyeri radikuler timbul menjalar sesuai dengan perjalanan serabut radiks
dorsalis L5-S1 yang dinamakan nervus iskhiadikus, maka test Naffziger disebut positif.
Dalam hal ini harus ditarik kesimpulan bahwa iskhialgia bersifat diskogenik.
Jika nyeri radikuler sepanjang perjalanan nervus iskhiadikus timbul pada waktu batuk
atau bersin, belumlah pasti bahwa iskhialgia bersifat diskogenik. Oleh karena pada batuk
atau bersin badan ikut bergerak, sehingga bila nervus iskhiadikus terlibat dalam proses
radang di sendi panggul atau sakroiliaka ia memperoleh perangsangan tambahan. Nyeri
yang menjalar karena terlibatnya nervus iskhiadikus di sendi sakroiliaka atau sendi
panggul pada waktu batuk atau bersin dinamakan nyeri pseudoradikuler.
(Sidharta, 2008)
Jika rasa sakit yang normal pasien dihasilkan, tes dianggap positif untuk lesi
persendian sakroiliaka, patologi pinggul , sintesis ketidakstabilan pubis, atau akar
saraf lesi L4. Sementara itu saraf femoralis juga ditekankan oleh tes ini.
Disarankan untuk menguji kedua sisi (kanan kiri) jika pasien mengeluh nyeri
bilateral.
(Sidharta, 2008)
Dermatomal
Gaeslen Test
Gaeslen Test
(Sidharta,2008)
Obat
1. Obat-obat analgesik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan untuk menghilangkan
rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat golongan ini hampir tidak digunakan untuk
pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada penggunaan jangka panjang. Contohnya :
Morfin, heroin, dll.
– Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti piretik, dan beberapa
diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok obat-obat ini dibagi menjadi 4 golongan :
a) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga mempunyai khasiat
antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya : Aspirin
Hipersensitifitas
b) Golongan Paraaminofenol
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih kuat dari pada
paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam flufenamat, dan Na-
meclofenamat.Golongan obat ini sering menimbulkan efek samping terutama diare.Dosis asam
mefenamat sehari yaitu 4×500 mg,sedangkan dosis Na-meclofenamat sehari adalah 3-4 kali 100
mg.
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang relatif baru, yang juga
mempunyai khasiat anal getik dam anti piretik. Contoh obat golongan ini misalnya ibuprofen,
naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.
Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain mempunyai efek anti inflamasi yang
kuat, juga mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya 100-150 mg 1 kali sehari.
Derifat Oksikam
Fisioterapi
a. Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dingin – kantong panas. Dengan menaruh sebuah kantong dingin
di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-10 menit. Jika selama 2 hari
atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad (kantong hangat).
b. Elektro Stimulus
– Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara ini tidak terlalu
efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang digunakan sehingga
menyebabkan infeksi.
– Ultra Sound
Untuk menghangatkan
– Radiofrequency Lesioning
– Spinal Endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau menghilangkan
jaringan scar.
c. Traction
e. Alat Bantu
1. Back corsets.
Penggunaan penahan pada punggung sangat membantu untuk mengatasi Low Back Pain
yang dapat membungkus punggung dan perut.
2. Tongkat Jalan
Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang belakang/punggung
pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut pada Laminectomy yang mana menghendaki bagian
yang dinagkat dari vertebral arch untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien.
Jika disc menonjol atau bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy untuk
mencari tahu vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil
atau memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi, khususnya kepingan atau
potongan yang menindih saraf.
Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu spinal fusion ,jika si pasien
merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya. Spinal fusion merupakan operasi
dengan menggabungkan vertebral dengan bone grafts. Kadang graft tersebut dikombinasikan
dengan metal plate atau dengan alat yang lain.
Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati dengan teknik
percutaneus discectomy, yang mana discnya diperbaiki menembus atau melewati kulit tanpa
membedah dengan menggunakan X-ray sebagai pemandu. Ada juga cara lain yaitu
chemoneuclolysis, cara ini menggunakan penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah
jarang digunakan.
Larangan
f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan kasur
yang terlalu empuk.
Anjuran
d. Jika ingin duduk dengan jangka wqktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai atau apa
saja yang mnurut anda nyaman.
e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika
tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.
g. Ketika memerlukan berdiri dalam waktu lama salah satu kaki diletakkan diatas supaya sudut
ferguson tidak terlalu besar ( sudut ferguson adalah sudut kemiringan sakrum dengan garis
horisontal )
.(Mardjono,2008)
2) Metode Aplikasi
Metode aplikasi SWD terdiri atas :
a) Metode Induktive
(1) Menggunakan sebuah kumparan metal yang kecil datar, tertutup dalam suatu plastic
drum (dengan suatu kapasitor yang paralel), kadang-kadang dinamakan dengan monode.
(2) Menggunakan pipa panjang dengan konduktor yang fleksibel, tertutup dalam karet
yang tebal, dinamakan dengan kabel atau kumparan. Kabel atau kumparan ini terbungkus
mengelilingi bagian yang diobati dalam pola spiral atau dalam bentuk flat spiral. Kabel
tersebut membentuk suatu inductance dan terpisah dari kulit oleh adanya handuk sebagai
perantara.
b) Metode Capacitive/Condensor
(1) Menggunakan metal plate yang kaku, tertutup dalam plastic, dinamakan dengan rigid
atau plate electrode atau space platedan diposisikan oleh lengan penyanggah.
(2) Menggunakan elektrode yang fleksibel atau lunak, terbungkus dalam karet yang tebal
dimana dapat diposisikan dibawah bagian yang diobati dengan perantara bahan yang
sesuai (seperti handuk).
Pada metode capacitive ini mempunyai 3 macam posisi elektrode, yaitu aplikasi
contraplanar/transversal, aplikasi coplanar dan aplikasi longitudinal (long methode).
Dalam penelitian ini, kami menggunakan aplikasi coplanar sehingga kami hanya
membahas aplikasi tersebut.
Aplikasi Coplanar
Pada aplikasi ini, lokasi kedua elektrode dalam bidang yang sama terhadap jaringan yang
diterapi. Karena energi thermal yang tinggi terjadi pada jaringan lemak dan tidak terjadi
aliran arus energi elektromagnetik secara transversal melewati seluruh lapisan jaringan
sehingga absorbsi energi akan rendah pada jaringan yang lebih dalam. Dengan demikian,
metode ini hanya bersifat superfisial. Jika metode ini menginginkan efek yang dalam,
maka dianjurkan untuk menerapkan jarak elektrode – kulit yang cukup jauh dan jarak
tersebut tetap dipertahankan pada jarak ½ kali dari diameterelektrode/condensator.
Hal-hal yang perlu dihindari dalam ketiga aplikasi ini adalah :
a)Penggunaan elektrode yang besar secara berlebihan dapat menyebabkan lokalisasi
energi yang rendah dan efek terapi yang optimum tidak tercapai.
b) Jarak elektrode – kulit yang sangat rapat dengan area jaringan yang menonjol dapat
menyebabkan konsentrasi energi elektromagnetik sehingga menghasilkan “point effek”.
5) Efek Fisiologis
a) Perubahan panas/temperatur
(a) Reaksi lokal/jaringan
(1) Meningkatkan metabolisme sel-sel lokal sekitar + 13% setiap kenaikan temperatur 1 0
C.
(2) Meningkatkan vasomotion sphincter sehingga timbul homeostatik lokal dan akhirnya
terjadi vasodilatasi lokal.
(b) Reaksi general
(1) Mengaktifkan sistem thermoregulator di hipothalamus yang mengakibatkan kenaikan
temperatur darah untuk mempertahankan temperatur tubuh secara general.
(2) Penetrasi dan perubahan temperatur terjadi lebih dalam dan lebih luas.
b) Jaringan ikat
Meningkatkan elastisitas jaringan ikat lebih baik seperti jaringan collagen kulit, tendon,
ligament dan kapsul sendi akibat menurunnya viskositas matriks jaringan; pemanasan ini
tidak akan menambah panjang matriks jaringan ikat sehingga pemberian SWD akan lebih
berhasil jika disertai dengan latihan peregangan.
c) Otot
(1) Meningkatkan elastisitas jaringan otot.
(2) Menurunkan tonus otot melalui normalisasi nocisensorik, kecuali hipertoni akibat
emosional dan kerusakan SSP.
d) Saraf
(1) Meningkatkan elastisitas pembungkus jaringan saraf.
(2) Meningkatkan konduktivitas saraf dan meningkatkan ambang rangsang (threshold).
6) Indikasi
Indikasi SWD baik continuos SWD maupun pulsed SWD adalah kondisi-kondisi subakut
dan kronik pada gangguan neuromuskuloskeletal (seperti sprain/strain, osteoarthritis,
cervical syndrome, NPB dan lain-lain).
7) Kontraindikasi
Kontraindikasi dari continuos SWD adalah pemasangan besi pada tulang, tumor atau
kanker, pacemaker pada jantung, tuberkulosis pada sendi, RA pada sendi, kondisi
menstruasi dan kehamilan, regio mata (kontak lens) dan testis. Kontraindikasi dari pulsed
SWD adalah tumor atau kanker, pacemaker pada jantung, regio mata dan testis, kondisi
menstruasi dan kehamilan. Pada gangguan akut neuromuskuloskeletal merupakan
kontraindikasi dari continuos SWD tetapi bagi pulsed SWD bisa diberikan dengan pulsasi
yang rendah.
2) Tujuan
Adapun tujuan dari william flexion exercise adalah untuk mengurangi nyeri, memberikan
stabilitas lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot abdominal, gluteus
maximus, dan hamstring, untuk menigkatkan fleksibilitas/elastisitas pada group otot
fleksor hip dan lower back (sacrospinalis), serta untuk mengembalikan/menyempurnakan
keseimbangan kerja antara group otot postural fleksor & ekstensor.
4) Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan William Flexion Exercise (Paul Hooper, 1999) adalah
sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Chou R and Huffman L.H, 2009, Guideline for the Evaluational and Management of
Low Back Pain; Evidence Review, American Pain Society. Cohen S.P; Argoff C.E;
Carragee E.J, 2009, Management of Low Back Pain, BMJ Vol 338.
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. Jakarta: Dian
Rakyat.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit.Ed: 6.
Jakarta: EGC.
Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Praktik Umum. Cetakan ke-6.
Jakarta: Dian Rakyat.
Sidharta, Priguna. 2008. Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Cetakan ke-6.
Jakarta: Dian Rakyat.