I. TUJUAN
Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan tablet.
Tablet yang berbentuk kapsul umumnya disebut kaplet. Bolus adalah tablet besar
yang digunakan untuk obat hewan besar. Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram
pipih/gepeng, bundar, segitiga, lonjong, dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan
untuk menghindari, mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenal
orang. Warna tablet umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat
aktifnya memang berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja diberi warna agar tampak
lebih menarik, mencegah pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu dengan
tablet lainnya (Syamsuni, 2006).
Menurut Anief (1994), zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai:
a. Zat pengisi
Zat pengisi digunakan untuk memperbesar volume tablet. Zat-zat yang digunakan
seperti: Amilum Manihot, Kalsium Fosfat, Kalsium Karbonat, dan zat lain yang cocok.
b. Zat pengikat
Zat pengikat digunakan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat. Zat-zat yang
digunakan seperti: Musilago 10-20% b /v, larutan Metilcellulosum 5% b /v.
c. Zat penghancur
Zat penghancur digunakan agar tablet dapat hancur dalam saluran pencernaan. Zat-zat
yang digunakan seperti: Amilum Manihot kering, Gelatin, Natrium Alginat.
d. Zat pelican
Zat pelicin digunakan untuk mencegah agar tablet tidak melekat pada cetakan. Zat-zat
yang digunakan seperti: Talkum 5% b /b, Magnesium stearat, Natrium Benzoat.
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan zat-zat lain kecuali pelicin dibuat
granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik
maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak
retak (Anief, 1994). Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu:
a. Metode granulasi basah
Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur dihaluskan terlebih
dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur bersama-sama dalam alat
pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat. Setelah itu massa lembab
diayak menjadi granul menggunakan ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu 50o -60o C. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan ayakan 12-20 mesh).
Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan mesin
tablet (Ansel, 1989).
b. Metode Granulasi Kering (slugging)
Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur, serta
jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga menjadi massa serbuk yang
homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan yang tinggi, sehingga menjadi tablet besar
(slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul
dengan ukuran partikel yang diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang
diinginkan (Syamsuni, 2006).
c. Kempa langsung
Masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, dan zat pelicin
dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur bersama-
sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk yang telah homogen dikempa dalam
mesin tablet menjadi tablet jadi (Siregar, 2008).
V. CARA KERJA
5.1 Cara pembuatan solution gelatin
No. Berat
1. 603 mg Bobot Keseluruhan 20 tablet
2. 2. 605 mg Uji Ukuran Tablet
= 11,495 gr
3. 607 mg 20
No.
4. Panjang
605 mg Lebar
= 0,575 gr Tinggi
1.
5. 1,6 mg
603 cm 0,6=cm
575 mg 0,5 cm
2.
6. 1,6 cm
606 mg 0,6 cm 0,5 cm
3.
7. 1,6 mg
593 cm 0,6 cm 0,5 cm
4.
8. 1,6 mg
606 cm 0,6 cm 0,5 cm
5.
9. 1,6 cm
607 mg 0,6 cm 0,5 cm
6.
10. 1,6 mg
601 cm 0,6 cm 0,5 cm
7.
11. 1,6 cm
539 mg 0,6 cm 0,5 cm
8.
12. 1,6 mg
577 cm 0,6 cm 0,5 cm
9.
13. 1,6 cm
538 mg 0,6 cm 0,5 cm
10.
14. 1,6 mg
578 cm 0,6 cm 0,5 cm
11.
15. 1,9 cm
555 mg 0,7 cm 0,3 cm
12.
16. 1,9 cm
535 mg 0,7 cm 0,3 cm
13.
17. 1,9 mg
555 cm 0,7 cm 0,3 cm
14.
18. 1,9 cm
523 mg 0,7 cm 0,3 cm
15.
19. 1,9 mg
533 cm 0,7 cm 0,3 cm
16.
20. 1,9 mg
557 cm 0,7 cm 0,3 cm
17. 1,9 cm 0,7 cm 0,3 cm
18. 1,9 cm 0,7 cm 0,3 cm
19. 1,9 cm 0,7 cm 0,3 cm
20. 1,9 cm 0,7 cm 0,3 cm
3. Uji Kerapuhan
Friability = W1 - W2 = 100%
W1
= 11,495gr – 11,477gr x 100%
11,495 gr
= 0,018gr
11,596gr
= 0,156%
4. Uji Kekerasan
No. Kekerasan
1. 17,97
2. 15,41
3. 19,52
4. 19,66
5. 18,61
6. 12,91
7. 7,66
8. 20,90
9. 7,41
10. 11,33
11. 9,01
12. 14,16
13. 11,20
14. 21,44
15. 11,46
16. 21,27
17. 8,42
18. 12,25
19. 11.27
20. 20,40
Granul
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi sediaan non steril yang berjudul tablet granulasi basah. Tujuan
praktikum ini memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan tablet. Pada
pembuatan tablet paracetamol ini menggunakan metode granulasi basah. Prinsip metode
granulasi basah yaitu zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur dicampur baik-baik, lalu
dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna. Setelah itu diayak
menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering pada suhu 40°C-50°C. Setelah kering
diayak lagi untuk memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan
pelicin dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet (Anief, 1994). Adapun formula bahan
yang digunakan yaitu Paracetamol sebagai zat aktif, Amylum Oryzae sebagai zat pengisi,
Laktosa sebagai zat pelicin/lubricant, Gelatin sebagai zat pengikat dan Aquadest untuk pelarut
dari gelatin.
Praktikum pembuatan tablet Paracetamol ini praktikan hanya membuat granul lengkap
dengan evaluasi granulnya tetapi praktikan menguji tablet Paracetamol generik yang beredar di
pasaran berjumlah 20 tablet. Tujuan pembuatan granul yaitu mencegah segregasi, memperbaiki
aliran serbuk, meningkatkan porositas, meningkatkan kompresibilitas serbuk, dan menghindari
terbentuk material keras dari serbuk terutama pada serbuk yang higroskopis (Hadisoewignyo dan
Fudholi, 2013). Diperoleh bentuk granul yang bulat, kering dan kecil. Lalu dilanjutkan evaluasi
granul yang pertama waktu alir. Waktu alir menggunakan metode corong kerucut. Waktu alir
dengan granul 50 gram yang diperoleh dengan waktu 4 detik. Sifat aliran serbuk sangat penting
untuk pembuatan tablet yang efisien. Aliran serbuk atau granul yang baik untuk dikempa sangat
penting untuk memastikan pencampuran yang efisien dan keseragaman bobot yang dapat
diterima untuk tablet kempa. Bila sifat alir serbuk diukur dengan metode corong dan waktu alir
kurang dari 1 detik dengan berat serbuk 10 gram maka dianggap baik (Siregar dan Wikarsa,
2010). Kesimpulan dari waktu alir granul yang praktikan peroleh sesuai dengan literatur karena
praktikan menguji 50 gram granul yang berarti granul waktu alir seharusnya <5 detik. Evaluasi
selanjutnya yaitu evaluasi sudut diam. Diameter granul diperoleh 12 cm dan tinggi 4 cm. Sudut
diam yang diperoleh 30,150. Metode sudut diam digunakan sebagai metode tidak langsung untuk
mengukur mampu alir serbuk karena hubungannya dengan kohesi antarpartikel. Sudut diam
adalah sudut permukaan bebas dari tumpukan serbuk dengan bidang horizontal. Nilai sudut diam
berkisar 25-45 derajat, dengan nilai rendah menunjukkan karakteristik yang lebih baik (Siregar
dan Wikarsa, 2010). Kesimpulan sudut diam yang praktikan peroleh termasuk kedalam rentang
normalnya 25-45 derajat.
Evaluasi tablet Paracetamol yang beredar dipasaran. Evaluasi yang pertama yaitu uji
keseragaman bobot. Sebanyak 20 tablet diuji keseragam bobot tabletnya. Menurut FI edisi III
untuk tablet yang tidak bersalut adalah menimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya,
kemudian tablet ditimbang satu per satu lalu dibandingkan dengan bobot rata-rata tablet. Tablet
memenuhi syarat apabila tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing obatnya menyimpang dari
bobot rata-ratanya lebih besar dari kolom A dan tidak satupun tablet yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih besar dari kolom B. Bobot 20 tablet yang diperoleh 11,495 gram
dengan rata-rata tablet 0,575 gram. Diperoleh 6 tablet yang menyimpang dikolom A dan tidak
satupun menyimpang di kolom B karena dari 20 tablet yang digunakan 8 tablet menggunakan
pabrik yang berbeda sehingga bentuk dan bobot tabletnya berbeda dengan tablet lainnya.
Evaluasi kedua yaitu uji ukuran tablet. Ketebalan tablet harus terkontrol sampai
perbedaan kurang lebih 5 % dari nilai standar. Tiap perbedaan ketebalan tablet pada lot tertentu
atau antar lot tidak boleh sampai terlihat dengan mata telanjang agar dapat diterima oleh
konsumen (Lachman dkk., 1994). Dari tablet yang praktikan gunakan memiliki 10 tablet yang
sama sedangkan 10 lainnya menggunakan tablet yang berbeda. Dari masing-masing 10
kelompok tablet tersebut memiliki perbedaan kurang dari 5% memenuhi persyaratan tetapi jika
dibandingkan kelompok 1 dengan kelompok 2 terdapat selisih perbedaan sekitar 15,7%
karenakan perbedaan dari pabrik serta ukuran yang berbeda.
Evaluasi ketiga yaitu uji kerapuhan. Prinsip pengukuran dilaukan dengan menetapkan
bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam friabilator selama waktu tertentu.
Alat diputar dengan kecepatan 25 rpm dan waktu 4 menit. Jadi ada 100 putaran. Bobot yang
hilang tidak boleh lebih dari 100 %. Uji kerapuhan yang diperoleh dari praktikum yaitu 0,156%.
Evaluasi keempat yaitu uji kekerasan. Pada umumnya tablet yang keras memiliki waktu
hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang rendah, namun tidak selamanya
demikian. Pada umumnya tablet yang baik dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg.
Namun hal ini tidak mutlak, artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari
10 kg. Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat kerapuhannya tidak
melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet yang tidak keras akan memiliki kerapuhan
yang tinggi dan lebih sulit penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan
tablet lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan waktu
hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Syamsia, 2017). Jadi kekerasan tablet tidak
mutlak karena berpengaruh dari waktu hancur dan uji disolusinya.
IX. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum tablet granulasi basah sebagai berikut:
a. Praktikan dapat mengetahui cara pembuatan tablet paracetamol dengan
metode
granulasi basah.
b. Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel – partikel kecil membentuk
padatan yang lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa,
sehingga dapat dibuat granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,
ukuran , serta bentuk partikel
c. Fungsi granulasi basah adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas
dari massa cetak tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam
yang tidak memisah.
d. Praktikan dapat melakukan evalusi terhadap granul yang berupa waktu alir dan
sudut diam.
e. Praktikan dapat melakukan uji terhadap tablet paracetamol , yang meliputi uji
keseragaman bobot, keseragaman ukuran , waktu hancur ,uji kekarasan , uji
kerapuhan dan uji disolusi.
DAFTAR PUSTAKA
Anshel, H.C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI Press. Hal.
510–515.
Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 62, 113, 125-
126, 132.
Depkes RI. 1994. Farmakope Indonesia Ed IV. Depkes RI. Jakarta.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Sulaiman, T.N.S., 2007, Teknologi & Formulasi Sediaan Tablet, Pustaka Laboratorium Teknologi
Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 56 – 59, 198 –
215.
Siregar, Charles J.P. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet : Dasar – Dasar Praktis. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.