Anda di halaman 1dari 71

BAB 1

Besaran dan Satuan


Capaian pembelajaran yang hendak dicapai mahasiswa setelah mempelajari materi
besaran dan satuan adalah:
1. Besaran Fisika
2. Pengukuran dan Satuan
3. Konversi Satuan
4. Angka Penting

Tanah dibentuk berawal dari pecahnya batuan akibat berlanjutnya tenaga atau gaya
angin dan air serta panas dan dingin yang akhirnya melepaskan permukaan batuan. Seiring
batuan terbentuklah berbagai macam mineral. Mineral-mineral ini kemudian menyusun
fraksi liat, debu, dan pasir. Ukuran diameter ketiga fraksi tersebut berbeda, dengan
perbandingan ukuran fraksi liat < debu < pasir. Ukuran fraksi liat < 0,002 mm; debu 0,002
– 0,05 mm; sedangkan pasir beragam ukurannya dari 0,05 mm hingga 2 mm.
Kecepatan air mengalir dalam tanah yang disebut konduktivitas hidrolik, menurut
Uhland dan O’Neal (1951) dapat diklasifikasikan nilainya dari < 0,1 cm/jam hingga > 25
cm/jam atau secara kualitatif sebagai kemampuan tanah meloloskan air (kelas
permeabelitas) dinyatakan sangat lambat hingga sangat cepat. Terkait dengan kedalaman air
tanah juga dinyatakan besaran jarak dari permukaan tanah hingga muka air tanah dalam
satuan centimeter.
Ketiga contoh di atas, menunjukkan pentingnya pengetahuan besaran dan satuan
dalam fisika tanah dan ilmu tanah. Dalam bidang pertanian kita mengenal besaran luas areal
dalam satuan hektar, atau data luasan suatu wilayah yang tertera dalam buku BPS dinyatakan
dalam satuan km2.

1.1. Besaran Fisika


Terdapat hubungan antar besaran-besaran fisika, namun ada sekelompok besaran
fisika saja yang lebih mendasar, dan semua besaran fisika lainnya dapat diturunkan dari
besaran dalam kelompok tersebut. Kelompok besaran yang mendasar inilah sebagai besaran
pokok. Para ahli fisika seluruh dunia, akhirnya menetapkan tujuh (7) besaran pokok dalam
fisika seperti tampak dalam Tabel 1.1. sebagai besaran sistem internasional. Ukuran

1
diameter fraksi-fraksi tanah mineral merupakan besaran pokok. Gabungan dua atau lebih
besaran pokok tersebut membentuk besaran turunan, seperti pengukuran luas yang
menghasilkan gabungan dua besaran panjang. Besaran konduktivitas hidrolik merupakan
gabungan besaran panjang dan waktu.

Tabel 1.1. Besaran Pokok Fisika

Besaran Pokok Penggunaan


Panjang Mengukur panjang benda
Massa Mengukur massa atau kandungan materi benda
Waktu Mengukur selang waktu dua peristiwa atau kejadian
Kuat Arus Listrik Mengukur arus listrik atau aliran muatan listrik
Temperatur Mengukur rerata energi kinetik partikel suatu benda
Intensitas Cahaya Mengukur seberapa terang cahaya yang jatuh pada benda
Jumlah Zat Mengukur jumlah partikel yang terkandung dalam benda

1.2. Pengukuran dan Satuan

Ukuran fraksi-fraksi tanah mineral, nilai konduktivitas hidrolik, dan kedalaman air
tanah dapat diketahui setelah kita melakukan pengukuran dengan alat ukur tertentu. Hasil
pengukuran tanpa ada atribut yang menyertai besaran tersebut akan membuat hasil
pengukuran yang dimaksud menjadi tidak bermakna. Misalnya kita menyatakan bahwa
konduktivitas hidrolik pada tanah gambut hemik adalah 11,7 , angka ini tidak bermakna.
Agar hasil pengukuran konduktivitas hidrolik tersebut bermakna maka wajib nilainya
ditambah atribut cm/jam sebagai satuan, sehingga hasil pengukuran menjadi 11,7 cm/jam.
Tampak bahwa satuan sangat penting dalam fisika. Hasil pengukuran yang disertai satuan
akan ditafsirkan sama oleh siapa pun, kapan pun waktunya dan di mana pun kita berada.
Ketika satuan kaidah ilmiah belum dibangun, masyarakat sebenarnya telah
memiliki satuan seperti satuan jengkal, hasta, depa, dan paal yang dapat menimbulkan
persepsi berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Panjang benda yang diukur dengan
jengkal tentu memberikan nilai yang berbeda jika diukur dengan jengkal orang dewasa
disbanding jengkal anak-anak. Untuk pengukuran panjang areal pertanian yang sama, sangat
dimungkinkan hasil pengukuran yang dilakukan orang dewasa diperoleh 100 depa
sedangkan oleh anak-anak memperoleh hasil pengukurannya adalah 135 depa. Hasil

2
pengukuran yang demikian yakni dengan besaran tidak baku/standar tidak dapat digunakan
untuk komunikasi dan informasi antar peneliti, tidak dapat digunakan dalam penelitian
ilmiah, dan tidak dapat digunakan dalam pembangunan pertanian dan industri.
Nilai pengukuran akan berguna jika dilakukan dalam satuan baku/standar. Satuan
baku/standar adalah satuan yang diterima secara umum dan terdefinisi dengan pasti nilainya.
Contoh satuan baku untuk pengukuran panjang adalah meter, sentimeter, millimeter,
kilometer, kaki, inci, mil, dan sebagainya. Semua orang di dunia memiliki penafsiran yang
sama tentang panjang satu meter, satu millimeter, satu inci, satu kaki, dan sebagainya.
Apabila dilaporkan panjang benda adalah 1,4 meter maka semua orang akan memiliki
kesimpulan yang sama.
Untuk menyeragamkan penggunaan satuan di seluruh dunia, maka perlu
ditetapkan satuan internasional untuk 7 besaran pokok. Satuan tersebut selanjutnya
dinamakan satuan SI (Le Systeme Internationale). Satuan SI untuk 7 besaran pokok seperti
pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Satuan Internasional Besaran Pokok Fisika

Besaran Pokok Satuan SI Singkatan


Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu sekon s
Kuat Arus Listrik Ampere A
Temperatur Kelvin K
Intensitas Cahaya kandela Cd
Jumlah zat mol mol

Sejak tahun 1983, jarak tempuh cahaya dalam vakum selama 1/299.792.458 sekon
ditetapkan sebagai panjang satu meter standar. Sejak tahun 1901 ditetapkan masa standar
satu kilogram adalah massa silinder logam yang terbuat dari campuran logam platina dan
iridium, serta disimpan dalam kondisi yang dikontrol secara ketat di International
Bureau of Weights and Measures di kota Sevres, Perancis. Sejak tahun 1967 ditetapkan
satuan waktu standar yakni satu sekon standar didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan
oleh gelombang cahaya yang dipancarkan atom Cesium-133 untuk berosilasi sebanyak

3
9.192.631.770 kali, dan jam yang demikian disebut jam atom. Atom Cesium-133 dipilih
sebagai atom standar karena frekuensi gelombang cahaya yang dipancarkan dapat
dihasilkan dengan mudah dan dapat diukur dengan ketelitian sangat tinggi. Saat ini jam
atom dipasang pada satelit-satelit GPS (global positioning system). Satelit GPS mengelilingi
bumi dan membentuk konstelasi yang terdiri dari 24 atau 32 satelit. Setelit ini terus menerus
memancarkan informasi yang berupa waktu dan posisi setiap saat. Informasi waktu dan
posisi yang dipancarkan sejumlah satelit GPS ditangkap oleh alat GPS yang ada di bumi.
Alat GPS yang ada di bumi melakukan perhitungan berdasarkan waktu dan posisi yang
dipancarkan oleh minimal tiga satelit GPS.
Pengukuran yang kita lakukan biasanya menghasilkan penulisan satuan yang lebih
kecil atau lebih besar, misalnya diameter atom Hidrogen sekitar 120 pm atau kapasitas
harddisk laptop 1 TB. Piko atau p, dan tera atau T merupakan alternatif penulisan pangkat
10 pada satuan SI. Tabel 1.3. memaparkan pangkat 10 di depan satuan SI yang dimaksud.

Tabel 1.3. Alternatif Awalan Satuan Besaran Fisika


Awalan Singkatan Bentuk Pangkat
yocto y 10-24
zepto z 10-21
atto a 10-18
femto f 10-15
piko p 10-12
nano n 10-9
mikro µ 10-6
mili m 10-3
senti c 10-2
kilo k 103
mega M 106
giga G 109
tera T 1012
peta P 1015
exa E 1018
zetta Z 1021
yotta Y 1024

4
1.3. Konversi Satuan
Perubahan satuan SI ke satuan yang biasa digunakan oleh pengguna (user), seperti
luasan lahan gambut, volume peroksida (H2O2) dalam tabung reaksi, kecepatan berkendara
pada speedometer atau pada layar GPS, dan lain sebagainya dinamakan konversi satuan.
Perubahan satuan SI pada besaran fisika lumrah dilakukan untuk mempermudah
penggunaan besaran yang sama ke dalam sistem satuan tertentu yang biasa digunakan oleh
masyarakat industri atau manufaktur atau masyarakat ilmiah lainnya. Sebagai contoh:
a. Luasan lahan gambut yang hilang di Kalimantan Barat dari tahun 2009 – 2013 sebesar
± 185.000 hektar. Luasan wilayah dalam satuan hektar (ha) dapat dikoversi menjadi
m2 berdasarkan bahwa 1 ha = 10.000 m2 maka luasan lahan gambut yang dimaksud
adalah ± 1.850.000. 000 m2.
b. Fraksi liat (clay) pada tanah mineral memiliki ukuran < 0,002 mm yang dapat juga
ditulis < 0,002. 10-3m atau < 2,0. 10-6m atau < 2,0 µm.
c. Bobot isi (bulk density) atau berat volume tanah mineral antara 1 – 1,65 g/cc. Satuan
cc adalah singkatan dari cubic centimetre yang dapat ditulis menurut kaedah fisika
sebagai cm3. Jika satuan bobot isi ini diubah dalam satuan SI akan menjadi 1000 –
1650 kg/m3.
d. Satuan volume biasa dinyatakan dalam satuan liter yang disingkat l. Satuan volume
dalam satuan SI adalah m3. 1 m3 = 1000 liter atau 1,0.103 l.
e. Kecepatan berkendara dapat dinyatakan seperti 72 km/jam, bila diubah ke dalam
satuan SI akan menjadi 20 m/s.
f. Kapasitas memori laptop pada saat ini dapat mencapai 1TB yang maksudnya 1.1012
byte atau dapat ditulis 103 GB.

1.4. Angka Penting


Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran besaran,
termasuk angka yang ditaksir atau diragukan. Angka yang ditunjukkan oleh alat ukur dan
dapat langsung kita baca nilainya disebut angka pasti. Sedangkan angka yang tidak di
tunjukan oleh alat ukur dan tidak ada padanya tapi dapat ditaksir nilainya, maka
disebut angka taksiran. Gabungan dari kedua jenis angka inilah yang kemudian disebut
sebagai angka penting. Sehingga angka penting disebut juga angka tidak eksak, sedangkan
angka pasti disebut angka eksak.

5
Semua angka dari 1 hingga 9 termasuk angka penting, namun angka 0 dapat dikatakan
angka penting atau tidak penting tergantung letaknya bersama-sama angka bukan 0. Aturan
angka penting sebagai berikut:
1. Semua angka yang bukan nol  angka penting
Contoh: 7,18 (ada 3 angka penting); 7712 (ada 4 angka penting)
2. Angka 0 di belakang angka bukan nol  bukan angka penting
Contoh: 77120 (4 angka penting)
3. Angka 0 di belakang angka penting dalam desimal  angka penting
Contoh: 7,180 (4 angka penting); 0,000007180 (4 angka penting)
4. Angka 0 di depan angka penting dalam desimal  bukan angka penting
Contoh: 0,0000718 (3 angka penting)
5. Angka nol di antara angka penting  angka penting
Contoh: 71800,7001 (9 angka penting)

Namun terdapat juga kesepakatan bahwa jika angka 0 yang terletak di sebelah kiri angka
penting termasuk bukan angka penting, dan bila terletak di sebelah kanan angka penting
dinyatakan sebagai angka penting, serta bila terletak diantara angka penting maka angka 0
termasuk angka penting.
Angka penting dalam operasi matematika seperti penambahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian menganut aturan agak berbeda dibanding ketentuan seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Jumlah angka penting hasil operasi matematika itu berdasarkan
jumlah angka penting paling sedikit, yang juga disebut angka taksiran (angka di belakang
koma) paling sedikit seperti contoh di bawah ini:
Contoh:
0,007 + 0,12 = 0,13
14,244 – 2,1 = 12,1
9,0 – 6,21 = 2,8
15 – 11,02 = 4,0 (hal ini dikarenakan 15  sebagai 15,0)
2,4 x 1,11 = 2,7
0,007 x 0,12 = 0,008 (karena angka penting paling kecil  1 angka penting, dari 0,007)
0,025 : 0,3 = 0,08

6
TES FORMATIF:
1. Jelaskan perbedaan besaran dan satuan dalam ilmu fisika?
2. Terdapat sistem satuan yang digunakan oleh komunitas tertentu di dalam masyarakat
di luar satuan SI. Satuan-satuan yang dimaksud seperti knot, mile, barel, galon, yard,
inch, feet, atm, cc, ha, km2.
a. Satuan yang disebutkan demikian sebagai satuan besaran apa?
b. Konversikan satuan tersebut ke sistem SI!
c. Mengapa komunitas tersebut masih menggunakannya?
3. Apa yang saudara ketahui tentang perangkat GPS? Jelaskan manfaatnya untuk
mahasiswa ilmu tanah!
4. Bagaimana manfaat pengetahuan besaran dan satuan fisika terhadap ilmu tanah?

BAHAN BACAAN:
1. Abdullah, M. 2016. Fisika Dasar I. ITB. Bandung.
2. Cassidy, D., G. Holton, and J. Rutherford. 2002. Understanding Physics. Springer-Verlag
New York, Inc. USA
3. Giancoli, D. C. 2005. Physics: Principles with Applications. 6th Edition. Pearson
Education, Inc. NJ. USA
4. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2008. Fundamental of Physics. 8th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA
5. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA
6. Tipler, Paul A., and G. Mosca. 2008. Physics for Scientists and Engineers, with Modern
Physics. W.H. Freeman and Company, New York. USA

7
BAB 2
Fluida
Capaian pembelajaran yang hendak dicapai mahasiswa setelah mempelajari materi
fluida adalah:
1. Pengertian Fluida
2. Statika Fluida
3. Dinamika Fluida
4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah

2.1. Pengertian Fluida


Sesuatu wujud benda yang dapat berubah bentuk atau wujudnya dan dapat mengalir
dinamakan fluida, seperti cairan dan gas. Fluida tidak memiliki bentuk tertentu artinya
tergantung wadah yang ditempatinya. Hal ini disebabkan gaya tarik antar atom atau molekul
penyusun zat cair dan gas jauh lebih lemah daripada gaya tarik antar atom penyusun zat
padat.Material sejenis pitch yakni aspal (ter) ataupun sejenis resin walaupun memerlukan
waktu lama untuk mengisi wadah hingga sesuai bentuknya dengan bentuk wadah dapat
dikatagorikan fluida. Keberadaan air dan bermacam gas (seperti CO2 dan N2) dalam tanah
sangat mempengaruhi perkembangan dan dinamika sifat dan watak tanah, serta
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Fluida dalam tanah juga
berperan penting terhadap dinamika lingkungan sekitar tanah dan lahan. Pengetahuan fluida
sangat penting bagi manajemen drainase, manajemen daerah aliran sungai (DAS), ataupun
perancangan irigasi pertanian.

B
A

Gambar 2.1. Pola Aliran Air dalam Wilayah DAS (A), dan Pola Aliran Air Tanah (B)

8
2.2. Statika Fluida
Fluida dalam keadaan diam atau statis yang berada dalam wadah tertentu, melakukan
gaya dorong yang tegak lurus terhadap dinding bagian dalam wadah. Khusus zat cair dalam
keadaan statis, bentuk permukaannya selalu tegak lurus terhadap percepatan gravitasi bumi
(Gambar 2.2.).

g g
Gambar 2.2. Bentuk Permukaan
Zat Cair Statis:
Selalu Tegak Lurus terhadap
Arah Percepatan Gravitasi
Bumi (g)

Besaran fisika yang penting bagi fluida adalah kepadatannya (densitas) yang biasa
disebut massa jenis (ρ). Massa jenis yang merupakan karakter asli suatu zat adalah besarnya
massa (m) persatuan volume (V). Persamaan massa jenis ditulis sebagai berikut:

m
ρ W = m.g  ρ.V.g ρ  kg/m3; m  kg; V  m3 ; g  m/s2
V

Massa jenis beberapa zat dipaparkan pada Tabel 2.1. berikut.

Tabel 2.1. Massa Jenis Beberapa Zat

9
Beberapa cairan dan gas lainnya memiliki massa jenis seperti pada Tabel 2.2. berikut.
Tabel 2.2. Massa Jenis Beberapa Fluida
Zat Massa Jenis (kg/m3)
Alkohol, ethyl 0,79 x 103
Premium 0,68 x 103
Helium 0,179
CO2 (O°C, 1 atm) 1,98
Udara (O°C, 1 atm) 1,29
Uap Air (O°C, 1 atm) 0,598
Asam Asetat 1,049 x 103
Aseton 0,785 x 103

Seringkali kita menemukan campuran fluida yang berbeda massa jenisnya, maka massa
jenisnya adalah rerata massa jenis fluida campuran. Jika terdapat beberapa fluida dicampur
maka massa jenis fluida campuran tergantung pada volume total pencampuran. Bila fluida
tidak mengalami perubahan volume setelah pencampuran, maka massa jenis fluida
campuran adalah:

Jika volume fluida setelah dicampur lebih kecil dari jumlah volume fluida mula-mula
maka massa jenis rata-rata lebih besar, dan sebaliknya jika volume hasil campuran lebih
besar daripada jumlah volume fluida mula-mula maka massa jenis campuran lebih kecil.
Misalnya, massa jenis air = 1000 kg/m3 atau 1 g/ml, dan massa jenis alkohol 790 kg/m3 atau
0,79 g/ml. Dengan menggunakan persamaan di atas maka ditemukan bahwa massa jenis
rerata fluida campuran ini adalah 0,84 g/ml atau 843 kg/m3.

2.2.1. Tekanan Hidrostatis


Fluida memiliki kemampuan menekan benda yang berada disekitarnya. Air tanah akan
menekan pertikel-partikel atau bongkahan tanah disekitarnya. Gambar 2.3. mengilustrasikan
tekanan fluida terhadap suatu benda yang berbentuk kubus. Fluida memberikan tekanan ke

10
segala arah yang nilainya sama yang dibuktikan dengan tidak bergeraknya benda yang
ditekan oleh fluida ini. Arah tekanan fluida tegak lurus terhadap permukaan benda tersebut.
Ilustrasi yang dipaparkan membuktikan fluida dalam keadaan statis, namun apabila tekanan
kesegala arah tidak sama atau dapat dikatakan tekanan total ΣP ≠ 0 maka akan terjadi aliran
fluida (fluida dalam keadaan dinamis = dinamika fluida).

Gambar 2.3. Tekanan Fluida yang Gambar 2.4. Tekanan Fluida pada
Sama ke Segala Arah, dan Tegak Kedalaman Tertentu h
Lurus terhadap Permukaan Benda

Tekanan fluida pada kedalaman h tertentu dari permukaan fluida disebabkan berat
kolom fluida di atasnya (Gambar 2.4.). Gaya yang dihasilkan berat kolom fluida terhadap
permukaan A adalah:
F = m.g = (ρV).g = ρ.A.h.g ; Ah = volume kolom fluida  sehingga diperoleh tekanan berat
kolom fluida:

. . .
P = = ρ.h.g P = ρ.g.Δh

Dari persamaan di atas ternyata luasan A tidak berdampak terhadap besarnya tekanan kolom
fluida pada kedalaman tertentu. Tekanan kolom fluida fluida yang sejenis pada kedalaman
tertentu sama besarnya. Δh menyatakan perubahan atau selisih kedalaman. Misalnya pada
Gambar 2.4. sebelumnya dipertanyakan perbedaan tekanan air pada kedalaman 20 cm (h1)
dan 45 cm (h2), maka:
P = ρ.g.Δh  P = ρ.g. (h2 – h1)  P = 1000 kg/m3 x 10 m/s2 (0,45m – 0,20m)
P = 2500 kg/m. s2 atau 2500 N/m2 atau 2500 Pascal (= Pa)
Untuk tekanan udara biasa digunakan satuan bar  1 bar = 1000 mbar = 100 kPa.

11
Perhatikan Gambar 2.5. berikut.

Permukaan air dalam tangki berada 30 m di


atas kran pipa penyiram tanaman. Tidak ada
perbedaan tekanan udara pada permukaan
air di dalam tangki dan kran ini. Tentukan
perbedaan tekanan air antara di permukaan
air dalam tangki dan kran ini.
Gambar 2.5. Contoh Penyediaan Air

Kita gunakan persamaan P = ρ.g.Δh  3,0.105 N/m2 , atau 3,0.105 Pa.


Ketinggian h biasa disebut puncak tekanan (pressure head) yang berpengaruh pada tekanan
air, dan tekanan air ini tidak terpengaruh oleh perbedaan diameter tangki dan pipa-kran.
Pembahasan tekanan fluida dalam keadaan diam seperti di atas disebut tekanan hidrostatis.
Prinsip tekanan hidrostatis menganut Prinsip Pascal, yakni perubahan tekanan pada suatu
fluida akan dipindahkan secara merata kesegala arah dalam fluida dan dinding bagian
dalam fluida.
Apabila bagian atas fluida, misalnya air, mendapat tekanan oleh fluida lainnya (misalnya
udara) yang biasa disebut tekanan atmosfer Po karena air berada dalam wadah terbuka maka
tekanan total dalam air adalah:

P = Po + ρ.g.h
Tekanan total dalam fluida (ΣP) = tekanan atmosfer (Po) + tekanan hidrostatis (ρgh)

Aplikasi tekanan total fluida ΣP dapat menjelaskan besarnya gaya total ΣF pada suatu
bendungan atau dam. Berikut aplikasinya pada suatu bendungan:
Bila suatu dam (Gambar 2.6a) berbentuk seperti empat persegi panjang dengan lebar 30 m
menahan air setinggi 25 m, tentukan tekanan total terhadap bendungan akibat tekanan air
dan atmosfer sepanjang arah horizontal.

12
Gambar 2.6a. Bendungan Gambar 2.6b. Skets Bendungan

Sehubungan bervariasinya tekanan terhadap bendungan sepanjang tinggi H = 25 m, maka


kita hampir tidak dapat berulang-ulang menentukan tekanan akibat gaya air pada setiap
luasan bendungan. Sebagai solusinya adalah kita anggap adanya gaya yang bekerja
disepanjang L= 30 m pada tebal lapisan dh dengan luas areal dA = L.dh pada kedalaman air
h, yang kemudian kita integralkan dari h = 0 hingga h = H = 25 m (Gambar 2.6b.). Kita
abaikan variasi tekanan udara pada bendungan bagian hulu hingga setinggi 25 m.
Tahapan penyelesaian problemnya sebagai berikut:
a. Gaya air dF sepanjang bendungan L dan tinggi dh  dengan tekanan Po + ρgh:
dF = P dA = (Po +ρgh). Ldh
b. Integralkan dari h = 0 ke h = H untuk memperoleh komponen horizontal gaya air terhadap
bendungan

gℎ . ℎ

= Po LH + gLH²

(langkah a - b dari tekanan air, dan langkah c-d-e-f dari tekanan udara)

c. Bagian hilir bendungan tidak vertikal, tapi melengkung dengan membentuk sudut θ.
Bagian hilir mendapat gaya dan tekanan atmosfir/udara. Sketsa berikut menggambarkan
bagian tersebut:

Bagian sepanjang L
dengan selebar ds, dan
tingginya dh

13
d. Hubungkan gaya dF’ dari udara yang bekerja pada sisi hilir bendungan menghasilkan
tekanan pada luasan ds:
dF’ = Po dA = Po Lds
e. Komponen horizontal dF’x = dF cos θ = Po Lds cos θ = Po Ldh

f. Integralkan dari h = 0 ke h = H untuk menemukan komponen horizontal gaya dari udara


sisi hilir bendungan:

′ ℎ #

g. Gaya total terhadap bendungan ΣF = F + (-F’x) = F - F’x = (Po LH + gLH²) – Po LH

= gLH²
'( )²
= $1000 )³+ $9,81 /
+ 30 1 25 1 ²

= 9,20.107 N

Tekanan udara terhadap dam diabaikan karena tekanan udara di permukaan air dan sisi hilir
dam (1 atm) lebih kecil bila dibandingkan tekanan air yang semakin meningkat dengan
semakin dalamnya air (tinggi H). Asumsi ini menyebabkan bagian ke arah dasar dam lebih
tebal dibanding bagian atas dam.

2.2.2. Gaya Apung dan Hukum Archimedes


Seseorang yang mengangkat sebongkah batu bata dari permukaan tanah akan merasa
lebih berat bila dibanding mengangkat batu ini dari dalam air. Gejala yang demikian akibat
adanya gaya yang diberikan oleh air (fluida) terhadap batu bata yang disebut sebagai gaya
apung. Gaya apung diakibatkan adanya tekanan fluida yang semakin besar bila semakin
dalamnya fluida sehingga tekanan fluida pada permukaan bawah batu bata lebih besar
daripada tekanan fluida pada bagian atas permukaannya. Pada Gambar 2.7. berikut
diilustrasikan penentuan besarnya gaya apung terhadap bongkahan tanah yang terapung
dalam air. Tinggi bongkahan tanah Δh dengan luasan permukaan atas dan bawah adalah A
berada dalam fluida dengan massa jenis ρF. Fluida (air) memberikan tekanan P1 = ρF gh1
pada bagian atas bongkahan tanah dengan gaya sebesar F1 = P1 A = ρF gh1 A, dan pada
bagian bawahnya F2 = P2 A = ρF gh2 A.

14
Gaya total ΣF yang bekerja pada bongkahan
tanah akibat tekanan fluida disebut gaya
apung (buoyant force) FB.
ΣF = F2 – F1 = ρF g A (h2 - h2)
= ρF g A Δh
= ρF g V  ρF V = mF
= mF g
gaya apung = berat fluida
Gambar 2.7. Ilustrasi Gaya Apung

Gaya apung dari fluida yang bekerja pada bongkahan tanah sama besarnya berat fluida yang
dipindahkan bongkahan tanah ini, sehingga tidak tergantung pada beragamnya bentuk
bongkahan tanah. Gejala fisika ini dinamakan Prinsip Archimedes: gaya apung fluida yang
bekerja pada suatu benda yang berada dalam fluida ini sama besarnya dengan berat fluida
yang dipindahkan benda ini.

2.3. Dinamika Fluida


Seringkali kita mengamati aliran air dalam slang, aliran air sungai (Gambar 2.8.),
aliran udara yang biasa disebut angin, aliran air dalam tanah secara vertikal ke bawah
(perkolasi, Gambar 2.9.) dan ke atas (kapilaritas), aliran air pada permukaan tanah (surface
run off) dan dalam tanah secara horizontal (sub-surface run off), dan gejala serupa lainnya
merupakan contoh-contoh fluida yang bergerak. Gejala fluida yang bergerak demikian dapat
dikaji dalam pengetahuan dinamika fluida, khusus pergerakan air disebut hidrodinamika dan
gerakan udara disebut aerodinamika seperti gerakan udara di atas dan bawah sayap burung
dan pesawat terbang (Gambar 2.10).

Gambar 2.8. Aliran Air Sungai Gambar 2.9. Perkolasi

15
Gambar 2.10. Aerodinamika pada Sayap Burung dan Pesawat Terbang

Bentuk aliran fluida dapat berupa aliran yang laminar (streamline), dan dapat juga berbentuk
turbulen seperti pada Gambar 2.11. berikut.

Gambar 2.11. Bentuk Aliran Fluida Laminar (a), dan Turbulen (b)

Perhitungan aliran fluida akan lebih mudah dilakukan apabila aliranya laminar. Aliran fluida
adalah aliran massa fluida (Δm) dalam waktu tertentu (Δt), dinamakan laju aliran massa
fluida. Sebagai contoh dapat diilustrasikan aliran fluida (air) dalam pipa seperti pada
Gambar 2.12. berikut.

Gambar 2.12. Aliran Fluida Laminar dalam Pipa

16
Massa fluida yang mengalir pada posisi 1 Δm1 = ρ1 ΔV1 = ρ1 A1 v1 Δt  dalam waktu
bersamaan Δt massa fluida pada posisi 2  Δm2 = ρ2 ΔV2 = ρ2 A2 v2 Δt  maka:

Δm1 Δm2
 ρ1 A1 v1 = ρ2 A2 v2
Δt Δt
 bila densitas atau massa jenis fluida sama / konstan maka:
 A1 v1 = A2 v2  Persamaan Kontinuitas
Persamaan ini dapat dinyatakan  Q = Av  debit aliran (m/s3)
Ket.:
m = massa fluida (kg); ρ = massa jenis fluida (kg/m3); V = volume fluida (m3);
A = luas areal fluida (m2); v = kecepatan aliran fluida (m/s); t = waktu aliran fluida (s)

Survei manajemen DAS biasa dilakukan di wilayah sungai, misalnya kita lakukan di
wilayah sungai yang berada di sekitar Kota Sintang (Gambar 2.13.), untuk mengetahui
besarnya debit sungai sebagai sumber air untuk keperluan tertentu.

Penggalan sungai dapat diilustrasikan:


1
Dianggap bentuk sungai persegi
empat dgn lebar1=100 m, lebar2
=127 m, kedalaman1= 20 m.
Alat currentmeter digunakan
untuk mengukur kecepatan arus,
2 dan diketahui v1= 1 m/s, v2= 0,6
m/s. Tentukan kedalaman
sungai lokasi 2, serta debit
sungai di lokasi 1 dan 2.
Gambar 2.13. Peta Sungai Kota Sintang

Kita dapat menggunakan persamaan kontinuitas:


A1 v1 = A2 v2  A1 = 100 m x 20 m = 2000 m2
A2 = (A1 v1)/ v2  A2 = 3333,3 m2  maka kedalaman lokasi 2 = A2/127m= 26,2 m
Debit sungai lokasi 1  Q1 = 2000 m3/s; dan Q2 ≈ 2000 m3/s.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Q1 = Q2 , dengan anggapan densitas air sungai sama
di lokasi 1 dan 2.

Aplikasi persamaan kontinuitas juga dapat dilihat pada saat kita menggunakan
penyemprot air, misalnya saat menyiram tanaman (seperti sprinkler), membersihkan
kendaraan, atau disaat memadamkan api kebakaran lahan gambut (Gambar 2.14).

17
Gambar 2.14. Aplikasi Persamaan Kontinuitas pada Alat Penyemprot

Diameter selang yang menghantarkan air selalu lebih besar dibanding diameter nozzle di
ujung selang. Manfaat pengaturan diameter sparepart yang demikian untuk menghasilkan
kecepatan air dan tekanan air yang keluar dari nozzle lebih besar sehingga dapat digunakan
sesuai peruntukan alatnya.
Berkenaan dengan tekanan aliran fluida stasioner (laminar) yang kontinu kita dapat
menggunakan persamaan Bernoulli. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.15. berikut.

L=jarak perpindahan fluida (m); h=y=tinggi /elevasi


fluida ke dasar acuan (m); P=tekanan fluida (N/m2);
ρ=massa jenis fluida (kg/m3); v=kec. aliran fluida (m/s)

Persamaan Bernoulli:

P1 + ½ ρv12 + ρgh1 = P2 + ½ ρv22 + ρgh2


1 dan 2 menunjukkan posisi aliran fluida.

Gambar 2.15. Aliran Stasioner: Bernoulli

Persamaan Bernoulli menghubungkan tekanan dan kecepatan fluida antara dua titik atau
posisi fluida yang alirannya laminar, dan selama aliran tidak mengalami perubahan massa
jenis.

Sebagai contoh penggunaan persamaan Bernoulli sebagai berikut:


Air mengalir dalam pipa mendatar dengan diameter pipa pada titik 1= 6 cm, tekanan air 180
kPa dan kecepatannya 2 m/s, sedangkan diameter pipa di titik 2 = 2 cm. Tentukan kecepatan
aliran dan tekanan air di titik 2. Perhatikan gambar berikut:

18
1 2

D =Ø= 6 cm = 0,06 m; P = 180 kPa = 180.000 Pa; v = 2 m/s


1 1 1

D =Ø= 2 cm = 0,02 m; ρ = 1000 kg/ m3


2

A v =A v
1 1 2 2

A  πr2 dan r = ½Ø  A = π (½Ø)2


2 2
π ¼Ø .v = π ¼Ø .v
1 1 2 2
2 2
π¼.0,06 .2 = π¼.0,02 .v  maka diperoleh v = 18 m/s
2 2

Dengan h = h maka P
1 2 2
2 2
P + ½ρv + ρgh = P + ½ρv + ρgh
1 1 1 2 2 2
2 2
180.000 + ½.1000.2 = P + ½.1000.18
2

P = 20.000 Pa
2

P = 20 kPa = 20,0.103 N/m2,  tekanan air pada titik 2 adalah 20,0.103 N/m2
2

Aplikasi persamaan Bernoulli juga mampu menjelaskan gaya angkat sayap sehingga
pesawat terbang dapat mengudara. Perhatikan Gambar 2.16. berikut.

Dari persamaan gerak lurus beraturan, lintasan


xy bagian 2 lebih panjang daripada lintasan xy
bagian 1 namun dapat ditempuh oleh udara 2 2

dan 1 dalam waktu yang sama sehingga v2 harus x

» v1 ; berkenaan dengan kecepatan aliran udara y


dan tekanannya maka kita gunakan persamaan 1
Bernoulli, h = h ; g yang sama sehingga: arah maju
1 2
2 2
P + ½ρv = P + ½ρv ; F = P.A  maka Gambar 2.16. Aliran Udara pada
1 1 2 2
Sayap Pesawat Terbang
ΔF = (P1 – P2) A; sebab A1 = A2
2 2
ΔF = ½ ρ (v – v )
2 1

19
Torricelli mengembangkan persamaan Bernoulli, disebut Teorema Torricelli, untuk
menjelaskan aliran air jatuh dari ketinggian tertentu. Ilustrasi teorema tersebut seperti pada
Gambar 2.17.
Tekanan P berasal dari udara sehingga P1 = P2;
perbedaan tinggi h1 dan h2 adalah h; kecepatan aliran
air di dalam bak v1 << kecepatan air yang keluar dari
kran v2 , dan v1 dianggap nol.
2 2
½ρv + ρgh = ρgh  ½ρv = ρgh – ρgh
2 2 1 2 2 1
2
v2 dapat dinyatakan v saja sehingga v = 2g (h – h )
2 1

v = √2gh  kecepatan aliran air dari kran.


Persamaan Torricelli itu identik dengan gerak benda
jatuh bebas, artinya tanpa kecepatan awal atau v = 0
Gambar 2.17. Air Jatuh Bebas

Contoh:
Sebuah tandon berisi air sedalam 5 m. Pada dasar tandon air terdapat kran berdiameter 3 cm.
Pada saat kran dibuka maka air mengalir keluar. Berapakah kecepatan aliran air yang keluar,
dan debitnya?
v = √2gh = √2.10.5 = 10 m/s  kecepatan aliran air dari kran
Besar debit Q = v.A = 10. π (0,015)2 = 7,1.10-3 m3/s = 7,1 liter/s.

2.4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah


Mempelajari air tanah berarti kita mempelajari gejala seperti limpasan permukaan
(surface run off), infiltrasi, perkolasi, kapilaritas, potensial air tanah, konduktivitas hidrolik,
dan retensi air tanah. Gerakan air dalam tanah karena ada perbedaan tekanan air antara dua
posisi atau titik tinjau. Persamaan tekanan fluida merupakan dasar bagi perhitungan
pergerakan air yang melewati pori-pori tanah, seperti yang dikembangkan oleh Darcy,
seperti pada Gambar 2.18. berikut.

20
Q = - KA dh/dl

ket.:
Q = debit aliran air (m3/s)
K = konduktivitas hidrolik (cm/jam)
A = luas penampang lintang (m2)
dh/dl = gradien hidrolik

Gambar 2.18. Konduktivitas Hidrolik: Darcy

Selain adanya gerakan air tanah, dikenal juga peranan air pada kondisi statis seperti
yang diilustrasikan dengan Gambar 2.19. dan 2.20. berikut.

Gambar 2.19. Hubungan Partikel Tanah dan Gambar 2.20. Volume Air Tanah
Berbagai Kondisi Air Tanah terhadap Volume Tanah

TES FORMATIF:
1. Untuk di benua Erofa dan Amerika, tekanan udara lazim menggunakan satuan psi. Coba
anda telusuri kepanjangannya, penggunaannya untuk apa, dan konversinya ke satuan SI.
2. Coba saudara hitung tekanan total ΣP terhadap dam pada Gambar 2.6. di atas?
3. Sepotong kayu log ρk = 0,6 g/cm3 dan volumenya 2 m3. Apabila kayu log tersebut
dijatuhkan ke dalam air sungai (ρa = 1 g/cm3), apakah kayu log mengapung, atau
mengambang, atau tenggelam?

21
4. Untuk keperluan irigasi pipa pada lahan hortikultura, air dalam tangki di permukaan tanah
dipompa dengan kecepatan 0,5 m/s melalui pipa berdiameter 4 cm pada tekanan 3 atm ke
tandon air yang tingginya 5 m terhadap permukaan tanah. Hitung kecepatan dan tekanan
air mengalir ke tandon air bila melalui pipa berdiameter 2,6 cm.
5. Untuk mengetahui aliran fluida berbentuk laminar maupun turbulen, digunakan
persamaan Bilangan Reynolds. Coba anda kemukakan persamaan tersebut, dan
manfaatnya bagi pengaturan drainase atau irigasi!

BAHAN BACAAN:
1. Abdullah, M. 2016. Fisika Dasar I. ITB Press. Bandung.
2. Cassidy, D., G. Holton, and J. Rutherford. 2002. Understanding Physics. Springer-Verlag
New York, Inc. USA.
3. Giancoli, D. C. 2005. Physics: Principles with Applications. 6th Edition. Pearson
Education, Inc. NJ. USA.
4. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2008. Fundamental of Physics. 8th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
5. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
6. Hillel, D. 2004. Introduction to Environmental Soil Physics. Elsevier Academic Press,
USA.
7. Shukla, M. K. 2014. Soil Physics: An Introduction. CRC Press, Florida, USA.
8. Tipler, Paul A., and G. Mosca. 2008. Physics for Scientists and Engineers, with Modern
Physics. W.H. Freeman and Company, New York. USA.

22
BAB 3
Temperatur
9.
Capaian pembelajaran yang hendak dicapai mahasiswa setelah mempelajari materi
10.
temperatur adalah:
11.
1. Pengertian Temperatur
2. Pengukuran Temperatur
3. Termometer dan Skala
4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah

Diskusi tentang temperatur, merupakan objek bahasan dunia internasional saat ini.
Meningkatnya temperatur rata-rata di atmosfer, laut, dan daratan bumi menjadi fokus diskusi
para ilmuwan dunia. Perkembangan diskusi global warming telah sampai pada tahap
konklusi dalam menentukan peningkatan temperatur rata-rata global pada permukaan bumi,
yakni bahwa temperatur telah meningkat 0,74 ± 0,18 °C (1,33 ± 0,32 °F) selama seratus
tahun terakhir. Meningkatnya temperatur global diperkirakan akan menyebabkan
perubahan-perubahan ekologis seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Dampak negatif
pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser,
dan punahnya berbagai jenis hewan.

3.1. Pengertian Temperatur


Pengalaman kita sehari-hari merasakan panas atau dinginnya cuaca, benda, ataupun
badan kita menunjukkan perbedaan temperatur yang terjadi. Namun pengertian panas
dinginnya suatu benda atau keadaan bukan merupakan makna temperatur sebenarnya.
Keadaan panas atau dinginnya benda terkait dengan gerakan partikel penyusun benda.
Gerakan partikel ini terjadi karena partikel memiliki energi kinetik (Ek). Sekumpulan gas
atau molekul udara secara mikroskopis yang memiliki Ek tinggi maka secara makroskopis
kita menyatakan bahwa udara sekitar kita memiliki temperatur tinggi, dan sebaliknya
demikian juga jika temperatur udara rendah. Kuantitas besar kecilnya Ek partikel zat sangat
menentukan tinggi rendahnya temperatur, maka Ek partikel berhubungan dengan
temperatur. Apabila zat tertentu berada dalam suatu sistem tertentu maka rerata Ek partikel
zat dalam sistem ini adalah temperatur, namun bukan jumlah total Ek partikel zat ini.

23
3.2. Pengukuran Temperatur
Sifat fisika benda yang mengalami perubahan terhadap temperatur dinamakan sifat
termometrik, seperti pada Gambar 3.1. Sifat perubahan termometrik menunjukkan
perubahan temperatur benda. Perubahan bentuk benda akibat peningkatan temperatur,
misalnya sebatang logam yang memanjang, memuainya cairan, mencairnya bongkahan es,
serta sebaliknya. Peningkatan panas benda akan berakibat meningkatnya gerakan partikel
benda sehingga Ek partikel meningkat juga seiring meningkatnya temperatur benda.

Gambar 3.1. Perubahan Sifat Termometrik Benda

Sifat perubahan benda akibat perubahan temperatur menjadi landasan pembuatan alat ukur
temperatur. Penggunaan merkuri, alkohol, dan kepingan bimetal sebagai zat standar untuk
mengukur perubahan temperatur benda lain atau kondisi udara ruangan. Alat yang dirancang
untuk mengukur perubahan temperatur disebut termometer. Selain penggunaan prinsip
pemuaian merkuri dan kepingan bimetal sebagai penera perubahan temperatur, kita juga
sudah mengenal termometer digital. Termometer digital mengandalkan perangkat arus
listrik, dan menggunakan sensor termokopel berbahan logam seperti termistor sehingga hasil
pengukurannya lebih akurat.
Perpindahan kalor atau panas dari suatu sistem ke sistem lainnya, atau dari suatu benda
ke benda sekitarnya dapat melalui proses konduksi, konveksi, dan radiasi. Proses konduksi
terjadi apabila perpindahan energi kalor melalui kontak langsung antara sistem atau benda,
misalnya kita merasakan panas ketika memegang ujung besi yang dipanaskan dengan
mekanisme beruntun tumbukan dari molekul atau atom yang bergetar akibat temperaturnya
tinggi terhadap molekul atau atom yang temperaturnya rendah. Proses konveksi melalui
perpindahan energi kalor oleh gerakan massa atau molekul, misalnya kita merasakan udara
panas sekitar kompor yang menyala, atau kita merasakan udara dingin dari AC. Sedangkan
proses radiasi melalui mekanisme perpindahan energi kalor lewat gelombang

24
elektromagnetik tanpa ada media penghantaran kalor, seperti panas sinar matahari yang kita
rasakan ketika berada di halaman rumah atau di tempat lainnya.

3.3. Termometer dan Skala


Besaran temperatur memiliki satuan SI adalah derajat Kelvin atau dilambangkan K.
Namun pengukuran temperatur biasanya menggunakan satuan skala yang beragam seperti
derajat Celcius, Fahrenheit, dan Reamur. Penggunaan satuan Kelvin berdasarkan tekanan
gas yang dikondisikan ke titik nol maka temperatur gas mencapai -273,15°C, dan nilai
temperatur ini ditetapkan sebagai temperatur nol absolut atau 0 K. Temperatur -273,15°C
sebagai nilai nol Kelvin, sehingga konversi skala derajat C ke K adalah tC = TK – 273,15.
Titik didih air ditentukan pada skala 100°C yang setara dengan 212°F, sedangkan titik 0°C
sebagai titik beku air. Ilustrasi perbandingan skala derajat C dan F seperti pada Gambar 3.2.
berikut.

Konversi derajat skala C dan F sebagai berikut:


6 7
t(°C) = 7 8 t °F ; 32< ; atau t (°F) = 6 t °C 32

Misal: jika 212°F dikonversi ke °C


6 6
t(°C) = 7 8 212 °F ; 32<  = 7 8180°F<  100°C

Untuk berfungsinya YBa2Cu3O7 menjadi superkonduktor


perlu diturunkan temperaturnya hingga 92 K. Tentukan
temperatur tersebut dalam skala Celcius dan Fahrenheit.
T K = t°C + 273,15  t°C = 92 – 273,15 = ̶ 181,15°C
7
t (°F) = 6 ̶ 181,15°C 32  ̶ 294,07°F
Gambar 3.2.
Perbandingan Skala
Derajat Celcius dan
Fahrenheit

3.4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah


Temperatur tanah, yang nilainya bervariasi terhadap waktu dan tempat, merupakan
faktor utama yang penting dalam menentukan laju dan arah proses fisika tanah, dan
pertukaran massa dan energi dengan atmosfir. Temperatur mengatur evaporasi dan aerasi,
serta jenis dan laju reaksi kimia yang berlangsung dalam tanah. Akhirnya, temperatur tanah
sangat mempengaruhi proses biologi, seperti perkecambahan benih, penyemaian dan

25
pertumbuhan tanaman, perkembangan akar (Gambar 3.3.), dan aktivitas mikroorganisme
dalam tanah. Mekanisme perpindahan kalor dalam tanah melalui ketiga proses yang telah
dipaparkan sebelumnya, yakni konduksi-konveksi-radiasi. Pengaruh satu atau lebih
mekanisme yang saling berinteraksi membentuk daerah panas profil tanah, seperti pada
Gambar 3.4. berikut.

Gambar 3.3. Pengaruh Temperatur (°C) terhadap Perkembangan Akar Tanaman

Rendahnya temperatur menyebabkan rendahnya konsentrasi gas oksigen, pada saat


temperaturnya < 18°C maka konsentrasinya adalah 2,2%; sedangkan pada temperatur 30°C
konsentrasi O2 menjadi 21%.

a b c

Gambar 3.4. Profil Temperatur dalam Tanah

Pengetahuan tentang radiasi sinar matahari atau radiasi kalor lainnya sangat
bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan dalam ilmu tanah dan pertanian, misalnya
informasi sebaran hotspot (Gambar 3.5.), perubahan tutupan lahan (Gambar 3.6.), dan
aktivitas fotosintesis (Gambar 3.7.).

26
Gambar 3.5. Sebaran Hotspot di Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 3.6. Perubahan Tutupan Lahan akibat Deforestasi di Pulau Kalimantan

Gambar 3.7. Aktivitas Fotosintesis pada Daun Tanaman

27
TES FORMATIF:
1. Apabila sistem A dalam keadaan kesetimbangan termal dengan sistem B, sedangkan
sistem B tidak mengalami kesetimbangan termal dengan sistem C. Bagaimana penjelasan
anda tentang temperatur sistem A, B, dan C?
2. Suatu hari Bagus di lokasi survei lapangan menyatakan kepada Wahyu bahwa temperatur
udara adalah 67°F. Namun Wahyu menjawab bahwa temperatur udara di lokasi tersebut
28°C. Menurut pernyataan siapa temperatur udara lokasi survei lebih dingin?
3. Bagaimana penjelasan anda tentang Gambar 3.3.?
4. Profil temperatur tanah untuk wilayah Indonesia, khususnya Kalimantan Barat,
diilustrasikan pada Gambar 3.4. (a), (b), atau (c)? Jelaskan!
5. Berikan contoh manfaat pengetahuan temperatur bagi perkembangan ilmu tanah dan
pertanian, selain yang telah dipaparkan dalam Bab 3 ini.

BAHAN BACAAN:
1. Abdullah, M. 2016. Fisika Dasar I. ITB Press. Bandung.
2. Cassidy, D., G. Holton, and J. Rutherford. 2002. Understanding Physics. Springer-Verlag
New York, Inc. USA.
3. Giancoli, D. C. 2005. Physics: Principles with Applications. 6th Edition. Pearson
Education, Inc. NJ. USA.
4. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2008. Fundamental of Physics. 8th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
5. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
6. Hillel, D. 2004. Introduction to Environmental Soil Physics. Elsevier Academic Press,
USA.
7. Shukla, M. K. 2014. Soil Physics: An Introduction. CRC Press, Florida, USA.
8. Tipler, Paul A., and G. Mosca. 2008. Physics for Scientists and Engineers, with Modern
Physics. W.H. Freeman and Company, New York. USA.

28
BAB 4
Panas
1.
Capaian pembelajaran yang hendak dicapai mahasiswa setelah mempelajari materi
2.
panas adalah:
3.
1. Pengertian Panas
2. Energi Dalam
3. Panas Spesifik
4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah

Seringkali kita merasakan udara panas di sekitar tempat kita berada, atau pada saat
kita menyiram tanaman karena cuacanya panas. Panas dapat ditimbulkan dari beberapa
peristiwa, misalnya menyalanya lampu menimbulkan panas, smartphone terasa panas ketika
saat diisi ulang baterainya, tanah terasa panas karena terpapar radiasi sinar matahari. Pada
saat kita ingin membuat minuman kopi kita membutuhkan air panas. Tanah pasiran yang
kita temukan diwilayah eks PETI akan terasa lebih panas pada saat kita pijak tanpa alas kaki
di siang hari yang cerah dibandingkan tanah non pasiran pada ruang dan waktu yang
bersamaan. Kata ‘panas’ sangat sering kita dengar dan baca, namun pahamkah kita arti
panas? Dalam bahasan berikut, akan dijelaskan pengertian panas, tinjauan fisika lainnya
yang terkait, serta manfaatnya bagi perkembangan keilmuan tanah.

4.1. Pengertian Panas


Mahasiswa yang ditugaskan menentukan berat volume tanah mineral wajib
memasukkan sampel tanah dalam ring ke dalam oven untuk dikeringkan pada temperatur
105°C selama 24 jam. Sampel tanah terasa tidak panas sebelum dimasukkan ke dalam oven
sehubungan temperaturnya sama dengan temperatur ruangan laboratorium (±27°C), namun
sampel tanah terasa panas ketika saat dikeluarkan dari oven. Mahasiswa merasakan panas
karena ada perbedaan temperatur antara kedua keadaan sampel tanah tersebut. Kesan panas
akan kita rasakan bila ada perbedaan temperatur antara kedua sistem, antara kedua benda
atau zat, atau dapat dikatakan antara sistem dan lingkungannya. Panas merupakan satu
diantara sejumlah bentuk energi, selain energi kinetik, energi potensial, energi listrik, energi
cahaya, energi atom, dan energi dalam. Maka dapat disimpulkan bahwa panas adalah energi
yang ditransfer dari suatu benda ke benda lainnya, atau antara sistem dan lingkungannya
akibat perbedaan temperatur. Satuan panas atau kalor adalah kalori, dan karena panas adalah

29
energi maka satuannya dapat dinyatakan dalam satuan Joule (1 Joule = 4,1868 kalori).
Satuan Joule biasa digunakan juga untuk satuan kerja atau usaha (W). Perubahan energi dari
satu bentuk ke bentuk lainnya dapat dijelaskan dengan contoh berikut.
Untuk mempersiapkan kekuatan fisik memanjat
tebing, mahasiswa ilmu tanah perlu menyantap
makanan setara 50 kilokalori. Apabila massa
mahasiswa tersebut adalah 60 kg, berapa ketinggian
tebing yang mampu ditapaknya?
Kalor 50 kilo kalori  50 kkal  50 kkal x (4,1868 x
h?
103 J/kkal) = 209.340 J  W
Energi usaha untuk memanjat tebing setinggi h adalah
 W = mgh  h = W/mg
h = 209.340 J / (60 kg x 9,8 m/s2) h = 356,0 m
Tubuh manusia tidak mampu mengubah energi dengan
tingkat efisiensi 100%, namun hanya sekitar 20% 
sehingga tinggi tebing yang mampu dipanjat oleh
mahasiswa tersebut 20% x 356,0 m = 71,2 m saja.

4.2. Energi Dalam


Pembahasan temperatur merujuk pada rerata energi kinetik semua molekul dalam
benda atau zat, sedangkan energi dalam merujuk pada total energi semua molekul dalam
benda atau zat. Jika terdapat air A (50 g ; 30°C) dicampurkan ke air B (200 g ; 25°C) maka
jelas panas akan mengalir dari air A ke B, walaupun energi dalam air B lebih besar daripada
air A. Energi dalam (U) dari gas ideal biasa tergantung terutama pada temperatur. Jika gas
menjadi tidak ideal lagi atau menjadi gas sejati atau real, molekul-molekulnya menimbulkan
gaya tarik menarik sehingga kemudian diperlukan usaha W yang lebih kuat untuk
memisahkannya. Kemudian apabila rerata jarak antar molekul menjauh, maka energi
potensial Ep yang terkait dengan gaya tarik menarik molekul akan meningkat juga. Akhirnya
energi dalam (U) gas real ini tergantung pada volume, tekanan dan temperaturnya.
Energi dalam (U) zat cairan dan padatan lebih kompleks perhitungannya karena harus
memperhitungkan energi potensial listrik yang ditimbulkan gaya-gaya atau ikatan kimia
antar atom dan molekul.

30
4.3. Panas Spesifik
Perubahan temperatur ΔT massa m suatu zat akan diiringi dengan pengalihan panas Q
di lingkungan sistemnya. Sejumlah panas Q yang ditransfer zat, atau benda, atau sistem yang
tergantung massa m dan perubahan temperatur ΔT dinamakan sebagai panas spesifik c.
Persamaan pernyataan itu adalah:
@
c  c = panas spesifik zat (kal/g.°C , atau J/kg.°C
A.BC
Q = panas yang ditransfer (kalori, atau Joule)
m = massa zat (g, atau kg)
ΔT = perubahan temperatur (°C)

Air memiliki panas spesifik lebih besar daripada zat Tabel 4.1. Panas Spesifik dan
Panas spesifik Molar Beberapa
lainnnya (Tabel 4.1.). Karakter air yang demikian
Zat pada Temperatur Kamar
menjadikan air sebagai senyawa yang ideal untuk
sistem pemanasan ruang oleh air panas, dan
pemanfaatan lainnya yang memerlukan penurunan
temperatur minimal untuk menghasilkan sejumlah
panas yang dialirkan. Faktanya bahwa temperatur air
tanah sangat berpengaruh pada reaksi fisika-kimia-
biologi yang berlangsung dalam tanah.
Panas yang mengalir Q dari suatu zat menyebabkan
perubahan energi dalam ΔU:
Pana
Q = ΔU = C.ΔT = m.c.ΔT ;
C adalah kapasitas panas yang didefinisikan sebagai
perubahan energi dalam ΔU yang diperlukan untuk
meningkatkan temperatur zat satu derajat (°C).
Hubungan panas spesifik dan kapasitas panas adalah:
D
c
A

Aliran panas dalam tanah terutama melalui proses konduksi yang kecepatannya
tergantung dari konduktivitas atau daya hantar panas tanah. Konduktivitas panas dalam
tanah dipengaruhi oleh struktur tanah, berat volume tanah, lengas tanah, dan bahan organik
tanah (mempengaruhi warna tanah).

31
4.4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah
Proses konduksi dalam pengaliran panas di dalam tanah merupakan penggunaan
praktis pengetahuan panas yang telah dipaparkan sebelumnya. Konduktivitas panas
merupakan jumlah panas yang dirambatkan per detik melalui suatu permukaan seluas 1 cm2
setebal 1 cm, dan perbedaan temperatur antara permukaan 1°C.
Peningkatan kualitas tanah dapat dilakukan dengan penambahan bahan pembenah
tanah seperti jerami padi, biokompos, dan mikrobio yang keseluruhannya dapat
meningkatkan bahan organik dalam tanah. Tanah yang kaya akan bahan organik akan
meningkatkan kadar lengas atau air tanah. Kadar lengas yang tinggi dalam tanah akan
meningkatkan kapasitas panas (volumetrik) tanah, dan perubahan kadar lengas tanah akan
mempengaruhi nilai konduktivitas panas tanah. Panas spesifik tanah yang lembab lebih
besar dibandingkan pada tanah kering karena adanya pengaruh air sebagai senyawa ideal
untuk sistem pemanasan ruang tanah.
Berturut-turut nilai konduktivitas panas (satuan kal/cm/detik/°C) pada air (0,0143),
udara (2,7.10-4), tanah kering (0,0004 – 0,0008), dan tanah basah (0,003 – 0,008). Terkait
dengan konduktivitas panas, maka tanah basah memiliki nilai konduktivitas panas (k) yang
besar (± 10 kali lipat) dibanding nilai k pada tanah kering. Persamaan konduktivitas panas
diperkenalkan oleh Fourier seperti berikut:

q = laju perpindahan panas (kal/detik)


k = konduktivitas panas (kal/cm/detik/°C)
A = luas permukaan bidang konduksi/hantaran (cm2)
δT/δx = perubahan temperatur per kedalaman (°C/cm)

Berikut dipaparkan (Tabel 4.2.) hubungan berat jenis partikel (particle density) penyusun
tanah dan kapasitas panas volumetrik pada temperatur 10°C.

Tabel 4.2. Berat Jenis Partikel dan Kapasitas Panas Volumetrik Penyusun Tanah

32
TES FORMATIF:
1. Selain kalori sebagai satuan panas, sering juga digunakan satuan panas adalah BTU.
Jelaskan yang dimaksud dengan BTU ini ?
2. Jelaskan hubungan energi panas dan temperatur ?
3. Jelaskan perbedaan energi dalam, dan temperatur ?
4. Mengapa nilai konduktivitas panas tanah basah dapat mencapai 10 kali lipat terhadap
konduktivitas tanah kering ? Jelaskan!
5. Terkait dengan soal no 4. di atas, bagaimana bahan organik dapat mempengaruhi
konduktivitas panas dalam tanah ? Jelaskan.

BAHAN BACAAN:
1. Abdullah, M. 2016. Fisika Dasar I. ITB Press. Bandung.
2. Cassidy, D., G. Holton, and J. Rutherford. 2002. Understanding Physics. Springer-Verlag
New York, Inc. USA.
3. Giancoli, D. C. 2005. Physics: Principles with Applications. 6th Edition. Pearson
Education, Inc. NJ. USA.
4. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2008. Fundamental of Physics. 8th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
5. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
6. Hillel, D. 2004. Introduction to Environmental Soil Physics. Elsevier Academic Press,
USA.
7. Shukla, M. K. 2014. Soil Physics: An Introduction. CRC Press, Florida, USA.
8. Tipler, Paul A., and G. Mosca. 2008. Physics for Scientists and Engineers, with Modern
Physics. W.H. Freeman and Company, New York. USA.

33
BAB 5
Hukum Termodinamika
1.
Capaian pembelajaran yang hendak dicapai mahasiswa setelah mempelajari materi
termodinamika adalah:
1. Pengertian Termodinamika
2. Hukum Termodinamika ke Nol, I, II, dan III
3. Polusi Panas dan Global Warming
4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah

Titik acuan pembahasan termodinamika dimulai dari konsep temperatur dan cara
pengukurannya. Temperatur merupakan presentasi secara makroskopis energi panas yang
dimiliki suatu zat atau sistem, dan secara mikroskopis merupakan rerata Ek partikel-partikel
yang membangun zat atau sistem tersebut. Energi panas merupakan sumber energi yang
banyak dimanfaatkan oleh kegiatan manusia maupun makhluk hidup lainnya bahkan sistem
lainnya. Pemanfaatan energi panas oleh manusia dapat secara langsung maupun melalui
suatu teknologi atau perekayasaan untuk memodifikasi energi ini sehingga dapat digunakan
sesuai dengan tujuan semula pemanfaatannya. Ahli lingkungan dan geologi mempelajari
transfer energi panas pada peristiwa El Nino, dan berikutnya ahli tanah mempelajari dampak
El Nino terhadap kekeringan tanah gambut.

5.1. Pengertian Termodinamika


Energi panas matahari yang dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik memerlukan
teknik modifikasi agar dapat menghasilkan cahaya lampu. Pengeringan gabah basah menjadi
gabah kering diperlukan energi panas. Pengeringan sampel tanah mineral melalui
pengovenan pada temperatur 105°C selama 24 jam agar diperoleh nilai kadar air tanah.
Contoh-contoh pemanfaatan energi panas tersebut menunjukkan pentingnya teknik rekayasa
untuk mengkonversi energi panas sehingga dapat dimanfaatan secara luas oleh kita. Cabang
utama dan teknik rekayasa dari aplikasi pemanfaatan aliran energi panas, atau energi dalam
(internal energy) suatu sistem merupakan kajian sekaligus definisi termodinamika.
Efek dari energi makroskopis lain yakni energi magnetik dan tegangan permukaan
fluida dapat diabaikan dalam pembahasan termodinamika, sehingga bentuk energi total E
adalah:
E = U + Ek + Ep  U = energi dalam; Ek = energi kinetik; Ep = energi potensial

34
5.2. Hukum Termodinamika ke Nol, I, II, dan III
Sampel tanah mineral dalam selinder logam ring yang dikeringkan dalam oven pada
temperatur 105°C, maka temperatur sampel tanah (A) sama besarnya dengan temperatur
ruang dalam oven (B). Karena selinder logam ring (C) juga meningkat temperaturnya, maka
temperaturnya sama besarnya dengan temperatur A, serta temperatur C akan sama juga
besarnya dengan temperatur B. Maka dapat disimpulkan bahwa temperatur benda A = B =
C, atau dikatakan benda A-B-C berada dalam kesetimbangan panas / termal sebagai akibat
adanya proses aliran energi panas dalam sistem ini. Kajian terhadap kesetimbangan panas
antar benda-benda dalam suatu sistem merupakan Hukum Ke Nol Termodinamika.
Proses aliran energi panas akan merubah jumlah energi dalam yang dimiliki suatu
sistem atau zat. Perubahan energi dalam sebagai akibat adanya pengeluaran atau penerimaan
sejumlah energi panas, serta usaha atau kerja yang dilakukan oleh sistem atau ke arah sistem.
Sebagai misal: sejumlah bahan bakar digunakan untuk menyalakan mesin sehingga dapat
berfungsi menggerakkan roda traktor (W), dan sekaligus mengeluarkan energi panas (Q)
melalui bagian-bagian mesin. Contoh lainnya: panas radiasi matahari yang diterima
permukaan tanah (Q) akan digunakan sebagai kerja tubuh tanah untuk menghangatkan tanah
dan menguapkan air tanah (W). Penambahan bahan bakar dan panas radiasi matahari akan
mengubah energi dalam (Eint) sistem mesin dan tubuh tanah, namun jumlah total energi
yang dimiliki kedua sistem tersebut akan tetap walaupun dapat terkonversi ke bentuk energi
lain (W dan Q). Fenomena tersebut terkait dengan kekekalan energi yakni bahwa perubahan
energi dalam (ΔEint ) dari suatu sistem termodinamika tertutup = total dari jumlah energi
kalor yang disuplai ke dalam sistem (Q) dan kerja (W) yang dilakukan terhadap sistem.
Proses fenomena ini dapat dijelaskan dengan Hukum I Termodinamika yang dirumuskan
sebagai berikut:
ΔEint = ΔU = Q – W
Ket: ΔEint = perubahan energi dalam
Q = panas yang diterima sistem (+), atau panas yang dikeluarkan sistem ( ̶ )
W = kerja/usaha yang dilakukan sistem (+), atau kerja/usaha terhadap sistem ( ̶ )

Persamaan di atas menyatakan konsep kekekalan energi, jadi Hukum I Termodinamika


merupakan hukum kekekalan energi. Energi dalam U merupakan energi ciri khas yang
dimiliki sistem, namun Q dan W adalah energi yang eksis akibat proses termodinamika yang
dapat mengubah sistem ini dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.

35
Contoh aplikasi Hukum I Termodinamika sebagai berikut:
Bila tubuh bahan induk tanah (parent material) menerima panas sebesar 1300 J, dan
sekaligus memperoleh usaha dari luar (misalnya tekanan batuan dan air) sebesar 2500 J,
tentukan besar perubahan energi dalam U sistem bahan induk tanah ini.
ΔEint = ΔU = Q – W
= 1300 J – (– 2500 J) = 3800 J
Catatan: perhatikan tanda + , dan – dalam persamaan di atas

Apabila suatu sistem dalam keadaan bergerak maka sistem memiliki Ek, dan diduga
adanya Ep sehingga persamaan Hukum I Termodinamika dapat dinyatakan sebagai berikut:
Ek + Ep + ΔU = Q – W

Misalnya: Sebutir peluru 3,0 g bergerak dengan kecepatan 400 m/s mengenai buah apel
pohon dan keluar menembus sisi lainnya dengan kecepatan 200 m/s. Hitunglah besar
perubahan energi dalam U sistem, dan wujud apa perubahan Ek yang hilang dari peluru ini?

Kita anggap peluru dan buah apel adalah


satu sistem, tidak ada Ep, tidak ada usaha
pada sistem sekaligus melakukan usaha,
serta tidak ada energi panas yang ditransfer
atau tertransfer ke luar sistem karena
temperatur sama besarnya. Pembahasan
Gambar 5.1. Peluru Menembus Buah Apel difokuskan pada perubahan Ek menjadi
energi dalam U sistem.

Q = W = ΔEp = 0  ΔEk + ΔU = 0
ΔU = - ΔEk = – (Ek2 – Ek1)  Ek1 – Ek2 = ½ m (v1² – v2² )
= ½ (3,0 x 10-3) x[( 400² – 200²)]
ΔU = 180 J  besar perubahan energi dalam
Ek hilang  terjadi peningkatan energi dalam U sistem dengan adanya fakta temperatur
meningkat (pada buah apel dan peluru setelah melewati buah apel  terasa lebih panas)

Contoh peristiwa alam yang mengilustrasikan prinsip dasar Hukum II Termodinamika


seperti berikut: ketika butiran air hujan jatuh maka seluruh Ep awal butiran air hujan berubah

36
menjadi Ek. Ketika butiran air hujan mengenai permukaan tanah, Ek itu berubah menjadi
energi dalam butiran air dan permukaan tanah yang terkena tumbukan butiran air hujan ini.
Molekul permukaan tanah bergerak (bergetar) lebih cepat serta terjadi kenaikan sedikit
temperaturnya. Namun butiran air hujan tidak akan naik lagi ke atas ketika seluruh energi
dalamnya diubah menjadi Ek. Sistem kejadian itu merupakan proses satu arah, dan tidak
akan balik lagi prosesnya seperti semula secara spontan kecuali adanya input energi atau
usaha dari luar sistem.
Peristiwa alam tersebut menunjukkan adanya prinsip kekekalan energi, namun lebih penting
lagi adalah memahami bentuk-bentuk energi lainnya. Terdapat kemungkinan atau tidaknya
energi dapat dimanfaatkan merupakan objek kajian Hukum II Termodinamika, atau dengan
kata lain bahwa prinsip Hukum II Termodinamika menjelaskan tentang proses alam yang
dapat berlangsung atau yang tidak dapat berlangsung.
Contoh lainnya seperti pada Gambar 5.2. berikut:

Gambar di samping menunjukkan


kejadian pecahnya gelas, dari
bentuk yang utuh hingga menjadi
kepingan kaca. Namun dapatkah
kepingan kaca ini kemudian
menjadi gelas kembali dengan
tanpa adanya usaha atau kerja dari
luar sistem ini?

Gambar 5.2. Tahapan Proses Pecahnya Gelas

Gambar 5.1. dan 5.2. menjelaskan proses alam yang berlangsung satu arah yang tidak dapat
balik lagi proses ke semula secara spontan. Proses satu arah yang tak dapat balik melibatkan
suatu kuantitas yang disebut entropi S. Proses satu arah yang merupakan sistem tertutup
memiliki entropi S sistem yang selalu meningkat dan tidak pernah menurun. Kuantitas
entropi berbeda pengertiannya dengan energi karena entropi tidak tunduk terhadap hukum
kekekalan. Energi pada sistem tertutup selalu kekal, maksudnya pada akhirnya energi
konstan, namun sebaliknya entropi akan selalu meningkat. Karena sifatnya yang demikian
sering kali entropi dinamakan sebagai “panah waktu”. Diskusi tentang proses tidak dapat
balik dan entropi selalu mengkaitkan energi yang dapat dimanfaatkan, ketidakteraturan, dan

37
kemungkinan. Proses alam cenderung bergerak ke arah ketidakteraturan yang semakin
membesar, dan sebagian energi tidak dapat bermanfaat untuk melakukan usaha yang
berguna lagi. Perubahan entropi suatu sistem dapat dipaparkan seperti Gambar 5.3. berikut:

Gambar di samping menunjukkan gas yang


berada pada sistem kiri belum mengalir ke
sistem kanan di saat kran belum dibuka
(gambar a). Ketika kran dibuka (gambar b)
maka gas akan mengalir ke sistem kanan
hingga terjadi kesetimbangan antara sistem
kiri dan kanan. Namun apakah selanjutnya
gas akan berpindah lagi ke sistem kiri
ketika kran ditutup ?

Gambar 5.3. Keadaan Awal Gas (a) dan Akhir (b)

Gambar 5.3. menjelaskan bahwa tidak mungkin molekul gas akan berpindah lagi ke sistem
kiri setelah kran ditutup (b), yang menunjukkan proses tidak dapat balik (irreversible
process). Proses pada Gambar 5.3. memaparkan terjadi perpindahan energi panas Q dari
sistem kiri ke kanan pada rerata temperatur T. Proses ini dirumuskan sebagai:

G
∆F
H ΔS = perubahan entropi
Q = kalor yang diserap atau yang ditransfer
T = rerata temperatur proses

Dalam proses alam yang berlangsung secara spontan perubahan entropi memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
 Untuk sistem yang terisolasi, perubahan entropi semua proses memenuhi  ΔS > 0
 Untuk sistem yang tidak terisolasi, perubahan entropi total yang terdiri dari perubahan
entropi sistem dan lingkungan selalu positif  ΔS = ΔSsistem + ΔSlingkungan > 0

Sehingga dengan konsep entropi di atas, maka Hukum II Termodinamika dapat dinyatakan
bahwa pada setiap proses alamiah, entropi total sistem dan lingkungan selalu mengalami
pertambahan.

38
Contoh:
Sebongkah es yang massanya 60 g pada temperature 0°C ditempatkan dalam gelas. Setelah
beberapa menit, setengah dari es itu mencair menjadi air pada temperature 0°C. Jika kalor
atau panas laten peleburan es adalah 80 kal/g, tentukan perubahan entropi es / air !
Kalor yang diperlukan untuk meleburkan es adalah  Q = m L = 30 x 80 = 2400
kalori. Karena proses peleburan pada temperatur tetap, yakni 0°C = 273 K, maka:

G I
∆F ∆F 8,8 kal/K
H JK

Konsep entropi kemudian dikembangkan menjadi konsep-konsep mesin kalor. Kelvin-


Planck menyatakan:
Tidak mungkin membuat mesin yang menyerap kalor dari reservoir panas dan mengubah
seluruhnya menjadi kerja, sehingga tidak ada mesin kalor memiliki efisiensi 100% (Gambar
5.4.).
Selanjutnya Clausius menyatakan:
Tidak mungkin membuat mesin pendingin yang menyerap kalor dari reservoir
bertemperatur rendah, dan membuang ke reservoir bertemperatur tinggi tanpa bantuan kerja
/ usaha dari luar (Gambar 5.5.).

T1 > T2

Gambar 5.4. Pernyataan Kelvin-Planck Gambar 5.5. Pernyataan Clausius

Pernyataan Kelvin-Planck berimplikasi bahwa harus ada energi panas yang dibuang sebagai
Q2 ke luar sistem (Gambar 5.6), dan implikasi dari pernyataan Clausius adalah harus ada
usaha W dari luar sistem (Gambar 5.7).

39
Gambar 5.6. Skema Mesin Kalor Gambar 5.7. Skema Mesin Pendingin

Beberapa konsep mesin kalor telah dikembangkan oleh Nikolaus August Otto yang
berbahan bakar premium dan sejenisnya (pertalite, pertamax, pertamax plus) dan Rudolf
Christian Karl Diesel yang berbahan bakar solar dan sejenisnya (dexlite). Efisiensi kedua
jenis mesin kalor ini berbeda, mesin kalor Otto memiliki rentang efisiensi mesin 62% - 71%,
dan mesin Diesel mempunyai efisiensi 73% - 80%. Efisiensi dapat diketahui dari
perbandingan kompresi mesin, yang biasa kita temukan pada brosur spesifikasi produk
kendaraan bermotor. Semakin besar perbandingan kompresinya maka semakin besar
efisiensi mesinnya.
Saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut (0 K), semua proses akan berhenti
dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum (nol), merupakan pernyataan Hukum III
Termodinamika. Temperatur nol absolut (0 K) tak dapat dicapai dengan langkah yang finit
/ tertentu jumlahnya, yang berarti tak terhitung jumlah langkah atau mekanisme operasional
yang ditempuh suatu sistem untuk mencapai temperatur nol absolut ini. Entropi benda atau
zat akan berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut.

5.3. Polusi Panas dan Global Warming


Pada Gambar 5.6. panas QL dibuang lewat TL, dan QH pada TH (Gambar 5.7) di luar
sistem. Panas yang terbuang ke lingkungan luar sistem tersebut merupakan sumber polusi
panas. Polusi panas akan menyebar di atmosfer yang selanjutnya mempengaruhi situasi
cuaca, dan tentu saja akhirnya akan mempengaruhi iklim global. Gejala pemanasan global
(global warming) banyak berdampak negatif terhadap kehidupan di dunia, baik pada lapisan

40
litosfer (termasuk tanah di atasnya), hidrosfer, maupun atmosfer bumi. Selain dari mesin
kalor dan pendingin, aktivitas manusia dalam pembakaran hutan lahan gambut juga dapat
menghasilkan gas-gas rumah kaca sebagai penyumbang pemanasan global seperti CO2.
Secara umum Gambar 5.8. mengilustrasikan hubungan kegiatan manusia atau proses alam
dan gas-gas penyumbang efek rumah kaca.

Gambar 5.8. Aktivitas Manusia – Proses Alam dan Gas-Gas Efek Rumah Kaca

Emisi gas CO2 dari kerusakan (degradasi) lahan gambut pada tahun 2008 dari
beberapa negara seperti dipaparkan pada Gambar 5.9. berikut.

Gambar 5.9. Emisi CO2 (juta metrik ton) dari Degradasi Lahan Gambut

41
Pemanasan global (global warming) merupakan proses meningkatnya temperatur
rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Temperatur rata-rata global pada permukaan
bumi telah meningkat 0,74 ± 0,18 °C (1,33 ± 0,32 °F) selama seratus tahun terakhir. Ilustrasi
peningkatan temperatur di daratan, lautan, dan gabungannya seperti pada Gambar 5.10.
berikut.

Gambar 5.10. Peningkatan Rerata Temperatur Dunia

Pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil pada kendaraan, pembangkit listrik,
aktivitas industri, dan kebakaran hutan dan lahan akan meningkatkan gas CO2. Kadar gas
CO2 tersebut akan menyerap sebagian sinar inframerah yang diradiasikan oleh permukaan
bumi sehingga menyebabkan pemanasan pada lapisan atmosfer. Peristiwa ini terus
berlangsung sepanjang tahun sehingga akhirnya panas radiasi yang tertahan akan
menyebabkan kenaikan temperatur pada permukaan bumi (Gambar 5.11). Berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh Komisi Iowa tahun 2016, bahwa aktivitas manusia pada sektor
pertanian menyumbang gas-gas rumah kaca (green house gases - GHG) yang diemisikan
sebesar 31%, penggunaan bahan bakar fosil untuk permukiman-industri-jasa perdagangan
(25%), pembangkit listrik (20%), transportasi (15%), serta kegiatan lainnya seperti alih
fungsi lahan-hutan-proses industri-limbah lainnya-emisi gas secara alami (9%). Menurut
IPCC tahun 2014, komposisi GHG terdiri gas CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil-
industri sebesar 65% dan dari alih fungsi lahan–hutan (11%), gas metana (16%), gas N2O
(6%), dan gas-gas Fluor seperti HFCs-PFCs-SF6 (2%).

42
Gambar 5.11. Proses Efek Rumah Kaca

5.4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah


Pengolahan tanah yang berlangsung lama, dan penggunaan lahan gambut untuk
kegiatan pertanian yang disertai dengan pembuatan saluran drainase yang berlebihan akan
menyebabkan turunnya muka air tanah, meningkatkan aerasi, dan mengubah jumlah dan
komposisi tumbuhan yang hidup di atasnya. Emisi gas CO2 dapat berasal dari mineralisasi
bahan organik tanah gambut, dan lajunya tergantung pada kondisi iklim, jenis gambut,
tingkat kematangan, kedalaman muka air tanah, dan temperatur tanah. Oksidasi bahan
organik yang terjadi pada lapisan tanah gambut merupakan serangkaian tahapan mineralisasi
bahan organik. Oksidasi tersebut dapat diakibatkan turunnya muka air tanah, dampak dari
pembuatan saluran drainase yang terbuka, menyebabkan meningkatnya temperatur tanah.
Emisi gas CO2 dari kedalaman tanah gambut 10 cm pada temperatur 0 – 6°C sebesar 3
g/m2/hari, ketika temperaturnya meningkat menjadi 14 – 22° C maka emisi gas CO2 sebesar
5 – 10 g/m2/hari.
Suasana aerobik pada lapisan tanah sangat berdampak aktivitas mikrobiologis tanah,
seperti aktivitas jamur dan bakteri tanah. Gas CO2 akan dilepaskan dari respirasi
heterotropik yang dihasilkan oleh dekomposisi bahan organik yang dilakukan bakteri dan
jamur. Drainase dan kegiatan pertanian pada lahan gambut menyebabkan perubahan
keseimbangan komponen gas CO2 dalam mekanisme yang beragam, seiring perubahan
pertukaran yang lebih nyata gas CH4 dan N2O.

43
TES FORMATIF:
1. Mengapa lahir hukum termodinamika yang Ke Nol ? Jelaskan!
2. Pada Gambar 5.6 panas Q2 harus ke luar sistem, dan pada Gambar 5.7 harus ada W dari
luar sistem. Jelaskan bentuk Q2 dan W yang dimaksud!
3. Terkait dengan entropi, berikan contoh dan jelaskan!
4. Coba anda secara berkelompok untuk memperoleh brosur spesifikasi mesin yang memuat
rasio kompresi, dan diskusikan!
5. Bagaimana kita dapat mengurangi efek rumah kaca? Jelaskan!
6. Berikan contoh kegiatan pengolahan tanah yang dapat memperbesar emisi gas-gas rumah
kaca, dan jelaskan!

BAHAN BACAAN:
1. Abdullah, M. 2016. Fisika Dasar I. ITB Press. Bandung.
2. Cassidy, D., G. Holton, and J. Rutherford. 2002. Understanding Physics. Springer-Verlag
New York, Inc. USA.
3. Giancoli, D. C. 2005. Physics: Principles with Applications. 6th Edition. Pearson
Education, Inc. NJ. USA.
4. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2008. Fundamental of Physics. 8th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
5. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
6. Hillel, D. 2004. Introduction to Environmental Soil Physics. Elsevier Academic Press,
USA.
7. International Peat Society. 2008. Peatlands and Climate Change. Edited by Maria Strack.
IPS Publisher, Vapaudenkatu, Finlandia.
8. Shukla, M. K. 2014. Soil Physics: An Introduction. CRC Press, Florida, USA.
9. Tipler, Paul A., and G. Mosca. 2008. Physics for Scientists and Engineers, with Modern
Physics. W.H. Freeman and Company, New York. USA.

44
BAB 6
Cahaya
1.
Capaian pembelajaran yang hendak dicapai mahasiswa setelah mempelajari materi
cahaya adalah:
1. Pengertian Cahaya
2. Spektrum Gelombang Cahaya
3. Spektrometri dan Spektroskopi
4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah

Teori cahaya berkembang mulai dari pernyataan Christian Huygens (1678) hingga
teori yang lebih komprehensif yakni teori elektromagnetik yang dikemukakan oleh James
Clerk Maxwell (1873). Teori Huygens semakin berkembang sehingga mampu menjelaskan
hukum-hukum refleksi, refraksi, polarisasi, dan interferensi gelombang elektromagnetik
termasuk grelombang cahaya. Di sisi lain, teori Maxwell mampu menjelaskan peristiwa
timbulnya gelombang elektromagnetik yakni bahwa perubahan fluks medan listrik akan
menimbulkan medan magnet. Teori Maxwell merupakan fondasi hukum fisika klasik, selain
oleh Newton tentang hukum gerak dan gravitasi. Akhirnya Albert Einstein
menyempurnakan teori gelombang cahaya, bagian dari gelombang elektromagnetik, dengan
menegaskan bahwa cahaya dapat berprilaku sebagai partikel sekaligus sebagai gelombang.

6.1. Pengertian Cahaya


Cahaya yang diperoleh bumi berasal dari matahari yang merupakan satu diantara
banyak bintang di alam semesta ini. Cahaya matahari yang merambat dari matahari hingga
sampai di permukaan bumi melalui ruang hampa udara dan atmosfer bumi. Cahaya sebagai
gelombang dapat mengalami peristiwa refleksi, refraksi, dispersi, polarisasi, dan
interferensi. Fenomena cahaya sebagai gelombang dapat dijelaskan oleh hukum-hukum
Huygens. Refleksi atau pemantulan cahaya dapat terjadi jika cahaya mengenai medium yang
dapat meneruskan sebagian cahaya (misalnya: kaca, air, udara), atau medium yang tak dapat
meneruskan cahaya (misalnya: cermin, permukaan papan, lempengan aluminium). Cahaya
yang mengenai kaca, maka sebagian cahaya akan direfleksikan dan sebagian akan
dibelokkan atau dibiaskan (refraksi) arah rambatannya. Fenomena polarisasi cahaya dapat
terjadi ketika cahaya melewati kristal kalsit atau kuarsa atau liquid kristal (LCD = liquid

45
crystal display), absorbsi selektif pada kristal polaroid, pembiasan ganda, dan hamburan
partikel udara dapat dilihat pada Gambar 6.1. sampai dengan Gambar 6.4. berikut.

Gambar 6.1. Prinsip Kerja pada Layar Monitor LCD Berazaskan Polarisasi Cahaya

Konsep dasar LCD bekerja adalah memanfaatkan cahaya sebagai gelombang


elektromagnetik, cahaya berhubungan dengan warna dan penglihatan, dan polarisasi cahaya
sebagai gelombang.

Gambar 6.2. Absorbsi Selektif pada Kristal Polaroid Gambar 6.3. Pembiasan Ganda

Gambar 6.2. memaparkan prinsip kerja


film polaroid untuk media cetak foto.
Gambar 6.3. menjelaskan cahaya
melewati bahan-bahan kristal kalsit dan
kuarsa dengan kelajuan di dalam kristal
tidak seragam karena bahan-bahan itu
memiliki dua nilai indeks bias
(birefringence). Gambar 6.4. Cahaya
biru memiliki panjang gelombang lebih
pendek daripada cahaya merah, maka
cahaya itulah yang lebih banyak
dihamburkan, dan warna itulah yang
sampai ke mata kita.

Gambar 6.4. Hamburan Cahaya Matahari oleh Partikel-partikel Udara di Atmosfer

46
Ketika cahaya yang bersifat partikel (foton) bersinar pada logam, maka elektron logam
menyerap energi dari foton, dan karena menerima energi maka elektron keluar dari lintasan
orbitnya berupa aliran elektron. Fenomena tersebut terjadi dalam efek fotolistrik yang tak
dapat dijelaskan dengan prinsip cahaya sebagai gelombang (teori Huygens), kemudian
Einstein mampu menjelaskan efek ini dari sudut pandang bahwa cahaya adalah partikel.
Foton memiliki energi (E) sebanding dengan frekuensi cahaya (f) dan kecepatan cahaya (c),
atau berbanding terbalik terhadap panjang gelombang (λ), yang memenuhi persamaan:
E = h.f  h = konstanta Planck = 6,6261.10-34 Js = 4,136.10-15eVs; c = 3,0.108 m/s

E = hc/λ

Penemuan Einstein membawa perubahan yang sangat fundamental dalam memahami


cahaya yang dapat berperilaku baik sebagai partikel sekaligus sebagai gelombang, yang
dikenal dengan teori dualisme cahaya. Jasa penemuan Einstein tersebut dianugerahi Hadiah
Nobel bidang fisika pada tahun 1921. Prinsip fotolistrik Einstein yang menjelaskan
pancaran elektron yang terstimulasi akibat ditumbuk foton berkembang hingga saat ini
dengan lahirnya teknologi fiber optik untuk transmisi komunikasi. Efek ini mengakibatkan
terciptanya pasangan elektron dan hole di dalam semikonduktor, atau pancaran elektron
bebas dan ion yang tertinggal di dalam metal. Fenomena pertama dikenal sebagai efek
fotolistrik internal, sedangkan fenomena kedua disebut efek fotolistrik eksternal.
Efek fotolistrik internal memiliki aplikasi yang lebih menyentuh masyarakat,
contohnya foto-diode atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya
berkecepatan tinggi. Bahkan, dalam komunikasi serat optik (fiber optik) transmisi sebesar
40 Gigabit perdetik yang setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik)
masih dapat dibaca oleh sebuah foto-diode. Sel surya yang sangat kita kenal manfaatnya
dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal.
Sebuah semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan elektron dan
hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan hole di sisi lain akan
menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban akan menghasilkan arus
listrik. Akhir-akhir ini kita dibanjiri oleh produk-produk elektronik yang dilengkapi dengan
kamera CCD (charge coupled device). Sebut saja kamera pada ponsel, kamera digital
dengan resolusi hingga 12 Megapiksel, atau pemindai kode-batang (barcode) yang dipakai
diseluruh supermarket, kesemuanya memanfaatkan efek fotolistrik internal dalam
mengubah citra yang dikehendaki menjadi data-data elektronik yang selanjutnya dapat
diproses oleh komputer.

47
6.2. Spektrum Gelombang Cahaya
Gelombang elektromagnetik gelombang yang terjadi akibat getaran simultan medan
listrik dan medan magnet (Gambar 6.5), serta tidak memerlukan medium untuk merambat
maka dapat merambat dalam ruang hampa.

Gambar 6.5. Sumber Pancaran dan Arah Rambatan Gelombang Elektromagnetik

Spektrum gelombang elektromagnetik terdiri dari sinar gamma hingga gelombang


radio seperti dipaparkan pada Gambar 6.6. berikut.

Gambar 6.6. Spektrum Gelombang Elektromagnetik

Spektrum cahaya tampak terdiri dari cahaya infra merah hingga ultraviolet, yang
menempati frekuensi dari 4.1014 Hz – 7,5.1014 Hz serta panjang gelombang 7,5.10-7 m –
4,0.10-7 m. Pada proses dispersi cahaya ternyata cahaya tampak (visible light) terdiri dari
cahaya warna merah hingga ungu seperti pada Gambar 6.7. berikut.

48
Gambar 6.7. Dispersi Cahaya Tampak pada Kaca Prisma dan Fenomena Pelangi
Dispersi merupakan penguraian cahaya tampak yang polikromatik menjadi cahaya-cahaya
warna tunggal atau monokromatik. Pelangi terjadi akibat dispersi cahaya matahari yang
polikromatik oleh butiran-butiran air hujan.

6.3. Spektrometri dan Spektroskopi


Selain efek fotolistrik internal, dikenal juga efek fotolistrik eksternal yang dapat
dimanfaatkan untuk tujuan spektroskopi melalui peralatan yang bernama photoelectron
spectroscopy atau PES. Spektrometer atau spektroskop adalah seperangkat alat untuk
mengukur panjang gelombang secara akurat dengan menggunakan prinsip difraksi cahaya
yang melewati prisma yang memisahkan cahaya polikromatik menjadi monokromatik. Hasil
rekaman jejak-jejak cahaya hasil pemrosesan spektrometri menghasilkan pola-pola image
berupa grafik panjang gelombang maupun warna yang khas dari suatu zat atau benda
dinamakan spektroskopi. Aplikasi spektroskopi digunakan untuk analisis DNA identifikasi
jenis dan famili tumbuhan, dan identifikasi mineral-mineral yang terkandung dalam tanah
atau batuan. Jenis spektrometer: ultraviolet-vis, inframerah, serapan atom (AAS), dan
resonansi magnetik inti atom (NMR). Prinsip kerja AAS pada Gambar 6.8. di bawah ini.

Gambar 6.8. Prinsip Kerja Spektroskopi Serapan Atom

49
6.4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah
Pengetahuan tentang cahaya serta rekayasa teknologinya sangat banyak berkontribusi
pada pengembangan bidang pertanian dan terutama pada bidang ilmu tanah. Cahaya
memegang peranan penting dalam proses fisiologis tumbuhan terutama proses fotosintesis,
respirasi, dan transpirasi. Cahaya matahari sebagai sumber energi yang termuat dalam
partikel atau foton yang dimanfaatkan tumbuhan untuk reaksi fotosintesis. Tidak semua
radiasi sinar matahari, interval cahaya tampak dengan panjang gelombang 400 - 700 nm,
karena energi cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis sedangkan 75-85% untuk
meningkatkan temperatur daun dan proses transpirasi.
Pada proses fotosintesis, dalam reaksi setiap molekul CO2 yang melibatkan O2
diperlukan ± 8 foton dari cahaya merah dengan panjang gelombang λ = 680 nm yang setara
42,1 kkal/mole. Foton sebanyak 8 menghasilkan energi radiasi input sebesar 8 mole x 42,1
kkal/mole = 337 kkal yang digunakan sebagai energi reaksi fotosintesis. Reaksi fotosintesis
menghasilkan karbohidrat dan oksigen, serta menghasilkan energi sebesar 114 kkal/mole
CO2 sehingga efisiensi energi 34%. Setiap warna cahaya yang berbeda panjang gelombang
memiliki energi berbeda seperti yang dipaparkan pada Tabel 6.1. berikut.
Tabel 6.1. Energi Foton Cahaya Monokromatik
ENERGI
PANJANG GELOMBANG
WARNA (kkal/mole)
λ (nm) ev / foton
grup foton
Ultraviolet < 400 4,88 112,5
Violet 400 – 425 3,02 69,7
Biru 425 – 490 2,70 62,2
Hijau 490 – 560 2,39 55,0
Kuning 560 – 585 2,14 49,3
Jingga 585 – 640 2,00 46,2
Merah 640 – 740 1,82 42,1
Inframerah > 740 0,88 20,4

Penggunaan data pada Tabel 6.1. untuk diterapkan pada perhitungan sebagai berikut.
Intensitas cahaya matahari matahari pada permukaan bumi adalah 1400 watt/m2. Bila
diasumsikan rerata energi foton adalah 2,0 eV pada rerata panjang gelombang 600 nm.
Hitunglah jumlah foton yang menumbuk tanah seluas 1 cm2 setiap detiknya?
Energi dari sejumlah foton  ΔE = N.hf; dan hf = 2,0 eV
Intensitas adalah tenaga atau daya per satuan luas  I = P/A
Energi merupakan tenaga dalam waktu tertentu  ΔE = P.Δt
1 eV = 1,602.10-19 J = 1,602.10-19 watt.s ; karena 1 J = 1 watt.s

50
L. .BM
N.hf = P.Δt  N.hf = I.A.Δt  N =
N
Jumlah foton  N = (1400 watt/m2. 10-4 m2 .1s) / (2,0. 1,602.10-19 watt.s) = 4,38.1017

Difraksi sinar X dapat dipergunakan untuk identifikasi mineral yang terkandung dalam
bentonit (Neshat dan Shadizadeh, 2016), seperti pada Gambar 6.9. berikut.

Gambar 6.9. Spektrograf Unsur Kimia Mineral Melalui Difraksi Sinar X

Spektroskopi resonansi magnetik nuklir atau spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic


Resonance) adalah teknik spektroskopi untuk mengamati medan magnet lokal di sekitar inti
atom. Spektrograf dari NMR 13C bahan organik mentah, dan biochar yang dipanaskan pada
temperatur 200°C, 300°C, 400°C, dan 500°C seperti pada Gambar 6.10. berikut.

Gambar 6.10. di samping menjelaskan


pergeseran tipe utama puncak area C
yakni pada 0-45 ppm adalah alkyl-C,
45-110 ppm adalah O-alkyl-C, 110-145
ppm adalah aryl-C, 145-165 ppm
adalah O-aryl-C, dan 165-190 ppm
adalah carboxyl-C (Chen et al., 2014).

Gambar 6.10. Spektrograf Bahan Organik Mentah dan Biochar dari NMR 13C

51
Teknik spektroskopi juga dapat menganalisis spektra tanah untuk wilayah Semi-Arid (S),
Alophan (A), dan Oksidik (X). Tanah semi arid berasal dari daerah dengan iklim yang
perbedaan musim hujan dan kemarau yang sangat menyolok. Rata-rata hujan turun dalam
tiga sampai empat bulan dan musim kemarau tujuh sampai delapan bulan. Tanah alophan
berasal dari abu vulkan muda, sedangkan tanah oksidik adalah tanah-tanah berliat yang
berasal dari pelapukan abu vulkanik atau batuan gelap vulkanik dalam periode yang sangat
lama dengan kandungan substansial adalah oksida Al dan Fe. Spektra menunjukkan bahwa
tanah yang mengandung bahan organik lebih tinggi kurang menampilkan reflektans, selain
itu juga menampilkan kuatnya pengaruh ikatan air (HOH) dan hidroksil (OH) (Hedley dan
Roudier, 2010) seperti pada Gambar 6.11. berikut.

Gambar 6.11. Spektra Tanah Semi-arid, Alophan, dan Oksidik

Pengamatan terhadap perubahan sifat tanah gambut akibat adanya jarak terhadap kanal
yang ditabat di daerah Blok C Ex-PLG (Pengembangan Lahan Gambut) yakni MRP (Mega
Rice Project) di Kelampangan Kalimantan Tengah, yang menunjukkan adanya perbedaan
gugus-gugus fungsional senyawa organik (Suryadi et al., 2013). Perubahan kandungan
gugus-gugus fungsional senyawa organik tanah gambut diamati pada wilayah hilir sekat
kanal (A), hulu sekat kanal (B), dan wilayah hutan rawa gambut sekunder sebagai kontrol
(C). Waktu pengamatan perubahan tersebut dilakukan setelah 3 tahun pengamatan terhadap
sifat fisika tanah gambut lainnya. Tanah gambut yang dianalisis berasal dari lokasi yang
berjarak 50 m dan 100 m (kode 1-2), dan 200 m dan 400 m (kode 3-4) terhadap kanal.
Perbedaan iyang dimaksud dapat diamati dari spektrogram dari analisis spektroskopi FTIR
(Fourier Tranform Infra Red). Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red
(FTIR) adalah sama dengan Spektrofotometer Infra Red dispersi, yang membedakannya

52
adalah pengembangan pada sistem optiknya sebelum berkas sinar infra merah melewati
contoh. Berikut dipaparkan perbedaan tersebut seperti pada Gambar 6.12. untuk lokasi ABC
1-2, dan Gambar 6.13. untuk lokasi ABC 3-4.

Gambar 6.12. Analisis FTIR Spektra Gugus-gugus Fungsional Tanah Gambut ABC 1-2

Gambar 6.13. Analisis FTIR Spektra Gugus-gugus Fungsional Tanah Gambut ABC 3-4

53
TES FORMATIF:
1. Bagaimana anda dapat membuktikan bahwa disekitar medan listrik yang berubah-ubah
dapat menghasilkan medan magnet? Jelaskan!
2. Sebutkan teknologi rekayasa polarisasi cahaya yang dapat kita manfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari!
3. Laporkan hasil pengamatan dispersi cahaya secara berkelompok berupa audiovisual!
4. Coba anda jelaskan prinsip dualisme cahaya secara berkelompok!
5. Sebutkan teknologi rekayasa efek fotolistrik yang bermaanfaat kemajuan pengetahuan
ilmu tanah!

BAHAN BACAAN:
1. Abdullah, M. 2016. Fisika Dasar I. ITB Press. Bandung.
2. Cassidy, D., G. Holton, and J. Rutherford. 2002. Understanding Physics. Springer-Verlag
New York, Inc. USA.
3. Chen, Chi-Peng, Chih-H. C., Yu-H. H., dan Chien-T. C. 2014. Converting Leguminous
Green Manure into Biochar: Changes in Chemical Composition and C and N
Mineralization. Geoderma, Vol. 232-234. Elsevier-ScienceDirect.
4. Giancoli, D. C. 2005. Physics: Principles with Applications. 6th Edition. Pearson
Education, Inc. NJ. USA.
5. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2008. Fundamental of Physics. 8th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
6. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
7. Hedley, C., dan Pierre Roudier. 2010. Proximal Soil Spectroscopy For Soil C Estimation
And Mapping. Newsletter Issue 19. Manaaki Whenua-Landcare Research. New Zealand.
8. Hillel, D. 2004. Introduction to Environmental Soil Physics. Elsevier Academic Press,
USA.
9. International Peat Society. 2008. Peatlands and Climate Change. Edited by Maria Strack.
IPS Publisher, Vapaudenkatu, Finlandia.
10. Neshat, J., dan Seyed Reza Shadizadeh. 2016. Evaluation of a Naturally-derived
Deflocculant (Terminalia Chebula) in Bentonite Dipersions. Iranian Journal of Oil &
Gas Science and Technology, Vol. 5. No. 2. Iran.
11. Shukla, M. K. 2014. Soil Physics: An Introduction. CRC Press, Florida, USA.
12. Suryadi, U. E., Bambang H. S., dan Sri N. H. U. 2013. Dampak Pembendungan Kanal
Terhadap Watak Fisika dan Kimia Gambut Ombrogen dalam Usaha Pemulihan Lahan
Terdegradasi. Disertasi. Program Pasca Sarjana. UGM. Yogyakarta.
13. Tipler, Paul A., and G. Mosca. 2008. Physics for Scientists and Engineers, with Modern
Physics. W.H. Freeman and Company, New York. USA.

54
BAB 7
Molekul
1.
Capaian pembelajaran yang hendak dicapai mahasiswa setelah mempelajari materi
molekul adalah:
1. Pengertian Atom dan Molekul
2. Ikatan Dalam Molekul
3. Ikatan Zat Padat dan Air
4. Aplikasi dalam Ilmu Tanah

Hampir 100 tahun yang lalu peniliti di bidang fisika berjuang untuk menemukan
percobaan dalam rangka menemukan bukti keberadaan atom. Saat ini kita sudah dapat
membuktikan keberadaan atom, dan bahkan telah diperoleh foto atom dengan menggunakan
metode scanning tunnelling microscope images, seperti pada Gambar 7.1. berikut.
Noktah biru yang terpancar dari ion Barium tunggal
teramati dalam waktu yang lama pada alat perangkap
atom (atomic trap) di Universitas Washington. Teknis
khusus menyebabkan ion memancarkan cahaya
berulangkali akibat transisi pasangan tingkat energi
atom yang sama. Warna biru mempresentasikan emisi
atau pancaran kumulatif beberapa foton.
Gambar 7.1. Foto Atom Barium

7.1. Pengertian Atom dan Molekul


Atom adalah unit konstituen terkecil dari materi asli yang memiliki sifat-sifat unsur
kimia. Setiap zat padat, cair, gas, dan plasma terdiri dari atom-atom netral atau terionisasi.
Atom sangat kecil sekali, yakni ukurannya sekitar 100 pikometer. Atom berukuran sangat
kecil sekali namun cukup dapat diprediksi perilakunya dengan menggunakan hukum-hukum
fisika klasik karena dianggap berperilaku seolah-olah seperti bola biliar, namun prediksi
perilakunya akan keliru jika kita menggunakan hukum atau efek kuantum. Melalui
pengembangan pengetahuan fisika, pengetahuan model atom telah memasukkan prinsip-
prinsip kuantum untuk menjelaskan dan memprediksi perilakunya secara lebih baik.
Setiap atom tersusun atas nukleus, dan satu atau lebih elektron yang terikat ke nukleus.
Inti terbentuk dari satu atau lebih proton dan biasanya sejumlah neutron yang sama. Proton

55
dan neutron disebut nukleon, dan lebih dari 99,94% massa atom berada di nukleus. Proton
memiliki muatan listrik positif, elektron memiliki muatan listrik negatif, dan neutron tidak
memiliki muatan listrik. Jika jumlah proton dan elektronnya sama, maka atom itu netral
secara elektrik. Jika atom memiliki elektron lebih banyak atau lebih sedikit daripada proton,
maka ia memiliki muatan negatif atau positif secara keseluruhan, dan itu disebut ion.
Elektron atom tertarik pada proton dalam inti atom oleh gaya elektromagnetik ini.
Proton dan neutron dalam nukleus tertarik satu sama lain oleh gaya yang berbeda, yakni
gaya nuklir, yang biasanya lebih kuat daripada gaya tolak menolak elektromagnetik antar
proton bermuatan positif. Dalam keadaan tertentu, gaya tolak menolak elektromagnetik
menjadi lebih kuat daripada gaya nuklir sehingga nukleon dapat terpental keluar dari nukleus
yang selanjutnya meninggalkan elemen yang berbeda berupa peluruhan nuklir yang
dihasilkan dalam proses transmutasi nuklir.
Jumlah proton dalam nukleus menentukan unsur kimia apa yang dimiliki atom,
misalnya semua atom tembaga mengandung 29 proton, dan jumlah neutron sebagai
indikator isotop elemen atau unsur kimia. Jumlah elektron mempengaruhi sifat magnetik
suatu atom. Atom dapat menempel pada satu atau lebih atom lain dengan ikatan kimia untuk
membentuk senyawa kimia seperti molekul. Kemampuan atom untuk bergabung dan
melepaskan diri dari ikatan sangat berpengaruh terhadap sebagian besar perubahan fisik
yang diamati di alam, dan merupakan subjek dari disiplin ilmu kimia.
Atom suatu unsur kimia berperilaku stabil yang artinya tidak berubah dari kejadian
alam semesta (big bang theory) hingga saat ini. Seandainya berubah maka kita akan
mendapatkan perubahan alam semesta yang tidak beraturan. Atom-atom dapat bergabung
membentuk zat yang kompak atau molekul tertentu pembentuk bahan senyawa hingga alam
semesta yang sangat kompleks.
Kedua sifat atom yang mendasar tersebut dapat dijelaskan dengan fisika kuantum,
paling sedikit tiga (3) sifat yang muncul seperti berikut:

Atom-atom Tersusun Bersama Secara Sistematik


Gambar 7.2. menggambarkan plotting energi ionisasi setiap unsur kimia, energi diperlukan
untuk memindahkan elektron yang terikat sangat lemah dari suatu atom yang netral yang
diplot sebagai fungsi posisi dalam tabel periodik unsur kimia yang dimiliki atom ini. Sifat-
sifat kimia dan fisika unsur kimia menunjukkan kesamaan sifat yang muncul dalam setiap
kolom vertikal di tabel periodik yang menandakan bahwa atom-atom terkonstruksi menurut
aturan yang sistematik.

56
Gambar 7.2. Plotting Energi Ionisasi (eV) Unsur Kimia sebagai Fungsi Nomor Atom (Z):
yang menunjukkan pengulangan secara periodik pada arah horisontal sifat-sifat dari 6
atom lengkap dalam sistem tabel periodik. Nomor unsur-unsur kimia dalam sistem
periodik ini terindikasi.

Atom Memancarkan dan Menyerap Cahaya


Atom dapat bertransisi dari satu tingkat energi ke tingkat energi lainnya dengan
memancarkan cahaya apabila bertransisi ke tingkat energi yang rendah Er, dan sebaliknya
akan menyerap cahaya bila bertransisi ke tingkat energi yang lebih tinggi Et. Prinsip hukum
kuantum dapat menghitung energy tersebut dengan persamaan:
hf = Et - Er

Atom Memiliki Momentum Sudut dan Magnet


Bila partikel elektron mengorbit terhadap titik pusatnya maka elektron memiliki momentum
sudut L dan momentum magnet dipol μ yang arahnya saling berlawanan namun merupakan
vektor pasangan.

Suatu penemuan yang sangat sukses dari mekanika kuantum adalah memberikan
pemahaman yang mendasar tentang ikatan kimia. Umumnya atom-atom berikatan
membentuk molekul yang dapat bersifat atau berfungsi sebagai unit tunggal, misal gas O2
atau N2, atau berikatan membentuk cairan atau padatan. Molekul merupakan unsur terkecil
dari suatu senyawa yang mampu mempertahankan sifat-sifat kimianya.

57
7.2. Ikatan Dalam Molekul
Ikatan utama yang bertanggungjawab dalam pembentukan zat padat dan molekul
adalah ikatan ionik dan ikatan kovalen. Terdapat ikatan lainnya yang sangat penting dalam
mekanisme ikatan zat cair dan zat padat adalah ikatan van der Waals, ikatan logam, dan
ikatan hidrogen. Kekuatan ikatan-ikatan kimia sangatlah bervariasi. Pada umumnya, ikatan
kovalen dan ikatan ionik dianggap sebagai ikatan yang relatif kuat, sedangkan ikatan
hidrogen dan ikatan van der Waals dianggap sebagai ikatan yang relatif lemah. Ikatan
kimia adalah sebuah proses fisika yang bertanggung jawab dalam interaksi gaya tarik
menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik
atau poliatomik menjadi stabil. Penjelasan mengenai gaya tarik menarik ini sangatlah rumit
dan dijelaskan oleh elektrodinamika kuantum. Secara umum, ikatan kimia yang kuat
diasosiasikan dengan transfer elektron antara dua atom yang berpartisipasi. Ikatan kimia
menjaga molekul-molekul, kristal, dan gas-gas diatomik untuk tetap bersama. Selain itu
ikatan kimia juga menentukan struktur suatu zat.

Ikatan Ionik
Jenis ikatan yang paling sederhana adalah ikatan ionik, seperti pada garam NaCl. Atom Na
memiliki 1 elektron pada konfigurasi kulit terluar 3s (kulit M, dan n=3) dari 10 elektron
pada konfigurasi kulit K (n=1) dan L (n=2) yang stabil. Energi ionisasi pertama kali
diperlukan Na untuk memindahkan elektron 3s dari atom Na sebesar 5,14 eV. Pindahnya
elektron ini menyebabkan Na menjadi ion positif (Na+) dengan pada kulit n=1 dan n=2 terisi
penuh oleh elektron (Gambar 7.3).
Atom Cl memiliki 17 elektron
sehingga pada kulit terluar M
terdapat tempat bagi 1 elektron
untuk mengisinya. Ketika Cl
menangkap 1 elektron dan
ditempatkan pada kulit terluar
M maka akan melepaskan
energi sebesar 3,62 eV untuk
menjadi ion negatif Cl atau Cl ̅,
dan energi ini dinamakan

Gambar 7.3. Ikatan Ionik Atom Na dan Cl afinitas (gaya gabung) elektron.

58
Pengertian ini menunjukkan bahwa energi afinitas elektron Cl sebesar – 3,62 eV. Formasi
ikatan Na+ dan Cl ̅ dengan model pelepasan 1 elektron oleh atom Na dan diterima oleh atom
Cl memerlukan energi sebesar 5,14 eV – 3,62 eV = 1,52 eV. Ikatan ionik merupakan
penggunaan elektron secara bersama-sama namun tidak dalam kesetaraan kecenderungan
muatan. Sehubungan Cl lebih banyak memiliki elektron dibanding Na maka atom Cl lebih
cenderung bermuatan negatif dan atom Na lebih cenderung bermuatan positif. Akibat
perbedaan kecenderungan muatan tersebut maka terjadilah ikatan ionik yang dimaksud.

Ikatan Kovalen
Suatu mekanisme ikatan yang berbeda sekali adalah ikatan kovalen, yang berperanan untuk
mengikat atom-atom sejenis atau serupa yang kemudian membentuk molekul seperti H2, N2,
dan CO. Ketika dua atom H saling mendekat maka awan elektron mulai tumpang-tindih dan
elektron-elektron dari setiap atom mengorbit kedua inti atom seperti pada Gambar 7.4.
berikut.

Gambar 7.4. di samping


menunjukkan probabilitas distribusi
elektron (awan) di sekitar 2 atom H.
Ikatan terbentuk karena muatan
positif inti atom ditarik menuju
konsentrasi muatan negatif di antara
keduanya.

Gambar 7.4. Ikatan H2

Ikatan antara dua atom H dinamakan ikatan jenuh karena tidak ada lagi ruang atau tempat
berikatan bagi elektron lainnya. Ikatan atom-atom yang sejenis biasanya hampir 100%
adalah ikatan kovalen (seperti O2 dan N2), sedangkan ikatan antara atom-atom yang tidak
sejenis kadang-kadang gabungan ikatan kovalen dan ionik. Ikatan NaCl terutama adalah
ikatan ionik namun sebagian kecilnya terdapat penggunaan bersama elektron sebagai ikatan
kovalen.
Sebaliknya juga terdapat karakter ikatan ionik sebagian pada mekanisme ikatan kovalen.
Molekul-molekul bersifat polar karena terdapat bagian molekul yang bermuatan netto positif
dan bagian lain molekul bermuatan netto negatif. Misalnya molekul air H2O, elektron-

59
elektron yang dipergunakan bersama tampaknya lebih ditemukan di sekitar atom O daripada
di sekitar 2 atom H (Gambar 7.5.)

Tampak awan elektron lebih banyak di sekitar


inti atom O, dan sebaliknya di sekitar atom H
sehingga seolah-olah menjadi ikatan ionik
padahal molekul H2O adalah ikatan kovalen.
Molekul ini bersifat polar atau biasa disebut
bipolar karena terdapat muatan negatif (O ̅ )
sekaligus positif (H+) pada bagian-bagian
tertentu molekul.

Gambar 7.5. Muatan Polar Molekul H2O

Ikatan van der Waals


Ketika ikatan terjadi antara dua atom atau ion terbentuk, diperlukan sejumlah energi
diberikan untuk memecahkan ikatan dan memisahkan atom-atom, dan energi ini disebut
sebagai energi ikatan. Energi ikatan kovalen dan ionik sekitar 2 hingga 5 eV yang berguna
untuk menyatukan atom-atom menjadi molekul yang dinamakan energi ikatan kuat.
Sedangkan energi ikatan lemah yang menunjukkan adanya persinggungan antara molekul-
molekul sebagai akibat tarik menarik elektrostatik sederhana seperti antara molekul-molekul
polar, bukan ikatan dalam molekul polar yang termasuk ikatan kuat. Kekuatan
persinggungan sangat kecil dibanding ikatan kuat, karena energi ikatannya sekitar 0,04
hingga 0,3 eV. Ikatan ini dikenal sebagai ikatan van der Waals, yang menjelaskan adanya
energi tarikan molekul nonpolar terhadap molekul non polar lainnya. Walaupun molekul-
molekul nonpolar memiliki rerata momen dipol listrik = 0, namun ketika terjadi fluktuasi
posisi-posisi muatan listrik maka akan dapat menimbulkan secara spontan momen dipol
listrik sehingga menjadi ≠ 0. Selanjutnya ketika momen dipol listrik ≠ 0 maka timbullah
gaya tarik menarik. Gambar 7.6. (a) menunjukkan kemungkinan orientasi momen dipol
secara cepat pada waktu yang berbeda (t1 – t4) yang menyebabkan adanya tarikan, dan
gambar 7.6. (b) menunjukkan kemungkinan adanya tolak menolak.

60
Gambar di samping menjelaskan
bahwa medan listrik yang ditimbulkan
oleh adanya momen dipol secara cepat
dari satu molekul cenderung
mempolarisasi molekul lainnya
sehingga orientasi ini mengakibatkan
tarik menarik, sehingga gambar (a)
lebih mempresentasikan ikatan van
der Waals.

Gambar 7.6. Mekanisme Ikatan van der Waals

Pada temperatur tinggi, ikatan van der Waals tidak cukup kuat mengatasi gerakan atom-
atom atau molekul-molekul akibat energi panas yang terjadi. Pada temperatur rendah
optimal, gerakan tersebut dapat diabaikan, dan gaya van der Waals menyebabkan hampir
semua senyawa mengkerut menjadi liquid dan padatan.

Ikatan Hidrogen
Ikatan yang sangat penting adalah ikatan H, yang dibentuk berdasarkan penggunaan
bersama proton (inti atom H) antara dua atom yang umumnya adalah dua atom O. Pola
penggunaan bersama proton sama dengan pola penggunaan bersama elektron dalam ikatan
kovalen. Mekanisme ikatan dilakukan oleh proton yang bermassa kecil dan ketiadaan
elektron inti H. Ikatan H merupakan ikatan paling kuat dari kelompok ikatan lemah, karena
atom H yang sangat kecil dan dapat berdekatan. Ikatan H juga memiliki karakter ikatan
parsial kovalen yaitu dengan cara penggunaan elektron secara bersama-sama oleh dua dipol
listrik sehingga ikatan menjadi lebih kuat dan bertahan lama. Ikatan H sering menyatukan
kelompok molekul secara bersama-sama, dan berperanan penting terhadap pertautan
molekul biologis dan polimer yang secara kuantitatif sangat banyak menjadi bentuk yang
padu. Satu dari beberapa bentuk polimer yang kita kenal adalah polimer yang berperanan
sebagai faktor keturunan makhluk hidup yakni deoxyribo nucleic acid (DNA). Bentuk atau
struktur ganda helix DNA terjadi akibat adanya ikatan H yang menjembatani atau sebagai
tautan antar struktur tunggal helix (Gambar 7.7 dan 7.8).

61
Gambar 7.7. Molekul Deoxyribo Nucleic Acid (DNA)
(Ket: garis putus-putus merupakan ikatan H)

Gambar 7.8. Ikatan H+ dengan N ̅, atau dengan C+ ̶ O ̅ Yang Mentautkan Rantai Molekul
Helix DNA

Rerata energi kinetik Ek molekul dalam sel hidup pada temperatur normal (T≈300 K) sekitar
≈ 0,04 eV seperti besarnya energi ikatan lemah. Sehubungan kecilnya energi ikatan lemah
maka ikatan ini akan mudah atau segera pecah setelah terjadi tumbukan antar molekul.
Karena ikatan lemah sifatnya tidak sangat permanen maka persinggungannya singkat, oleh
karena itu sangat berarti dalam pengaturan reaksi dalam sel. Sebaliknya ikatan kuat tidak

62
dapat dipecahkan oleh tumbukan antar molekul, namun melalui reaksi kimia dalam sel
misalnya dengan penambahan enzim-enzim maka ikatan kuat ini dapat pecah.

Ikatan Logam
Ikatan dalam logam, dua atom tidak terikat oleh pertukaran atau penggunaan bersama
elektron untuk membentuk molekul, namun melalui penggunaan bersama elektron valensi
oleh beberapa atom. Ikatan yang tergolong kuat ini menyebar di dalam keseluruhan ruang
logam. Logam dapat dianggap sebagai seunit kubus dari ion-ion positif yang terikat
bersama-sama oleh elektron-elektron bebas yang menyebar dalam ruang padatan.
Berdasarkan mekanika kuantum elektron-elektron bebas dianggap sebagai awan muatan
negatif, di antara kubus ion bermuatan positif, sehingga dapat mengikat ion-ion ini. Ikatan
logam melibatkan lebih dari dua atom, dan muatan negatif tersebar merata dalam volume
logam dengan mekanisme ikatan 1 elektron bebas untuk 1 ion. Perbedaan dengan ikatan
kovalen, penggunaan bersama elektron oleh atom-atom dalam molekul tunggal, adalah pada
ikatan logam penggunaan bersama elektron oleh seluruh atom dalam logam seperti pada
Gambar 7.9 berikut.

Gambar 7.9. Ikatan Logam pada Seng (Zinc) dan Sodium / Natrium (Na)

Ikatan logam seperti yang terlihat pada Gambar 7.9. di atas terjadi sebagai akibat adanya
gaya tarik menarik elektrostatika antara keseluruhan atom positif atau ion dengan “awan”
elektron-elektron konduksi. Energi ikatan logam antara 1eV hingga 3 eV, energi ini lebih
lemah dibanding ikatan ionik dan kovalen dalam zat padat (5 eV s.d. 10 eV). Elektron
konduksi adalah elektron yang mengalami perubahan lokasi. Ketika awan elektron

63
menerima cahaya sebagai energi foton maka elektron-elektron ini akan bergetar pada semua
frekuensi dan sebagai reaksinya elektron ini akan memancarkan kembali cahaya pada
frekuensi yang sama. Peristiwa tersebut menyebabkan permukaan logam tampak mengkilap
bila terkena cahaya. Pada material non logam yang memiliki warna tertentu, elektron yang
berada pada tingkat energi tertentu saja yang dapat menyerap cahaya pada frekuensi tertentu
pula, serta memantulkan cahaya pada frekuensi lainnya sehingga kita dapat melihat warna
material ini.

7.3. Ikatan Zat Padat dan Air


Zat padat dapat memiliki struktur atom yang kristalin maupun amorf, yang tergantung
pada jenis ikatannya baik ikatan ionik, kovalen, hidrogen, van der Waals, maupun logam
antar atom-atom, ion-ion, atau moekul-molekul. Kristal tunggal zat padat memiliki sifat
yang simetri dan struktur yang teratur. Misalnya atom-atom C yang dapat tersusun dalam
bentuk kristal. Pada Gambar 7.10 (a) kristal intan buatan; (b) kristal grafit; (c) lembar cincin
C; (d) kristal fuluren; dan (e) tabung nano C.

Gambar 7.10. Kristal Karbon (C) Dalam Beberapa Bahan Zat Padat

Gaya tarik menarik antar sesama molekul air dinamakan gaya kohesi, terhadap
permukaan zat padat dikenal sebagai gaya adhesi. Kedua gaya tersebut dapat terjadi
sekaligus, misalnya di dalam pori tanah, menyebabkan keberadaan air itu sendiri dan
pengaturan gerakan air. Pengaruh gaya gravitasi bumi dapat menyebabkan molekul air
bergerak ke arah bawah. Dalam molekul air, dua atom H dan satu atom O tidak terletak
segaris namun membentuk sudut sekitar 105° seperti pada Gambar 7.11. Keberadaan sudut
tersebut menyebabkan molekul memiliki sisi O dan sisi H yang jelas. Selanjutnya, 10

64
elektron molekul cenderung tetap lebih dekat ke inti O daripada ke inti H. Dampak
kecenderungan tersebut membuat sisi O agak lebih negatif dibanding sisi H, dan
menciptakan momen dipol listrik ṕ sepanjang aksis simetri molekul air.

Molekul H2O menampilkan tiga inti atom


(diwakili oleh titik hitam ), dan wilayah
keberadaan elektron. Momen dipol listrik ṕ dari
sisi muatan negatif O menuju sisi muatan
positif H.

Gambar 7.11. Molekul Air

Penjelasan gaya kohesi dan adhesi yang terjadi antara zat padat dan cair dapat diamati pada
Gambar 7.12 berikut

Gambar 7.12. Gaya Yang Bekerja Pada Molekul Air : pada persinggungan udara-air (A),
persinggungan air-air (B), dan persinggungan padatan-air (C). Melengkungnya permukaan
air diakibatkan gaya tegangan permukaan (gambar sebelah kanan)

Pada B, seluruh gaya kohesi bekerja pada molekul air sama besarnya ke segala arah. Pada
C, gaya tarik permukaan padatan (dinding bejana) terhadap molekul air sebagai gaya adhesi
lebih kuat daripada gaya kohesi antar molekul air. Sedangkan pada A, persinggungan udara-
air, gaya tarik udara terhadap molekul air ke arah atas lebih kecil dibandingkan dengan gaya
tarik menarik antar molekul air dan gaya gravitasi bumi yang menarik ke arah bawah.

65
Konsekuensi berikutnya adalah tidak terdapat ketimbangan gaya dengan total gaya ke bawah
terhadap molekul air sehingga akhirnya terjadi pelengkungan permukaan air pada wilayah
persinggungan udara-air. Fenomena ini dinamakan gaya tegang permukaan (air). Gaya
tegangan permukaan dapat mudah diamati dengan percobaan meletakkan klip kertas di atas
permukaan air dalam gelas. Karena adanya gaya tegangan permukaan maka klip kertas
terapung atau tidak tenggelam. Fenomena tersebut juga dapat diamati pada tetesan air di atas
permukaan yang mengandung lilin, tetesan air berbentuk hampir bundar.

7.4. Aplikasi Dalam Ilmu Tanah

Mempelajari ikatan antar atom atau antar molekul sangat penting dalam memahami
proses reaksi kimia. Pemberian unsur NPK dalam proses pemupukan yang dilakukan dalam
tanah yang berguna untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman, akan
terjadi reaksi antar unsur NPK dengan partikel tanah sekaligus dengan air tanah.
Penambahan unsur N melalui pemupukan urea, unsur P melalui pemupukan SP36 atau TSP
atau SP18, dan unsur K melalui pemupukan KCl atau KNO3 atau ZK. Selain penambahan
unsur hara melalui pemupukan anorganik tersebut, juga dapat melalui pemupukan berupa
bahan organik seperti pupuk kandang, kompos, hijau, dan hayati organik. Selain itu juga
diketahui adanya pengapuran yang dilakukan untuk menaikkan pH tanah, seperti dolomit
dan kalsit. Perlakuan yang diberikan baik berupa pemupukan dan pengapuran di dalam tanah
menyebabkan adanya reaksi pertukaran ion-ion antara permukaan partikel tanah-akar
tanaman-air-udara-kapur-mikroorganisme pada Gambar 7.13 berikut.

Gambar 7.13. Pertukaran Ion-ion di Dalam Tanah

66
Ketika dilakukan pemberian kapur dalam tanah maka akan terjadi reaksi antara zat
padat tanah misalnya koloid tanah yang terdiri atas bahan mineral (fraksi liat, debu,dan
pasir) dan bahan organik berukuran sangat kecil (< 1μm ). Satu dari jenis koloid tanah adalah
koloid liat atau disebut sebagai mikro sel (misel) yang bermuatan negatif. Pertukaran ion-
ion antara yang berasal dari kapur dan misel tanah dapat diilustrasikan seperti pada Gambar
7.14 berikut.

Gambar 7.14. Pertukaran Ion-ion Antara Misel Tanah dan CaCO3

Misel tanah yang bermuatan negatif dapat berikatan dengan ion-ion H+ dan Al3+ , dan ketika
bereaksi dengan ion-ion yang berasal dari CaCO3 maka berlangsung reaksi mulai dari A
hingga D.
Pada Gambar 7.12. persinggungan antara air dan dinding bejana membentuk sudut tertentu
yang dinamakan sebagai sudut kontak. Sudut kontak dapat terjadi karena persinggungan
antara permukaan udara-cairan dengana permukaan zat padat. Sudut kontak merupakan
fungsi tangen antara permukaan air dan permukaan zat padat. Peranan tegangan permukaan
sangat penting dalam proses pembentukan sudut kontak, tegangan permukaan antara
persinggungan padatan-udara γsa, padatan-air γsw, dan air-udara γwa. Menurut Young (1805),
persamaan sudut kontak sebagai berikut:

γsa = γsw + γwa cos α

cos α = (γsa – γsw ) / γwa

67
Gambar 7.15. berikut menjelaskan peranan tekanan P dalam mekanisme pembentukan sudut
kontak.

Gambar 7.15. Peranan Tekanan P Dalam Mekanisme Pembentukan Sudut Kontak :


(a). Perbedaan Tekanan Sepanjang Persinggungan Udara-Air: bidang horizontal, cembung
bagi air, dan cembung bagi udara. (b). Sudut kontak untuk fluida menunjukkan tingkat
kebasahan rendah hingga tinggi; sudut kontak tumpul (> 90° s.d. < 180°) dan sudut kontak
lancip (< 90°) menentukan efek kebasahan.

Ketika gaya adhesi antara permukaan padatan dan molekul air lebih lemah dibanding gaya
kohesi antar molekul air, maka permukaan padatan menolak air sehingga permukaan
padatan ini disebut hidrofobik.
Tanah yang hidrofobik menghambat masuknya air ke dalam tanah, dan air dalam
bentuk tetesan air mampu bertahan di sisi-sisi tanah dalam waktu lama. Sudut kontak atau
sudut kebasahan > 90° menyebabkan timbulnya penolakan terhadap kapilaritas sehingga
mencegah air masuk ke dalam pori-pori tanah. Sebaliknya, bila gaya-gaya kohesi lebih
lemah dibanding gaya-gaya adhesi maka gaya tarik kapilaritas dapat menyebabkan air
memasuki pori-pori tanah, dan sifat tanah ini disebut hidrofilik. Pori-pori tanah yang
berhubungan dapat dianggap sebagai tabung. Proses naiknya air dari kedalaman tanah
tertentu menuju ke atas merupakan contoh kapilaritas. Ketika kapilaritas terjadi atau pada
saat air bergerak ke atas, gaya ke arah bawah akibat gaya gravitasi bumi dan ke atas

68
seimbang. Gejala kapilaritas air dalam tabung seperti yang dipaparkan pada Gambar 7.16
berikut.

Ketinggian kapilaritas air h dalam tabung gelas


dengan jejari r. Sudut kontak permukaan cekung air
dengan tabung gelas α, dan jejari udara R.
Penentuan tinggi naiknya air dalam tabung h (cm)
berbanding lurus terhadap tegangan permukaan air
γ (dyne/cm) dan sudut kontak α (°), namun
berbanding terbalik terhadap massa jenis air ρw
(g/cm3), percepatan gravitasi bumi g (cm/s2) dan
jejari tabung kapiler r (cm). Persamaan h sebagai
berikut:

Gambar 7.16. Fenomena Kapilaritas Air

Nilai tegangan permukaan setiap zat cair berbeda, bahkan air memiliki nilai tegangan
permukaan yang berbeda pada temperatur yang tidak sama seperti yang dicantumkan dalam
Tabel 7.1 berikut.
Tabel 7.1. Nilai Tegangan Permukaan Beberapa Zat Cair

Contoh penggunaan perhitungan nilai h di atas seperti berikut. Air berada dalam pipa kapiler
yang berbeda jejarinya. Data yang diperoleh adalah: diameter pipa kapiler A = 0,002 m, dan
pipa B = 0,0002 m; tegangan permukaan air 0,07275 N/m; massa jenis air 998,2 kg/m3; dan
percepatan gravitasi bumi 9,8 m/s2. Bila sudut kontak α = 20°, maka kenaikan air dalam

69
pipa A adalah sebesar 14 mm, sedangkan kenaikan air dalam pipa B adalah 140 mm.

Dari temuan nilai h tersebut sebelumnya, bila ukuran jejari pipa kapiler mengecil 10 kali
maka h meningkat 10 kali lipat seperti pada Gambar 7.17 berikut.

Gambar 7.17. Hubungan Jejari Pipa Kapiler dan Kenaikan Kapilaritas

Walaupun gerakan kapilaritas air dalam pori-pori tanah tidak semulus dan vertikal
seperti gerakan kapilaritas air dalam tabung seperti pada Gambar 7.16 di atas, namun
persamaan h mampu menjelaskan keadaan tanah bersifat hidrofobik maupun hidrofilik
berdasarkan besar sudut kontak yang ditemukan.
Tanah gambut yang telah lama mengalami kekeringan akan menyebabkan tanah
gambut akan bersifat hidrofobik atau menolak air. Secara praktis di laboratorium penentuan
sudut kontak antara air dan tanah gambut dapat ditemukan, bila sudut kontaknya > 90° s.d.
< 180° maka tanah gambut dinyatakan hidrofobik, sebaliknya bila sudut kontak < 90° maka
tanah gambut masih bersifat hidrofilik atau mampu mengikat air. Perhitungan sudut kontak
di laboratorium menggunakan metode Capillary Rise Method yang menentukan sudut
kontak antara bahan cair, yakni air dan etil alkohol, dengan bahan padatan yakni contoh
tanah gambut tak utuh yang telah dikeringanginkan dan dihaluskan. Tahap pertama adalah
penetapan kenaikan kapiler etilalkohol 95% setinggi h dalam pipa kapiler A melalui
pengukuran langsung, dan sudut kontak α = 0 antara bahan padatan gambut maka diketahui
nilai jejari r pori-pori tanah gambut. Nilai h air dalam pipa kapiler B diperoleh dengan
pengukuran langsung. Selanjutnya nilai r tersebut diinput dalam persamaan h untuk pipa

70
kapiler B, dan akhirnya digunakan untuk menemukan sudut kontak α antara air dan tanah
gambut.
TES FORMATIF:
1. Berdasarkan Gambar 7.2, bagaimana hubungan energi ionisasi dengan jumlah elektron
yang terdapat pada atom-atom tersebut?
2. Mengapa 99,94% massa atom berada di inti atom? Jelaskan!
3. Sebutkan jenis ikatan-ikatan yang terdapat dalam molekul dari pupuk SP36, TSP, SP18,
KCl, KNO3, ZK, dolomit, dan kalsit!
4. Coba anda jelaskan prinsip kapilaritas air yang terjadi dalam pori tanah!
5. Jelaskan langkah-langkah penentuan nilai h pada contoh soal di halaman 69!
6. Jelaskan manfaat kita memahami sudut kontak antara padatan dan cairan sehubungan
dengan kemajuan pengetahuan ilmu tanah!

BAHAN BACAAN:
1. Giancoli, D. C. 2005. Physics: Principles with Applications. 6th Edition. Pearson
Education, Inc. NJ. USA.
2. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2008. Fundamental of Physics. 8th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
3. Halliday, D., R. Resnick, and J. Walker. 2011. Fundamental of Physics. 9th Edition. John
Wiley & Sons, Inc. USA.
4. Hillel, D. 2004. Introduction to Environmental Soil Physics. Elsevier Academic Press,
USA.
5. Kertonegoro, B. D., Sri H. S., Supriyanto N., dan Suci H. 1998. Panduan Analisis Fisika
Tanah. Cetakan Kedua. Lab. Fisika Tanah Jur. Tanah. UGM, Yogyakarta.
6. Shukla, M. K. 2014. Soil Physics: An Introduction. CRC Press, Florida, USA.
7. Tipler, Paul A., and G. Mosca. 2008. Physics for Scientists and Engineers, with Modern
Physics. W.H. Freeman and Company, New York. USA.

71

Anda mungkin juga menyukai